Anda di halaman 1dari 35

PEMANFAATAN KARTU SIDIK, TEKNIK

PENYELIDIKAN, PENDEKATAN KOOPERATIF, DAN


MUSEUM LAGALIGO SEBAGAI SUMBER BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV
SD PERTIWI MAKASSAR

Diajukan sebagai Naskah


Simposium Guru Tingkat Nasional Tahun 2015

HASLIAH, S.Pd.
Guru SD Pertiwi Makassar

SD PERTIWI MAKASSAR
Jalan. BontoLangkasa No.15
Kecamatan Rappocini,Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
2015

Naskah Simposium Guru Nasional | i


Naskah Simposium Guru Nasional | ii
PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wataala, atas


limpahan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat merampungkan karya
tulis inovasi pembelajaran yang berjudul “Pemanfaatan Kartu Sidik, Teknik
Penyelidikan, Pendekatan Kooperatif, dan Museum Lagaligo Sebagai Sumber
Belajar Pada Pembelajaran IPS di kelas IV SD Pertiwi Makassar,” Karya tulis ini
mengetengahkan suatu gagasan kreatif dan inovatif mengenai upaya
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran IPS di SD. Karya tulis ini telah
diupayakan semaksimal mungkin hingga selesai, namun penulis menyadari
bahwa tentu saja sebagai manusia biasa tentu saja tidak luput dari kesalahan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun, dengan rendah hati
penulis nantikan.
Akhirnya, besar harapan penulis kiranya karya tulis ini dapat bermanfaat
guna meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS di SD yang
selama ini dianggap kurang menyenangkan dan monoton bagi siswa.

Makassar, 21 Oktober 2015


Penulis,

Naskah Simposium Guru Nasional | iii


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Fokus Pembahasan .................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat ............................................. 2
D. Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI


A. Teknik Penyelidikan ...................................................................... 4
B. Pendekatan Kooperatif .................................................................... 5
C. Mesum Lagaligo sebagai sumber belajar ............................................ 6

BAB III PEMBAHASAN

A. Ide Dasar ……………………………………………..........… 11


B. Proses Inovasi ........………………………………………. 6
C. Hasil Penerapan dalam Pembelajan ………………………….. 17

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………..................... 20
B. Saran ……………………………………….............................. 20

DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN-LAPIRAN 22

Naskah Simposium Guru Nasional | iv


ABSTRAK

HASLIAH. 2015. Karya Tulis Inovasi Pembelajaran dengan judul:” “Pemanfaatan


Kartu Sidik, Teknik Penyelidikan, Pendekatan Kooperatif, dan
Museum Lagaligo Sebagai Sumber Belajar Pada Pembelajaran IPS di
kelas IV SD Pertiwi Makassar,”.

Tujuan penulisan ini untuk menguji keefektifan “Pemanfaatan Kartu Sidik,


Teknik Penyelidikan, Pendekatan Kooperatif, dan Museum Lagaligo Sebagai Sumber
Belajar Pada Pembelajaran IPS di kelas IV SD Pertiwi Makassar,. Untuk menguji
keefektifan tersebut dilakukan penelitian model eksperimen dengan sampel sebanyak
60 orang yang terdiri dari 30 orang kelompok eksperimen dan 30 orang kelompok
kntrol. Adapun teknik pengumpulan data digunakan prosedur tes hasil belajar
pengamatan, dan angket kepada siswa sampel.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan
teknik penyelidikan, pendekatan kooperatif dan kartu sidik dengan Memanfaatkan
Museum Lagaligo sebagai sumber belajar lebih tinggi daripada teknik konvensional
dalam pembelajaran IPS di Kelas IV SD Pertiwi Makassar terlihat pada tes hasil
belajar lebih tinggi kelompok uji coba dibandang dengan kelompok konvensional
sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik penyelidikan, kooperatif dan
kartu sidik dengan memanfaatkan museum lagaligo sebagai sumber belajar efektif
dalam pembelajaran IPS. Selain itu, kualitas pembelajaran menujukkan bahwa
kelompok sampel yang diajar dengan menggunakan teknik penyelidikan, kooperatif
dan kartu sidik dengan memanfaatkan museum lagaligo sebagai sumber belajar lebih
tinggi daripada teknik konvensional dalam pembelajaran IPS. Demikian pula respon
siswa terhadap teknik tersebut menunjukkan tingkat persentasi yang sangat tinggi Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kartu sidik, teknik penyelidikan,
pendekatan kooperatif, dan museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada
pembelajaran IPS di kelas IV SD Pertiwi Makassar, dinyatakan penggunaannya efektif.

Kata Kunci: Kartu Sidik, Penyelidikan, Kooperatif , dan Museum Lagaligo

----ooOoo----

Naskah Simposium Guru Nasional | v


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, ilmu pengetahuan sosial sebagai suatu mata pelajaran yang
menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain: Siapa diri
saya? Pada masyarakat apa saya berada? Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan
diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah
artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia? Bagaimanakah kehidupan
manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu sebagai suatu sistem sosial?
Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap siswa dan jawabannya telah
dirancang dalam pengetahuan sosial secara sistematis dan komprehensif. Dengan
demikian, pengetahuan sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di
masyarakat dan proses menuju kedewasaan.
Pembelajaran IPS di SD termasuk mata pelajaran yang tidak mudah. Secara
sepintas dapat dipahami hanya dengan membaca buku atau mendengarkan penjelasan
guru. Jika dibanding dengan ilmu eksakta seperti matematika dan IPA memang mata
palajaran IPS jauh lebih mudah. Hal ini sangat beralasan karena tidak membutuhkan
banyak analisis dalam penanaman konsep. Akan tetapi banyak guru yang mengalami
kesulitan mengajarkan mata pelajaran IPS dengan baik. Kenyataannya memperlihatkan,
bahwa kesan guru sekolah dasar terhadap mata pelajaran IPS gampang-gampang susah.
Artinya, tidak membutuhkan banyak pemikiran untuk mengajarkan, tetapi sulit
menyampaikan dengan baik. Kesulitan tersebut disebabkan beberapa alasan antara lain,
mata pelajaran IPS terkesan monoton dan tidak ada metode yang ideal untuk
mengajarkannya.
Jika dilihat dari kebiasaan mengajar guru sekarang ini, mata pelajaran IPS
masih sangat jauh dari harapan untuk menjawab pertanyaan di atas. Guru masih
terbatas memberikan anak hafalan, ujian terus menerus, baca buku, dan sebagainya
yang semua sangat verbal dan tidak mungkin mencapai tuntutan hakikat belajar IPS.
Tidak ada upaya melakukan eksplorasi, riset, dan mengembangkan kompetensi lintas
kurikulum, seperti wawancara, membuat laporan, kooperatif pemahaman, dan
sebagainya yang membuat anak belajar dengan kompetensi bermental tinggi sehingga
lebih bermakna.

