Anda di halaman 1dari 5

“Strategi Pencegahan Dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba”

Pendahuluan

Penyalahgunaan narkoba di kalangan pemuda dan remaja tidak dapat dipungkiri


ternyata masih banyak yang mengkonsumsinya di lingkungan sekitar kita. Dampaknya bagi
kesehatan dan masa depan tidaklah sedikit. Bahaya narkoba bagi pecandu dan kalangan
muda, para pelajar sangat banyak dan jika tidak segera dihentikan kebiasaan mengkonsumsi
narkoba maka hal ini akan memperburuk derajat kesehatan penggunanya itu sendiri secara
pelan pelan tapi pasti serta akan merusak masa depan kehidupan mereka. Dalam kehidupan
bermasyarakat para pemuda atau pelajar membutuhkan suasana lingkungan yang kondusif
dan nyaman dari penyalahgunaan narkoba, oleh karena itu penanggulangan narkoba menjadi
tanggung jawab bersama dimulai dari keluaraga, kemudian masyarakat dan pemerintah.
Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba merupakan salah satu permasalahan nasional yang
dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat menyebabkan rusaknya moral bangsa.
Karena itu pemerintah sangat memberikan perhatian terhadap penanganan atas
penyalahgunaan Narkoba. Ketika seseorang melakukan penyalagunaan Narkotika secara
terus-menerus, maka orang tersebut akan berada pada keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.

Masyarakat Indonesia pada umumnya saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang
sangat megkhawatirkan akibat maraknya pemakaian bermacam-macam jenis narkoba secara
ilegal. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya peredaran gelap narkotika
yang telah merebak di segala lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi muda. Hal
ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang.
Perilaku sebagian remaja yang secara nyata telah jauh mengabaikan nilai-nilai kaidah dan
norma serta hukum yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat menjadi salah satu
penyebab maraknya penggunaan narkoba di kalangan generasi muda.

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), ada 766 kasus penyalahgunaan
narkotika dan obat-obatan (narkoba) di Indonesia sepanjang 2021. Jumlah itu turun 8,04%
dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 833 kasus. Sementara, jumlah tersangka
dalam kasus narkoba sebanyak 1.184 orang sepanjang tahun lalu. Jumlah itu pun turut
merosot 9,41% dibandingkan pada 2020 yang sebanyak 1.307 orang. Penurunan jumlah kasus
dan tersangka narkoba melanjutkan tren tiga tahun berturut-turut. Sebelumnya, jumlah kasus
dan tersangka narkoba sempat terus meningkat sejak 2009.  Bahkan, jumlah kasus dan
tersangka narkoba mencapai puncaknya pada 2018. Ketika itu, tercatat ada 1.039 kasus
penyalahgunaan narkoba dengan 1.545 tersangka. Adapun secara kumulatif, Sumatera Utara
menjadi provinsi dengan jumlah kasus penyalahgunaan narkoba terbanyak sejak 2009-2021,
yakni 520 kasus. Jawa Timur menduduki posisi selanjutnya dengan 454 kasus. Kemudian,
ada 441 kasus penyalahgunaan narkoba di Kalimantan Timur dalam 12 tahun terakhir. Di
Sumatera Selatan dan Jawa Barat, penyalahgunaan narkoba masing-masing sebanyak 336
kasus dan 259 kasus.

Pembahasan

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang ini (Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika). Pada perkembangan saat ini, narkotika tidak hanya
digunakan dalam bidang farmasi saja, tetapi sudah terjadi penyalahgunaan narkotika.
Narkoba dapat digolongkan menjadi opium, halusinogen, amfetamin, dan kokain berdasarkan
efeknya. Opium, adalah golongan zat-zat yang memengaruhi saraf-saraf pada tubuh sehingga
saraf menjadi kurang peka akan stimulus pada lingkungan sekitar. Halusinogen sehingga para
penggunanya berkhayal dan berhalusinasi sehingga merasakan sensasi bahagia seperti sedang
bermimpi. Dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis dan sosial seseorang.
Dampak fisik, psikis dan sosial selalu saling berhubungan erat antara satu dengan lainnya.
Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus
obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan
sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala
sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dan
perilaku-perilaku menyimpang lainnya.
Data yang menunjukkan jumlah kasus narkoba yang berhasil diungkap Badan
Narkotika Nasional (BNN) dan jajaran Polri selama tiga tahun terakhir terus menurun.
Demikian juga dengan jumlah tersangka yang terlibat kasus narkoba cenderung menurun.
Meski demikian, Kepala BNN Komjen Pol Petrus Reinhard Golose mengungkapkan
berdasarkan survei nasional pada masa pandemi Covid-19 terjadi peningkatan prevalensi
pengguna narkoba sebesar 0,15% menjadi 1,95% atau 3,66 juta jiwa. Survei nasional tahun
2021 ini dilakukan BNN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2019 prevalensi pengguna narkoba di Indonesia sebesar 1,8% atau
3,41 juta jiwa, sementara prevalensi dunia pada 2020 sebesar 5,5% atau sekitar 275 juta
orang di seluruh dunia menggunakan narkotika. Meski prevalensi pengguna narkoba di
Indonesia berada di bawah prevalensi dunia.

