Anda di halaman 1dari 206

Asriany llyas

NUIN

-
\SSAR
A.KAAN ,·
I PER PU ST
UIN ALA UOOIN MA KA SSAR

Asriany Ilyas

KIMIA
ORGANIK
BAHAN ALAM
P ~RPlJSTAKAAN
UIN A • .AU O D IN

1....,......

CIP
Alauddin University Press
ii Kimin O r gn ,rik B11lt1111 A./11111

- ------

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang:


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian at au
seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
dari penerbit

All Rights Reserved

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM 1


u
Penulis:
Asriany llyas

Edit or:
Maswati Baharuddin

Cetakan: I 2013
x - 192 halaman, 14 cm x 21 cm

ISBN : 978-60l 37-582-1


' ,&
Alauddin University Press
Kampus I : Jalan Sultan Alauddin No. 63 Makassar
Kampus II : Jalan Sultan Alauddin No. 36 Samata - Gowa
Kimia Organik Bnlin11 Alam I iii

SAMBUTAN REKTOR
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Pernbalum tidak selamanya membawa perbaikan. Akau tetapi,


setiap perbaiknn pasti memerlukan pernbalian.
Demikian ungkapan bijak Sang Motivator
Mario Teguh dalam Mnrio Teguh's Qoutes.

Perubahan dan perbaikan merupakan dua frase


yang menjadi core values bagi siapa saja yang ingin
mendapatkan hasil terbaik. Itulah sebabnya Nabi
Muhammad saw. menyatakan "Siapa yang hari ini sama
dengan hari kemarin, maka ia rugi/ tertipu".
Perubahan merupakan sebuah keniscayaan
dalam siklus kehidupan. Manusia yang tidak mau
berubah mengikuti perkembangan arus zaman, akan
digilas oleh roda perubahan yang terus menggelinding
mengitari perputaran waktu.
Semangat perubahan yang digagas oleh Rektor .,
dilandasi oleh visi dan misi mulia untuk menjadikan
UIN Alauddin sebagai kampus peradaban melalui
transformasi ipteks dan pengembangan capacihJ building.
UIN Alauddin ingin membuktikan dirinya sebagai
sebuah lembaga pendidikan tinggi yang tidak saja
iv I K i 11zi n O r g n u i k B a It a n A l a m

menggali doktrin-doktrin agama yang normatif tetapi


berusaha menarik wilayah dogmatis itu ke dalam ranah
praktis aktual, membumi dan dapat dirasakan
manfaatnya untuk kepentingan masyarakat.
Rektor sangat menyadari bahwa di era
postmodernisme ini, masyarakat mulai kritis
mempertanyakan jaminan bagi output lembaga
pendidikan tinggi. Perkembangan zaman yang semakin
maju memicu dan memacu lahirnya semangat
kompetetif di tengah masyarakat, tidak terkecuali dunia
perguruan tinggi. Lembaga pendidikan yang tidak
sanggup menghadapi perubahan dan persaingan,
perlahan namun pasti akan ditinggalkan masyarakat. ·
Saya hanya khawatir jika lembaga pendidikan Islam
tidak berubah dan tidak mampu membaca arah
perubahan, maka ia hanya akan menjadi lembaga
pendidikan kelas dua di tengah masyarakat yang
mayoritas muslim atau menjadi lembaga altematif
terakhir bagi mereka yang menemui jalan buntu masuk
ke perguruan tinggi pilihan utama.
Atas dasar itu, Rektor berupaya melakukan
sejumlah terobosan dan strategi untuk memperkokoh
jatidiri almamater melalui sejumlah gerakan perubahan,
baik perubahan mental (dari analog ke mental digital)
maupun perubahan fisik.
Hadimya buku dari program GSB pada tahun
ketiga kali ini merupakan realisasi dari visi-misi Rektor,
sekaligus respon atas fenomena perkembangan
masyarakat saat ini. Oleh karena itu, saya sangat
berharap bahwa kesadaran akan pentingnya perubahan
dan perbaikan ini tidak saja dipandang sebagai sebuah
rloktrin inStitusional, tetapi sebao-ai sPhuah facfano 1
!:l-n-. ....
Kimia Organik Bn1In11 A/nm I v

saleh sebagai implikasi dari pengamalan firman Allah


dan sunnah Rasulullah saw.
Akhirnya, saya mengucapkan selamat atas
terbitnya buku GSB kali ini, semoga program ini menjadi
pioner dan Institutional branding bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi maupun penguatan
inner capacihJ bagi civitas akademika UIN Alauddin.

Samata, November 2013


Rektor

Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, MS.


vi I Kimi a O r g a 11 i k B ah a n A In m
K i 111 i a O r g an i k B n llf1 11 A I a 111 I vii

KATA PENGANTAR
viii I Ki uzi n Or g n 11 i k Ba furn Al am
Ki 111 i a O r g a n i k B n /1 n 11 A I a 111 I ix

DAFTARISI
x I Kimia Orgauik Baha,z Alam
Ki m i a O r g a n i k B n Im 11 A In 111 I 1

BABI
PENDAHULUAN
Kimia organik bahan alam adalah suatu. cabang
ilm.u kinua yang membahas tentang senyawa-senyawa
kimia yang terkandung dalam bahan alam atau
organisme hidup, bail< dari tumbuhan, hewan, maupun
sel. Cabang ilm.u ini berkaitan dengan isolasi,
identifikasi, penjelasan struktur, dan studi karakteristil<
kinua dari senyawa yang diproduksi oleh organisme
hidup. Kajian kimia organik bahan alam mencakup dua
bagian yakni kimia bahan alam yang mengkaji tentang
organisme yang terdapat di daratan dan kimia bahan
alam yang mengkaji tentang organisme laut (marine
nahtral product).
Bahan alam adalah produk murni dari alam. ·
Bahan alam meliputi :
(1) seluruh organisme (misalnya, tumbuhan, hewan,
atau mil<roorganisme) yang belum mengalami proses
pengolahan.
(2) bagian dari suatu organisme ( misalnya, daun atau
bunga tumbuhan, organ hewan yang terisolasi)
(3) ekstrak dari suatu organisme atau bagian dari
organisme.
(4) senyawa murni (misalnya, alkaloid, kumarin,
flavonoid, glikosida, lignan, steroid, gula, terpenoid,
dll.) yang diisolasi dari tumbuhan, hewan, dan
mil<roorganisme.
2 I Kimi·n Orgn11ik Bahan Alam

Pada dasarnya defenisi bahan alam itu sendiri adalah


senyawa-senyawa kimia hasil metabolisme suatu
organisme hidup (tumbuhan, hewan, sel), yang terdiri
atas metabolit primer dan metabolit sekunder.
Sebenarnya senyawa kimia yang sering kita jumpai
seperti karbohidrat, lipid, vitamin dan asam nukleat
termasuk dalam bahan alam, namun ahli kimia memberi
arti yang lebih sempit tentang istilah bahan alam yakni
senyawa kimia yang berkaitan dengan metabolit
sekunder.
Konsep metabolisme sekunder meliputi
metabolisme bahan alam yang terbentuk akibat
keterbatasan nutrisi, mekanisme pertahanan molekul
regulator, dll. Bahan alam dapat bersumber dari darat
dan laut, diantaranya tumbuhan (misalnya, taxol dari
Taxus brevifolia), hewan (misalnya, vitamin A dan D dari
minyak ikan kod), atau mikroorganisme (misalnya,
doxorubicin dari Streptomyces peucetius). ·
Isolasi merupakan teknik pemisahan senyawa-
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
suatu bahan alam. Isolasi senyawa pada bahan alam
terdiri dari beberapa tahap mulai dari ekstraksi -----.-:; I

fr~in3§_i, kemudiat1 p~l!lurnian_ ~~J-9:'=~tifika~i-


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan yang
didasarkan pada perpindahan massa komponen kimia
yang terdapat dalam sampel bahan alam ke dalam
pelarut. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi
zat terlarut ke dalam pelarutnya. Hasil ekstraksi ini
disebut ekstrak. Beberapa metode ekstraksi senyawa
organik bahan alam yang umum digunakan, antara Iain
maserasi, perkolasi, sokletasi dan lain-lain.
Maserasi merupakan proses perendaman sampel
menggunakan pelarut organik pada temperatur kamar.
Kimia Organik Bnhn11 Alam I 3

Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik


pada sampel sehingga senyawa organik akan terbawa
bersama-sama dengan pelarut (khusus untul< senyawa
organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang
digunakan). Sokletasi merupakan metode ekstraksi
menggunakan soklet dengan pemanasan (khusus untuk
senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas).
Fraksinasi adalah proses pemisahan komponen
dalam ekstrak meiljadi fraksi-fraksi. Proses fraksinasi
dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom,
HPLC, dan GC. Penentuan jumlah komponen senyawa
dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai,
dimana terjadinya pemisahan komponen-komponen
pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai
panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut.
Hasil analisis KLT inilah yang diterapkan pada proses
fraksinasi dengan menggunakan kromatografi kolom.
Silika gel dapat digunakan sebagai fasa diam dan
eluen yang digunakan berdasarkan hasil yang diperoleh
dari analisis KLT (akan lebih baik jika kepolaran eluen
pada kromatografi kolom dimulai dengan sedikit
dibawah kepolaran eluen pada KLT, kemudian dapat
dilakukan peningkatan kepolaran). Beberapa jenis
kromatografi kolom yang biasa digunakan adalah
kromatografi kolom gravitasi, kromatografi kolom
vakum (KKCV), dan kromatografi kolom flash.
Pemurnian dan identifikasi merupakan tahap
akhir dalam isolasi. Teknik yang paling sederhana dan
efektif untuk pemurnian senyawa metabolit ~ekunder
adalah kristalisasi atau rekristalisasi (pengkristalan
kembali). Untuk mengkristalkan senyawa bahan alam,
4 I Kimi n Or g n 11 i k Ba /111 n Al a 1ll

biasanya dilakukan penjenuhan larutan terlebih dahulu


kemudian penguapan pelarut secara perlahan-lahan
hingga terbentuk kristal.
Cara kristalisasi dapat pula dilakukan dengan
mendinginkan larutan jenuh pada temperatur rendah.
Banyak hal yang menentukail keberhasilan kristalisasi,.
diantaranya adalah kesesuaian pelarut. Kemurnian
Kristal ditandai dengan terbentuknya noda tunggal
dalam beberapa sistem KLT dan pengujian titik leleh
yang menunjukkan kenaikan suhu maksimal 1oC.
Identifikasi senyawa melalui uji warna dan analisis
spektroskopi UV, IR, NMR, dan MS.

1.1 Defenisi Metabolit Sekunder


Metabolit sekunder adalah molekul organik yang
tidak terlibat secara langsung dalam pertumbuhan dan
perkembangan normal dari suatu organisme. Sementara
metabolit primer memiliki peranan penting dalam
pertahanan hidup dari spesies, memainkan fungsi aktif
dalam fotosintesis dan respirasi. Ketiadaan kandungan
metabolit sekunder tidak mengakibatkan kematian
langsung, melainkan dalam penurunan jangka panjang
bertahan hidup organisme, sehingga dianggap ikut
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuhnya.
Banyak referensi lain yang menjelaskan definisi
yang tepat dari metabolit sekunder. Bennett dan Bentley
juga memberi definisi sebagai berikut: 11 Metabolit
sekunder adalah produk metabolik yang ditemukan
sebagai diferensiasi produk dalam kelompok taksonomi
terbatas, tidak berperan penting dalam pertumbuhan
dan kehidupan organisme, dan disintesis dari satu atau
lebih metabolit primer dengan berbagai jalur
II
metabo Iisme ·
Kimia Organik Bn/Jn11 Alam I 5

Metabolit sekunder ditandai oleh keragaman


kimia yang sangat besar, di mana setiap organisme
memiliki karakteristik tersendiri dalam setiap
kandungan metabolit sekundemya. Selama bertahun-
tahun, metabolit sekunder telah dianggap sebagai
produk limbah selama pengetahuan tentang peran
metabolit sekunder terbatas, tetapi sekarang secara
umum diterima bahwa metabolisme sekunder terlibat
dalam hubungan organisme dengan lingkungannya,
misalnya dalam perlawanan terhadap hama dan
penyakit, sebagai pengontrol penyerbuk, atau sebaga_i
senyawa sinyal.
Senyawa metabolit sekundE;?r ini merupakan
kelompok bahan alam yang sangat beragam, yang
disintesis oleh tumbuhan, jamur, bakteri, alga, dan
hewan. Beberapa fungsi utama dari metabolit sekunder :
1. Perlindungan terhadap serangan mikroba
(fitoaleksin); metabolit sekunder sebagai senyawa
pertahanan yang dapat diinduksi dengan struktur
bermacam-macam dan disintesis di sekitar sel yang
terinfeksi mikroba.
2. Perlindungan terhadap serangan atau gangguan
herbivora; umumnya bersifat kons~tutif, dan
merupakan pestisida alami pada tumbuhan yang
dapat mencapai 10% berat kering.
3. Perlindungan terhadap gangguan lingkungan;
Proteksi terhadap UV (antosianin) dan osmoproteksi
(prolin, glisin, betain).
4. Agen alelopati; menghambat pertumbuhan tanaman
di sekitarnya ( fungsi kompetisi).
5. Menarik· serangga pollinator dan hewan herbivora
untuk membantu pembuahan dan penyebaran biji.
6 Kimi n Or g n 11 i k Ba /1 an Al am

Metabolit seknnder memerlukan prekursor yang


berasal dari metabolisme primer, enzim, kofaktor,
energi, nitrogen. Gen yang terlibat dalam metabolisme
produk seknnder ini menghasilkan model genetik khas
yang memungkinkan terjadinya mutasi dan seleksi alam
untuk memperbaiki sifat-sifat baru yang menguntung-
kan melalui evolusi.
Allah Swt. telah menciptakan keanekaragaman
organisme di alam yang luar biasa selama evolusi yang
telah berlangsnng beberapa milyar tahun. Sekarang ini
terdapat sedikitnya 250.000 spesies tumbuhan tingkat
tinggi, 1,5 juta spesies jamur, dan 30 juta spesies
serangga. Semua organisme terdapat di alam secara
bersama dalam berbagai ekosistem, dan saling
berinteraksi dengan berbagai cara, dalam hal ini ilmu
kimia memegang peranan yang sangat penting, misalnya
pada sistem pertahanan diri, interaksi simbiose, dan
polinasi.
Semua organisme ini mempunyai mekanisme
biokimia sel hidup yang sama, dan disamping itu
menghasilkan pula beranekaragam senyawa kimia
metabolit seknnder yang bergnna dalam interaksi
diantara sesama organisme tersebut. Berdasarkan
banyaknya jumlah organisme yang ada, dan tidak
terbatasnya interaksi yang mnngkin tetjadi diantara
sesama makhluk tersebut, tidaklah mengherankan
apabila metabolit sekunder yang diproduksi oleh
berbagai organisme ini sangat beranekaragam dan
banyak jumlahnya. Saat ini sudah tercatat lebih dari
100.000 metabolit sekunder yang berasal dari sejumlah
spesies organisme yang telah dipelajari.
Sebagian besar metabolit sekunder diklasifikasi-
kan berdasarkan asal usul biosintesisnya. Kelas yang
Kimia Organik Bnlzn11 Alam I 7

berbeda dari senyawa-senyawa ini sering dikaitkan


dengan serangkaian spesies khusus dalam kelompok
filogenetik dan merupakan senyawa bioaktif dalam
beberapa obat, wewangian, pewama, dan tumbuhan
rempah-rempah atau makanan penunjang.
Klasifikasi sederhana dari metabolit sekunder
meliputi. empat kelompok utama, yaitu terpenoid
(seperti senyawa-senyawa volatil (mudah menguap ),
glikosida jantung, karotenoid), steroid (seperti. kolesterol,
hormon adrenal), fenolat (seperti. asam fenolik, kumarin,
lignan, stilben, flavonoid, tanin dan lignin) dan alkaloid
yang mengandung unsur nitrogen. Sejumlah teknik
pemisahan tradisional dengan berbagai sistem pelarut
dan pereaksi, telah digambarkan memiliki kemampuan
untuk memisahkan dan mengidentifikasi metabolit
sekunder.
Metabolit sekunder juga dapat diklasifikasikan
dalam berbagai metode, antara lain berdasarkan
karakteristik kimia, sumber bahan alam atau asal
biosintesisnya. Meskipun dalam hal penamaan golongan
senyawa pada dasamya tetap merujuk dari klasifikasi
sederhana.
Dari sudut pandang karakteristik kimia, senyawa
ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan
karakteristik yang khas; seperti senyawa alkaloid,
ditandai dengan keberadaan basa nitrogen, atau
senyawa fenolik, yang ditandai dengan sistem cincin
aromatik yang memiliki gugus hidroksil fenolik.
Contoh klasifikasi berdasarkan sumber bahan
alamnya adalah alkaloid opium, Strychnos alkaloid, dan
kardenolida. Kadang pula pengelompokan senyawa
dikaitkan dengan aplikasi farmasi. Bentuk klasifikasi
lainnya didasarkan pada keberadaan jenis kerangka
8 I Ki 11zi n O rg n 11 i k Ba /,an Al am

dasar tertentu, misalnya antrasena, kumarin, kuinon,


indol, isoquinolin, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan asal biosintesis tergambar
pada bentuk-bentuk utama senyawa terpenoid,
fenilpropanoid dan poliketida. Kelompok terpenoid
berasal dari jalur biosintesis isoprenoid (CS) sedangkan
dua kelompok lainnya, yakni fenilpropanoid dan
poliketida berasal dari kerangka dasar
fenilalanin/tirosin (C9) dan asetat (C2).
Al Qur' an adalah pedoman utama bagi kita
sebagai muslim dalam hal mengkaji ilmu. Keteraturan
alam semesta tertuang dengan jelas dalam ayat-ayat Al
Qur' an dan Sunnatullah.
Firman Allah Swt. dalam Q.S. Al-Sajdah: 27
menjelaskan perlunya kita mempelajari ilmu-ilmu secara
mendalam, khususnya yang berkaitan dengan alam.
"Dan Apakah nzereka tidak nzemperhatikan,
bahwasanya Kami menghalau (moan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami
tumbuhkan dengan air hujan iht tanaman yang
daripadanya makan lzewan tenzak mereka dmz
mereka sendiri. Maka Apakah mereka tidak
memperhatikan ?" (QS Al-Sajdah: 27).

Tidak sia-sia segala sesuatu yang telah diciptakan


oleh Allah Swt. di dunia ini, mulai dari yang kecil hingga
yang besar. Allah Swt. menciptakan makhluk yang
meliputi hewan dan tumbuhan untuk dimanfaatkan
manusia, bagi mereka yang berfikir. Allah Swt. juga
senantiasa memelihara segala ciptaan-Nya. Hal tersebut
dibuktikan Allah Swt. dengan menurunkan air hujan
yang merupak~ sumber kehidupan, agar manusia
bersyukur atas nikmat yang diberikan. Hal ini dijelaskan
Kimia Organik Bnlin11 Alam I 9

pula dengan Firman Allah Swt. dalam surah Ali Imran:


191,
"(yaitu) orang-orang yang nzengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan la11git da11 bumi (seraya berkata): "Ya
Tulum Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliluzralah Kami dari siksa neraka." (Ali Imran:
191).

Manusia akan sampai pada suatu kesimpulan


bahwa segala sesuatu di alam itu tidak akan terjadi
dengan begitu saja, jika mempelajari ilmu-ilmu itu secara
mendalam. Pasti ada kekuasaan gaib yang mengatur dan
menciptakannya. Ittilah kekuasaan Allah Swt.. dimana
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang
alam semesta ini tidak ada habis-habisnya.
Semua itu akan menambah yakinnya ilmuwan
yang jujur bahwa alam semesta ini berada di bawah
kekuasaaan Maha Pencipta Yang Maha Pintar dan Maha
Kuasa, ialah Allah Swt.. Yang Maha Tunggal ti.dak ada
sekutu-Nya.
Bab selanjutnya akan membahas kelas metabolit
sekunder utama (terpenoid, steroid, senyawa fenolik dan
alkaloid) dengan struktur kimia yang berbeda dan fungsi
yang spesifik, dipisahkan, difraksinasi, dimurnikan atau
dianalisis.

