Anda di halaman 1dari 14

Implementasi Program Gaharu Berbasis Literasi Pada Anak

Berkebutuhan Khusus Di SD Negeri 4 Koba


𝐌. 𝐈𝐪𝐛𝐚𝐥 𝐀𝐫𝐫𝐨𝐬𝐲𝐚𝐝, 𝐌. 𝐏𝐝.𝟏 , 𝐀𝐡𝐦𝐚𝐝 𝐅𝐚𝐝𝐡𝐥𝐢𝟐 , 𝐁𝐚𝐲𝐮 𝐀𝐩𝐫𝐢𝐥𝐢𝐧𝐨𝟑 , 𝐏𝐮𝐭𝐫𝐢 𝐌𝐮𝐭𝐢𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐫𝐢𝟒,
𝐑𝐢𝐳𝐤𝐲 𝟓 , 𝐒𝐞𝐥𝐦𝐚 𝐒𝐡𝐞𝐧𝐝𝐚𝟔
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Indonesia
Muhammad.iqbalarrosyad@unmuhbabel.ac.id , ahmadfadhli07112000@gmail.com ,
bayuaprilino02@gmail.com , putrimutiarasari@yahoo.com, rizkymrt091@gmail.com ,
selmashenda1200@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program Gaharu berbasis literasi pada
anak berkebutuhan khusus di SD Negeri 4 Koba. Bagaimana penerapan program Gaharu dalam
implementasi kemampuan literasi anak berkebutuhan khusus, apa saja kendala dan bagaimana cara
mengatasi kendala tersebut. Jenis penelitian ini penelitian kualitatif deskriptif, subjek penelitiannya anak
berkebutuhan khusus di SD Negeri 4 Koba. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui 3 tahapan,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa,
SD Negeri 4 Koba dalam menerapkan kegiatan literasi masih pada tahap pembiasaan, dengan membaca
buku 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, upaya yang dilakukan sekolah agar anak normal
atau pun ABK merasa tertarik untuk membaca dan meningkatkan kemampuan membaca mereka adalah
dengan menyediakan pojok baca dan pondok baca di area lingkungan sekolah, serta menyediakan media
pembelajaran seperti pengenalan huruf, angka, dan buku cerita bergambar bagi ABK. Adapun yang
menjadi kendala dalam menerapkan program Gaharu berbasis literasi, yaitu kurangnya motivasi dari
para siswa ABK, sulitnya dalam mengendalikan para siswa ABK, dan kurangnya kerja sama antara guru
dan orang tua siswa. Namun dari semua kendala tersebut para guru masih bisa mengatasinya dengan
cara mereka sendiri.
Kata kunci: Anak Berkebutuhan Khusus, literasi, program gaharu.
Abstract
This study aims to describe the implementation of the literacy-based Gaharu program for children with
special needs at SD Negeri 4 Koba. How is the application of the Gaharu program in implementing the
literacy skills of children with special needs, what are the obstacles and how to overcome these obstacles.
This type of research is a descriptive qualitative research, the research subjects are children with special
needs in SD Negeri 4 Koba. Data collection techniques used in this study were observation, interviews,
and documentation. The data analysis technique was carried out through 3 stages, namely data reduction,
data presentation, and drawing conclusions. The results of the study indicate that SD Negeri 4 Koba in
implementing literacy activities is still at the stage of habituation, by reading books 15 minutes before
learning activities begin, the efforts made by the school so that normal children or ABK feel interested
in reading and improve their reading skills are by providing reading corners and reading huts in the
school environment, as well as providing learning media such as introduction to letters, numbers, and
picture story books for children with special needs. As for the obstacles in implementing the literacy-
based Gaharu program, namely the lack of motivation from ABK students, the difficulty in controlling
ABK students, and the lack of cooperation between teachers and parents of students. But of all these
obstacles the teachers can still overcome in their own way.
Keywords: Children with special needs, literacy, gaharu program.
PENDAHULUAN
Dalam menerapkan gerakan literasi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) pada dasarnya
haruslah mengembangkan keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dengan menerapkan kegiatan literasi untuk ABK tentunya
akan berdampak positif bagi kualitas hidupnya.
