Anda di halaman 1dari 13

MODEL PROMOSI KESEHATAN IBU HAMIL BERBASIS PERDESAAN

DI KABUPATEN BANYUMAS

MODEL OF PREGNANT WOMEN HEALTH BASED ON RURAL AREA


IN BANYUMAS REGENCY

Elviera Gamelia* Dian Anandari* Dyah Umiyarni Purnamasari*


*Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK
Pengetahuan perawatan kehamilan ibu hamil di wilayah perdesaan menurut
penelitian sebelumnya masih rendah; berdampak pada perilaku yang kurang baik
sehingga perlu dikembangkan model promosi kesehatan yang efektif untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku perawatan kehamilan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengembangkan model promosi kesehatan perawatan
kehamilan di wilayah perdesaan berdasarkan analisis kebutuhan. Penelitian
dilakukan pada Juni 2015 menggunakan pendekatan kualitatif dengan 16 ibu
hamil sebagai informan utama; 16 keluarga serumah, 27 bidan, dan 3 tokoh agama
sebagai informan pendukung. Teknik pengumpulan data dengan wawancara
mendalam dan observasi untuk ibu hamil dan keluarga serumah dan FGD untuk
bidan dan tokoh agama. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman
yaitu dengan melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
Hasilnya berdasarkan analisis kebutuhan, media promosi kesehatan yang
dibutuhkan ibu hamil adalah buku dengan desain menarik dilengkapi gambar,
warna dan penjelasan yang lengkap. Buku dipilih dengan pertimbangan
kesenangan dan kebutuhan ibu hamil, karakteristik wilayah perdesaan, dan
ketersediaan sarana prasarana. Materi perawatan kehamilan yang perlu
ditambahkan dalam media: pemeriksaan kehamilan yang dilakukan bidan, tanda,
penyebab dan pencegahan bahaya kehamilan, makanan yang dianjurkan untuk
dikonsumsi dan tidak, cara melakukan perawatan payudara dan senam hamil, dan
perkembangan janin dari awal kehamilan sampai mau melahirkan disertai
perawatan yang harus dilakukan. Metode promosi kesehatan menggunakan
ceramah dan diskusi seperti yang telah dilakukan di kelas ibu hamil.
Kata kunci: model promosi kesehatan, perawatan kehamilan

