Anda di halaman 1dari 23

PROGRAM PENGENDALIAN

RESISTENSI ANTIMIKROBA

INDIKATOR MUTU
MONITORING DAN EVALUASI
MONITORING DAN EVALUASI INDIKATOR MUTU (KEY
PERFORMANCE INDICATOR) PROGRAM
PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

RUMAH SAKIT UMUM NEGARA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karuniaNya, komite PPRA RSU Negara dapat menyusun laporan monitoring dan
evaluasi berkala kegiatan komite Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
(PPRA) periode bulan januari hingga juni 2018 di rumah sakit umum negara (RSU
Negara).

Monitoring dan evaluasi berkala ini adalah cerminan hasil kegiatan komite PPRA
RSU Negara berdasarkan indikator mutu yang telah dibuat. Indikator mutu telah
disusun sebelumnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2015.

Monitoring dan evaluasi berkala ini disusun dengan tujuan evaluasi internal
komite PPRA sekaligus kepada seluruh pihak terkait di RSU Negara, dan sebagai
bahan acuan perbaikan dalam pencapaian terhadap seluruh indikator mutu PPRA RSU
Negara selanjutnya.

Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam
penyusunan panduan ini, kami menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba


RSU Negara

dr. Alissya Rachman, M.Biomed., Sp.A


NIP. 19840410 200902 2 009
MONITORING DAN EVALUASI INDIKATOR MUTU
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIMIKROBA RUMAH SAKIT UMUM NEGARA

I. PENDAHULUAN

Evaluasi dan monitoring kegiatan dan pelayanan merupakan faktor yang penting
dalam seluruh operasional sebuah rumah sakit termasuk khususnya dalam hal ini
adalah program pengendalian resistensi antimikroba sebagai salah satu bagian dalam
indikator mutu rumah sakit.

Langkah awal dalam melakukan proses manajemen mutu adalah penetapan


indikator mutu. Indikator mutu kemudian akan dimonitoring secara berkala dan menjadi
parameter dalam mengukur dan menilai suatu pelayanan kegiatan atau program yang
yang dilaksanakan. Untuk itulah maka rumah sakit umum negara secara umum dan
program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) pada khususnya, menetapkan
Indikator Mutu PPRA sebagai tolok ukur keberhasilan program yang dimonitoring dan di
evaluasi serta dilaporkan secara berkala.

Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk menilai keberhasilan


kegiatan berdasarkan indikator mutu sekaligus memantau hambatan serta tindak lanjut
dan rencana ke depannya yang sebaiknya dilakukan guna meningkatkan dan mencapai
standar mutu yang sudah ditetapkan.

II. TUJUAN
Untuk pemantauan dan evaluasi kegiatan yang berkaitan dengan indikator
mutu atau Key Performance Indicator (KPI) yang dilaksanakan oleh komite PPRA RSU
Negara tahun 2018

III. INDIKATOR MUTU


Dampak keberhasilan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah
sakit berdasarkan Permenkes RI No.8 Tahun 2015 dapat dievaluasi dengan
menggunakan indikator mutu atau Key Performance Indicator (KPI) sebagai berikut:
1. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik
Menurunnya konsumsi antibiotik, yaitu berkurangnya jumlah dan jenis
antibiotik yang digunakan sebagai terapi empiris maupun definitif.
2. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik
Meningkatnya penggunaan antibiotik secara rasional (kategori nol,
Gyssens) dan menurunnya penggunaan antibiotik tanpa indikasi (kategori
lima, Gyssens)
3. Perbaikan pola sensitivitas antibiotik dan penurunan mikroba
multiresisten yang tergambar dalam pola kepekaan antibiotik secara
periodik setiap tahun dan Penurunan angka infeksi rumah sakit yang
disebabkan oleh mikroba multiresisten, contoh Methicillin resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) dan bakteri penghasil extended
spectrum beta-lactamase (ESBL).
4. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin,
melalui forum kajian kasus infeksi terintegrasi.