Adapun menurut Agustin & Wiratama (2021) literasi merupakan salah satu keterampilan
dasar yang harus dimiliki siswa guna mengembangkan keterampilan lainnya melalui kegiatan
pembiasaan yang harus diterapkan di sekolah. Adapun menurut Batubara & Ariani (2018)
kemampuan literasi terdiri dari kemampuan mengakses, memahami, dan memanfaatkan
informasi secara cerdas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi merupakan
kegiatan membaca dan menulis yang wajib bagi para peserta didik. Kegiatan literasi menjadi
salah satu proses transfer ilmu dari sebuah informasi yang dibaca, dengan kegiatan literasi ini
dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik di bidang lainnya. Oleh
karena itulah gerakan literasi merupakan gerakan yang sangat penting dalam memenuhi tujuan
pembelajaran peserta didik.
Salah satu jenjang pendidikan awal dalam menerapkan kegiatan literasi adalah di Sekolah
Dasar (SD). Adapun program gerakan literasi sekolah tercantum di dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Tujuan
dari Perkemendikbud menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan seluruh
komponen berkaitan dengan penyampaian informasi kepada peserta didik sebagai bentuk
gerakan literasi. Dengan kegiatan literasi ini dan menjadikan sebuah kegiatan pembiasaan
disekolah akan membentuk individu sebagai pribadi yang senang belajar dimana saja, kapan
saja, tanpa di dibatasi usia. Ina dan Novialita (2021) mengemukakan bahwa pendidikan di
jenjang Sekolah Dasar (SD) merupakan langkah awal dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya baik dalam segi pengetahuan maupun keterampilan yang diperoleh peserta didik di
SD dalam mengembangkan kemampuan selanjutnya. Lebih lanjut Rikrik dan Musjafak (2017)
menyatakan bahwa pendidikan Sekolah Dasar menjadi titik awal dalam mengembangkan
kemampuan literasi di pendidikan formal. Pada jenjang ini, siswa akan dikenalkan dengan
keterampilan dasar literasi yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis, melalui pembiasaan yang terus diterapkan, keterampilan literasi peserta didik seiring
waktu akan terus berkembang. Guna mendukung kegiatan literasi di sekolah agar dapat berjalan
dengan baik perlu adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan literasi
ini , misalnya saja perpustakaan yang telah dijadwalkan untuk setiap kelas, pojok baca di setiap
kelas, ataupun pondok baca disekitar lingkungan sekolah guna menanamkan kebiassaan
membaca bagi seluruh peserta didik (Kariadi & Riyanton, M. 2019).
Gerakan literasi selain diterapkan disekolah umum juga diterapkan pada sekolah inklusi
dimana sekolah ini memberikan layanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus.
Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sendiri terbagi menjadi dua yaitu
pendidikan khusus dan pendidikan inklusi. Pendidikan khusus memberikan pelayanan
pendidikan dikhususkan bagi anak didik yang mengalami disabilitas yang sama pada satu
kelompok, sedangkan pendidikan inklusi memberikan pelayanan bagi peserta didik yang
memiliki kondisi baik yang berkebutuhan khusus ataupun tidak (Rohmadheny, Prima Suci.
2019). Adapun menurut Wati, Dewi Eko (2019) pendidikan inklusi merupakan layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah reguler dengan
menempatkan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan tingkat kelainannya. Kesempatan yang
diberikan bagi anak berkebutuhan khusus untuk bergaul dan bersosialisasi dengan teman
sebayanya baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat dapat menumbuhkan harga diri
sehingga mereka dapat lebih percaya diri dan menumbuhkan motivasi mereka dalam
mengambangkan kemampuan yang dimiliki dengan bantuan atau dampingan dari orang dewasa
guna menuntun mereka kepada kehidupan yang lebih baik lagi.
SD Negeri 4 Koba merupakan salah satu sekolah dasar di Bangka Belitung yang
menerapkan pendidikan inklusi dimana sekolah memberikan pelayanan terhadap anak
berkebutuhan khusus maupun tidak. Adapun salah satu pelayanan yang diberikan bagi anak
berkebutuhan khusus yaitu sekolah membangun suatu program yang diberi nama program
Gaharu. Program Gaharu sendiri merupakan kepanjangan dari gerakan hati nurani guru yang
artinya seluruh guru dan para staff yang ada di sekolah berperan aktif dalam memberikan kasih
sayang dan perhatian lebih kepada siswa berkebutuhan khusus.