ABSTRACT
Previous studies show that knowledge of prenatal care in rural areas is still low;
gives impact to bad behavior, so developing health promotion model is needed to
improve prenatal care knowledge, attitudes, and behavior. This study aimed to
develop a health promotion model of prenatal care in rural areas based on needs
assesment. Study was held on June 2015 by qualitative approach using 16
pregnant women as key informants and 16 members of family who live with
pregnant women, 27 midwives and 3 religious leaders as additional informants.
Data collection techniques were in-depth interview and observation for pregnant
women and family who lives with pregnant women and FGD for midwives and
religious leaders. Analysis used was Miles and Huberman model which was done
by data reduction, data display, and conclution. Based on needs assesment, health
promotion media needed by pregnant women is book with attractive design that
features images, colors and complete explanation. Book is chosen because of
pregnant women likeliness and needs, the characteristics of rural areas, and the
availability of infrastructures. Prenatal care materials need to be added in the
media are prenatal check up done by midwives, pregnancy danger signs, causes,
consequences, and prevention, recommended and unrecommended foods, ways of
doing breast care and pregnancy exercise, and fetus development including how
to take care of it. Health promotion methods are lectures and discussions that
have been conducted in pregnant women class.
Keywords: health promotion model, prenatal care
Pendahuluan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) mengalami kenaikan, yaitu 228 per 100.000
kelahiran hidup tahun 2009 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2012.1
Angka ini masih jauh dari target MDG’s yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup
tahun 2015. Jika dibedakan berdasarkan karakteristik ibu, AKI lebih tinggi di
perdesaan.2
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas (Dinkes Kab. Banyumas) tahun
2012, AKI 116,81 per 100.000 kelahiran hidup.3 Tahun 2013 meningkat menjadi
126 per 100.000 kelahiran hidup yang terjadi di perdesaan: Puskesmas Pekuncen,
II Kembaran, dan Banyumas dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu tiga4 di mana
eklampsi dan perdarahan menjadi penyebab utama kematian ibu, yaitu 8,13% dan
7,27%.
Ibu hamil di perdesaan memiliki perilaku perawatan kehamilan dan
pengetahuan yang kurang (51,9%).5 Oleh karena itu, upaya promosi perlu
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam
merawat kehamilannya. Tahapan awal adalah mengidentifikasi kebutuhan agar
promosi sesuai harapan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat. Karakteristik
masyarakat perdesaan adalah gotong royong, letak geografis sulit dijangkau,
kebanyakan berpendidikan dasar, pendapatan rendah, minim teknologi informasi,
maka promosi yang dilakukan sebaiknya mudah, menarik dan inovatif6.
Meningat AKI yang tinggi terjadi di wilayah perdesaan dan adanya perbedaan
karakteristik masyarakat perdesaaan dengan masyarakat kota, maka perlu
dikembangkan model promosi kesehatan perawatan kehamilan dengan berfokus
pada kebutuhan masyarakat perdesaan. Oleh karena itu, untuk mengetahui model
yang tepat dalam promosi perawatan kesehatan masyarakat perdesaan, peneliti
melalukan penelitian di kabupaten Banyumas yang merupakan daerah perdesaan
dengan kasus AKI yang masih tinggi.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Juni 2015 menggunakan pendekatan kualitatif:
teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada
informan utama yaitu ibu hamil berjumlah 16 orang dan pendukung yaitu
keluarga yang tinggal satu rumah dengan ibu hamil yang berjumlah 16 orang, dan
tokoh agama berjumlah 3 orang. Informan utama dipilih dengan menggunakan
teknik purposive sampling yaitu ibu hamil pada kehamilan pertama, sudah
memasuki trimester tiga dan kehamilannya berisiko. Teknik pengambilan data
kepada bidan sebagai informan pendukung yang berjumlah 27 orang dilakukan
dengan FGD, serta observasi pada sarana dan prasana yang dimiliki oleh informan
utama. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas II Kembaran dan Banyumas.
Instrumen dalam penelitian ini adalah panduan wawancara mendalam, panduan
FGD, dan lembar observasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber
antara ibu hamil, keluarga ibu hamil, bidan, dan tokoh agama. Analisis data
menggunakan model Miles dan Huberman yaitu dengan melakukan reduksi data
secara manual terhadap hasil wawancara mendalam yang diperoleh dari lapangan,
yaitu dengan memilih kata kunci dari setiap pernyataan yang disampaikan oleh
informan. Kata kunci dari masing-masing informan kemudian disajikan dalam
bentuk kuotasi, tabel, dan bagan untuk mempermudah pemahaman peneliti