1.2 Peluang Penelitian Bahan Alam


Penelitian bahan alam menjadi salah satu
kelompok penelitian dengan jumlah peminat banyak
dalam sejarah penelitian kimia sains. Strategi untuk
10 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B a l1t1JZ A la m

penelitian di bidang bahan alam telah mengalami


perkembangan yang cul<Up signifikan selama beberapa
dekade terakhir. Strategi ini dapat dibagi menjadi dua
kategori, yakni strategi lama dan strategi modem yang
diuraikan sebagai berikut;
1. Strategi Lama:
a. Fokus pada senyawa kimia dari sumber alam,
tetapi tidak meninjau aktivitas.
b. Isolasi langsung dan identifikasi senyawa dari
sumber alam diikuti dengan pengujian aktivitas
biologis (terutama in vivo).
c. Investigasi kemotaksonomi.
d. Pemilihan organisme terutama berdasarkan
informasi etnofarmakologi, tradisi suku, atau
penggunaan secara tradisional.
2 . Strategi Modern:
a. Bioassay yang terorganisir (terutama in vitro;
isolasi dan identifikasi senyawa aktif dari sumber
alam.
b. Produksi referensi bahan alam.
c. Produksi senyawa aktif dalam sel atau kultur
jaringan, manipulasi genetik, kimia kombinatorial
alam, dan sebagainya.
d. Lebih terfokus pada bioaktivitas.
e. Pengenalan konsep dereplikasi, fingerprinting/
periptaan kimia, dan metabolomik.
f. Pemilihan organisme berdasarkan informasi
etnofarmakologi , tradisi suku, atau penggunaan
secara tradisional, dan juga pilihan peneliti-peneliti
secara acak.
K i 111 i a O r g a n i k B n II n 11 A I a 111 I 11

STEPl: Plant 1ri11ttrbl

Sucxcsii,1i.! So.,hlcl ~haction


\;/itt1 S,h•enlA,B and(:

Enmct8 EstraetC

AC'l'f\'h e1tr.1d (s)


P~'imimuy !rac:iooatbn by
Bioassay {fn vl:ro) F~h ChromHo,Ja.phy/VLC'CC/StpPa.k:
J
Diffenm dlri)lll4tOt,flli,hic
tedmquH tuid:d ·:,y
l
ACTl\'.B framon (s)

bolitm md pmilic:ait:m
d cottq,otidd (s)
In vil/0 bioos~y

St~ti~d\.~i'liinntioo
l'UV. JR, MS, NMR. X-llay etc)
l
ACT1'~ ,om.pound cs)

Bioussl!Y of 1.t.ti~" ~uund (s:,


tslniditf~~ talfflll.ratbna tc.
d:tennine the pnl~y

11' w,in assa.~· 811d ». OlntcaJ trials


·toxlcologlcsl studes '

AJpkatioo f u r ~ fa~1ta1'°cation

*
Pharmatetitietd 1'W•t1,m 1114 ffll1tketlng
12 I K i m i n O r g n 11 i k B a I, a n A l a m

Skema di atas menunjukkan prosedur dasar


untuk penemuan obat dari bahan alam yang
menggunakan pendekatan bioassay terorganisir.
Tahapan prosedur seperti ini diistilahkan sebagai teknik
fraksinasi-assay terpadu. Dua basil utama yang akan
diperoleb dari prosedur ini, yaitu senyawa mumi yang
ditentukan strukturnya berdasarkan analisis
spektrometri dan aktivitas biologis dari senyawa murni
tersebut. Pada akhirnya basil yang diperoleb dirujuk
pada produksi farmasetikal, sehingga bahan alam
dianggap sebagai referensi utama dalam dmg discovery.
Pada tinjauan sejarah bahan alam, penggunaan
bahan alam khususnya tumbuhan untuk penyembuban,
sejak · dahulu telah ada, yang diistilahkan obat
tradisional. Penggunaan terapi pengobatan jenis ini telah
dimulai sejak peradaban Sumeria , dan 400 tahun
sebelum Masehi telah tercatat bahwa Hippocrates telah
menggunakan sekitar 400 spesies tumbuhan yang
berbeda untuk tujuan pengobatan.
Bahan alam memainkan peran penting dalam
sistem pengobatan tradisional kuno, seperti pengobatan
Cina, Ayurveda, dan Mesir, yang sampai sekarang masih
umum digunakan. Menurut Organisasi Kesebatan Dunia
(WHO), sekitar 75 % orang secara global masih
menggunakan obat-obatan tradisional berbasis
tumbuban untuk perawatan kesehatan utama. Review
singkat dari sejarah kedokteran bahan alam secara
berurut sebagai berikut
• 3000 SM, Ayuroeda (ilmu kebidupan) obat tradisional
Cina; diperkenalkan sifat tumbuhan obat dan bahan
alami lainnya.
Ki111it1 Organik Bnl,n11 Alam I 13

• 1550 SM, Ebers Papyms; diuraikan sejumlah besar


simplisia dari sumber alami (misalnya, biji jarak dan
gum arabic).
• 460-377 SM, Hippocrates (Bapak Kedokteran);
digambarkan beberapa tumbuhan dan hewan yang
dapat dijadikan sumber obat-obatan.
• 370-287 SM, Tlieophrnstus; dijelaskan beberapa
tumbuhan dan hewan yang bisa menjadi sumber
obat-obatan.
• 23-79 Masehi, Pliny tlie Elder; digambarkan beberapa
tumbuhan dan hewan yang bisa menjadi sumber
obat-obatan.
• 60-80 Masehi, Dioscorides; menulis artikel De Materia
Medica, yang menginformasikan lebih dari 600 jenis
tumbuhan obat.
• 131-200 Masehi, Galen; praktek botani obat-obatan
(Galenicals) yang menjadi populer di wilayah Barat.
Abad ke-15, Kra'itterbuch (herbal); disajikan informasi
dan gambaran tumbuhan obat.

Bahan alam memberi potensi pada masa kini dan


masa depan. Alam telah menjadi sumber agen terapi
selama ribuan tahun, dan sejumlah besar obat-obatan
modern yang berasal dari sumber alam banyak
didasarkan pada penggunaannya dalam pengobatan
tradisional. Selama beberapa abad terakhir, sejumlah
obat komersil telah dikembangkan dari bahan alam
(vincristine dari Vinca rosea , morfin dari Papaver
somnifentm, Taxol dari Taxus brevifolia, dll) . Dalam
beberapa tahun terakhir, perkembangan yang signifikan
dari kajian bahan alam sebagai sumber potensial untuk
14 I Ki Ill i n O r g n 11 i k B a ha n A l a m

obat-obatan baru, telah diamati oleh para akademisi


serta perusahaan farmasi.
Beberapa obat modem (sekitar 40% dari obat
modern yang digunakan) telah dikembangkan dari
bahan alam. Lebih tepamya, pada tahun 1990-an sekitar
39% dari 520 obat baru adalah bahan alam atau
turunannya, dan 60-80% dari obat antibakteri dan
antikanker juga berasal dari sumber alam. Pada tahun
2000-an, sekitar 60% dari semua obat yang masuk dalam
uji klinis untuk anti kanker berasal dari sumber alam.
Demikian pula dengan delapan obat-obatan terlaris
dengan nilai komersial yang tinggi (simvastatin,
pravastatin, amoxicilin, asam klavulanat, azitromisin,
ceftriaxon, siklosporin, dan paclitaxel) bersumber dari
bahan alam atau turunannya.
Terlepas dari obat-obatan modern turunan bahan
alam, bahan alam itu sendiri juga digunakan secara
langsung dalam industri farmasi, yang berkembang
pesat di Eropa dan Amerika Utara, serta dalam program
pemakaian obat tradisional yang dimasukkan ke dalam
sistem perawatan kesehatan primer penduduk Meksiko,
China, Nigeria, dan beberapa negara berkembang
lainnya . Bahan alam berkontribusi dalam pencarian obat
baru melalui tiga cara yang berbeda:
• Pemanfaatan obat baru yang dapat digunakan
dalam keadaan tidak termodifikasi (misalnya
vinkristin dari Catlzaranthus roseus).
• Penentuan kerangka dasar struktur senyawa
y~g digunakan untuk mensintesis molekul yang
lebih kompleks (misalnya, diosgenin dari
Dioscorea fl.oribunda sebagi prekursor untuk
mensintesis kontrasepsi oral).
K i m i a O r g a n i k B n II n 11 A I a m I 15

• Kajian aktivitas farmakologis yang


memungkinkan sintesis lengkap analog baru.
(misalnya, analog sintetik penisilin dari
Penicillium notatum).

Saat ini banyak yang mempromosikan efek dari


metabolit sekunder pada sumber alam bagi kesehatan.
Antosianin, flavonoid, dan karotenoid yang terkenal
sekarang, tapi tidak menutup kemungkinan banyak
metabolit sekunder jenis lain yang akan ditemukan di
tahun-tahun mendatang. Tentunya bahan alam akan
senantiasa dianggap sebagai salah satu sumber utama
obat-obatan baru di tahun-tahun mendatang karena
menawarkan keragaman struktur yang memiliki banyak
potensi.
Pada beberapa kajian lain memberikan informasi
tambahan bahwa bahan alam tidak sepenuhnya
mengadung senyawa yang berfungsi baik bagi
kesehatan. Ada beberapa kandungan senyawanya yang
bersifat racun berupa efek toksisitas akut ataupun
toksisitas kronik, misalnya beracun untuk hati
(hepatotoksisitas). Pyrrozidin alkaloid terkenal bersifat
hepatotoksik dan ditemukan pada beberapa tumbuhan
pangan. Gliko-alkaloid Solammz dalam kentang
merupakan satu contoh senyawa beracun yang
memungkinkan kita konsumsi sehari-hari.
Beberapa senyawa bahan alam juga memberikan
efek pada system saraf pusat, m.isalnya efek halusinogen
dan dapat menyebabkan kecanduan. Morfin, kokain,
mescalin, psilocybin, dan tetrahidrocannabiol adalah
contoh senyawa dengan aktivitas tersebut.
K i 111 i a O r g a 11 i k B n II n 11 /\ / a 111 I 17

BAB II
TERPENOID

Terpen oid ad alah senyawa metabolit sekunder


terbesar dan paling beragam dari bah.an alam, mulai dari
struktur linier sampai pada molekul polisiklik, dan
dalam segi ukuran mulai dari hemiterpen d en gan lima
karbon hlngga karet alam, y ang terdiri d ari ribuan unit
isopren. Istilah terpenoid berasal dari fakta bahwa
seyawa p ertam a dari kelompok ini diisolasi d ari minyak
terpentin (destilat d ari resin pohon sejenis pinus).
Biasanya terpenoid diekstraksi m enggunakan pelarut 11-
heksana, eter atau kloroform, d an dapat dipisahkan
m elalui kromatografi m en ggunakan silika gel ·atau
alumina d en gan p elarut yang sesuai. Namun, terkadang
ad a kesulitan saat mendeteksi d alam skala mikro karen a
hampir semuanya tidak berwarna sehingga kadang kita
hams men gandalkan cara d eteksi y ang tidak khas p ada
plat KLT, y aitu d engan p en ggunaan asam sulfat p ekat,
yang dilanjutkan d en gan p emanasan.
Semua terpenoid disi.ntesis melalui konden sasi
unit isopren (CS) dan diklasifikasikan berdasarkan
jumlah unit lima karbon y ang berada d alam sh·uktur inti.
Banyak m olekul organik yang m emiliki rasa d an aroma,
seperti m ental, linalool, geraniol, dan caryophyllene
diben luk oleh kerangka dasar m on oterpen (ClO), d en gan
18 I Ki m in O r g n 11 i k B ah a n A l a m

dua unit isopren, dan kerangka dasar seskuiterpen (C15),


dengan tiga unit isopren.
Beberapa senyawa terpen juga memiliki fungsi
biologis sebagai antibiotik, bersifat hormonal,
antifeedant, dan berperan dalam proses transpor
elektron (pada proses respirasi dan fotosintesis).
Senyawa bioaktif lain, seperti senyawa diterpen (C20),
triterpen (C30) dan tetraterpen (C40) yang menunjukkan
istimewa juga akan dibahas dalam bab ini.

2.1 Sumber Senyawa Terpenoid


Sejak dahulu telah ditemukan bahan-bahan alam
yang mudah menguap dan berbau wangi. Bahan
tersebut dihasilkan oleh berbagai tumbuhan, bahkan
telah lama digunakan sebagai obat. Bahan mudah
menguap ini merupakan bahan organik yang dikenal
dengan istilah minyak atsiri. Jumlah identifikasi kimia
terhadap minyak atsiri yang disintesis oleh berbagai
tumbuhan sudah melebihi 1000 jenis.
Mempelajari fraksi volatil atau minyak atsiri ini ·
memerlukan metode analisis dan teknologi yang tidak
hanya mengevaluasi komposisinya secara mendalam
tetapi juga memantau variasi dalam profil . dan
mendeteksi karakteristik komponen tumbuhan yang
sedang diselidiki). Kromatografi gas (GC dan GC-MS)
adalah instrumen analisis yang sangat relevan untuk
identifikasi komponen minyak atsiri. N amun demikian,
khusus instrument GC-MS memiliki keterbatasan,
karena senyawa-senyawa yang berisomer biasanya
menunjukkan spektrum massa yang sangat mirip. Hal
ini terutama berlaku untuk terpen dan bahkan lebih
sering untuk seskuiterpen. Untuk memecahkan masalah
ini maka kromatografi kolom telah diterapkan. Setelah
Ki 111 i a () r g cl II i k H n /1 n II I\ In 111 I 19

proses isolasi, analisis NMR dapat dilakukan untuk


senyawa yang tidak diketahui atau diprediksi, sehingga
spektrum massa yang benar dan indeks retensi dapat
direkam.
Kromatografi kolom sebagian besar telah
digunakan dan dilaporkan untuk pencarian dan
identifikasi molekul baru, kadangkala dikaitkan dengan
uji bioaktivitas antimikroba, antibakteri dan antijamur.
Teknik isolasi juga diterapkan dan menjadi tahapan
yang sangat penting bagi senyawa volatil atau minyak
atsiri untuk mengevaluasi baunya.
Beberapa jenis tumbuhan diketahui kaya akan
kandungan minyak atsiri, salah satu diantaranya adalah
jinten hitam atau Habbatussauda (Nigelln sntivn). Jinten
hitam memang berkhasiat m engoba ti segala jenis
peny akit baik itu penyakit dingin, juga berbagai
penyakit panas karena faktor temporer. Sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
artinya;
"Ses1111ggulmyn rli rlnlnm ltnbbnh1 s smtdn Oi11 teu
hitnm) terdnpnt penyembuh bngi segnln mncnm
penynkit kecunli kemntinn.".. .. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Kandungan minyak at9iri utama dari t.umbuhan


habba lu ssauda m1 adalah volatil nigella, yang
bcrmanfaa t clalam pcngobatan penyakit asma brongkial.
Minyak alsiri scjatinya bukan senyawa murni,
melainkan berupa campuran senyawa-senyawa organik.
Bcbcrapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
lrnmponen ulama minyak alsiri aduloh scnyawa-
senyawa yang h anya men gandung hidrokarbon, dan
kebany akan termas uk golongan terpenoid. Minyak a tsiri
20 I Kiuzin Orgn11ik Balrnn Alam

yang mengandung senyawa utama terpenoid biasanya


diperoleh melalui proses penyulingan dengan perangkat
destilasi uap. Kandungan senyawa inilah yang
memberikan aroma wangi, harum, atau bau yang khas
pada banyak tumbuhan.
Beberapa spesies tumbuhan lain yang kaya akan
minyak atsiri adalah Mentlza pp.(daun mint), Euralyptus,
Pinus, bunga mawar, Citrns sp. (sebangsa jeruk), dan
lain-lain.
Pada proses penyulingan (fraksinasi) beberapa
jenis minyak atsiri, komponen yang mudah menguap
adalah fraksi-fraksi senyawa terpen dengan jumlah
karbon sedikitnya 10 (ClO), selanjutnya dengan titik
didih yang lebih tinggi dihasilkan terpen dengan jumlah
karbon 15 (C15), 20 (C20), 30 (C30), dan 40 karbon (C40).
Meskipun terpen terdapat dalam bentuk molekul besar
dan beragam, tetapi mudah dikenali dengan keteraturan
monomemya berupa unit isopren.
c~
H c~c~CHz
2 H
isopren
Gambar 2.1 Bentuk struktur isopren

Peranan senyawa terpenoid pada tumbuhan


sudah banyak diketahui. Sifab1ya yang dapat
mengontrol pertumbuhan sudah dibuktikan dengan
adanya dua senyawa terpenoid utama pengatur
pertumbuhan, yaitu seskuiterpen absisin dan diterpen
giberelin. Ditambah lagi dengan senyawa karotenoid
pada pigmen warna tumbuhan, terpenoid C40 ini
Ki 111 i a O r g a n i k B n II n 11 A I a 111 I 21

terlibat pada proses fotosintesis. Sedangkan pada hewan,


peranan senyawa terpenoid belum banyak
dipublikasikan.
Pada beberapa penelitian bahan alam laut sendiri
memberikan gambaran bahwa senyawa-senyawa
terpenoid yang umum ditemukan adalah kebanyakan
kelompok seskuiterpen dan beberapa kelompok
diterpen. Berdasarkan jumlah atom karbon dan unit ·
isopren pembentuknya, maka terpenoid diklasifikasikan
dalam bebera pa kelompok seperti pada tabel berikut:
Jumlah Kelompok Jumlah Sumber
karbon terpenoid isopren
CS Hemiterpen 1 Minyak atsiri

ClO Monoterpen 2 Minyak atsiri

C15 Seskuiterpen 3 Minyak atsiri

C20 Diterpen 4 Resin

C25 Sesterpen 5 Resin

C30 Triterpen 6 Damar

C40 Tetraterpen 8 Karotenoid

>40 / Cn Politerpen - Karetalam

Campuran Meroterpen - Sitokinin,


biositetik vitaminE
alami
22 I K i m i n O r g n 11 i k B a I, a n A l fl m

2.2 Biosintesis Terpenoid


Pada tinjauan biosintesis, asal-usul senyawa
terpenoid diperoleh dari molekul isopren. Namun
demikian, hipotesis ini memiliki kelemahan yang sangat
mendasar, bahwa isopren temyata tidak pemah dapat
ditemukan di alam melainkan hanya dapat diperoleh
dari pirolisis monoterpen tertentu. Senyawa yang terlibat
sebenamya adalah isopentenil pirofosfat (IPP),
CH2=C(Clh)CH2CH2-0PP, yang terbentuk dari asam
asetat atau turunannya yang aktif, yakni asetil koeazim-
A melalui jalur mevalonat. Isopentenil pirofosfat
terdapat dalam sel-sel makhluk hidup dalam kondisi
setimbang dengan isomernya, yaitu dimetilalil
pirofosfat/DMAPP, (Clh)2C=CHCH2-0PP.
Tahapan dalam jalur biosintesis terpenoid
dimulai dari Asam asetat teraktifasi oleh koenzim-A
membentuk asetil koenzim-A, kemudian terkondensasi
(kondensasi Claisen) menghasilkan asam asetoasetil
koenzim-A. Selanjutnya, asetoasetil koenzim-A
mengalami kondensasi lagi dengan asetil koenzim-A
(kondensasi Aldol) dan menghasilkan senyawa
mevalonil koenzim-A yang selanjutnya mengalami
reduksi menjadi Asam Mevalonat yang dikenal sebagai
senyawa antara "utama" dalam biosintesis terpen dan
jalur biogenetiknya kemudian diistilahkan Jalur Asam
Mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi,
kemudian eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi
menghasilkan IPP yang berisomerisasi menjadi DMAPP
oleh enzim isomerase. IPP dan DMAPP sebagai unit
isopren aktif berkondensasi melalui interaksi kepala-ke-
ekor, yang merupakan langkah utama dari polimerisasi
isopren untuk menghasilkan terpen.
K i 111 i ,1 0 r g a 11 i k B n II n 11 A I a 111 I 23

Pada jalur biosintesisnya,


.... •-•- :s~ttf
r, ~ ·.m?lekul

isopentenil pirofosfat/IPP dihuo1:lflgkan .q~pg~ ·,satu-.


molekul dimetilalil pirofosfat/DMAPP melalui s~iangan
elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon
yang aktif (elektrofil) dari DMAPP diikuti oleh
penyingkiran ion pirofosfat. Kondensasi rm
menghasilkan geranil pirofosfat (C10), yaitu senyawa
antara yang merupakan prekursor pembentuk
monoterpen; kemudian geranil pirofosfat dihubungkan
lagi dengan satu isopentenil pirofosfat sehingga
terbentuk famesil pirofosfat (C15), yaitu senyawa antara
pembentuk seskuiterpen. Beragam perpaduan atau
kombinasi pada unit terpenoid Cs, C10, dan C1s
selanjutnya dapat membentuk kelompok terpenoid yang
lebih tinggi, misalnya, diterpen terbentuk dari dua
satuan geranil, triterpen terbentuk dari dua satuan
famesil, dan karotenoid biasanya terbentuk karena
penyambungan dua unit geranil-geranil. Terpenoid alam
kebanyakan membentuk struktur siklik dan memiliki
satu ataµ lebih gugus fungsi (hidroksil, karbonil dll).
Reaksi-reaksi organik yang tercantum pada jalur
biosintesis terpen dapat ditelaah secara seksama, dan
akan ditemukan pelajaran bahwa senyawa terpenoid
yang di sintesis oleh organisme sangat sederhana
sifatnya.
Ditinjau dari segi teori reaksi organik, biosintesis
ini hanya melibatkan beberapa reaksi dasar. Dem.ikian
pula dengan reaksi-reaksi sekunder dalam pembentukan
sekian banyak senyawa turunan dari geranil pirofosfat,
farnesil pirofosfat, dan geranil-geranil pirofosfat,
menunjukkan pula reaksi organik yang umum seperti
hidrolisis, siklisasi, oksidasi-reduksi, dan reaksi yang
dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral
24 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B a /urn A. la m

Asam 3-Posfo-5-pirofosfo mevalonat

col~PO,
~c=c-c-c-o-r-o-r-oH
fj> f?
C~Hz Hz O 0
3-Metil-3-butenil pirofosfat

Ill
~OPP~~OPP
Isopentenil pirofosfat Dimetilalil pirofosfat
IPP DMAPP
Gambar 2.2 Jalur biosintesis IPP & DMAPP
melalui asam mevalonat
Ki 111 1 11 () r S ,1 11 i k B n /1 n II A I a 111 I 25

~ Seskuiterp:n
Farresi.I fuofa;fat 2x
~ Triterp:n

OPP ~ Di~
Qranil-geranil pirofcsfat 2x
~ Tetra~
Gambar 2.3 Biosintesis terpen mulai dari IPP & DMAPP
26 I Ki /II in Or g n II i k Ba I, t1 n A I 11 Ill

2.3 Pengelompo1<an Terpenoid


~ 2.3.1 Hemiter,pen
Senyawa Kelompok hemiterpen sebenarnya
adalah isopren (CS) dan senyawa turunan dari isopren
yang terdiri dari lima atom karbon dengan berbagai
macam struktur. Turunan isopren di alam masih tetap
ada yang ditemukan dalam bentuk hemiterpen bebas
meskipun jumlahnya sedikit, diantaranya isoamil
akohol, asam isofalerat, asam 2-metil butirat, dan asan1
isoprofiliden asetat.

H2
H 3C,H,.,..C, ,.,..OH 8i
C C ~C,H,.,..C,
C COOH
I H2 I
CH3
c~
isoamilalkohol asam isovalerat

8i
,.,..C,H_.....COOH
~C C
I
c~
asam 2-metil butirat asam isopropiliden ase ta t

Gambar 2.4 Senyawa-senyawa h emiterpen bebas

H emiterpen di alam lebih banyak ditemukan


sebagai subtituen yang terikat pada kelompok senyawa
organik bahan alam lain yang bukan terpen, misah1ya
s ebagai subtituen p ada senyawa fenolik (contolmya
Ki 111 i a O r g an i k B n II n 11 A In 111 I 27

Toddalolakton), atau terikat pada senyawa alkaloid


(contohnya Elimoklafin) dan lain-lain.

