Anda di halaman 1dari 38

BUKU INFORMASI

Merakit dan Memasang Sistem Rem dan


Komponen-komponennya
OTO.KR40.001.03

KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK KENDARAAN RINGAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN R.I.


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN BIDANG OTOMOTIF DAN ELEKTRONIKA
MALANG
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
BAB I. P
​ ENDAHULUAN 4
A. TUJUAN UMUM 4
B. TUJUAN KHUSUS 4
BAB II 5
MERAKIT DAN MEMASANG SISTEM REM/KOMPONEN- KOMPONENNYA 5
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Merakit dan Memasang Sistem
Rem/Komponen-komponennya 5
1. Sistem Rem 5
2. Manfaat SOP 18
3. Pengukuran Komponen Rem 18
B. Keterampilan yang diperlukan dalam Merakit dan Memasang Sistem
Rem/Komponen-komponennya 19
1. Teknik Melepas dan Memasang Komponen Rem 19
2. Prosedur Penyetelan Rem 21
3. Prosedur Pemanfaatan SOP 24
4. Prosedur Mencatat Data 24
5. Penerapan K3 pada Perakitan Sistem Rem 24
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Merakit dan Memasang Sistem
Rem/Komponen-komponennya 25
BAB III 26
MENGUJI SISTEM REM/ KOMPONEN -KOMPONENNYA 26
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menguji Sistem Rem/Komponen-komponennya
26
1. Pengujian Sistem Rem 26
2. Manfaat SOP 27
4. Manfaat Pencatatan Data 28
5. Aspek K3 pada Pengujian Sistem Rem 28
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menguji Sistem Rem/
Komponen-komponennya 28
1. Prosedur Pengujian Rem 29
2. Prosedur Pemanfaatan Informasi Teknik 29
3. Prosedur Pemilihan Alat 30
4. Prosedur Melengkapi Data 30
5. Penerapan K3 pada Pengujian Sistem Rem 31
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Menguji Sistem Rem/Komponen-komponennya31
DAFTAR PUSTAKA 32
A. Buku Referensi 32
B. Referensi Lainnya 32
Daftar Alat Dan Bahan 33
Daftar Peralatan/Mesin 33
Daftar Bahan 33
DAFTAR PENYUSUN 34
BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu melaksanakan perakitan
dan pengujian sistem rem dan komponennya sesuai dengan standar yang berlaku.

B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Perakitan dan
pemasangan sistem rem & komponen-komponennya ini guna memfasilitasi peserta
sehingga pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Merakit dan memasang sistem rem/komponen- komponennya
2. Menguji sistem rem/komponen- komponennya
BAB II
MERAKIT DAN MEMASANG SISTEM REM/KOMPONEN- KOMPONENNYA

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Merakit dan Memasang Sistem


Rem/Komponen-komponennya
1. Sistem Rem
a. Konsep Rem
Rem kendaraan dirancang untuk memperlambat dan menghentikan
kendaraan dengan mengubah energi kinetik (energi gerak) menjadi
energi panas .

Gambar 2.1. Perubahan energi kinetik menjadi energi panas


Proses perubahan energi terjadi ketika kampas rem menekan tromol/
ca-kram sehingga menimbulkan gesekan yang menghasilkan energi
panas. Energi panas hasil gesekan antara kampas dan tromol/cakram
kemudian dibuang ke udara luar.
b. Macam-macam Rem
1) Rem Tromol
Sebuah unit rem tromol terdiri dari dua sepatu rem yang terpasang
pada ​backing plate​. Ketika pedal rem ditekan, silinder roda akan
mendorong sepatu keluar untuk menekan tromol yang berputar dan
menimbulkan gesekan sehingga memperlambat kendaraan.
Ketika pedal dibebaskan, pegas pengembali menarik sepatu rem
kembali ke posisi semula.
Gambar 2.2. Rem tromol
Keterangan gambar:

1. Tromol 6. Silinder roda


2. Pegas sepatu rem 7. Nipel pembuang udara (​bleeding)​
3. Backing plate 8. Penyetel rem
4. Kampas rem 9. Pin penekan
5. 10
Pegas pengembali Sepatu rem
.

a) Simplek (Leading Trailing)


Ketika pedal rem ditekan, maka silinder roda mendorong dengan
tekanan yang sama pada setiap sepatu rem. Pada gilirannya, hal
ini memaksa bagian atas setiap sepatu luar menuju tromol, dan
masing-masing sepatu rem bertumpu ada penahan yang terletak
di bagian bawah dari backing plate.

Gambar 2.3. Rem tromol simplek


b) Duplek (Two Leading)
Rem tromol tipe two leading digunakan pada kendaraan yang
kecil atau besar pada roda depan. Pada rem roda depan
menerima tambahan sebagian beban roda belakang pada saat
kendaraan di rem. Tekanan silinder roda mendorong kedua
sepatu rem ke luar.
Gambar 2.4. Rem tromol duplek
Jika tromol berputar ke arah maju kedua sepatu rem terdapat
self-energizing karena mendapat pengaruh dari putaran tromol
(gerakan sepatu rem searah dengan putaran tromol) keduanya
menjadi sepatu leading/primer.
Namun pada saat tromol berputar ke arah mundur maka kedua
sepatu rem menjadi trailing/sekunder semua karena berlawanan
arah dengan putaran tromol sehingga tidak memiliki
self-energizing effect.
c) Duo Duplek (Dual Two Leading)
Rem tromol tipe duo two leading adalah hampir sama dengan
tipe two leading akan tetapi tipe duo two leading menggunakan
dua silinder roda masing-masing dengan dua piston dengan
demikian semua sepatu rem memiliki self-energizing effect, baik
kendaraan bergerak maju atau mundur.