Naskah Simposium Guru Nasional | 1


B. Fokus Pembahasan
Menyikapi masalah tersebut, penulis telah mengembangkan strategi
pembelajaran sebagai pengalaman membelajarkan siswa mata pelajaran IPS dengan
pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan, pendekatan kooperatif, sebagai alternatif
pembelajaran IPS di SD dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada di
lingkungan seperti museum, pasar, bangunan masjid tua, pabrik dan sebagainya, sesuai
dengan topik dalam kompetensi dasar yang diharapkan. Pada penulisan ini
mengujicobakan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar. Teknik ini menekankan
pada proses memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memahami,
mengkaji, menyelidiki, menganalisis secara kooperatif, dan melaporkan masalah yang
dikaji. Hal tersebut tentu saja akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna
karena dapat merangsang pikiran ilmiah dan sikap kritis siswa karena dirancang
dengan proses kegiatan yang mendalam dan sesuai dengan pembelajaran nyata/
kontekstual.

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penulisan ini untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran IPS.
Olehnya, pada dan mendeskrpsikan pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan,
pendekatan kooperatif, dengan memanfaatkan Museum Lagaligo sebagai
sumber belajar dalam pembelajaran IPS SD.
Dengan menggunakan teknik ini diharapkan dapat menjadi alternatif
penambah perbendaharaan teknik pembelajaran IPS dan menjadikan sebagai inspirasi
untuk membuat/menciptakan teknik dan metode pembelajaran yang inovatif lainnya.
Selain itu, dapat memberi peluang kepada siswa untuk aktif, kreatif, dan
berpikir ilmiah, dan membiasakan diri mengembangkan kemampuan melakukan
riset, melakukan kegiatan belajar yang menyenangkan. Selain itu, melatih
keberanian siswa melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah, membangun
dan mengolah gagasan, berpikir kritis, mengembangkan kompetensi
bermental tinggi, Membiasakan siswa membangun kebersamaan dengan
menumbuhkan sikap tanggung jawab, disiplin terhadap tugas yang diberikan
kepadanya, dan bekerja sama secara pendekatan kolaboratif dalam kelompok
sehingga memiliki, simpati, empati dan toleransi dengan orang lain.

Naskah Simposium Guru Nasional | 2


D. Ruag Lingkup Pembahasan
Ruag lingkup pembahasan dalam penulisan ini adalah:
1. Ide Dasar Inovasi merupakan rasional pemanfaatan kartu sidik, teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dengan Museum Lagaligo sebagai sumber
belajar IPS di kelas IV SD Pertiwi Makassar
2. Proses inovasi berisi perencanaan yang mencakup pembuatan kartu sidik,
pelaksaan yang mencakup kunjungan lapangan dan pemanfaatan kartu
sidik, diskusi kooperatif, dan apembuatan laporan dan
pelaporan/penyajian, serta pameran karya, penilaian,
3. Hasil Penerapan dalam Pembelajaran mencakup uji efektivitas, kualitas
pembelajaran, dan respon siswa

Naskah Simposium Guru Nasional | 3


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teknik penyelidikan
Hakikat penyelidikan adalah usaha memperoleh informasi melalui pengumpulan
data (http://kbbi.web.id/). Penyelidikan dalam konteks pembelajaran IPS yang dimaksud
dalam penulisan ini pada hakikatnya adalah riset kecil yang dilakukan melalui suatu
proses kreatif sehingga menarik minat siswa memberi makna yang lebih mendalam.
Oleh karena itu, siswa dengan sungguh-sungguh, cermat, dan akurat mencatat atau
merekam fakta, melakukan peninjauan, dengan tujuan memperoleh jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tentang peristiwa, sifat, keadaan, dan sebagainya terhadap hal
yang dipelajari. Kegiatan ini dilakukan dengan strategi pembelajaran yang berupaya
menerjunkan siswa secara langsung untuk melakukan penyelidikan atau perekaman
fakta ke objek atau sumber informasi dengan melalui tahapan yang mengoptimalkan
keterlibatan siswa untuk mengalami seluruh proses pembelajaran secara aktif dan
kreatif. Dengan demikian, maka siswa akan mengalami proses pembelajaran yang
sangat bermakna daripada sekedar membaca atau dijejali dengan ceramah yang sangat
monoton
B. Pendekatan kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk
membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
(Syaodih, 2005).
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada
pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat

Naskah Simposium Guru Nasional | 4


untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya. (Wyatt & Looper, 1999)
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang
baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan (Slavin dalam Syaodih, 1995).
C. Mesum Lagaligo sebagai sumber belajar
Teori yang mendukung pemanfaatan museum sebagai sumber belajar adalah
belajar melalui lingkungan. Konsep ini sesuai dengan teori belajar yang menganut
Contextual Teaching and Learning (CTL), yakni konsep pembelajaran mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa (konteks pribadi,
lingkungan fisik, sosial, kultural); Mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan-nya dalam konteks kehidupan mereka
sehari-hari; dan menempatkan siswa didalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajarinya dan
sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa. (Tabrani, 2003).
Hal ini sangat bermakna bagi siswa sebagamina mempunyai prinsip atau kata
kunci CTL yaitu (1) materi dimulai dari kongkret ke konsep/abstrak, dari apa yang telah
diketahui siswa, dan dekat dengan kehidupan nyata, (2) pembelajaran menyenangkan
dan efektif (3) siswa aktif, kritis dan kreatif serta terjadi perubahan perilaku
positif.karena siswa terjun langsung mengkaji berbagai permasalahan dari aspek dan
mencoba mencermati jalan keluar atau penanaman nilai pada diri berdasarkan
perenungan (4) pembelajaran bermakna dalam kehidupan karena dilakukan dengan
beragam pengalaman belajar yang dapat memberi dampak positif/nurturant effect sesuai
kondisi yang dikembangkan seperti sikap ilmiah, keberanian berkomunikasi, bekerja
sama, menghargai hasil kerja tim, dan sebagainya. (Mulyasa, 2005)
Dalam Museum Lagaligo terdapat aneka macam benda bersejarah dan budaya
daerah pada masa silam yang merupakan kekayaan budaya yang terpelihara hingga
sekarang. Mulai dari perlatan rumah tangga, pertanian, perumahan, hingga peralatan
kerajaan zaman dahulu, semua ada di dalam museum tersebut.Segala aspek kehidupan
manusia pada masa lalu dapat dipelajari pada koleksi museum itu.