Dalam hasil penelitian Agustin & Wiratama (2021) menyebutkan bahwa implementasi
kegiatan literasi bagi anak berkebutuhan khusus di SDN Dawung 2 Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban dilakukan oleh guru kelas dengan diawali pada tahap pembiasaan membaca
buku non pembelajaran selama 15 menit, siswa yang berkebutuhan khusus dibantu oleh guru
dengan ekspresi dan isyarat guna memahami isi bacaan. Dilanjutkan ke tahap pengembangan
dan diakhiri dengan tahap pembelajaran atau pengayaan. Setiap kelas juga telah disediakan
pojok baca untuk para siswa. Hasil penelitian lainnya oleh Kariadi & Riyanton, M. (2019)
menyebutkan bahwa implementasi gerakan literasi untuk anak berkebutuhan khusus harus bisa
mengembangkan keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Implementasi gerakan literasi ini dilaksanakan dalam 3 tahapan, yaitu
tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
Adapun tujuan dari penilitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
pengimplementasian program Gaharu berbasis literasi pada anak berkebutuhan khusus di SD
Negeri 4 Koba, bagaimana penerapan program Gaharu dalam meningkatkan kemampuan
literasi anak berkebutuhan khusus, apa saja kendala dan bagaimana cara mengatasi kendala
dalam menerapkan program Gaharu berbasis literasi pada anak berkebutuhan khusus.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif untuk memperoleh gambaran
mengenai pengimplementasian program gahura berbasis literasi pada anak berkebutuhan
khusus di SD Negeri 4 Koba. Penelitian ini dilakukan mulai dari 3 Agustus sampai dengan 3
September 2022.
Subjek penelitian adalah anak berkebutuhan khusus di SD Negeri 4 Koba. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara
yang digunakan untuk mengumpalkan data terkait program Gaharu berbasis literasi di SD
Negeri 4 Koba.
Teknik analisis data dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan pada hasil wawancara, dokumentasi dan
observasi yang dilakukan di SD Negeri 4 Koba. Kemudian hasil reduksi data tersebut
dideskripsikan sehingga semakin jelas hasil penelitian yang diperoleh dan disimpulkan dengan
menyertakan bukti yang valid dan konsisten.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian, dapat dideskripsikan pelaksanan yang sudah di lakukan di sekolah
SDN 4 Koba dengan cara mewawancarai salah satu guru di sekolah tersebut yaitu guru kelas
tiga. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh terdapat penjelasan tentang program gaharu
yang dilakukan guru untuk Anak Berkebutuhan Khusus di SDN 4 Koba.
1. Implementasi Program Gaharu dalam Literasi pada Anak Berkebutuhan Khusus
Implementasi program Gaharu dalam literasi yang sudah diterapkan di SD Negeri 4
Koba pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sudah menjadi suatu kebiasaan guru di
sekolah. Program Gaharu disini adalah kepanjangan dari Gerakan Hati Nurani Guru yang
memiliki arti seluruh guru maupun staff sekolah SD Negeri 4 Koba berperan aktif dalam
memberikan kasih sayang kepada ABK. Semua guru berperan aktif dalam program ini,
karena diseluruh kelas sudah dipastikan memiliki ABK sehingga setiap guru harus
mengetahui bagaimana cara mengatasi ABK. Selain itu, sekolah ini juga merupakan sekolah
Inklusi, dimana sekolah tidak hanya menerima siswa normal tetapi juga menerima siswa
yang memiliki kelainan. ABK memiliki bermacam-macam jenis, di SD Negeri 4 Koba
sendiri memiliki siswa ABK dengan jenis Tunagrahita, lamban belajar, kesulitan belajar
khusus (membaca), dan Disabilitas Intelectual. Untuk perlakuan guru tidak membeda-
bedakan semua siswa nya, baik normal ataupun siswa ABK semua diperlakukan sama.
Gambar 1. Data hasil intelektual tes

Selain dengan pembiasaan membaca buku non pembelajaran 15 menit sebelum


memulai pembelajaran di pagi hari, pengimplementasian program Gaharu dalam kegiatan
literasi di SD Negeri 4 Koba adalah dengan cara melibatkan para ABK dalam suatu kegiatan
seperti kegiatan sosialisasi sekolah penggerak yang pernah diadakan di SD Negeri 4 Koba,
sekolah turut mengundang para orang penting yang ada di Bangka Tengah seperti wakil
Bupati dan penjabat penting lainnya. Dari kegiatan tersebut sekolah melibatkan para siswa
ABK, dengan mempersembahkan bakat yang mereka miliki, ada yang menyanyikan sebuah
lagu, menari, dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan kemampuan para ABK.
