WINDI WIDYASTUTI
1601414210
i
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PEMBELAJARAN PKN
MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI
REFLEKTIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 64
TO’ BULUNG KECAMATAN BARA
KOTA PALOPO
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Cokroaminoto Palopo
WINDI WIDYASTUTI
1601414210
x
xi
xii
xiii
ABSTRAK
xiv
KATA PENGANTAR
xv
§ Dan seluruh pihak yang membantu penulis, keluarga, sahabat tercinta dan
teman seperjuangan angkatan 2016 yang telah memberikan motivasi dan
dukungan dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan akibat keterbatasan
dan kemampuan penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga bentuk dan isi
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini sebagai referensi bagi pembaca, semoga bisa
menambah wawasan anda.
Windi Widyastuti
xvi
RIWAYAT HIDUP
xvii
DAFTAR ISI
Halaman
xviii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .......................................................... 41
4.2 Pembahasan ................................................................ 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................ 64
5.2 Saran ........................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65
LAMPIRAN …. .......................................................................................... 68
xix
xx
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kriteria PAP Tipe 1....................................................................................34
§ Rentang Skor dari Kriteria Sikap Kedisiplinan..........................................35
§ Rentang Skor dari Kriteria Aspek Kognitif................................................35
§ Rentang Skor dari Kriteria Aspek Afektif..................................................36
§ Rentang Skor dari Kriteria Aspek Konatif.................................................36
§ Lembar Observasi Sikap Siswa..................................................................37
§ Pengukuran Kuesioner Item Positif dan Negatif........................................38
§ Sebaran Item Positif dan Negetif................................................................38
§ Kisi-kisi Kuesioner.....................................................................................39
§ Indikator Keberhasilan Praspek..................................................................39
§ Indikator Keberhasilan Secara Keseluruhan..............................................40
§ Skala Sikap Siklus I Aspek Kognitif..........................................................49
§ Skala Sikap Siklus I Aspek Afektif............................................................50
§ Skala Sikap Siklus I Aspek Konatif...........................................................51
§ Hasil Sikap Kondisi Keseluruhan Siswa Siklus I Kriteria Cukup..............52
§ Skala Sikap Siklus II Aspek Kognitif.........................................................54
§ Skala Sikap Siklus II Aspek Afektif...........................................................55
§ Skala Sikap Siklus II Aspek Konatif..........................................................56
§ Hasil Sikap Kondisi Keseluruhan Siswa Siklus II Kriteria Cukup............57
§ Persentase Pencapaian................................................................................58
§ Peningkatan Sikap Kedisiplinan.................................................................59
xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bagan Kerangka Berpikir...........................................................................21
§ Model Siklus Kemmis dan Mc. TAggart...................................................23
§ Grafik Persentase Kedisiplinan Siswa Secara Keseluruhan.......................59
§ Persentase Peningkatan Sikap Kedisiplinan Siswa Peraspek.....................61
§ Peningkatan Nilai Sikap Kedisiplinan Siswa Peraspek..............................62
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tabel Sebaran Item Positif dan Negatif.....................................................69
§ Jadwal Penelitian........................................................................................72
§ Data Observasi Siswa.................................................................................73
§ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...........................................................74
§ Soal Evaluasi Siklus I dan II......................................................................97
§ Kuesioner Penelitian..................................................................................106
§ Dokumentasi..............................................................................................113
§ Surat Izin Penelitian...................................................................................117
§ Surat Pernyataan Telah Meneliti...............................................................118
xxiii
BAB I
PENDAHULUAN
xxiv
PKn yang merupakan sarana pendidikan karakter hendaknya dapat
disampaikan dengan baik kepada siswa. Menurut observasi yang dilakukan
peneliti saat berkunjung ke sekolah, pemberian materi PKn di SD disampaikan
hanya sebatas materi pelajaran saja, sehingga siswa kurang dapat memahami nilai
yang dimiliki setiap materi PKn setelah mempelajari hal tersebut dikarenakan
siswa menerima materi dengan kemampuan kognitifnya saja. Kemampuan
kognitif saja belum cukup dimiliki siswa. Siswa hendaknya mengamalkan nilai
yang terkandung dalam pelajaran PKn tersebut. Pengamalan dari nilai tersebut
dapat berupa sikap positif yang dilakukan untuk lingkungan sekitar.
Nilai PKn yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah kedisiplinan.
Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang bergabung dalam
suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati
(Mulyasa, 2008:191). Siswa-siswa kelas IV SDN 64 To’ Bulung mengalami
kesulitan dalam bersikap disiplin. Sikap disini bukan berarti hanya perbuatan
namun juga memuat tiga hal yang penting yaitu: aspek memahami atau kognitif,
aspek menghayati atau afektif dan aspek melaksanakan atau konatif mengenai
nilai kedisiplinan. Pernyataan tersebut diketahui dari hasil observasi peneliti.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru kelas untuk melihat kondisi
awal siswa di SDN 64 To’ Bulung. Peneliti mengamati dalam hal menaati aturan
yaitu siswa dalam berseragam apakah sesuai aturan, baju dimasukkan, memakai
ikat pinggang dan sepatu berwarna hitam. Peneliti juga mengamati kontrol diri
siswa, apakah siswa mendengarkan saat guru menjelaskan. Hal lain yang diamati
peneliti adalah kesadaran siswa saat belajar, apakah mereka mengerjakan
sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang baik. Wawancara yang dilakukan
peneliti kepada guru kelas berkaitan dengan kedisiplinan siswa dalam mengikuti
pembelajaran di sekolah. Peneliti berpendapat bahwa terjadi masalah sikap
kedisiplinan siswa dalam aplikasi materi pembelajaran PKn.
Standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan patokan nilai
yang harus dicapai siswa dalam setiap mata pelajaran, dalam penelitian ini KKM
mata pelajaran PKn. Kenyataan yang ditemukan dari hasil observasi dan
wawancara yang terjadi di kelas IV SD Negeri 64 To’ Bulung yaitu: kedisiplinan
di sekolah tersebut kurang, karena nilai yang dicapai oleh siswa tidak mencapai
standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah,
yaitu untuk mata pelajaran PKn sebesar 70 dan ketuntasan klasikal yaitu 75. Hal
ini dapat di ketahui dari data hasil ulangan harian mata pelajaran PKn sikap
kedisiplinan semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 kelas IV pada SD Negeri 64
To’ Bulung dimana yang lulus hanya 64% dari 30 siswa. Menurunnya
pemahaman 11 orang siswa atau 36% yang lain selama pembelajaran dikarenakan
siswa kurang disiplin saat proses pembelajaran, mereka kurang bersungguh-
sungguh saat guru memberikan materi kepada mereka, disini mereka harus lebih
disiplin sebab proses pembelajaran akan berhasil jika siswa bersungguh-sungguh
dalam belajar dan juga guru harus lebih memperhatikan siswanya. Nilai yang
xxv
dicapai oleh siswa tidak mencapai standar KKM diakibatkan ketidakseriusan
mereka dalam mengikuti pelajaran.
Masalah sikap kedisiplinan siswa untuk mengamalkan nilai kurang disebabkan
karena siswa hanya mempelajari pengetahuan kognitif pelajaran PKn saja.
Rendahnya sikap siswa mengenai kedisiplinan disebabkan karena siswa kurang
memahami pentingnya nilai kedisiplinan yang mereka pelajari dalam pelajaran
PKn. Peneliti memilih model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk
membantu siswa mampu mewujudkan sikap nilai kedisiplinan dalam pelajaran
PKn. Peneliti memilih menggunakan model PPR karena didalam model tersebut
terdapat kegiatan reflektif dan aksi yang dianggap mendukung untuk peningkatan
sikap siswa terhadap nilai kedisiplinan. Model PPR juga mengembangkan pola
pikir siswa menjadi siswa yang berkemanusiaan (Subagya, 2010:22). Model PPR
mengembangkan competence, conscience dan compassion yang sama dengan
aspek kognitif, afektif dann konatif. Langkah-langkah model PPR sendiri diawali
dengan konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Proses pembelajaran
PPR menekankan pada tahapan refleksi paling tidak menganut pola demikian;
mendiskripsikan suatu fakta obyektif, menyadari dan menanggapi kenyataan yang
dihadapi, penilaian dan pemaknaan pengalaman dan rencana aksi. Tugas guru
ketika proses pembelajaran untuk sampai pada refleksi ialah mendorong siswanya
agar mampu mengumpulkan dan menyimak bahan-bahan dari pengalaman mereka
sendiri dengan maksud untuk membantu mereka menyadari berbagai fakta, data,
perasaan, nilai-nilai, pemahaman dan pengertian mengenai bidang studi yang
bersangkutan. Siswa diharapkan mempunyai pemikiran yang nalar, sikap disiplin
dan berinisiatif, serta mampu mengembangkan integritas pribadi dan berpikir
positif. Siswa juga diharapkan mampu menerima nilai kedisiplinan dengan baik,
bukan hanya kemampuan kognitifnya saja, namun juga dapat merasakan
pentingnya nilai dalam kehidupan serta dapat melaksanakan nilai tersebut.
Uraian diatas menjadi latar belakang untuk mengetahui peningkatan mengenai
sikap nilai kedisiplinan pada mata pelajaran PKn. Hal tersebut yang mendasari
peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Sikap
Kedisiplinan Pembelajaran PKn Menggunakan Model Paradigma Pedagogi
Reflektif Siswa Kelas IV SDN 64 To’ Bulung”.
• Rumusan Masalah
xxvi
§ Apakah model paradigma pedagogi reflektif dapat meningkatkan sikap nilai
kedisiplinan siswa kelas IV SDN 64 To’ Bulung pada pelajaran PKn?
• Tujuan Penelitian
• Manfaat Penelitian
xxvii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• Kajian Teori
§ Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib
yang ada di Sekolah Dasar (SD). PKn menjadi sarana untuk reformasi kehidupan
bangsa yang saat ini mengalami kemerosotan nilai dan moral (Utami, 2010:1).
PKn membuat perubahan pada siswa SD dengan komitmen yang kuat agar
membangun bangsa yang berada dalam satu negara yang sama.
Menurut Darmadi (2010:34) Pendidikan Kewarganegaraan berupaya untuk
membentuk anak didik menjadi warga negara yang baik dan bertanggungjawab
dan ikut serta mampu mengenalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pengertian PKn dapat disimpulkan sebagai mata pelajaran nilai dan moral untuk
mendidik anak menjadi warga Indonesia yang baik sesuai Pancasila dan UUD 45.
Upaya mendidik dengan mata pelajaran PKn mempunyai tujuan yang ingin
dicapai untuk menentramkan hidup bangsa.
Tujuan PKn dalam Permendiknas RI Nomor 2006 adalah (1) Membuat siswa
mempunyai pikiran yang kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif. Tanggung jawab, cerdas dalam
bertindak di lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara serta anti korupsi, (3)
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasar
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar mampu hidup berdampingan
dengan bangsa yang lain, (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain secara
langsung ataupun tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (Utami, 2010:2).
Berdasarkan teori diatas penulis menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran
PKn di SD siswa mampu menjadi warga negara yang baik sesuai dengan ideologi
xxviii
negara Indonesia. Siswa yang memahami niai dan moral akan menjadi warga
negara yang mampu meningkatkan serta membangun negaranya agar lebih maju.
§ Sikap
Sikap menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2015:5) mendefenisikan
sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi)
dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan
sekitarnya. Sikap adalah suatu bentuk reaksi dari perasaan seseorang terhadap
suatu peristiwa yang sedang dialaminya.
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang menurut
Azwar (2015:23-24) yaitu komponen kognitif (cognitive), afektif (affective) dan
komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi sesuatu
hal yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen afektif merupakan
perasaan yang menyangkut aspek emosional. Komponen konatif merupakan aspek
kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.
Ketiga komponen sikap tersebut saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan. Apabila ketiga komponen tersebut berjalan dan terlaksana dengan
seimbang maka dapat memunculkan karakter baik pada siswa.
Menurut Shalahuddin (1990:99) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi Sikap yaitu:
§ Sikap sebagai hasil belajar, yaitu sikap yang diperoleh melalui pengalaman
yang mempunyai unsur-unsur emosional.
§ Sikap mempunyai dua unsur yang bersifat perseptual dan afektif. Artinya
bahwa sikap itu bukan saja yang diamati oleh seorang siswa melainkan juga
bagaimana ia mengamatinya.
§ Sikap mempengaruhi pengajaran lainnya, yang berarti bahwa apabila seorang
siswa mempunyai sikap positif terhadap gurunya maka anak tersebut akan
senang pada pelajaran yang diberikan oleh guru yang berangkutan. Situasi ini
akan memberi jalan kepada anak ke arah pengalaman belajar yang sukses dan
akan menyebabkan ia belajar lebih efektif dan menimbulkan sukses yang
besar.