Naskah Simposium Guru Nasional | 5


BAB III
KARYA INOVASI DALAM PEMBELAJARAN

A. Ide Dasar
Inovasi ini didasari oleh oleh kenyataan bahwa pembelajaran IPS masih
cenderung terpasung dalam ruangan. Kecenderungan siswa jika keluar kelas sangat
senang.Contohnya, pada mata pelajaran olahraga, sangat disukai. Kenyataan
menunjukkan bahwa siswa akan menyesal tidak hadir jika pembelajaran praktik olah
raga. Artinya, siswasangat senang belajar diluar. Olehkarena itu, karena didesain
pembelajaranmemnfaatkan dunian luar kelas. Salah satunya yang menarik adalah
Museum Lagaligo. Museum Lagaligo ini merupakan museum negeri yang terletak di
pusat Kota Makassar. Museum tersebut merupakan museum sejarah dan kebudayaan.
Museum ini berada dalam Benteng Fort Rotterdam, yang merupakan benteng
pertahanan pada masa penjajahan Belanda. Dalam lingkungan museum, terdapat juga
tempat pertunjukkan seni para seniman. Biasanya orang mengunjungi museum itu juga
mengunjungi benteng tersebut atau sebaliknya. Dapat dikatakan, bahwa Museum
Lagaligo merupakan bagian dari Benteng /Fort Rotterdam .
Lokasi museum ini sangat strategis karena dapat dijangkau dari penjuru kota
dalam waktu yang sangat singkat. Siswa dalam Kota Makassar dapat menjangkau
paling lama 8-10 menit dengan angkutan kota. Sedangkan di sekitar Kota Makassar
seperti Sungguminasa dan Maros dapat dijangkau hanya sekitar 20-30 menit. Oleh
karena itu, siswa sangat berpeluang untuk memanfaatkannya sebagai tempat belajar
(sumber belajar). Selain itu, museum tersebut cukup luas sehingga dapat menampung
ratusan siswa jika bertepatan beberapa sekolah melakukan kegiatan pembelajaran di
sana.
Penggunaan teknik ini, menurut hemat penulis, berdasarkan pengkajian di
lapangan, belum dikembangkan. Guru masih sebatas memanfaatkan lingkungan secara
konvensional.
B. Proses Inovasi
Pada prinsipnya proses inovasi yang dimaksud dalam penulisan ini
adalah mengujicobakan/eksperimentasi inovasi pembelajara yang meliputi tiga
hal perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya inovasi
pembelajaran yang diujicobakan adalah teknik penyelidikan, kooperatif, dan kartu

Naskah Simposium Guru Nasional | 6


Sidik sebagai alternatif pembelajaran ips dengan memanfaatkan Museum Lagaligo
di SD sebagai berikut.

1. Rancangan Pembelajaran
Rancangan merupakan kunci keberhasilan suatu pembelajaran. Apalagi suatu
pembelajaran yang sifatnya kompleks dan menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar harus mempunyai rancangan yang matang sebelum melakukannya. Kegiatan
yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang sama halnya dengan merencakan
suatu kegagalan. Demikian halnya kegiatan pembelajaran dengan penyelidikan,
kooperatif dan kartu sidik jika tidak dipersiapkan dengan rancangan matang, maka
akan membuang-buang waktu, energi, dan biaya semata. Oleh karena itu, untuk
melakukan kegiatan pembelajaran IPS secara efektif dengan teknik penyelidikan,
kooperatif dan kartu sidik perlu direncanakan secara cermat.
a. Menentukan masalah/topik yang akan diselidiki
Langkah pertama yang harus dilakukan bersama siswa adalah mengidentifikasi
topik yang akan dibahas. Dalam mengidentifikasi topik, pertimbangan pedagogis yang
penting diperhatikan oleh guru adalah mengupayakan agar topik harus aktual dan
berorientasi pada lingkungan sekitar/lokal yang dapat di selidiki seperti kebudayaan
daerah dengan sumber belajar museum, pasar, masjid tua, kuburan tua, dan sebagainya.
Sebagai contoh, topik yang dipilih adalah masalah kebudayaan daerah dengan sumber
belajar Musem Lagaligo. Hal ini sangat bergantung pada aspek kajian dalam
kompetensi dasar dalam kurikulum. Hal ini dipilih dengan pertimbangan, selain anak
mempelajari kebudayaan daerah yang lengkap dalam museum tersebut, juga scara
strategis museum itu cukup mudah dijangkau dalam kegiatan penyelidikan.
b. Membuat Kartu Sidik
Kartu Sidik adalah lembaran yang berisi informasi dan ilustrasi yang harus
diselidiki oleh siswa serta instruksi yang harus dilakukan siswa dalam
kaitannya dengan masalah yang dibahas pada waktu kegiatan penyelidikan ke
sumber belajar. Kartu Sidik tersebut merupakan pedoman atau acuan dalam
melakukan penyelidikan. Kartu ini dibuat dari karton berukuran kira-kira
8x12 cm. Sebaiknya Kartu Sidik tersebut tidak berukuran terlalu besar sehingga
praktis. Akan lebih baik jika dibuat dalam bentuk kartu ukuran kecil sehingga
tediri dari beberapa kartu untuk satu masalah (hal ini tergantung pilihan guru