HO

Toddalolakton

Elimoklavin

Gambar 2.5 Kelompok hemiterpen um.um di alam

2.3.2 Monoterpen
Senyawa terpenoid dalam minyak atsiri (volatil
tumbuhan) dapat diklasifikasikan menjadi dua
golongan, yaitu monoterpen (C10) dan seskuiterpen
(C15). Senyawa monoterpen terdiri atas dua unit
isopren. Monoterpen sendiri terbagi menjadi tiga
28 I K i 11zi n O r g n 11 i k B a h a n A l a m

golongan berdasarkan bentuk struktumya, yaitu


monoterpen asiklik atau rantai terbuka (misalnya,
linalool, geraniol), monoterpen monosiklik (misalnya
limonen), dan monoterpen bisiklik (misalnya a-pinen).
Monoterpen asiklik alam memiliki aroma yang
harum sehingga disintesis dalam jumlah besar oleh
industri-industri parfum. Reaksi lanjutan dari senyawa
monoterpen asiklik akan menghasilkan monoterpen
monosiklik dan bisiklik, bahkan dapat membentuk
golongan terpen yang lebih besar. Sedangkan untuk
monoterpen monosiklik umumnya menunjukkan
kerangka dasar struktur sebagai turunan sikloheksana
tersubstitusi.
Lain halnya dengan monoterpen bisiklik,
memiliki ciri khas dengan ketegangan sudut bila
dipandang dalam dimensi tetrahedral dan dari tinjauan
sintesis melalui interkonversi kerangka molekulnya pun
begitu rumit, yang mana melibatkan reaksi-reaksi yang
kurang lazim dengan kajian stereokimia yang kompleks.

OH

Geraniol Linalool
Ki 111 i a O r g a n i k B n /1 n 11 A I a m I 29

a-pinen

Limonen
Gambar 2.6 Golongan monoterpen berdasarkan
strukturnya.

Monoterpen juga dapat dibagi berdasarkan


gugus fungsinya, diantaranya yang mempunyai gugus
fungsi hidroksil atau alkohol (misalnya metol), aldehid,
atau keton (misalnya menton dan karvon), hidrokarbon
tak jenuh (misalnya limonen), monoterpen lakton
(contohnya, nepetalakton yang merupakan kandungan
utama yang beraroma dari Nepetacntaria, suatu
tumbuhan yang memiliki daya tarik khusus bagi hewan
peliharaan seperti kucing karena baunya).

OH

Mentol Menton
30 I Ki m i n O r g n 11 i k B a h a n A l a m

Karvon Nepetalakton
Gambar 2.7 Golongan monoterpen berdasarkan gugus
fungsi.

2.3.3 Seskuiterpen
Seskuiterpen merupakan golongan terpenoid
dengan jumlah atom karbon 15 dan tersusun dari tiga
unit isopren. Senyawa seskuiterpen diklasifikasikan
berdasarkan kerangka dasar karbonnya. Senyawa yang
umum dari golongan ini adalah seskuiterpen asiklik
(misalnya famesol), seskuiterpen monosiklik (misalnya
bisabolen), atau seskuiterpen bisiklik (misalnya P-
selinen).
Senyawa lain yang memiliki fungsi istimewa
adalah asam absisat. Asam absisat merupakan suatu
asam seskuiterpen karboksilat yang kerangkanya
berhubungan dengan karotenoid violasantin (dikenal
sebagai hormon utama yang mengendalikan
pertumbuhan biji dan kuncup tumbuhan).
Ki nli a Organ i k B n Im 11 A I a 111 I 31

Farnesol bisabolen

Asam absisat
~-selinen

Gambar 2.8 Senyawa seskuiterpen umum.

Pada bahan alam darat telah diketahui lebih dari


1000 senyawa seskuiterpen yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan dan hewan atau serangga dengan
struktur yang sangat bervariasi. Berbeda halnya dengan
bahan alam laut, dalam beberapa tahun terakhir jumlah
seskuiterpen yang berhasil diisolasi masih berada pada
kisaran ratusan, yang kebanyakan ditemukan dalam
spesies spons laut (misalnya, spirolaurenon dan
dehidrodendrolasin yang merupakan substansi pemberi
bau khas pada spons laut).
32 I Ki m in O r g n 11 i k B a lw n A la m

Br

Spirolaurenon

dehidrodendrolasin

Gambar 2. 9 Senyawa seskuiterpen dari spons laut.

2.3.4 Diterpen
Senyawa-senyawa diterpen terbentuk dari
geranil-geranil pirofosfat, dan mengandung 20 unit
karbon dalam kerangka dasar struktumya, serta terdiri
atas empat unit isopren. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa senyawa-senyawa ini memiliki
aktivitas biologis yang sangat penting, di antaranya
sebagai hormon pertumbuhan dan inhibitor
pertumbuhan, insekta antifeedant, inhibitor tumor,
antifouling, anti karsinogen, serta sebagai senyawa
pemanis. Kerangka diterpen juga dapat berbentuk
asiklik, monosiklik, bisiklik, tTisiklik, dan tetTasiklik.
Salah satu struktur senyawa yang paling
sederhana dan paling penting dari kelompok diterpen
adalah fitol, suatu bentuk tereduksi geranil-geraniol,
yang membentuk rantai samping lipofilik pada klorofil.
Reaksi siklisasi geranil-geranil pirofosfat menghasilkan
Ki nli a O r g a n i k B n Im 11 A I a 111 I 33

banyak macam struktur diterpen, dengan berbagai sifat


polaritas alami, mulai dari hidrokarbon nonpolar seperti
cembren, dan kerangka virescenosida W, yang diisolasi
dari jamur laut Acremonium striatispontm.
Beberapa senyawa diterpen laut juga telah
diisolasi, diantaranya roileanon, inuroilleanol, dan 7-
etoksiroileanon yang diisolasi dari Peltodon longipes.
Umumnya senyawa-senyawa diterpen laut memiliki
kerangka trisiklik.

OH
fitol

HO O \.H ,,,OH

cembren
~H

OHOH

virescenosida W

roileanon inuroilleanol
34 I Ki11zin Orgnuik Balian Alam

7-a-etoksi roileanon
Gambar 2.10 Senyawa-senyawa kelompok diterpen

Contoh lainnya adalah tumbuhan Taxus brevifolia.


Berbagai jaringan tumbuhan ini, yang berasal dari
wilayah barat laut Amerika Serikat, telah digunakan oleh
penduduk pribumi untuk pengobatan berbagai penyakit,
sedangkan daun tumbuhan T. baccata secara tradisional
digunakan di India antara lain untuk pengobatan
kanker. Penyelidikan kimia terhadap T. brevifolia
menghasilkan banyak senyawa diterpen jenis taksan,
termasuk diantaranya senyawa taksol.

~H O CH3COO

OH HO ~ H 0
Bzd Ac6

Taksol
K i m i a O r g a n i k B n h n 11 A I a III I 35

Bakatin III

Gambar 2.11 Senyawa diterpen dari Taxus brevifolia

Senyawa taksol pada tahun-tahun terakhir ini


telah diperdagangkan untuk pengobatan berbagai jenis
kanker, seperti kanker payudara dan kanker paru-paru,
dengan nilai perdagangan mencapai US$ 1 milyar per
tahun. Taksol, atau dalam perdagangan dikenal dengan
nama paklitaksel, telah dapat diproduksi secara semi-
sintetik menggunakan senyawa bakatin III, yang
ditemukan pada tumbuhan yang sama dalam jumlah
yang lebih banyak bersama-sama dengan taksol.
Senyawa diterpen memiliki berbagai macam sifat
polaritas alami, sehingga variasi teknik isolasi dan
pemurnian dapat dilakukan mulai dari KLT klasik,
kromatografi lapis tipis preparatif (PTLC), atau
kromatografi cair kinerja tinggi modem ( HPLC),
kromatografi kolom gravitasi, kromatografi flash,
kromatografi cair vakum (VLC), ekstraksi fase padat dan
lain-lain. Namun, faktor yang paling penting yang harus
dipertimbangkan sebelum melaksanakan prosedur
isolasi adalah sifat senyawa target, seperti kelarutan
(hidrofobisitas atau sifat hidrofobik), sifat asam-basa,
stabilitas, dan ukuran molekul.
36 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B a /111 n A la m

Mengacu pada faktor-faktor pendukung, maka


pilihan metode kromatografi dan fase diam yang
digunakan menjadi hal penting untuk sistem pemurnian.
Silika gel adalah fase diam yang paling biasa. Namun,
poliamida, Sephadex LH-20 ®, alumina (Ah03), florisil
dan lain-lain juga digunakan, terutama untuk isolasi
senyawa yang lebih polar.

2.3.5 Sesterpen
Kelompok Sesterpen (C25) kemungkinan menjadi
kelompok senyawa paling umum dari golongan
terpenoid. Kelompok senyawa ini terbentuk dari geranil-
famesil pirofosfat, yang melalui proses siklisasi dapat
membentuk berbagai jenis ikatan, dengan tingkat
oksidasi yang berbeda dan memiliki beberapa aktivitas
biologis. Dari sekian banyak contoh senyawa sesterpen
alami yang dikenal, kebanyakan diisolasi dari jamur laut
dan organisme-organisme laut lainnya.
Senyawa sesterpen 24-O-metilmanaolida dan
24-O-etilmanaolida, telah diisolasi dari spons Luffariella
cf. variabilis. Metode singkatnya, jaringan spons beku
diekstraksi dengan pelarut metanol:kloroform (1:2),
kemudian ekstrak kentalnya berturut-turut dipartisi
dengan perbandingan volume yang sama antara
metanol-air dengan serangkaian pelarut n-heksana,
karbon tetraklorida (CCli) dan kloroform (CHCb). Fraksi
heksan menjadi target kromatografi kolom
menngunakan silika gel dan eluen 11-heksana: etil asetat
dengan peningkatan polaritas.
Ki 111 i a O r g an i k B n Im 11 A I a 111 I 37

R=CH3
24-0-metilmanaolida

R=CH3CH2
24-0-etilmanaolida

Gambar 2.12 Senyawa-senyawa sesterpen

2.3.6 Triterpen
Triterpen (C30) adalah kelompok senyawa terpen
yang lebih besar dengan jumlah unit isopren sebanyak
enam dan memberikan sejumlah aktivitas biologis yang
penting. Senyawa ini berbentuk Kristal dengan titik leleh
tinggi, dan bersifat optis aktif. Kelompok senyawa ini
berasal dari kerangka dasar squalen, perpaduan antara
dua unit farnesil pirofosfat. Siklisasi squalen membentuk
beragam jenis kerangka triterpen (dengan 30 atom
karbon), diantaranya berupa kerangka dasar Lupan,
olean, atau ursan.

Ursan
(pentasiklik) Oleanan
38 I Ki uzi fl O r g fl 11 i k B a ha n A la m

Iupan
Gambar 2.13 Kerangka dasar triterpen

Banyak senyawa triterpen yang ditemukan


memiliki ciri khas, misalnya asam ursolat (dengan
kerangka dasar ursan) dan asam oleanolat (dengan
kerangka dasar olean). Senyawa ini dan senyawa-
senyawa lain yang berkerabat biasanya terdapat pada
lapisan lilin daun dan buah seperti apel dan pir, yang
berfungsi sebagai pelindung dari serangga dan serangan
mikroba. Triterpen juga banyak terdapat dalam damar,
kulit batang dan getahnya.

Me

Asam ursolat
Kimia Organik Bnlinu Alam I 39

Asam oleanolat
Gambar 2.14 Senyawa-senyawa triterpen

Contoh berikutnya adalah tumbuhan Azadirachta


indica, yang berasal dari India dan selama berabad-abad
telah digunakan sebagai bahan insektisida. Penyelidikan
kimia menunjukkan bahwa tumbuhan ini menghasilkan
banyak senyawa kimia jenis triterpen, termasuk
diantaranya azadiraktin, suatu senyawa insektisida
alami yang potensial.

.PH

11110
CH3C00 -:.

CH300C ~6
Azadiraktin

Gambar 2.15 Struktur senyawa Azadiraktin


40 I Ki uzi n O r g n 11 i k B a /1 a n A. l a 1ll

2.3.7 Tetraterpen
Struktur utama dari tetraterpen (C40) adalah
karotenoid. Lebih dari 650 karotenoid yang ditemukan
di alam, merupakan kelompok terbesar dari pewarna
alami. Karotenoid adalah senyawa terpen dengan sifat
yang sangat khusus yakni sebagai penentu dasar dari
banyak fungsi dan beragam tindakan dalam setiap jenis
organisme hidup.
Pada tumbuhan, karotenoid merupakan
kelompok senyawa sebagai pigmen tumbuhan yang
berbeda dari flavonoid dalam hal struktur dan
kompartemennya. Sifamya hidrofobik dan larut dalam
lemak. Peran utamanya adalah untuk melindungi
jaringan fotosintesis dari fotooksidasi, dan juga dapat
memberikan pigmen berwama cerah di dalam sel non-
fotosintetik, seperti buah dan kelopak bunga, di mana
jenis senyawa ini bertindak sebagai atraktan untuk
penyerbuk atau agen penyebaran.
Karotenoid disintesis oleh tumbuhan, ganggang
atau alga, jamur, ragi dan bakteri. Karotenoid
merupakan senyawa terpenoid yang disintesis melalui
pertemuan ekor-ke-ekor dari dua molekul geranil-
geranil pirofosfat. Proses ini menghasilkan kerangka
karbon induk C40 yang membentuk variasi senyawa
C40. Kerangka ini dapat dimodifikasi melalui beberapa
macam cara, diantaranya:
a) Siklisasi pada salah satu ujung atau kedua ujung
molekul untuk menunjukkan perbedaan gugus
akhir.
b) Perubahan tingkat panas hidrogenasi.
c) Penambahan gugus fungsi yang mengandung
oksigen.
Ki 111 i a O r g a n i k B n /1 n 11 A In m I 41

Berdasarkan jalur biosintesisnya, produk awal


yang terbentuk adalah karotenoid hidrokarbon linier,
seperti lycopen. Kompleksitas meningkat dengan
pembentukan karotenoid siklik, yang memiliki cincin di
ujung struktur linear, yakni produk awal berupa a-
karoten atau p-karoten. Senyawa p-karoten dan lycopen
merupakan senyawa karotenoid penting bagi manusia
karena memiliki sifat antioksidan.

B-Karoten

Gambar 2.16 Senyawa karotenoid

Cincin kemudian dapat dimodifikasi lebih lanjut


dengan penambahan gugus hidroksil, karbonil atau
epoksi, menghasilkan struktur xanthophyll. Modifikasi
ini dapat menghasilkan jenis karotenoid yang tidak biasa
dalam spesies tertentu, seperti keto- karotenoid,
capsanthin dan capsorubin. Xanthophyll adalah
hidrokarbon induk karoten.
Dalam teknik isolasinya, ekstrak Karotenoid
difraksinasi melalui kromatografi kolom, yang
melibatkan fase cair-padat (adsorpsi). Berbagai adsorben
telah diterapkan dalam analisis karotenoid, termasuk
Ah03, silika gel, magnesium oksida (MgO), kalsium
hidroksida [Ca(OH)z], kalsium karbonat [CaC03], dan
lain-lain.
42 I Ki m in O r g n 11 i k B a l1t1 n Al a Ill

Kromatografi kolom fase normal telah digunakan


untuk pemisahan dari campuran karoten dan
xanthophyll, yang bertujuan untuk analisis, pemurnian,
dan evaluasi aktivitas biologis karotenoid, terutama
dengan flash kromatografi. Prosedur untuk mengisolasi
dan memurnikan karotenoid dibuat dengan beberapa
tahap.
Prosedur ekstraksi karotenoid adalah dengan
pelarut aseton dingin, partisi petroleum eter dalam
corong pisah dengan penambahan air, pengentalan
ekstrak dalam rotary evaporator dan pemisahan
karotenoid pada kromatografi kolom dengan eluen
petroleum eter dengan peningkatan persentase etil eter
dan aseton.
K i m i a O r g a n i k B n Ii n 11 A I a m I 43

BAB III
STEROID

Steroid adalah senyawa bahan alam yang


terbentuk dari jalur biogenesis yang sama dengan
terpenoid, tetapi memiliki aspek stereokimia dan
konformasi molekul khusus yang menarik. Steroid
membentuk kelompok senyawa khusus yang terkait
secara struktural, dan terdistribusi secara luas pada
hewan dan tumbuhan. Senyawa-senyawa steroid dan
turunannya memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup organisme. Beberapa steroid yang
umum dikenal diantaranya adalah steroid jenis sterol
(misalnya; vitamin D, asam empedu, hormon seks,
hormon korteks adrenal, beberapa hidrokarbon
karsinogenik, dan sapogenin tertentu).

3.1 Tatanama Steroid


Struktur steroid memiliki kerangka spesifik yakni
didasarkan pada kerangka 1,2-siklopentenofenantren.
Kerangka ini menjadi ciri khas untuk mengenali
senyawa-senyawa yang termasuk kelompok steroid.
Steroid diberi penomoran seperti ditunjukkan pada
gambar. Ketika beberapa atom karbon dalam
strukturnya hilang, penomoran sisanya tetap tidak
berubah.
44 I Kimin Orgn11ik Bahan Alam

Garis tebal menunjukkan arah di atas atau di


depan dari bidang inti atau datar (konfigurasi-P), dan
garis putus-putus menunjukkan arah di bawah atau di
belakang dari bidang inti (konfigurasi-a). Selanjumya,
jika konfigurasi substituen tidak diketahui, maka
ikatannya pada inti digambar sebagai garis
bergelombang dan ini diberikan simbol £ dalam
penamaannya. Sedapat mungkin, dalam penamaan
steroid harus ditentukan konfigurasi stereokimianya.

1,2-siklopentenofenantren

19
'Z7

6
steroid
Gambar 3.1 kerangka dasar steroid

Tatanama steroid secara sistematik menurut


IUPAC didasarkan pada struktur dan tatanama
hidrokarbonnya. Nama hidrokarbon yang sesuai
ditambah dengan awalan atau akhiran yang
K i nli a O r g a n i k B n II n 11 A I a 111 I 45

menunjukkan jenis subtituen. Sedangkan, posisi dari


subtituen itu ditunjukkan oleh nomor atom karbon
tempat subtituen itu melekat.
Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah atom
karbon pada kerangka dasar dan jenis rantai samping,
yang menjadi acuan dalam pemberian nama senyawa-
senyawa steroid.

Nama Jumlah Jenis Rantai Samping


Atom
C
Estran 18
Androstan 19 -H
Pre an 21 -CH2CHa
Kolan 24 -CH CH3 CH2 2CI-la
Kolestan 27 -CHCH3 CH2 3CH CHJ 2
28 -CHCHJ CH2 2CH CHJ CH CHJ 2
29

;Yo
astan -CHCH3 CH2 2CH C2Hs CH CH3 2

Kardanolida 23

Spirostan 27 0

3.2 Reaksi-reaksi Steroid


Pada reaksi senyawa steroid, tahapan dan laju
reaksinya tergantung pada konformasi steroid. Dengan
demikian, metode penentuan konformasi akan dibahas
terlebih dahulu. Semua bukti ilmiah yang diperoleh
menunjukkan bahwa semua cincin sikloheksana dalam
46 I Ki uzi n O r g n 11 i k B a l1t111 A la m

inti steroid adalah bentuk kursi, seperti ditunjukkan


pada struktur Sa-kolestan dan sp-kolestan.
CH3
L___.,,R

Lt;·-~?-·15~
i1·1• ·1,
_/j1~·~7
v
-13
?/·4--i5
·2 ·1

H
Sa-kolestan

·3
\
Gambar 3.2 Bentuk konformasi struktur steroid

Gugus yang mengarah ke atas dari bidang inti


steroid memiliki konfigurasi p, dan yang ke bawah
memiliki konfigurasi a. Cara lain untuk menggambarkan
ini adalah bahwa ikatan p jika proyeksi ke atas bidang
dan a jika diproyeksikan ke bawah bidang. Oleh karena
itu kita dapat, menulis rumus planar steroid yang
menunjukkan hubungan antara a dan Pdan penunjukan
posisi aksial dan ekuatorial. Hal penting yang juga harus
Ki n,i a Or g 1111 i k B n Jin 11 A In 111 I 47

dicatat adalah bahwa substituen a menunjukkan posisi


trans untuk gugus metil sudut dan substituen (3
menunjukkan posisi cis.
Pada kerangka steroid jenuh, gugus ekuatorial
biasanya lebih stabil daripada aksial. Sebagai contoh
pada polisiklik alkohol sekunder disetimbangkan
dengan suatu alkali, maka hasil yang lebih dominan
adalah isomer ekuatorial. Gugus hidroksil dan karboksil
ekuatorial akan mengalami esterifikasi lebih cepat
daripada gugus aksial. Demikian pula,dengan hidrolisis
gugus ester dan asiloksi ekuatorial lebih cepat daripada
isomer aksialnya.
Hidrolisis selektif dapat dilakukan pada derivatif
atau turunan senyawa yang sesuai, dan dengan cara
yang sama asilasi selektif (anhidrida asetat dalam
larutan piridin-benzena) lebih cenderung terjadi pada
gugus hidroksil ekuatorial daripada aksialnya. Suatu
reagen pengasilasi selektif yang sangat berguna adalah
etil kloroformat dalam larutan piridin, misalnya,
digunakan pada kolestan-3(3, Sa, 6(3-triol untuk
membentuk 3(3-monocathylat. Meskipun prinsip di atas
umumnya berlaku, ada pengecualian, dan ada beberapa
kemungkinan interpretasi yang salah.
Steroid alkohol sekunder juga dapat dikonversi
menjadi keton dengan cara oksidasi. Karena ini
melibatkan keadaan transisi siklik, maka reaksi sangat
sensitif terhadap efek sterik. Dengan demikian, gugus 3-
hidroksil mudah teroksidasi tetapi gugus 11-hidroksil
tidak. Sehingga, ketika keduanya ada (3, 11-diol), hanya
gugus 3-hidroksil yang dapat teroksidasi selektif.
Banyak steroid alkohol bereaksi dengan fosfor
pentaklorida dan fosfor tribromida untuk memberikan
senyawa halogen dengan inversi. Halogen dapat
48 I Kimia Orgauik Bahan Alam

digantikan oleh gugus asetoksi dengan inversi (dengan


keberadaan kalium asetat).
Pada struktur steroid tak jenuh, keberadaan
alkohol pada struktur tak jenuh menjadikan lebih mudah
dioksidasi daripada alkohol jenuh yang sesuai, dan
isomer ekuatorial dioksidasi lebih cepat daripada isomer
aksial. Mangan dioksida biasanya digunakan untuk
oksidasi selektif dari alkohol tak jenuh. Contoh lainnya
adalah selenium dioksida dalam asam asetat yang dapat
mengoksidasi kolesterol menjadi cholest-5-ena-3p, 4P-
diol.
Tinjauan selanjutnya adalah pada reaksi addisi.
Stereokimia reaksi addisi membentuk ikatan rangkap
ditentukan oleh sifat pereaksi, apakah addisi normalnya
cis atau trans, dan tergantung pada posisi ikatan rangkap
dalam inti struktur. Bila gugus metil sudut pada C-10
dan C-13 dalam struktur steroid memiliki konfigurasi-p,
umumnya menyebabkan serangan pada ikatan rangkap
dari permukaan a yang minim rintangan untuk reaksi
addisi cis.
Epoksida dapat diubah menjadi senyawa 1, 2-
diaksial oleh asam, misalnya, hidrogen bromida, untuk
memberikan senyawa trans-diaksial. Epoksida juga dapat
direduksi dengan katalis atau dengan litium aluminium
hidrida menjadi alkohol aksial (dengan beberapa
pengecualian). Seperti yang telah kita lihat di atas,
penambahan bromin kolesterol menghasilkan produk
trans, yaitu, senyawa 5a,6p-dibromo. Ketika larutan
kloroform dibromida ini didiamkan selama beberapa
m.inggu, hasilnya adalah suatu campuran setimbang dari
bentuk 5a,6p dan 5p,6a-dibromo, dengan dominasi
keduanya.
K i nli a O r g a 11 i k B n Im 11 A I a m I 49