Dari kegiatan tersebut siswa ABK juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
mental mereka. Mental mereka juga akan terlatih sehingga kuat dalam mengahadapi orang
asing di luar sekolah. Dengan begitu para guru bisa melihat apakah mereka memiliki rasa
tangung jawab dengan apa yang sudah mereka lakukan, melihat keberanian mereka dalam
membangun dan mengelola kemampuan komunikasi mereka dengan orang yang berada
diluar sekolah selain dari guru.
Dalam Pengimplementasian program Gaharu berbasis literasi di SD Negeri 4 Koba,
sekolah turut menyediakan pojok baca didalam kelas dan juga pondok baca disekitar
lingkungan sekolah, sekolah juga telah menyediakan berbagai macam buku mulai dari buku
pembelajaran hingga non pembelajaran yang bergambar guna membiasakan siswa ABK
dengan buku bacaan dan juga membantu siswa ABK untuk memahami bacaan dengan
melihat suatu gambar. Dengan memahami gambar dapat membantu para siswa ABK
mengembangkan literasi di sekolah, mereka bisa mengetahui benda-benda yang ada pada
gambar, setelah memahami gambar dibuku mereka juga bisa meumbuhkan minat baca dan
minat menulis, dan menambah wawsan baru bagi mereka. Pembiasaan bagi siswa ABK ini
juga akan meningkatkan motivasi belajar dan rasa nyaman mereka sebelum pembelajaran
dimulai. Hal tersebut juga dapat membuat guru merasakan kepuasan tersendiri saat siswa
ABK terbiasa berliterasi dan belajar lebih nyaman dan santai di dalam kelas.

Gambar 2. Kegiatan literasi siswa di pojok baca


2. Kendala Implementasi Program Gaharu dalam Literasi pada Anak Berkebutuhan
Khusus
Kendala yang dialami dalam implementasi program Gaharu pada literasi pada Anak
Berkebutuhan Khusus di SDN 4 Koba sampai saat ini masih bisa teratasi oleh guru-guru di
sekolah. Misalnya saja seperti siswa keras kepala yang tidak ingin mengikuti kegiatan
pembelajaran dan mereka hanya ingin bermain saja. Masing-masing guru disetiap kelas
telah memahami bagaimana karakter siswa ABK mereka dan juga bagaimana kemampuan
membaca siswa ABK. Beberapa dari siswa ABK memiliki kemampuan membaca meskipun
masih lemah dibandingkan dengan anak yang normal. Siswa ABK disetiap kelas memiliki
tingkat kemampuan membaca tergantung dengan IQ mereka masing-masing, sebelum pihak
sekolah mengetahui apakah para peserta didik termasuk kedalam ABK atau tidak biasanya
dilihat dari keseharian mereka di dalam kelas, selain itu juga sekolah melakukan kerja sama
dengan para psikolog untuk melakukan tes kepada para peserta didik. Berdasarkan hasil tes
hampir setiap kelas memiliki siswa ABK, mereka memiliki IQ yang cukup rendah.
Selain faktor dari rendahnya IQ mereka, motivasi belajar mereka juga cukup rendah,
dan ada juga faktor dari orang tua yaitu peserta didik banyak berasal dari kelurga broken
home, orang tua yang kurang perhatian, kurangnya kerja sama antara guru dan orang tua.
Pada mulanya banyak sekali ABK yang belum bisa membaca sama sekali, namun seiring
berjalannya waktu dan usaha para guru terdapat sedikit perubahan dari para siswa ABK,
ada yang sudah bisa mengenal huruf, angka, hingga membaca walaupun masih belum
lancar. Dengan hal itu kendala dalam pengimplementasian pada siswa ABK di SD Negeri
4 Koba masih bisa terkendali atau masih bisa teratasi oleh guru di sekolah, karena mereka
sudah bisa memahami semua karakter yang ada pada siswa ABK, guru juga sangat luar bisa
dalam berkomunikasi pada siswa ABK yang sulit dalam kegiatan literasi.