Naskah Simposium Guru Nasional | 7


sesuai kondisi), yang jelas, unsur kepraktisan dan kemenarikan juga perlu
mendapat perhatian agar anak lebih tertarik, tidak seperti biasanya
menggunakan lembar kerja. Pada kartu tersebut ditulis beberapa hal berkaitan
dengan identitas seperti kode kelompok misalnya A, B, C dan seterusnya atau
1, 2, 3, dan seterusnya, bisa juga nama kelompok berdasarkan topik. Selain itu,
identitas mata pelajaran seperti pokok bahasan atau topik juga perlu
dicantumkan. Setiap lembaran berisi masalah yang berbeda sesuai tujuan yang
hendak dicapai dalam pembejaran. Bisa juga, satu topik untuk semua kelompok
tetapi masalah berbeda setiap kelompok. Dalam lembar penyelidikan tersebut
memuat suatu informasi atau ilustasi yang harus dikaji/diselidiki siswa dan
instruksi/cara untuk memahami informasi tersebut.
Untuk merancang lembar penyelidikan sesuai topik yang akan dikaji,
terlebih dahulu diinventarisir hal yang perlu dipahami. Misalnya, tentang
pakaian adat, maka yang perlu dipahami diinventarisir sebagai berikut :
• Topi berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis,
kapan dan siapa pemakainya, ukuran, filosofi, lama dan pembuatnya,
waktu pembuatan, dan detail lainnya.
• Baju berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis,
kapan dan siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan
pembuatan, dan detail lainnya.
• Sarung berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis,
kapan dan siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan
tempat pembuatan, dan detail lainnya.
• Keris/Badik berkaitan dengan: bahan, bentuk, jenis, fungsi tiap jenis,
kapan dan siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan
tempat pembuatan, dan detail lainnya.
Setelah diinventarisasi, selanjutnya dibuat informasi dan ilustrasi yang
komunikatif disertai instruksi untuk memahaminya. Kemudian dimasukkan ke
dalam kartu tersebut. Masalah di atas dibuat dalam lembar penyelidikan untuk
dikaji dalam kelompok kecil. Misalnya kelompok A menyangkut masalah topi
adat, kelompok B, dapat diberikan masalah baju, kelompok C, diberikan
tentang sarung dan kelompok D menyangkut masalah keris.
Contoh Kartu Sidik:

Naskah Simposium Guru Nasional | 8


KARTU SiDiK

Pakaian adat /Topi Adat Sulawesi Selatan

Anggota Kelompok:

A 1.
2.
3.

BAGIAN DEPAN

Naskah Simposium Guru Nasional | 9


Pakaian Adat/Topi Adat
Sulawesi Selatan

Memasuki pintu Museum, laluilah jalur sebelah kiri market


museum. Sekitar 12 langkah, ikuti jalan yang menuju arah
kiri. Sekitar beberapa meter, disitu ada 2 buah patung atau
model manusia yang berpakaian adat. Amatilah apa nama
pakaian itu. Kamu dapat melihat label yang ada di bagian
bawahnya, jika tidak jelas, di sebelah kanannya kira-kira
satu setengah meter ada brosur, disitu juga dapat kamu
peroleh informasi. Setelah kamu yakin namanya, mulailah
mencari tahu tentang pakaian tersebut. Perhatikan topi
yang dipakai sang pria, terbuat dari apakah topi tersebut.
Bagaimana bentuknya? Sebenarnya ada tiga jenis topi
yang biasa digunakan. Penggunaan topi tersebut juga
berbeda. Bahannya pun berbeda, sehingga orang yang
memakainya tidak sembarang. Demikian pula waktu
pemakaiannya. Ungkapkan semua hal yang dimaksud.
Bukan cuma itu, masing-masing jenis sebenarnya
mempunyai filosofi berbeda. Tolong cari juga filosofi yang
dimaksud. Tentu kamu bingung bagaimana mengetahui
hal itu secara lengkap. Tetapi jangan kuatir. Perhatikanlah
disekelilingmu ada beberapa orang petugas yang telah
siap membantu untuk menjelaskan semuanya.
Kerjamu belum selesai, tolong lihat pula apa yang
bertengger pada sanggul wanita itu ? Apa namanya,
terbuat dari apa, dan apa fungsinya. Itu juga terdiri dari
beberapa jenis, dan fungsi, bahan dan orang yang bisa
memakainya pun berbeda. Tolong cari detail tentang itu.
Karena tanpa hal itu, orang tidak akan memakai pakaian
seperti itu, karena mengandung filosofi yang sarat makna.
Nah, kalau itu selesai, kamu boleh berjalan-jalan ke seluruh
ruangan!
Catatan:
________________________________________
________________________________________
________________________________________

BAGIAN BELAKANG

Naskah Simposium Guru Nasional | 10


c. Pembentukan Kelompok
Untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan masalah yang dikaji, misalnya jika hendak mengkaji tentang
pakaian adat, maka seluruh aspek yang berkaitan dengan pakaian adat dibagi dan dikaji
oleh masing-masing kelompok. Setiap kelompok mengkaji satu topik misalanya: topi
adat satu kelompok, baju adat, keris, sarung, dan sebagainya dikaji masing-masing satu
kelompok kecil secara detail. Jumlah anggota dalam kelompok sebaiknya sesuai jumlah
topik yang dibahas sehingga dapat dilakukan dikooperatif data/informasi berdasarkan
hasil temuan setiap kelompok. Karakterisrtik anggota kelompok yang terbentuk dilihat
dari masalah yang dibahas adalah homogen.
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dengan teknik ini dilakukan beberapa tahap, yaitu
kunjungan dan penyelidikan ke museum, diskusi kooperatif data pembuatan
laporan, dan pelaporan hasil, serta pameran karya.
a. Kunjungan dan Penyelidikan
Setelah rencana telah matang, selanjutnya dilakukan kunjungan dan
penyelidikan. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kunjungan adalah
sebagai berikut :
1. Waktu kunjungan tidak mengganggu pelajaran lain dalam hari itu. Oleh
karna itu, jika waktu tidak
cukup untuk merampungkan
kegiatan dalam tiga jam
pelajaran (satu kali
pertemuan) termasuk
perjalanan, maka harus
dilakukan di luar jam
pelajaran atau hari libur. Hal
ini tentu saja sudah diatur dan
Siswa asyik melakukan penyelidikan
dirundingkan bersama siswa
dan pihak museum.
2. Sebelum kunjungan, dilakukan pengecekan kelompok siswa dan dibagikan
satu Kartu Sidik yang telah disediakan. Kartu tersebut sebaiknya diacak atau
diundi untuk menghindari ketidakpuasan siswa karena merasa dibedakan

Naskah Simposium Guru Nasional | 11


(hal ini diminta kesepakatan siswa sehingga terdidik siswa memahami arti
kesepakatan sebagai cermin demokrasi.
3. Mempertegas informasi tentang lama kunjungan (sesuai dalam Kartu Sidik),
sehingga pada waktu yang ditentukan semua siswa sudah menghentikan
kegiatan dan berkumpul untuk pulang secara bersama-sama.
4. Pada saat melakukan penyelidikan di dalam museum, siswa tetap harus
mendapat pengawasan dan pengawalan guru dan dapat dibantu oleh ketua
kelas atau siswa yang telah
ditunjuk agar pelaksanaan
lebih tertib dan terarah.
5. Sebagaimana lazimnya
suatu kunjungan, sebelum
masuk dan kembali harus
diadakan pengecekan
kehadiran siswa.
b. Diskusi dan Kooperatif
Siswa asyik melakukan penyelidikan
Data
Setelah kunjungan, selajutnya dilakukan diskusi anggota kelompok untuk
memantapkan pemahaman dalam bidang kajian masing-masing. Selanjutnya,
dilakukan kooperatif informasi antarkelompok. Untuk hal ini, setiap anggota
kelompok disebar ke masing-masing kelompok lain sehingga terjadi kelompok
baru yaitu gabungan dari anggota setiap kelompok topik sehingga setiap
kelompok beranggotakan anggota masing-masing yang telah menyelidiki
masalahnya masing-masing. Masing-masing anggota kelompok memaparkan,
menginformasikan atau memberikan pemahaman hasil penyelidikan yang
didapatkan sehingga seluruh anggota kelompok menguasai seluruh masalah
dalam satu topik pada masing-masing kelompok baru sehingga karakteristik
pemahaman anggota sama setiap kelompok. Jadi, seluruh anggota kelompok
telah memahami seluruh masalah dalam topik yang dibahas dan masing-masing
telah mengkomunikasikan masalah yang dibawa dari kelompok asalnya.

Naskah Simposium Guru Nasional | 12


Dengan demikian, maka siswa telah dikondisikan untuk melakukan
pendalaman materi karena harus bertanggung jawab untuk memberikan
pemahaman kepada anggota kelompoknya yang baru. Tentu saja hal demikian
akan mendidik siswa bekerja sama dan bertanggung jawab. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa selama ini kegiatan kerja kelompok dalam pembelajaran
masih sangat sering membuat sebagaian siswa hanya nebeng pada
keberhasilan kelompoknya. Jika kelompoknya berhasil, maka semua anggota
dianggap berhasil meskipun andil dalam menyelesaikan tugas sangat kecil,
bahkan tidak ada sama sekali. Ini
sangat merugikan siswa karena
tidak melalui pengalaman belajar
yang bermakna sebagaimana
siswa lainnya.Hal ini disebabkan
oleh manajemen kegiatan yang
tidak mengkodisikan siswa untuk
terlibat secara maksimal dalam
kegiatan belajar sebagaimana Siswa melakukan kolaborasi data
dalam pendekatan kooperatif. Oleh karena itu, teknik eksploratif, pendekatan
kolaboratif dan kartu sidik ini sangat tepat untuk memfasilitasi siswa dalam
belajar dengan aktif kreatif efektif dan menyenangkan sebagaimana konsep
pembelajaran yang sedang gencar dipopulerkan di Indonesia sebagai suatu
paradigma baru dalam pembelajaran agar peroses dan hasil pembelajaran dapat
lebih bermakna dan dilakukan secara kontekstual. Hal ini sangat relevan dengan
tuntutan pelaksanaan kurikulum yakni pembelajaran yang memfasilitasi siswa
untuk belajar sehingga dapat membangun kompetensi bermental tinggi.
c. Pembuatan Laporan
Pada pertemuan berikutnya, di dalam kelas dilakukan pembuatan laporan
berupa karya tulis sederhana, yang didahului dengan bimbingan praktis
mengenai bagaimana membuatnya. Kegiatan membuat laporan sebaiknya
dilakukan perorangan karena yang hendak dilatih adalah kemampuan siswa
membuat laporan. Oleh karena itu, tidak dapat terwakili dalam kelompok
apalagi siswa sudah memiliki pemahaman materi yang utuh dari hasil
kooperatif. Tidak mungkin seorang siswa dapat membuat laporan dengan baik

Naskah Simposium Guru Nasional | 13


jika tidak membuatnya sendiri. Yang penting fungsi kelompok telah tercapai,
terutama pemahaman siswa terhadap topik yang terdiri dari beberapa masalah
sudah merata sehingga semua yang akan dituangkan dalam karya tulis/laporan
sama, meskipun hasilnya tentu tetap berbeda dalam berbagai hal. Jika waktu
yang tersedia untuk membuat karya tulis tidak cukup, maka dapat
dirampungkan di rumah (di luar jam pelajaran).
d. Pelaporan/Penyajian
Tulisan yang telah dibuat siswa harus dilaporkan. Hal ini merupakan
bentuk melatih keterampilan siswa sebagai bagian pengembangan kompetensi
lintas kurikulum selain sebagai upaya memberi makna yang luas dan dalam dari
kegiatan siswa. Selama ini memang tidak dilihat sebagai suatu yang penting,
padahal dengan pelaporan siswa untuk menguasai seluk beluk berbicara seperti
berdiskusi dengan berbagai tata aturannya termasuk agar siswa
merlakukan proses demokrasi yang
selama ini dianggap sangat kurang.
Kelemahan selama ini keterampilan
berbicara seperti melaporkan,
mendiskusikan, menfanelkan,
menseminarkan, atau mendebatkan,
diserahkan hanya pada pelajaran
bahasa Indonesia/gurubahasa
Indonesia. Sesungguhnya,
kompetensi ini harus dididikkan
kepada siswa secara menyeluruh
dan kontinyu sebagai suatu
pendekatan. Dengan demikian,
maka anak sudah terbiasa
melakukan proses interaksi dengan
siswa
lainnya sehingga anak terbiasa,
mempertanggungjawabkan hasil

Siswa melakukan pelaporan /presentasi


karyanya, menghargai pendapat
orang lain, lapang dada menerima

Naskah Simposium Guru Nasional | 14


kritik dan saran, berbicara dengan santun dan sistematis, berani mengakuai
kesalahan dan kelemahan, dan berbagai sikap positif lainnya, yang selama ini
tidak terkondisi di sekolah. Mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
fenomena berbicara yang sering disaksikan pada berbagai kesempatan terutama
bagi para petinggi negara masih sangat kurang dapat dijadikan teladan karena
masih sering terjadi proses pembicaraan yang sangat memprihatinkan. Masih
sering disaksikan para pembicara saling berebut waktu untuk berbicara tidak
mengindahkan lalu lintas pembicaraan, ide yang tidak sistematis, berebut
pengeras suara, berbicara dengan ungkapan yang kurang santun, bahkan tidak
segan-segan saling menghardik yang menyebabkan pembicaraan tidak kondusif.
Hal ini tidak dapat disangkal sebagai akibat dari ketidakberhasilan guru dalam
mengkodisikan siswa sehingga terdididik dalam berbicara. Itulah sebabnya
membiasakan siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya dalam bentuk
melaporkan, mendiskusikan, dan sebagainya sangat penting dalam proses
pembelajaran. Pelaporan karya tulis siswa dapat dilakukan dengan cara setiap
siswa mempresentasikan karyanya masing-masing dan dibahas bersama siswa
lain.
Adapun tata cara pelaksanaan presentasi adalah setiap kelompok terdiri
dari tiga orang yaitu seorang penyaji, seorang moderator, dan seorang
sekretaris/pencatat hasil kegiatan. Siswa lain dalam hal ini menjadi
penanggap/peserta. Sedangkan guru menjadi pengamat. Dalam pelaksanaan
presentasi guru menyediakan lembar pengamatan atau penilaian yang berfungsi
sebagai instrumen penilaian yang berkaitan dengan tugas masing-masing siswa
berupa format atau daftar isian yang berisi komponen sebagai berikut :