Komponen-komponen karakter yang baik menurut Lickona (2014:74-79)
terdiri dari aspek pengetahuan moral merupakan ilmu yang dapat dimanfaatkan
ketika sesorang menghadapi tantangan-tantangan moral dalam hidup. Terdapat
enam ranah pengetahuan moral yaitu kesadaan moral, mengetahui nilai-nilai
xxix
moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan dan
pengetahuan diri. Aspek pengetahuan moral ini disebut juga sebagai komponen
kognitif dari sikap.
Aspek perasaan moral yang memiliki arti pertimbangan hati untuk
menentukan sesuatu tindakan yang benar atau salah. Terdapat enam ranah dalam
perasaan moral yaitu hati nurani, penghargaan diri, emapati, menyukai kebaikan,
kontrol diri dan kerendahan hati. Aspek perasaan moral ini disebut juga sebagai
komponen afektif dari sikap (Lickona, 2014:79-85).
Aspek tindakan moral yang memiliki arti perbuatan benar atau salah yang
didasari oleh pengetahuan dan perasaan yang siswa miliki. Terdapat tiga ranah
tindakan moral yaitu kompetensi, kehendak dan kebiasaan. Aspek tindakan moral
ini disebut juga sebagai komponen konatif dari sikap (Lickona, 2014:86-87).
Interaksi komponen-komponen sikap menurut para ahli psikologi sosial
dalam Azwar (2015:28) adalah selaras dan konsisten karena ketiga komponen
tersebut mempolakan arah sikap yang sama apabila dihadapkan pada suatu
masalah atau kejadian. Komponen sikap dapat dijadikan indikator yaitu: 1)
Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotor atau konatif.
Berdasarkan pendapat tersebut, sikap seseorang akan menjadi kuat
disebabkan suatu kepercayaan atau kesadaran yang tinggi tentang sesuatu melalui
proses psikologis antara ketiga struktur tersebut.Sikap merupakan salah istilah
yang sering digunakan dalam mengkaji atau membahas tingkah laku manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang ada pada seseorang akan membawa
warna dan corak pada tindakan, baik menerima maupun menolak dalam
menanggapi sesuatu hal yang ada diluar dirinya. Melalui pengetahuan
tentang sikap akan dapat menduga tindakan yang akan diambil seseorang terhadap
sesuatu yang dihadapinya. Meneliti sikap akan membantu untuk mengerti tingkah
laku seseorang.
§ Nilai
Nilai berasal dari bahasa latin va’ler𝑒̅ yang mempunyai arti berguna, berdaya,
mampu akan, sehingga dipandang sebagai sesuatu yang baik (Adisusilo, 2012:56).
Nilai menurut Suriya (2009:53) merupakan sesuatu berharga yang berupa
seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku seseorang atau kelompok masyarakat
yang terungkap ketika melakukan tindakan atau berpikir. Nilai adalah kualitas
suatu hal yang menjadikan sesuatu itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai,
berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya bermartabat (Adisusilo,
2012:56). Nilai dapat dikatakan sebagai sesuatu yang berkualitas dimana
merupakan keyakinan atau prinsip seseorang yang disukai, diinginkan, dikejar,
dihargai, berguna saat sehingga menjadi orang yang bermartabat dalam
melakukan tindakan atau berpikir.
Nilai mempunyai peranan dalam hidup manusia. Menurut Wahana (2004:92)
peranan nilai untuk kehidupan adalah mengarahkan dan member daya tarik pada
manusia untuk membentuk dirinya menggubakan tindakan-tindakan. Nilai juga
xxx
dapat memotivasi menjadi pedoman hidup manusia (Adisusilo, 2012:59). Nilai
tidak bisa lepas dari hidup manusia karena nilai merupakan acuan tingkah laku
manusia. Tahapan nilai menjadi acuan tingkah laku manusia adalah sebagai
berikut:
• Nilai pada tahapan dipikirkan.
• Nilai yang menjadi keyakinan atau tahap niat pada seseorang untuk
melakukan sesuatu.
• Tahap nilai telah menjadi keyakinan dan diwujudkan dalam tindakan.
Nilai dibagi menjadi dua, yaitu nilai subtantif dan nilai prosedural. Nilai
subtantif adalah keyakinan yang dipegang pelajar sebagai hasil belajar bukan
hanya penyampaian informasi saja. Nilai prosedural merupakan mendasar yang
harus dimiliki oleh seseorang, misalnya nilai kedisiplinan, toleransi, kejujuran dan
menghormati kebenaran.
Penjelasan diatas menyatakan nilai adalah acuan tingkah laku manusia
berbentuk penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia dalam
menentukan tindakan. Salah satunya nilai prosedural yang dijadikan peneliti
sebagai acuan dalam penilaian kedisiplinan siswa di sekolah.
§ Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Disiplin menurut kamus besar Bahasa
Indonesia mempunyai arti kepatuhan terhadap peraturan (KBBI 2008). Mustari
(2014:35) memaparkan disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib, ketika orang-orang yang bergabung dalam suatu sistem tunduk pada
peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati (Mulyasa, 2008:191). Pendapat
dari bebrapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan tindakan
yang patuh dan tertib pada aturan yang ada. Disiplin dapat ditanamkan dengan
menggunakan tiga cara, yaitu: cara otoriter, cara permisif dan cara demokratis
(Hurlock, 1989:92).
Cara otoriter adalah cara menanamkan disiplin dengan keras agar perilaku
sesuai dengan yang diinginkan, jika tidak menurut aturan maka akan
diberihukuman yang berat tanpa persetujuan. Pujian akan diberikan kepada siswa
yang berhasil melakukan disiplin. Cara permesif adalah cara yang bebas. Siswa
diberi kebebasan untuk melakukan disiplin sesuai dengan hati nuraninya. Cara
demokratis adalah cara mengajarkan disiplin dengan mengenalkan teori-teori
mengenai kedisiplinan tersebut (Hurlock, 1989:93-94).
Tujuan menanamkan disiplin menurut Hurlock (1989:93-94) adalah untuk
mengajar siswa bahwa perilaku tidak disiplin selalu akan diikuti hukuman, namun
perilaku disiplin akan mendapatkan pujian. Mengajarkan pada siswa tingkatan
penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan. Membantu
siswa mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri sehingga mereka
dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka.
xxxi
Tujuan disiplin sekolah menurut Mulyasa, (2008:192) adalah untuk
membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi dan mencegah timbulnya
problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam pembelajaran sehingga dapat menggapai hasil belajar yang
optimal. Mendisiplinkan peserta didik. Strategi mendisiplinkan anak menurut
Mulyasa (2011:27) sebagai berikut:
§ Konsep diri (self-concept), menekankan konsep individu merupakan sikap
yang penting dari setiap perilaku. Hal yang perlu dilakukan pendidik untuk
menumbuhkan konsep diri adalah bersikap empatik, menerima hangat dan
terbuka sehingga siswa dapat mengeksplor pikiran dan perasaan untuk
mencegah masalah.
§ Keterampilan berkomunikasi (communication skills), pendidik perlu memiliki
keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan
dan mendorong timbulnya kepatuhan siswa.
§ Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural dan logical
concequences), perilaku siswa yang salah karena telah mengembangkan
kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Pendidik disarankan untuk
menunjukkan perilaku yang salah dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan
alami dari perilaku yang salah.
§ Klasifikasi nilai (values clarification), strategi ini dilakukan untuk membantu
siswa dalam menjawab pertanyaan sendiri mengenai nilai-nilai dan
membentuk system nilainya sendiri.
§ Analisis transaksional (transactional analysis), seorang pendidik belajar
sebagai orang dewasa terutama saat menghadapi siswa yang mempunyai
masalah.
§ Terapi realitas (reality therapy), sekolah berupaya mengurangi kegagalan dan
meningkatkan keterlibatan. Pendidik hendaknya mempunyai sikap positif dan
tanggungjawab.
§ Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline), pendidik mengendalikan
penuh untuk mengenmbangkan dan mempertahankan peraturan yang ada
disekitar siswa.
§ Modifikasi perilaku (behavior modification), perilaku salah yang disebabkan
oleh lingkungan, sebagai tindakan remedisasi. Sehubungan dengan hal
tersebut, pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.
xxxii
§ Tantangan bagi disiplin (dare to discipline), pendidik diharapkan cekatan,
sangat terorganisasi dan mempunyai pengendalian yang tegas. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa siswa akan menghadapi berbagai keterbatasan pada
hari pertama masuk sekolah.
Pembahasan mengenai macam-macam disiplin dijelaskan oleh Tu‟u (2004:
44-6) yakni:
§ Disiplin otoritarian
Disiplin otoritarian bersifat memaksa kehendak orang lain tanpa
mempertimbangkan dampaknya. Dalam disiplin ini, peraturan dibuat sangat
ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin itu diminta
untuk mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku. Apabila ada yang
melanggar disiplin tersebut, maka akan mendapatkan sanksi atau hukuman
berat. Sebaliknya, apabila berhasil mematuhi peraturan kurang mendapatkan
penghargaan karena disiplin otoritarian sudah dianggap sebagai kewajiban.
§ Disiplin permisif
Disiplin permisif bersifat membebaskan seseorang untuk mengambil
keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keinginan hatinya. Dalam
disiplin ini, tidak ada sanksi bagi pelanggarannya sehingga menimbulkan
dampak kebingungan dan kebimbangan. Penyebabnya yaitu mereka tidak
tahu mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang.
§ Disiplin demokratis
Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan,
diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan
mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan pada
aspek edukatif bukan hukuman. Sanksi disiplin diberikan kepada seseorang
yang melanggar sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.
Disiplin demokratis berusaha mengembangkan disiplin yang muncul karena
kesadaran diri sehingga siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap.
Dalam disiplin ini, siswa memiliki tanggung jawab dan kemandirian yang
tinggi.
§ Model Pembelajaran
xxxiii
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dalam model pembelajaran terdapat tujuan,
tahapan yang dilalui, lingkungan dan penguasaan kelas yang menciptakan
pembelajaran yang efektif.
Menurut Joice& Weil (dalam Isjoni, 2013: 50) model pembelajaran adalah
suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan
untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk
kepada pengajar di kelasnya. Model pembelajaran merupakan rencana yang sudah
rampung untuk mencapai keberhasilan belajar-mengajar.
Istarani (2011: 1) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian
materi ajaryang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran
yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses belajar. Model pembelajaran ialah
penyajian materi ajar yang digunakan guru untuk memfasilitasi proses
pembelajaran.
Beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang di rancang untuk
menciptakan pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Model-model pembelajaran
memiliki banyak variasi, salah satunya model Paradigma Pedagogi Reflektif.
Jenis model pembelajaran dalam pembelajaran memiliki beberapa variasi
model yang dapat diterapkan. Majid (2013: 19) menyatakan terdapat 5 model
pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu: (1) belajar tuntas (mastery learning),
(2) belajar kontrol diri (learning self control), (3) latihan pengembangan
keterampilan dan konsep diri (training for skill and concept development), (4)
latihan assertif, dan (5) pembelajaran langsung (explicit instruction).
xxxiv
semakin memiliki kecerdasan dalam penalaran, semakin memiliki kepekaan
dalam merasa, dan semakin memiliki kehendak yang kokoh untuk mewujudkan
nilai-nilai kemanusiaan, agar dia menemukan diri sebagai orang yang diciptakan
Allah demi sesamanya (bdk. P3MP-LPM, 2012:6; Suparno,2015:18-20). Siswa
diharapkan mempunyai kecerdasan intelektual utuh, religius, mempunyai kasih
dan mempunyai tekad untuk berbuat adil berlandaskan kasih kepada sesama
manusia.
Tujuan seluruh pendidikan dalam Paradigma Pedagogi Reflektif menurut
Suparno (2015:18-19) adalah mengembangkan manusia utuh yang gembira dalam
mengabdi Tuhan lewat sesamanya. Hal tersebut diterjemahkan dalam rumusan 3C
yaitu: competence, conscience dan compassion. Ketiga rumusan tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
• Competence
Competence mempunyai arti menguasai ilmu pengetahuan/keterampilan
sesuai bidangnya. Siswa setelah mendalami dang mengolah bahan yang telah
dipelajari menjadi kompeten dalam bidang ilmu atau bahan itu. Maka secara
kognitif atau intelek siswa memang menguasai bahannya dan dapat
menjelaskan bahan itu dengan benar. Secara lebih mendalam siswa juga dapat
melakukan sesuatu yang berkaitan hal itu sehingga bukan hanya segi
kognitifnya yang berkembang tetapi juga afeksi dan psikomotoriknya.
• Conscience
Conscience berarti mempunyai hati nurani yang dpat membedakan baik dan
buruk. Selai mengetahui dan mempunyai kompetensi dalam bidangnya,
kompetensi siswa berkembang dalam membedakan baik dan buruk serta
mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan yang benar. Siswa
diharapkan dapat menganalisis segi baik dan buruknya bahan yang dipelajari,
mengerti alas an-alasan moral dibaliknya dan hatinya tergerak untuk memilih
yang baik.