Inpres Nomor 20 Tahun 2020 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
Tahun 2020-2024 mengharuskan BNN segera beradaptasi dan berbenah diri melakukan
antisipasi perkembangan kejahatan narkotika. Banyak sekali modus baru kejahatan narkotika.
Banyak juga jenis baru narkotika yang beredar di masyarakat, tetapi belum semua bisa diatur
dalam undang-undang. Selain itu, belum semua jenis narkotika di dunia terdeteksi Indonesia.
Meski terdapat kenaikan prevalensi penyalahgunaan narkotika, ada hal yang positif, yakni
terjadinya penurunan pengguna narkoba di perdesaan. Hal ini menunjukkan program BNN
melalui Desa Bersinar dan Kota Tanggap Antinarkotika, dan juga intervensi berbasis
masyarakat, cukup berhasil. Sayangnya, terjadi peningkatan penggunaan narkotika oleh
perempuan di desa maupun kota.BNN memiliki tiga kebijakan dalam strategi pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan narkotika. Pertama, soft power berupa rehabilitasi dan pasca
rehabilitasi pengguna narotika. Kedua, hard approach, yakni pemberantasan dan penegakan
hukum yang terukur. Ketiga, smart approach melalui penggunaan teknologi, mengingat
adanya transaksi di dunia maya. Koordinator Kelompok Ahli BNN, Komjen Pol (Purn)
Ahwil Lutan menyebutkan penurunan jumlah kasus narkoba selama tiga tahun terakhir
merupakan hasil kerja simultan tiga jalur, yakni supplier reduction, demand reduction,
serta treatment and rehabilitation. Aparat penegak hukum dari BNN, Polri, dan unsur lainnya
bekerja keras menekan pasokan dan peredaran narkoba.

Penutup

Berbagai upaya pecegahan dilakukan untuk melawan narkoba dengan cara proses
penegakan hukum dan upaya pencegahan narkoba telah berjalan baik serta perlu terus
ditingkatkan seperti kampanye anti penyalahgunaan narkoba,penyuluhan serta pendidikan
dan pelatihan kelompok sebaya, upaya mengawasi dan mengendalikan produksi
dan upaya distribusi narkoba di masyarakat. Namun, rehabilitasi pengguna narkoba perlu
mendapat perhatian serius pemerintah. Pasalnya, tempat rehabilitasi yang dimiliki pemerintah
dan swasta tidak mampu menangani pengguna narkoba yang jumlahnya terus meningkat
setiap tahun.
Referensi :
Undang-Undang No 35 tahun 2009 Tentang Narkotika, dalam Lembaran Negara. Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Jakarta: Sekretariat Negara RI

Inpres Nomor 2 Tahun 2020 tentang RAN Pencegahan dan Pemberantasan.


Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) Tahun 2020-2024

https://bnn.go.id/

https://www.bps.go.id/

2. Beberapa pertimbangan di pilihnya novel Arok Dedes sebagai obyek penelitian.


Pertama aspek sejarah, menceritakan tentang kehidupan masyarakat Jawa pada abad XIII.
Terjadi pergantian kekuasaan dari tunggul ametung berganti kepada ken arok, berbagai
intrik dan perencanaan kudeta yang dilakukan arok digambarkan sangat detail dan hidup
sehingga berhasil menggantikan tunggul ametung. sumber sejarah menyebutkan tentang
usaha Ken Arok mengambil kekuasaan dari Tunggul Ametung, ketika Arok sedang
mengabdi pada sang akuwu. Hal itu timbul karena keinginannya untuk memiliki istri sang
akuwu,
Jawaban:
Berdasarkan teks yang diberikan, ada beberapa kesalahan bahasa yang dapat diidentifikasi:

Penanda: Kesalahan penanda terjadi pada kata "berbagai intrik dan perencanaan kudeta".
Kata "intrik" yang seharusnya digunakan adalah "intrikasi", sedangkan kata "kudeta" yang
seharusnya digunakan adalah "kudeta".

Informasi: Kesalahan informasi terjadi pada kalimat "sumber sejarah menyebutkan tentang
usaha Ken Arok mengambil kekuasaan dari Tunggul Ametung, ketika Arok sedang mengabdi
pada sang akuwu". Dari teks di atas, tidak jelas apakah Ken Arok adalah nama seorang tokoh
sejarah atau hanya merupakan sebutan untuk seseorang. Selain itu, tidak jelas pula siapa yang
dimaksud dengan "sang akuwu".

Struktur: Kesalahan struktur terjadi pada kalimat "Hal itu timbul karena keinginannya untuk
memiliki istri sang akuwu,". Kata "Hal" di awal kalimat tidak memberikan informasi yang
jelas mengenai apa yang dimaksud, sehingga kalimat tersebut tidak memiliki struktur yang
baik. Selain itu, kata "istri" yang digunakan dalam kalimat tersebut tidak sesuai dengan
subjek yang dimaksud, yaitu Ken Arok. Seharusnya kata yang digunakan Untuk
menyempurnakan kalimat tersebut, maka kalimat tersebut dapat ditulis seperti ini: "Ken Arok
berniat untuk mengambil kekuasaan dari Tunggul Ametung karena ingin memiliki istri sang
akuwu."

Dengan demikian, kalimat tersebut sudah memiliki struktur yang baik, dimana subjek
yaitu Ken Arok, predikat yaitu berniat, dan objek yaitu mengambil kekuasaan dari Tunggul
Ametung. Selain itu, dengan menggunakan kata "mengambil kekuasaan" sebagai objek, maka
kalimat tersebut sudah memberikan informasi yang jelas mengenai apa yang dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai