HASLIAH, S.Pd.
Guru SD Pertiwi Makassar
SD PERTIWI MAKASSAR
Jalan. BontoLangkasa No.15
Kecamatan Rappocini,Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
2015
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Fokus Pembahasan .................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat ............................................. 2
D. Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................. 3
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………..................... 20
B. Saran ……………………………………….............................. 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN-LAPIRAN 22
----ooOoo----
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, ilmu pengetahuan sosial sebagai suatu mata pelajaran yang
menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain: Siapa diri
saya? Pada masyarakat apa saya berada? Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan
diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah
artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia? Bagaimanakah kehidupan
manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu sebagai suatu sistem sosial?
Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap siswa dan jawabannya telah
dirancang dalam pengetahuan sosial secara sistematis dan komprehensif. Dengan
demikian, pengetahuan sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di
masyarakat dan proses menuju kedewasaan.
Pembelajaran IPS di SD termasuk mata pelajaran yang tidak mudah. Secara
sepintas dapat dipahami hanya dengan membaca buku atau mendengarkan penjelasan
guru. Jika dibanding dengan ilmu eksakta seperti matematika dan IPA memang mata
palajaran IPS jauh lebih mudah. Hal ini sangat beralasan karena tidak membutuhkan
banyak analisis dalam penanaman konsep. Akan tetapi banyak guru yang mengalami
kesulitan mengajarkan mata pelajaran IPS dengan baik. Kenyataannya memperlihatkan,
bahwa kesan guru sekolah dasar terhadap mata pelajaran IPS gampang-gampang susah.
Artinya, tidak membutuhkan banyak pemikiran untuk mengajarkan, tetapi sulit
menyampaikan dengan baik. Kesulitan tersebut disebabkan beberapa alasan antara lain,
mata pelajaran IPS terkesan monoton dan tidak ada metode yang ideal untuk
mengajarkannya.
Jika dilihat dari kebiasaan mengajar guru sekarang ini, mata pelajaran IPS
masih sangat jauh dari harapan untuk menjawab pertanyaan di atas. Guru masih
terbatas memberikan anak hafalan, ujian terus menerus, baca buku, dan sebagainya
yang semua sangat verbal dan tidak mungkin mencapai tuntutan hakikat belajar IPS.
Tidak ada upaya melakukan eksplorasi, riset, dan mengembangkan kompetensi lintas
kurikulum, seperti wawancara, membuat laporan, kooperatif pemahaman, dan
sebagainya yang membuat anak belajar dengan kompetensi bermental tinggi sehingga
lebih bermakna.
A. Teknik penyelidikan
Hakikat penyelidikan adalah usaha memperoleh informasi melalui pengumpulan
data (http://kbbi.web.id/). Penyelidikan dalam konteks pembelajaran IPS yang dimaksud
dalam penulisan ini pada hakikatnya adalah riset kecil yang dilakukan melalui suatu
proses kreatif sehingga menarik minat siswa memberi makna yang lebih mendalam.
Oleh karena itu, siswa dengan sungguh-sungguh, cermat, dan akurat mencatat atau
merekam fakta, melakukan peninjauan, dengan tujuan memperoleh jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tentang peristiwa, sifat, keadaan, dan sebagainya terhadap hal
yang dipelajari. Kegiatan ini dilakukan dengan strategi pembelajaran yang berupaya
menerjunkan siswa secara langsung untuk melakukan penyelidikan atau perekaman
fakta ke objek atau sumber informasi dengan melalui tahapan yang mengoptimalkan
keterlibatan siswa untuk mengalami seluruh proses pembelajaran secara aktif dan
kreatif. Dengan demikian, maka siswa akan mengalami proses pembelajaran yang
sangat bermakna daripada sekedar membaca atau dijejali dengan ceramah yang sangat
monoton
B. Pendekatan kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk
membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
(Syaodih, 2005).
