Anda di halaman 1dari 8

Kelalaian Perawat Dalam Melaksanakan Standar Praktik Keperawatan

Christy Arum 13:26

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kehadiran standart pelayanan keperawatan bagi perawat kesehatan saat ini sangat tepat dan
mempunyai peranan sangat peting, mengingat semakin banyaknya masalah-masalah
keperawatan yang dalam hal ini adalah kelalaian perawat dalam menjalankan profesinya. Isu
legal yang melibatkan perawatan kritis telah dipublikasikan dengan luas dan meningkatkan
perhatian profesi kesehatan, rumah sakit dan masyarakat. Tampaknya masyarakat lebih suka
berperkara dulu, dan jumlah malpraktik yang melibatkan nama perawt semakin meningkat. Isu
seperti penolakan dan penghentian pengobatan telah luas didiskusikan dan ditulis, meskipun
badan pembuat undang-undang telah bertindak, sehingga status harapan hidup telah diaktifkan
pada beberapa yuridiksi.

B.Tujuan Penulisan

Tujuan Umum
Membantu Perawat untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan Standart Praktek
Keperawatan sehingga terhindar dari kelalaian dalam menjalankan profesinya.
Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa keperawatan mengetahui dan mampu menerapkan Standart Praktek Keperawatan
2.      Mahasiswa Keperawatan mengetahui Hukum-hukum tentang Malpraktik Keperawatan
3.      Mahasiswa / Perawat dapat menghindari sedini mungkin kelalaian dalam menjalankan
profesinya

C.Batasan Penulisan
Pada makalah kali ini, penulis membatasi penulisan hanya pada masalah “Kelalaian Perawat
Dalam Melaksanakan Standar Praktik Keperawatan”

BAB II
TINJAUAN TEORI

Faktor-faktor yang menetukan tingi rendahnya standart pelayanan keperawatan adalah


kebutuhan akan kualitas dan kuantitas pelayanan kperawatan serta kesehatan, perubahan konsep,
dan ruang lingkup keperawatan. Oleh akreana itu standart keperawan harus kita kuasai betul-
betul untuk mencegah adanya kesalahan-kesalahan dalam keperawatan yang dapat menurunkan
mutu pelayanan keperawtan itu sendiri, dan untuk menghindari seminimial mungkin resiko
kelalaian dalam melaksanakan proses keperawan.

A. STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN


Standar praktek keperawatan adalah norma / penegasan tentang mutu pekerjaan seorang
perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang dirumuskan dan digunakan sebagai pedoman
dalam pemberian pelayanan keperawatan sserta tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja
seorang Perawat.( Depkes RI, 1988 )
Ada tiga jenis standart praktek keperawtan, yaitu:
1.      Standar Struktur
Yaitu standar tentang fasilitas fisik, peralatan, dan kondisi dimana pelayanan keperawatan
diberikan serta unsur penunjang pelaksanaan pelayanan keperawatan tersebut. Standar ini
mencakup falsafah dan tujuan bidabg pelayanan keperawatan, struktur organisasi dan
pengolaannya yang meliputi pola kewenangan, uraian tugas, sistem pemberian pelayanan
keperawatan, biaya, pelaporan pelayanan keperawatan, mutu tenaga keperawatan, serta
pengawasan dan sistem pendidikan berkelanjutan bagi tenaga keperawatan.
2.      Standar Proses
Yaitu standar tentang proses pemberian pelayanan keperawatan yang mencakup sifat
pelayanan keperawatan, urutan kegiatan dan metode pemberian pelayanan keperawatan. Standar
ini menitikberatkan pada perilaku dan kegiatan dari tenaga keperawatan serta mencakup hal-hal
yang harus dilakukan oleh Perawat Kesehatan.

3.      Standar Hasil


Yaitu standar tentang hasil yang diharapkan dari pemberian pelayanan keperawatan
berdasarkan penerapan standar struktur dan proses pemberian pelayanan keperawatan.
Standar hasil mencakup hasil akhir proses pemberian pelayanan keperawatan berupa perubahan
sikap serta ungkapan kepuasan pasien terhadap pelayanan pelayanan keperawatan yang
diterimanya.Askep yang diberikan bertujuan mencapai hasil yang positif. Namun tidak dapat
diingkari bahwa ada kalanya askep tersebut memberikan hasil yang bersifat negatif. Oleh karena
itu standar struktur sangat membekali pelaksanaan standar proses yang selanjutnya diharapkan
memberikan hasil untuk mencapai hasilyang diinginkan.
Standart Praktik Keperawatan di Rumah Sakit meliputi :
         Standart I ‘Jaminan Mutu’
Perawat secara sistematis melakukan evaluasi mutu pelayann dan efektivitas praktik
keperawatan. Disini evaluasinya dapat dilakukan melalui penilaian praktik keperawatan
merupakan cara memenuhi kewajiban profesi yaitu menjamin klien mendapatkan asuhan
keperawatan yang bermutu
         Standart II ‘Pengembangan Pengetahuan’
Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang mutakir dalam praktik
keperawatan.
         Standart III ‘Penilaian Kerja atau Penimbangan Potensi Kerja’
Penilaian ini daapt didasarkan pada standart professional dan ketentuan lain yang terkait.
Penilaian ini merupakan suatu cara untuk tercapainya standart praktik keperawatan dan
ketentuan lain yang terkait.
         Standart IV ‘Kesjawatan ( Kolegial )’
Perawat dapat melakukan kerjasama dan mengembangkan profesionalisme dari sejawat kolega.
         Standart V ‘Etik’
Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan oleh cara yang etis ( sesuai norma
yang berlaku ). Dalam hal ini dapat didasarkan pada parameter dalam membuat penilaian etis

         Standart VI ‘Kolaborasi’


Kompleksitas dalam pemberian Asuhan Keperawatan membutuhkan pendekatan multi disiplin
untuk memberikan asuhan keperawatan yang bermutu bagi klien.
         Standart VII ‘Riset’
Perawat Profesional mempunyai tanmggung jawab untuk megembangkan pendekatan baru
dalam praktik
         Standart VIII ‘Sumber – Sumber’
Mempertimbangkan faktor – faktor yang terkait dengan keamanan, efektifitas dan efisiensi biaya
dalam perencanaan dan pembaruan asuhan klien. Perawat berpartisipasi dalam merancang
program – program pelayanan keperawatan yang lebih efektif dan efisien serta menggali dan
memanfaatkan sumber – sumber bagi klien
( Buku Panduan PPNI, 2001 )

B.PENERAPAN STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN


Keberhasilan penerapan standar dipengaruhi oleh langkah-langkah dasar yang bersifat
sistematis dan terarah dengan memperhatikan situasi dan kondisi Rumah Sakit.
Agar standar praktek keperawatan dapat diterapkan dan digunakan sebagai pedoman program
pendidikan , terutama yang menyangkut praktek lapangan, maka diperlukan beberapa
persyaratan dan langkah yang tepat.

C.KELALAIAN KEPERAWATAN DALAM MENJALANKAN TUGAS


Kelalaian sering disebut sebagai culpa, yaitu kesalahan / kelalaian (negligence). Bila
kesalahan dalam menjalankan profesi kesehatan disebut malpraktik, kalalaian dalam
menjalankan profesi disebut Medical Negligence. Kedua-duanya sama-sama dapat berakibat
kerugian pada pasien.
Tolak ukur adanya Culpa adalah tindakan pelaku yang tidak memenuhi standar hati-hati yang
wajar dan tidak membayangkan akibat dari perbuatannya.

-          Kelalaian berat ( culpa lata, gross negligence ) yang dapat mencelakakan orang lain dan
akibatnya sampai merenggut nyawa orang lain , dan ini sering berhubungan dengan pelanggaran
hukum pidana.
-          Kelalaian ringan ( culpa levis ) . sering berhubungan dengan pelanggaran dibidang pidana dan
etik.
Ada beberapa laporan khusus kelalaian oleh perawat pada area Perawatan Kritis ( PUK ). Insiden
yang dilaporkan tentang kasus malpraktek perawat telah diambil alih dalam perawatan kritis dan
dapat merupakan contoh potensial kelalaian PUK.
A.    Tugas dan Kelalaian Tugas
Perawat yang merawat Pasien mempunyai tugas terhadap Pasien tsb untuk menggunakan
perawatan yang dapat dirasionalkan. Kegagalan melakukan ini adalah kelalaian, dimana pasien
dapat mengalami kerugian.
Kelalaian ditemukan / dibuktikan dengan pembandingan kerja perawat dengan standar
keperawatan secara umum, asal kelalaian dapat murni / mencolok. Asal kelalaian menunjukkan
ketidakcermatan profesi, di mana kelalaian yang mencolok diduga bahwa perawat dengan
sengaja dan dengan sadar mengabaikan resiko yang diketahui membahayakan Pasien. Kasus
yang paling melibatkan kelalaian murni, bila kelalaian menyolok terjadi saat perawat
membahayakan pasien dalam keadaan di bawah pengaruh alkohol / obat.
B.     Kerusakan dan Penyebab
Pasti ada hubungan penyebab antara apa yang dilakukan oleh Perawat atau kegagalan
melakukan dan kerusakan yang diderita oleh Pasien.Kesalahan akibat kelalaian pemberian obat
yang terjadi dekat dengan waktu kematian Pasien menimbulkan adanya tindakan terhadap
kematian tsb atau mungkin penyebabnya ialah kesalahan tersebut. Secara umum hukuk
menginterpretasikan kesalahan secara luas. Hanya kejadian yang tidak diinginkan atau hasil yang
bukan merupakan kelalaian besar. Tidak setiap jatuh dari tempat tidur adalah akibat dari
kelalaian tindakan. Kenyataan di sekitar kejadian harus dikaji dalam memperjelas penerapan
standar perawatan. Selanjutnya, penuntut harus membuktikan semua 4 elemen tindakan kepada
juri. Sebagai kesimpulan, penuntut (Pasien) harus membuktikan “ bukti yang dilebih-lebihkan”
dimana perawat melalaikan tugas dan menyebabkan pasien tersebut dalam bahaya.
C.    Menanggung Kelalaian Orang Lain
Kemunngkinan pertanggung jawaban dapat dialami baik oleh Rumah Sakit dan
pemberian pelayanan kesehatan. Rumah Sakit sebagai perusahaan dapat bertanggung jawab atas
kegagalan alat atau kegagalan kompetensi staf medik atau keperawatan di UPK. Rumah Sakit
juga bertanggung jawab sebagai majikan untuk kelalaian dari dokter dan perawat sebagai
pekerjanya. Anggota staf ini juga secara mandiri bertanggung jawab terhadap cedera yang secara
lansung dan dengan perkiraan menyebabkan buruknya ketrampilan pengambilan keputusan atau
teori dan ketrampilannya tidak kompeten.
Doktrin Respondeath Superior adalh teori leal utama dimana RS bertanggung jawab terhadap
kelalaian pekerjanya. Selama perawat bertindak dalam lingkup kepegawaian, RS bertanggung
jawab terhadapnya; RS tidak bertanggung jawab bila perawat bertindak di luar lingkup
kepegawaian. Secara umum RS akan membela nama Perawat dalam kasus malpraktik. Namun
Asuransi Pribadi penting bila jaminan tanggung jawab RS dirasa tidak adekuat.
D.    Protokol-Protokol
Jika tindakan yang dilakukan tidak di bawah pengawasan langsung dan segera dari
Dokter yang mendelegasiakn, maka aktifitas-aktifitas tersebut harus didasarkan pada protokol-
protokol yang dibuat. Protokol-protokol ini harus dibuat oleh bagian medik dan keperawatan dan
harus dikaji ulang untuk kesesuaian pernyataan tindakan praktik keperawatan.Protokol tersebut
harus sering dikaji ulang sehingga profesi kesehatan dapat menentukan apakah mereka
menunjukkan standar asuhan keperawatan atau standar medik.
Pada kejadian malpraktik, protokol dan prosedur dapat diperkenalkan sebagai bukti untuk
membantu keberadaan standar keperawatan yang dapat diterapkan. Meskipun ini penting bahwa
protokol memberikan petunjuk, uraian yang terlalu detail membatasi fleksibilitas kebutuhan
untuk menyeleksi tindakan yang tepat.
E.     Pesanan Medik yang Dapat Dipertanyakan
Hal ini penting untuk semua pesanan medik, tetapi khususnya untuk pasien dengan
penyakit kritis karena dosis yang tak biasanya dipesankan.
Hal ini juga penting untuk menyadari bahwa pesanan yang secara paten dapat
membahayakan pasien bila diikuti , konsekuensi sekunder dapat dipertanggung jawabkan baik
oleh dokter maupun perawat bila pasien menderita bahaya sebagai akibat lansung dari pesanan.
F.     Pengaturan Staf Yang Tidak Adekuat
Suatu faktor yang penting bahwa pengaturan perawt kritis dari medikal umum dan
perawat bedah adalah pengetahuan teori dan ketrampilan keperaawtan yang unik pada
pengaturan keperawtan kritis dan perlu untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis.
Perawat harus membuat hal ini jelas bahwa ia dapat melakukan aktifitas keperawatan dimana ia
kompeten melakukannya.Para staf juga harus tahu ketrampilan perawt dan harus mendelegasikan
hanya aktifitas dimana ia dapat melakukannya dengan kompeten.
G.    Peralatan Medik
Satu alat medik didefinisikan sebagai apaapaun yang digunakan dalam perawatan pasien
yang bukan obat, meliputi alat-alat yang terdiri dari bagian-bagian tertentu ( pompa balon
intraaortik,alat pacu jantung, dll).
Terdapat tugas untuk tidak menggunakan alat yang secara nyata rusak. Bila alat tiba-tiba berhenti
fungsinya, membuat bunyi yang tak b iasanya atau mempunyai riwayat tidak berfungsi dan
belum pernah diperbaiki, rumah sakit dapat bertanggung jawab terhadap kerusakan yang
disebabkannya, dan perawat juga dapat dikenakan tanggung jawab bila ia tahu atau harus tahu
masalah ini dan tetap saja menggunakannya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada suatu waktu di Rumah Sakit terdapat suatu masalah dimana terjadi suatu kesalahan /
kelalaian yang dilakukan oleh perawat ruangna yang sedang praktek diruangan tersebut.
Kejadian itu merupakan suatu kesalahan yang secara tidak sengaja ada masalah yaitu suatu hari
perawat Ayu mau melakukan injeksi pada pasien Indah, karena mendapat pesanan dari dokter
Charlie. Pada saat sebelum memberikan obat kepada klien perawat Ayu terburu – buru mau
mengambil obat di lemari obat kemudian dia tertabrak oleh pasien lain yang sedang belajar
berjalan tetapi dia marah – marah dan memaki pasien tersebut dengan kata – kata kotor padahal
ada perawat lain dan juga keluarga klien setelah itu dia langsung pergi untuk menginjeksi pasien
Indah. Karena dia masih agak marah – marah dia tidak ingat untuk membaca dosis yang harus
diberikan dalam satu kali suntikan. Setelah menyuntik perawat Ayu langsung pergi dan mau
menulis laporan pada buku injeksi dia baru teringat bahwa dia tadi lupa / lalai membaca dengan
teliti dosis yang harus diberikan. Setelah dicek perawat Ayu baru sadar bahwa dosis yang ia
berikan adalah salah maka dia harus berupaya menutupi kesalahan dengan menulis pelaporan
dengan dosis yang benar. Padahal sebenarnya dosis yang ia berikan salah, dan selah beberapa
jam pasien tiba – tiba mengalami kejang. Setelah diperiksa tenyata klien keracunan obat.
Kemudian kepala ruang mengecek siapa yang memberikan injrksi pada jam tersebut., ternyata
perawat aAyu tidak mengakui bahwa dia telah salah dalam memberikan dosis
BAB IV
PEMBAHASAN

Sejalan dengan perubahan perawat yang vokasional menjadi professional, maka terdaapat
pembagian tanggung jawab sehingga membuahkan konsekuensi hokum perawat kini bias
digugat. Kelalaian dan malpraktik merupakan hal yang tidak diinginkan oleh setiap perawat.
Pada kasus tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa ada kesalahan yang dilakukan oleh
perawat.
Adapun kesalahan yang dilakukan oleh perawat Ayu adalah dia memaki – maki klien yang
belajar berjalan dan tidak sengaja menabraknya dengan kata – kata yang kotor seharusnya ia
tidak melakukan hal tersebut. Dan ini tidak sesuai dengan standart praktik pada standartr ‘etik’,
karena perawat Ayu telah melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma yang
seharusnya dilakukan dan nilai budaya serta penialian terhadap etis sendiri. Sehingga hal tersebut
juga menyebabkan tolak ukur pada mutu pelayanan menjadi menurun karena hal tersebutjuga
menjadi salah satu standart dalam mutu pelayanaqn kesehatan. Sedangkan dalam malpraktik ini
sendiri termasuk dalam malpraktik etik karena tidak sesuai dengan kode etik profesi dan ini bias
diselesaikan dalam kalangan sendiri untuk Rumah Sakit pada Etik Rumah Sakit ( ERSI ). Dan
sanksi etik bertujuan edukatif, bukan sebagai hukuman atau mengganti kerugian. Dan pada
proses penuntutan dalam kasus malpraktik yang pertama setelah melalui penilaian dengan tolak
ukur Standart Profesi dank arena merupakan ada ‘kesalahan ringan’ maka sanksi pada etik.
Sedangkan kesalahan yang berikutnya adalah ia salah dalam pemberian obat kepada klien
sehingga mempengaruhi keadaan klien dan menyebabkan klien menjadi kejang dan keracunan
obat. Dan ini berdasarkan standart praktik tidak sesuai dengan standart ‘ Jamiman Mutu ‘,
karena perawat Ayu telah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan mutu pelayanan
kesehatan sahingga klien tidak mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu. Dalam hal ini
malpraktik perawat Ayu terkena malpraktik criminal karena Ia melakukan tindakan yang dapat
menyebabkan ancaman bahaya pada klien dan juga perawat Ayu telah memalsukan keterangan,
juga melangga hokum UU RI No.23 Tahun 1992. Dan pada proses penuntutan dalam kasus
malpraktik yang kedua setelah melalui penilaian dengan tolak ukur Standart Profesi merupaka
ada ‘kesalahan berat’ maka sanksi terdapat pada hokum pidana. Sehingga Perawat Ayu harus
mempertanggung jawabkan kecerobohan dan tindakannya yang berusaha memalsukan
keterangan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dengan perubahan paradigma perawat dari yang dulunya vokasional menjadi professional maka
perawat dan mahasiswa sebagai calon perawat harus memahami betapa pentingnya standart
praktik keperawatan sehingga membantu dalam kelancaran memberikan asuhan keperawatan
Dan dengan konsekuensi tersebut perawat dan mahasiswa harus mampu mengembangkan
kemampuan kognitif maupun psikomotornya serta juga mengerti dengan hokum – hokum yang
berkaitan dengan pelayanan keperawatan, sehingga bias terhindar dari kesalahan dan dapat
melaksanakan pelayanan sesuai dengan standart, sehingga menghasilkan pelayann yang bermutu.

5.2 Saran
Perawat dan mahasiswa harus lebih mampu untuk megembangkan dirinya sehingga dapat
memberikan pelayanan yang terbaik serta mampu melaksanakan standart praktik dengan baik
sehingga dengna perubahan paradigma tersebut dan pembagian tugas dan tanggung jaawab
membuat seorang perawaat selalu siap.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Amri. 1998. Bunga Rampai Hukum Kesehatan. Jakarta : Media Pess
RI, Depkes. 1998. Standart Praktik Keperawatan bagi Perawat Kesehatan. Jakarta : Depkes RI
Gillies, Dee Ann, R.N., M.A, EQD. 1996. Manajemen Keperawatan. Chicago : W.B. Jauders
Company
PPNI.2000. Buku Panduan Organisasi PPNI. Malang : PPNI

Anda mungkin juga menyukai