Gambar 2.5. Rem tromol duo duplek


d) Uni Servo
Rem tromol ini dilengkapi dengan satu silinder roda pada bagian
atas sepatu rem, sedangkan bagian bawah dilengkapi dengan
baut luncur.

Gambar 2.6. rem tromol uni servo


Bila pedal rem ditekan saat roda berputar ke kiri (maju), tekanan
fluida akan mendorong piston silinder roda dan piston akan
mendorong sepatu rem searah dengan putaran tromol. Tenaga
gesek yang dihasilkan oleh tromol dan sepatu akan dipindahkan
langsung melalui penyetel sepatu rem, kemudian diteruskan ke
sepatu sekunder. Proses ini akan menghasilkan ​self energizing
effect atau gaya penguatan sendiri yang besar. Tetapi jika
kendaraan bergerak mundur, maka kedua sepatu rem menjadi
sekunder atau ​trailing​.
e) Duo Servo
Cara kerja rem tromol tipe duo servo adalah sama dengan rem
tromol tipe servo dengan perbedaannya adalah: Tipe duo servo
menggunakan silinder roda dengan dua piston dengan demikian
baik kendaraan bergerak maju atau mundur ​self-energizing
effect akan muncul pada kedua sepatu rem. Dengan demiian,
saat bergerak maju atau saat bergerak mundur, kondisi kanvas
rem selalu primer atau ​leading.

Gambar 2.7. Rem tromol duo servo


2) Rem Cakram
Rem cakram yang digunakan pada kendaraan modern umumnya
pada roda depan, sementara ada juga yang menggunakan rem
cakram untuk rem roda depan dan belakang.
Keuntungan dari rem cakram dibanding dengan rem tromol adalah:
● Pendinginan yang baik.
● Mengurangi rem monting atau bergerak ke satu sisi
● Penyetelan secara otomatis
Gambar 2.8. rem cakram

Sistem rem harus dapat menghilangkan jumlah besar panas yang


dihasilkan. Rem cakram dapat membuang panas lebih cepat
dari pada rem tromol. Beberapa rotor/cakram berventilasi,
sehingga dapat memungkinkan udara untuk bersirkulasi di antara
permukaan gesekan dan membuang panas lebih efisien. Ketika
tekanan hidrolik bekerja pada piston caliper, hal ini akan menekan
pad untuk menekan disk. Kekuatan pengereman dihasilkan oleh
gesekan antara disc brake dan kanvas. Berikut adalah
macam-macam rem cakram.
a) Kaliper Tetap
Desain kaliper tetap memiliki piston yang terletak di kedua sisi
kaliper memberikan kekuatan yang sama untuk setiap pad.
Konfigurasi kaliper bisa memasukkan satu atau dua piston di
setiap sisi. Desain ini mampu menahan beban pengereman yang
lebih besar.

Gambar 2.9. Kaliper tetap


b) Kaliper Luncur
Kaliper luncur (floating caliper) didesain tidak hanya lebih
ekonomis dan lebih ringan tetapi juga memerlukan sedikit
komponen dibanding dengan kaliper tetap. Tergantung pada
aplikasi, floating caliper memiliki satu atau dua piston. Piston ini
terletak hanya di salah satu sisi kaliper.

Gambar 2.10. kaliper luncur


c) Kaliper Ayun
Kaliper berputar pada pusat putar secara berayun bila terjadi
tekanan cairan rem.

Gambar 2.11. Kaliper ayun


Konstruksi :
● Unit kaliper terpasang menjadi satu dengan rangka
● Unit kaliper terpasang pada pusat putar
● Letak kedua balok rem tidak segaris dengan sumbu torak
Cara kerja :
● Tekanan cairan rem menekan t​ orak​ dan ​unit silinder
● Torak bergerak ke kiri mendorong ​balok rem 1 k​ e arah
permukaan gesek cakram
● Selanjutnya tekanan cairan rem juga mendesak d
​ asar silinder
⇒ unit kaliper bergerak mengayun mendorong balok rem 2
kekanan, ke arah permukaan gesek cakram
● Gerakan kedua balok rem dengan arah berlawanan kedua
permukaan gesek cakram ​⇒ cakram t​ erjepit ​⇒ terjadi
pengereman
3) Rem parkir
Standar Keselamatan Kendaraan mengharuskan rem parkir mampu
menahan kendaraan berhenti pada tingkat kemiringan 30 derajat.
Sistem rem parkir di sebagian besar kendaraan dioprasikan
menggunakan tangan atau kaki, rem parkir bekerja pada roda
belakang.
Rem parkir beroperasi secara independen dari sistem rem hidrolik.
Ketika mengaktifkan tuas/pedal, kabel meregang (mengencang) erat
ke rem belakang dan mengunci rem terhadap permukaan gesek
tromol.