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada
pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat
A. Ide Dasar
Inovasi ini didasari oleh oleh kenyataan bahwa pembelajaran IPS masih
cenderung terpasung dalam ruangan. Kecenderungan siswa jika keluar kelas sangat
senang.Contohnya, pada mata pelajaran olahraga, sangat disukai. Kenyataan
menunjukkan bahwa siswa akan menyesal tidak hadir jika pembelajaran praktik olah
raga. Artinya, siswasangat senang belajar diluar. Olehkarena itu, karena didesain
pembelajaranmemnfaatkan dunian luar kelas. Salah satunya yang menarik adalah
Museum Lagaligo. Museum Lagaligo ini merupakan museum negeri yang terletak di
pusat Kota Makassar. Museum tersebut merupakan museum sejarah dan kebudayaan.
Museum ini berada dalam Benteng Fort Rotterdam, yang merupakan benteng
pertahanan pada masa penjajahan Belanda. Dalam lingkungan museum, terdapat juga
tempat pertunjukkan seni para seniman. Biasanya orang mengunjungi museum itu juga
mengunjungi benteng tersebut atau sebaliknya. Dapat dikatakan, bahwa Museum
Lagaligo merupakan bagian dari Benteng /Fort Rotterdam .
Lokasi museum ini sangat strategis karena dapat dijangkau dari penjuru kota
dalam waktu yang sangat singkat. Siswa dalam Kota Makassar dapat menjangkau
paling lama 8-10 menit dengan angkutan kota. Sedangkan di sekitar Kota Makassar
seperti Sungguminasa dan Maros dapat dijangkau hanya sekitar 20-30 menit. Oleh
karena itu, siswa sangat berpeluang untuk memanfaatkannya sebagai tempat belajar
(sumber belajar). Selain itu, museum tersebut cukup luas sehingga dapat menampung
ratusan siswa jika bertepatan beberapa sekolah melakukan kegiatan pembelajaran di
sana.
Penggunaan teknik ini, menurut hemat penulis, berdasarkan pengkajian di
lapangan, belum dikembangkan. Guru masih sebatas memanfaatkan lingkungan secara
konvensional.
B. Proses Inovasi
Pada prinsipnya proses inovasi yang dimaksud dalam penulisan ini
adalah mengujicobakan/eksperimentasi inovasi pembelajara yang meliputi tiga
hal perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya inovasi
pembelajaran yang diujicobakan adalah teknik penyelidikan, kooperatif, dan kartu
1. Rancangan Pembelajaran
Rancangan merupakan kunci keberhasilan suatu pembelajaran. Apalagi suatu
pembelajaran yang sifatnya kompleks dan menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar harus mempunyai rancangan yang matang sebelum melakukannya. Kegiatan
yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang sama halnya dengan merencakan
suatu kegagalan. Demikian halnya kegiatan pembelajaran dengan penyelidikan,
kooperatif dan kartu sidik jika tidak dipersiapkan dengan rancangan matang, maka
akan membuang-buang waktu, energi, dan biaya semata. Oleh karena itu, untuk
melakukan kegiatan pembelajaran IPS secara efektif dengan teknik penyelidikan,
kooperatif dan kartu sidik perlu direncanakan secara cermat.
a. Menentukan masalah/topik yang akan diselidiki
Langkah pertama yang harus dilakukan bersama siswa adalah mengidentifikasi
topik yang akan dibahas. Dalam mengidentifikasi topik, pertimbangan pedagogis yang
penting diperhatikan oleh guru adalah mengupayakan agar topik harus aktual dan
berorientasi pada lingkungan sekitar/lokal yang dapat di selidiki seperti kebudayaan
daerah dengan sumber belajar museum, pasar, masjid tua, kuburan tua, dan sebagainya.