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN


Pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan indikator mutu disusun dalam program
pilot project yang melibatkan SMF Interna pada khususnya dan SMF lainnya pada
umumnya (pada kasus kajian infeksi terintegrasi). Berikut jadwal pelaksanaan kegiatan
yang tertuang dalam program kerja dan pilot project komite PPRA RSU Negara 2018

N Kegiatan 2018
o. Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

1 Penyusunan
Pilot Project
Pengumpulan
2 data
penggunaan
AB
3 Pengolahan
dan audit data
(Monev)
4 Pelaporan dan
evaluasi
program

V. MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN KEGIATAN


Monitoring dan evaluasi awal terhadap indikator mutu dilakukan dalam 3 bulan
berdasarkan masing-masing indikator mutu.
a. Kuantitas penggunaan antibiotik
b. Kualitas penggunaan antibiotik
c. Perbaikan pola sensitivitas antibiotik dan penurunan mikroba multiresisten.
d. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum
kajian kasus infeksi terintegrasi.
a. Audit Kuantitatif antibiotik
Dampak keberhasilan program pengendalian resistensi antimikroba di
rumah sakit berdasarkan Permenkes RI No.8 Tahun 2015 dapat dievaluasi
dengan menggunakan indikator mutu atau Key Performance Indicator (KPI).
Untuk perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik, menurunnya konsumsi
antibiotik, yaitu berkurangnya jumlah dan jenis antibiotik yang digunakan sebagai
terapi empiris.

Berikut disajikan data kuantitas penggunaan antibiotik di RSU Negara dalam


bentuk tabel dan grafik:
Tabel 1 Tabel kuantitas penggunaan antibiotik

Maret April Mei


Ceftriaxone 98,21 95,50 86,27
Ceftazidime 6,66 14,28 11,38
Cefotaxime 6,11 0,34 1,84
Metronidazole 1,63 0 0
Cefixime 0 0,34 0,84
Levofloxacin 0 0,23 0,63
120
100

80

60 Maret

40
April
20 Mei
0

b. Audit Kualitatif Antibiotik


Dampak keberhasilan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah
sakit berdasarkan Permenkes RI No.8 Tahun 2015 dapat dievaluasi dengan
menggunakan indikator mutu atau Key Performance Indicator (KPI). Untuk perbaikan
kualitas penggunaan antibiotik digunakan tolok ukur berupa meningkatnya penggunaan
antibiotik secara rasional (kategori nol, Gyssens) dan menurunnya penggunaan
antibiotik tanpa indikasi (kategori lima, Gyssens).
Dari hasil rekapitulasi selama 3 bulan, beberapa jenis antibiotik yang digunakan
di RSU Negara meliputi ceftriaxone, cefotaxime, gentamicin dan azithromycin.
Penggunaan ceftriaxone masih mendominasi jenis antibiotik yang digunakan. Berikut
table dan charts yang disusun berdasarkan kualitas penggunaan antibiotik jenis
ceftriaxone selama 3 bulan yaitu bulan maret, april dan mei.
Tabel 2. Ceftriaxone bulan Maret 2018
Kategori Jumlah (%)
VI 8 (37,9)
V 10 (47,8)
IVd 0
\IVc 0
IVb 0
IVa 2(9,52)
IIIb 1(4,76)
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 0
0 0
Total 21(100)
Ceftriaxone

50

45

40

35

30

25
Ceftriaxone
20

15

10

0
Kat Kat V Kat Kat Kat Kat Kat Kat VI IVd IVc IVb Kat Kat Kat Kat I Kat 0
IVa IIIb IIIa IIc IIb IIa

Tabel 2.2.2 Ceftriaxone bulan April 2018


Kategori Jumlah (%)
VI 6(12,77)
V 18(38,09)
IVd 0
IVc 0
IVb 2(4,26)
IVa 2(4,26)
IIIb 10(21,58)
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 0
0 9(19,04)
Total 47(100)
Ceftriaxone
40

35

30

25

20
Ceftriaxone
15

10

0
Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat I Kat VI V IVd IVc
IVb IVa IIIb IIIa IIc IIb IIa 0

Tabel 2.2.3 Ceftriaxone bulan Mei 2018


Kategori Jumlah (%)
VI 4(13)
V 6(20)
IVd 0
IVc 0
IVb 0
IVa 0
IIIb 6(20)
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 0
0 14(46,67)
Total 30 (100)
Ceftriaxone

50
45
40
35
30
25
Ceftriaxone
20
15
10
5
0
Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat I Kat VI V IVd IVc
IVb IVa IIIb IIIa IIc IIb IIa 0
Dari hasil evaluasi, penggunaan ceftriaxone secara kualitas didapatkan sedikit
penurunan kategori V dari bulan maret, april dan mei. Sementara berdasarkan data,
kualitas penggunaan ceftriaxone kategori 0 meningkat sepanjang bulan maret hingga
mei.

Jenis antibiotik lain yang sering digunakan adalah ceftazidime. Penggunaan


ceftazidime secara kualitas menunjukkan terjadinya peningkatan kategori V pada bulan
Mei walaupun sebelumnya menunjukkan persentase yang rendah pada bulan Maret
dan April sebelumnya. Sebaliknya kualitas penggunaan ceftazidime kategori 0 justru
menunjukkan penurunan persentase. Rekapitulasi kualitas penggunaan ceftazidime
disajikan dalam tabel dan grafik berikut ini:

Tabel 2.2.4 Ceftazidime bulan Maret 2018


Kategori Jumlah
VI 0
V 0
IVd 0
IVc 0
IVb 0
IVa 0
IIIb 0
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 0
0 2 (100)
Total 2 (100)

Ceftazidime
100
90
80
70
60
50
Ceftazidime
40
30
20
10
0
Kat Kat Kat Kat Kat VI V Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat I Kat 0 IVa IIIb
IVd IVc IVb IIIa IIc IIb IIa
Tabel 2.2.5 Ceftazidime bulan Mei 2018
Kategori Jumlah (%)
VI 11(57,89)
V 1(5,26)
IVd 0
IVc 0
IVb 0
IVa 2(10,53)
IIIb 3(15,79)
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 1(5,26)
0 1(5,26)
Total 19(100)

Ceftazidime
60

50

40

30
Ceftazidime
20

10

0
Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat VI V IVd IVc
IVb IVa IIIb IIIa IIc IIb IIa I 0

Tabel 2.2.6 Ceftazidime bulan Mei 2018


Kategori Jumlah (%)
VI 7(53,8)
V 5(38,5)
IVd 1(7,7)
IVc 0
IVb 0
IVa 0
IIIb 0
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 0
0 0
Total 13(100)
Ceftazidime
60

50

40

30
Ceftriaxone

20

10

0
Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat VI V IVd
IVc IVb IVa IIIb IIIa IIc IIb IIa I 0

Jenis antibiotik yang selanjutnya sering digunakan adalah azithromycin. Rekapitulasi


kualitas penggunaan azithromycin dalam 3 bulan disajikan dalam tabel dan grafik
berikut:

Tabel 2.2.7 Azithromycin bulan Maret 2018


Kategori Jumlah
VI 0
V 0
IVd 0
IVc 0
IVb 0
IVa 0
IIIb 0
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 0
0 4 (100)
Total 4 (100)
Azithromycin
100
90
80
70
60
50
Azithromycin
40
30
20
10
0
Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat VI V IVd Kat Kat Kat
IVc IVb IVa IIIb IIIa IIc IIb IIa I 0

Tabel 2.2.8 Azithromycin bulan April 2018


Kategori Jumlah (%)
VI 3(16,67)
V 0
IVd 0
IVc 0
IVb 0
IVa 2(11,11)
IIIb 1(5,55)
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 0
0 12(66,67)
Total 18(100)

Azithromycin
70

60

50

40

30 Azithromycin

20

10

0
Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat
VI V IVd IVc IVb IVa IIIb IIIa IIc IIb IIa I 0
Tabel 2.2.9 Azithromycin bulan Mei 2018

Kategori Jumlah (%)


VI 1(50)
V 1(50)
IVd 0
IVc 0
IVb 0
IVa 0
IIIb 0
IIIa 0
IIc 0
IIb 0
IIa 0
I 0
0 0
Total 2(100)
Azithromycin
50

45
40
35
30
25 Azithromycin
20
15
10
5
0
Kat Kat V Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat I Kat 0
VI IVd IVc IVb IVa IIIb IIIa IIc IIb IIa