Gambar 2.12. Konstruksi rem tangan tromol


Keterangan gambar:
1. Sepatu rem I
2. Sepatu rem II
3. Lengan rem tangan
4. Kabel
5. Batang dorong
6. Gigi penyetel
Cara kerja :
• Lengan rem tangan ditarik oleh kabel secara manual
• Batang dorong menekan sepatu rem II dan mengangkat sepatu
rem I untuk bersama - sama menekan tromol
c. Fungsi Komponen Rem
1) Master Cylinder ​(Silinder Master)
Silinder master berfungsi mengkonversi kekuatan mekanik dari pedal
rem menjadi tekanan hidrolik pada minyak rem.

Gambar 2.13. Penampang silinder master


Cara kerja silinder master:
a) Saat bebas
Pada saat pedal rem posisi bebas piston dan seal master silinder
berada di antara lubang kompensasi dan lubang penambahan,
dengan demikian maka minyak rem berhubungan dengan ruang
kerja dan ruang tekanan rendah di belakang piston.

Gambar 2.14. Silinder master saat bebas


b) Saat diinjak

Gambar 2.15. saat pedal rem diinjak


Ketika pedal rem ditekan, push rod bergerak mendorong piston
utama ke depan yang memulai untuk membangun tekanan di
dalam ruang utama dan disaluran. Ketika pedal rem ditekan lebih
jauh, tekanan fluida antara piston primer dan sekunder terus
meningkat, kemudian memaksa piston sekunder depan dan
menaikkan tekanan di sirkuit sekunder. Jika rem beroperasi
dengan benar, tekanan akan sama di kedua sirkuit.
c) Saat dilepas
Pegas pengembali mendorong piston master silinder kembali ke
posisi semula lebih cepat dari pada cairan rem kembali melalui
saluran hidrolik. Piston harus kembali dengan cepat sehingga
sistem rem bisa siap untuk di tekan lagi, jika diperlukan. Gerakan
kembali piston yang cepat bisa men-ciptakan kekosongan dalam
ruang tekanan tinggi silinder master.
Lubang kompensasi memungkinkan cairan rem dari reservoir
untuk mengisi ruang piston tekanan rendah. Cairan rem dari
ruang tekanan rendah kemudian melewati lubang di piston dan
melewati bibir seal piston. Piston kemudian dapat kembali dan
menyebabkan cairan tambahan untuk dipindahkan ke depan
piston, akibatnya ada kelebihan cairan rem yang berada di ruang
kerja master silinder. Kelebihan cairan ini mudah dikembalikan ke
reservoir melalui lubang kompensasi yang sudah terbuka jika
piston master silinder sudah sampai pada pembatas.

Gambar 2.16. saat pedal rem dilepas


2) Wheel Cylinder ​(Silinder Roda)
Ketika pengemudi menginjak pedal rem, tekanan hidrolik dari
master silinder bergerak ke silinder roda. Dalam silinder roda,
tekanan hidrolik menyebabkan seal piston untuk mendorong piston.
Tindakan dari tekanan hidrolis silinder memaksa sepatu rem
menekan tromol. Ketika sopir melepaskan pedal rem dari injakan,
hal ini mengurangi tekanan hidrolik. Pegas pengembali sepatu rem
kemudian menarik sepatu rem kembali ke posisi semula. Silinder
roda dibautkan pada backing plate rem. Setiap silinder roda
memiliki katup penguras yang memungkinkan dapat membuang
udara dari silinder roda. Silinder roda ada tiga jenis, yaitu :
a) Silinder roda satu piston.

Gambar 2.17. Potongan silinder roda satu piston


Silinder roda jenis ini banyak digunakan pada rem tromol tipe
duplek (​two leading​) dan uni servo.
b) Silinder roda dua piston.

Gambar 2.18. Silinder roda dua piston


Silinder roda dengan dua piston, biasa dipakai pada rem tromol
tipe duo duplek dan duo servo.
c) Silinder roda bertingkat.

Gambar 2.19. Silinder roda bertingkat


Silinder roda jenis ini umumnya dipakai pada rem tromol tipe
simplek. Luas penampang silinder dibuat tidak sama ukurannya,
hal ini dimaksudkan untuk memperoleh keausan kanvas yang
merata.
3) Brake Shoe (​ Sepatu Rem)
Sepatu rem berbentuk busur yang disesuaikan dengan lingkaran drum
dan dilengkapi dengan kanvas yang dikeling ataupun direkatkan pada
bagian permukaan dalam sepatu rem. Salah satu ujung sepatu rem
dihubungkan pada anchor pin atau pada baut silinder penyetel sepatu
rem. Ujung lainnya dipasangkan pada roda silinder yang berfungsi
untuk mendorong sepatu ke drum dan juga sepatu rem ini
berhubungan dengan mekanisme rem tangan.

Gambar 2.20. Sepatu rem


4) Boster
Kendaraan modern dilengkapi dengan boster untuk memperbesar
gaya pengereman ketika pengemudi menginjak pedal rem. Sebagian
besar jenis yang umum dari boster merupakan jenis kevakuman.
Sistem boster vakum menggunakan perbedaan antara kevakuman
manifold mesin (tekanan negatif di dalam intake manifold) dan
tekanan atmosfer 14,7 psi.

