Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

NEGLIGENCE
Dosen : Intan Monik P.S.SiT,MKes

Disusun Oleh :
Lili Retno Atika (2103020003)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BREBES

Jl. Raya Jatibarang KM 8 Janegara Jatibarang 52261

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "negligence" dengan tepat waktu. Makalah

disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Etika dan hukum kesehatan. Selain itu, makalah ini

bertujuan menambah wawasan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Intan Monik selaku dosen Mata kuliah

negligence. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Brebes,24 januari 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melakukan praktek kebidanan, secara langsung berhubungan dan berinteraksi kepada

penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang

tidak diinginkan baik disengaja. Maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering

menimbulkan konflik baik. pada diri pelaku dan penerima. Oleh karena itu profesi

kebidanan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya yang didasari oleh ilmu

pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat. Dengan

adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang perawat

melakukan malpraktek. kelalaian ataupun bentuk pelanggaran lainnya. Kelalaian

(Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek kebidanan dimana bidan

melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka lakukan pada tingkatannya. lalai

atau tidak mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan malpraktek, malpraktek merupakan

pelanggaran dari bidan yang melakukan kegiatan yang tidak seharusnya mereka lakukan

pada tingkatanya tetapi mereka lakukan. Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran

etik ataupun bentuk pelanggaran hukum, tergantung bagaimana masalah kelalaian itu dapat

timbul, maka yang penting adalah bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian ini dengan

memperhatikan dari berbagai sudut pandang, baik etik, hukum, manusianya baik yang

memberikan layanan maupun penerima layanan. Peningkatan kualitas praktek keperawatan,

adanya standar praktek kebidanan dan juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia

keperawatan adalah hal penting..


Dengan berbagai latar belakang diatas maka makalah ini kami membahas beberapa hal yang

berkaitan dengan kelalaian, baik ditinjau dari hukum dan etik kebidanan disamping itu juga

membahas bagaimana dampak dan bagaimana mencegah serta melindungi klien dari

kelalaian praktek kebidanan.

B. Rumusan Masalah

a. Apa definisi Negligence?

b. Bagaimana contoh kasus negligence dalam kebidanan

c. Bagaimana dampak yang terjadi dengan adanya kelalaian?

d. Bagaimana cara mencegah terjadinya negligence dalam praktek kebidanan?

C. Tujuan Penulisan

a. Memahami kelalaian dalam bidang keperawatan dilihat dari dimensi etik dan dimensi

hukum.

b. Menjelaskan tentang pengertian, kriteria dan unsur-unsur terjadinya kelalaian

c. Menjelaskan dampak yang terjadi dengan adanya kelalaian


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Negligence

Kelalaian (negligence) tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam

arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian. Kelalaian

adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak

dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan.

Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak menggunakan tingkat

keterampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat

pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

B. Jenis-jenis kelalaian

Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:

1. Malfensance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak

tepat/layak, misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang

memadai/tepat

2. .Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi

dilaksanakan dengan tidak tepat Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan

menyalahi prosedur

3. Non feasance: Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan

kewajibannya. Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan. Sampumo (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga

kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:

a. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk

tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan

kondisi tertentu.

b. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban

c. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien

sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi

pelayanan.

d. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal

ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban

dengan kerugian yang setidaknya menurunkan "Proximate cause".

C. Dampak-dampak kelalaian

Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara

individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan

bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan

361 KUHP). Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran

etik dan pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak bagi pelaku. penerima, dan

organisasi profesi dan administrasi.

1. Terhadap Pasien

a. Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah

b. Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat Kemungkinan

terjadi kesehatan/keperawatan lainnya.


c. komplikasi/munculnya terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu

mendapatkan perawatan sesuai dengan standar yang benar.

d. Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah Sakit atau

perawat secara peroangan sesuai dengan ketententuan yang berlaku, yaitu

KUHP.

2. sebagai individu/pribadi

1. perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi sendiri,

karena telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik keperawatan, antara lain:

a. Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan merugikan

pasien

b. Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang tindakan tindakan

yang harus dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk dapat mencegah

pasien jatuh dari tempat tidur.

c. Avoiding killing. yaitu perawat tidak menghargai kehidupan manusia

jatuhnya pasien akan menambah penderitaan pasien dan keluarga.

d. Fidelity, yaitu perawat tidak setia pad komitmennya karena perawat tidak

mempunyai rasa "caring" terhadap pasien dan keluarga, yang seharusnya

sifat caring ini selalu menjadi dasar dan pemberian bantuan kepada pasien.

2. Bidan akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga pasien dan ganti rugi

atas kelalaiannya Sesuai KUHP.

3. Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapat

peringatan baik dari atasannya (Kepala ruang organisasi profesinya.


3. Bagi Rumah Sakit

a. Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan RS 2) Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan

melanggar visi misi Rumah Sakit

b. Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata

karena melakukan kelalaian terhadap pasien

c. Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan baik secara

administrasi dan prosedural

4. Bagi profesi

a. Kepercayaan masyarakat terhadap profesi kebidanan berkurang, karena

menganggap organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada masyarakat

bahwa bidan yang melakukan asuhan kebidanan adalah perawat yang sudah

kompeten dan memenuhi standar kebidanan.

b. Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan

standarisasi bidan yang telah dihasilkan oleh pendidikan kebidanan.

D. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi penerima

pelayanan asuhan kebidanan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :

Bagi bidan secara individu harus melakukan tindakan keperawatan/praktek

kebidanan dengan kecermatan dan ketelitian tidak ceroboh. Perlunya standarisasi

praktek kebidanan yang di buat oleh organisasi profesi dengan jelas dan tegas.
Perlunya suatu badan atau konsil kebidanan yang menyeleksi bidan yang sebelum

bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek kebidanan

Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada kebidanan sebelum

memberikan praktek kebidanan sehingga dapat dipertanggung jawabkan baik secara

administrasi dan hukum, missal: SIP dikeluarkan dengan sudah melewati proses-

proses.

2. Bagi Rumah Sakit dan Ruangan

a. Hendaknya Rumah Sakit melakukan uji kompetensi sesuai standarisasi yang

telah ditetapkan oleh profesi kebidanan.

b. Rumah Sakit dalam hal ini ruangan rawat melakukan uji kompetensi pada

bidangnya secara bertahap dan berkesinambungan.

c. Rumah Sakit/Ruang rawat dapat melakukan system regulasi keperawatan

yang jelas dan sesuai dengan standar, berupa registrasi. sertifikasi, lisensi

bagi perawatnya.

d. Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua perawat

berkaitan dengan etik dan hukum dalam keperawatan

e. Ruangan rawat harus membuat SOAP atau SOP yang jelas dan sesuai dengan

standar praktek kebidanan sertifikasi, lisensi bagi perawatnya.

f. Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua perawat

berkaitan dengan etik dan hukum dalam keperawatan.

g. Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan sesuai dengan

standar praktek keperawatan.


h. Bidang keperawatan ruangan dapat memberikan pembinaan kepada perawat

yang melakukan kelalaian.

i. Ruangan dan RS bekerjasama dengan organisasi profesi dalam pembinaan

dan persiapan pembelaan hukum bila ada tuntutan dari keluarga.

Anda mungkin juga menyukai