Sebagai contoh, topik yang dipilih adalah masalah kebudayaan daerah dengan sumber
belajar Musem Lagaligo. Hal ini sangat bergantung pada aspek kajian dalam
kompetensi dasar dalam kurikulum. Hal ini dipilih dengan pertimbangan, selain anak
mempelajari kebudayaan daerah yang lengkap dalam museum tersebut, juga scara
strategis museum itu cukup mudah dijangkau dalam kegiatan penyelidikan.
b. Membuat Kartu Sidik
Kartu Sidik adalah lembaran yang berisi informasi dan ilustrasi yang harus
diselidiki oleh siswa serta instruksi yang harus dilakukan siswa dalam
kaitannya dengan masalah yang dibahas pada waktu kegiatan penyelidikan ke
sumber belajar. Kartu Sidik tersebut merupakan pedoman atau acuan dalam
melakukan penyelidikan. Kartu ini dibuat dari karton berukuran kira-kira
8x12 cm. Sebaiknya Kartu Sidik tersebut tidak berukuran terlalu besar sehingga
praktis. Akan lebih baik jika dibuat dalam bentuk kartu ukuran kecil sehingga
tediri dari beberapa kartu untuk satu masalah (hal ini tergantung pilihan guru
Anggota Kelompok:
A 1.
2.
3.
BAGIAN DEPAN
BAGIAN BELAKANG
Dari hasil analisis di atas diketahui jumlah kualitas pembelajaran kelompok uji
coba: 462, dengan rata-rata 3,40 lebih besar daripada kualitas pembelajaran kelompok
kontrol 407 dengan rata-rata 2,99. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa penggunaan
alat peraga konversi ukuran luas dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran matematika di SD Pertiwi Makassar.
3. Respon Siswa
Respon siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan,
pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada
pembelajaran IPS dijaring melalui angket yang diedarkan kepada siswa yang berkaitan
dengan beberapa aspek. Dari segi kemenarikan menyunjukkan 67,71% siswa sangat
setuju 35,29%, menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada pendapat,0% menyatakan
tidak setuju, dan 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dari segi kemudahan 70,59%
siswa sangat setuju, 29,41%, menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada
pendapat,0% menyatakan tidak setuju, dan 0% menyatakan sangat tidak setuju. Dari
segi kebermanfaatan, 67,65% siswa sangat setuju , 32,35%, menyatakan setuju, 0%
menyatakan tidak ada pendapat,0% menyatakan tidak setuju, dan 0% menyatakan
sangat tidak setuju. Dari segi perbandingan dengan cara lain, 55,88% siswa sangat
setuju, 44,12 %, menyatakan setuju, 0% menyatakan tidak ada pendapat,0%
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di
sekolah dasar adalah Respon siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar
pada pembelajaran IPS . Hal ini didasarkan pada bukti, bahwa hasil uji coba efektif,
kualitas pembelajaran yang tinggi, dan respon siswa terhadap penggunaan Respon siswa
terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS tersebut sangat
positif. Selain itu dapat memberi dampak positif (naturant effect) kepada siswa
terutama dalam hal memupuk sikap demokrasi, mengembangkan sikap kritis dan
kreatif, bertanggung jawab terhadap tugasnya, mengembangkan keterampilan menulis
dan berbicara, dan membiasakan diri bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok
sebagai upaya meningkatkan hubungan personal dan menumbuhkan kebiasaan bekerja
dalam tim /tim work.
B. Saran
Berdasarkan kenyataan di atas, maka dalam penulisan ini dikemukakan saran
sebagai berikut :
1. Kiranya Respon siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik penyelidikan,
pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber belajar pada
pembelajaran IPS dapat diterapkan oleh rekan-rekan guru, sebagai alternatif
dalam meningkatkan proses dan hasil belajar IPS di sekolah dasar.
2. Kiranya para guru tidak puas dengan satu teknik, strategi, dan pendekatan dalam
pembelajaran termasuk Respon siswa terhadap pemanfaatan kartu sidik, teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan Museum Lagaligo sebagai sumber
belajar pada pembelajaran IPS. Penggunaan penggunaan teknik ini sedapat
mungkin dijadikan sebagai bahan pemikiran untuk menemukan cara yang
menarik dan inovatif lainnya sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
Alwi, Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata: Balai Pustaka
Aminah P., dkk. 1984. Monografi Kebudayaan di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang:
PEMDA Tk. I. Sulawesi Selatan.
Harun, Kadir. 1977. Sejarah Daerah Sulawesi Selatan. Ujung Pandang : P3KD Sulsel
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. 1993. Metodik Khusus Pembelajaran IPS
Jakarta : Depdkbud.