Perbandingan kualitas penggunaan antibiotik berdasarkan jenis setiap bulannya


disajikan dalam grafik berikut ini:

CEFTRIAXONE

50
45
40
35
30
Maret
25
April
20
Mei
15
10
5
0
Kat Kat V Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat I Kat 0 VI IVd IVc Ivb IVa IIIb IIIa
IIc IIb IIa
CEFTAZIDIME

100
90
80
70
60
Maret
50
April
40
Mei
30
20
10
0
Kat Kat V Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat I Kat 0 VI IVd IVc Ivb IVa IIIb IIIa
IIc IIb IIa

AZITHROMYCIN

100
90
80
70
60
Maret
50
April
40
Mei
30
20
10
0
Kat Kat V Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat Kat I Kat 0 VI IVd IVc Ivb IVa IIIb IIIa
IIc IIb IIa
c. Kajian Kasus Infeksi Terintegrasi
Kajian kasus infeksi terintegrasi dimaksudkan untuk memberikan tatalaksana
yang lebih baik atau peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin,
melalui forum kajian kasus infeksi terintegrasi.

Berdasarkan indikator mutu yang sudah ditetapkan dengan berpedoman pada


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 adalah sebagai
berikut:

Judul Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara


multidisiplin, melalui forum kajian kasus infeksi terintegrasi.

Dimensi Mutu Keselamatan pasien, efisiensi dan efektivitas

Tujuan Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi sulit yang


dikaji oleh tim multidisiplin secara terintegrasi.

Definisi Kajian terhadap kasus sulit terkait infeksi yang melibatkan


Operasional berbagai disiplin ilmu/multidisiplin yang dilakukan secara
terintegrasi, berkala, dan terukur.
Frekuensi Minimal satu kasus setiap 3 bulan

Narasumber Multidisiplin, PPRA

Penanggung Komite PPRA


jawab

Indikator mutu menetapkan minimal dilakukan pengkajian terhadap minimal


terhadap satu kasus setiap bulannya. Kajian kasus dimaksudkan selain memberikan
penanganan yang bermutu kepada pasien untuk keselamatan pasien, efisiensi dan
efektivitas, juga dimaksudkan untuk menambah wawasan keilmuan dari berbagai
bidang disiplin ilmu.
Hingga saat ini, telah dilakukan pengkajian satu kasus infeksi pada SMF
pediatric dengan melibatkan pemeriksaan mikrobiologi (terlampir dalam lampiran 2).
Diharapkan dalam perencanaan ke depan, pengkajian terhadap kasus infeksi
yang melibatkan multidisiplin bisa ditingkatkan baik dari segi

d. Pola Resistensi Antimikroba

Pola resistensi antimikroba memerlukan dukungan dari laboratorium mikrobiologi


serta tenaga professional seperti analis laboratorium, serta dokter spesialis
mikrobiologi. Hingga saat ini kerjasama operasional tengah dikerjakan antara
laboratorium Nikki Medika Denpasar.

Pemeriksaan kultur darah saat ini telah dilaksanakan secara berkesinambungan.


Dari hasil kerjasama dengan laboratorium mikrobiologi Nikki Medika dan berdasarkan
data sampel dari ruang NICU (ruang PUDAK) RSU Negara yang sudah dilakukan
pemeriksaan dengan hasil terlampir disajikan dalam tabel berikut ini:

N Tanggal Identitas Usia/ Diagnosis Tangga Hasil Sensitivitas


o. Kirim bayi tang l hasil kultur
(Nama,No.R gal kultur
M, Jenis lahir
kelamin)

1 21/6/18 By.SMN,Per 8 hari RDS ec 3/7/18 Serratia S:Ceftriaxone/Cipro/bacta


empuan, HMD+Sepsis marenec m/Ceftazidim/Gentamycin/
236292 neonatal awitan es Meropenem/amikasin/azith
dini+BBLSR+NK batang romycin/cefotaxime/cefope
B+KMK gram razone
negatif sulbactam/chloramphenicol
/fosfomycin
I: Ampicilin sulbactam
R: augmentin