• Compassion
Compassion berarti bahwa siswa mempunyai kepekaan untuk berbuat baik
bagi orang lain yang membutuhkan, mempunyai kepedulian kepada orang
lain terutama yang kekurangan dan kecil. Siswa diharapkan tidak hanya
pandai tetapi sekaligus didorong untuk peka terhadap kebutuhan orang lain
dan mau berbuat sesuatu yang berkaitan dengan bidangnya dan kemajuan
orang lain.
Dinamika pelaksanaan PPR meliputi lima langkah yang berkesinambungan
dimulai dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi (Subagya, 2010: 40;
bdk. Suparno, 2015:21-41; P3MP-LPM, 2012:11-37) Hasil evaluasi dijadikan titik
tolak untuk melanjutkan proses pembelajaran yang berikutnya.
§ Konteks
xxxv
Konteks merupakan keadaan awal (kesiapan) peseta didik untuk berproses
dalam suatu pembelajaran. Konteks meliputi keadaan keluarga, teman sebaya,
lembaga pendidikan (sekolah), keadaan sosial, ekonomi, budaya,
pengetahuan awal, dan peristiwa nyata yang dialami yang terangkum dalam
kehidupan pribadi peserta didik. Konteks berpengaruh terhadap sikap,
tanggapan, penilaian, dan pilihan peserta didik. Subagya (2010:43-46)
menyatakan bahwa kehidupan pribadi peserta didik sehari-hari dijadikan
sebagai titik tolak proses pembelajaran yang akan dilakukan. Oleh karena itu,
konteks dalam PPR dimulai dari pengalaman hidup peserta didik. Memulai
proses pembelajaran dengan pengalaman nyata menunjukkan adanya
perhatian dan kepedulian terhadap peserta didik, yang mencakup seluruh
aspek kehidupannya serta lingkungan yang meliputinya. Dan dengan
demikian yang dipelajari peserta didik bukanlah yang asing dari siswa,
melainkan yang secara nyata dihadapi dan dialami peserta didik; yang
dipelajarinya bukan sekedar teks tulisan yang dibaca, serta kata-kata yang
didengar, melainkan hal yang secara nyata dihadapi dalam hidupnya,
merupakan masalah yang secara nyata dapat dirasakan oleh peserta didik.
§ Pengalaman
Pengalaman dalam PPR mencakup aspek competence, conscience, dan
compassion yang diperoleh peserta didik secara seimbang. Subagya (2010:50-
51) membedakan pengalaman menjadi dua: a) pengalaman langsung, yaitu
pengalaman yang benar-benar dialami oleh peserta didik. Dalam proses
pembelajaran, pengalaman langsung merupakan pengalaman yang dialami
dan dilakukan secara langsung peserta didik antara lain berupa: diskusi,
olahraga, penelitian di laboratorium, kegiatan alam, dan proyek pelayanan.
Keadaan tersebut membuat peserta didik berhadapan dan merasakan secara
langsung materi yang diajarkan, bukan sekedar teks kata-kata yang
disampaikan dalam bahasa tulis atau lisan; b) pengalaman tidak langsung,
yaitu pengalaman yang diperoleh peserta didik secara tidak langsung dalam
proses pembelajaran, sehingga menuntut peserta didik untuk berimajinasi
untuk bisa mengerti dan menyelami materi pembelajaran. Pengalaman tidak
langsung dapat diperoleh dari kegiatan melihat, membaca atau mendengarkan
secara tidak langsung terhadap suatu peristiwa yang terjadi. Dan agar yang
dipelajari dapat membangkitkan imajinasi serta dapat menyentuh perasaan
peserta didik, perlu sekali dibantu dengan media yang menjadi jembatan
peserta didik untuk sampai pada gambaran tentang obyek yang dipelajarinya.
Paradigma Pedagogi Reflektif didalamnya pendidik berperan sebagai
fasilitator untuk memberikan pengalaman pada peserta didik. Pengalaman
yang diberikan diharapkan dapat melibatkan seluruh pikiran, hati, perasaan,
dan pribadi peserta didik. Pengalaman memungkinkan peserta didik dapat
menemukan hal-hal baru yang sesuai maupun yang bertentangan dengan
pengetahuan awal mereka. Subagya (2010:49-50) menyatakan bahwa dengan
xxxvi
pengalaman, peserta didik dapat terdorong untuk mencari pemahaman lebih
lanjut dengan menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi sehingga
membentuk peserta didik berpengetahuan secara utuh, serta mampu
membangkitkan perasaan serta kepeduliaan terhadap materi terkait.
§ Refleksi
Subagya (2010:53) menyatakan bahwa refleksi berarti menyimak kembali
dengan penuh perhatian bahan belajar, pengalaman, ide, usul, atau reaksi
spontan agar mendapat makna secara mendalam. Dengan refleksi, peserta
didik dapat melewati tahap pemahaman, sehingga dapat mengamalkan nilai
yang diperoleh dalam kehidupan nyata dan memahami obyek yang
dihadapinya, namun diharapkan dapat melihat dan mengetahui dirinya
dengan segala keberadaannya dalam hubungannya dengan yang lain.
Sehingga dengan refleksi, peserta didik dapat mengetahui dan merasakan
hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya, dapat menentukan langkah
lebih lanjut yang dirasa baik dilakukannya, atau sebaliknya layak untuk
dihindarinya.
Subagya (2010:54-55) menyatakan bahwa refleksi untuk peserta didik
dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan dari pendidik, sehingga pendidik
harus mampu merumuskan pertanyaan refleksi yang dapat menggugah batin
peserta didik, menggugah hati nuraninya, serta kepeduliannya pada yang lain
berkaitan dengan materi yang relevan.
§ Aksi
Subagya (2010:59) menyatakan bahwa aksi merupakan pertumbuhan batin
seseorang berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan dan juga
manifestasi lahiriahnya. Aksi meliputi dua hal : a) pilihan batin, yaitu pilihan
yang didasari oleh keyakinan bahwa keputusan yang diambil adalah benar
dan dapat membawa pada pribadi yang lebih baik, b) pilihan lahir, yaitu
pilihan setelah niat-niat yang dirumuskan diolah dalam pikiran, peserta didik
akan terdorong untuk berbuat secara konsisten sesuai dengan prioritas yang
telah dibuatnya. Jika menemukan makna yang positif, maka perbuatan akan
menjadi kebiasaan yang menguntungkan. “Misalnya sekarang ia insaf akan
sebab-sebab hasil belajarnya yang buruk, ia akan mengubah cara belajar
untuk menghindari kegagalan lagi” (Subagya, 2010: 60-61).
§ Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meninjau kemajuan
yang dicapai dalam proses pembelajaran dalam bentuk penilaian. Fokus
penilaian tidak hanya pada akademiknya, tetapi juga memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara menyeluruh sebagai
makhluk pribadi maupun sosial. Oleh karena itu, penilaian dalam PPR tidak
hanya berupa soal yang bersifat kognitif, tetapi juga meliputi skala
pengukuran untuk mengukur kepekaan hati nurani dan jiwa sosial peserta
didik. Penilaian tidak hanya meliputi aspek competence (kecerdasan
xxxvii
pemikiran), tetapi meliputi aspek conscience (kepekaan hati nurani) serta
aspek compassion (kepedulian sosial). Subagya (2010:61) menyatakan
evaluasi akan menjadi efektif dan dapat menilai seberapa jauh perkembangan
peserta didik jika dilakukan secara berkala. Oleh karena itu, evaluasi
dilakukan pada setiap akhir putaran proses pembelajaran, untuk mengetahui
dampaknya berkenaan dengan perkembangan pemikirannya, hati nuraninya,
serta kepedulian sosialnya.
Kelima unsur yang ada dalam PPR membawa kelebihan jika diterapkan
dalam pembelajaran. Kelebihan PPR yang dijelaskan oleh Subagya (2010:68)
adalah sebagai berikut:
§ Dapat diterapkan kepada semua kurikulum
PPR ini dapat diterapkan dalam semua kurikulum yang diterapkan
pemerintah. Paradigma ini tidak menuntut tambahan apapun, selain
pendekatan baru pada cara mengajarkan mata pelajaran yang ada.
§ Fundamental untuk proses belajar mengajar
Paradigma ini dapat diterapkan pada ranah non-akademik, seperti kegiatan
ekstrakurikuler, olahraga, program pelayanan masyarakat, retret dan
sebagainya. Paradigma ini membantu menghubungkan bagian dari satu
bidang studi dengan yang lainnya.
§ Menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik
Paradigma ini memungkinkan pengajar memperkaya baik isi maupun susunan
yang mereka ajarkan, cara mendorong inisiatif siswa, cara mendorong siswa
untuk aktif dan bertanggungjawab terhadap hasil studi dan cara memotivasi
siswa untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman
siswa.
§ Memperbandingkan proses belajar dan mendorong pelajar merefleksikan
makna dan arti dari yang dipelajari. Paradigma ini mendukung integrasi
anatara pengalaman belajar di ruang kelas dengan pengalaman di rumah,
waktu bekerja, dunia teman sebaya dan sebagainya.
§ Menekankan matra sosial belajar maupun mengajar
Paradigma ini mendorong kerjasama yang erat dan berbagi pengalaman serta
dialog antar siswa. Melalui interaksi tersebut lama-kelamaan siswa menjadi
sadar bahwa pengalaman-pengalaman yang paling mendalam timbul dari
hubungan yang manusiawi.
xxxviii
§ Guru harus menyediakan waktu untuk mengetahui dan mengenal konteks
setiap siswa sehingga dapat memperlakukan siswa sebagai pribadi yang unik.
§ Guru dituntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan membaca tanda-
tanda jaman yang nyata sehingga dapat membimbing siswa untuk membuat
refleksi dan aksi konkret.
• Kerangka Pikir
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang
didalamnya memuat pendidikan karakter yang ditujukan kepada anak-anak
Indonesia. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan
nilai dari pandangan hidup bangsa, agama dan budaya yang dirumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter juga merupakan pendidikan
xxxix
sikap. Sikap adalah keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) sesorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya. Salah satu contoh sikap yang perlu dikembangkan adalah
kedisiplinan.
Sikap kedisiplinan bukan hanya pengetahuan saja melainkan meliputi aspek
afektif dan juga konatif. Rendahnya sikap yang dialami siswa karena aspek sikap
hanya tersampaikan aspek kognitifnya. Pembelajaran yang cocok disertai juga
dengan aspek afektif dan konatif. Pembelajaran yang digunakan hanya model
ceramah, tetapi sampai pada refleksi dan aksi. Pembelajaran yang baik jika
diawali dengan mengetahui nilai yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Siswa kemudian menggali pengalaman berkaitan dengan pengalaman yang
pernah dilalui. Kemudian siswa merefleksikan pengalaman yang diperoleh. Siswa
melakukan tindak lanjut setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Kurangnya
kedisiplinan karena mengutaman aspek kognitifnya saja.
Peneliti memilih menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif untuk
meningkatkan sikap kedisiplinan. Sehingga siswa cenderung memiliki sikap
disiplin. Model ini menekankan pada kemampuan 3C yaitu competence,
conscience dan compassion. Langkah-langkah PPR diawali dengan konteks,
pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Pembelajaran tidak hanya memperoleh
materi pembelajaran namun juga menekankan pada refleksi serta tindak lanjut
dari hal yang telah dipelajari. PPR memuat kegiatan untuk merefleksikan dan
membuat rencana yang akan dilakukan dan mengevaluasi hasil kerja mereka
sehingga PPR ini cocok untuk meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. Siswa
dapat memperoleh pengetahuan dari materi sikap kedisiplinan dengan PPR. Siswa
juga mampu mengetahui dan menghargai sikap kedisiplinan sehingga terdorong
untuk melakukan sikap kedisiplinan. Adapun bagan kerangka pikir dapat dilihan
pada gambar 1.
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)
xl
Penggunaan model pembelajaran paradigma pedagogi
reflektif untuk meningkatkan sikap kedisiplinan pada
pembelajaran PKn SDN 64 To’ Bulung kelas IV
• Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah penerapan langkah model pembelajaran
paradigma pedagogi reflektif dengan tepat dapat meningkatkan sikap kedisiplinan
bagi siswa kelas IV SDN 64 To’ Bulung pada mata pelajaran PKn.
BAB III
METODE PENELITIAN
§ Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian tindak kelas (PTK). Mulyasa (2009:11) memaparkan
penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan
belajar sekelompok siswa dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang
sengaja dimunculkan.
xli
Kunandar (2008:45) memaparkan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan
nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. Jadi, penelitian ini
dilakukan secara nyata oleh guru sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan
pembelajaran di kelas. Model PTK yang dipergunakan untuk melakukan
penelitian tindak kelas ada beberapa macam. Model tersebut diantaranya seperti
model Kurt Lewin, model Kemmis Mc. Taggart, model Dave Ebbut, model John
Elliott, model Hopkins dan model Mc. Kernan (Kusumah, 2010:19).
Siklus I
Perencanaan Observasi
Siklus II
Refleksi
xlii
Sumber: Aqib (2010:16)
Gambar 2. Model Siklus Kemmis dan Mc. Taggart
Gambar 1. Menunjukkan bahwa ada empat tahap dalam setiap siklus yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi.