HO
trans-diak.sial

trans-diequatorial
Gambar 3.3 Posisi trans- dibromo pada reaksi addisi

Lain halnya dengan reaksi eliminasi. Reaksi


eliminasi ion biomolekuler lebih mudah terjadi jika dua
gugus yang dieliminasi adalah trans-diaksial, dan lebih
sukar ketika trans-diekuatorial atau cis-aksial,ekuatorial.
Salah satu contoh reaksi yang menunjukkan
kemudahan eliminasi diaksial (E-2) adalah eliminasi
Hoffmann (degradasi) dengan 3-[trimetil amonium]-Sa-
cholestan, senyawa dengan posisi 3a membentuk
produk 2-ena, namun dari senyawa 3~ tidak ada produk
tak jenuh yang diperoleh.
Tipe lain dari reaksi eliminasi yang melibatkan
penataan ulang adalah penataan ulang Westphalen. Hal
ini terjadi pada struktur 5-hidroksisteroid dalam suasana
asam.
50 I Ki 11li n CJ r g n 11 i k B a h a n A l a m

AcO
OAc
Gambar 3.4 Reaksi eliminasi 5-hidroksisteroid

3.3 Beberapa Steroid Penting


Senyawa-senyawa steroid terdistribusi secara
luas bail< pada bahan alam darat maupun bahan alam
laut. Steroid yang paling umum ditemukan di alam
adalah jenis sterol. Sterol terbentuk pada hewan dan
tumbuhan yang mengandung minyak dan lemak.
Umumnya senyawa ini berupa kristal dan mengandung
gugus alkohol, atau terbentuk sebagai ester dari asam
lemak rantai panjang.
Steroid yang diperoleh dari sumber hewani
sering diistilahkan sebagai Zoosterol dan yang diperoleh
dari sumber tumbuhan diistilahkan fitosterol. Kelompok
sterol ketiga yang diperoleh dari ragi dan jamur disebut
sebagai mycosterol.

3.3.1 Kolesterol
Kolesterol adalah sterol dari hewan yang
terbentuk sebagai ester atau lemak pada bagian otak dan
sumsum tulang belakang semua hewan. Kolesterol
pertama kali diisolasi dari batu empedu manusia.
Sumber utama kolesterol adalah minyak hati ikan.
Kolesterol adalah padatan kristal putih, yang bersifat
optis aktif.
Reaksi Warna Kolesterol:
Ki 111 i a O r g a n i k B n Im 11 A I a m I 51

1. Reaksi Salkowaski; Ketika asam sulfat pekat


ditambahkan pada kolesterol dalam pelarut
kloroform, terbentuk warna merah dalam lapisan
kloroform.
2. Reaksi Liebermann-Burchard; Warna kehijauan
terbentuk bila larutan kolesterol dalam kloroform
ditambahkan asam sulfat pekat dan asetat anhidrida.
21

7 kolesterol
b

Gambar 3.5 Struktur kolesterol

3.3.2 Asam Empedu


Asam-asam empedu dihasilkan dari metabolisme
kolesterol dalam hati. Strukturnya mengikuti kerangka
steroid kolan. Asam empedu primer utama adalah asam
kolat (asam 3a,7a,12a-trihidroksi-5(3-kolan-24-oat) dan
asam 3a,7a,dihidroksi-5(3-kolan-24-oat. Di dalam organ
hati, senyawa ini terkonjugasi dengan asam amino glisin
membentuk asam glikolat, sebelum disekresi dalam
empedu.
Asam Dehidrokolat (asam 3,7,12-triokso-5(3-
kolan-24-oat) adalah asam empedu semi sinteti.k dan
dibuat dari asam kolat melalui oksidasi dengan CrO3
dalam asam asetat glasial. Asam Dehidrokolat ini
terutama aktif. dalam meningkatkan volume dan kadar
air asam empedu agar tidak banyak perubahan dalam isi
asam empedu.
52 I Ki m in O r g n 11 i k B a ha n A l fl m

Secara umum, fungsi utama dari asam-asam


empedu ini adalah berguna untuk memperbaiki saluran
empedu. Dalam dunia medis, khususnya natrium
dehidrokolat telah diberikan melalui suntikan intravena.

asam kolat
~
C,NHCHCOOH
2

HO

asam glikolat

asam dehidrokolat
HO
H
Gambar 3.6 Struktur asam-asam empedu
Ki 111 i a O r g a n i k B n II n 11 A I n 111 I 53

3.3.3 Steroid Hormon


Steroid hormon adalah kelompok hormon
endokrin yang disekresikan oleh organ seksual dan
korteks adrenal pada manusia dan hewan. Steroid jenis
ini berkaitan erat dengan peraturan efek fisiologis dan
perkembangan sistem reproduksi, tulang, dan otak.
Banyak steroid hormon sintetik telah dikembangkan dan
digunakan sebagai obat-obatan untuk menyembuhkan
penyakit akibat cacat sekresi hormon endokrin. Steroid
hormon dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori
sesuai dengan fungsi fisiologisnya, yaitu: kortikosteroid,
steroid seks, dan steroid anabolik.
Kortikosteroid dapat dibagi lagi menjadi dua
jenis: glukokortikoid dan mineralokortikoid.
Glukokortikoid memainkan peran penting dalam
mengatur banyak aspek metabolisme dan fungsi
kekebalan tubuh. Senyawa ini juga menunjukkan potensi
yang menguntungkan sebagai anti-inflamasi.
Mineralokortikoid membantu mempertahankan volume
darah dan mengontrol ekskresi cairan elektrolit pada
ginjal. Kortikosteroid memiliki kerangka utama steroid
C-21, misalnya; hidrokortison dan prednison.
Steroid seks adalah jenis hormon seks. Senyawa
yang termasuk kelompok ini adalah androgen, estrogen,
tertosteron dan progesteron, yang menentukan
perbedaan jenis kelamin dan penunjang sistem
reproduksi. Sejenak kita menyimak tentang sistem
reproduksi yang merupakan bagian yang berperan
dalam penciptaan manusia. Kisah penciptaan manusia
berawal di dua tempat yang saling berjauhan. Manusia
menapaki kehidupan melalui pertemuan dua zat
terpisah di dalam tubuh lelaki dan perempuan, yang
diciptakan berbeda namun sangat selaras.
54 I Ki uzi n Or g n 11 i k Ba /111 n Al am

Sperma yang mengandung hormon tertosteron di


dalam tubuh lelaki tidak dihasilkan atas kehendak dan
kendali lelaki tersebut, sebagaimana sel telur yang
mengandung hormon progesteron di dalam tubuh
perempuan tidak terbentuk atas kehendak dan kendali
perempuan tersebut. Sesungguhnya, mereka bahkan
tidak menyadari pembentukan sel-sel ini. Sebagaimana
firman Allah Swt.;
"Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu
tidak membenarkan 0,ari berbangkit)? Maka
terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu
pancarkan. Kanmkalz yang menciptakannya, atau
Kamikah yang menciptakannya?" (QS. Al Waaqi'ah,
56: 57-59).

Jelaslah bahwa kedua zat tersebut, yang berasal dari


lelaki dan perempuan, diciptakan sangat bersesuaian.
Penciptaan kedua zat ini, pertemuan antara keduanya,
dan perubahannya menjadi manusia merupakan suatu
keajaiban besar.

Testosteron Progesteron

Gambar 3. 7 Struktur steroid seks


Ki III i a O r g a 11 i k B n Im II A I a 111 I 55

Selanjutnya jenis steroid anabolik, mirip dengan


androgen, berinteraksi dengan reseptor androgen untuk
meningkatkan produksi otot dan tulang. Steroid seks
dan steroid anabolik sama-sama memiliki struktur Cl9.
Selain berperan dalam sistem endokrin, beberapa steroid
juga berfungsi sebagai antivirus, antikanker, pengonlTol
kolesterol, jantung, dan fungsi saraf.

3.3.4 Fitosterol
Senyawa-senyawa fitosterol, yang secara
slTuktural dan sifat fisiologis mirip dengan kolesterol,
adalah kelompok besar dalam golongan steroid.
Fitosterol adalah kelompok steroid alkohol yang terjadi
secara alami pada tumbuhan, dan umumnya terisolasi
dalam proses produksi minyak nabati, terutama minyak
kedelai. Senyawa-senyawa ini sangat penting untuk
menjaga normalnya fungsi membran sel tumbuhan dan
berperan dalam diferensiasi sel dan proliferasi.
Berdasarkan hubungannya dengan kesehatan
manusia, fitosterol dapat menurunkan penyerapan
kolesterol pada usus, sehingga mengurangi tingkat
serum LDL dan risiko arterosklerosis. Dalam beberapa
tahun terakhir, banyak penelitian-penelitian telah
menunjukkan bahwa fitosterol dapat climanfaatkan
sebagai bahan tambahan makanan karena dapat
memberikan aktivitas menurunkan penyerapan
kolesterol dalam usus dengan persentasi 10% sampai
15%.

Stigmasterol, C29~sO, titik leleh 170 ° C.


Senyawa stigmasterol paling banyak diperoleh
dari minyak kedelai. Destilat minyak kedelai wangi
adalah salah satu limbah utama dari proses pengolahan
56 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B a ha n A la m

kedelai. Destilat ini telah menjadi sumber utama


senyawa stigmasterol. Fungsinya sama seperti kolesterol
pada hewan, yakni mengatur kondisi cairan membran
sel tumbuhan.

HO
H
stigmasterol

Gambar 3.8 Struktur stigmasterol

13-Sitosterol
Senyawa P-Sitosterol (22, 23-dihidrostigmasterol),
menurunkan konsentrasi LDL (Low Density
Lipoprotein) pada plasma darah. Sterol jenis ini
dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol plasma
darah dengan menghambat penyerapannya. Biasanya
diminum dengan dosis 6 gram (dengan kopi, teh atau
susu) 30 menit sebelum makan. Meskipun demikian, ada
efek samping yang kadang muncul seperti diare, mual
dan muntah. Senyawa ini memiliki ikatan rangkap pada
posisi 5(6), tetapi tidak ada ikatan rangkap pada posisi
22(23), sehingga nama lainnya adalah 22(23) -
dihidrostigmasterol.
Ki 111 i a O r g a n i k B n /1 n 11 A I a 111 I 57

B-sitosterol
Gambar 3.9 Struktur ~-Sitosterol

Ergosterol
Senyawa ergosterol, C2s~O, ti.tik leleh 165 °C,
ditemukan dalam ragi. Ergosterol membentuk ester,
m.isalnya, asetat dengan anhidrida asetat, sehingga
gugus hidroksil ada dalam hidrogenasi ergosterol.

Ergosterol
HO H

Gambar 3.10 Struktur ergosterol

Sapogenin
Sapogenin adalah aglikon saponin glikosidik,
yang sekarang ini populer karena memiliki sifat
58 I K i 111 i n O r g n 11 i k B a ha n A l a m

membentuk busa sabun di dalam air. Steroid sapogenin


memiliki 27 karbon dengan kerangka dasar 16,26-
dihidroksi-22-keto-steroid.

Diosgenin
HO

Gambar 3.11 Struktur senyawa sapogenin

Diosgenin, dengan nama kimia (25R)-spirost-5-


en-3{3-ol, adalah jenis senyawa yang menonjol di antara
beberapa sapogenin yang digunakan dalam industri
steroid. Sumber utamanya adalah pada ubi jalar. Peneliti
bidang sintesis telah menemukan bahwa diosgenin
merupakan bahan awal yang cocok untuk sintesis
hormon seks utama perempuan dan laki-laki dan
analog-analog termodifikasi. Penemuan selanjutnya
adalah bahwa cincin C progesteron dapat difungsikan
melalui konversi mikrobiologi untuk membentuk l la-
hidroksi progesteron, membuka jalan penggunaan
diosgenin sebagai bahan awal yang tepat untuk
mensintesis kortison dan adrenokortikoid
(Kortikosteroid). Sedangkan solasodin, diisolasi dari
spesies Solanum atau kentang dan telah digunakan pula
sebagai bahan dasar obat-obatan steroid.
Ki 111 i a Organ i k B n /1 n 11 A I am I 59

3.3.5 Alkaloid steroid


Alkaloid steroid adalah senyawa golongan
alkaloid dengan kerangka dasar steroid. Senyawa ini
tidak terdistribusi secara luas, hanya ditemukan pada
tumbuhan tertentu, diantaranya dari spesies Holarrlzena,
Solanum dan Veratrunz.

Holarhimine

Conesine

Veracevine

HO
OH
60 I Ki uli n Or g n 11 i k Ba /,an Al am

Veratramine

HO

Gambar 3.12 Senyawa-senyawa alkaloid steroid

Berdasarkan variasi struktur alkaloid steroid


yang relatif sedikit, kelompok senyawa ini dapat
dibedakan menjadi sub-kelompok sebagai berikut
1. Turunan dari pregnen, misalnya conessin dan
holarrhimin pada tumbuhan spesies Holarrhena.
2. Turunan dari solanidin [misalnya solanidin,
tomatidin] sebagai glikosida alami pada
tumbuhan Solanum. Alkaloid dari sub-kelompok
ini banyak ditemukan pada spesies-spesies
Solanum, termasuk S. nigrum, S. tuberosum
(kentang) dan S. lycopersicum (tomat), yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap serangan
serangga.
3. Turunan dari veratramin dan jervin, [misalnya
veracevin].

3.3.6 Sterol dari bahan alam laut


Isolasi sterol baru dari bahan alam laut selama
beberapa tahun terakhir, telah menghasilkan sejumlah
besar sterol baru dengan rantai samping hidrokarbon
yang unik. Selain keunikan dari kerangka dasarnya,
struktur-struktumya juga memunculkan pertanyaan
menarik tentang jalur biogenesis rantai samping sterol
tersebut. Beberapa contoh struktur yang mewakili
Ki 111 i a O r g a 11 i k B n Im 11 A In m I 61

adalah struktur 24-nor-22-dehidrokolesterol dan


gorgosterol. Contoh sterol laut lainnya yang telah
diisolasi dan dikarakterisasi adalah dinosterol (IV) dari
flagellata Gonyaulax tamerensis.

HO
24-nor-22-dehidrokolesterol

HO
gorgosterol

HO
H

dinosterol
Gambar 3.13 Senyawa-senyawa sterol laut
62 I K. i m in O r g n 11 i k B a I, a 11 A l a m

Mengacu pada kondisi bahan alam saat ini,


menjadikan motivasi pencarian sterol laut baru sebagai
suatu kajian yang mendalam tentang fungsi biologis atau
biosintesis. Bukan sekedar penjelasan tentang struktur
kimia untuk kepentingan satu bidang saja.
K i 111 i a O r g a '! i k B n Im 11 A I a 111 I 63

BAB IV
FENOLIK

Senyawa fenolik diistilahkan sebagai kelompok


senyawa bahan alam, yang mempunyai ciri utama yaitu
cincin aromatik yang mengandung satu atau lebih
substituen hidroksil. Berdasarkan struktumya, senyawa
fenolik bersifat polar sehingga cenderung mudah larut
dalam air. Kelompok utama dari golongan senyawa ini
antara lain fenol sederhana, fenil propanoid dan
poliketida, serta flavonoid dan stilben. Sebagian dari
kelompok senyawa ini ada yang berikatan dengan gula
sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola
sel.
Senyawa fenolik tersebar luas di alam. Struktur
kim.ia dari senyawa ini dapat sangat bervariasi, termasuk
kerangka fenol sederhana (C6), seperti senyawa turunan
asam hidrobenzoat dan senyawa katekol, serta polimer
rantai panjang dengan berat molekul tinggi, seperti,
lignin (C6-C3)n dan tanin terkondensasi (C6-C3-C6)n.
Lebih menarik lagi dengan keberadaan senyawa fenolik
dengan berat molekul sedang dan memiliki banyak
aktivitas farmakologi dan biologis, yaitu stilben (C6-C2-
C6) dan flavonoid (C6-C3-C6). Flavonoid, seperti
antosianin, flavonol (seperti quercetin dan myricetin),
isoflavon (seperti genistein) dan lain-lain, dibentuk oleh
64 I Ki m in O r g n 11 i k B a ha n Al fl Ill

beberapa jalur biosintesis yang asal mulanya dari


kerangka calkon.
Senyawa fenolik sudah banyak diisolasi dari
tumbuhan obat dan bahan alam lain yang bermanfaat.
misalnya kacang-kacangan, buah-buahan seperti apel,
minyak zaitun, teh, dan tumbuhan beraroma, seperti
mint dan sebagainya.
Sekarang ini terdapat ribuan senyawa fenolik
alam yang telah diketahui strukturnya. Flavonoid
merupakan golongan senyawa terbesar, tetapi fenol
monosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon
fenolik juga terdapat dalam jumlah besar. Beberapa
golongan bahan polimer aim yang penting dalam
tumbuhan termasuk lignin, melanin dan tanin adalah
golongan senyawa polifenol. Pada beberapa senyawa
metabolit, kadang-kadang satuan fenolik dijumpai
terikat pada struktur protein, alkaloid, dan di antara
terpenoid.
Peranan dari beberapa golongan senyawa fenolik
sebagian sudah diketahui misalnya lignin sebagai bahan
pembangun dinding sel, antosianin sebagai pigmen
bunga, akan tetapi peranan senyawa yang termasuk
golongan fenolik lainnya masih merupakan dugaan.
Flavonol, contohnya, bila diamati tampaknya memiliki
peran penting pada pengaturan pengendalian tumbuh
pada tumbuhan kacang, Pisum sativum. Pengaruhnya
yang menjadikan tumbuhan mampu bertahan dari
serangan serangga telah menunjukkan bahwa flavonoid
mungkin merupakan faktor pertahanan alam. Meskipun
dugaan kedua peran itu belum sepenuhnya dibuktikan.
Khususnya pada bidang kimia tumbuhan,
senyawa fenolik tumbuhan dapat menimbulkan
gangguan besar karena kemampuannya membentuk
Ki 111 i a O r g a n i k B n It n 11 A I a 111 I 65

kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen. Bila


kandungan sel tumbuhan bercampur dan membran
menjadi rusak selama proses isolasi, maka senyawa
fenolik ini lebih cepat membentuk kompleks dengan
protein. Akibatnya, sering terjadi hambatan terhadap
kerja enzim pada ekstrak tumbuhan kasar. Sebaliknya,
senyawa fenolik itu sendiri sangat peka terhadap reaksi
oksidasi enzim dan mungkin akan hilang pada proses
isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam
tumbuhan. Ekstrasi senyawa fenolik tumbuhan dengan
etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi
enzim, dan prosedur ini biasanya dilakukan secara rutin.
Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenolik
sederhana adalah dengan menambahkan larutan besi(III)
klorida 1 % dalam air atau etanol pada larutan sampel
atau cuplikan, yang menimbulkan warna hijau, merah,
ungu, biru atau hitam yang terang. Cara klasik ini
kemudian dimodifikasi dengan menggunakan campuran
larutan besi(III) klorida 1 % dalam air dan kalium
heksasianoferat(III) 1 %, dan masih tetap digunakan
sebagai cara umum untuk mendeteksi senyawa fenolik
pada kromatografi kertas. Namun, kebanyakan senyawa
fenolik (terutama flavonoid) dapat dideteksi pada
kromatogram KLT berdasarkan wamanya atau
fluoresensinya di bawah lampu UV, warnanya biasanya
lebih terang atau berubah bila diberi uap amoniak.
Pigmen fenolik umumnya berwama dan warnanya ini
dapat terlihat sehingga mudah dipantau selama proses
isolasi dan pemurnian.
Semua senyawa fenolik merupakan senyawa
aromatik sehingga semuanya menunjukkan serapan kuat
pada daerah serapan spektrum UV. Selain itu, secara
khas senyawa fenolik menunjukkan pergeseran
66 I Ki m i n O r g n 11 i k B a I, a n A l a m

batokromik pada spektrumnya bila ditambahkan


pereaksi geser basa seperti NaOH, NaOAc, dan
sebagainya. Oleh karena itu, metode spektrometri
penting, terutama untuk identi.fikasi dan analisis
kuantitatif senyawa fenolik.