a. Presenter : Kemampuan mengulas, kemampuan mempertahankan


pendapat, kemampuan mengemukakan ide, sikap
terhadap orang lain/peserta.
b. Moderator : Kemampuan memimpin diskusi, kemampuan
memahami masalah.
c. Sekretaris : Kemampuan menangkap pertanyaan, kemampuan
merangkum hasil diskusi.
d. Peserta : Kemampuan bertanya, sikap bertanya, gagasan.

Naskah Simposium Guru Nasional | 15


1. Skor untuk I:Pesenter, II: moderator, III:sekretaris, IV:Peserta
2. Skor setiap peserta diisi berdasarkan kemampuan yang dikehendaki
terhadap aspek yang dinilai. Jadi kolom yang tidak dinilai dikosongkan
atau diberi tanda saja. Misalnya, kemampuan mengulas tidak dinilai pada
sekretaris, maka lajur mengulas pada kolom sekretaris dikosongkan.
Khusus untuk peserta dapat dicatat pada tempat tersendiri yang memuat
hanya aspek penilaian peserta saja. Demikian seterusnya.
3. Cara menilai adalah disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki setiap
peserta.
4. Hasil penilaian dapat berupa angka-angka dengan bobot 1– 10.
5. Setelah terisi semua maka skor dijumlahkan.
6. Ada baiknya nilai yang diperoleh siswa diumumkan pada akhir diskusi.
Selain hal di atas, karya tulis siswa dinilai dengan beberapa aspek yaitu :
kelengkapan data, kualitas isi, penggunaan bahasa yang meliputi; pilihan kata,
kalimat efektif, kepaduan paragraf, logika penyampaian, dan ejaan dan tanda
baca.
e. Pameran Karya
Setelah presentasi, sangat penting untuk dilakukan pameran karya siswa. Karya
siswa dipamerkan dengan cara menempel pada papan pajangan. Lalu setiap siswa
mengunjungi pameran itu, dengan melakukan penilaian mandiri atau mengkritisi setiap
karya temannya. Hasil telaah dan penilaian terhadap karya-karya temannya disatukan
sehingga menjadi penilaian karya terbaik pilihan siswa. Jika memungkinkan karya
terbaik diedit untuk dikirim kemedia cetak yang relevan untuk diterbitkan, paling tidak
diterbitkan di majalah dinding. Dengan demikian, siswa merasa karyanya sangat
dihargai dan merasakan kepuasan batin sehinggga gairah belajarnya semakin tinggi.
3. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran IPS dengan teknik penyelidikan, kooperatif, dan
kartu sidik dilakukan atas azas kerja siswa yaitu tugas (laporan dan presentasi).
Penilaian ini merupakan penilaian proses sekaligus hasil yang telah dilaksanakan. Untuk
menentukan hasil akhir yang diperoleh maka nilai laporan ditambah nilai presentasi
dibagi dua.

Naskah Simposium Guru Nasional | 16


Selain itu unsur pengetahuan mengenai aspek yang dikaji melalui tes tertulis
berupa soal esai juga diamati kualitas proses pembelajaran diamati berkaitan dengan
semangat/antusias, keaktifan dalam kegiatan, kerja sama dalam kelompok, dan hasil
kerja/produktivitas dengan skor setiap aspek 5-10.

C. Hasil Penerapan dalam Pembelajaran


1.Uji Efektivitas
Inovasi pembelajaran IPS dengan pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan,
pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada
pembelajaran IPS telah dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Pertiwi Makassar tahun
pelajaran 2014/2015 sekaligus diujicobakan. Untuk menyakini keberhasilan
pembelajaran IPS dengan pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan, pendekatan
kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS
dilakukan uji efektivitas yang representatif dengan cara membandingkan hasil belajar
siswa yang diajar oleh guru yang sama dengan menggunakan dan teknik konvensional
yakni teknik memberikan ceramah bervariasi dan membaca refensi kepada siswa lalu
diuji dengan tes yang sama. Sebagai langkah awal siswa dikelompokkan menjadi dua
kelompok yang mempunyai kemampuan dasar mengenai topik sama melalui tes awal
yang memperlihatkan nilai rata-rata sama. Kedua kelompok tersebut adalah kelompok
X sebagai kelompok uji coba (pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan,
pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar ) dan kelompok Y
sebagai kelompok kontrol (teknik konvensional). Setelah pembelajaran dilakukan
beberapa kali kedua kelompok tersebut diuji dengan menggunakan tes yang sama.
Hasil tes pada kedua kelompok dianalisis dengan uji efektivitas melalui statistik
inferensial Uji “t” menggunakan komputer SPSS versi 1.8. Hasil analisis data
memperlihatkan bahwa nilai “t” empiris (hitung) sama dengan 4,775 sedangkan nilai
teoretis pada taraf signifikan α 0,05 dengan derajat bebas (db): 33 yaitu: 1,692
demikian halnya nilai signifikansinya sama dengan 0,05>0,00. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai “t” empiris lebih besar daripada nilai “t” teoretis: Oleh karena itu, dapat
dinyatakan, terdapat perbedaan siginifikan antara kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol pada taraf signifikansi α 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan Museum

Naskah Simposium Guru Nasional | 17


Lagaligo sebagai sumber belajar efektif dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD
Pertiwi Makassar.
2. Kualitas proses pembelajaran
Pada waktu uji efektivitas, diamati pula kualitas proses pembelajaran. Adapun
aspek yang dinilai terhadap dua kelompok tersebut adalah sikap semangat, keaktifan
dalam kegiatan, kerja sama dalam kelompok, dan hasil kerja sebagaimana tertuang
dalam tabel berikut.
Tabel 1
Kualitas Pembelajaran
Aspek Uji Coba KONVENSIONAL
Skor Skor
∑ Rata-rata ∑ Rata-rata
Semangat 118 3,47 104 3,06
Keaktifan 115 3,88 105 3,09
Kerjasama 111 3,27 98 2,88
Hasil kerja 118 3,47 100 2,94
Jumlah 462 3,40 407 2,99