Penjelasan tahap penelitian tersebut menurut Kusumah (2010:39) adalah
sebagai berikut:
• Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap untuk menyusun rancangan yang
berkaitan dengan PTK. Perencanaan tersebut meliputi perencanaan
pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi
pembelajaran, media dan materi pembelajaran dan sebagainya. Perencanaan
pembelajaran dapat dilihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan silabus.
• Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan atau implementasi tindakan merupakan realisasi dari
perangkat pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Tahap
pelaksanaan ini dilakukan oleh peneliti kelas tersebut. Diharapkan peneliti
dapat berpikir kreatif dan inovatif agar dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
• Pengamatan atau Observasi
Tahap ini biasanya disebut monitoring. Tahap pengamatan ini bisa dilakukan
oleh peneliti atau kolabolator yang diberi tugas untuk hal tersebut. Tugas
pengamat adalah mencatat semua peristiwa yang terjadi di kelas penelitian.
• Refleksi
Tahap yang terakhir dalah refleksi. Refleksi adalah kegiatan merenung atau
memikirkan suatu upaya evaluasi diri terhadap hal yang dilakukan. Kegiatan
refleksi menimbulkan kembali masalah yang ada dalam penelitian berjalan
dan tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan.
§ Desain Penelitian
• Persiapan
xliii
§ Menganalisis materi pelajaran dengan melakukan wawancara dengan guru
kelas IV mengenai permasalahan sikap siswa mengenai nilai kedisiplinan di
sekolah.
§ Melakukan pengamatan pembelajaran siswa kelas IV untuk memperoleh
gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta kondisi awal sikap siswa
dalam belajar.
§ Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas IV, yaitu kurangnya sikap siswa
mengenai nilai kedisiplinan untuk melaksanakan aturan-aturan yang ada
disekitar lingkungannya.
§ Merumuskan masalah dan hipotesis.
§ Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokoknya.
§ Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus.
Penelitian ini merupakan PTK yang berawal dari permasalahan sikap siswa
dalam pembelajaran. Penelitian ini menekankan pada peningkatan sikap siswa
terhadap sikap kedisiplinan pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SDN 64
To’ Bulung. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dua kali
pertemuan dan siklus II dua kali pertemuan. Setiap pertemuan memerlukan waktu
2 jam pelajaran (2x35 menit).
• Siklus I
§ Rencana Tindakan
Pada siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap
pertemuan 2x35 menit.
Pertemuan I
xliv
• Siswa dan guru berdo’a bersama dipimpin oleh ketua kelas.
• Guru menanyakan kabar siswa.
• Guru melakukan presensi.
• Guru memberikan kontrak belajar.
• Guru menyampaikan tujuan pelajaran.
§ Kegiatan Inti
Competence
§ Siswa berdiskusi mengenai tempat ibadah, kitab suci, dan hari besar
agama-agama yang ada di Indonesia.
§ Siswa menuliskan tempat ibadah, kitab suci, dan hari besar agama-agama
yang ada di Indonesia dalam sebuah peta pikiran.
Konfirmasi (10 menit)
1) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa setiap siswa memiliki hak untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.
§ Kegiatan Penutup (15 menit)
xlv
§ Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-
masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
Pertemuan 2
• Salam pembuka.
• Do’a pembuka.
• Presensi.
• Apersepsi.
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Eksplorasi
Competence
xlvi
A. Guru mengoreksi jawaban siswa.
B. Guru menanyakan kepada siswa mengenai hal yang kurang jelas.
§ Refleksi
xlvii
§ Siklus II
• Perencanaan
Tahap ini kembali menyiapkan RPP, materi dan soal evaluasi untuk
pembelajaran di siklus II. Peneliti juga menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan
siswa dalam pembelajaran.
• Pelaksanaan
Pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x35
menit.
§ Kegiatan Inti
Eksplorasi (5 menit)
Competence
xlviii
§ Siswa mencermati gambar beberapa pakaian adat dari berbagai daerah di
Indonesia.
§ Siswa menuliskan keunikan dari setiap pakaian adat yang diamati.
§ Siswa membacakan keunikan dari pakaian adat yang diamatinya.
§ Siswa diminta membuat kesimpulan dari kegiatan tersebut. Kesimpulan
yang diharapkan: pakaian adat yang ada di Indonesia sangat beragam dan
keragaman itu merupakan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
§ Siswa berdiskusi kelompok mengenai tindakan untuk melestarikan pakaian
adat di Indonesia.
§ Siswa membacakan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian.
Konfirmasi (10 menit)
Pertemuan 2
• Salam pembuka.
xlix
• Do’a pembuka.
• Presensi.
• Apersepsi.
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
§ Kegiatan Inti (45 menit)
Eksplorasi
Competence
l
• Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-
masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)
§ Lokasi Penelitian
§ Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
SDN 64 To’ Bulung ini memiliki siswa sebanyak 221 orang siswa, laki-laki
121 orang dan perempuan 100 orang. Perekonomian digolongkan menengah
kebawa karena sumber pencarian sebagian besar buruh bangunan dan nelayan.
Adapun penelitian ini mengambil siswa kelas IV sebanyak 30 orang siswa, terdiri
dari 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
Teknik pengumpulan yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah teknik
non tes. Teknik pengumpulan data non tes dalam penelitian ini meliputi observasi,
wawancara, kuesioner dan dokumentasi.
§ Observasi
li
dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses pengamatan dan
ingatan.
lii
5. Teknik Analisis Data
Tingkatan Penguasaan
Nilai Huruf Keterangan
Kompetensi
90%-100% A Sangat Baik
80%-89% B Baik
65%-79% C Cukup Baik
55%-64% D Tidak Baik
Di bawah 55% E Sangat Tidak Baik
Sumber: Dewi, R.K (2016:62)
Tabel 1. Diketahui bahwa siswa memiliki sikap kedisiplinan jika berada pada
rentang skor 65%-100% atau siswa dikatakan memiliki sikap kedisiplinan jika
mendapat skor C atau cukup. Langkah untuk menganalisis kedisiplinan siswa
sebagai berikut:
§ Penskoran
Penskoran kuesioner dilakukan dengan cara jika siswa mengisi kuesioner
dengan nilai setiap pernyataan 1-5 sesuai dengan jawaban siswa memilih
adalah SS (Sangat Setuju), adalah S (Setuju), R (Ragu), TS (Tidak Setuju)
dan STS (Sangat Tidak Setuju). Jawaban R (Ragu) dengan nilai 3 dihilangkan
dalam penelitian ini karena merupakan jawaban biasa.
§ Menghitung setiap skor yang diperoleh setiap siswa
liii
Jumlah Skor Setiap Siswa=Jumlah Skor Dari Setiap Item
Tingkat
penguasaan Rentang skor Nilai huruf Keterangan
kompetensi
90%-100% 90-100 A Sangat Tinggi
80%-89% 80-89 B Tinggi
65%-79% 65-79 C Cukup
55%-64% 55-64 D Rendah
Di bawah 55% 20-54 E Sangat Rendah
Sumber: Dewi, R.K (2016:64)
Tabel 2. Berisi rentang skor yang digunakan untuk melihat sikap kedisiplinan
siswa. Rentang skor 90-100 mempunyai kriteria “sangat tinggi”. Rentang skor 80-
89 mempunyai kriteria “tinggi”. Rentang skor 65-79 kriteria “cukup” begitu
seterusnya. Rentang skor minimal adalah 20 dan tidak 0 karena hal itu
diasumsikan siswa menjawab semua kuesioner dengan skor yang terendah yaitu 1.
Siswa yang tidak mengisi kuesioner maka kuesioner itu gugur dan harus
dipastikan semua kuesioner terisi. Penilaian sikap kedisiplinan dinilai melalui
aspekkognitif, afektif dan konatif, penilaian dapat dilihat dibawah ini:
liv
Tingkat
penguasaan Rentang skor Nilai huruf Keterangan
kompetensi
90%-100% 27-30 A Sangat Tinggi
80%-89% 24-26,99 B Tinggi
65%-79% 19,5-23,99 C Cukup
55%-64% 16,5-19,49 D Rendah
Di bawah 55% 6-16,49 E Sangat Rendah
Sumber: Dewi, R.K (2016:65)
Tabel 3. Berisi rentang skor pada aspek kognitif yang digunakan untuk
melihat sikap kedisiplinan siswa. Rentang skor 27-30 mempunyai kriteria “sangat
tinggi”. Rentang skor 24-26,99 mempunyai kriteria “tinggi”. Rentang skor 19,5-
23,99 kriteria “cukup” begitu seterusnya. Rentang skor minimal adalah 6 dan
tidak 0 karena hal itu diasumsikan siswa menjawab semua kuesioner dengan skor
yang terendah yaitu 1. Siswa yang tidak mengisi kuesioner maka kuesioner itu
gugur dan harus dipastikan semua kuesioner terisi.
Tingkat
penguasaan Rentang skor Nilai huruf Keterangan
kompetensi
90%-100% 22,5-25 A Sangat Tinggi
80%-89% 20-22,49 B Tinggi
65%-79% 16,25-19,99 C Cukup
55%-64% 13,75-16,24 D Rendah
Di bawah 55% 5-13,74 E Sangat Rendah
Sumber: Dewi, R.K (2016:65)
Tabel 4. Berisi rentang skor pada aspek afektif yang digunakan untuk melihat
sikap kedisiplinan siswa. Rentang skor 22,5-25 mempunyai kriteria “sangat
tinggi”. Rentang skor 20-22,49 mempunyai kriteria “tinggi”. Rentang skor 16,25-
19,99 kriteria “cukup” begitu seterusnya. Rentang skor minimal adalah 5 dan
tidak 0 karena hal itu diasumsikan siswa menjawab semua kuesioner dengan skor
yang terendah yaitu 1. Siswa yang tidak mengisi kuesioner maka kuesioner itu
gugur dan harus dipastikan semua kuesioner terisi.
lv
penguasaan
kompetensi
90%-100% 40,5-45 A Sangat Tinggi
80%-89% 36-40,49 B Tinggi
65%-79% 29,25-35,99 C Cukup
55%-64% 24,75-29,24 D Rendah
Di bawah 55% 9-24,74 E Sangat Rendah
Sumber: Dewi, R.K (2016:66)
Tabel 5. Berisi rentang skor pada aspek konatif yang digunakan untuk melihat
sikap kedisiplinan siswa. Rentang skor 40,5-45 mempunyai kriteria “sangat
tinggi”. Rentang skor 36-40,49 mempunyai kriteria “tinggi”. Rentang skor 29,25-
35,99 kriteria “cukup” begitu seterusnya. Rentang skor minimal adalah 9 dan
tidak 0 karena hal itu diasumsikan siswa menjawab semua kuesioner dengan skor
yang terendah yaitu 1. Siswa yang tidak mengisi kuesioner maka kuesioner itu
gugur dan harus dipastikan semua kuesioner terisi.
A. Lembar Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti yang mengacu pada aktivitas guru dan
siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan adalah dengan
memberikan deskripsi pada proses pembelajaran yang ada di kelas. Observasi ini
untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang terdapat di
kelas yaitu: a) proses pembelajaran b) pengelolaan kelas c) metode pembelajaran.
Format lembar observasi yang digunakan sebagai berikut:
Deskripsi Hasil
Indikator Aspek yang diamati
pengamatan
Siswa memperhatikan guru saat
Proses melakukan pembelajaran
pembelajaran Siswa tidak sibuk sendiri saat
proses pembelajaran berlangsung
lvi
Aktivitas belajar siswa
lvii
Tabel 7. Pengukuran kuesioner item positif dan negatif menunjukkan
penjelasan skor untuk item positif dan negatif. Penjelasan skor untuk item positif
adalah skor 1 artinya responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuesioner.
Skor 2 artinya responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner. Skor 3 artinya
responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner. Skor 4 artinya responden
setuju dengan pernyataan kuesioner. Skor 5 artinya responden sangat setuju
dengan pernyataan kuesioner. Penjelasan skor untuk item negatif yaitu, skor 5
menunjukkan responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuesioner. Skor 4
menunjukkan responden tidak setuju atas pernyataan kuesioner. Skor 3
menunjukkan responden ragu-ragu atas pernyataan kuesioner. Skor 2
menunjukkan responden setuju atas pernyataan kuesioner. Skor 1 menunjukkan
responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner. Pilihan jawaban “Cukup”
tidak digunakan dalam penelitian ini, alasannya siswa memiliki kecenderungan
untuk memilih jawaban “Cukup” dari pada alternatif lain.
7. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini ingin meningkatkan tiga aspek dalam sikap kedisiplinan siswa,
yaitu: (1) Kognitif, yang berhubungan dengan pengetahuan siswa kedisiplinan (2)
lviii
Afektif, yang berhubungan dengan kesadaran siswa mengenai pentingnya disiplin
dan (3) Konatif, yang berhubungan dengan pelaksanaan sikap disiplin siswa.