4.1 Senyawa Fenol Sederhana


Senyawa fenol dan asam fenolat lebih baik
dibahas bersama-sama karena biasanya, pada analisis
senyawa, kedua jenis ini diidenti.fikasi bersama-sama.
Hidrolisis jaringan tumbuhan dalam suasana asam
membebaskan sejumlah asam fenolat yang larut dalam
eter, beberapa di antaranya umum penyebarannya.
Senyawa jenis asam fenolat memiliki hubungan
dengan lignin yang terikat sebagai ester atau terdapat
pada daun di dalam fraksi yang tidak larut dalam etanol;
atau mungkin terdapat di dalam fraksi yang larut dalam
etanol, yaitu sebagai glikosida sederhana. Asam para-
hidroksi-benzoat, asam protokatekuat, asam vanilat, dan
asam siringat terdapat umum pada tumbuhan
Angiospermae. Asam gentisat tersebar luas juga; asam
salisilat dan asam protokatekuat penyebarannya lebih
terbatas, terdapat khas dalam famili Ericaceae.
Asam fenolat yang lain adalah asam galat yang
telah dilaporkan sebagai penghambat alami pada
pembuangan, terdapat pada daun Kalanclioe. Asam galat
terdapat dalam banyak tumbuhan berkayu, terikat
sebagai galotanin, tetapi merupakan senyawa yang
sangat reaktif. Senyawa ini lebih banyak diperoleh
dalam ekstrak tumbuhan yang sudah dihidrolisis dalam
suasana alam. Senyawa ini terdapat sebagai asam elagat,
yaitu bentuk dimer hasil kondensasi, terbentuk dari
elagitanin.
Ki nli a O r g a n i k B n Im 11 A In m I 67

asam p-hidroksibenzoat asam protokatekuat

asam vanilat asam salisilat

HO

Meo--0---co:ti

Asam siringat Asam isovanilat


Gambar 4.1 Struktur asam-asam fenolat

Fenol sederhana dalam bentuk fenol bebas


memiliki sifat berlawanan dengan berbagai fenol asam
sebagaimana dijelaskan di atas. Fenol bebas agak jarang
ditemukan dalam tumbuhan. Mungkin hanya senyawa
hidrokuinon yang paling tersebar luas. Senyawa yang
lain, misalnya katekol, orsinol, floroglusinol, dan
pirogalol telah dilaporkan hanya terdapat dalam
beberapa sumber bahan alam.
68 I Ki 11zi n Or g n 11 i k Ba lw n Al am

&OH HO'OOH
OH OH

I ~I
OH

Hidrokuinon katekol pirogalol

HOYOH lo
HOYOH
'° I
CH3 OH

orsinol floroglusinol

Gambar 4.2 Struktur senyawa fenol sederhana

4.2 Senyawa Fenil propanoid dan Poliketida


Fenil propanoid adalah kelompok senyawa fenol
alam yang mempunyai cincin aromatik dengan rantai
samping terdiri atas tiga atom karbon. Secara biosintesis
senyawa ini merupakan turunan asam amino aromatik,
yaitu fenilalanin, dan dapat mengandung satu sisi C6-C3
atau lebih. Senyawa utama kelompok ini yang paling
tersebar luas adalah asam hidroksisinamat, suatu
senyawa yang penting, bukan saja sebagai kerangka
dasar senyawa lignin tetapi juga berkaitan dengan
pengaturan pertumbuhan dan pertahanan terhadap
penyakit.
Ki 111 i a O r g a n i k B n /1 n 11 A I a III I 69

Pada beberapa spesies tumbuhan terdapat empat


macam asam hidroksisinamat. Keempat asam itu ialah
asam ferulat, asam sinapat, asam kafeat, dan asam para-
kumarat. Cara memisahkannya sederhana dan dengan
mudah dapat dideteksi pada kromatografi kertas karena
berfluoresensi dengan sinar UV (derajat wama biru dan
hijau yang berbeda).
Asam hidroksisinamat biasanya terdapat dalam
tumbuhan sebagai ester dan dapat diperoleh dengan
hasil bail< dengan cara hidrolisis basa lemah. Asam
kafeat biasanya terdapat sebagai ester asam kuinat dan
ester ini diberi nama asam klorogenat. Dil<etahui juga
isomemya (misalnya asam isoklorogenat), turunannya
dengan gula (misalnya kafeoil glukosa), dan turunannya
dengan asam organil< (misalnya asam rosmarinat, asam
kafeoil tatrat). Dari segi taksonomi kimia bentuk
gabungan asam kafeat yang berbeda-beda itu
mempunyai arti penting.
70 I Ki m i a O r g a 11 i k B a lw n I\. la m

MeO

HO ~ HH
-((j_C=C-CO H 2
H O ~ C = c - c o2H
')=I-
HH
R
R :::: H, asam p-kurnarat
R = H, asam ferulat
R = OH, asam kafeat
R = OMe, asam sinapat

HOXJC:100 OGlc~O'f'O

R
~ I '°' MeO .~
R = H, umbeliferon skopolin
R = OH, eskuletin
R = OMe, skopoletin

OH
HOOOH
H-0-0 · COH
2
Ho
HH
c=c-coo

Asam klorogenat

Gambar 4.3 Struktur senyawa fenil propanoid


Ki nli a Organ i k B n Im 11 A I a 111 I 71

Pada struktur senyawa fenil propanoid dapat


dipelajari bahwa pola oksigenasi dari cincin aromatiknya
memiliki ciri khas dengan keteraturan posisi oksidanya,
yakni maksimum sebagai trihidroksi. Pola oksigenasinya
mengikuti pola oksigenasi 4-hidroksi, 3,4-dihidroksi,
3,4,5-trihidroksi, atau tidak teroksigenasi sama sekali.
Poliketida adalah kelompok senyawa fenolik
selain fenilpropanoid yang juga banyak ditemukan di
alam. Sebagian besar kelompok senyawa ini ditemukan
pada mikroorganisme seperti lumut, bakteri, jamur dan
kapang. Kelompok senyawa poliketida juga memiliki ciri
khas dalam hal keteraturan pola oksigenasi yang
berbeda dengan fenil propanoid. Proses kondensasi
intramolekuler pembentuknya menghasilkan cincin
aromatik dengan pola oksigenasi berselang-seling.
Senyawa utama dalam kelompok poliketida
adalah senyawa kuinon. Senyawa kuinon merupakan
pigmen atau zat wama yang tersebar luas di alam.
Kerangka utama dari senyawa kuinon dibedakan
menjadi beberapa jenis, diantaranya para-benzokuinon,
1,4-naftakuinon, dan 9,10-antrakuinon.

0
p-benzokuinon 1,4-naftakuinon 9,10-antrakuinon

Gambar 4.4 Kerangka senyawa kuinon


72 I Kimin Orgn11ik Bal,an Alnm

Salah satu senyawa yang menunjukkan sifat-sifat


kimia dari kelompok poliketida adalah senyawa emodin
(1,3,8-tnhidroksi-6-metil-9,10-antrakuinon) yang
merupakan turunan 9,10-antrakuinon. Senyawa ini
memiliki efek pencahar (obat cud perut). Pada struktur
emodin, salah satu gugus hidroksilnya dapat mengalami
proses metilasi, yakni posisi 3-hidroksi. Senyawa kuinon
lainnya yang bersifat bioaktif adalah tetrasiklin yang
memiliki sifat antibiotik tinggi, diisolasi dari biakan
bakteri Streptomyces sp.

HO
0

emodin

H ~(C~)i
~ : OH

OH 0 0

tetrasiklin

Gambar 4.5 Stuktur senyawa poliketida


Ki 111 i a O r g a n i k B n Im 11 A I a 111 I 73

4.3 Senyawa Flavonoid


Senyawa Flavonoid merupakan kelompok
senyawa terbesar dalam golongan fenolik alam. Senyawa
flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur C,-
C3-C6. Tiap bagian C6 merupakan cincin benzena yang
terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3 yang
merupakan rantai alifatik, seperti ditunjukkan pada
Gambar.
~

QCJ~ 1
Gambar 4.6, Struktur dasar Flavonoid

Kerangka dasar flavonoid tersusun dari 15 atom


karbon. Struktur C6-C3-C6 dari 15C ini membentuk
model konfigurasi yang menghasilkan tiga macam
model struktur dasar, yaitu struktur 1,3-diarilpropana
yang diistilahkan flavonoid, struktur 1,2-diarilpropana
yang diistilahkan isoflavonoid, dan struktur 1,1-
diarilpropana yang diistilahkan neoflavonoid.
C
I3
..,..c2

FLAVONOID ISOFLAVONOID
6
NEOFLA VONOID

Gambar 4.7 Kerangka flavonoid, isoflavonoid, dan


neoflavonoid
74 I Kimin Orgnuik Bahan Alam

Flavonoid memiliki sifat-sifat khas di alam


dalam bentuk terikat dengan gula terutama dengan gula
sederhana seperti glukosa, ramnosa, galaktosa dan gula
sederhana lainnya. Senyawa ini dikenal sebagai
glikosida. Flavonoid dapat ditemukan dalam bentuk
mono-, di-, maupun triglikosida dimana satu, dua atau
tiga gugus hidroksil dari flavonoid terikat dengan gula.
Senyawa Flavonoid memiliki sifat sebagai
pereduksi yang baik, dapat menghambat banyak reaksi-
reaksi oksidasi, baik secara enzimatik maupun non-
enzimatik. Flavonoid bertindak sebagai penangkal yang
baik terhadap radikal hidroksi dan superoksida, dengan
demikian melindungi membran lipid terhadap reaksi-
reaksi yang member efek buruk. Aktivitas antioksidan
dari senyawa flavonoid inilah yang dapat menjelaskan
pemannya sebagai komponen aktif tumbuhan yang
memberikan efek baik bila digunakan secara tradisional
untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk gangguan
fungsi hati.
Flavonoid merupakan senyawa polar karena
mempunyai sejumlah gugus hidroksil atau gula,
sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol,
metanol, butanol, aseton, etil asetat, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida, dan air. Gugus gula yang terikat
pada beberapa jenis struktur flavonoid (diistilahkan
glikosida flavonoid), cenderung menyebabkan flavonoid
tersebut lebih mudah larut dalam air. Dengan demikian,
campuran pelarut-pelarut polar di atas dengan air
merupakan pelarut yang lebih baik untuk menarik
komponen-komponen glikosida flavonoid rm.
Sebaliknya, aglikon-aglikon flavonoid yang kurang polar
seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol
K i 111 i a O r g a n i k B n II n 11 A I n 111 I 75

yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam


pelarut seperti eter dan kloroform.
Flavonoid dibedakan atas beberapa jenis, dilihat
berdasarkan tingkat oksidasinya. Flavon merupakan
jenis yang memiliki tingkat oksidasi rendah, sehingga
senyawa ini dianggap sebagai senyawa induk dalam tata
nama senyawa flavonoid dan turunannya. Berbagai jenis
senyawa flavonoid dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: chalkon, dihidrochalkon, auron, flavan, flavanol
(flavan-3-ol), flavanon, flavanonol, flavon, flavonol,
garam falvilium, dan antosianidin. Kerangka utama dari
beberapa jenis flavonoid dapat dilihat pada gambar.

Cltalkon Dihidrochalkon Amon

Flavan FJavanon
o/ 0

Flavon

Flavonol Caram Flavilium Antosianin

Gambar 4.8 Kerangka utama jenis-jenis flavonoid


76 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B a l1trn A la m

Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis


flavonoid yang paling banyak ditemukan. Sedangkan
Chalkon, auron, flavanon jarang ditemukan di alam.
Isoflavonoid maupun neoflavonoid jarang sekali
ditemukan, hanya didapatkan dalam beberapa
tumbuhan tertentu.
Senyawa flavonoid merupakan faktor penting
dalam interaksi biologi di antara organisme hidup. Hal
ini diilustrasikan dengan kemajuan penelitian yang
terdistribusi pada penggabungan orientasi
clzemosystematic dan clzemodiversity. Pada survey akhir
dapat disimpulkan bahwa flavonoid umumnya terdapat
pada tumbuhan, baik dalam bentuk sederhana maupun
yang terikat glikosida.

4.3.1 Flavonoid minor (Chalkon, Auron, Flavan)


Senyawa chalkon, dihidrochalkon, dan auron
adalah tiga kelompok berbeda dari senyawa flavonoid
minor karena penyebarannya di alam dalam jumlah
terbatas. Menurut sejarah penelitian, chalkon dan auron
dikenal sebagai pemberi pigmen bunga berwama
kuning hingga oranye pada beberapa spesies Coreopsis
dan spesies lainnya dalam famili Asteraceae. Distribusi
senyawa ini tidak terbatas pada bunga, melainkan dapat
ditemukan dalam banyak jaringan tumbuhan yang
berbeda. Chaiken secara struktur merupakan salah satu
kelompok flavonoid yang lumayan beragam, yang salah
satunya dibuktikan oleh pembentukan berbagai dimer,
oligomer, hasil Diels-Alder, dan konjugasi dari berbagai
jenis calkon. Chalkon ditinjau dari aspek biosintesis juga
merupakan senyawa yang sangat penting karena
merupakan prekursor pembentuk secara langsung dari
semua kelompok lain dari golongan flavonoid.
Ki1111c1 Orgc111ik Hn/1n11 Aln111 I 77

Berdasarkan struktumya, yang menjadi atribut


penting adalah kerangka unik yang membedakan
chalkon dan dihidrochalkon dari flavonoid lainnya,
yakni pada struktur karbon tiga (C3) berbentuk rantai
terbuka yang menghubungkan cincin A dan cincin B,
tepatnya pada cincin heterosiklik C untuk kerangka
flavonoid utama.
Pada bahan alam tumbuhan, chalkon dapat
dikonversi menjadi kerangka flavanon melalui reaksi
stereospesifik yang dikatalisis oleh enzirn chalkon
isomerase. Kedekatan hubungan struktural dan
biogenesis antaTa calkon dan flavanon ini m enjelaskan
mengapa keduanya sering ditemukan bersama dalam
bahan alam. Hal ini juga merupakan alasan mengapa
chalkon, dihidrnchalkon, dan auron kadang-kadang
digambarkan bersama dengan fl.av anon dan
dihidroflavonol, yang selanjutnya dikenal sebagai
"flavonoid minor". Namun demikian, peningkatan yang
signifikan dalam jumlah senyawa-senyawa baTu dari
masing-masing kelompok flavonoid ini m enjadikan
istilah tersebut mungkin tidak lagi sesuai.
Tata nama dan penomoran atom pada kerangka
dasar chalkon, dihidrochalkon, dan auron m enjadi hal
yang spesifik juga bila dibandingka.n d engan kelompok
lain dari flavonoid. Perbedaan p entingnya adalah dalam
model penomoran atom, di mana angka utama (1 - 6)
ditempa tkan pada cincin B khusu s untuk chalkon dan
dihidroch alkon, d an an gka non -utama (1' - 6') p ad a
cin.cin A, sed an gkan kelompok flavonoid laitmya diberi
p enom oran sebaliknya. Perbed aan juga terda pa t p ada
unit C3 yan g m en ghubungkan cit1cit1 A d an B diberikan
simbol a dan b pada a tom C se telah gi1g11s ka rbonil,
sech111gkan <1 to n 1- !carbon p nd a cincin h eterosiklik C untuk
78 I K i m i a O r g a 11 i k B a h a n A l n m

kelompok flavonoid lainnya diberi nomor bersama-


sama dengan seluruh molekul pada cincin A.

HO H OH

2
b
OH 0
Chalkon

HO

Dihidrochalkon

HO

Auron
Gambar 4.9 Kerangka dasar chalkon dan auron

Khusus untuk sistem penomoran auron bersifat


anomali karena memiliki cincin C beranggota lima.
Hasilnya adalah bahwa posisi cincin A setara dengan
kelompok flavonoid utama dengan penomoran kurang
satu. Senyawa auron disebut juga sebagai senyawa 2-
benzyliden-coumaranon, meskipun tata nama
Ki 111 i a O r g a n i k B n II n 11 A I a 111 I 79

sistematisnya adalah 2-benzyliden-3(2H)-benzofuranon.


Demikian pula dengan senyawa auronol juga dapat
disebut sebagai 2-hidroksi- 2-benzylcoumaranon.
Tata nama sistematis menurut IUPAC yang
disepakati untuk kerangka dasar senyawa chalkon
adalah 1,3-difenil-2-propen-1-on. Namun demikian,
penyebutan nama ini terlalu rumit untuk penggunaan
rutin, bahkan untuk turunan senyawa sederhana yang
ditemukan secara alami seperti senyawa 2',4',4-
trihidroksichalkon (isoliquiritigenin), memiliki tata nama
sistematis yaitu 1-(2,4-dihidroksifenil)-3-(4-hidroksifenil)
-2-propen-1-on. Jadi untuk alasan ini, penggunaan tata
nama semi-sistematis (21,4' ,4-trihidroksichalkon) dan
nama umum (isoliquiritigenin) yang telah dikenal secara
luas.
Senyawa-senyawa chalkon yang ditemukan pada
bahan alam terdiri dari;
(i) Turunan chalkon sederhana (yang memiliki
substituen hidroksi, metoksi, metilendioksi, dan
metil).
(ii) Turunan chalkon terisoprenilasi.
(iii) Chalkon glikosida atau glikosida chalkon.
(iv) Dimer, oligomer, hasil adisi, dan struktur lainnya
yang terkonjugasi.
Chalkon jenis (i) sampai (iii), strukturnya tersusun dalam
kerangka dasar dengan peningkatan 0-substitusi.
Sebagai contoh adalah senyawa 2',41,2-trihidroksi-61-
metoksichalkon disusul senyawa berikutnya, yaitu 2'-
hidroksi-41,61,2-trimetoksichalkon. Kedua senyawa ini
adalah contoh kerangka (2' ,41,6' ,2)-tetra-0-substitusi
chalkon.
80 I Ki uzi n O rg n 11 i k Ba Im n Al am

HO

OMe 0 OH

2',4' .2-trihidroksi-6'-metoksiChalkon

OMe 0 OMe

2'-hidroksi-4',6',2-trimetoksiChalkon
Gambar 4.10 Struktur chalkon O-substitusi

Chalkon sebagai prekursor utama pembentuk


kerangka flavonoid utama, memiliki beberapa hal
penting yang berkaitan dengan jalur biosintesisnya. Hal
yang paling penting adalah reaksi katalis enzim yang
mengarahkan ke produksi calkon dan 6'-deoksicalkon.
K i 111 i t1 0 r g a n i k B n Jin 11 A I n m I 81

. ('yOH
CoASnOH + CoAS~
0
Malonyl-CoA p-Coumaroyl-CoA

CoASyy~~ - ~, {YOH

Diketide II

CoASnOH Polyketide
CO2 reductase
CoASH

CO2
CoASH
OH OH

Tetraketide

OH OH
0 ~ I
SCoA ~ 0 ~
SCoA ~ I
~ ~ ~ ~

0 0 OH 0

CoASH CoASH

' HO
HO ~ ,~
OH ' ?OH
A z I
BI
~ ~ ~
fl

0
Oialkon 6'-Deoksichalkon
Chalkollc1J'ingenin lsoliquiritigenin

Gambar 4.11 Mekanisme biosintesis chalkon


82 I K i m i n O r g n 11 i k B a Ir a n A l fl m

Pusat utama dari skema ini adalah biosintesis


dari 2',4',6',4-tetrahidroksichalkon, yang juga dikenal
dengan nama umum chalkonarigenin atau naringenin
chalkon. Senyawa ini dibentuk melalui kondensasi
berurutan dari tiga molekul malonil koenzim-A
(malonil-CoA) dengan salah satu para- coumaroyl-CoA,
dengan reaksi yang dikatalisis oleh chalkon sintase.
Produksi chalkon sebagai bahan alam merupakan
konvergensi dari dua jalur biosintesis, yaitu jalur
asetat (yang mengarah ke cincin A) dan jalur sikimat
(yang mengarah ke cincin B), masing-masing, disebutkan
sebelumnya . Mungkin dianggap bahwa tahap substitusi
hidroksil dapat dikendalikan oleh pengenalan berbeda
dari jalur sikimat yang diturunkan dari senyawa
prekursor Cinnamoyl-CoA. Dengan demikian,
prekursor cinnamoyl-CoA, para-coumaroyl-CoA,
caffeoyl-CoA, dan 3,4,5-trihidroksicinnamoyl-CoA akan
memberikan bentuk cincin B tersubstitusi, dengan pola
substitusi pada posisi 4-hidroksi , 3,4-dihidroksi, dan
3,4,5-trihidroksi.
Jumlah gugus hidroksil dalam cincin A chalkon
juga memberikan pertanyaan yang menarik karena
adanya banyak turunan 61-deoksichalkon. Sebuah
contoh senyawa khasnya adalah isoliquiritigenin (2',4',4-
trihidroksichalkon).
Selanjutnya mengenai turunan chalkon
terisoprenilasi. Kelompok isoprenoid yang terikat
sebagai substituen untuk kerangka flavonoid didapatkan
sebagai substituent prenil-, geranil-, furano-, dan
pyranochalkon. Sedangkan untuk glikosida chalkon,
substituent gula dapat diasumsikan sebagai gugus
pyranosida.
Ki 111 i a O r g a n i k B n Im 11 A I a III I 83

Informasi tentang biosintesis dihidrochalkon dari


kerangka chalkon masih sedikit yang diketahui. Lain
halnya dengan enzim yang terlibat dalam biosintesis
auron, di mana enzim ini telah diidentifikasi untuk
pertama kali pada sumber dari wama bunga kuning
snapdragon, A11tirrhi11um majus (Scrophulariaceae). Hal
ini disebabkan glikosida auron terletak dalam vakuola
sel-sel epidermis bunga, seperti 6-0-glukosida dari
aureusidin (4,6,3',4'-tetrahidroksiauron) dan bracteatin
(4,6,3' ,4',5' -pentahidroksiauron).
Aglikon-aglikon dari senyawa auron ini sekarang
diketahui terbentuk melalui aksi dari enzim aureusidin
synthase pada prekursor chalkon, calkonaringenin
(21,4 1,6 1,4-tetrahidroksichalkon) dan 21,41,6 1,3,4-penta-
hidroksichalkon.
Dua fitur penting dari mekanisme biosintesis
yang melibatkan aureusidin synthase adalah orto-
hidroksilasi chalkon pada cincin B dan tahap siklisasi
oksidatif untuk memberikan cincin C auron. Namun,
aureusidin juga dapat dibentuk dari 2',4',6',3,4-
pentahidroksi chalkon, yang mungkin melalui
transformasi awal orto-dihidroksi cincin B yang berujung
ke orto-dikuinon. Asal biosintesis auron tersebut adalah
dengan kehadiran satu atau sama sekali tidak ada gugus
hidroksil di cincin-B.
84 I Kimin Orgn11ik Balian Alam

HO OH
HO -7? OH
OH~ -
~ 1• ~ ~ I
2

6'

OH 0
Chalkon Chalkon

Aureusidin
synthase (AS)

HO 0

OH 0

l OH

Ho~if
OH O

l OH

HO'Q=rrOOH
OH O
Auron
Aureusldln

HO -"o'(~
OH-7--:::::-AS.......::-~-.....,..