2 22/6/18 By.PAS, 2 hari NCB+Risiko 3/7/18 No -


Perempuan, Infeksi+Sups Growth
237447 SNAD

3 25/6/18 By.PTW, 4 hari Susp 30/6/18 No -


Laki-laki, SNAD+Risiko Growth
237219 Infeksi+BBLR+N
KB+RDS+HOP

4 4/7/18 By.NJM, 4 hari RDS ec 10/7/18 Staphylo S:


Laki-laki, Pneumonia coccus Bactam/Cefotaxim/Cefazoli
237704 +Susp Sepsis koagulas n/Penicilin G
e I:-
negative R:Erithromycin/Gentamycin
(gram /Clindamycin/Tetrasiklin
positif Saran mikro: Linezolid
cocci)
-2sisi

5 4/7/18 By.ERM, 3 hari Neonatal 10/7/18 Staphylo S:


Laki-laki, seizure ec edem coccus Bactrim/clindamycin/levoflo
237580 serebri+susp koagulas xacin/tetrasiklin
SNAD e I: Erithromycin
negative R:
(gram Cefotaxim/Cefazolin/GEnta
positive mycin//Penicilin G
cocci)
-1sisi

Untuk mendapatkan data atau pola resistensi antimikroba masih memerlukan data
yang lebih banyak lagi. Langkah selanjutnya dalam upaya pencapaian indikator mutu ini
adalah optimalisasi case finding, pelaporan, investigasi hingga intervensi yang optimal.
VI. SIMPULAN DAN SARAN

Hasil monitoring dan evaluasi program pengendalian resistensi antimikroba RSU


Negara berdasarkan indikator mutu sesuai PERMENKES No.8 Tahun 2015 sampai saat
ini belum sepenuhnya tercapai sesuai dengan target indikator mutu yang sudah
ditetapkan.

1. Audit kuantitas penggunaan antibiotik telah menunjukkan penurunan namun


masih harus diperhatikan dengan hasil audit pada bulan-bulan berikutnya. Perlu
dilakukan investigasi dan intervensi yang sesuai dengan hasil yang ada guna
mencapai hasil yang diharapkan.
2. Audit kualitas penggunaan antibiotik telah menunjukkan hasil berupa
peningkatan kategori 0 dan penurunan kategori V namun masih memerlukan
monitoring dan evaluasi ke depannya. Evaluasi tentang hambatan perlu
dilakukan dalam investigasi bersama seluruh pihak terkait serta menindaklanjuti
dengan intervensi terhadap hasil yang didapatkan guna mencapai target sesuai
indikator mutu yang sudah ditetapkan.
3. Kajian kasus infeksi terintegrasi perlu mendapat perhatian dalam segi jumlah
kasus yang dibahas. Dalam periode selanjutnya diharapkan frekuensi kajian
kasus infeksi terintegrasi dapat ditingkatkan sekaligus meningkatkan kualitas
kajian dengan melibatkan multidisiplin ilmu sehingga dapat memberikan hasil
yang lebih baik.
4. Pola resistensi antimikroba masih memerlukan peningkatan dalam jumlah kasus
yang dilakukan pemeriksaan guna mendapatkan pemetaan pola kuman yang
representative. Dukungan klinisi dan laboratorium mikrobiologi dalam proses
mulai dari case finding, pelaporan, investigasi hingga intervensi sangat
diperlukan.
Lampiran 1. Capaian Indikator Mutu
INDIKATOR MUTU TERINTEGRASI
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA)