Target Target
Kondisi
Aspek Deskriptor Capaian Capaian Instrumen
Awal
Siklus I Siklus II
Aspek 1: Presentase 55% 65% 75%
Kognitif Rata-rata 22 24 26
Aspek 2: Presentase 68% 75% 80%
Afektif Rata-rata 18,29 20 22
Non Tes
Aspek 3: Presentase 45% 65% 75%
Konatif Rata-rata 31,03 35 40
Keseluruhan Presentase 64,51% 80% 85%
Rata-rata 71,32 80,00 85,00
Sumber: Dewi, R.K (2016:67)
Tabel 10. Menunjukkan tentang indikator keberhasilan pemahaman,
penghayatan dan pelaksanaan kedisiplinan dalam penelitian ini. Indikator sikap
kedisiplinan yang pertama dilihat dari aspek kognitifnya, kondisi awal untuk
aspek kognitif adalah 55%, sedangkan target indikator keberhasilannya dalam
siklus I adalah 65% dan siklus II adalah 70%. Indikator sikap kedisiplinan yang
kedua adalah aspek afektif, kondisi awalnya adalah 68%, sedangkan target
indikator keberhasilannya dalam siklus I adalah 75% dan pada siklus II adalah
80%. Indikator sikap kedisiplinan ketiga dilihat dari aspek konatif, kondisi
awalnya adalah 45%, sedangkan target indikator keberhasilannya dalam siklus I
adalah 65% dan pada siklus II adalah 75%.
Kondisi
Indikator Deskriptor Target
Awal
Sikap Persentase siswa yang memenuhi 60,51-
85%
Kedisiplinan kriteria 64,51%
85,00
Siswa Rata-rata siswa 67,32-71,32
Sumber: Dewi, R.K (2016:68)
Tabel 11. Menunjukkan indikator keberhasilan pemahaman, penghayatan dan
pelaksanaan kedisiplinan dalam penelitian ini. Indikator sikap kedisiplinan untuk
kondisi awal adalah 64,51% dengan rata-rata 71,32, sedangkan target indikator
keberhasilannya adalah 85% dengan rata-rata 85,00.
lix
BAB IV
• Hasil Penelitian
lx
tersebut. Penelitian ini menggunakan 4 kali pertemuan untuk 2 siklus. Siklus I dua
pertemuan dan Siklus II dua pertemuan. Alokasi waktu tiap pertemuan 2JP atau
2x35 menit. Tahap-tahap dalam setiap siklus PTK meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Peneliti dalam melakukan penelitian ini
bekerjasama dengan teman sejawat untuk membantu mendokumentasikan
kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung khususnya mata pelajaran
PKn. Peneliti menggunakan perangkat pembelajaran yang dibuat dan telah
divalidasi oleh dosen ahli PKn, guru kelas dan uji kuesioner pada siswa.
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana peneliti. Hal ini
merupakan kesepakatan dari guru kelas. Guru kelas berpendapat bahwa peneliti
lebih paham dan mengerti tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
akan digunakan untuk mengajar. Penelitian ini dilakukan di kelas IV dengan
jumlah siswa 30 orang. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan lembar
observasi yang dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2020 sampai 16 Februari
2020. Berikut merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti selama siklus I dan II.
6 Deskripsi Siklus I
Penelitian siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
6.1 Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan observasi dan
menemukan masalah dalam proses pembelajaran yaitu rendahnya sikap
kedisiplinan dalam mata pelajaran PKn. Rendahnya sikap siswa tersebut dilihat
dari siswa hanya dapat belajar pengetahuan kognitifnya saja tanpa mempelajari
nilai yang ada dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
masalah tersebut maka peneliti membuat rancangan pembelajaran untuk dapat
meningkatkan sikap kedisiplinan siswa sehingga siswa tidak hanya belajar
pengetahuannya saja tetapi juga memahami dan melaksanakan nilai yang ada
dalam suatu materi pelajaran yang didapatnya. Peneliti merancang bahwa
pembelajaran ini menggunakan model Pendekatan Pedagogi Reflektif (PPR).
Peneliti membuat perangkat pembelajaran pertemuan 1 dan 2 yaitu silabus, RPP,
lembar kerja kelompok, rubrik penilaian, soal evaluasi serta instrumen penilaian
berupa kuesioner.
6.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan yaitu pertemuan 1 dan
pertemuan 2.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan hari Kamis, 13 Februari 2020 dengan
alokasi waktu 2JP (2x35 menit) dan dimulai pada pukul 09.40-10.50 dengan
lxi
materi mengenali tempat ibadah, kitab suci dan hari besar agama-agama yang ada
di Indonesia.
Kegiatan pertama yang dilakukan peneliti adalah mengucapkan salam
Assalamu’alaykum dan selamat pagi kepada siwa dan siswa menjawab
“Wa’alaykumussalam dan selamat pagi”. Peneliti kemudian mengajak berdo’a
siswa sesuai keyakinan masing-masing dan dipimpin ketua kelas. Peneliti
kemudian menanyakan pada siswa “bagaimana kabar kalian hari ini?” dan siswa
menjawab “baik”. Peneliti kemudian memeriksa kesiapan siswa untuk belajar
“apakah sudah siap belajar? Jika sudah, keluarkan buku tema kalian”. Siswa
menjawab “sudah, baik kak”. Peneliti kemudian menyampaikan tujuan pelajaran
yang akan dipelajari hari ini yaitu mengenali tempat ibadah, kitab suci dan hari
besar agama-agama yang ada di Indonesia. Hal ini yang dilakukan peneliti
sebelum masuk ke materi adalah memberikan apersepsi tentang materi tersebut.
Peneliti mengingatkan kembali tentang keberagaman suku bangsa yang ada di
Indonesia dengan melakukan Tanya jawab dengan siswa. Siswa diperintahkan
membaca teks tentang keberagaman agama di Indonesia. Siswa diajak bertanya
jawab tentang keragaman agama di Indonesia. Siswa berdiskusi mengenai tempat
ibadah, kitab suci dan hari besar agama-agama yang ada di Indonesia. Siswa
menuliskan tempat ibadah, kitab suci dan hari besar agama-agama yang ada di
Indonesia dalam sebuah peta pikiran. Peneliti menjelaskan pada siswa bahwa
setiap siswa memiliki hak untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama
masing-masing.
Siswa telah mengerjakan soal evaluasi berupa peta pemikiran tadi. Selanjutnya
siswa bersama-sama membuat kesimpulan hasil pembelajaran kali ini. Peneliti
kemudian melakukan refleksi dengan bertanya jawab mengenai materi
pembelajaran yang telah dipelajari. Setelah merefleksi peneliti mengajak siswa
untuk membuat aksi, aksi yang dilakukan berupa memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran hari ini. Setelah
itu peneliti melakukan penilaian hasil belajar di lanjutkan dengan salam penutup
dan ucapan terima kasih.
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at, 14 Februari 2020 dengan
alokasi waktu 2JP (2x35 menit) dan dimulai pukul 09.40-10.50 dengan materi
rumah adat yang ada di Indonesia.
Kegiatan pertama yang dilakukan peneliti dalam penelitian kedua ini adalah
memberikan salam dan berdo’a sesuai keyakinan masing-masing. Peneliti
kemudian mengecek kehadiran siswa dan memeriksa kerapihan pakaian dan posisi
siswa. Menginformasikan tujuan materi pembelajaran hari ini dan kegiatan yang
akan dilakukan siswa di pembelajaran nanti. Siswa diperintahkan membaca teks
tentang rumah adat suku Manggarai. Siswa dan teman sebangkunya menuliskan
pengetahuan baru dari teks tersebut. Siswa diajak bertanya jawab mengenai rumah
lxii
adat di daerah tempat tinggalnya. Peneliti kemudian membagi kelompok menjadi
6 kelompok. Peneliti memberikan lembar kerja kelompok yang sudah dibuat
peneliti berupa gambar rumah adat yang ada di Indonesia, setiap kelompok
mendeskripsikan keunikan rumah adat dan daerah asal rumah adat yang ada pada
gambar. Peneliti kemudian menunjuk perwakilan kelompok untuk menceritakan
hasil diskusi mereka.
Setelah proses diskusi selesai siswa bersama-sama menyimpulakn pembelajaran
hari ini. Peneliti kemudian melakukan refleksi dengan bertanya jawab dengan
siswa seputar materi tadi. Setelah refleksi, peneliti kemudian mengajak siswa
melakukan aksi berupa menyampaikan pendapat mengenai pembelajaran hari ini
dan sikap disiplin apa yang ditemukan saat diskusi tadi. Setelah melakukan aksi
peneliti melakukan penilaian hasil belajar dan menutup pembelajaran dengan
ucapan salam dan terima kasih
6.3 Observasi
Pertemuan pertama dilakukan hari Kamis 13 Februari 2020 pada pukul 09.40-
10.50. peneliti telah melakukan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP
yang telah dibuat. Peneliti dalam melakukan pembelajaran menggunakan model
Paradigma Pedagogi Reflektif dengan media pembelajaran sesuai dengan
pembelajaran tersebut.
lxiii
agar siswa tersebut mau bekerjasama dengan kelompoknya. Peneliti mengatakan
bahwa semua itu adalah teman dan tidak boleh membeda-bedakan teman yang
satu dengan yang lain.
7 Deskripsi Siklus II
Penelitian siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
7.1 Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan siklus I
masih terdapat permasalahan dalam pembelajaran yaitu adanya peningkatan tapi
masih kurang meningkat mengenai sikap kedisiplinan siswa dalam mata pelajaran
PKn. Peneliti merencanakan untuk melanjutkan proses pembelajaran yaitu
melakukan siklus II yang bertujuan untuk meningkatkan sikap kedisiplinan siswa.
Tahap perencanaan siklus II ini pembelajaran yang diterapkan masih sama dengan
siklus I yaitu menggunakan pembelajaran dengan metode Paradigma Pedagogi
Reflektif. Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran
yang disiapkan yaitu silabus, RPP untuk 2 pembelajaran, bahan ajar, tugas
kelompok, soal evaluasi san perangkat penelitian kuesioner akhir siklus II.
7.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus II dilakukan 2 kali pertemuan. Kegiatan yang dilakukan
peneliti di siklus yang kedua ini hampir sama dengan siklus I, hanya saja
penggunaan medianya berbeda.
1) Pertemuan I
Pertemuan ini pada hari Senin, 17 Februari 2020 dengan alokasi waktu 2JP
(2x35 menit) dan dimulai pada pukul 10.50-11.50 karena siswa kelas IV
dijadwalkan masuk siang hari oleh pihak sekolah.
Kegiatan diawali peneliti dengan memberikan salam dan mengaja semua
siswa berdo’a sesuai keyakinan masing-masing dipimpin ketua kelasnya. Peneliti
mengecek kesiapan siswa untuk memulai pelajaran, mulai dari pakaian sampai
tempat duduk siswa disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Peneliti kemudian
menginformasikan materi yang akan diajarkan dan kegiatan apa saja yang akan
dilakukan. Peneliti menanyakan sejauh mana siswa memahami tentang pakaian
adat, kemudian peneliti membagi kelompok menjadi 6 kelompok. Setiap
kelompok membaca teks tentang keragaman pakaian adat di Indonesia, kemudian
siswa mencermati gambar pada buku siswa mengenai pakaian adat. Setiap
kelompok berdiskusi mengenai keunikan pakaian adat tersebut dan bagaimana
cara melestarikannya. Setelah siswa berdiskusi dan merangkum hasil diskusinya
maka siswa diminta agar membaca hasil diskusinya di depan kelas yang dilakukan
oleh perwakilan kelompoknya. Setelah diskusi peneliti menekankan pada siswa
bahwa cara melestarikan pakaian adat dengan mengabadikan, memakainya dalam
kehidupan sehari-hari tetapi dengan modifikasi agar nyaman dikenakan serta
memakai pakaian adat saat perayaan hari kemerdekaan.
lxiv
Peneliti membuat kesimpulan bersama-sama siswa mengenai pembelajaran hari
ini. Peneliti kemudian melakukan refleksi dengan bertanya jawab dengan siswa
meliputi materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah peneliti melakukan
refleksi peneliti selanjutnya mangajak siswa melakukan aksi dengan memberikan
siswa kesempatan menyampaikan argumennya mengenai pembelajaran yang telah
diikuti. Peneliti selanjutnya melakukan evaluasi hasil belajar siswa dan menutup
pembelajaran dengan salam dan ucapan terima kasih.
2) Pertemuan II
Kegiatan ini awali seperti biasanya awal pembelajaran dari pertemuan-
pertemuan sebelumnya dengan ucapan salam dan berdo’a serta mempersiapkan
diri mengikuti pelajaran hari ini. Pertemuan kedua pada siklus II ini dilakukan hari
Selasa, 18 Februari 2020 pukul 10.50-11.50.
Kegiatan inti pembelajaran kali ini bertanya jawab mengenai kesenian di
Indonesia yang meliputi tarian, alat musik, upacara adat dan seni pertunjukan.