02 OH 2
uo>==li--<1~
~
OH •
OH O OH
Auron
Chalkon Bracteatin

Gambar 4.12 Biosintesis auron dari prekursor chalkon

Senyawa flavonoid minor berikutnya adalah


senyawa flavan. Flavan tidak umum ditemukan sebagai
Ki 111 i a Organ i k B n lrn 11 A In m I 85

komponen bahan alam. Senyawa fenolat kompleks yang


merupakan komponen isolasi dari tumbuhan genus
Xanthorrhoea mengandung berbagai senyawa flavanoid
yang temyata proses isolasi dan pemurniannya sukar
dilakukan. Metilasi (dengan metil sulfat dan kalium
karbonat dalam aseton) terhadap fraksi-fraksi dari
ekstrak tumbuhan Xan tlzorrlzoea preissii menghasilkan
sejumlah senyawa flavanoid. Salah satu diantaranya
adalah senyawa 4',5,7-trimetoksiflavan (penomoran
struktur mengikuti penomoran kerangka dasar flavonoid
utama).
Selain senyawa dengan kerangka utama flavan,
terdapat pula senyawa-senyawa flavan tersubstitusi
dengan gugus hidroksil yang diistilahkan flavanol.
Posisi substituent hidroksil tepatnya pada atom C-3
dengan nama kerangka dasar flavan-3-ol, pada atom C-4
(flavan-4-ol), atau pada atom C-3 dan C-4 dengan nama
kerangka dasar flavan-3,4-diol.
Khusus pada struktur flavan-3-ol, mem.iliki pusat
asimetri utama pada posisi atom C-3-nya, sehingga
dapat membentuk stereoisomer dalam konformasi (+)-
dan (-)-. Struktur-struktur yang telah ditemukan sebagai
flavan-3-ol alam diantaranya adalah (+)-katechin dan (-)-
epikatechin, serta (+)-afzetechin dan (-)-epiafzetechin.

OH
~OH
((
HOYl(O'(~OH HO'ry:)O
._,,,. ..,,,
I
OH

~ .,,OH
~OH
OH
OH (+)-katechin (-)-epikatechin
86 I K i m i n O r g n 11 i k B a I ltlll A l a m

~OH ~OH

Hoyyo,(V Hoyyo,(,0
~OH ~··•oH
OH OH
(+)-afzetechin (-)-epiafzetechin

Gambar 4.13 Struktur flavan-3-ol alam

Flavanon dan dihidroflavonol juga merupakan


bagian dari Flavonoid minor. Akan tetapi, beberapa
dekade terakhir, jumlah total senyawa yang
diidentifikasi dalam kelompok flavonoid ini telah
meningkat beberapa kali lipat, sehingga istilah
"flavonoid minor" juga tidak lagi sesuai seperti halnya
chalkon dan auron.
Struktur umum dan penomoran atom pada
struktur flavanon dan dihidroflavonol dapat dilihat pada
gambar 4.14. Senyawa flavanon disebut juga
dihidroflavon sedangkan dihidroflavonol disebut juga 3-
hidroksiflavanon atau flavanonol.
Pemberian nama flavanon dan dihidroflavonol
disebabkan kekurangan ikatan rangkap antara karbon 2
dan 3 dalam cincin C pada kerangka flavonoid , yang
sejatinya ada dalam struktur flavon dan flavonol.
Dengan demikian, dalam flavanon , C-2 memiliki ruang
yang memuat satu atom hidrogen di samping cincin B,
dan C-3 memuat dua atom hidrogen.
Ki 111 i a Or g a 11 i k B n Im 11 A I a m I 87

3'

0 0
(25)-flavanon (2R,3R)-dihidroflavonol

Gambar 4.14 Struktur flavanon dan dihidroflavonol

Pada setiap struktur flavanon memungkinkan


dua bentuk stereoisomer karena C-2 adalah pusat
asimetri (pusat epimer). Akibatnya, cincin-B dapat
membentuk konfigurasi (25)- atau (2R)-. Sebagian besar
senyawa flavanon yang telah diisolasi, berupa
konformasi levorotatonJ (-)- atau (2S)-flavanon,
disebabkan reaksi enzimatik yang mengkatalis konversi
chalkon menjadi flavanon sifatnya stereospesifik.
Pada struktur dihidroflavonol, atom C-3 memiliki
ruang yang memuat satu atom hidrogen dan satu gugus
hidroksil, oleh karena itu C-3 juga merupakan pusat
asimetri. Dengan demikian, terdapat empat stereoisomer
yang mungkin untuk setiap struktur dihidroflavonol,
yaitu (2R,3R)-, (2R,3S)-, (2S,3R)-, dan (2S,3S)-. Keempat
konfigurasi ini telah ditemukan pada senyawa
dihidroflavonol alam, tetapi konfigurasi yang paling
umum ditemukan adalah (2R,3R)-.
Flavanon terdistribusi secara luas di alam,
biasanya terdapat sebagai glikosida. Flavanon terdapat
dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida
88 I K i m in O r g n 11 i k B a I ,a 11 A l 11 m

merupakan komponen utama dari tumbuhan genus


Prunus (Rosaceae) dan buah jeruk. Dua senyawa
flavanon glikosida yang paling umum adalah senyawa
nerigenin dan hesperetin, · yang terdapat dalam buah
anggur dan jeruk.

4.3.2 Flavonoid Utama (Flavon,Flavonol,Antosianin)


Pemberian nama "flavonoid" pada kelompok
senyawa ini berasal dari kata dasar "flavon". Alasan
pemberian nama tersebut karena flavon adalah jenis
senyawa dari kelompok ini yang paling banyak
ditemukan di alam dengan jumlah besar. Flavon yang
paling umum ditemukan adalah apigenin dan luteolin.
Senyawa ini terdistribusi secara luas di alam dan
merupakan contoh dasar senyawa dengan kerangka
utama flavon. Pada kerangka dasar flavon, penomoran
atomnya dimulai pada cincin heterosiklik C sampai ke
cincin A. gambamya sebagai berikut.
5'

OH 0

kerangka flavon
Gambar 4.15 Kerangka dasar flavon

Hampir setiap jenis senyawa flavonoid yang


ditemukan di alam berbentuk kerangka flavon mulai
dari senyawa yang diberi nama flavon hingga hingga
K i 111 i a O r g a n i k B a Im 11 A I a 111 I 89

senyawa dengan banyak substituen seperti nobiletin


(5,6,7,8,3' ,4'-lzeksametoksiflavon).
Flavon mudah diurai oleh alkali, menghasilkan
diasilmetan. Diasilmetan yang diturunkan dari flavon
mudah dikenali sebagai hasil degradasi. Warna hijau
terang yang diunjukkan menandakan bahwa senyawa
berada dalam bentuk enol. Diasilmetan mudah disintesis
dari asetofenon yang sesuai dan ester asam benzoat
tersubstitusi, atau dari o-asiloksiasetofenon, karena o-
hidroksidiasilmetan mudah diubah menjadi flavon
dengan pembentukan cincin dalam pengaruh katalisator
asam. Prosedur ini dapat digunakan sebagai panduan
dalam metode sintesis flavon.
Flavon stabil terhadap asam kuat dan etemya
mudah didealkilasi dengan penambahan asam HI / HBr,
atau dengan AICh dalam pelarut inert. Namun
demikian, selama demetilasi dapat terlihat penataan
ulang oleh pengaruh asam kuat, yang dapat
menyebabkan pembukaan cincin. Contoh, demetilasi 5,8-
dimetoksiflavon dengan HBr dalam pengaruh asam
asetat menghasilkan 5,6-dihidroksiflavon.
90 I K i m i a O r g a 11 i k B a I, a n A l a 111

HO

OH 0
flavon khrisin

OH OH

HO HO
OH

OH 0 OH 0
apigenin luteolin

HO
HO

HO
OH 0
wogonin
baikalein

OMe

MeO MeO
OMe

MeO MeO
OMe 0
nobile tin tangereti.n
Gambar 4.16 Senyawa flavon alam

Flavonol (3-hidroksiflavon) umumnya merupa-


kan komponen tumbuhan tingkat tinggi, dan ditemukan
dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Perbedaan
flavonol dengan flavon adalah w1tuk flavonol terdapat
Ki 111 i a O r g a n i k B n II n 11 A I a 111 I 91

substituen hidroksil pada C-3 dari kerangka flavon. Hal


rm mempengaruhi serapan sinar UV, bentuk
kromatogram, serta reaksi warnanya. Flavonol alami
yang paling sederhana adalah galangin (3,5,7-
trihidroksiflavon), sedangkan yang paling rumit,
hibissetin (3,5,7,8,3' ,4' ,5' -heptahidroksiflavon).
OH

HO

OH 0
galangin kaempferol

OH
OH
HO HO
OH
OH

OH 0

quersetin mirisetin

OH
HO
OH

hibissetin
Gambar 4.17 Senyawa flavonol alam

Bentuk khusus hidroksilasi yang dirujuk dari


turunan floroglusinol, diperoleh dalam dua bentuk
flavonol yang paling umum, yaitu kaempferol dan
quersetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi
flavon, biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai
92 I Ki m in O r g n 11 i k B a ha n A la m

glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-


glikosida. Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada
umumnya terdistribusi pada tumbuhan tingkat tinggi
tetapi tidak memperlihatkan hubungan
khemotaksonomi yang jelas.
Selanjutnya jenis flavonoid utama yang paling
mencolok dan dapat diamati pada tumbuhan adalah
antosianin. Antosianin merupakan kelompok flavonoid
utama pembentuk warna dasar sianik (pigmen) mulai
dari pink salmon, merah dan ungu sampai biru gelap
pada kebanyakan bagian bunga, buah, dan daun dari
tumbuhan angiospermae. Senyawa ini kadang pula
terdapat dalam jaringan tumbuhan lainnya seperti akar,
umbi, batang, bulbils, dan juga ditemukan di berbagai
tumbuhan gymnospermae seperti pakis, dan beberapa
spesies bryophyta.
Antosianin adalah glikosida antosianidin, yaitu
merupakan kerangka dasar struktur garam
polihidroksiflavilium (2-arilbenzopirilium). Sebagian
besar antosianin alam adalah glikosida (pada posisi 3-
atau 3,5-) dari sejumlah bentuk antosianidin.
K i 11,i a O r g a n i k B n h n 11 A I a m I 93

OH
rn
pelargonidin
sianidin, R =H
peonidin, R =Nia

OR

OR
OH
sianiclin 3-glukasida, R =H
delfinidin, R= R' = H
sianiclin 3,5-diglukaiida,
petunidin, R =l\1e, R' =H
R=glukasa
imlvidin, R =R' = lVIe

Gambar 4.18 Senyawa antosianin alam

4.4 Senyawa Stilben


Senyawa stilben adalah senyawa fenolik yang
secara biogenetik berkerabat dengan chalkon tetapi
kerangka dasan1ya kurang satu atom karbon, jadi
94 I K i 111 in O r go II i k B 11 /1 a 11 A I a 111

strukturnya adalah C&-C2-C&. Dahulu jenis senyawa ini


jarang ditemukan pada bahan alam sehingga kurang
diperhatikan. Namun, sekarang ini sudah banyak
ditemukan dan memiliki bioaktivitas yang m enarik.
Contoh senyawa yang khas dari jenis stilben
adalah asam lunularat dan resveratrol. Senyawa dengan
kerangka dihidrostilben, yaitu asam lunularat berfungsi
sebagai hormon pengatur pertumbuhan; dan senyawa
dengan kerangka dasar stilben, yaitu resveratrol
berfungsi sebagai fitoaleksin. Stilben ditemukan pula di
alam dalam bentuk polirner berupa dimer, trimer, clan
sebagainya.

OH
OH

HO

HO
OH
asam lunularat resveratrol
Gambar 4.19 Sh·uktur senyawa stilben

4.5 Senyawa Polifenol


Is tilah lain dari polirner fenolik yan g terdapat di
alam adalah senyawa polifenol. Sala11 satu senyawa
polifenol yang umum adalah tanin. Tanin ditemukan
secara luas dalam turnbuhan. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa tanin dapat bereaksi dengan
protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut
dalam air. Salah satu contoh reaksi tanin adala11 apabila
jaringan tumbuhan rusak, misalnya bila hewan
K i 111 i a O r g a n i k B n lzn 11 A I a 111 I 95

memakannya, maka reaksi dapat terjadi dan


menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan
pencemaan hewan. Dengan demikian dapat
diasumsikan bahwa sebagian besar tumbuhan yang
banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan
tumbuhan. Kita menganggap salah satu fungsi utama
tanin dalam lumbuhan adalah sebagai penolak hewan
pemakan tumbuhan. Dalam industri, tanin digunakan
untuk mengubah kulit hewan yang mentah menjadi
kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung
silang protein.
Secara kim.ia terdapat dua jenis utama tanin yang
tersebar pada tumbuhan, yaitu tanin-terkondensasi dan
tanin-terhidrolisis. Tanin-terkondensasi hampir terdapat
secara luas di dalam paku-pakuan dan gimnospermae,
serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada
jenis lumbuhan berkayu. Tanin-terkondensasi atau
flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dari
reaksi kondensasi (+)-katechin tunggal (atau (+)-
gallokatechin) yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-
karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan
satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8.
Kebanyakan flavolan mempunyai 2 sampai 20 saluan
flavon. Nama lain untuk tanin-terkondensasi ialah
proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam
panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung
satuan flavon terputus dan dibebaskan menjadi
monomer antosianidin. Sedangkan, tanin-terhidrolisis
penyebarannya terbatas pada tumbuhan dikotil. Tanin-
terhidrolisis terutama terdiri atas dua kelas, yaitu
depsida galoilglukosa dan dimer asam galat (elagitanin).
96 I K i uzi a O r g a 11 i k B a h a n A l a m

HO

OH

Satuan struktur flavolan

Gambar 4.20, Struktur senyawa tanin terkondensasi

4.6 Fenolik Pada Bahan Alam


Penelitian-penelitian bahan alam menunjukkan
bahwa distribusi utama senyawa-senyawa fenolik alam
yang jumlahnya melimpah adalah pada tumbuhan.
Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam
penting yang memiliki nilai khusus baik dari segi
ekonomi maupun sebagai paru-paru planet bumi.
Tumbuhan merupakan tempat tetjadinya sintesis
senyawa organik yang kompleks menghasilkan sederet
K i nli a O r g a 11 i k B n lrn 11 A I a 111 I 97

golongan senyawa dengan berbagai macam struktur.


Dalam Al Qur' an juga banyak dijelaskan tentang
manfaat tumbuhan, seperti pada salah satu ayat yang
artinya;
"Dan Dialalz yang menunmkan air lmjan dari langit,
lalu Kami tumbiihkan dengan air itu segala macam
tumbuh-tumbulum, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbulum itu tanaman yang menghijau.
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu
butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan
delima yang sentpa dan yang tidak sentpa.
Perlzatikanlah bualmya di waktu pohonnya berbuah
dan (perlzatikan pulalah) kematangmmya.
Sesungguhnya pada yang demikimz itu ada tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman." (Q.S. Al-An'aam/6: 99)

Al Qur' an juga menjelaskan bahwa Allah Swt.


telah menciptakan tumbuh-tumbuhan yang baik. Allah
berfirman dalam Q.S. Lukman /31: 10.
11
Dia menciptakan lmzgit tanpa tiang yang kamu
melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gzmung (di
a permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
~, menggoyangkan kamu; da!l '!'emrerkembang biakkan
/ padanya segala macam 1enzs bmatang. dan Kami
tuntnkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
padanya segala macam tumbuh-tumbulzan yang baik."
(QS. Lukman/ 31: 10)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt. telah
memberikan nikmat yang cukup kepada manusia lahir
98 I Kimin Orgn11ik Ba/J.trn Alam

dan batin, nikmat, jasmani dan rohani. Apa yang ada di


ruang angkasa dan di bumi boleh diolahnya dengan
ilmu dan teknologi yang dimiliki.

4.6.1 Senyawa fenolik pada Buah Zaitun


Bagian utama yang dimanfaatkan pada
tumbuhan zaitun adalah minyaknya yang sering disebut
minyak zaitun (virgin olive oil atau VOO). Kandungan
utama dari VOO adalah senyawa-senyawa fenolik.
Sebuah deskripsi singkat dari kelas utama senyawa
fenolik yang terkandung dalam VOO diuraikankan di
bawahini:
Asam fenolat. Ada dua seri utama asam.,
tergantung pada kerangka dasamya: asam benzoat
(C6-Cl: asam 3-hidroksibenzoat, asam para-
hidroksibenzoat, asam protokatekuat, asam.
gentisat, asam vanilat, asam gallat dan asam
siringat) dan asam sinamat (C6-C3: asam orto-
koumarat, asam para-koumarat, asam kaffeat, asam
ferulat dan asam sinapat). Struktur senyawa-
senyawa ini telah dibahas pada sub-bab 4.1.
Fenolik alkohol. Fenolik alkohol yang paling
penting dalam VOO adalah hidroksitirosol (Hyty)
dan tirosol (Ty). Selain kedua senyawa penting ini,
ditemukan pula senyawa lain, yaitu dua
turunannya, Hyty asetat dan Hyty glukosida,
dapat juga ditemukan. Hyty dan Ty hanya berbeda
dalam gugus hidroksil pada posisi meta.
Secoiridoid. Kelas senyawa ini khusus berada pada
tumbuhan dari famili Olearaceae. Zaitun terutama
mengandung oleuropein (01) polar dan ligstrosida
(Lig) glikosida. 01 adalah ester asam elenolat (EA)
dengan Hyty, dan Lig adalah ester dari EA dengan
K i m i a O r g a 11 i k B a Jin 11 A I a 111 I 99

Ty. Aglikon 01 dan Lig (masing-masing 01


konduktor dan Lig konduktor,) yang dibentuk oleh
penghilangan gugus glukosa dari glikosida oleh
enzim endogen ~-glukosidase selama pemasakan,
ekstraksi minyak dan penyimpanan.
Lignan. Senyawa lignin jenis (+)-1-Pinoresinol,
(+)-1-hidroksipinoresinol dan (+)-1-asetoksi-
pinoresinol dalam minyak zaitun yang paling
sering dilaporkan.
Flavonoid. Flavonoid utama yang terkandung
dalam V00 adalah apigenin dan luteolin, yang
terbentuk dari keberadaan glukosida dalam buah
berbiji tersebut.
Suatu senyawa fenolik baru juga telah diisolasi
dan dim.urnikan dari fraksi butanol buah zaitun Cina
(Canarium album L.) melalui kromatografi kolom yang
dielusi dengan 90% (v/v) etanol-berair untuk
mendapatkan fraksi fenolik. Fen~lik yang dipisahkan
lebih lanjut pada kromatografi kolom dengan adsorben
poliamida dielusi dengan etanol berair untuk
memberikan beberapa fraksi, di mana konsentrasi etanol
meningkat dari 0 sampai 100% dengan penambahan
sebesar 20%. Fraksi yang dimumikan menghasilkan
senyawa baru yaitu 3-0-galloyl butil ester asam quinat.
100 I Kimi n Or g n 11 i k Bah an A.lam

0~
0
OH
HO 0
OH
OH
OH

3-O-g alloy I
butil ester asam quinat
Gambar 4.21 Struktur 3-O-galloyl butil ester asam
quinat

Fenolik VOO (virgin olive oil) dipartisi berturut-


turut dengan heksana dan etil asetat dan difraksinasi
dengan kromatografi kolom menggunakan silika gel dan
Sephadex LH-20 menghasilkan bentuk dialdehidat dari
aglikon dekarboksimetil ligstrosida (p-HPEA-EDA),
suatu senyawa fenolik yang mengaktifkan enzim AMP-
activated protein kinase untuk menghambat
karsinogenesis.
Fenol dan tokoferol juga dipisahkan dari minyak
zaitun dengan kromatografi kolom menggunakan
adsorben alumina (AhO3). Prosedur ini dipakai untuk
mengevaluasi perubahan komposisi fenolik dari VOO
selama penggorengan.
Konsentrasi hidroksitirosol (3,4 DHPEA) dan
turunan secoiridoidnya (3,4-DHPEA-EDA dan 3,4-
DHPEA-EA) dalam minyak zaitun menurun dengan
cepat ketika minyak berulang kali digunakan untuk
menyiapkan makanan gorengan. Namun, tyrosol (p-
K i nli a O r g a n i k B n h n 11 A I a m I 101

HPEA) dan turunannya (p-HPEA-EDA dan p-HPEA-


EA) dalam minyak, jauh lebih stabil selama proses
menggoreng.

p-HPEA-EDA
Gambar 4.22 Struktur senyawa p-HPEA-EDA

4.6.2 Senyawa fenolik pada Buah Delima


Buah delima adalah sejenis buah berry dengan
diameter 5 - 12 cm. Senyawa fenolik terdistribusi di
seluruh bagian tumbuhan delima, diantaranya
ditemukan dalam buah, daun, bunga, kulit batang, dan
akar.
Penelitian ilmiah umumnya berfokus pada buah
delima sebab berkaitan dengan pengolahan komersial
dari buah dalam tingkatan industri. Kelompok senyawa
fenolik yang ditemukan dalam buah delima dan
kuantitasnya sebagian besar dipengaruhi oleh bahan
baku dan kondisi iklim selama pematangan buah serta
penyimpanan pasca panen dan teknik perawatan.
Salah satu komponen penting dari senyawa
fenolik delima adalah asam ellagat (ellagic acid atau EA).
102 I Ki m i rz O r g n 11 i k B ah a n A la 111

EA dapat ditemukan dalam bentuk bebas (bentuk


aglikon), dalam bentuk terkonjugasi dengan gugus
glikosida.

