Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

DINAS KESEHATAN
JALAN R.A. KARTINI NO.11 PALU TELP. (0451) 421170 – 422343 – 421070 FAKSIMILI (0451) 454646
P A L U 94111

LAPORAN PERJALAN DINAS


Petugas 1. Nama : Ilham Sunusi, SKM, M.Kes
NIP : 19711112 199103 1 002
Pangkat/Gol. : Pembina Tingkat I/IV,a
Jabatan : Kepala Bidang Farmalkes & SDMK Dinkes. Prov.
Sulteng
2. Nama : Muhammad Akbar Basrun, S.Farm.,Apt
NIP : 19851121 201503 1 003
Pangkat/Gol. : Penata/III,c
Jabatan : Staf Kefarmasian Dinkes. Prov. Sulteng
3. Nama : Muhammad Rizal, SKM
NIP : 19820415 200902 1 002
Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk. I/III,b
Jabatan : Staf Keuangan Dinkes. Prov. Sulteng

Maksud Perjalanan Dinas : Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Kefarmasian


Fasyankes di Kabupaten Poso
Waktu : Selama 4 (empat) hari pada tanggal 20 s.d 23
Desember 2022
Melakukan Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Kefarmasian Fasyankes di:
Puskesmas Mapane, Jl. Trans Sulawesi Kec. Poso Pesisir
Nama Ka. Ruang Farmasi: Dwi lilik Puji Hastuti, S.Farm.
No. SIPA: 446/34.21/IX/DINKES/2017
Hasil:
1. Rasio jumlah apoteker terhadap jumlah pasien harian sudah sesuai dengan amanat
Peraturan Menteri Kesehatan No 74 tahun 2016, yaitu 1 (satu) apoteker untuk 50 (lima
puluh) pasien yang tergambarkan dari rata-rata jumlah resep yang dilayani tiap harinya 1
(Satu) apoteker untuk 30 (Tiga Puluh) lembar resep yang dilayani tiap harinya.

2. Keterbatasan sarana penunjang pelayanan kefarmasian seperti tidak tersedianya ruangan


konseling tersendiri yang dapat menjaga privasi pasien, namun kegiatan konseling tetap
dilaksanakan dengan Standar Prosedur Operasional (SOP) yang ada kemudian ruang
apotek sempit sehingga pelayanan kurang maksimal, serta penyimpan obat yang perlu
ditingkatkan seperti lemari obat,rak obat dan gudang penyimpanan obat yang belum
tersedia.

3. Sistem evaluasi pelayanan dari pengunjung tidak ada. Lampiran Peraturan Menteri
Kesehatan No 74 tahun 2016 merekomendasikan untuk melakukan pengendalian mutu
pelayanan kefarmasian dengan cara monitoring dan evaluasi, dimana salah satu teknik
untuk mendapatkan data yang akan dievaluasi adalah dengan cara survei. Tidak
optimalnya penarikan data akan menghambat tujuan mencegah terjadinya masalah terkait
Obat atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau kesalahan
pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien
(patient safety).
4. Belum adanya SPO Pengendalian Obat yang dapat menghambat sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
5. Puskesmas Mapane tidak memiliki SPO pemusnahan obat karena tidak memiliki
pemusnahan melainkan dikembalikan ke Instalasi Farmasi Kab. Poso. SPO pengadaan
juga tidak dimiliki.
6. Belum dilaksanakannya 3 (tiga) pelayanan farmasi klinik, meliputi Visite, Pemantauan
Terapi Obat dan Evaluasi Penggunaan obat karena tidak terdapatnya Standar Prosedur
Operasional (SPO). Pelayanan farmasi klinik merupakan salah satu aspek pelayanan
kefarmasian, tidak optimalnya pelayanan farmasi klinik akan menghambat tujuan dari
pelayanan kefarmasian untuk untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
masalah Obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

7. Belum tersedianya media informasi aktif seperti brosur, leaflet, dan majalah dinding yang
menjadi bagian dari SPO Pelayanan Informasi Obat yang direkomendasikan Peraturan
Menteri Kesehatan No 74 tahun 2016 sebagai media untuk membantu memberikan
informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias, faktual, terkini, mudah dimengerti, etis
dan bijaksana.

8. Belum terdokumentasinya kegiatan konseling yang menjadi bagian dari SPO Konseling
yang berguna sebagai catatan yang mungkin diperlukan kembali oleh penanya/pasiesn,
media pelatihan tenaga farmasi, basis data untuk penelitian, analisis, evaluasi dan
perencanaan layanan serta bahan audit demi pengendalian mutu pelayanan kefarmasian.

9. Kegiatan penyuluhan yang menjadi bagian dari Pelayanan Informasi Obat belum optimal
karena masih belum mengarah kepada masyarakat umum sebagai target penyuluhan.
Tujuan PIO untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada masyarakat akan
terhambat.
10. Belum adanya evaluasi yang dilakukan terhadap sumber daya manusia yang menjadi salah
satu aspek sumber daya kefarmasian dan terhadap pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) yang merupakan 2 (dua) kegiatan utama dalam ruang lingkup
pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Evaluasi merupakan bagian dari pengendalian mutu
pelayanan kefarmasian, tidak adanya kegiatan evaluasi akan menyulitkan dalam menilai
hasil capaian pelaksanaan pelayanan kefarmasian.

Petugas yang melaksanakan perjalanan dinas


1. Ilham Sunusi, SKM.,M.Kes
NIP. 19711112 199103 1 002
2. Muhammad Akbar Basrun, S.Farm.,Apt
NIP. 19851121 201503 1 003
3. Muhammad Rizal, SKM
NIP. 19820415 200902 1 002

Anda mungkin juga menyukai