3. Cara Mengatasi Kendala Implementasi Program Gaharu dalam Literasi pada Anak
Berkebutuhan Khusus
Guru disini memiliki cara tersendiri untuk mengatasi kendala, cara guru dalam
mengatasi ABK ini dengan memperlakukan mereka lemah lembut, dipanggil pelan-pelan,
diberi perhatian, ditanya apa yang ingin mereka lakukan. Misalnya mereka ingin membaca
buku di perpustakaan, memainkan media pembelajaran, ataupun menggambar dan disitu
guru akan memberikan waktu untuk mereka fokus kepada kegiatan yang mereka inginkan.
Sehingga mereka kembali fokus dalam kegiatan pembelajaran di kelas, walaupun seperti
itu siswa ABK masih bisa fokus dengan apa yang sudah diperintahkan guru.
Selain itu untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa ABK yang dilakukan
para guru yaitu dengan mengenalkan huruf-huruf terlebih dahulu kepada ABK dengan
membuat titik-titik lalu ditebalkan oleh ABK apakah kira-kira mereka bisa meniru bentuk
huruf tersebut atau tidak, jika bisa berarti mereka sudah bisa mengenal huruf-huruf dan
diajarkan membaca ataupun mengeja. Setiap pagi juga ada kegiatan pembiasaan, di sekolah
tidak ada pembatasan antara anak yang normal dan juga ABK. ABK di SD Negeri 4 Koba
biasanya sering disebut dengan anak yang “istimewa”, ketika waktu pembiasaan semuanya
diperlakukan sama antara anak yang normal dengan anak yang istimewa, jika
pembiasaannya menyanyikan lagu, lagu yang dinyanyikan sama, kegiatan tepuk tangan,
hingga pendidikan karakter juga sama, tidak ada yang dibeda-bedakan. Para guru juga tidak
menuntut untuk anak-anak harus cepat bisa. Adakala jika mereka merasa bosan dan tidak
ingin belajar, sekolah menyediakan permainan bagi anak istimewa di perpustakaan
misalnya kalkulator kecil, komputer kecil, pengenalan huruf, pengenalan angka, hewan dan
warna. Permainan yang diberikan juga bisa membantu mereka dalam meningkatkan
kemampuan.
Dengan beberapa cara yang sudah dilakukan guru membuat siswa ABK tidak merasa
bosan untuk mengikuti pembelajaran. Guru memiliki berbagai macam cara untuk
mengatasinya agar mereka tidak memiliki rasa jenuh dalam memlakukan literasi. Guru juga
mengajak mereka bermain, agar mereka tidak bosan dengan sesuatu yang mereka lakukan.
Begitulah cara para guru dalam mengatasi kendala literasi pada siswa ABK.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan akan dibahas secara berurutan sesuai dengan
hasil penelitian.
A. Implementasi Program Gahura dalam Literasi pada Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang memiliki karakteristik
berbeda dengan anak-anak pada umumnya, di SD Negeri 4 Koba sendiri anak seperti ini
sering disebut dengan anak “istimewa”. ABK pada dasarnya membutuhkan pendidikan dan
layanan khusus guna mengembangkan potensi mereka, sehingga guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam memenuhi dan memaksimalkan potensi mereka. Oleh sebab itu
dalam menghadapi ABK, guru harus memiliki sikap penyabar dan penyayang selain itu
idealnya guru yang mengajar di sekolah inklusi haruslah memiliki kompetensi khusus
tentang pendidikan inklusi dan ABK guna menunjang hal tersebut guru dapat bekerja sama
dengan para orang tua siswa ataupun psikolog (Nurmawanti, dkk., 2020). SD Negeri 4
Koba sendiri merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi, dalam memberikan
pelayanan bagi para ABK sekolah mendirikan suatu program yang diberi nama program
Gaharu yang artinya gerakan hati nurani guru, dimana seluruh guru dan staff sekolah secara
aktif memberikan perhatian dan kasih sayang lebih kepada para ABK, selain itu hampir
disetiap kelas sudah pasti memiliki ABK sehingga para guru harus memiliki pengetahuan
bagaimana cara mengatasi ABK.