terhadap informasi yang dikumpulkan. Langkah selanjutnya adalah menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang valid dan konsisten tersebut dari hasil
pengumpulan data.
Hasil
Karakteristik Informan
Informan utama dalam penelitian ini berusia di bawah 25 tahun dan lainnya
berusia 30, 31 dan 32 tahun. Risiko kehamilan yang dimiliki ibu hamil adalah
Kekurangan Energi Kronis (KEK), kadar hemoglobin (Hb) di bawah 12 g/dL (2
orang), perdarahan antepartum, anemia, dan usia terlalu muda dengan kehamilan
yang tidak diinginkan. Pendidikan terakhir yang ditempuh informan utama adalah
SD, SMP, atau SMA. Pekerjaan informan utama sebagai ibu rumah tangga (IRT)
dan karyawan. Pendidikan terakhir informan pendukung keluarga dan tokoh
agama adalah SD, SMP, atau SMA dengan pekerjaan sebagai buruh, karyawan,
dan IRT. Pendidikan terakhir bidan adalah diploma tiga (D3).
Pengetahuan Perawatan Kehamilan Ibu Hamil
Tabel 1. Gambaran Pengetahuan Perawatan Kehamilan Informan Utama
No Perawatan Pengetahuan Informan
Kehamilan
1. Pengetahuan Minimal dilakukan setiap bulan
minimal Minimal dilakukan setiap bulan pada usia trimester 1
pemeriksaan dan 2, dua kali sebulan pada saat trimester ke 3.
kehamilan Minimal dilakukan setiap bulan pada usia trimester 1
dan 2, setiap minggu pada saat trimester ke 3.
2. Pengetahuan tentang Pernah mendengar, namun tidak tahu jenis imunisasi
imunisasi Tetanus yang diberikan dan manfaatnya
Toxoid (TT) Mengetahui pemberian imunisasi pada ibu hamil yaitu
imunisasi TT, namun tidak mengetahui manfaatnya
Mengetahui pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
dan manfaatnya, yaitu untuk mencegah penyakit
tetanus.
3. Pengetahuan tentang Mengetahui anjuran konsumsi tablet Fe dengan
pemberian tablet manfaat :
penambah darah (Fe) a. Tekanan darah normal
b. Tidak lemas
c. Mencegah perdarahan saat bersalin.
4. Pengetahuan tentang Istirahat yang cukup
perawatan Jalan-jalan pagi
keseharian yang Mandi
dilakukan ibu hamil
5. Pengetahuan tentang Mengetahui kelas ibu hamil, namun tidak tahu
kelas ibu hamil manfaatnya
Mengetahui kelas ibu hamil dengan manfaat:
a. Badan segar
b. Kehamilannya kuat
c. Mengetahui masalah kehamilan
d. Mengetahui cara melakukan senam hamil
e. Mengetahui Persalinan
6. Pengetahuan tentang Tidak mengetahui perawatan payudara
perawatan payudara Mengetahui perawatan payudara dengan manfaat unuk
kebersihan payudara dan memperlancar ASI. Cara
Perawatannya :
a. Memijit puting payudara dengan baby oil atau
minyak zaitun
b. Menggosok payudara seperti biasa
7. Pengetahuan tentang Tidak pernah mengetahui perawatan tersebut
Tes Penyakit
Menular Seksual
8. Pengetahuan tentang Makanan bergizi seperti sayur dan buah untuk
makanan yang pertumbuhan janin
dikonsumsi ibu Makanan yang bergizi dari sebelumnya dengan
hamil intesitas makan yang lebih sering agar janinnya dapat
berkembang dengan baik
Semua makanan kecuali makanan yang menjadi
pantangan ibu hamil untuk perkembangan janin yang
Sumber: Data Primer
Sikap Ibu Hamil Terhadap Perawatan Kehamilan
Ada informan yang tidak setuju dengan istirahat siang sebagai bentuk
perawatan kehamilan karena mitos yang berkembang: tidur siang terutama pada
usia tua membuat persalinan menjadi lama. Hal ini diungkapkan pada kutipan
berikut.
“Enggak... Takut lama lahirannya…” (IM)
“Iyah, kalo udah meteng tua kudu akeh gerak.cabang bayinya kuat gak
ringkih, kan akeh banged ya mba sing hamil lemah ya kurang gerak ya lemah...
Babarannya sing cepet ora ngaso...” (KS, Keluarga)
Perilaku Perawatan Kehamilan Ibu Hamil
Tabel 2. Gambaran Perilaku Perawatan Kehamilan Informan Utama
No. Perawatan Kehamilan Perilaku Informan
1. Pemeriksaan Kehamilan Melakukan pemeriksaan setiap bulan
Melakukan pemeriksaan setiap bulan pada
trimester 1 dan 2, setiap dua minggu sekali
pada trimester 3
Melakukan pemeriksaan setiap bulan pada
trimester 1 dan 2 setiap bulan, dan setiap
minggu pada trimester 3
Melakukan pemeriksaan dua kali pada usia 1
sampai 6 bulan dan setiap bulan usia 7
sampai 9 bulan.
2. Imunisasi TT Belum melakukan suntik TT
Sudah melakukan suntik TT
3. Konsumsi Tablet Fe Konsumsi tidak dari awal kehamilan dan
selalu habis
Minum sejak awal hamil dan selalu habis
Minum sejak awal hamil dan pernah tidak
habis
4. Perawatan keseharian Selalu gosok gigi dan mandi dua kali sehari,
jalan-jalan pagi dan istirahat
Selalu gosok gigi dan mandi dua kali sehari
serta jalan-jalan pagi, namun tidak istirahat
siang.
5. Kelas ibu hamil Tidak mengikuti kelas ibu hamil
Mengikuti kelas ibu hamil
6. Tes Penyakit Menular Tidak melakukan tes penyakit menular
Seksual seksual
7. Perawatan Payudara Belum melakukan perawatan payudara
Sudah melakukan perawatan payudara
8. Konsumsi makanan Konsusmsi sayuran, buah dan lauk seadanya.
bergizi Konsumsi sayuran, buah, dan lauk yaitu:
a. Tempe
b. Tahu
c. Ikan
d. Ayam
e. Ikan laut
f. Hati ayam/sapi