OH
OH

HO
OH
asam ellagat

Gambar 4.23, Struktur asam ellagat (EA)

Peneliti juga mengidentifikasi dalam produksi jus


delima, dan profil fenolik yang ditemukan menjadi
sangat berbeda jika jus terbuat dari isi buah saja
dibandingkan dari buah utuh. Dalam penelitian yang
sama juga dilaporkan bahwa jus delima dari buah utuh
menunjukkan aktivitas antioksidan tiga ka~ lebih tinggi
dari anggur merah dan teh hijau.
Sejumlah penelitian telah menyimpulkan bahwa
jus delima komersial menyajikan aktivitas antioksidan
yang sangat tinggi.
Asam hidroksibenzoat terutama ditemukan
dalam isi buah, sedangkan asam galat kebanyakan
terdapat pada kulit buah. Asam Hidroksisinnamat
diidentifikasi hanya dalam isi buah, sedangkan asam
K i 111 i a O r g a n i k B a Im 11 A I a 111 I 103

kaffeat dan asam klorogenat yang dilaporkan hanya


ditemukan dalam kulit buah.
Khusus senyawa golongan flavonoid, yang
diidentifikasi pada kulit buah adalah senyawa (+)-
katechin, (-)-epikatechin dan (-)-epigallokatechin
(kerangka dasar flavan-3-ol), naringenin-7-0-rutinosida
(kerangka dasar flavanon), luteolin dan luteolin-7-0-
glukosida (kerangka dasar flavon),serta quercetin,
kaempferol, rutin, kaempferol-3-0-glukosida dan
kaempferol-3-0-rhamnoglikosida (kerangka dasar
flavonol); sedangkan dalam isi buah ditemukan senyawa
flavonol dihidrokaempferol-heksosida.
Kelompok senyawa flavonoid lainnya, yaitu
kelompok antosianin juga telah diidentifikasi pada buah
delima. Senyawa antosianin yang ditemukan adalah
delphinidin-3,5-diglukosida, delphinidin-3-glukosida,
cyanidin-3-glukosida, cyanidin-pentosida-heksosida,
sianida-3-rutinosida, sianida-3-pentosida, cyanidin-3-
heksosida, cyanidin-3,5-diglukosida, pelargonidin-3-
glukosida, dan pelargonidin-3,5-diglucoside, yang
terdapat dalam isi buah dan kulit buah dalam
konsentrasi sama.
Buah delima sangat kaya tanin terhidrolisis,
termasuk gallotanin. Gallotanin mewakili kurang dari
kurang dari 2% dari total tanin terhidrolisa, khususnya
pada jus delima yang dibuat hanya dari bagian isi buah
tanpa kulit buah.
104 I Ki m in O r g n 11 i k B 11 /1c111 A la m

HO OH
OH
0

Hoifoo ~ (o o p o H OH
I ~a ~I
HO ;: O o~o O OH

HO
~
~
' OH
r ~
~
OH
OH HO OH
Gambar 4.24 Struktur Gallotanin

4.6.3 Senyawa fenolik pada Buah Anggur


Anggur kaya akan kandungan metabolit
sekunder sehingga tumbuhan berbuah ini begitu
populer di kalangan masyarakat ilmiah. Beberapa
bidang penelitian yang berbeda telah melakukan studi
metabolomik pada buah anggur dan mengungkapkan
profil fenolik dari tumbuhan ini, termasuk polifenol
seperti resveratrol, fenolik sederhana seperti asam
kaffeat, golongan flavonoid seperti (+)-katechin,
quercetin dan lain-lain. Sen,yawa-senyawa yang
ditemukan ini merupakan zat yang sangat bioaktif.

Resveratrol Anggur
Beberapa tahun terakhir ini, penelitian tentang
analisis komposisi anggur dan pengaruhnya pada
kesehatan manusia memberikan kesimpulan hahwa
senyawa resveratrol adalah salah satu komponen fenolik
K i 11,i a O r g a n i k B n Jin 11 A I a 111 I 105

utama dari anggur. Perlu dicatat bahwa ilmuan medis


mempromosikan bahwa efektivias buah anggur
disebabkan oleh metabolit sekunder yang terkandung di
dalamnya.
Resveratrol adalah salah satu zat polifenol yang
dianggap memiliki aktivitas antioksidan dan fungsi
untuk pertahanan makhluk hidup. Resveratrol adalah
stilben yang diproduksi secara alami oleh lebih dari 70
spesies tumbuhan sebagai reaksi defensif melawan
patogen atau radiasi Ultraviolet. Sejauh ini resveratrol
merupakan komponen phytoalexin yang memberikan
efek resistensi jangka panjang untuk patogen tertentu
dan dilaporkan bahwa dalam anggur, resveratrol
memberikan resistensi terhadap penyakit jamur.

OH HO

HO

OH OH

trans-resveratrol cis-resveratrol

Gambar 4.25 Struktur resveratrol

Resveratrol (3,5,4' -trihidroksistilben), bersifat


larut dalam lemak dan terdapat dalam dua bentuk
isomer; cis dan trans. Kedua bentuk ini dapat berikatan
dengan molekul glukosa sehingga resveratrol yang juga
tetjadi secara alami sebagai glukosida fenolik dalam
anggur yang dikenal sebagai piceid.
106 I Ki m i n O r g rz 11 i k B a h a n A l 11 Ill

Resveratrol alami dalam anggur kebanyakan


disintesis pada kulit buah, sedangkan muscadine anggur
ditemukan juga dalam biji. Kandungan zat ini dalam
anggur merah lebih tinggi daripada dalam anggur putih.
Isi resveratrol total pada 100 g anggur merah bervariasi
antara 0,15 mg dan 0,78 mg. Diperkirakan bahwa kulit
anggur segar mengandung antara 50 - 100 mg
resveratrol per gram berat basah. Kuantitas senyawa
resveratrol dalam anggur dipengaruhi oleh kultivar
anggur, asal geografis dan paparan penyakit jamur atau
kondisi stres lingkungan lainnya.
Para ilmuwan baru-baru ini tertarik pada
aktivitas biologis phytoalexins anggur dan efeknya pada
kesehatan manusia. Data penelitian menunjukkan bahwa
konsumsi anggur mengurangi resiko penyakit jantung
koroner. Penemuan sifat bioaktif resveratrol anggur
mendorong peneliti untuk menganalisis pengaruh
resveratrol pada manusia dengan status predisposisi
yang dikenal dengan istilah penyakit jantung
kardiovaskuler.
Resveratrol telah dibuktikan memiliki peran
utama yang berhubungan dengan efek
kardioprotektifnya. Penegasan ini didukung dengan
hasil dari penelitian yang menunjukkan bahwa senyawa
yang disintesis dan dimurnikan sebagai struktur trans-
resveratrol efektif untuk mencegah aritmia reperfusion
induced dan mortalitas pada tikus.
Berdasarkan pengamatan, diasumsikan bahwa
mekanisme perlindungan dari resveratrol adalah karena
aktivitas sebagai antioksidan intraseluler, agen anti-
inflamasi, dan karena kemampuannya untuk
menginduksi angiogenesis dan ekspresi nitrat oksida
synthase serta untuk menstabilkan kadar lipoprotein
Ki 11li a O r g a n i k B n Im 11 A I a 111 I 107

(LDL) dan meningkatkan jumlah peroksidasi dari high


density lipoprotein (HDL).
Mekanisme kardioprotektif lain dari resveratrol
adalah kemampuannya untuk menghambat agregasi
trombosit, sehingga mencegah pembentukan trombus.
Sisi penting lain dari efek perlindungan jantung
resveratrol adalah partisipasinya dalam kondisi yang
disebut "preconditioning", yang dikenal sebagai salah
satu teknik yang paling ampuh untuk menjelaskan
mekanisme cardioprotection. Preconditioning meliputi
beberapa siklus pendek iskemia reversibel, masing-
masing diikuti oleh durasi pendek reperfusi .
Proses preconditioning pada status mediasi
cardioprotection membuat jantung tahan terhadap
cedera iskemik mematikan berikumya. Preconditioning
menginduksi ekspresi beberapa protein heat slwck dan
enzim antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase dan juga meningkatkan transduksi sinyal
dengan mengaktifkan sinyal kelangsungan hidup dan
menghambat jumlah kematian.
Resveratrol memberikan fungsi cardioprotedion
dengan meningkatkan pemulihan pasca iskemi dan
mengurangi ukuran infark miokard dan apoptosis
kardiomiosit. Namun, mekanisme untuk meningkatkan
pertahanan endogen jantung tidak sepenuhnya jelas dan
diperlukan studi lebih banyak untuk lebih memahami
jalur sinyalnya.
Resveratrol juga memiliki efek terapeutik pada
gangguan neurologis. Data terakhir menunjukkan
bahwa senyawa phytoalexin ini memiliki potensi sebagai
pelindung dan terapi terhadap gangguan neurologis
tertentu. Penyakit neurodegeneratif adalah salah satu
tantangan yang signifikan dari obat-obatan dan
108 I Ki 11zi a O r g n 11 i k B ah a n A la m

melibatkan kerusakan atau hilangnya progresivitas


neuron dan bahkan kematian sel. Penyakit ini bersifat
genetik dan biasanya disebabkan oleh mutasi genetik.
Penyebab non-genetik lainnya dari kelainan tersebut
adalah kemungkinan karena racun, bahan kimia dan
kondisi medis tertentu seperti alkoholisme dan stroke.
Sejauh ini senyawa resveratrol telah dilaporkan
memiliki sifat antioksidan yang kuat dan aktivitas
antiinflamasi sehingga dapat digunakan dalam
pengobatan dan pencegahan penyakit neurodegeneratif.
Studi epidemiologis juga menunjukkan bahwa konsumsi
secara rutin anggur merah berkorelasi dengan
penurunan yang signifikan dari penyakit Alzheimer dan
demensia.

Flavonoid Anggur
Antosianin pada anggur didasarkan pada lima
kerangka dasar antosianidin, yaitu cyanidin, peonidin,
petunidin, delphinidin, dan malvidin. Pada beberapa
varietas anggur kebanyakan mengadung senyawa
antosianin dalam bentuk glukosida, di antaranya 3-
monoglukosida, 3,5- diglukosida, 3-asetilglukosida, 3-
para-coumaroylglukosida, dan 3-caffeoylglukosida.
Caffeoylglucoside peonidin telah terdeteksi pada
spesies anggur Vitis vinifera dengan HPLC-MS.
Caffeoylglukosida cyanidin, delphinidin, dan petunidin
juga telah diidentifikasi dalam fraksi yang diperoleh dari
ekstrak kulit buah anggur. Senyawa 3,5-diglukosia dan
3-(para-coumaroylglukosid)-5-glukosida dari lima
antocyanidin diidentifikasi pada Vitis labntsca.
Anthocyanin terdistribusi di bagian kulit buah.
Resonansi spektrum mikroskop Raman mengindikasikan
bahwa antosianin anggur terutama dalam bentuk
K i nii a O r g a 11 i k B n Jin II A I a III I 109

quinonoidal n eh·al d alam struktur dan terdapat sebagai


kation flavylium dalam vakuola.
Flavan-3-ol ditemukan d alam an ggur sebagai
m onomer, oligomer, dan polimer. Monom er utam a
ad alah (+)-katechin, (-)-Epikatechin, (+)-gallokatechin
d an (-)-Epikatechin-3-gallat.
Flavonol yang ditemukan pad a kulit an ggur
berupa 3-glikosida dari slTuklur kuersetin, kaempferol,
isorh amnetin, dan m yricetin. Sejumlah kecil d ari aglikon
yang sesuai juga telah dilaporka.n. Senyawa flavonol
utama dalam anggur adalah kuersetin-3-glukrn,ida dan
kuerseti n-3-glucuronida. Flavonol anggur lailu1ya adalah
myricetin-3-glukosida, kaempferol-3•glul<osida,
iaorhanrnetin glul osida, myriceti.n glul<urom1t,
kaempferol glukuron at, kaem pferol galaktosida,
kaempferol glukosylarabin osida, quercetin
glukosylgalaktosida, quercetin glukosylxylosida, d an
quercetin -3-rhamnosylglukosida .
Dua glikosida flavon, yaitu luteolin-7-glukosida
dan apigenin-7-glu kosida ditemukan pada bagian d aun
poh on an ggur. Sedan gkan senyawa dihidroflavonol,
yaitu d ihidroqu ercet:in-3-rhamnosida (aslilb:in) dan
dihidrokaen,pferol-3- rhamnosida (en geletin) telah
d:iiden tifikasi d alam kulit batang dan kayu batan g
an ggur. Sedangkan unluk total pollien ol dari an ggur
belum d iuraikan secara rinci.
110 I K i 111 i a O r g a 11 i k B a h a n A l a Ill

HO

OH 0 OH
astilbin

OH

HO

0 ..
OH OH~O

HO ~
OH
engeletin
Gambar 4.26 Glukosida flavon pada anggur

4.6.4 Senyawa fenolik pada Tumbuhan Artocarpus


Tumbuhan Artocarpus merupakan genus terbesar
dalam £am.ill Moraceae yang diketahui sebagai salah satu
sumber senyawa fenol, terutama golongan flavonoid.
Penyelidikan kimiawi menunjukkan bahwa senyawa
metabolit sekunder pada Artocarpus ini memperlihatkan
efek hipotensif, antimikroba, dan antitumor.
Kimi a Or g a 11 i k Ba lz n 11 A I am I 111

Beberapa spesies tumbuhan Artocarpus yang telah


diteliti seperti Artocarpus champeden Spreng. atau dikenal
dengan nama cempedak, Artocarpus lanceifolius Roxb.,
Artocarpus tet1smanii Miq., dan lain-lain telah
mengbasilkan banyak senyawa kimia baru yang
umumnya mempunyai kerangka dasar flavonoid, antara
lain ialah artoindonesianin Z-3, artoindonesianin Z-1,
artoindonesianin C, artoindonesianin P,
artoindonesianin Z-2, artoindonesianin V,
artoindonesianin B, artoindonesianin, artoindonesianin
G, bersama-sama dengan artonol B, dan artokarpanon.
Nama-nama senyawa Artoindonesianin berasal
dari kata Artocarpus dan Indonesia memiliki makna
barfiah nangka Indonesia atau senyawa kimia dari
nangka yang ditemukan pertama kali oleb orang
Indonesia. Ilmuwan-ilmuwan Indonesia mengisolasi
senyawa-senyawa tersebut dengan metode terpadu
dengan uji-uji bioaktivitas, terutama sebagai antikanker.
Uji biologi senyawa-senyawa artoindonesianin
terbadap sel tumor P-388 menunjukkan basil yang
menggembirakan. Sel P-388 adalah biakan sel tumor
leukemia di laboratorium yang dapat direkomendasikan
untuk uji pra-klinis dan uji klinis lanjutan dalam bidang
kedokteran.
Beberapa jenis senyawa flavonoid pada
Artocarpus ini telah diuji aktivitas biologisnya dan
memperlihatkan sifat antikanker atau anti.tumor
berdasarkan basil uji sitotoksik yang tinggi terbadap sel
tumor P-388 dengan masing-masing nilai ICso <10
µg/ mL. Adapun senyawa-senyawa flavonoid Artocarpus
yang bersifat bioaktif, diantaranya;
• artoindonesianin Z-3 dengan IC50 3,7 µg/mL,
• artoindonesianin Z-1 dengan IC50 5,9 µg/mL,
112 I Kimi a Or g rz 11 i k 13 ah an A I am

• artoindonesianin C dengan ICso 6,2 µg/ mL,


• artoindonesianin P dengan ICso 4,6 µg/ mL,
• artoindonesianin Z-2 dengan ICso 1,6 µg/ mL,
• artoindonesianin V dengan ICso 0,5 µg/ mL,
• artoindonesianin B dengan ICso 3,9 µg/mL,
• artoindonesianin dengan ICso 0,2 µg/ mL, dan
• artoindonesianin G dengan ICso 0,7 µg/mL.

Senyawa artoindonesianin memperlihatkan pula sifat


menghambat transpor asam amino leusin melalui
membran usus ulat sutera BomlnJX mori, ICso 0.23
mmol/L.
Senyawa-senyawa fenolik golongan flavonoid
yang menunjukkan ativitas sebagai antikanker seperti
dicontohkan di atas dapat dikelompokkan berdasarkan
hubungan biogenesis atau jalur biogenesis seperti
terlihat pada Gambar berikut ini.
K i 111 i a O r g a n i k B n h n II A I a m I 113

Artonol B Artoindonesianin Z-3


ICso > I 00 ug/mL 1Cso3.7 ug/mL

~-~~ICso 5.9 ug/mL Artoindonesianin C


t IC,o6.2 ug/mL ~

ICso 4.6 ug/mL ICso 1.6 ug/mL


CH 01

Artoindoncsianin V
ICsn 0.5 ug/mL
Artoindonesianin 8
1Cso3.9 ug/mL
'\.
"-. l /_ / Artoindonesianin
ICso 0.2 ug/mL

-w~_
Artokarpanon
~ - - - - - . J

Artoindonesianin G
ICso 19.3 ug/ml ICso 0.7 ug/mL
Gambar 4.27 Hubungan biogenesis flavonoid
Artocarpus
Pada spesies Artocarpus altilis khususnya telah
diisolasi senyawa turunan 3-prenilflavon yaitu
1141 Kimia Orgnuik Balu1n A.lam

artokarpin dan senyawa turunan oksepinoflavon,


artoindonesianin B. Senyawa artokarpin bersifat
sitotoksik tinggi terhadap sel tumor P-388 (ICso = 1,9
µg/ mL) Selain itu senyawa ini juga bersifat anti kanker
karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri
karsinogenik dan telah dipatenkan untuk pengawet,
kosmetik dan antimikroba.
Artoindonesianin B juga telah diteliti dan
dibuktikan memiliki kemampuan menghambat sel
tumor P-388 dengan nilai ICso 3,9 µg/mL (konsentrasi
menghambat sel tumor percobaan separuh),
sebagaimana telah dilaporkan sebelumnya. Ini adalah
kemampuan luar biasa, karena berdasarkan data
penelitian farmakologi, suatu senyawa layak digunakan
sebagai antitumor bila memiliki harga ICso dibawah 10
µg/mL.
Artonin E juga telah diuji sifat biologisnya, antara
lain: bersifat sitotoksik kuat terhadap 11 jenis sel tumor,
dan khususnya pada sel tumor P-388 memiliki nilai IC50
= 0,06 µg/mL. Selain pembuktian terhadap sel tumor,
senyawa ini juga menunjukkan aktivitas inhibitor yang
kuat pada proses pembelahan rantai DNA dan mampu
menurunkan sekresi protein pada penyakit glonzentral.
Ki 11,i a Or g a n i k B n II n 11 A I a m I 115

artokarpin

OH

OH

artonin E
Gambar 4.28 Struktur flavonoid Artocarpus altilis

Senyawa-senyawa yang ditemukan pada


tumbuhan Artocarpus fretessi Hassk juga memiliki
keistimewaan tersendiri. Misalnya, senyawa
artoindonesianin X dan artoindonesianin Y adalah
senyawa yang baru ditemukan. Senyawa turunan 2-
arilbenzofuran jarang ditemukan pada genus Artocarpus.
Pada penelitian sebelumnya hanya ditemukan dua
senyawa dari dua spesies yang berbeda yaitu artotonkin
dari Artocarpus tonkinensis dan artoindonesianin O dari
Artocarpus gomezianus.
Pada kajian struktural, genus Artocarpus telah
memberikan contoh utama dari kegiatan biosintesis
116 I Ki m in O r g fl 11 i k B ah a n A la Ill

untuk menghasilkan struktur siklik flavon yang


kompleks, terutama yang tersubstitusi dengan rantai
samping C-prenylasi dan flavon tersubstitusi
pyrano. Pada bentuk substitusi pyrano, siklisasi terjadi
antara posisi 6'- dan 3- dari kerangka flavon
menghasilkan struktur xanthonoid (misalnya , artonol E,
artonol D).

MeO

Artonol E Artonol D
Gambar 4.29 Struktur pyranoflavon Artocarpus

Lebih lanjut dan bahkan ada Kecenderungan


lebih menonjol diwakili oleh keunikan siklisasi antara
gugus 2'-0H dan posisi C-6 dari kerangka inti flavonoid.
Dalam kajian ini, siklisasi dapat membentuk struktur
dengan model cincin beranggota enam atau tujuh
termasuk atom oksigennya. Contoh bentuk siklisasinya
adalah pada struktur artocommunol CA dan
artelastocarpin. Artonin K juga merupakan contoh lain
dari siklisasi kompleks.
Ki 111i a Organ i k B n II n II A I a 111 I 117

MeO

Artocommunol CA ArtoninK

17
Artelastocarpin
Gambar 4.30 Siklisasi kompleks flavon Artocarpus

Pada umumnya, siklisasi antara posisi 7-0H dan


C-8 tetjadi pada berbagai turunan flavon dari Artocarpus
(misalnya, artonol D, artocommunol CA, artelastofuran.
Namun demikian, khusus pada spesies Artocarpus rigida
menghasilkan dua bentuk senyawa, yaitu siklisasi 7,6-
dan 7,8- (misalnya, senyawa artonin M dan artonin P).

4.6.5 Senyawa fenolik dari berbagai tumbuhan


Asam fenolik (seperti asam ferulat dan asam
galat), golongan flavonoid (seperti flavonol, katechin dan
turunan-turunan anthocyanidin) dan procyanidin dari
buah-buahan liar blackberry Aristotelia chilensis telah
diperoleh dengan menggunakan kromatografi flash dan
118 I Ki 11zi a Or g r111 i k Bah an Al 11 111

kromatografi kolom gravitasi menggunakan silika gel


dan Sephadex LH-20 yang dielusi dengan n-heksan; n-
heksana-etil asetat (1:1); etil asetat-metanol (1:1); dan
metanol.
Pyrogallol dan asam fenolat dimurnikan dari
ekstrak yang dipisahkan dengan lemaknya dari minyak
suling Juglans regia melalui kromatografi kolom
menggunakan Sephadex LH-20 dielusi dengan metanol,
dilanjutkan dengan kromatografi kolom silika gel yang
dielusi dengan kloroform-aseton (40:1) v/v. Senyawa etil
gallat diperoleh dengan rekristalisasi dari metanol.
Asam protokatekuat diperoleh setelah melewati
kromatografi kolom Sephadex LH-20 dielusi dengan
CH2Ch-Et0H, 1:1, v/v dan pemurnian lebih lanjut
dengan kromatografi kolom silika gel dielusi dengan
Chloroform-metanol, 20: 1.
Asam galat dan 3,4,8,9,10-pentahidroksidibenzo-
[b,d]-Piran-6-on dipisahkan dengan kromatografi kolom
silika gel dan dielusi dengan campuran kloroform-
metanol.
OH
HO

OH
OH

3,4,8,9,10-pentahidroksidibenzo-
[b,d]pyran-6-on
Gambar 4.31 Struktur 3,4,8,9,10-pentahidroksidibenzo-
[b,d]-Piran-6-on
Senyawa alkil protokatekuat menunjukkan
aktivitas radikal-scavenging lebih tinggi daripada
K i 11Ii a O r g a n i k B a Im 11 A I a m I 119

antioksidan alami asam protokatekuat. Selain itu,


keberadaan gugus alkil dalam asam karboksilat
menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam
aktivitas antioksidan turunannya.
Teknik pemisahan dengan kromatografi kolom
sangat efisien untuk mengisolasi kurkumin dari Curcuma
longa. Kurkumin diekstraksi dengan penggunaan pelarut
yang relatif sedikit dan volume minimum. Setelah
melarutkan senyawa target, kolom dielusi dengan etanol
80%.
Kuantitas ekstraksi lebih dari 99% untuk
kurkumin yang diperoleh dari kromatografi kolom,
dibandingkan melalui ekstraksi ultrasonik yang dibantu
dengan 10 kali lipat jumlah pelarut etanol 80%, hanya
sekitar 59 % hasil yang diperoleh.