Dari hasil analisis di atas diketahui jumlah kualitas pembelajaran kelompok uji
coba: 462, dengan rata-rata 3,40 lebih besar daripada kualitas pembelajaran kelompok
kontrol 407 dengan rata-rata 2,99. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa penggunaan
alat peraga konversi ukuran luas dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran matematika di SD Pertiwi Makassar.
3. Respon Siswa
Respon siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan,
pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada
pembelajaran IPS dijaring melalui angket yang diedarkan kepada siswa yang berkaitan
dengan beberapa aspek. Dari segi kemenarikan menyunjukkan 67,71% siswa sangat
setuju 35,29%, menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada pendapat,0% menyatakan
tidak setuju, dan 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dari segi kemudahan 70,59%
siswa sangat setuju, 29,41%, menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada
pendapat,0% menyatakan tidak setuju, dan 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dari
segi kebermanfaatan, 67,65% siswa sangat setuju , 32,35%, menyatakan setuju, 0%
menyatakan tidak ada pendapat,0% menyatakan tidak setuju, dan 0% menyatakan
sangat tidak setuju. Dari segi perbandingan dengan cara lain, 55,88% siswa sangat
setuju, 44,12 %, menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada pendapat,0%

Naskah Simposium Guru Nasional | 18


menyatakan tidak setuju, dan 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dari segi kelanjutan,
73,53% siswa sangat setuju, 26,47%, menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada
pendapat,0% menyatakan tidak setuju, dan 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dari
segi kebermaknaan dengan cara lain, 79,41% siswa sangat setuju , 26,59%,
menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada pendapat,0% menyatakan tidak setuju,
dan 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dari segi dampak kemampuan berpikir kreatif
dengan cara lain, 70% siswa sangat setuju, 29,41%, menyatakan setuju, 0%
menyatakan tidak ada pendapat,0% menyatakan tidak setuju, dan 0% menyatakan
sangat tidak setuju. Dari segi dampak kemampuan berpikir kritis, 76% siswa sangat
setuju, 38,23%, menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada pendapat,0%
menyatakan tidak setuju, dan 0% menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil analisis data di tersebut, dapat disimpulkan bahwa Respon
siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan, pendekatan kooperatif,
dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS di kelas IV SD
Pertiwi Makassar mendapat respon yang sangat positif dari siswa sehingga dinyatakan
penggunaannya efektif.

Naskah Simposium Guru Nasional | 19


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di
sekolah dasar adalah Respon siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar
pada pembelajaran IPS . Hal ini didasarkan pada bukti, bahwa hasil uji coba efektif,
kualitas pembelajaran yang tinggi, dan respon siswa terhadap penggunaan Respon siswa
terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS tersebut sangat
positif. Selain itu dapat memberi dampak positif (naturant effect) kepada siswa
terutama dalam hal memupuk sikap demokrasi, mengembangkan sikap kritis dan
kreatif, bertanggung jawab terhadap tugasnya, mengembangkan keterampilan menulis
dan berbicara, dan membiasakan diri bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok
sebagai upaya meningkatkan hubungan personal dan menumbuhkan kebiasaan bekerja
dalam tim /tim work.

B. Saran
Berdasarkan kenyataan di atas, maka dalam penulisan ini dikemukakan saran
sebagai berikut :
1. Kiranya Respon siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan,
pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada
pembelajaran IPS dapat diterapkan oleh rekan-rekan guru, sebagai alternatif
dalam meningkatkan proses dan hasil belajar IPS di sekolah dasar.
2. Kiranya para guru tidak puas dengan satu teknik, strategi, dan pendekatan dalam
pembelajaran termasuk Respon siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber
belajar pada pembelajaran IPS. Penggunaan penggunaan teknik ini sedapat
mungkin dijadikan sebagai bahan pemikiran untuk menemukan cara yang
menarik dan inovatif lainnya sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.

Naskah Simposium Guru Nasional | 20


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata: Balai Pustaka

Aminah P., dkk. 1984. Monografi Kebudayaan di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang:
PEMDA Tk. I. Sulawesi Selatan.

Harun, Kadir. 1977. Sejarah Daerah Sulawesi Selatan. Ujung Pandang : P3KD Sulsel

Anis, Yunus. 1994. Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Semarang : Aneka Ilmu.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. 1993. Metodik Khusus Pembelajaran IPS
Jakarta : Depdkbud.

Sumanto. 1989 Penelitian Pendidikan Bandung : Angkasa.

Tbrani, Rusyam. 2003. Pengajaran Yang Efektif Tingkat SD. Bandung: Bina Budaya

Thayeb, M, dkk. 2004a. IPS Terpadu 3. Jakarata : Erlangga.

Thayeb. M, dkk. 2004b. IPS Terpadu 4. Jakarata : Erlangga.

Tim Penulis. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial Sulawesi Selatan. Makassar: Dinas
Pendidikan

Waluyo 1992. Penelitian Kependidikan . Bandung: Rosdakarya

Naskah Simposium Guru Nasional | 21


LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Naskah Simposium Guru Nasional | 22


LAMPIRAN 1

ANGKET SISWA

Angket ini bukan ujian. Oleh karena itu, pilihlah salah satu jawaban yang
paling sesuai dengan keadaanmu dengan memberi tanda (X) .
SS : SANGAT SETUJU
S : SETUJU
TP : TIDAK ADA PENDAPAT
TS : TIDAK SETUJU
STS : SANGAT TIDAK SETUJU
N PENDAPAT KAMU
PERNYATAAN
o SS S TP TS STS
1 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
menarik
2 teknik penyelidikan, pendekatan
kooperatif, dan Kartu Sidik dalam
pembelajaran IPS mudah
3 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
bermanfaat
4 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
lebih baik daripada cara lain
5 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
perlu dilanjutkan
6 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
bermakna
7 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
memberi kemampuan berpikir kreatif
8 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
memberi kemampuan berpikir kritis
ooO TERIMA KASIH Ooo

Naskah Simposium Guru Nasional | 23


LAMPIRAN 2

Tabel 2. Nilai Tes Hasil Belajar Kelompok Uji Coba dan Konvensional

NO. URUT SISWA UJI COBA KONVENSIONAL


1 80 70
2 70 60
3 70 70
4 70 60
5 80 70
6 80 80
7 90 80
8 80 70
9 70 70
10 80 67
11 80 70
12 70 70
13 70 60
14 70 50
15 70 70
16 70 80
17 70 50
18 70 60
19 90 50
20 70 60
21 80 50
22 70 70
23 70 80
24 80 70
25 90 50
26 90 70
27 70 80
28 70 70
29 70 60
30 70 60
31 70 70
32 80 70
33 80 60
34 90 60
Jumlah 2580 2237
Rerata 76 66