Sumber: Data Primer

Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada informan utama didapatkan


hasil bahwa masih ada informan utama yang belum melakukan perawatan
kehamilan.
Budaya Perawatan Kehamilan yang Berkembang
Pantangan makanan menurut mitos adalah udang, lele, petai, jengkol, teri,
ikan asin, belut, daun so, emping, es, dan sayur jantung. Menurut bidan,
penjelasan bahwa makanan tersebut mengandung gizi yang tinggi dilakukan saat
kelas ibu hamil dan konseling, namun masih ada yang tidak mengkonsumsi
karena pengaruh orang tua.
“Pas kelas ibu hamil sudah kita kasih tau kalo itu gak papa dikonsumsi bagus
malah buat gizi ibu hamil. Kadang sudah dikonselingkan tapi pas dirumah manut
karo mbahe kayak gitu”(Bidan SL)
Kebiasaan menurut mitos adalah menggantung peniti dan gunting kuku/lipat
di pakaian, menggerai rambut saat maghrib, membersihkan tungku saat hamil tua,
memandikan keponakan setiap Jumat Kliwon, dan tidak boleh tidur siang, keluar
malam, duduk depan pintu, atau menaruh sesuatu di saku. Menurut tokoh agama,
hal tersebut karena ibu hamil memiliki aroma khas yang disukai makhluk gaib.
“… orang kalau lagi hamil punya aroma yang khas gitu…” (SA, Toga)
Tradisi ngupati dan mitoni, menurut bidan, merupakan tradisi Jawa dan tidak
mempengaruhi kesehatan ibu/janin, namun ada kasus ibu hamil tidak konsumsi
obat saat sakit karena uangnya untuk tujuh bulanan, akibatnya bayinya meninggal.
“....Cuma dulu kayak gini, pernah ibu dengan kasus apah virus yah dia harus
periksa rutin ke dokter, nah karena tujuh bulan itu dananya mau buat mitoni jadi
dia tidak membeli obat yang buat virusnya itu, akhirnya meninggal bayinya.
Karena itu obatnya tidak boleh putus...” (Bidan PI)
Sumber Informasi Perawatan Kehamilan
Hasil wawancara mendalam tergambar pada gambar berikut.

Sumber: Data Primer


Gambar 1. Sumber Informasi Perawatan Kehamilan

Faktor Penghambat Perawatan Kehamilan


Faktor penghambat ibu hamil dalam melakukan perawatan kehamilan adalah
akses pelayanan kesehatan yang jauh, cuaca, mitos yang berkembang salah, dan
dukungan keluarga. Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis atau sulit
dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap
pelayanan kesehatan sehingga menghambat ibu hamil dalam merawat
kehamilannya.
Faktor Pendukung Perawatan Kehamilan
Faktor pendukung perawatan kehamilan ibu hamil berasal dari peran bidan
dan keluarga. Sikap petugas kesehatan (bidan) memiliki peran penting untuk
meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan sehingga dapat mendukung
perawatan kehamilan.

Model Promosi Kesehatan Ibu Hamil Berbasis Perdesaan


Model Promosi Kesehatan Ibu Hamil
Berbasis Perdesaan

Metode Media Materi

Perawatan Persiapan
Konsultasi Kelas Ibu Hamil Buku Leaflet
Payudara Persalinan

Internet Video Gizi Ibu Hamil Mitos

Perkembangan
Poster Senam Hamil
Janin
Sumber: Data Primer
Gambar 2 Model Promosi Kesehatan Ibu Hamil Berbasis Perdesaan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, semua informan membutuhkan