Adapaun Tahapan pelaksanaan gerakan literasi di SD, yaitu tahap pembiasaan, tahap
pengembangan, dan tahap pembelajaran (Tantri & Dewantara, 2017). Di SD Negeri 4 Koba
sendiri setiap pagi masing-masing kelas memiliki pembiasaan yang dilakukan seperti
membaca buku non pembelajaran selama 15 menit ataupun menyanyikan lagu wajib
nasional bagi seluruh siswa tanpa terkecuali baik yang normal ataupun siswa ABK, untuk
siswa ABK sekolah menyediakan buku bergambar hal ini berguna untuk membantu siswa
merasa tertarik dan terbiasa dengan buku juga membantu siswa ABK untuk memahami
bacaan hanya dengan suatu gambar. Pada dasarnya setiap siswa memiliki potensi mereka
masing-masing, hanya saja beberapa sekolah kurang memperhatikan potensi yang dimiliki
para siswanya, sehingga potensi dan bakat siswa tidak berkembang (Rusmiyati, 2017).
Oleh karena itu SD Negeri 4 Koba juga sering melibatkan para siswanya dalam kegiatan
sekolah, tidak hanya siswa normal namun juga siswa ABK turut serta dalam mengisi
kegiatan, hal ini berguna untuk mengembangkan potensi dan bakat para siswa ABK.
Untuk meningkatkan rasa kecintaan siswa dalam berliterasi, adapun upaya yang
dicetuskan oleh pemerintah yaitu dengan membangun pojok baca di setiap kelas, pojok
baca dapat didesain dengan semenarik mungkin dan sesuai dengan kebutuhan para siswa
(Aswat & G, Nurmaya: 2020). Di SD Negeri 4 Koba sendiri tidak hanya menyediakan
pojok baca dikelas akan tetapi sekolah juga menyedikan pondok baca di sekitar lingkungan
sekolah untuk setiap kelasnya. Pojok dan pondok baca didesain semenarik dan senyaman
mungkin untuk siswa. Buku yang disediakan pun bermacam-macam sesuai kebutuhan
siswa dan akan diganti setiap minggunya. Selain itu sekolah juga menyediakan media
pembelajaran khusus siswa ABK yang belum bisa membaca, seperti media pembelajaran
mengenal huruf dan angka hal ini membantu siswa ABK yang sebelumnya belum bisa
membaca sama sekali mengalami perubahan dalam membaca walaupun belum lancar.
B. Kendala Implementasi Program Gahura dalam Literasi pada Anak Berkebutuhan
Khusus
Kendala yang dihadapi para guru dalam mengimplementasikan Program Gahura
berbasis literasi untuk ABK, yaitu:
1. Siswa ABK yang keras kepala dan tidak ingin mengikuti pembelajaran yang sedang
berlangsung. Umumnya mereka hanya terfokus pada satu kegiatan yang menarik
perhatian mereka seperti bermain-main.
2. Selain IQ mereka yang rendah, motivasi mereka dalam belajar juga cukup rendah.
3. Kurangnya kerja sama antar orang tuga siswa dan para guru
C. Cara Mengatasi Kendala Implementasi Program Gahura dalam Literasi pada Anak
Berkebutuhan Khusus
Dari kendala yang telah dijelaskan, sejauh ini para guru di SD Negeri 4 Koba masih
bisa mengatasi hal tersebut. Para guru memiliki cara mereka tersendiri dalam mengatasi
kendala tersebut. Adapaun cara yang biasa dilakukan para guru dalam mengatasi
kendalanya, yaitu:
1. Guru memperlakukan mereka dengan lemah lembut, diberi perhatian dan pengertian.
Atau bisa menanyakan apa yang ingin siswa ABK tersebut lakukan. Guru biasanya
akan memberikan mereka waktu untuk fokus terhadap apa yang ingin mereka lakukan
seperti membaca diperpustakaan, menggambar, ataupun bermain dengan media yang
telah disediakan oleh sekolah. Dengan begitu siswa akan kembali fokus mengikuti
pembelajaran ketika masuk ke kelas.
2. Untuk siswa ABK yang memiliki IQ rendah ataupun keterlambatan dalam membaca,
guru mengajari siswa dengan sabar, mengenalkan mereka pada huruf- huruf ataupun
angka-angka menggunakan media yang telah disediakan sekolah khusus untuk para
siswa ABK ini. Selain media pengenalan huruf dan angka, sekolah juga menyediakan
media permainan yang bisa meningkatkan pengetahuan para siswa ABK seperti mainan
kalkulator kecil, komputer kecil, hewan, dan warna.
