Kelalaian bisa dianalisis dari perspektif etika dan hukum. Dari segi etika, penanganan
permasalahan ditangani oleh profesi itu sendiri, yang diatur oleh kode etik yang berlaku.
Sementara dari sudut pandang hukum, harus diputuskan apakah ini melibatkan pelanggaran
pidana, perdata, atau keduanya, dan ini memerlukan keahlian dari individu yang memiliki
kompetensi dalam bidang hukum.
1. Insiden kelalaian terhadap bayi bisa terjadi ketika perawat tidak memenuhi kewajiban mereka
dalam memberikan perawatan kepada pasien. Ini termasuk dalam kategori kelalaian nonfeasance.
Ada beberapa faktor yang mungkin membuat perawat tidak menjalankan tugas perawatan yang
seharusnya mereka lakukan terhadap pasien.
a. Kurangnya kompetensi pada perawat yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya.
b. Kurang pemahaman tentang Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan Prosedur Operasional
Standar (SOP).
e. Kurangnya pengawasan dari perawat utama, ketua tim, atau kepala ruangan.
Dampak dari kelalaian tersebut dapat menimbulkan potensi terjadinya kecelakaan atau cedera
yang dapat mengakibatkan munculnya masalah keperawatan baru pada pasien, peningkatan
biaya perawatan di rumah sakit karena peningkatan jumlah hari perawatan, kemungkinan
munculnya komplikasi atau masalah kesehatan atau perawatan lainnya. keluarga pasien bisa
mengajukan tuntutan terhadap rumah sakit atau perawat secara individu sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang memberikan
hak kepada setiap pasien untuk menggugat atau menuntut rumah sakit jika pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit dianggap tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun
pidana.
Kepercayaan terhadap perawat oleh pasien, keluarga, dan rekan seprofesinya dapat
terguncang ketika perawat melanggar prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan,
seperti:
a) Beneficence, yaitu melakukan tindakan yang tidak tepat dan merugikan pasien.
b) Veracity, yaitu tidak memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tindakan
yang harus diambil untuk mencegah cedera.
c) Avoiding killing, yaitu perawat tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk
mencegah cedera.
d) Fidelity, di mana perawat tidak mempertahankan komitmen mereka karena kurangnya rasa
"caring" terhadap pasien dan keluarga mereka, yang seharusnya menjadi dasar bagi bantuan
kepada pasien. Keluarga pasien mungkin akan menggugat perawat karena kelalaian tersebut.
Ini sesuai dengan Pasal 360 dalam KUHP yang mengatur tindakan kelalaian yang
menyebabkan luka berat atau bahkan kematian.
2) Jika seorang perawat melakukan kelalaian, mereka mungkin akan diberi peringatan oleh
atasan mereka, seperti Kepala Ruangan atau Direktur Rumah Sakit, dan juga oleh organisasi
profesi yang mereka ikuti.
Dampak Terhadap Rumah Sakit:
2) Menurunnya kualitas perawatan kesehatan, dengan potensi pelanggaran terhadap visi dan misi
rumah sakit.
3) Potensi tuntutan hukum, baik perdata maupun pidana, terhadap rumah sakit sebagai akibat
dari kelalaian terhadap pasien.
1) Kesulitan bagi organisasi profesi perawat untuk meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang
memberikan perawatan adalah kompeten dan memenuhi standar keperawatan.
2) Masyarakat atau keluarga pasien mungkin mempertanyakan kualitas dan standar perawatan
yang diberikan oleh perawat yang telah menjalani pendidikan keperawatan.
Penyelesaian kasus melibatkan bayi dan kelalaian perawat di atas harus mempertimbangkan
sejumlah pihak, termasuk pasien dan keluarga, perawat secara individual, Rumah Sakit sebagai
entitas organisasi, serta organisasi profesi. Jika kasus ini menjadi peringatan bagi bayi dan
keluarganya untuk lebih berhati-hati ketika berurusan dengan perawat, maka mereka harus
diberikan penilaian dan kesaksian mengenai insiden tersebut. Ini akan membantu
mengidentifikasi jenis kelalaian yang terjadi dalam praktek perawat. Seseorang yang bermaksud
menjadi perawat harus memastikan bahwa mereka memiliki kompetensi yang diperlukan dan
memenuhi persyaratan yang diatur oleh hukum yang berllaku, seperti memiliki Surat Izin
Praktek (SIP) atau bukti lain yang diperlukan. Tetapi, perlu diingat bahwa sesuai dengan
peraturan yang berlaku, perawat wajib memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas
berbagai jenis kelalaian yang mungkin terjadi. Selain itu, Rumah Sakit harus menjelaskan apakah
perawat yang mereka pekerjakan memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh profesi.
Perlu juga dijelaskan apakah ruang perawatan bayi atau Rumah Sakit memiliki Prosedur
Operasional Standar (SOP) yang jelas. Selain itu, penting untuk mendokumentasikan hubungan
antara perawat yang memberikan asuhan keperawatan. Organisasi profesi juga harus
mempertimbangkan berbagai faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya kelalaian oleh perawat.
Organisasi ini harus memastikan bahwa anggota profesi memiliki standar yang jelas dan telah
ditetapkan. Mereka juga harus memastikan bahwa anggota profesi memiliki kemampuan untuk
bertanggung jawab atas praktik keperawatan mereka yang selaras dengan hukum, etika, dan
moral keperawatan.