media promosi perawatan kehamilan dalam bentuk buku, internet, video, leaflet,
atau poster. Buku dengan penjelasan lengkap sebaiknya bergambar dan berwarna
agar menarik.
“Iya paling suka yang bergambar, berwarna kan kalau saya liat gambarnya
menarik baru saya baca” (RS)
“...gambar perlu tapi penjelasan juga penting...” (SW)
Media video membuat informasi yang disampaikan pada ibu hamil lebih jelas
dengan banyak efek yaitu audio dan visual. Hal ini diungkapkan pada kutipan
berikut.
“yaa kalo aku sih vcd yah, kan bisa lebih jelas gambarnya gimana yaa… jadi
yaaa jelas lah oh begini begini, gitu... Iyah, kan gak cuma gambar aja kan tapi
ada penjelasan lewat suara gitu, gambarnya juga gak pasif... Bergerak gitu
maksudnya ” (NA)
Menurut bidan, media yang dapat diterapkan di wilayah II Kembaran dan
Banyumas adalah buku dengan pertimbangan ekonomi dan fasilitas yang ada.
“Medianya media cetak ya misalnya....buku.... tapi kalo media eletronik kan
gak semuanya bisa terjangkau. Kayak yang ekonominya rendah, kalo kaset kan
sekarang kan gak musim yah, CD juga gak setiap orang punya CD, itu paling
buku...”(Bidan PI)
Metode promosi yang dibutuhkan adalah konsultasi karena bisa menanyakan
hal yang bersifat pribadi dan lebih cepat diterima, serta penyuluhan. Menurut
bidan, konsultasi memang cocok, namun beberapa ibu hamil malu bertanya saat
konsultasi sehingga kelas ibu hamil dianggap lebih cocok.
“Tapi biasane malu kalau pas di PKD jadi pas di kelas ibu hamil karena
banyak temannya itu dia lebih aktif...” (Bidan PI)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, materi perawatan kehamilan yang
dibutuhkan adalah materi perawatan kehamilan tentang pencegahan dan
penanganan tanda-tanda bahaya kehamilan, standar pelayanan pemeriksaan
kehamilan, dan asupan makanan bergizi yang seimbang. Materi yang dibutuhkan
informan ini belum dibahas secara lengkap di buku KIA yang menjadi pegangan
informan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, materi tambahan perawatan
kehamilan yang dibutuhkan ibu hamil dan belum dibahas di buku KIA adalah
informasi seputar perawatan payudara, persiapan persalinan, dan asupan makan
ibu hamil yang menjelaskan tentang kebutuhan gizi ibu hamil dan makanan yang
harus dihindari untuk ibu hamil termasuk dijelaskan mitos tentang makanan yang
tidak boleh dimakan, informasi tentang perkembangan janin di dalam kandungan
setiap bulannya, penjelasan penyebab dan akibat kaki bengkak, serta informasi
tentang senam hamil.
Pembahasan
Pengetahuan dapat didasari oleh keterpaparan informasi7, hal ini sesuai
dengan hasil penelitian bahwa ketidaktahuan akan perawatan kehamilan karena
belum terpapar informasi tersebut. Pengetahuan juga dapat didasari oleh
kebudayaan setempat, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan
bahwa ketahuan atau ketidaktahuan ibu tentang perawatan kehamilan akibat dari
kebiasaan mengamati lingkungan sekitar.8 Pengetahuan salah satunya dapat
dipengaruhi oleh pengalaman, hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa tanda
bahaya kehamilan yang dialami menambah pengetahuan ibu mengenai tanda
bahaya kehamilan.9
Mitos yang berkembang di masyarakat juga menjadi penghambat perawatan
kehamilan karena mitos yang bertentangan dengan perawatan kehamilan yang
seharusnya dilakukan, misalnya tidak boleh mengkonsumsi makanan seperti
udang dan lele yang menurut kesehatan justru memiliki kandungan gizi yang
tinggi atau tidak boleh istirahat siang padahal istirahat siang terutama pada
trimester akhir sangat dibutuhkan ibu hamil untuk menjaga kesehatan dan
kekuatan kehamilan sehingga tidak kelelahan akibat aktivitas seharian karena
kelelahan bisa membahayakan kehamilan (janin/ibu).10 Selain itu, perilaku
perawatan juga didasari oleh dukungan keluarga 11 dan peran bidan sebagai
pendidik.12 Hasil penelitian menunjukkan perawatan kehamilan yang belum
dilakukan karena tidak adanya dukungan keluarga untuk melakukan perawatan
kehamilan. Tradisi juga menyebutkan pantangan makanan meskipun memiliki
