Anda di halaman 1dari 31

Bismillah..

semoga yang membuat webinar ini, yang mengedit video, mengupload, dan yang
terlibat, membaca, serta menyebarkan tulisan ini,, bisa menjadi amal sholeh, mengalir juga
pahalanya untuk kedua orang tua, dan menjadi wasilah penggugur dosa di masa lalu.

...

Budget testing. Akhirnya mulai naik saat November, dan ini provit, cuma belum dikurangin
operasional aja. Budgetnya berapa?
4jt. Maka omset sekitar 17jt. Desember naikin lagi.

Januari dinaikin lagi.


Februari naikin lagi.

Pointnya adalah, gak langsung 42jt/bulan. Jadi kalo ditanya, dengan budget minim bisa
menghasilkan? Jawabannya BISA BANGET
Ada yang namanya HUKUM PROSES. Jadi pastikan temen-temen mau lewatin prosesnya.
Dari 25rb/hari, naikin ke 50rb/hari, gulung terus, naikin seiring omset naik.

Ini contoh iklan di Wearing Klamby. Dari 2,9jt dapet 271jt. Nah ini ada POLA-nya.
Jadi, dengan budget kecil pun masih bisa banget dijalani. Bahkan dapet audience premium.
Itulah alesan saya sampai saat ini masih menggunakan ads tersebut.

Sempet jualan kripik, susu murni, herbal, dll.

Sempet diundang ke Trans TV “Bukan Empat Mata” tapi sebagai penonton.. hehe
Sekarang di @Wearingklamby

Nah, yang paling penting, bukan langsung masalah teknis. Tapi mindset-nya dulu. Kalo
mau jual makanan, ada keterbatasan waktu untuk pengiriman, maka cabangnya harus banyak. Kalo
fashion, gak bisa satu dua produk, dll. Nah semua itu harus dari awal disiapin, baru nanti teknisnya
menyusul.

Maka sebisa mungkin 10% dari profit temen2 selalu disisihkan untuk update ilmu. Bahkan
saya juga kemarin baru beli buku. Pasti akan dapet banyak insight. Salah satunya webinar ini.
Ada yang nanya kemarin di comment ig, “Mas, Ads itu apa?” Kalo dijabarin itu digital
advertising. Menurutku, tools periklanan dengan menggunakan sarana digital. Tujuannya untuk
memabntu goals temen-temen. Jadi bukan untuk dapetin jualan. Mungkin untuk followers,
engagement, traffic, conversion, dll.

Jadi bukan satu-satunya sarana, bukan satu-satunya alat, hanya salah satu tools untuk
membantu jualan.
Nah, kenapa harus pakai? Karena produk kita ingin tersebar. Nonton apapun sekarang udah
pakai laptop, pakai media digital. Bahkan menurut data udah 60% lebih pakai media digital.

Terus gimana strateginya?

*Sustainable = konsisten
Jadi selalu naik, walaupun turun, nanti bisa naik lagi lebih banyak. Maka kuasi 3 hal ini.

BRANDING – MARKETING – SELLING

Tujuannya apa?

*exposure = Brand kita bisa dikenal berapa banyak orang.

Dulu, awal-awal grab gojek mulai banyak, di waktu tertentu juga mereka sudah bangun
branding dari tahun 2010. Aku aja baru instal dari 2014-2015. Saya mulai download ketika denger
ada driver yang dapat belasan juta.
Nah, aku fokus ke 2 hal ini, yang jadi Digital Advertising.

Lantas apa yang paling krusial?


Nah, menurut ini, bahkan pernah jadi issue di Wearing Klamby, yaitu mendefinikan siapa
marketnya (niche).

Kenapa kita butuh niche market yang jelas? Karena kita ingin menyelesaikan problem yang
dimilik mereka tadi. Kalo kita punya spesifik problem, maka bisa kasih spesifik solusi.
Contoh, disuruh tempat ke target yang tepat di atas, bisa gak? Gak bisa, karena belum tau
dimana targetnya. Begitu pun mau jual hijab, ke siapa? Kalo udah clear, jelas, maka lebih enak.
Kalo disuruh ke yang kuning, maka bisa lebih fokus. Kalo terlalu luas, mau pakai IG
Ads, FB Ads, PASTI SULIT banget. Bahkan ujungnya bisa “habis bensin”.