Gambar 2.21. Penampang boster


Berikut diuraikan cara kerja boster.
a). Saat bebas
Ketika pedal rem pada posisi bebas, port vakum internal terbuka yang
memungkinkan kevakuman mengalir dari ruang di depan piston (ruang
vakum) menuju ruang di belakang piston (ruang variabel). Dengan
demikian pada kedua sisi diafragma menjadi vakum.
Pegas diafragma menekan piston kearah dasar, sehingga pushrod
tidak menekan piston master silinder.

Gambar 2.22. ​Kondisi boster belum bekerja

b). Saat pedal diinjak


Pada saat pedal rem diinjak, pushrod bergerak maju dan akan
menutup vakum port dan membuka a
​ ir inlet valve​. Dengan
demikian ruang di bagian belakang diafragma terputus dengan
ruangan di depan diafragma dan pada saat yang sama
memungkinkan tekanan udara atmosfer untuk melewati katup
inlet udara masuk ke ruang bagian belakang diafragma. Hal ini
akan menggerakkan piston maju dan pushrod akan menekan
piston silinder master sehingga rem bekerja.

Gambar 2.23. Saat boster bekerja


5) Brake Pedal ​(Pedal Rem)
Gambar 2.24. Pedal rem
Pedal rem berfungsi memindahkan gaya kaki pengemudi ke silinder
master. Analisis cara kerja pedal rem adalah pada saat pedal mulai
ditekan sampai rem berfungsi untuk menghentikan kendaraan.
Pertama yang dilihat adalah langkah pedal, yaitu langkah antara
batang pendorong silinder master, kemudian saat piston silinder
master mulai bergerak dan tekanan fluida mulai naik. Selanjutnya
sepatu rem menyentuh bagian dalam tromol. Jika persentuhannya
sempurna, maka pedal rem tidak dapat ditekan kembali. Jarak dari
titik dudukan ke lantai disebut jarak cadangan (langkah). Jika jarak
cadangan pedal ​kurang dari spesifikasi, maka rem perlu disetel: yaitu
celah kanvas dan tromol serta diperiksa ketebalan kanvasnya.
6) Proportioning Valve
Dalam kondisi pengereman berat (tekanan hidrolis tinggi), rem
roda belakang (tromol) lebih rentan terhadap blokir dari pada rem
roda depan (cakram). Sebagian alasannya adalah bahwa kekuatan
pengereman yang cepat beban roda depan cenderung bertambah
yang pada gilirannya, mengurangi beban pada roda belakang. Hal ini
akan berakibat pada roda belakang mudah terjadi blokir. Oleh
karena itu katup proporsional digunakan dalam sirkuit hidrolik rem
roda belakang untuk mencegah terjadinya blokir pada roda belakang.

Gambar 2.25. Penampang katup proporsional


Selama pengereman yang normal, atau saat rem pertama
diterapkan, katup proporsi terbuka dan tidak memberikan efek
apapun pada rem roda belakang. Fluida memasuki katup melewati
lubang kecil dan keluar ke saluran rem roda belakang.
Gambar 2.26. katup proporsional kondisi kerja ​≤​ 50 bar
Tekanan hidraulis silinder master ≤
​ ​ 50 bar:
● Karena terdapat perbedaan luas penampang torak di belakang sil
pembuka maka torak bergerak ke kiri melawan pegas,
● Sehingga torak pengatur menutup lubang pemasukan,
● Aliran hidraulis ke silinder roda terputus,
● Terjadi perbedaan tekanan antara silinder master dan silinder oda

Gambar 2.27. katup proporsional kondisi kerja ​≥​ 80 bar


Jika tekanan silinder master mencapai 80 bar, maka tekanan hidraulis
silinder master lebih besar dari silinder roda belakang, sehingga torak
pengatur dapat bergerak kekanan dan membuka lubang pemasukan.
Aliran hidraulis mengalir ke silinder roda melalui lubang pemasukan.
Setelah tekanannya sama, maka torak pengatur dapat bergerak ke
kiri dan menutup lubang pemasukan lagi, maka terdapat penambahan
tekanan silinder roda belakang.

2. Manfaat SOP
a. Pengertian SOP
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah sistem yang disusun untuk
memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi
urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.
b. Manfaat SOP
1) Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan mekanik
cara konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu
mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.
2) Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu mekanik
baru untuk cepat melakukan tugasnya.
3) Menunjukkan kinerja organisasi efisien dan dikelola dengan baik.
4) Menyediakan pedoman bagi setiap mekanik di unit pelayanan dalam
memberikan pelayanan sehari-hari.
5) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian servis
3. Pengukuran Komponen Rem
a. Mengukur ketebalan kampas
Ketebalan kampas rem perlu diukur agar efisiensi pengereman
maksimum dapat tercapai. Kanvas (pad) yang terlalu tipis, akan
menyebabkan injakan pedal semakin dalam, jarak pengereman menjadi
panjang. Hal ini tentu berbahaya bagi keselamatan penumpang. Batas
ketebalan kampas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.28. Batas ketebalan kampas


b. Mengukur keolengan disc brake
Cakram harus dipelihara karena toleransi keolengan yang sangat kecil.
Jika keolengan terlalu besar atau memiliki variasi ketebalan yang
berlebihan (ketebalan yang berbeda di sekitar ​disc brake​) dapat
menyebabkan keausan kampas tidak merata dan pedal akan bergetar saat
pengereman. Pengukuran keolengan disc brake dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 2.29. Mengukur keolengan disc brake
4. Manfaat Pencatatan Data
Proses yang tidak boleh dilupakan dalam perakitan dan pemasangan
komponen rem adalah mencatat data. Data yang dimaksud adalah data-data
yang diperoleh setelah proses perakitan komponen rem selesai. Hakikat dari
proses ini adalah ​membandingkan data hasil perakitan dengan data yang
ada di buku manual.
Contoh data yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Gambar 2.30. Contoh pengukuran diameter luar tromol


