*E-mail:iswindartyluciana@student.ppns.ac.id
Abstrak
Penyimpanan bahan kimia pada proses industri memberikan potensi bahaya dan risiko yang sangat
besar. Berdasarkan hasil pengamatan penyimpanan bahan kimia belum tertata secara baik dan layak
yang tidak memiliki sistem proteksi kebakaran layaknya gudang penyimpanan bahan kimia yang
memadai. Berdasarkan temuan tersebut, maka dilakukan perencanaan penyimpanan bahan kimia pada
gudang dengan dimensi 13 x 8 x 6 m yang mencakup mengenai perancangan instalasi proteksi
kebakaran aktif berupa detektor, alarm, dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Diketahui sifat bahan
kimia yang disimpan adalah flammable liquid dan irritant serta non hazardous. Sistem proteksi
kebakaran membutuhkan 6 detektor asap, 1 audio alarm, dan 1 APAR.
Kata kunci: Alarm, APAR, Bahan Kimia, Sistem Proteksi Kebakaran Aktif, Detektor.
1. PENDAHULUAN
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya
yang dapat membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan para pekerja dan lingkungannya.
Potensi bahaya yang terdapat pada bahan kimia dapat diminimalisir dengan adanya penanganan
dan penyimpanan yang tepat. Identifikasi sifat dan karakteristik bahan kimia yang tepat dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pengelolaan bahan kimia berbahaya diatur dalam
Peraturan pemerintah Republik Indonesia no 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun, yang menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan kegiatan
pengelolaan bahan beracun dan berbahaya wajib mencegah terjadinya pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan hidup. Pada salah satu perusahaan penyalur gas di Jawa Timur terdapat
tempat penyimpanan bahan kimia, yaitu dengan luas 15 m 2 tempat penyimpanan ini berada di
dalam gedung workshop yang mana terdapat beberapa aktifitas fabrikasi antara lain seperti:
penggerindaan, pengelasan, modifikasi dan aktifitas lain yang menimbulkan percikan api.
Sehingga dapat membahayakan bagi tenaga kerja dan lingkungan sekitar karena beberapa
bahan kimia memiliki sifat berbeda seperti cat dan thinner yang bersifat mudah terbakar,
grease yang irritant dan sebagainya. Sistem ventilasi pada tempat penyimpanan bahan kimia
dapat memberikan pengaruh besar terhadap upaya keselamatan dan kesehatan pekerja serta
lingkungan sekitar.
2. METODOLOGI
Observasi awal dilakukan untuk identifikasi masalah yang akan dirumuskan sehingga akan
diperoleh tujuan dan manfaat. Pada saat observasi tempat kerja tampak peletakan bahan kimia
yang tidak sesuai dan hal ini dapat menuimbulkan bahaya. Studi pustaka dilakukan dengan
mengumpulkan dan mempelajari referensi-referensi yang berasal dari buku, peraturan, dan
jurnal. Identifikasi bahan kimia akan dilakukan berdasarkan SDS. Selanjutnya perencanaan
sistem proteksi kebakaran aktif meliputi detektor, alarm dan APAR akan menentukan jenis,
menghitung jumlah kebutuhan dan perencanaan penempatannya.
4. KESIMPULAN
Identifikasi 17 bahan kimia pada perusahaan memiliki sifat bahaya berdasarkan safety
data sheet (SDS) diketahui memiliki sifat cairan mudah terbakar pada 9 bahan, dan memiliki
sifat mengiritasi sebanyak 2 bahan, serta dapat menyebabkan iritasi sebanyak 5 bahan. Hasil
perhitungan sistem proteksi kebakaran untuk tempat penyimpanan bahan kimia membutuhkan
detektor dengan jenis asap sebanyak 6 buah, 1 alarm jenis audio, dan 1 buah APAR dengan
jenis dry chemical powder dengan berat 12 kg. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menyusun
standart operational procedure mengenai manajemen bahan kimia untuk meminimalkan resiko
bahaya bahan kimia yang disimpan
5. UCAPAN TERIMAKASIH
6. DAFTAR NOTASI
7. DAFTAR PUSTAKA
1. BAPEDAL.(1995). Bapedal Nomor 01 Tatacara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Berbahaya dan Beracun.
6. Juliana, H., & Handayani, N. U.(2016). Peningkatan Kapasitas Gudang Dengan Perancangan
Layout Menggunakan Metode Class Based Storage. Teknik Industri, 115.
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. (2008). Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/21/M.PAN/11/2008 tentang pedoman
penyusunan standar operational prosedur (SOP) administrasi pemerintahan. Jakarta: Menteri
Negara Pendayaan Aparatur negara.
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI.(1983). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor: PER.02/MEN/1983 teantang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik
13. Peraturan Mentri Perindustrian Republik Indonesia. (2013). Peraturan Mentri Perindustrian
Republik Indonesia No: 23/M-IND/PER/9/2009 tentang Sistem Harmonisasi Global
Klasifikasi Dan Label Pada Bahan Kimia . Jakarta: Mentri Perindustrian.
15. P.R.A., Asmoro, W.A & Rahmadiansyah, A.(2012). Model Analitik Muffler Absortive pada
Ventilasi udara
16. Puspita, Nita. (2012). Perancangan Tata Letak Gudang dengan Metoda Class-Based Storage
Studi Kasus CV. SG Bandung.Bandung: Institut Teknologi Telekomunikasi Bandung.
17. Sanusi, D. (2018). Perancangan Ulang Fasilitas Penyimpanan Dan Penanganan Bahan
Kimia Pada Departemen Logistik & Pembelian Perusahaan Industri Perhiasan Emas.
Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
18. Sayorini, Vivi. (2019). Perancangan Ulang Gudang Penyimpanan Bahan Baku B3 Pada Pabrik
Chemical Perusahaan Formulator Pestisida. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
20. SNI 03-3985-2000 tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan Dan Pengujian Sistem
Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
21. SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara
Pada Bangunan Gedung.
22. Subhan, M. (2019) .Perancangan Tempat Penyimpanan dan Pencampuran Bahan Kimia
Berbahaya di Perusahaan Packaging. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
23. Tri, Nur . dkk .(2011). Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun sebagai Upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Perlindungan Lingkungan, Vol.IV, No 8, pp 54-55.
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nukir -BATAN.