Anda di halaman 1dari 4

RUSAKNYA HUTAN DI INDONESIA

Indonesia sering disebut sebagai satu di antara paru-paru dunia. Mengapa disebut demikian?
Tidak lain dan tidak bukan karena luasnya wilayah tropis di Indonesia.

Wilayah hutan yang luas menyumbang banyak oksigen yang dibutuhkan masyarakat. Namun,
apakah ini akan terus berlanjut melihat tingginya kerusakan hutan dan kebakaran hutan di
Indonesia?

Dari Januari hingga Mei, tercatat kebakaran di Indonesia sudah seluas 42.740 hektar.
Kebakaran sudah seperti agenda tahunan di Indonesia. Kebakaran hutan bisa disebabkan oleh
musim kemarau yang panjang atau ulah manusia sendiri.

Padahal, hutan memiliki banyak peran bagi kelangsungan makhluk hidup. Bukan hanya sebagai
habitat makhluk hidup di dalamnya, tetapi juga bagi manusia.

Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat bersama pemerintah bersama-sama memberi perhatian
lebih terhadap hutan di Indonesia karena pada dasarnya, hutan tersebut hanya titipan yang
akan kita wariskan kepada anak cucu kita.
BERPULANGNYA PAHLAWAN KEMANUSIAAN

Jumlah tenaga medis yang meninggal selama menangani Covid-19 terus bertambah. Mereka
bekerja keras melawan pandemi, mengesampingkan kepentingan pribadi demi kemanusiaan.

Kematian tenaga medis tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan kepatuhan
masyarakat terhadap protokol kesehatan.

Terhitung per Kamis 15 Oktober 2020, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat ada total 136
dokter meninggal akibat Covid-19. Terdiri dari 71 dokter umum, 63 dokter spesialis, dan dua
dokter residen. Tersebar dari 18 wilayah provinsi dan 66 wilayah kota/kabupaten.

Padahal tenaga medis yang menangani tidak hanya dokter saja. Ada perawat dan bagian-
bagian lain yang menjadi satu kesatuan tim medis. Hingga 10 November 2020, tercatat 323
tenaga medis meninggal.

Tenaga medis merupakan aset negara. Bila nyawa tenaga medis terus berkurang, maka
penanganan pandemi akan semakin sulit. Terlepas dari angka-angka, setiap nyawa yang hilang
tidak dapat tergantikan oleh keluarga yang ditinggalkan.

Jumlah kematian tenaga medis yang terus meningkat, indikasi bahwa pemerintah dan
masyarakat kurang berempati pada perjuangan mereka. Bila kebijakan tidak dibenahi, serta
kepatuhan masyarakat terus menurun, berapa banyak lagi tenaga medis yang harus gugur.
MEMBUKA DATA PENERIMA BANTUAN SOSIAL

Seorang anggota DPRD Kabupaten Wonogiri mengusulkan data penerima bantuan sosial
dibuka kepada publik sebelum bantuan sosial disalurkan. Pembukaan data bisa dilakukan
secara online atau ditempelkan di balai desa atau kantor kelurahan, kalau perlu hingga di rukun
tetangga. Usulan ini menarik karena selama ini data penerima bantuan sosial, yang berisi data
warga miskin yang memenuhi kriteria layak menerima bantuan sosial, tidak pernah
dipublikasikan untuk diuji oleh publik. Pembukaan data jelas berefek baik: transparansi dan
akuntabilitas data akan
lebih terjamin.

Data yang terbuka akan membuat masyarakat mudah berpartisipasi mengoreksi data yang
salah, misalnya ada warga miskin tak masuk data dan malah ada warga mampu yang masuk
data. Sebenarnya proses pendataan warga miskin yang layak menerima bantuan sosial, dalam
kapasitas individu atau keluarga, pasti dimulai dari bawah.

Usulan pasti berawal dari akar rumput yang naik ke pemerintah desa/kelurahan, pemerintah
kecamatan, pemerintah kabupaten/kota, hingga ke tingkat pusat di bawah kementerian terkait
atau lembaga negara terkait. Faktanya proses yang bertingkat ini selalu saja memunculkan
data-data yang invalid sehingga bantuan sosial salah sasaran.

Kementerian Sosial telah menyediakan sistem pencarian data penerima bantuan sosial tunai,
yaitu di laman cekbansos.siks.kemensos.go.id. Untuk melihat status peserta, masyarakat harus
memiliki nomor induk kependudukan dan nomor kartu keluarga.

Pengecekan bias dilakukan dengan memilih identitas kepesertaan yang diinginkan,


mamasukkan nomor kepesertaan dari identitas yang dipilih, dan seterusnya. Persoalannya
ketika analisis data yang muncul menunjukkan anomali, misalnya ada warga punya Kartu
Keluarga Sejahtera tapi tak masuk database, penduduk tidak miskin malah masuk data
penerima bantuan sosial, dan penduduk yang benar-benart miskin malah tidak masuk dalam
database tidak ada sistem yang real time untuk mengoreksi. Publikasi data sejak di tingkat
bawah bisa mencegah kesalahan demikian ini.
PENTINGNYA MENINGKATKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT

Pada tahun lalu banyak masyarakat mengadu mengenai pelayanan kesehatan yang berada di
rumah sakit Indonesia. Satu di antara keluhan masyarakat yaitu penanganan dokter untuk
melayani pasien yang kurang memuaskan.

Seharusnya pemerintah lebih mengutamakan bidang kesehatan dengan cara membarui atau
meningkatkan mutu setiap dokter di Indonesia. Hal itu dilakukan demi meningkatkan
pelayanan dan memberikan kepuasan pada masyarakat.

Terdapat pengaduan yang berjumlah sekitar 268 dan dilaporkan kepada Kementerian
Kesehatan. Namun, pada kenyataannya masih banyak laporan yang belum diterima, bahwa
masyarakat masih kurang puas dengan pelayanan rumah sakit yang diberikan.

Masyarakat terus berharap agar mendapatkan peningkatan pelayanan rumah sakit yang ada di
Indonesia guna membuat pasien menjadi lebih nyaman.

Anda mungkin juga menyukai