Tbrani, Rusyam. 2003. Pengajaran Yang Efektif Tingkat SD. Bandung: Bina Budaya
Tim Penulis. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial Sulawesi Selatan. Makassar: Dinas
Pendidikan
ANGKET SISWA
Angket ini bukan ujian. Oleh karena itu, pilihlah salah satu jawaban yang
paling sesuai dengan keadaanmu dengan memberi tanda (X) .
SS : SANGAT SETUJU
S : SETUJU
TP : TIDAK ADA PENDAPAT
TS : TIDAK SETUJU
STS : SANGAT TIDAK SETUJU
N PENDAPAT KAMU
PERNYATAAN
o SS S TP TS STS
1 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
menarik
2 teknik penyelidikan, pendekatan
kooperatif, dan Kartu Sidik dalam
pembelajaran IPS mudah
3 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
bermanfaat
4 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
lebih baik daripada cara lain
5 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
perlu dilanjutkan
6 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
bermakna
7 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
memberi kemampuan berpikir kreatif
8 Pembelajaran menggunakan teknik
penyelidikan, pendekatan kooperatif, dan
Kartu Sidik dalam pembelajaran IPS
memberi kemampuan berpikir kritis
ooO TERIMA KASIH Ooo
Tabel 2. Nilai Tes Hasil Belajar Kelompok Uji Coba dan Konvensional
SKOR ASPEK
I II III IV TOTAL
1 3 4 3 3 13
2 3 3 4 3 13
3 3 4 3 4 14
4 3 4 4 4 15
5 3 3 3 3 12
6 3 4 4 3 14
7 4 4 3 4 15
8 3 3 3 3 12
9 3 3 4 4 14
10 4 4 3 4 15
11 3 4 4 3 14
12 3 3 3 4 13
13 4 4 3 4 15
14 4 3 3 4 14
15 4 3 4 4 15
16 3 3 3 4 13
17 4 4 3 4 15
18 4 3 4 4 15
19 3 3 3 4 13
20 3 3 4 4 14
21 4 4 3 3 14
22 3 3 3 4 13
23 3 3 3 3 12
24 4 3 3 4 14
25 4 3 3 3 13
26 3 3 3 3 12
27 3 3 3 3 12
28 3 3 3 3 12
29 4 4 3 3 14
30 4 4 3 4 15
31 4 3 3 4 14
32 4 3 3 4 14
33 4 4 4 12
34 4 3 3 3 13
Jum 118 115 111 118 462
Rerata 3,47 3,382 3,265 3,471 3,40
Tabel 5
Ringkasan Tabel Kerja by SPSST-Tes
(KETEPATAN)
1. Tuliskan nama pakaian adat Sulawesi Selatan dan jelaskan hal-hal yang berkaitan
sebagai berikut:
a. Topi berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis, kapan dan
siapa pemakainya, ukuran, filosofi, lama dan pembuatnya, waktu pembuatan,
b. Baju berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis, kapan dan
siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan pembuatan,
c. Sarung berkaitan dengan: bahan, bentuk, warna, jenis, fungsi tiap jenis, kapan
dan siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan tempat
pembuatan,
d. Keris/Badik berkaitan dengan: bahan, bentuk, jenis, fungsi tiap jenis, kapan dan
siapa pemakainya, ukuran, filosofi, pembuatnya, lama dan tempat pembuatan.
ooOoo
Nama Hasliah,S.Pd.
NUPTK 1150 7466 4930 0083
NRG 1241102707325
Jabatan Guru
Tempat tanggal lahir Sungguminasa, 18 Agustus1968
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Mata pelajaran yang diajarkan Guru kelas
Masa kerja 18 tahun 7 Bulan
PEMANFAATAN KARTU SIDIK,
TEKNIK PENYELIDIKAN,
PENDEKATAN KOOPERATIF, DAN
Judul Karya Tulis Ilmiah MUSEUM LAGALIGO SEBAGAI
SUMBER BELAJAR PADA
PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV
SD PERTIWI MAKASSAR
HASLIAH,S.Pd.