Sebelum memasang tromol rem, periksa diameter luar “a” pada brake shoe.
Jika tidak sesuai spesifikasi di bawah ini, setel dengan memutar adjuster.
Diameter luar brake shoe “a” = Diameter dalam (tromol rem) – (0.5​~​1) mm
5. Aspek K3 pada Perakitan Sistem Rem
Hal-hal yang berhubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada
perakitan komponen rem di antaranya:
a. Jangan bekerja di bawah mobil yang diangkat tanpa penyagga yang
baik.
b. Hindarkan tumpahnya cairan rem. Jika ada tumpahan, bersihkan
langsung dengan air. Perhatikan : Cairan rem merusak cat.
B. Keterampilan yang diperlukan dalam Merakit dan Memasang Sistem
Rem/Komponen-komponennya
1. Teknik Melepas dan Memasang Komponen Rem
a. Teknik melepas komponen rem tromol
1) Beri tanda pada tromol dan bagian pemusat pada flens roda, agar
dapat dipasang kembali seperti posisi semula. Posisi pemasangan yang
berlainan dapat menimbulkan tromol oleng, akibatnya mobil bergetar
pada saat direm.
2) Lepas tuas rem tangan sehingga tromol dapat dilepas.
3) Jika berkarat, bersihkan bagian pemusat pada flens roda dengan
kertas gosok dan beri oli untuk memudahkan pelepasan tromol.
4) Kalau tromol tidak dapat dilepas dengan tangan, tarik tromol dengan
memakai sekrup pada lubang–lubang ulir yang tersedia untuk pelepasan.
5). Putar sekrup ( biasanya M8 ) bergantian setiap satu putaran kedalam
sampai tromol terlepas
6). Jika tidak ada lubang ulir untuk menarik tromol, pukul dengan palu baja
pada sisi tromol, sampai tromol dapat dilepas.

Gambar 2.31. Pelepasan Tromol

b. Teknik melepas komponen rem cakram


1) Lepas baut pengunci kaliper
2) Angkat kaliper dan keluarkan balok – balok rem.

Gambar 2.32. Pelepasan komponen rem cakram


c. Teknik memasang komponen rem tromol
1) Sebelum memasang tromol rem, periksa diameter luar “a” brake shoe.
Jika tidak sesuai spesifikasi, setel dengan memutar adjuster.
2) Pasang tromol rem setelah bagian dalam tromol rem dan brake shoe
benar-benar bersih dari kotoran dan oli.
3) Selesai seluruhnya, tekan pedal rem dengan beban 300 N (30 kg, 66 lbs)
sedikitnya 15 – 20 kali hingga bunyi ‘ klik’ adjuster actuator tidak
terdengar dari tromol rem, yang berarti celah drum-ke-brake shoe
sudah tepat.
4) Pasang roda dan kencangkan bautnya sesuai spesifikasi.
Momen pengencangan Mur roda: 85 N•m (8.5 kg-m, 61.5 lb-ft)
5) Periksa apakah tromol tidak bergesekan dan pengereman bekerja normal.
Turunkan kendaraan dan lakukan tes pengereman (rem tangan dan rem
kaki).
d. Teknik memasang komponen rem cakram
1) Pasang balok–balok rem pada
dudukannya dalam kerangka.
2) Perhatikan dudukan klip –
klipnya!

3) Pasang busing, batang


dan tabung pengantar pada
busing dalam kaliper.
4) Perhatikan vet dan karet
pelindung kotoran!

5) Pasang kaliper pada kerangka


dengan cara memasukkan busing
kaliper pada batang pengantar tetap.
6) Perhatikan vet dan karet
pelindung kotoran!
7) Turunkan kaliper, pasang dan
keraskan baut pengikatnya pada
chasis.

2. Prosedur Penyetelan Rem


a. Penyetelan tinggi pedal (2)
Tinggi pedal dari lantai : 154,7–164,7 mm (6,091–6,484 In). bila perlu setel
tinggi pedal dengan prosedur sebagai berikut.

1) Kendorkan swit lampu rem secukupnya


2) Setel tinggi pedal dengan memutar batang pendorong pedal
3) Kembalikan swit lampu rem sampai bodi swit menyinggung pembatas
pedal
4) Setelah penyetelan tinggi pedal, periksa dan setel gerak bebas pedal

Gambar 2.33. varian penyetelan pedal

b. Penyetelan gerak bebas pedal


1) Bila ada kerusakan/kesalahan setel gerak bebas pedal dengan memutar
batang pendorong pedal
2) Start mesin dan pastikan adanya gerak pedal
3) Setelah penyetelan gerak bebas pedal periksa tinggi pedal

c. Penyetelan celah kampas


Penyetelan rem biasanya dapat dilakukan melalui lubang pada piringan rem.
Lubang – lubang tersebut biasanya tertutup dengan karet.