Naskah Simposium Guru Nasional | 24


LAMPIRAN 3
Tabel 3.Hasil Pengamatan Kualitas Pembelajaran Kelas Uji Coba

SKOR ASPEK
I II III IV TOTAL
1 3 4 3 3 13
2 3 3 4 3 13
3 3 4 3 4 14
4 3 4 4 4 15
5 3 3 3 3 12
6 3 4 4 3 14
7 4 4 3 4 15
8 3 3 3 3 12
9 3 3 4 4 14
10 4 4 3 4 15
11 3 4 4 3 14
12 3 3 3 4 13
13 4 4 3 4 15
14 4 3 3 4 14
15 4 3 4 4 15
16 3 3 3 4 13
17 4 4 3 4 15
18 4 3 4 4 15
19 3 3 3 4 13
20 3 3 4 4 14
21 4 4 3 3 14
22 3 3 3 4 13
23 3 3 3 3 12
24 4 3 3 4 14
25 4 3 3 3 13
26 3 3 3 3 12
27 3 3 3 3 12
28 3 3 3 3 12
29 4 4 3 3 14
30 4 4 3 4 15
31 4 3 3 4 14
32 4 3 3 4 14
33 4 4 4 12
34 4 3 3 3 13
Jum 118 115 111 118 462
Rerata 3,47 3,382 3,265 3,471 3,40

Naskah Simposium Guru Nasional | 25


LAMPIRAN 4

Tabel 4. Hasil Pengamatan Kualitas Pembelajaran Kelas Kontrol (Konvensional)


SKOR ASPEK
I II III IV TOTAL
1 2 3 2 3 10
2 3 3 3 3 12
3 3 3 3 2 11
4 3 2 3 2 10
5 3 3 3 3 12
6 3 4 3 3 13
7 2 4 3 2 11
8 3 2 3 3 11
9 3 3 3 3 12
10 2 4 3 4 13
11 3 3 3 2 11
12 3 3 3 3 12
13 4 2 2 3 11
14 3 3 3 2 11
15 2 3 3 3 11
16 3 2 3 3 11
17 2 4 3 3 12
18 2 3 3 2 10
19 3 2 2 3 10
20 2 3 3 3 11
21 4 3 3 3 13
22 3 3 3 3 12
23 3 3 2 3 11
24 2 3 3 3 11
25 4 4 2 3 13
26 4 3 3 3 13
27 3 3 4 3 13
28 4 3 2 3 12
29 4 3 3 3 13
30 3 3 2 4 12
31 4 4 4 4 16
32 4 4 4 4 16
33 4 3 3 3 13
34 4 4 3 3 14
JUM 104 105 98 100 407
Rerata 3,06 3,09 2,88 2,94 2,99

Naskah Simposium Guru Nasional | 26


LAMPIRAN 5

Tabel 5
Ringkasan Tabel Kerja by SPSST-Tes
(KETEPATAN)

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Confidence Sig.
Std. Std. Interval of the t df (2-
Mean Deviatio Error Difference tailed)
n Mean
Lowe
Upper
r
VA
R
01-
Pair 10,088 12,3199 2,11284 5,789 14,3868 4,775 33 ,000
VA
R
02

Naskah Simposium Guru Nasional | 27


LAMPIRAN 6
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Angket

NO PERNYATAAN SS S TP TS STS Jumlah


1 menarik 22 12 0 0 0 34
2 mudah 24 10 0 0 0 34
3 bermanfaat 23 11 0 0 0 34
4 lebih baik daripada cara
19 15 0 0 0 34
lain
5 dilanjutkan 25 9 0 0 0 34
6 bermakna 27 7 0 0 0 34
7 memberi kemampuan
24 10 0 0 0 34
berpikir kreatif
8 memberi kemampuan
21 13 0 0 0 34
berpikir kritis

Naskah Simposium Guru Nasional | 28


LAMPIRAN 7

Tes Hasil Belajar

1. Tuliskan nama pakaian adat Sulawesi Selatan dan jelaskan hal-hal yang berkaitan
sebagai berikut:
a. Topi berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis, kapan dan
siapa pemakainya, ukuran, filosofi, lama dan pembuatnya, waktu pembuatan,
b. Baju berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis, kapan dan
siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan pembuatan,
c. Sarung berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis, kapan
dan siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan tempat
pembuatan,
d. Keris/Badik berkaitan dengan: bahan, bentuk, jenis, fungsi tiap jenis, kapan dan
siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan tempat pembuatan.

2. Tulislah karangan singkat berkaitan dengan pakaian adat Sulsel

ooOoo

Naskah Simposium Guru Nasional | 29


BIODATA
PESERTA SIMPOSIUM

Nama Hasliah,S.Pd.
NUPTK 1150 7466 4930 0083
NRG 1241102707325
Jabatan Guru
Tempat tanggal lahir Sungguminasa, 18 Agustus1968
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Mata pelajaran yang diajarkan Guru kelas
Masa kerja 18 tahun 7 Bulan
PEMANFAATAN KARTU SIDIK,
TEKNIK PENYELIDIKAN,
PENDEKATAN KOOPERATIF, DAN
Judul Karya Tulis Ilmiah MUSEUM LAGALIGO SEBAGAI
SUMBER BELAJAR PADA
PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV
SD PERTIWI MAKASSAR

Pendidikan terakhir S1/Sarjana Pendidikan


Fakultas Jurusan FIP/PGSD
Tempat Tugas
a Nama sekolah SD Pertiwi Makassar
b Jalan Jalan. Bontolangkasa No 15 Makassar
c Desa/kelurahan Bonto Makkio
d Kecamatan Rappocini
e Kota Makassar
f Provinsi Sulawesi Selatan
g Telepon 0411-3770655
Alamat Rumah
A Jalan Kompleks Manggarupi A10/16
B Desa/kelurahan Karettappa
C Kecamatan Somba Opu
D Kota Sungguminasa
E Provinsi Sulawesi Selatan
F Telepon 085398274477
Email tiararizkyandini@gmail.com

Makassar,21 Oktober 2015


Yang bersangkutan,

HASLIAH,S.Pd.

Naskah Simposium Guru Nasional | 30

Anda mungkin juga menyukai