Siswa mencermati teks bacaan tentang kesenian yang ada di Indonesia. Setelah
siswa mencermati, selanjutnya peneliti membagi siswa kedalam 6 kelompok
terdiri dari 5 orang. Peneliti telah membuat nama tari-tarian yang ada di Sulawesi
pada kertas yang telah digunting. Kemudian peneliti menaruh potongan kertas
tersebut dalam suatu wadah dan mengaduk-aduknya. Sebelum permainan dimulai
siswa terlebih dahulu diminta agar menghapal nama-nama tari yang ada di
Sulawesi sebanyak 10 tarian, setelah itu permainan dimulai. Peneliti memberikan
pilihan kepada siswa siapa teman kelompok yang mereka percayai untuk maju
kedepan mengambil 1 potongan kertas dan anggota kelompoknya menyebutkan
asal daerah tari tersebut. Permainan ini berlangsung sampai semua kelompok naik
keatas untuk mengambil potongan kertas tadi.
Peneliti mengakhiri permainan sekaligus masuk kedalam tahap akhir
pembelajaran, dimana siswa bersama peneliti menyimpulkan materi pembelajaran
yang baru saja diikuti. Peneliti kemudian melakukan refleksi dengan bertanya
jawab dengan siswa mengenai pembelajaran. Proses merefleksi selesai selanjutnya
peneliti mengajak siswa melakukan aksi dengan memberikan siswa kesempatan
untuk menyebutkan sikap disiplin apa yang didapatkan saat proses pembelajaran
berlangsung. Peneliti melakukan evaluasi hasil pembelajaran dan mengakhiri
pembelajaran dengan ucapan terima kasih atas kerjasama siswa-siswa selama
proses penelitian berlangsung.
7.3 Observasi
Observasi dilakukan pada siklus II ini yaitu sikap kedisiplinan siswa. Sikap
kedisiplinan siswa diamati oleh peneliti menggunakan kuesioner. Sikap
kedisiplinan yang diamati peneliti berdasarkan hasil pekerjaan siswa yaitu tugas
kelompok, soal evaluasi akhir pertemuan dan kuesioner akhir siklus.
7.4 Refleksi
lxv
Peneliti mengevaluasi hasil pembelajaran pada siklus II bahwa pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan rencana. Alokasi waktu yang digunakan 2 jam
pelajaran. RPP juga dapat dijalankan secara berurutan dan lancar. Media yang
digunakan juga sesuai dengan materi pembelajaran. Peneliti menemukan masalah
saat perbedaan pendapat dalam memilih teman kelompok yang akan mengambil
potongan kertas dari wadah yang telah disiapkan peneliti.
lxvi
Tabel 12. Skala Sikap Siklus I Aspek Kognitif
No. Kognitif
Skor Ket.
Responden k7 k15 k17 k18 k19 k20
1 5 4 1 2 5 1 18 TB
2 5 4 5 5 5 1 25 B
3 5 1 1 1 5 5 22 CB
4 5 4 5 4 5 1 24 B
5 4 4 5 5 5 5 28 SB
6 4 4 4 4 4 5 25 B
7 5 4 5 5 5 5 29 SB
8 4 1 4 4 5 5 23 CB
9 5 1 5 1 1 1 15 TB
10 5 2 5 4 5 4 25 B
11 5 5 5 5 5 5 30 SB
12 5 5 5 5 5 5 30 SB
13 4 4 5 4 5 4 26 B
14 5 5 4 5 5 4 28 SB
15 4 5 5 5 5 5 29 SB
16 2 2 5 2 4 1 16 TB
lxvii
17 5 5 5 5 4 5 24 B
18 4 1 4 1 4 1 15 TB
19 5 1 5 1 5 1 18 TB
20 5 1 5 2 1 1 16 TB
21 5 5 5 5 5 1 26 B
22 5 5 5 4 5 4 28 SB
23 5 1 5 4 5 1 21 CB
24 4 4 5 4 5 4 26 B
25 5 2 2 1 1 1 11 TB
26 5 4 1 1 4 5 20 CB
27 5 5 5 4 5 1 25 B
28 5 5 5 4 5 1 25 B
29 5 5 5 5 5 1 21 CB
30 5 5 5 5 2 1 23 CB
Jumlah skor 692
Rata-rata skor kelas 23,06
Rata-rata nilai 76,88
Jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 23
Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 77%
Tabel 12. Menunjukkan bahwa pada aspek kognitif siklus I terdapat 23 siswa
atau 77%% siswa yang memahami nilai kedisiplinan dan terdapat 7 siswa yang
belum memahami nilai kedisiplinan. Rata-rata kelas untuk aspek kognitif adalah
23,06. Nilai sikap disiplin aspek kognitif adalah 76,88. Hasil untuk aspek afektif
dapat dilihat dalam tabel 13 berikut:
No. Afektif
Skor Ket.
Responden k3 k5 k6 k12 k14
1 4 1 4 1 4 14 TB
2 5 4 5 4 4 22 B
3 5 4 4 5 5 22 B
4 5 4 5 4 4 22 B
5 4 1 1 5 2 16 TB
6 5 4 5 4 4 22 B
7 5 5 5 5 5 25 SB
8 4 4 5 1 4 18 CB
9 5 5 1 5 2 18 CB
10 5 1 2 5 5 18 CB
11 5 5 5 4 5 24 SB
lxviii
12 5 4 5 1 5 20 B
13 5 5 5 4 4 23 SB
14 5 5 4 5 4 23 SB
15 5 5 1 1 5 17 CB
16 5 5 1 1 4 16 TB
17 5 5 5 5 5 25 SB
18 4 5 5 1 2 17 CB
19 5 2 5 1 1 14 TB
20 4 4 1 5 5 19 CB
21 5 5 1 1 1 13 TB
22 5 4 5 4 4 22 B
23 5 4 2 4 1 16 TB
24 5 5 5 4 2 21 B
25 5 4 5 4 5 23 SB
26 5 5 4 1 2 17 CB
27 5 4 5 4 4 22 B
28 5 4 5 4 4 22 B
29 5 5 5 1 1 17 CB
30 5 5 4 5 5 24 SB
Jumlah skor 592
Rata-rata skor kelas 19,73
Rata-rata nilai 78,93
Jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 24
Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 80%
Tabel 13. Menunjukkan bahwa pada aspek afektif siklus I terdapat 24 siswa
atau 80% siswa yang menghayati nilai kedisiplinan dan terdapat 6 siswa yang
belum menghayati nilai kedisiplinan. Rata-rata kelas untuk aspek afektif adalah
19,73. Nilai sikap disiplin aspek afektif adalah 78,93. Hasil untuk aspek konatif
dapat dilihat dalam tabel 14 berikut:
No. Konatif
Skor Ket.
Responden k1 k2 k4 k8 k9 k10 k11 k13 k16
1 5 4 2 5 4 4 5 4 5 38 B
2 5 4 5 5 4 5 5 5 5 43 SB
3 4 4 5 2 5 5 5 5 5 40 B
4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 43 SB
5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 38 B
6 4 4 4 4 4 5 5 5 4 34 CB
lxix
7 5 4 5 5 5 5 5 5 5 44 SB
8 4 4 1 1 1 2 4 4 1 22 TB
9 5 5 5 5 5 5 1 1 1 33 CB
10 5 5 4 5 1 5 5 5 4 39 B
11 5 4 4 5 5 4 5 5 4 41 SB
12 4 4 5 5 1 5 5 5 5 39 B
13 5 4 5 5 4 5 5 5 5 43 SB
14 5 5 5 5 5 4 4 5 2 40 B
15 4 5 4 4 5 5 1 4 5 33 CB
16 5 4 4 1 2 5 5 1 2 29 CB
17 5 5 5 5 5 5 5 4 4 43 SB
18 5 1 5 5 1 5 4 5 5 36 B
19 5 2 5 5 1 5 4 5 5 37 B
20 4 1 5 5 5 2 5 5 4 36 B
21 5 1 5 5 5 5 5 5 5 41 SB
22 5 4 2 5 4 5 5 5 4 39 B
23 5 2 5 5 4 5 5 5 5 41 SB
24 5 4 5 5 4 5 5 5 5 43 SB
25 5 4 2 2 1 5 5 2 5 31 CB
26 5 5 4 5 2 4 4 5 5 39 B
27 5 4 2 5 4 1 1 5 4 31 CB
28 5 4 2 5 4 5 5 1 4 35 CB
29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 SB
30 5 5 5 5 5 5 5 1 5 41 SB
Jumlah skor 1.137
Rata-rata skor kelas 37,9
Rata-rata nilai 84,22
Jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 29
Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 97%
Tabel 14. Menunjukkan bahwa pada aspek konatif siklus I terdapat 29 siswa
atau 97% siswa yang melaksanakan nilai kedisiplinan dan terdapat 1 siswa yang
belum melaksanakan nilai kedisiplinan. Rata-rata kelas untuk aspek konatif adalah
37,9. Nilai sikap disiplin aspek konatif adalah 84,22.
Tabel 15. Hasil Sikap Kedisiplinan Keseluruhan Siswa Siklus I Kriteria Cukup
lxx
nden 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 5 4 4 2 1
4 5 5 4 4 5 1 4 4 4 5 1 2 5 1 70 CB
2 5 4 5 5 4
5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 1 90 SB
3 4 4 5 5 4
4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 5 5 85 B
4 5 4 5 5 4
5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 1 89 B
5 4 4 4 5 4
1 4 4 4 4 4 5 4 2 4 5 5 5 5 5 82 B
6 4 4 5 4 4
5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 86 B
7 5 4 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 99 SB
8 4 4 4 1 4
5 4 1 1 2 4 1 4 4 1 1 4 4 5 5 63 TB
9 5 5 5 5 5
1 5 5 5 5 1 5 1 2 1 1 5 2 1 1 66 CB
10 5 5 5 4 1
2 5 5 1 5 5 5 5 5 2 4 5 4 5 4 82 B
11 5 4 5 4 5
5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 95 SB
12 4 4 5 5 4
5 5 5 2 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 90 SB
13 5 4 5 5 5
5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 92 SB
14 5 5 5 5 5
4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 2 4 5 5 4 91 SB
15 4 5 5 4 5
1 4 4 5 5 1 1 4 5 5 5 5 5 5 5 83 B
16 5 4 5 4 5
1 2 1 2 5 5 1 1 4 2 2 5 2 4 1 61 TB
17 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 97 SB
18 5 1 4 5 5
5 4 5 1 5 4 1 5 2 1 5 4 1 4 1 68 CB
19 5 2 5 5 2
5 5 5 1 5 4 1 5 1 1 5 5 1 5 1 69 CB
20 4 1 4 5 4
1 5 5 5 2 5 5 5 5 1 4 5 2 1 1 70 CB
21 5 1 5 5 5
1 5 5 5 5 5 1 5 1 5 1 5 5 5 1 76 CB
22 5 4 5 2 4
5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 89 B
23 5 2 5 5 4
2 5 5 4 5 5 4 5 1 1 5 5 4 5 1 78 CB
24 5 4 5 5 5
5 4 5 4 5 5 4 5 2 4 5 5 4 5 4 90 SB
25 5 4 5 2 4
5 5 2 1 5 5 4 2 5 2 5 2 1 1 1 66 CB
26 5 5 5 4 5
4 5 5 2 4 4 1 5 2 4 5 1 1 4 5 76 CB
27 5 4 5 2 4
5 5 5 4 1 1 4 5 4 5 4 5 4 5 1 78 CB
28 5 4 5 2 4
5 5 5 4 5 5 4 1 4 5 4 5 4 5 1 82 B
29 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 1 5 1 5 5 5 5 1 88 B
30 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 2 1 88 B
Jumlah skor seluruh siswa 2.439
Rata-rata skor kelas 81,3
Nilai rata-rata sikap kedisiplinan 81,3
Jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 28
Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 93,33%
Tabel 15. Menunjukkan bahwa sikap kedisiplinan pada siklus I terdapat 28 siswa
atau 93,33%% siswa yang mempunyai sikap kedisiplinan dan terdapat 2 siswa yang
belum mempunyai sikap kedisiplinan. Rata-rata kelas siklus I adalah 81,3. Nilai rata-
rata sikap kedisiplinan adalah 81,3.
lxxi
8.2 Siklus II
Peneliti melakukan siklus II setelah siklus I selesai. Peneliti membagikan
kuesioner skala sikap terhadap responden di akhir siklus II. Hal tersebut bertujuan
untuk melihat target akhir siklus II apakah sudah terpenuhi atau belum. Hasil
skala sikap akhir siklus II yang telah diisi oleh siswa kelas IV dapat dilihat pada
tabel berikut:
lxxii
Tabel 16. Skala Sikap Siklus II Aspek Kognitif
No. Kognitif
Skor Ket.