3. Para guru juga sering melakukan pertemuan terhadap para orang tua siswa, guna
memberi tahu sampai mana kemampuan anak mereka untuk meningkatkan hubungan
dan kerja sama antara guru dan juga orang tua siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang implementasi program gaharu berbasis
literasi pada anak berkebutuhan khusus di SDN 4 Koba dapat di simpulkan bahwa, Implementasi
kegiatan literasi pada siswa ABK hanya sampai pada tahap pembiasaan, penerapan program Gaharu
yang dilakukan para guru dan staf sekolah bagi para siswa ABK adalah dengan memberi perhatian dan
kasih sayang lebih kepada mereka, dalam kegiatan literasi sendiri guru berupaya keras agar siswa ABK
mengalami peningkatan dalam kegiatan membaca, dari yang tidak bisa membaca sama sekali, menjadi
bisa mengenal huruf dan angka, lalu membaca sambil mengeja, hingga bisa membaca walaupun tidak
lancar. Upaya yang dilakukan sekolah agar siswa menjadi tertarik dalam kegiatan literasi sendiri yaitu
dengan menyediakan pojok baca disetiap kelas dan juga pondok baca disekitar area sekolah, selain itu
bagi para ABK sekolah menyediakan permainan pembelajaran bagi mereka, media pengenalan huruf,
angka, warna, hewan, bahkan buku cerita bergambar. Dalam pengimplementasian program Gaharu
berbasis literasi juga memiliki kendala namun dari kendala tersebut para guru masih bisa mengatasinya
dengan cara mereka sendiri.

REFRENSI
Agustin, Ina & Wiratama, Novialita Angga. 2021. Implementasi Gerakan Literasi Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi. Else (Elementary
School Education Journal). 5(2).
Aswat, Hijrawatil & G, Andi Lely Nurmaya. 2020. Analisis Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas
Terhadap Eksistensi Daya Baca Anak Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. 4(1).
Batubara, Hamdan Husein & Ariani, Dessy Noor. 2018. Implementasi Program Gerakan Literasi
Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Gugus Sungai Miai Banjarmasi. JPSD. 4(1).
Dewantara & Tantri A. A. (2017). Keefektifan Budaya Literasi Di Sd N 3 Banjar Jawa . Journal of
Education Research and Evaluation, 204-209.
Kariadi, Mustasyfa Thabib & Riyanton, M. 2019. Pola Literasi Pada Siswa Berkebutuhan Khusus.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers. 185-296.
Nurmawanti, dkk. 2020. Problematika Dan Tindakan Guru Dalam Menghadapi Anak Berkebutuhan
Khusus Di MI NW Tanak Beak. Progres Pendidikan. 1(2)
Rohmadheny, Prima Suci. 2019. Model Identifikasi Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus Di Paud
Inklusi. Universitas Ahmad Dahlan.
Rusmiyati. 2017. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Bukan Sampah dan Musibah di Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusif (SPPI). LITERASI. 8.(2)
Wati, Dewi Eko. 2019. Optimalisasi Tumbuh Kembang Abk Melalui Layanan Pendidikan: Inklusi Dan
Homeschooling. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Lembar Wawancara
Nama : Ekawaty
Wali kelas :3
1. Bagaimana kemampuan membaca anak ABK
Jawab:
Untuk kemampuan membaca ABK tergantung dengan IQ mereka masing-masing, sebelum kita
tahu bahwa mereka masuk ke ABK biasanya kita lihat dulu tanda-tandanya dari keseharian mereka
dari masuk kelas, selain itu kita juga melakukan kerja sama dengan psikolog ada jadwalnya juga
untuk SD 4 Koba sendiri kapan akan melakukan tes, di tes satu-satu para peserta didik dengan di
dampingi oleh orang tua mereka, nanti akan diberika catatan dari psikolognya, beberapa hari setelah
tes akan keluar hasil dari psikolognya bahwa apakah anak didik ini termasuk ABK atau tidak.