Gambar 2.34 penyetelan celah kampas


Penyetelan dapat dilakukan dengan obeng, tapi sering lebih sederhana
dengan alat khusus atau obeng yang dibengkokkan sesuai dengan
keperluan.

Gambar 2.35 alat setel


Sebelum penyetelan, rem tangan harus dilepas dan pedal sudah disetel
terlebih dulu. Penyetelan sepatu rem dilakukan seperti berikut:
• Rapatkan sepatu rem sampai
rem mencekam….
• Kemudian, kendorkan rem
sampai roda dapat berputar
bebas. Untuk itu, mur penyetel
harus diputar kembali 3 – 6 gigi.

● Sesudah penyetelan pada semua roda, gerak bebas pada


pedal rem harus sedikit. Kalau masih ada gerak bebas
yang besar, kontrol penyetelan kembali.

Catatan :
Kadang – kadang, sesudah penyetelan yang benar masih ada suara gesekan
yang rendah. Hal itu tidak mempengaruhi fungsi rem, sejauh tidak ada
hambatan gesek yang dapat dirasakan selama roda diputar dengan tangan.
Suara tersebut terjadi, kalau sisi sepatu rem menggesek sedikit pada sisi
tromol yang berkarat.

3. Prosedur Pemanfaatan SOP


Prosedur SOP dilaksanakan sebagai berikut.
Saat melaksanakan pelepasan sampai dengan perakitan kembali komponen
rem, mekanik melakukannya dengan cara mencocokkan jenis pekerjaan
yang sedang dilakukan dengan panduan yang ada di buku manual. Proses
ini dilakukan dengan mencari prosedur bongkar pasang komponen rem pada
daftar isi buku manual, karena pada umumnya buku manual sangat tebal.
Jika panduan pekerjaan di buku manual sudah ditemukan, maka mekanik
wajib mengurutkan proses pekerjaannya sesuai buku manual.
4. Prosedur Mencatat Data
Prosedur melengkapi data berkaitan dengan pekerjaan melepas dan
memasang komponen rem adalah membuat tabel hasil pekerjaan yang
dibandingkan dengan buku manual.
No Rem Cakram Rem Tromol
. Hasil Data Buku Hasil Data Buku
Pengukuran Manual Pengukuran Manual

1 Ketebalan Diameter
cakram dalam
tromol
2 Run-out Kondisi

cakram bidang
gesek
tromol
3 Ketebalan Keovalan
kanvas tromol
4 Hambatan Ketebalan
gelinding kanvas
(tanpa
rem)
5 Hambatan
gelinding
(dengan
rem)

5. Penerapan K3 pada Perakitan Sistem Rem


a. Mendongkrak
• Sebelum menaikkan kendaraan dengan lift, perhatikan keseimbangan
kendaraan. Keseimbangan ini sangat dipengaruhi oleh komponen apa
yang akan diangkat/dilepas.
• Sebelum kendaraan dinaikkan, periksa apakah ujung lengan lift tidak
menyentuh pipa rem, pipa bahan bakar, braket atau komponen lain.
• Ketika mendongkrak bagian depan atau belakang kendaraan, letakkan
dongkrak (1) di bagian tengah frame suspensi depan (2) atau axle
housing belakang (3) seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2.38. prosedur mendongkrak


• Kunci lift dengan baik setelah kendaraan terangkat.

b. Melepas dan memasang komponen rem


● Gunakan masker
● Jangan menggunakan pistol udara untuk menghilangkan kotoran atau
debu yang melekat pada pad/tromol
● Gunakan alat yang tepat sesuai dengan sifat pekerjaan.

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Merakit dan Memasang Sistem


Rem/Komponen-komponennya
Harus bersikap secara:
1. Cermat dan teliti dalam menganalisis data;
2. Taat asas dalam mengaplikasikan langkah-langkah, panduan, dan pedoman
yang dilakukan dalam menyusun tahapan penyajian;
3. Berpikir analitis serta evaluatif waktu melakukan analisis.
BAB III
MENGUJI SISTEM REM/ KOMPONEN -KOMPONENNYA

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menguji Sistem


Rem/Komponen-komponennya
1. Pengujian Sistem Rem
Alasan untuk pengujian sistem rem adalah untuk:
● memenuhi peraturan penggunaan jalan raya dan untuk memberikan syarat
keamanan.
● mendiagnosis masalah bagi pengendara kendaraan.
● memastikan bahwa perbaikan telah dilakukan secara efektif.
a) Petunjuk Umum
Ada beberapa kondisi yang akan mempengaruhi gerakan rem, kondisi ini
harus dicek sebelum tes secara intensif atau kontinyu dilakukan.
1) Ban
a) Ban harus dipompa pada tekanan yang tepat
b) Jenis dan kondisi ban harus sama
2) Beban Kendaraan
a) Beban harus tidak boleh melebihi batas sfesifikasi pabrik pembuatnya
b) Beban harus didistribusikan sehingga poros dengan pengaruh
pengereman harus membawa beban lebih
3) Bantalan Roda Depan
Gerakan pedal rem yang berlebihan mungkin mengakibatkan kelonggaran
bantalan roda
4) Pengaruh Roda Depan
Ketidakrataan atau ketidaktepatan sudut Camber dan penyetelan infikasi
kemudi akan memberikan pengaruh sama seperti tarikan rem.
b) Tes Kondisi Jalan
Untuk tes sistem pengereman, prosesnya adalah sebagai berikut:
1) Lakukan pemeriksaan rem, catat hasil pembacaan dalam keadaan yang tepat,
jika menggunakan deselorometer untuk mengukur efek pengereman, maka
yang harus dilakukan adalah dengan permukaan jalan harus kering dan
kondisinya rata.
2) Posisi pada netral harus dipilih sebelum rem digunakan.
3) Kendaraan direm pada jalan yang lurus
4) Pembacaan deselorometer harus memberikan dengan keadaan relevan