Responden k7 k15 k17 k18 k19 k20
1 5 4 5 1 5 4 24 B
2 5 4 5 4 4 4 26 B
3 5 4 5 5 5 5 29 SB
4 4 4 5 4 5 4 26 B
5 4 4 5 5 5 4 27 SB
6 4 4 4 4 5 4 25 B
7 4 4 5 5 5 5 28 SB
8 4 1 4 4 5 4 22 CB
9 4 5 5 4 5 4 27 SB
10 5 4 5 5 5 4 28 SB
11 5 5 5 5 5 4 29 SB
12 5 5 5 5 5 1 26 B
13 5 5 5 4 4 4 27 SB
14 4 4 5 4 4 5 26 B
15 4 5 5 5 5 5 29 SB
16 5 5 5 4 5 5 29 SB
17 4 5 5 5 5 5 29 SB
18 5 5 5 5 5 5 30 SB
19 2 4 5 4 5 4 24 B
20 5 5 5 4 5 4 28 SB
21 5 5 5 5 5 5 30 SB
22 5 4 4 4 4 4 25 B
lxxiii
23 5 4 5 4 5 4 27 SB
24 4 4 5 5 5 5 28 SB
25 5 5 1 5 5 5 26 B
26 5 5 5 5 5 5 30 SB
27 5 4 4 5 4 4 26 B
28 5 5 5 4 5 4 28 SB
29 5 5 5 5 5 4 29 SB
30 5 4 5 5 4 5 28 SB
Jumlah skor 816
Rata-rata skor kelas 27,2
Rata-rata nilai 90,66
Jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 30
Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 100%
Tabel 16. Menunjukkan bahwa pada aspek kognitif siklus II terdapat 30 siswa
atau 100% siswa yang memahami nilai kedisiplinan dan tidak terdapat siswa yang
belum memahami nilai kedisiplinan. Rata-rata kelas untuk aspek kognitif adalah
27,2. Nilai sikap disiplin aspek kognitif adalah 90,66. Hasil untuk aspek afektif
dapat dilihat dalam tabel 17 berikut:
No. Afektif
Skor Ket.
Responden k3 k5 k6 k12 k14
1 5 4 5 4 4 22 B
2 5 4 4 5 4 22 B
3 4 5 4 5 5 23 SB
4 5 4 5 4 4 22 B
5 4 5 5 4 4 22 B
6 4 4 4 5 4 21 B
7 5 5 4 5 5 24 SB
8 4 4 5 4 4 21 B
9 5 5 5 5 1 21 B
10 4 4 5 5 4 22 B
11 5 5 5 5 5 25 SB
12 5 4 5 2 4 20 B
13 5 5 5 5 4 24 SB
14 5 5 4 4 5 23 SB
15 5 5 4 5 5 24 SB
16 5 5 4 4 4 22 B
17 5 5 4 5 5 24 SB
lxxiv
18 5 1 5 5 2 18 CB
19 5 4 5 4 4 22 B
20 5 4 5 4 5 23 SB
21 5 5 5 4 5 24 SB
22 4 4 4 4 4 20 B
23 5 5 5 4 4 23 SB
24 5 5 4 5 5 24 SB
25 5 5 5 5 5 25 SB
26 5 5 5 4 5 24 SB
27 4 4 5 4 4 21 B
28 5 4 5 4 5 23 SB
29 5 5 4 5 5 24 SB
30 5 5 5 5 5 25 SB
Jumlah skor 678
Rata-rata skor kelas 22,6
Rata-rata nilai 90,4
Jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 30
Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 100%
Tabel 17. Menunjukkan bahwa pada aspek afektif siklus II terdapat siswa atau
100% siswa yang menghayati nilai kedisiplinan dan tidak terdapat siswa yang
belum menghayati nilai kedisiplinan. Rata-rata kelas untuk aspek afektif adalah
22,6. Nilai sikap disiplin aspek afektif adalah 90,4. Hasil untuk aspek konatif
dapat dilihat dalam tabel 18 berikut:
No. Konatif
Skor Ket.
Responden k1 k2 k4 k8 k9 k10 k11 k13 k16
1 5 4 5 5 4 1 5 5 5 39 B
2 5 5 5 5 5 5 5 5 4 44 SB
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 SB
4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 43 SB
5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 38 B
6 4 4 5 5 5 5 4 5 5 42 SB
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 SB
8 5 4 4 4 5 4 2 4 4 36 B
9 5 5 4 5 5 1 4 4 5 38 B
10 5 5 5 4 4 5 4 4 5 41 SB
11 5 5 4 5 5 4 5 5 5 43 SB
12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 SB
lxxv
13 4 44 5 5 4 4 5 5 40 B
14 4 44 5 5 5 5 4 4 40 B
15 4 55 4 5 5 4 4 4 40 B
16 5 55 5 5 5 5 5 4 44 SB
17 4 54 4 5 5 4 4 4 39 B
18 5 54 5 4 5 5 5 5 43 SB
19 5 45 5 4 5 5 5 1 39 B
20 5 45 4 4 5 4 4 5 40 B
21 5 55 5 5 5 5 5 5 45 SB
22 4 44 4 4 5 4 4 5 38 B
23 4 45 5 4 5 5 5 5 42 SB
24 5 55 5 5 5 5 5 5 45 SB
25 5 55 5 2 5 5 5 5 42 SB
26 5 55 5 5 5 5 5 5 45 SB
27 5 45 4 4 4 5 5 5 41 SB
28 4 45 5 5 5 4 4 5 41 SB
29 5 55 5 5 5 5 5 5 45 SB
30 5 55 5 5 5 5 5 5 45 SB
Jumlah skor 1.253
Rata-rata skor kelas 41,76
Rata-rata nilai 92,81
Jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 30
Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 100%
Tabel 18. Menunjukkan bahwa pada aspek konatif siklus II terdapat 30 siswa
atau 100% siswa yang melaksanakan nilai kedisiplinan dan tidak terdapat siswa
yang belum melaksanakan nilai kedisiplinan. Rata-rata kelas untuk aspek konatif
adalah 41,76. Nilai sikap disiplin aspek konatif adalah 92,81.
Tabel 19. Hasil Sikap Kedisiplinan Keseluruhan Siswa Siklus II Kriteria Cukup
lxxvi
6 4 4 4 5 4
4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 88 B
7 5 5 5 5 5
4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 97 SB
8 5 4 4 4 4
5 4 4 5 4 2 4 4 4 1 4 4 4 5 4 79 CB
9 5 5 5 4 5
5 4 5 5 1 4 5 4 1 5 5 5 4 5 4 86 B
10 5 5 4 5 4
5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 91 SB
11 5 5 5 4 5
5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 97 SB
12 5 5 5 5 4
5 5 5 5 5 5 2 5 4 5 5 5 5 5 1 91 SB
13 4 4 5 4 5
5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 91 SB
14 4 4 5 4 5
4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 89 B
15 4 5 5 5 5
4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 93 SB
16 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 95 SB
17 4 5 5 4 5
4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 92 SB
18 5 5 5 4 1
5 5 5 4 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 91 SB
19 5 4 5 5 4
5 2 5 4 5 5 4 5 4 4 1 5 4 5 4 85 B
20 5 4 5 5 4
5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 90 SB
21 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 99 SB
22 4 4 4 4 4
4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 83 B
23 4 4 5 5 5
5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 92 SB
24 5 5 5 5 5
4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 97 SB
25 5 5 5 5 5
5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 93 SB
26 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 99 SB
27 5 4 4 5 4
5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 88 B
28 4 4 5 5 4
5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 92 SB
29 5 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 98 SB
30 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 98 SB
Jumlah skor seluruh siswa 2.746
Rata-rata skor kelas 91,53
Nilai rata-rata sikap kedisiplinan 91,53
Jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 30
Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan cukup 100%
Tabel 19. Menunjukkan bahwa sikap kedisiplinan pada siklus II seluruh siswa atau
100% siswa yang mempunyai sikap kedisiplinan. Rata-rata kelas siklus II adalah 91,53.
Nilai rata-rata sikap kedisiplinan adalah 91,53.
• Pembahasan
lxxvii
siswa masih rendah. Untuk itu peneliti memilih pembelajaran dengan metode
Pedagogi Reflektif. Peneliti menggunakan skala sikap untuk mengetahui sikap
kedisiplinan siswa yang diberikan pada akhir siklus I dan siklus II. Pencapaian
siklus I dan siklus II secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 20. Dapat dilihat bahwa siklus I sikap kedisiplinan siswa mengalami
peningkatan. Hal tersebut terlihat ketika pada kondisi awal persentase sikap
kedisiplinan siswa sebesar 64% sedangkan pada akhir siklus I meningkat menjadi
93,33%. Persentase sikap kedisiplinan siswa pada siklus I mengalami peningkatan
dan juga telah mencapai target yaitu 77% yang ditetapkan peneliti sebelumnya.
Pada siklus II sikap kedisiplinan siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi
awal 64% meningkat menjadi 100% dengan target 84%. Peningkatan sikap
kedisiplinan siswa kelas IV mulai dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II dapat
dilihat pada grafik berikut :
lxxviii
Gambar 3. Dapat dilihat adanya peningkatan sikap kedisiplinan siswa pada
siklus I sebesar 29,33% dari kondisi awal. Sedangkan pada siklus II terjadi
peningkatan sebesar 6,67% dari akhir siklus I. jika melihat pada PAP tipe 1 sikap
kedisiplinan siswa mengalami peningkatan dari kriteria “Tidak Baik” pada kondisi
awal dan terjadi peningkatan menjadi “Sangat Baik” pada akhir siklus I, dan
meningkat lagi menjadi “Sangat Baik” pada akhir siklus II. Dengan demikian
jumlah siswa yang telah menunjukkan sikap kedisiplinan telah mengalami
peningkatan dan indikator keberhasilan telah tercapai, sehingga siklus dapat
dihentikan.
Siklus I Siklus II
Aspek yang Kondisi Rata- Persenta Rata- Persenta
No. Diamati Awal rata se Siswa rata se Siswa
Nilai Disiplin Nilai Disiplin
Pada tabel 21. Dapat dilihat adanya peningkatan sikap kedisiplinan siswa pada
aspek kognitif, afektif dan konatif. Pada aspek kognitif telah mengalami
peningkatan dari kondisi awal dengan persentase sebesar 64% dan pada siklus I
meningkat 77% dengan nilai rata-rata 76,88. Selanjutnya pada siklus II aspek
lxxix
kognitif mengalami peningkatan menjadi 100% dengan nilai rata-rata 90,66.
Sehingga pada siklus II ini target yang ditetapkan telah tercapai karena telah
mencapai bahkan melebihi target. Pada PAP tipe 1 kriteria aspek kognitif
mengalami peningkatan dari kondisi awal yaitu “Tidak Baik” menjadi “Cukup
Baik” pada siklus I dan menjadi “Sangat Baik” pada siklus II.
Kesimpulan dari sikap kedisiplinan siswa baik dari aspek kognitif, afektif dan
konatif telah mengalami peningkatan. Selain itu pada siklus II semua aspek telah
mencapai target yang ditentukan sebelumnya. Selanjutnya grafik peningkatan
sikap kedisiplinan siswa peraspek dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
lxxx
120%
Aspek kognitif pada grafik dapat dilihat telah mengalami peningkatan sebesar
13% pada siklus I dari kondisi awal. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan
sebesar 36% dari kondisi awal. Senada dengan aspek kognitif, aspek afektif juga
mengalami peningkatan. Pada siklus I aspek afektif mengalami peningkatan
sebesar 16% dari kondisi awal. Sedangkan pada siklus II aspek afektif mengalami
peningkatan sebesar 36% dari kondisi awal. Selanjutnya pada aspek konatif
mengalami peningkatan sebesar 33% dari kondisi awal. Pada siklus II aspek
konatif kembali mengalami peningkatan sebesar 36% dari kondisi awal.
lxxxi
Gambar 5. Grafik Peningkatan Nilai Sikap Kedisiplinan Siswa Peraspek
100
Hasil penelitian yang telah diperoleh, jumlah siswa yang telah memiliki sikap
kedisiplinan baik dalam aspek kognitif, afektif dan konatif telah mengalami
peningkatan. Hal tersebut berarti indikator keberhasilan sudah tercapai. Penelitian
ini menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif yang
mengajak siswa untuk dapat berefleksi atas hal yang mereka alami dan melakukan
aksi nyata, sesuai yang dikemukakan oleh Subagya (2010:23) bahwa pola pikir
yang dikembangkan dalam PPR adalah membentuk siswa menjadi seorang yang
mempunyai nilai kemanusiaan, dapat merefleksikan semua yang dilakukannya
dan melakukan aksi untuk mewujudkan nilai tersebut.
Hasil penelitian ini selaras dengan tujuan disiplin di sekolah menurut Mulyasa
(2008:192) adalah untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi
dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga dapat menggapai hasil
belajar yang optimal. Penelitian ini dapat diakhiri dan tidak dilanjutkan ke siklus
III karena target sudah terpenuhi.
lxxxii
BAB V
a. Kesimpulan
lxxxiii
Hasil analisis dan pembahasan data mengenai penelitian dengan judul
“Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pembelajaran PKn Menggunakan Model
Paradigma Pedagogi Reflektif Siswa Kelas IV SDN 64 To’ Bulung” dengan
rumusan masalah penelitian yang dijabarkan peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pelaksanaan model PPR ini dalam upaya meningkatkan sikap kedisiplinan siswa
yang mencakup aspek kognitif, afektif dan konatif pada mata pelajaran PKn siswa
kelas IV SDN 64 To’ Bulung tahun ajaran 2019/2020 dilakukan dengan langkah-
langkah yang dimulai dari peneliti menyampaikan materi pelajaran dengan media,
peneliti menggali pengalaman siswa dan mengaitkannya dengan materi, siswa
merefleksikan pembelajaran, peneliti mengajak siswa melakukan aksi dan peneliti
mengevaluasi hasil belajar siswa.
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
lxxxiv
Azwar, Zaifuddin. 2015. SIkap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
lxxxv
Lickona. 2014. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.
Martono, Nanang. 2010. Statistik Sosial: Teori dan aplikasi program SPSS.
Yogyakarta: Kanisius.
lxxxvi
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tu”u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.
Utami. 2010. Praktik PAKEM PKn SD: Panduan praktis mengajar PKn di
kelas II dengan aktif, kreatif dan menyenangkan (Jilid 2). Jakarta:
Erlangga.
Wahana, Paulus. 2010. Nilai Etika Aksiologia Max Scheler. Yogyakarta: Kanisius.
Widiyanti. 2012. Pengaruh Pendidikan Karakter dengan Pendekatan PPR dan
Motivasi Belajar Terhadap Kpribadian Siswa.(Skripsi yang tidak
dipublikasikan): Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
lxxxvii
lxxxviii
LAMPIRAN
lxxxix
Lampiran 1
xc
40. Guru menghukum 16. Guru tidak
siswa yang bolos mempermasalahkan
siswa yang bolos
2. Aturan di sekolah 37. Aturan di sekolah tidak
membuat siswa lebih terlalu penting bagi
rajin siswa
44. Apabila melanggar 29. Guru tidak member
peraturan guru siap sanksi saat siswa
memberi sanksi melanggar aturan
38. Guru meyakini 10. Guru menyukai siswa
ketekunan siswa dapat yang mencoret-coret
membuatnya pandai tembok merupakan
tindakan yang layak
dilakukan di
masyarakat untuk
menyalurkan bakat seni
21. Guru mengontol siswa 45. Guru membiarkan
yang piket dan siswa siswa yang malas
yang tidak piket mengikuti pelajaran
yang ia tidak sukai
9. Guru mengapresiasi 23. Guru membiarkan
siswa yang rajin piket siswa membuang
sampah di kelas
15. Guru menekankan 19. Guru tidak
siswa agar berseragam mempermasalahkan
lengkap ke sekolah siswa yang berpakaian
bebas ke sekolah
18. Guru memberikan 3. Guru menyukai siswa
penilaian tersendiri yang malas
bagi siswa yang rajin mengumpulkan tugas
piket
30. Guru mengamati siswa 25. Guru membiarkan
yang datang tepat siswa yang mengajak
waktu temannya melanggar
Konatif
aturan
1. Guru menyukai siswa 5. Guru tidak menegur
yang rajin siswa yang terlambat
mengumpulkan tugas masuk kelas
32. Guru menyampaikan 20. Guru tidak
agar siswa menaati menyampaikan aturan
aturan yang ada di sekolah kepada siswa
xci
masyarakat dengan
sungguh-sungguh
36. Guru memperhatikan 12. Guru membiarkan
siswa yang serius saat siswanya menyontek
pembelajaran saat ulangan
berlangsung
4. Guru melarang siswa 31. Guru senang pada
menonton televisi saat siswa yang terlambat
belajar bangun pagi
41. Guru menyarankan 33. Guru menyukai siswa
kepada siswa agar yang malas
membuat jadwal harian
mereka agar hidup
lebih teratur
7. Guru menyukai siswa 11. Guru menyampaikan
yang masuk kelas tepat kepada siswa agar
waktu agar tidak banyak bermain di
ketinggalan pelajaran rumah biar senang
34. Guru menyukai siswa
berseragam lengkap
karena takut mendapat
sanksi
Sumber: Dewi, R.K (2016:47-49)
xcii
Lampiran 2
JADWAL PENELITIAN
OBSERVASI
SIKLUS I
SIKLUS II
xciii
Lampiran 3
Tanggal :
Proses
pembelajaran
Siswa tidak ramai
sendiri saat proses
pembelajaran
berlangsung
xciv
Aktivitas belajar siswa
Siswa menjalankan
aturan yang berlaku di
kelas
Pengelolaan
kelas
Guru melaksanakan
pembelajaran sesuai
langkah-langkah dalam
model Paradigma
Metode
Pedagogi Reflektif
pembelajaran
(PPR)
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas / Semester : IV / 2
Pembelajaran :5
xcv
Alokasi Waktu : 2x35 Menit
1. KOMPETENSI INTI (KI)
PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya
di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keragaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan
4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya
di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
Indikator :
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
xcvi
• Setelah berdiskusi, siswa mampu mengidentifikasi keragaman agama di
Indonesia dengan benar.
4. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
xcvii
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
xcviii
5. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
6. MATERI PEMBELAJARAN
1) Mengenali tempat ibadah, kitab suci, dan hari besar agama-agama yang
ada di Indonesia.
7. METODE PEMBELAJARAN
a) Pendekatan : Saintifik
b) Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan
dan ceramah
Penilaian Sikap
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Abdul Hamas
3 Muh. Randi
xcix
dst ……………..
Keterangan:
c
Mengetahui, Palopo, Februari 2020
Menyetujui,
Kepala Sekolah,
(Masjuddin, S.Pd.SD.)
Kelas / Semester : IV / 2
ci
Tema 7 : Indahnya Keragaman di Negeriku
Pembelajaran :3
PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya
di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keragaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan
Indikator :
cii
• Menjelaskan tentang bentuk, bahan pembuat, dan keunikan dari rumah
adat daerah.
3) TUJUAN PEMBELAJARAN
4) KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
ciii
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
civ
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
6) MATERI PEMBELAJARAN
1) Berdiskusi kelompok tentang bentuk, bahan pembuat, dan keunikan dari
rumah adat daerah mereka.
cv
7) METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Saintifik
3 Rival Ramadhan
……………..
dst
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4
Mengetahui, Palopo, Februari 2020
Menyetujui,
Kepala Sekolah,
(Masjuddin, S.Pd.SD.)
cvi
PERTEMUAN PERTAMA SIKLUS 2
Kelas / Semester : IV / 2
Pembelajaran :4
PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya
di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keragaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan
cvii
• Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya
di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan Indonesia; serta
hubungannya dengan karakteristik ruang.
Indikator :
5 TUJUAN PEMBELAJARAN
6 KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
cviii
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
cix
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
bangsa Indonesia.
a. Siswa berdiskusi kelompok mengenai
tindakan untuk melestarikan pakaian adat
di Indonesia.
b. Siswa membacakan hasil diskusi di depan
kelas secara bergantian.
c. Guru menekankan kepada siswa
mengenai beberapa contoh tindakan
untuk melestarikan pakaian adat.
Tindakan itu antara lain: mengabadikan
foto atau gambar pakaian adat,
memakainya dalam kehidupan sehari-
hari, tetapi dengan modifikasi agar
nyaman dipakai serta memakai pakaian
adat dalam perayaan hari kemerdekaan.
Hasil yang diharapkan:
cx
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
8 MATERI PEMBELAJARAN
9 METODE PEMBELAJARAN
2 Pendekatan : Saintifik
3 Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan
dan ceramah
cxi
10 PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
Penilaian Sikap
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2 Franzesco Jefrianus
Yuandi
3 Ali Azan
dst ……………..
Keterangan:
cxii
Mengetahui, Palopo, Februari 2020
Menyetujui,
Kepala Sekolah,
(Masjuddin, S.Pd.SD.)
cxiii
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas / Semester : IV / 2
Pembelajaran :5
PPKn
1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya
di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa
cxiv
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keragaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan
Indikator :
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
4. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
cxv
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
menyimpulkan.
Inti Competence 45 menit
cxvi
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
6. MATERI PEMBELAJARAN
7. METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan
dan ceramah
Penilaian Sikap
cxvii
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Dildar RAbbani
Azzaliah
2 Fadillah Nur
Ramadhani
3 Reski Anugrah Syubair
dst ……………..
Keterangan:
Menyetujui,
Kepala Sekolah,
(Masjuddin, S.Pd.SD.)
cxviii
Lampiran 5
cxix
Asal provinsi :
Keunikan :
cxx
Asal provinsi :
Keunikan :
cxxi
Asal provinsi :
Keunikan :
cxxii
Asal provinsi :
Keunikan :
cxxiii
Asal provinsi :
Keunikan :
Gambar 2.19 Rumah adat Jonglo
Asal provinsi :
Keunikan :
cxxv
cxxvi
cxxvii
cxxviii
TARI POLO TARI DINGGU
TARI
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN
cxxx
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
Palopo, Februari 2020
Skala penelitian ini berisi pernyataan mengenai hal-hal yang terkait dengan
pengetahuan dan pengalaman adik-adik dalam kehidupan sehari-hari. Adik-adik
diminta untuk mengisi pilihan jawaban yang sesuai dengan hal-hal yang terkait
dengan pengetahuan dan pengalaman sehari-hari. Kuesioner ini tidak akan
mempengaruhi nilai adik-adik.
cxxxi
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang dianggap
sesuai dengan kondisi adik-adik.
Disini tidak ada jawaban benar atau salah, karena jawaban yang diharapkan
adalah jawaban yang sesuai dengan kondisi adik-adik. Data yang adik-adik isikan
bersifat pribadi sehingga saya akan menjamin kerahasiaannya.
Contoh :
cxxxii
DATA IDENTITAS PRIBADI SEBELUM VALIDASI
Nama : ……………………….
Usia.........................................................tahun
Kelas : ……………………….
PERNYATAAN :
cxxxiii
31 Saya malas untuk bangun pagi
Saya melaksanakan aturan sekolah yang
32 berlaku di masyarakat dengan sungguh-
sungguh
Saya memakai seragam sesuai peraturan
34
sekolah agar tidak mendapat sanksi
Saya tidak ingin melaksanakan aturan
35
disiplin di kelas karena saya merasa bosan
Saya berniat memperhatikan penjelasan
36
guru saat pelajaran di kelas
Aturan di sekolah tidak terlalu penting bagi
37
saya
Saya memahami pentingnya menaati
39
peraturan hanya di rumah saja
Saya membuat jadwal kegiatan sehari-hari
41
agar hidup lebih teratur
Saya yakin bahwa aturan disiplin dapat
42
membantu saya menjadi rajin
Saya tidak bersungguh-sungguh dalam
43 melaksanakan aturan yang berlaku di
masyarakat
Saya tahu bahwa melaksanakan piket itu
46
dapat menjaga kebersihan
47 Saya tahu piket dapat membuat saya lelah
(*) coret yang tidak perlu
cxxxiv
DATA IDENTITAS PRIBADI SETELAH VALIDASI
Nama : ……………………….
Usia.........................................................tahun
Kelas : ……………………….
PERNYATAAN :
cxxxv
sehari-hari dapat menjadikan hidup teratur
8 Saya datang ke sekolah tepatt waktu
9 Saya malas untuk bangun pagi
Saya melaksanakan aturan sekolah yang
10 berlaku di masyarakat dengan sungguh-
sungguh
Saya memakai seragam sesuai peraturan
11
sekolah agar tidak mendapat sanksi
Saya tidak ingin melaksanakan aturan
12
disiplin di kelas karena saya merasa bosan
Saya berniat memperhatikan penjelasan
13
guru saat pelajaran di kelas
Aturan di sekolah tidak terlalu penting bagi
14
saya
Saya memahami pentingnya menaati
15
peraturan hanya di rumah saja
Saya membuat jadwal kegiatan sehari-hari
16
agar hidup lebih teratur
Saya yakin bahwa aturan disiplin dapat
17
membantu saya menjadi rajin
Saya tidak bersungguh-sungguh dalam
18 melaksanakan aturan yang berlaku di
masyarakat
Saya tahu bahwa melaksanakan piket itu
19
dapat menjaga kebersihan
20 Saya tahu piket dapat membuat saya lelah
(*) coret yang tidak perlu
cxxxvi
Lampiran 7
Dokumentasi Siklus I
cxxxvii
Foto bersama wali kelas IV SDN 64 To’ Bulung Kota Palopo
cxxxvii
i
Foto bersama siswa di kelas saat proses belajar mengajar berlangsung
(pelaksanaan siklus I) dan foto buku siswadi kelas IV SDN 64 To’ Bulung Kota
Palopo
Dokumentasi Siklus II
cxxxix
Foto bersama siswa di kelas saat proses belajar mengajar berlangsung
(pelaksanaan siklus II ) di kelas IV SDN 64 To’ Bulung Kota Palopo
Foto siswa kelas IV saat waktu sholat di perpustakaan SDN 64 To’ Bulung
Kota Palopo
cxl
Foto buku dan absensi siswa yang digunakan di kelas IV SDN 64 To’ Bulung
Kota Palopo
Lampiran 8
cxli
Lampiran 9
cxlii
cxliii
cxliv