kandungan gizi yang baik untuk ibu hamil, salah satunya adalah udang dan lele.13
Tradisi lainnya adalah menghindari hal gaib karena orang hamil memiliki
aroma yang khas sehingga sebaiknya menggunakan benda-benda tajam seperti
peniti atau gunting.14 Selain itu, juga terdapat tradisi empat dan tujuh bulanan
yang merupakan syukuran karena janin dikasih ruh saat usia empat bulan dan
bentuk janin sempurna saat usia tujuh bulan. Upacara ngupati dan mitoni hanya
untuk mendoakan janin agar tumbuh sehat.15
Sumber informasi dapat dibedakan menjadi dua sumber yaitu sumber
informasi terekam dan sumber informasi personal.16 Sumber informasi personal
terdiri dari sumber informasi personal informal (orang tua, suami, saudara,
tetangga, dan teman) dan formal (bidan). Sumber informasi terekam yang
didapatkan dari media cetak (buku KIA) dan elektronik (internet dan televisi),
hanya tidak ada tetangga sebagai sumber informasi personal informal.16
Hal yang dapat menghambat perawatan kehamilan adalah keterjangkauan
pelayanan kesehatan, keterjangkauan pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap
kunjungan pemeriksaan kehamilan.6 Cuaca juga menjadi kendala, misalnya ibu
tidak bisa mengikuti kelas ibu hamil karena hujan.
Peran keluarga dalam pelayanan antenatal sangat penting, keluarga sebagai
orang-orang yang paling dekat dengan ibu hamil yang harus memotivasi ibu hamil
untuk melakukan perawatan kehamilan, namun tidak melakukan tugas pentingnya
atau justru melarang melakukan perawatan kehamilan karena adanya mitos
dimasyarakat sehingga menghambat ibu hamil dalam merawat kehamilan.
Dukungan keluarga yang tinggi akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan
antenatal care oleh ibu hamil.17
Buku, leaflet, dan poster disenangi karena bisa dibaca berulang-ulang;
internet karena mudah diakses dan mudah dalam mencari semua informasi tentang
perawatan kehamilan; dan video (CD) disenangi karena dapat diputar berulang-
ulang. Setelah digali lebih dalam, informan mengatakan media yang dibutuhkan
oleh mereka adalah yang menarik dan dikemas dalam bentuk buku dan video.
Pemilihan media kemudian dipertimbangkan dengan melihat karakteristik wilayah
II Kembaran dan Banyumas.
Video yang dikemas dalam CD belum dapat diterapkan di wilayah II
Kembaran ataupun Banyumas karena sarana prasarana yang belum memadai.
Agar fungsi media dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan adanya sumber
atau sarana yang mendukung agar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berjalan
baik.18
Media buku sesuai dengan pertimbangan penyusunan media. Media buku
secara Acceptability dapat diterima oleh masyarakat karena buku merupakan
media yang disenangi dan dibutuhkan oleh sebagian besar informan utama. Pada
kriteria Literacy, menurut profil Puskesmas II Kembaran dan Puskesmas
Banyumas, wanita usia subur di wilayah tersebut memiliki tingkat pendidikan
minimal Sekolah Dasar sehingga rata-rata masyarakatnya bisa membaca. Kriteria
ketiga yaitu Convinience, media visual seperti buku memiliki kelebihan yaitu
tidak membutuhkan peralatan yang rumit dan tidak membutuhkan listrik. 20
Sedangkan kriteria keempat yaitu Feasibility, buku sangat mungkin untuk
diterapkan karena media sebelumnya untuk pegangan ibu hamil adalah buku KIA
dan pengetahuan ibu hamil dapat meningkat dengan adanya buku KIA sehingga
buku merupakan media yang dapat diterapkan di wilayah II Kembaran dan
Banyumas.21
Peningkatan pengetahuan ibu hamil sesudah dilaksanakan kelas ibu hamil di
Puskesmas Wangon II Kabupaten Banyumas.22 Ada hubungan yang erat antara
kelas ibu hamil dengan deteksi tanda bahaya kehamilan.23
Materi yang perlu ditambahkan ini berhubungan dengan pengetahuan
informan yang belum mengetahui beberapa perawatan kehamilan di atas karena
keterpaparan informasi akan meningkatkan pengetahuan seseoarang sehingga
materi tambahan seperti yang disebutkan di atas dibutuhkan untuk dibahas di
media perawatan kehamilan.9