Contoh. Jual hijab ke siapa? Semua wanita muslim? Iya siapa? Nenek2 juga pake. Kalo
terlalu luas di awal, maka kerugiannya akan lebih tinggi. Kalo semua itu terjadi, maka:
Banting harga . Kalo marginnya tipis, maka akan susah untuk scale up-nya, apalagi gak
branding. Bertahan 1-2 tahun juga udah hebat banget.

Terus kalo mau jual hijab juga kemana? Sedangkan sudah banyak produk. Maka lebih
spesifik. Contoh: Hijab khusus olahraga. Maka gak akan bersaing dengan Wearing Klamby, dll.
Itulah kenapa kita perlu niche market di awal.

Contoh lain, makanan, mau Warung Padang kayak rumah makan yang udah ada dimana2.
Budget marketing-nya ada gak untuk ngalahin mereka? Kalo belum, maka mainin niche market
yang lebih kecil. Misal, siapin produk rendang traveling. Packaging-nya simple, bisa untuk 9x
makan, udah tinggal seduh misal. Niche orang-orang yang suka traveling, naik gunung, dsb.
Contoh, jual nasi padang. Orang beli karena butuh makan. Tapi kalo bedain, orang beli
steak satu 500rb satu sejuta, orang beli itu karena keinginan. Bahkan ada yang sampai nabung.
Lalu contoh lain gadget, dll. Dan ada market yang beli karena keinginan. Tinggal dipilih.
Kalo yang kedua, maka lebih minim

Itu contohnya.
Tapi sebelumnya.

Caranya simple.
Back to topic.

1) Who?

Tentuin siapa orang yang punya problem.


Olahraga berapa kali, dll. Kalo ibu2, yang suka masak atau enggak? Nanti nyambung ke konten.

Apa problem yang mau diselesaikan?

Dimana lokasi mereka? TikTok? IG? Facebook? Gen Z itu udah jarang pakai FB.
Usia 30 ada yang pakai TikTok, tapi lebih banyak dimana? FB. Contoh:

Warna cerah (anak muda), usia di 23-40thn.

Warna gelap ada, tapi lebih banyak yang cerah. Interestnya nyari yang mode tertutup.
Bukan baju muslim, tapi modes fashion. Behaviour-nya yang aktif di sosmed.
Problemnya? Banyak orang mau ngumpul, tapi tidak mengidentifikasikan status (ke
Indonesiaannya).

Aktifitas dimana? Instagram, dan marketnya sesuai dengan harga Klamby. Kenapa
TikTok belum? Karena lagi nyusun strategi.

2) What

Lalu solusi apa yang mau diberikan?


*USP = Unique Selling Point = Pembeda.

Contoh: McD. Ingin memberikan makanan cepat saji dan enak. Karena konvensional
lama. Lalu varian banyak, tempat nyaman, dll.
3) Why?

Klamby kenapa sering sold out ketika launching? Untuk dapetin pattern “Ini jarang lho!”

Scarecity kami adalah “Jangan sampai kehabisan!”


4) Gimana?

Solusinya: Konten.

Harus bisa menjelaskan, mengedukasi, dll. Bisa beli dimana? Jelasin pakai konten.
5) What if? (Bagaimana jika..)

Tagline kami juga salah satunya “Kalo bangga dengan Indonesia, maka bangga
dengan Klamby dong..” Lalu kalo beli nanti, udah sold out, ketinggalan model.
Kalo dirangkum:

Memang ini semua butuh yang namanya “MIKIR”.

Di luar sana ada yang males dan malah mikir “udah lah, nanti aja..” itu tanda-tanda stuck
bisnis. Dengan kita mempelajari market kita, maka kita akan bertumbuh juga. Abdurahman bin
Auf aja bilang “Tunjukan dimana pasar” artinya market dulu.

Jangan langsung belajar TEKNIS.


---
S: Ini di YouTube juga ada 70-200 lebih.

To be Continue..
----

Cari yang baiknya, buang yang buruknya. Jazakumullah khairan katsiran.

Follow:

Instagram: https://www.instagram.com/onlinepreneuracademy.id/

Telegram: https://t.me/OnlinepreneurAcademy

Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCG51NI5C8xoUOLpKsHR8Jzg

Instagram: https://www.instagram.com/dnotulen/

Anda mungkin juga menyukai