2. Manfaat SOP
a. Pengertian SOP
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah sistem yang disusun untuk
memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan
proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.
b. Manfaat SOP
1) Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan mekanik cara
konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha
yang telah dilakukan.
2) Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu mekanik baru
untuk cepat melakukan tugasnya.
3) Menunjukkan kinerja organisasi efisien dan dikelola dengan baik.
4) Menyediakan pedoman bagi setiap mekanik di unit pelayanan dalam
memberikan pelayanan sehari-hari.
5) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian servis

3. Pemilihan Peralatan
Pada pengujian sistem rem, diperlukan beberapa peralatan khusus, selain alat alat
yang umum dipakai. Pemilihan peralatan dilakukan untuk menjamin pekerjaan
dilaksanakan dengan baik, agar semua komponen terpasang sebagaimana
mestinya.
Peralatan yang umum dipakai pada pengujian rem di antaranya alat tangan seperti
kunci-kunci, obeng, tang, pahat, penitik, dan klem.
Peralatan khusus pada pengujian rem adalah d
​ ecelometer​. Alat ini berfungsi untuk
mengukur perlambatan yang dihasilkan dari efek pengereman.
Gambar 2.39 Decelometer
4. Manfaat Pencatatan Data
Proses yang tidak boleh dilupakan dalam pengujian rem adalah mencatat data.
Data yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh setelah proses pengujian
rem selesai. Hakikat dari proses ini adalah ​membandingkan​ data hasil pengujian
dengan nilai acuan.
Contoh, dari hasil pengujian rem pada berbagai variasi kecepatan diperoleh grafik
berikut.

Gambar 2.40 Grafik perlambatan


Berdasarkan grafik tersebut, diperoleh data pada kecepatan 40 km/jam,
kendaraan membutuhkan perlambatan maksimum 6 m/dt​2​ pada jarak
pengereman 10 meter. Nilai perlambatan yang diperoleh sama dengan 60% G.
Nilai perlambatan maksimum yang diijinkan adalah 60% terhadap G (gravitasi).

5. Aspek K3 pada Pengujian Sistem Rem


Pengujian rem dilakukan dengan melaksanakan tes jalan. Persyaratan yang harus
dipenuhi saat tes jalan antara lain:
a. Lokasi uji adalah aspal kering.
b. Kendaraan direm saat berjalan lurus.
c. Sistem kemudi dan sistem suspensi kendaraan masih berfungsi dengan baik.
d. Koefisien gesek ban masih bagus.
e. Kampas rem (brake pad) masih memenuhi syarat, baik ketebalannya maupun
koefisien geseknya.
f. Pengemudi dalam keadaan sehat,tidak dalam pengaruh alkohol.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menguji Sistem Rem/


Komponen-komponennya
1. Prosedur Pengujian Rem
Untuk mengetes rem setelah diperbaiki/perbaikan caranya sebagai berikut:
a. Pada waktu menggunakan penekanan rem dengan ringan dan dengarkan bunyi
yang tidak normal.
b. Gunakan beberapa tes penghentian/stop, rem harus dapat menghentikan
kendaraan pada jalan yang lurus dan bidang permukaan gesek panas atau
dingin.
c. Jangan mengulangi penyetelan rem jika permukaan bidang gesek masih panas,
rem akan tertarik atau terkunci.
d. Jangan menyetel rem jika permukaan gesek masih panas karena akan
membakar tangan anda.
e. Terakhir, periksa kebocoran komponen bodi bawah atau cek cairan rem dalam
silinder master.

2. Prosedur Pemanfaatan Informasi Teknik


Informasi teknik biasanya diperoleh dari buku manual. Prosedur penggunaan
buku manual adalah sebagai berikut.
a. Untuk mencari bab yang diperlukan dapat melihat pada daftar isi. Sedangkan
untuk melihat isi dari setiap bab dapat melihat daftar isi yang terdapat pada
halaman pertama setiap babnya.
b. Setiap bab mempunyai nomor halaman sendiri yang tercetak di bagian atas
halaman dan selalu disertai dengan nama bab.
c. Pemakaian Special Tool dan Momen Pengencangan ditunjukkan seperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 2.42. Contoh penggunaan SST dan momen pengencangan


d. Untuk mengetahui singkatan-singkatan yang digunakan bisa dilihat pada
“​Singkatan-singkatan yang digunakan pada Manual ini​”.
e. Buku manual umumnya menggunakan Standar Internasional, metric dan
foot-pound system​.
f) Di akhir setiap bab, terdapat penjelasan mengenai “Special Tools”, “Material
yang digunakan” dan “Spesifikasi Momen Pengencangan” yang harus dipakai
dalam setiap prosedur kerja.

3. Prosedur Pemilihan Alat


Pada pengujian sistem rem setelah dirakit, maka uji dilakukan dengan cara tes
jalan untuk mengetahui besarnya perlambatan yang terjadi. Dari berbagai alat
yang digunakan pada unit kompetensi ini, maka alat yang paling cocok untuk
mengukur perlambatan adalah decelerometer (lihat gambar 2.39).
Proses penggunaan alat ini adalah sebagai berikut.
a. Persiapan: Posisikan kendaraan di lokasi uji rem dan tempatkan
decelerometer di lantai kendaraan atau kaca depan sopir
b. Instalasi dan Pengaturan:
1) Meter disetel ke nol dengan mengendorkan mur, miringkan mangkuk
sampai jarum panjang mengarah ke angka nol lalu kencangkan mur.
(display alat harus menghadap pengemudi)
2) Posisikan jarum perekam ke sisi kiri jarum utama dengan memutar tombol
krom di bagian tengah.
3) Alat siap digunakan.
c. Pengujian:
1) Jalankan kendaraan dengan kecepatan tetap (tidak kurang dari 32 Km per
jam) dan injak pedal rem dengan lembut dan perlahan untuk
menghentikan kendaraan.
2) Rem tidak boleh diinjak tiba-tiba agar tidak terjadi pembacaan yang salah.
3) Pengemudi tidak perlu memperhatikan alat, fokus pada jalan. Hasil
pengukuran akan terekam melalui jarum pendek.
4) Dokumentasikan semua aktivitas pengujian.
4. Prosedur Melengkapi Data
Proses berikutnya dari pengujian rem adalah melengkapi data. Data diperoleh dari
hasil pengujian rem pada beberapa jarak pengereman. Jarak pengereman yang
dipilih pada pengujian rem ini adalah 10 meter dan 15 meter. Pemilihan jarak
dilakukan berdasarkan faktor keamanan dan kenyamanan. Jarak pengereman
yang terlalu pendek akan memberikan perlambatan yang terlalu besar.
Sebaliknya, jarak pengereman yang terlalu panjang membahayakan pengemudi.

Hasil pengujian rem yang diperoleh, kemudian dimasukkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Data Hasil Jarak Pengereman

Jarak Pengereman No. V​o (km/h)


​ a T
(meter) (m/dt​2​) (det)
1 40

10 2 50
3 60
1 40

15 2 50
3 60

5. Penerapan K3 pada Pengujian Sistem Rem


Prosedur keselamatan kereja yang harus dipatuhi oleh pengemudi adalah sebagai
berikut.
a. Pasang sabuk pengaman
b. Pengujian rem dilakukan pada saat cuaca cerah, hindari uji rem saat hujan.
c. Koefisien gesek ban terhadap jalan masih baik. Dalam arti, ban tidak gundul
atau aus berlebihan.
d. Lokasi pengujian rem aman, bukan merupakan jalur lalu lintas yang ramai.
e. Gunakan kendaraan jenis station, b
​ ukan​ jenis pick up.
f. Pastikan bahwa rem berfungsi dengan baik sebelumpengujian dilaksanakan.
g. Siapkan kotak P3K untuk menghadapi situasi darurat.
h. Minta bantuan seseorang untuk memberi aba aba, terutama saat mengerem.
i. Jangan menginjak rem secara tiba-tiba.

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Menguji Sistem


Rem/Komponen-komponennya
Harus bersikap secara:
1. Hati-hati dalam pelaksanaan uji rem
2. Taat asas dalam arti mentaati rambu rambu lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Referensi
1. Daryanto Drs. 2002 Teknik Merawat Auto Mobil lengkap, Bandung, CV YRAMA
WIDYA.
2. Teves, Alfred, 1995, Bremsen Handbuch, Bartsch Verlag Ottobrunn, Muenchen
3. Toyota. 1995, new step 2 Chasis group. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor

B. Referensi Lainnya

1. Bohner, Max, Fachkunde Kraftfahrzeugtechnik, 27 Auflage 2001,


Verlag Europa Lehrmittel, Nourney, Vollmer GmbH & Co.,
42781 Hanan-Gruiten
Daftar Alat Dan Bahan

Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Alat angkat (dongkrak)
2. Penyangga (stand)
3. Alat-alat tangan (hand tools)
4. Kunci roda
5. Bak plastic
6. Kuas
7. Pistol dan selang udara
8. Kunci momen
9. Kaca mata kerja
10. Kaos tangan
11. Sepatu kerja
12. Vender cover
13. Mobil (​car trainer​)
14. SST (penyetel rem)
15. Klem F
16. Tang pegas
17. Klem selang rem

Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Kertas gosok
2. Kain lap
3. Vet
4. Minyak rem
5. Sabun cuci
6.
7.
8.
9.
DAFTAR PENYUSUN

No. Nama Profesi

1. Widyaiswara PPPPTK BOE Malang


1. Ch. Wawan Darmawan 2. Asesor LSP-P2 PPPPTK BOE Malang
3. Anggota IWI

Anda mungkin juga menyukai