Kesimpulan
Ibu hamil sudah mengetahui perawatan kehamilan yang harus dilakukan saat
hamil, namun masih terdapat beberapa informan utama yang belum mengetahui
manfaat dari beberapa perawatan, belum mengetahui perawatan payudara, tes
pemeriksaan penyakit menular seksual, dan tanda bahaya kehamilan. Sikap ibu
hamil terhadap perawatan kehamilan adalah mendukung, namun masih ada ibu
hamil yang tidak mendukung dengan perawatan kehamilan dalam bentuk tidur
siang saat kehamilan memasuki usia tua. Masih ada ibu hamil yang belum
melakukan perawatan kehamilan, seperti imunisasi TT, perawatan payudara,
menghabiskan tablet penambah, mengikuti kelas ibu hamil dan melakukan tes
penyakit menular seksual.
Faktor penghambat ibu hamil dalam merawat kehamilannya adalah
keterajangkuan pelayanan kesehatan dari segi jarak, cuaca, mitos yang
berkembang, dan dukungan keluarga. Faktor pendukung ibu hamil melakukan
perawatan kehamilan adalah dukungan keluarga dan peran bidan.
Model promosi kesehatan berbasis perdesaan berupa media yang dibutuhkan
oleh ibu hamil adalah yang menarik dalam bentuk buku dengan desain yang
bergambar, berwarna, dan penjelasannya lengkap. Metode promosi kesehatan
yang bisa diterapkan dengan baik sesuai kebutuhan ibu hamil dalam
menyampaikan informasi perawatan kehamilan adalah metode penyuluhan yaitu
ceramah dan diskusi saat kelas ibu hamil. Materi yang dibutuhkan oleh ibu hamil
dan belum dibahas lengkap di buku KIA adalah materi pencegahan dan
penanganan tanda bahaya kehamilan, standar pemeriksaan kehamilan, anjuran dan
pantangan makanan selama hamil, cara-cara melakukan perawatan payudara dan
senam hamil, perkembangan janin, dan mitos perawatan kehamilan.
Saran
Puskesmas II Kembaran dan Banyumas sebaiknya membuat media promosi,
yaitu buku bergambar dan berwarna dengan penjelasan lengkap tentang perawatan
kehamilan, serta secara rutin menyelenggarakan kelas ibu hamil. Kemenkes RI
sebaiknya menambah materi tentang perawatan kehamilan pada buku KIA.
Rujukan
1. BPS, BKKBN, Kemenkes, and ICF International. Survei demografi dan
kesehatan indonesia 2012 [monograph on the Internet]. Jakarta: BPS; 2013
[cited 2015 Mar 3]. Available from:
http://kebijakankesehatanindonesia.net/images/2013/9/SDKI-2012.pdf.
2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan perkembangan
pencapaian millennium development goals, Indonesia 2007 [monograph on
the Internet]. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 2007 [cited
2015 Mar 3]. Available from:
http://p3b.bappenas.go.id/handbook/docs/14.%20%20MDG%
202007%20report%20BI.pdf.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan. Profil kesehatan ibu kabupaten Banyumas tahun 2012.
Banyumas: Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas; 2013.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Profil kesehatan ibu kabupaten
Banyumas tahun 2013. Banyumas: Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas; 2014.
5. Gamelia E, Sistiarani C, dan Masfiah S. Determinan perilaku perawatan
kehamilan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Oktober 2013; 8 (3): 109-
14.
6. Erlina R, Larasati TA, dan Kurniawan, B. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ibu hamil terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Rawat
Inap Panjang Bandar Lampung. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. 2013; 2 (4): 29-34.
7. Sukesih S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil
mengenai tanda bahaya dalam kehamilan di Puskesmas Tegal Selatan Kota
Tegal tahun 2012. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Univerisitas Indonesia; 2012.
8. Mubarak WI. Promosi Kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba Medika;
2007.
9. Wulandari E dan Wijayanti. Hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang
tanda bahaya kehamilan dengan sikap dalam deteksi dini komplikasi
kehamilan di wilayah Puskesmas Kartosuro Kabupaten Sukoharjo. Jurnal
Keperawatan [Internet]. 2014 [cited 2016 Feb 2]; 17 (2): 123-34.