Setelah dilihat hasil tesnya sebagian besar hampir setiap kelas ada ABK, mereka memiliki IQ yang
cukup rendah, selain itu keterlambatan belajar mereka juga faktor dari mereka sendiri yang motivasi
belajarnya cukup rendah, dan ada juga faktor dari orang tua yaitu peserta didik banyak berasal dari
kelurga broken home, orang tua yang kurang perhatian, kurangnya kerja sama antara guru dan
orang tua. Awalnya banyak sekali ABK yang belum bisa membaca sama sekali, namun seiring
berjalannya waktu dan usaha para guru ada sedikit perubahan dari ABK, ada yang sudah bisa
mengenal huruf, angka, hingga membaca walaupun masih belum lancar.
2. Apa upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan membaca ABK
Jawab:
Langkah pertama yang dilakukan para guru dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca
ABK, yaitu guru mengenalkan huruf terlebih dahulu kepada ABK dengan membuat titik-titik lalu
ditebalkan oleh ABK apakah kira-kira mereka bisa meniru bentuk huruf tersebut atau tidak, jika
bisa berarti mereka sudah bisa mengenal huruf-huruf dan diajarkan membaca ataupun mengeja.
Setiap pagi juga ada kegiatan pembiasaan, di sekolah juga tidak ada pembatasan antara anak yang
normal dan juga ABK, ABK disini biasanya sering kita sebut dengan anak yang “istimewa”, jadi
pada waktu pembiasaan disini semuanya sama rata diperlakukan sama antara anak yang normal
dengan anak yang istimewa, jika pembiasaannya menyanyikan lagu, lagunya sama, kegiatan tepuk
tangan sama, pendidikan karakter juga sama, tidak ada yang dibeda-bedakan. Para guru juga tidak
menuntut untuk anak-anak harus cepat bisa. Adakala jika mereka merasa bosan dan tidak ingin
belajar, sekolah juga menyediakan permainan untuk anak istimewa di perpustakaan misalnya
kalkulator kecil, komputer kecil, pengenalan huruf, pengenalan angka, hewan dan warna.
Permainan yang diberikan juga bisa membantu mereka dalam meningkatkan kemampuan mereka.
3. Apa itu program Gaharu
Jawab:
Gaharu disini kepanjangan dari gerakan hati nurani guru maksudnya disini seluruh guru maupun
staff sekolah SD 4 Koba berperan aktif dalam memberikan kasih sayang kepada ABK. Semua guru
berperan dalam dalam program ini, karena diseluruh kelas pasti ada ABK jadi setiap guru harus tau
bagaimana cara mengatasi ABK. Dan sekolah ini juga merupakan sekolah Influsi, dimana sekolah
yang juga menerima siswa ABK.
4. Bagaimana pengimplementasian program Gaharu dalam kegiatan literasi
Jawab: Pengimplementasian dalam program Gaharu dalam kegiatan literasi dengan cara dimana
sekolah mengadakan suatu acara yang merupakan suatu kegiatan sosialisasi sekolah penggerak,
dan sekolah mengundang para orang penting yang di Bangka Tengah seperti wakil Bupati dan
penjabat penting yang lainnya. Dari acara tersebut sekolah melibatkan para siswa ABK, dengan
mempersembahkan bakat yang mereka punya, ada yang menyanyikan sebuah lagu. Dan siswa ABK
sangat antusias dalm mengikuti kegiatan tersebut. Dari kegiatan tersebut siswa ABK juga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan mental mereka.
5. Apa kendala dalam menerapkan program Gaharu
Jawab: Kendala dalam penerapan program Gaharu sampai saat ini masih bisa teratasi oleh guru-
guru di sekolah. Misalnya seperti siswa keras kepala yang tidak ingin mengikuti kegiatan
pembelajaran dan mereka hanya ingin bermain saja.
6. Bagaimana cara guru mengatasi kendala dalam menerapkan program Gaharu
Jawab: Cara guru dalam mengatasi ABK ini dengan cara yang lemah lembut, dipanggil pelan-pelan,
diberi perhatian, ditanya apa yang ingin mereka lakukan. Misalnya mereka ingin membaca buku di
perpustakaan, memainkan media pembelajaran, ataupun menggambar dan disitu guru akan
memberikan waktu untuk mereka fokus kepada kegiatan yang mereka inginkan. Sehingga mereka
kembali fokus dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Walaupun seperti itu siswa ABK masih bisa
fakus dengan apa yang sudah diperintahkan guru.

Anda mungkin juga menyukai