N TARGET CAPAIAN

INDIKATOR STANDAR TAHUN 2018 BULAN (DDD/100 hari rawat) TRIWULAN


O
3 4 5

1. Kuantitas penggunaan Kuantitas penggunaan antibiotik sistemik


antibiotik menurut DDD/100 hari rawat.
(J01DD04: Ceftriaxone) (dalam
Defined Daily Dose (DDD) Penurunan 98,21 95,51 86,27 Terjadi
DDD (J01DD04): 2 gram penggunaan penurunan
antibiotik jenis penggunaan
(Sumber: WHO Collaborating Centre for ceftriaxone antibiotik
Drug Statistics Methodology, Guidelines for berdasarkan ceftriaxone
ATC classification and DDD assignment DDD/100 hari (ddd/100 hari
2018) rawat rawat)
(12,16%)
2. Kualitas penggunaan antibiotik Menentukan kategori kualitas penggunaan Peningkatan 0% 19,04% 46,67% Terjadi
(Gyssens) antibiotik jenis ceftriaxone yang digunakan. Kategori 0 peningkatan
kaegori 0
Meningkatnya penggunaan antibiotik secara antibiotik
rasional (kategori 0), Gyssens) dan ceftriaxone
menurunnya penggunaan antibiotik tanpa (48,93%)
indikasi (kategori V, Gyssens)
47,82% 38,09% 20,0% Terjadi
Penurunan penurunan
(Berdasarkan PERMENKES No.8,Th 2015) Kategori V kategori V
antibiotik
ceftriaxone
(27,82%)

3. Penanganan kasus infeksi Peningkatan mutu forum kajian penyakit Forum kajian
secara multidisiplin dan infeksi terintegrasi yang melibatkan kasus infeksi Tidak TIdak 1 kasus Tercapai
terintegrasi (Forum kajian multidisiplin ilmu dan terintegrasi minimal 1 multidisiplin 1 ada ada (100%)
penyakit infeksi) kasus dalam 1 bulan kasus dalam 3 kasus kasus
bulan

4. Pola resistensi antimikroba di Penurunan angka infeksi rumah sakit yang Tersedia serta Belum Belum Terlaksana Tercapai
rumah sakit. disebabkan oleh mikroba resisten: terlaksananya tersedia Tersedia (sesuai 100%
- Identifikasi mikroba melalui fasilitas tabel)
pemeriksaan mikrobiologi yang mikrobiologi
dikerjakan dengan standar yang mandiri/kerjas
berlaku. ama (MOU)
- Perbaikan pola sensitivitas antibiotik
dan penurunan mikroba
multiresisten yang tergambar dalam
pola kepekaan antibiotik secara
periodik setiap tahun.
- Pembuatan antibiogram lokal yang
diperbaharui minimal 1 tahun sekali

(Berdasarkan PERMENKES No.8,Th 2015)

Negara, Juli 2018

Mengetahui Ketua Tim PPRA RSU Negara

Direktur RSU Negara

dr. Made Dwipayana, MPPM dr. Alissya Rachman, MBiomed., SpA


NIP. 19650118 199003 1 007 NIP. 19840410 200902 2 009
Lampiran 2. Kajian kasus infeksi terintegrasi

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA


RUMAH SAKIT UMUM NEGARA
Ja l a n W i j a y a K u s u m a N o . 1 7 N e g a r a
Telp. (0365) 41006, 42821 FAX (62365) 41006
E-mail : rsunegarabali@yahoo.com

LAPORAN KAJIAN KASUS INFEKSI TERINTEGRASI


RUANG PUDAK

Nama : By N H I
TGL Lahir/umur : 14-03-2018
Jenis Kelamin : Perempuan
CM : 233582

Alamat : Pengambengan
KK : Risalloh
Sebab dirawat : Triplet BBLASR
Dirawat di ruang : Pudak (Perinatologi)
Kelas Perawatan : NICU
Jaminan : PKMJ

Neo lahir Spt B di VK tanggal 14 maret 2018 pk 10.15 wita, A-S: 5-6, JK: Perempuan, BB/PB:
800/46, LK/LD: 24/27, anus(+), kel(-).
UK 28 mg 6 hari. Dx ibu: G2P1001 KPD 6jam, ketuban jernih.
By tiba di Pudak pkl 10.18wita. S: 36,2°C, RR: 49x/mnt, HR: 150x/mn, SPO2: 80%. KU by
sangat lemah, biru(-), gerak(+), tangis(+) lemah.
Th/: - IVFD Dex 10% 3tpm n/l
- Inj Neo K 0,5cc
- O2 CPAP(+) FIO2: 30% 40%, FLOW: 8, PEEP: 7

Cek DL+GDS :
WBC: 24,1 HB: 16,8 HCT: 50,9 PLT: 194
GDS: 48
OGT(+) Puasa 24 jam
Bolus paracetamol infus 0,8cc
HB IG: 0,5cc IM pkl 14.00