10. Diani LPP dan Susilawati LKPA. Pengaruh dukungan suami terhadap istri
yang mengalami kecemasan pada kehamilan trimester ketiga di kabupaten
Gianyar. Jurnal Psikologi Udayana [Internet]. 2013 [cited 2015 Jan 4]; 1 (1):
1-11. Available from:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/8478
11. Ritonga FJ dan Asiah N. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam
melakukan pemeriksaan antenatal care. Jurnal Keperawatan Klinis [serial on
the Internet]. 2012 [cited 2015 Jul 9]; 4 (1): 647-51. Available from:
http://202.0.107.5/index.php/jkk/article/view/1128/647.
12. Philippi JC. Women’s perceptions of access to prenatal care in the United
States: a literature review. Journal Midwifery Womens Health [serial on the
Internet]. 2009 [cited 2015 Jul 10]; 54 (3): 219-25. Available from:
http://trace.tennessee.edu/cgi/viewcontent.cgi?
filename=6&article=2324&context=utk_graddiss&type=additional.
13. Ubaidillah A dan Hersoelistyorini W. Kadar protein dan sifat organoleptik
nugget rajungan dengan substitusi ikan lele (Clarias gariepinus). Jurnal
Unimus [Internet]. 2010 [cited 2015 Jan 4]; 1 (2): 45-54. Available from:
jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPDG/article/download/787/841
14. Kasnodiharjo dan Kristiana L. Praktek budaya perawatan kehamilan di Desa
Gadingsari Yogya. Jurnal Kespro [Internet]. 2012 [cited 2016 Feb 2]; 3 (3):
113-23.
15. Nurcahyanti D. Tafsir tanda penggunaan busana dalam upacara adat mitoni di
Puromangkunagaran Surakarta. Jurnal Komunikasi Massa [Internet]. 2010
[cited 2016 Feb 2]; 3 (2): 1-20.
16. Athiyah N. Kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi: studi kasus
terhadap ibu mengandung dan mengasuh bayi di kabupaten Jombang
[monograph on the Internet]. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Indonesia; 2008 [cited 2015 Jul 7]. Available from: http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20251222-RB00N315k-Kebutuhan%20informasi.pdf.
17. Agustini NNM. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dan dukungan
keluarga dengan cakupan pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskemas
Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga [Internet]. 2013 [cited 2016
Jan 4]; 1 (1): 67-79. Available from:
http://jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/pdpk/article/view/230/218
18. Waldopo. Analisis kebutuhan terhadap program multimedia interaktif sebagai
media pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan [Internet]. 2011
[cited 2016 Feb 2]; 17 (2): 244-53.
19. Dignan MB and Carr PA. Program planning for health education and
promotion. Philadelphia: Lea and Febiger; 1992.
20. Sulistyani NHD, Jamzuri, dan Rahardjo DT. Perbedaan hasil belajar siswa
antara menggunakan media pocket book dan tanpa pocket book pada materi
kinematika gerak melingkar kelas X. Jurnal Pendidikan Fisika [Internet]. 2013
[cited 2016 Feb 2]; 1 (1): 164-72. 164. Available from:
https://eprints.uns.ac.id/14472/1/1784-3982-1-SM.pdf
21. Sistiarani C, Gamelia E, dan Sari DP. Fungsi pemanfaatan buku KIA terhadap
pengetahuan kesehatan ibu dan anak pada ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. Mei 2014; 8 (8): 353-8.
22. Eliana A dan Fridayanti W. Perbedaan rerata pengetahuan ibu hamil sebelum
dan sesudah mengikuti kelas ibu hamil di Puskesmas Wangon II kabupaten
Banyumas tahun 2012. Jurnal Bidan Prada [serial on the Internet]. 2012 [cited
2015 Dec 10]; 3 (2): 58-66. Available from:
http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Prada/article/view/60/58.
23. Sugiarti, Soedirham O, dan Mochny IS. Upaya permberdayaan ibu hamil
untuk deteksi dini risiko tinggi kehamilan trimester satu. The Indonesian
Journal of Public Health [Internet]. 2012 [cited 2015 Jan 4]; 9 (1): 27-36.
Available from: http://journal.unair.ac.id/upaya-pemberdayaan-ibu-hamil-
untuk-deteksi-dini-risiko-tinggi-kehamilan-trimester-satu-article-7304-media-
4-category-3.html

Anda mungkin juga menyukai