(Tgl: 14/03/2018)
Sore Set CPAP 30%, Flow: 8, Peep: 7

(Tgl: 15/03/2018)
KU bayi lemah, tangis(+), Apnea(+) 2x
Set O2 CPAP FIO2: 40%, Flow: 8, Peep: 7
TF 1cc @ 3jam, Mth(-)
Th/ Teopilin oral loading 5mg – maintenance 2x2mg
(Tgl: 16/03/2018)
KU bayi lemah, tangis(+), gerak(+), apnea(-), desaturasi(-), th lanjut
- Benutrion 25cc
- TF 2cc @ 3jam
O2 CPAP sett FIO2: 25% pkl 12.00
Flow: 6, Peep: 7
DL: WBC: 20,2 HB: 16,2 HCT: 45,9 PLT: 214
GDS: 36 Na 143/K 4,2 CL 114

(Tgl: 17/03/2018)
KU bayi lemah, Apnea(+) 3x, hipotermi(+)
O2 CPAP sett 30%, Flow: 6, Peep: 7
GDS ulang: 69
Pkl 21.00 SPO2: 35% set Flow 7

(Tgl: 18/03/2018)
KU bayi lemah, tangis(+), gerak(+)
Inj ampiciline ganti cefotaxime 2x40mg
S: 36,5°C, SPO2: 80%, HR: 136x/mn, RR: 40x/mnt,
Pkl. 12.00 Set O2 CPAP 40%, Flow: 7, Peep: 7
Pkl. 16.00 TF ASI 2cc turun jadi 1cc, muntah(+) (hijau keruh) puasa
Teopilin sementara stop

(Tgl: 19/03/2018)
KU bayi lemah, apnea(-), nafas cepat(-), desaturasi(-)
O2 CPAP(+) set tetap
TF 0,5 @ 3jam, mth 1x

(Tgl: 20/03/2018)
KU bayi lemah, O2 CPAP(+)
SPO2: 98%, HR: 162x/mnt, RR: 35x/mnt, S: 37°C
(Tgl: 21/03/2018)
KU bayi lemah, O2 CPAP(+) set FIO2: 40% 35%
Pkl. 06.30 DL ulang = WBC: 24,9 HCT: 46,4 PLT: 71 HB: 15,5
GDS: 37
Th/ Inj cefotaxime ganti meropenem 3x35mg
Inj genta stop
KU lemah, tangis(+), gerak(+), desaturasi(-), nafas cepat(-), O2 CPAP(+)
S: 36,7°C, HR: 116x/mnt, RR: 40x/mn, SPO2: 97%.

(Tgl: 22/03/2018)
KU bayi lemah, tangis(+), gerak(+), biru(-), apnea(+), desaturasi(-), dist
abd(+) Inf Dex 10% + elektrolit 3tpm 4tpm
O2 CPAP(+) FIO2: 35% 40% (08.00)
Flow: 7 8 (11.00)
Peep: 7 8 (11.00)

HASIL DISKUSI KASUS SULIT TERINTEGRASI


1. Berdasarkan pertimbangan klinis dan laboratorium penunjang sederhana, diizinkan
pemberian antibiotik lini 3 (meropenem) kepada pasien.
2. Pengawasan dan pengamatan ketat terhadap respon pemberian meropenem dalam 2x24 jam.
3. Pertimbangkan dukungan terapi lain selain terapi infeksi, untuk menunjang keberhasilan
terapi infeksi.
4. Diperlukan pengadaan pemeriksaan penunjang yang lebih tinggi sesuai dengan rekomendasi
nasional untuk tatalaksana sepsis pada bayi baru lahir.
5. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan biakan kuman pada bayi dengan kecurigaan
sepsis untuk menghindari pemberian antibiotik yang tidak tepat yang dapat memengaruhi
luaran klinis dan biaya perawatan yang tinggi.
6. Pencegahan transmisi infeksi harus dilakukan, dan diberlakukan kepada semua
pengasuh pelayanan.
7. Isolasi bayi.

Negara, 06-04-2018
Dokter Penanggung Jawab Pasien

dr.Alissya Rachman, M.Biomed., Sp.A


NIP. 19840410 200902 2 009

Anda mungkin juga menyukai