Senyawa Chalkon
Leridalchalkon adalah contoh senyawa chalkon
yang termasuk langka (dengan substituen C- metil dan
formil) yang diisolasi dari bagian akar Petiveria alliacea
(Phytolaccaceae). Senyawa lain yang lebih menarik lagi
adalah chalkon terhalogenasi pertama yang diperoleh
sebagai bahan alam, yakni senyawa 5'-bromo-2'-
hidroksi-4',6',4-trimetoksichalkon, diperoleh dari daun
Garcinia nervosa (Guttiferae) bersama-sama dengan
turunan yang sudah diketahui yaitu 2'-hidroksi-4',4-
dimetoksichalkon dan 2'-hidroksi-4',6',3,4-
tetrametoksichalkon. Kehadiran bromin sebagai
substituen dianalisis berdasarkan data spektrometri
massa dan analisis kimia.
Penemuan senyawa chal.kon masih menunggu
penelitian isolasi dan karakterisasi dari sumber alam.
Senyawa dengan nilai diagnostik terbesar untuk
120 I K i m i a O r g a 11 i k B a h t1 n A l a m

membedakan chemotypes regional dan kemungkinan


garis keturu.nan evolusi adalah senyawa 4'-0-
metilchalkon, xanthogalenol, chalkon terisoprenilasi dari
spesies HelicltnJSUm (Asteraceae). Sangat menarik untuk
dicatat dari sudut pandang taksonomi bahwa profil
senyawa chalkon dari spesies Helichn1sum, menunjukkan
bahwa senyawa ini mewakili karakter kimia yang patut
dilestari.kan.

Me
MeO.,4 1
.,..,OH
7
H l_ 16' ~
y~
0 OH 0
leridalchalkon

5'-bromo-2'-hidroksi-4',6',4-trimetoksichalkon

Gambar 4.32 Struktur chalkon alam

Famili Lauraceae adalah famili tumbuhan yang


relatif sedikit mengandung senyawa chalkon
terisoprenilasi yang telah dilaporkan, karena umumnya
mengandung senyawa terpenoid. Salah satu contoh
,Ki nli a O r g a n i k B n Jin 11 A I a 111 I 121

senyawa fenolik baru yang ditemukan adalah linderol A,


yang diisolasi dari kulit Lindera umbellata.

OH 0

linderol A
Gambar 4.33 Struktur chalkon terisoprenilasi

Senyawa calkon yang memiliki bioaktivitas


sebagai agen kemopreventif untuk kanker dari sumber
alam adalah senyawa munsericin. Senyawa ini diuji
aktivitasnya dalam menghambat aktivitas enzim
ornithin dekarboksilase dalam sel kultur. Agen
kemopreventif kanker terdiri dari tiga sifat penting:
• penghambatan aktivasi metabolik prokarsinogen
• induksi enzim detoksifikasi karsinogen
• penghambatan tahap awal dari pertumbuhan sel
tumor.
Kanzonol C, juga merupakan senyawa kelompok
chalkon yang diperoleh melalui fraksinasi-bioassay
terpadu, dari akar tumbuhan licorice (GlyetJrrhiza sp.).
Senyawa ini menunjukkan aktivitas antileishmanial
yang tinggi secara in vitro, menggunakan assay
berdasarkan penghambatan serapan timidin dalam
122 I Ki m in O r g n 11 i k B a Im n A I a m

perkembangbiakan promastigot Leishmania donovani.


Senyawa ini telah disintesis sebelumnya sebagai obat
antiulcer yang potensial, tetapi tidak dikenal sebagai
bahanalam.
Aktivitas biologis chalkon terisoprenilasi dari
famili Moraceae juga tidak kalah menarik. Aktivitas
yang menarik adalah bioaktivitas penghambatan enzim
5-a-reduktase yang ditunjukkan oleh chalkon
tergeranilasi yang diisolasi dari daun Artocarpus incisus.
Efek penghambatan akan berkurang apabila substituen
geranyl kurang, seperti pada senyawa butein (2',4',3,4-
tetrahidroksichalkon).
Buah dari Neoraputia magnifica (Rutaceae)
menghasilkan senyawa pyranochalkon, dengan aktivitas
penghambatan yang rendah terhadap glycosomal
gliseraldehida-Dehidrogenase-3-fosfat dari TnJpanosoma
crnzi, agen penyebab Chagas disease.
Dua flavon polimetoksilasi juga telah diisolasi
dari sumber bahan alam Neoraputia magnifica (Rutaceae)
bersama senyawa calkon di atas. Senyawa ini
menunjukkan aktivitas penghambatan yang tinggi
dalam pengujian terhadap glycosomal gliseraldehida-
Dehidrogenase-3-fosfat dari Tnjpanosoma crnzi, agen
penyebab Chagas disease.
Khusus untuk senyawa baru beta-hidroksical.kon
terisoprenilasi tersebar secara terbatas pada famili
tertentu, termasuk pada tiga famili utama dari
Leguminosae (Glycyrrhiza), Pongamia, dan Tephrosia.
Distribusi strukturnya dalam bentuk dibenzoilmetan
tautomerik (bentuk keto) dan beta-hidroksicalkon
(bentuk enol).
Bentuk senyawa 1111 dapat diinterpretasikan
dalam kondisi terlarut melalui instrumen analisis
K i 111 i a O r g a n i k B n Ii n 11 A I a 111 I 123

spektroskopi NMR. Contoh senyawanya, yaitu kanzonol


A yang ditemukan pada campuran kesetimbangan dari
tautomeri keto-enol 2:3. Sedangkan perbandingan
tautomeri keto-enol yang terjadi pada struktur senyawa
glycyrdiones A dan glycyrdiones B mendekati.
perbandingan 2:1.
Pongapinon A, yang diperoleh melalui proses
fraksinasi-assay terpadu dari ekstrak kulit Pongamia
pimiata, memiliki bioaktivitas menghambat produksi
interleukin-1 pada penyakit leukimia dengan nilai ICso
2,5 mg/ ml. Dalam peneliti.an yang berkaitan, proses
fraksinasi-assay terpadu dari ekstrak kulit batang pada
spesies yang sama menghasilkan senyawa 7-
metoksipraecanson B, suatu senyawa aktif dalam uji
induksi kuinon reduktase.

OH

0 OH

munsericin
124 I Ki 11Ii n O r g n 11 i k B a Im n A la m

MeO OMe

OMe
OH -0

pyranoflavon
OMe
0)
0

OMe O OH

Pongapinon A
Gambar 4.34 Senyawa chalkon bioaktif

Selanjutnya adalah bahasan tentang senyawa


glikosida chalkon. Struktur dari beberapa glikosida
chalkon baru telah mencerminkan tren analisis senyawa
bahan alam yang semakin maju. Senyawa
isoliquiritigenin glikosida tampaknya menjadi kerangka
senyawa yang khas dari famili Leguminosae (meskipun
tidak sepenuhnya eksklusif untuk famili ini), sementara
bentuk glikosida okanin merupakan ciri khas dari famili
Asteraceae, khususnya genus Bidens. Profil bentuk
glikosidik dari glikosida chalkon relatif konservatif
dibandingkan dengan bentuk glikosidik yang ada pada
glikosida flavonol dan flavon.
K i nli a O r g a n i k B n Im 11 A I a 111 I 125

Hampir semua bentuk glikosidik ditemukan


sebagai monogli.kosida chalkon termasuk beta-
glukopyranosida, dan hanya beberapa disakarida
ditemui dalam setiap frekuensi pelaporan. Untuk bentuk
oligosakarida yang lebih tinggi hampir tidak ada yang
dilaporkan sebagai komponen glikosidik dari chalkon.
Hanya satu bentuk disakarida baru yang terdaftar di
antara glikosida chalkon baru 4'-0-beta- xylopyranosyl,
(1 ",6")-beta-glukopyranosida (primverosida) yang
diisolasi dari bagian aerial Bidens campylotheca.
Bisdesmosidik triglikosida baru juga telah diisolasi dari
akar GlyctJrrhiza aspera (Leguminosae), dan pada literatur
hanya beberapa chalkon diglikosida dan triglikosida
yang telah dilaporkan. Strukturnya ditentukan melalui
metode spektroskopi dan dikonfirmasi oleh parsial
hidrolisis enzimatik untuk kompleks yang diketahui,
yaitu isoliquiritin apiosida. Komponen disakarida dari
beta- apiofuranosyl beta-glukopyranosida, ditemukan
sebagai bagian glikosida chalkon dari famili
Leguminosae dan Loranthaceae.126 Lebih lanjut
bisdemosidik chalkon triglikosida juga telah dilaporkan
dari daunAsarum canadense (Aristolochiaceae).
Variasi dalam jenis asam organik yang melekat
pada glikosida dari glikosida chalkon dengan
sambungan ester, masih terbatas dibandingkan dengan
glikosida flavonoid lainnya yang terasilasi, misalnya,
sebelum tahun 1992 hanya asam asetat, asam malonat,
dan para-kumarat telah dilaporkan, menyusul temuan
asam sinamat, asam kaffeat dan asam ferulat sebagai
kelompok pengasilasi.
Mayoritas glikosida chalkon didasarkan pada
aglikon seperti isoliquiritigenin, chalkonaringenin, dan
okanin. Namun demikian, aglikon 2',3',4-
126 I Ki m in O r g n 11 i k B ah a n A l 11 m

trihidroksichalkon sebagai 4-0-glukosida tidak


ditemukan sebagai bahan alam.
Glikosida chalkon terisoprenilasi telah diperoleh
untuk pertama kali dari kulit batang
tumbuhan Mnclura ti11ctoria (Moraceae) bersama-sama
dengan glikosida chalkon terasilasi dan
beberapa glikosida chalkon yang sudah diketahui serta
beberapa senyawa flavanon. Pengujian aktivitas
terhadap radikal bebas melalui dua macam uji,
memberikan informasi bahwa senyawa ini menunjukkan
sifat antioksidan dengan nilai aktivitas terbesar.
Karakterisasi dari glikosida chalkon baru yang diisolasi
dari bunga Clerode11dro11 phlomidis (Verbenaceae) sebagai
di-0-alfa-glukopyranosida mengundang perhatian untuk
dicermati karena strukturnya merupakan beta-anomer
glikosida yang selalu ditemukan pada glikosida
flavonoid.
Penentuan konfigurasi gula alfa-glukopiranosa
didukung oleh pengukuran spektrometri H-1 , H-2
dengan kopling konstant J=3Hz untuk proton anomerik
pada spektrum 1 H-NMR senyawa ini (kopling konstant
yang sesuai untuk beta-anomer biasanya 7 Hz), namun
struktur ini sebaiknya diinvestigasi lebih lanjut.

Senyawa Auron Dan Auronol


Jumlah aglikon baru dari senyawa auron dan
auronol yang telah dilaporkan dalam literatur masih
relatif kecil. Beberapa contoh senyawa ini diilustrasikan
pada Gambar. Beberapa dari senyawa tersebut mewakili
kombinasi baru substituen hidroksi dan substituen
metoksi. Di antaranya adalah dua contoh dari famili
Asteraceae, 5-hidroksi-4,6,4'-trimetoksiauron yang
diisolasi dari bunga matahari (Helia11thus annuus) dan
K i nli a O r g a n i k B a Im 11 A I a 111 I 127

4,6,7,4'-tetrahidroksiauron yang diisolasi dari Helminthia


echioides. Hamiltron (3' ,4'-dihidroksi-4,5,6-trimetoksi-
auron) yang menunjukkan bioaktivitas genetik juga telah
diisolasi dari gabungan ekstrak daun dan batang Uvaria
lzamiltonii (Annonaceae).
Kemiripan struktur dari senyawa-senyawa auron
ini memberikan efektivitas pada combretastatin A-4,
sebuah agen penargetan pembuluh darah tumor. Untuk
mengembangkan sintesis total pada senyawa-senyawa
ini dapat dicapai dalam empat langkah dengan
persentase 37% dari hasil keseluruhan adalah
benzofuranon dan prekursor benzaldehida serta
serangkaian analog auron tersubstitusi. Sintetis
hamiltrone hanya menunjukka~ penghambatan
pertumbuhan sel yang rendah terhadap sel line K-562,.
Namun demikian, aktivitas senyawa 3'-hidroksi-5,6,7,4'-
tetrametoksiauron menunjukkan hasil 200 kali lipat lebih
besar. Pengamatan umumnya adalah bahwa senyawa
5,6,7-trimetoksiauron menunjukkan inhibisi
pertumbuhan sel yang lebih besar.

5-hidroksi-4,6,4'-trimetoksiauron
128 I K i m i n O r g n 11 i k B a ha n A 1tl m

OH

0 -0
-~ ~ /J
4'
-OH

4,6,7,4'-tetrahidroksiauron

OH
Me0,60Q=O
A I
r-=t,
-~-\__j -OH
MeO 4
OMe O
Hamiltron
Gambar 4.35 Struktur senyawa auron

Selanjutnya untuk jenis auronol. Dua senyawa


auronol baru yang diisolasi dari kulit Pseudolarix amabilis
(Pinaceae), yaitu amaronol Adan amaronol B, dianggap
sebagai pasangan enantiomer karena bentuk hemiketal
reversibel pada posisi C-2. Senyawa ini merupakan
senyawa aktif dalam serangkaian pengujian antijamur
dan antibakteri terhadap organisme uji. Rimpang dan
akar Cypents capitatus (Cyperaceae) adalah satu-satunya
bahan alam yang dikenal sebagai sumber aglikon auron
dengan C-metil substituen.
Ki JJI i a O r g a 11 i k £3 n Ii n II A I a 111 I 129

H 0 , 6 ~ 0 OH OH
I \/ 311
~4 2~\41
~ /,I -OH
OH O alfa 51
\
OH
amaronol A

H 0 , 6 ~ 0 OH OH
1· I \/ 311
~4 2~\41
~ /,I -OMe
OH O alfa 51
\
OH

amaronol B
Gambar 4.36 Struktur senyawa auronol

Dua contoh baru auron terisoprenilasi


berdasarkan kerangka dasar struktur 6,3',4 1
-

trihidroksiauron telah ditemukan pada korteks batang


Broussonetin pnpyrifem (Moraceae) dan rambut akar dari
Glycyrrhizn glnbm (Legununosae), dan diberikan nama
umum senyawa broussoauron A dan licoagroauron.
Licoagroauron adalah senyawa kelompok a uron yang
pertama knli diisolasi dari spesies Glyryrr/1izn (licorice),
dari jumlah lebih d ari 100 senyawa yang umunu1ya
flavonoid yan g sudah p ernah dilaporkan.
130 I K i m i n O r g rz 11 i k B t1 h a n A l 11 m

broussoauron A
Gambar 4.37 Senyawa auron terisoprenilasi

Kelompok senyawa auron lainnya yang


kemungkinan langka penemuannya adalah turunan
auron diklorinasi, yang diperoleh dari alga laut coklat
Spatoglossum variabile. Senyawa ini adalah senyawa
auron pertama dengan struktur terhalogenasi yang
sudah dipastikan berasal dari bahan alam. Senyawa
auronol 4'-kloro-2-hidroksiauron ditemukan sebagai
campuran rasemat dari epimer (R)- dan (S)- pada C-2.
Beberapa glikosida auron dan auronol lainnya
yang juga telah dilaporkan dalam literatur, antara lain
senyawa dalmaision D yang diisolasi dari akar Polygala
dalmaisiana (Polygalaceae) yang memiliki kerangka
dasar glikosida auron dengan aglikon 2'-hidroksiauron.
Spesies dari genus Bidens (Asteraceae) adalah salah satu
bahan alam yang sudah terdokumentasi dengan baik
sebagai sumber glukosida terasilasi, yaitu senyawa
dengan nama umum maritimetin (6,7,3',4'-
tetrahidroksiauron).

Senyawa Phytoalexin/fitoaleksin
Phytoalexin adalah metabolit sekunder pada
tumbuhan yang disintesis untuk fungsi pertahanan diri,
Ki nli a Or g a 11 i k Ba Im 11 A I a 111 I 131

dan menunjukkan bioaktivitas dalam pencegahan


penyakit kronis. Conteh senyawa yang paling dikenal
adalah resveratrol, sebuah phytoalexin yang ditemukan
dalam fermentasi kulit anggur. Kacang juga
mengandung beberapa komponen fenolik dengan sifat
phytoalexin aktif, diantaranya flavonoid, asam fenolat,
dan stilben. Salah satu yang memberikan ciri tertentu
adalah kerangka dasar 1,2-difenyletylen, biasanya
berasal dari unit dasar trans-resveratrol (3,5,4'-
trihidroksi-stilben).
Benih kacang tanah, bila dipengaruhi oleh infeksi
patogen, kontaminasi jamur, kerusakan akibat serangga
dan sinar UV, dapat menghasilkan phytoalexin seperti
turunan-turunan stilbenoid (misalnya, resveratrol,
arachidin, 3'-isopentadieny1-3,5,4' -trihidroksistilben, SB-
1, chiricanin A, dan arahypin), ·dan turunan
pterocarpanoid (misalnya, aracarpen-1 dan aracarpen-2).
Kromatografi kolom Silica gel dielusi dengan 11-heksana
dan n-heksana:etil asetat (7:3) digunakan untuk
fraksinasi ekstrak fitoaleksin dari kacang sebelum
analisis dengan HPLC.

Senyawa Flavonoid dan Polifenol


Ekstrak etanol tumbuhan Dipten1x lacimifera
menunjukkan aktivitas penangkapan radikal yang tinggi
(berpotensi sebagai antioksidan) dan menjadi sasaran
fraksinasi lebih lanjut. Kromatografi kolom silika gel
dengan eluen gradien dari kloroform metanol dan
adsorben Sephadex LH-20 yang dielusi dengan metanol
menghasilkan senyawa (-)-eriodictyol; (-)-Butin; luteolin;
3',4',7-trihidroksiflavon; butein; dan sulfuretin.
Senyawa tanin dengan berat molekul besar dari
ekstrak minyak lemak kacang kenari, hazelnut dan
132 I K i m ifl O r g n 11 i k B a h a n A l 11 m

almond juga telah terisolasi melalui kromatografi kolom


Sephadex LH-20 dielusi dengan 50% (v/v) aseton.
Ekstrak minyak dari daun Cymbopogon citratus
difraksinasi dengan kromatografi gel pada Sephadex
LH-20 menggunakan etanol sebagai fase gerak. Proses
fraksinasi menghasilkan fraksi utama kayatanin, sebuah
fraksi yang termasuk kelompok kayaflavonoid. Tanin
adalah fraksi menunjukkan efek antiinflamasi melalui
penghambatan faktor transkripsi NF-kB terinduksi nitrat
oksida sintase.
Buah apel mengandung senyawa fenolik jenis
procyanidin oligomerik. Apel diekstraksi dengan air
matang dan dimurnikan pada kolom resin ADS-17
berpori untuk mendapatkan ekstrak procyanidin.
Ekstrak difraksinasi kolom yang dielusi dengan metanol
untuk menghasilkan procyanidin B (epikatechin-[4S5-8]-
epikatechin) dan procyanidin C (epikatechin-[4SS-8]-
epikatechin-[4SS-8]-epikatechin). Metode ini cocok untuk
pembuatan oligomer procyanidin (dari dimer menjadi
tetramer) dalam skala penelitian laboratorium, dan
berpotensi untuk produksi skala besar dalam industri.
Rl
OH
HO
R2

OH

R2

n
tanin dengan berat molekul besar
K i 11,i a O r g a n i k B n lzn II A I a 111 I 133

HO

HO

OH

OH
OH

procyanidin B procyanidin C
Gambar 4.38 Struktur tanin dan procyanidin

Tumbuhan Teh/Th.ea (Theaceae) secara


tradisional digunakan untuk memproduksi teh, salah
satu minuman paling populer dikonsumsi di dunia
karena kaya akan kandungan polifenol. Tumbuhan ini
telah dilaporkan memiliki berbagai bioaktivitas, seperti
antioksidan, antimikroba, antitumor dan antimuta-
genesis.
Camellia sinensis dan beberapa spesies lain dari
genus Camellia juga telah digunakan untuk membuat teh
dan dikonsumsi secara luas. Lebih dari 96 senyawa
fenolik diidentifikasi dalam teh Camellia sinensis. Tanin
terhidrolisis epigallokatechin gallat adalah komponen
fenolik utama teh hijau dan teh semi-fermentasi,
sedangkan teh hitam yang sepenuhnya difermentasi
memiliki kandungan senyawa theaflavin. Flavonoid
glikosilasi, (+)-katechin, proanthocyanidin (tanin
134 I K i 11zi n O r g rm i k B a h a n A l a m

terkondensasi) dan turunan asam fenolat ditemukan


juga.
Ekstrak aceton-air tumbuhan teh hijau (Camellia
crassicolumna) dipartisi dengan etil asetat. Selanjutnya
dimurnikan dengan kromatografi kolom menghasilkan
isolat lima senyawa flavan-3-ol, lima senyawa glikosida
flavonol, tiga senyawa tanin terhidrolisis, dua senyawa
turunan asam klorogenat dan tiga senyawa fenolik
sederhana.
Senyawa fenolik juga diisolasi dari daun Camellia
pachysandra. Fraksi Etil asetat dari tumbuhan ini
menghasilkan 22 senyawa fenolik, termasuk sembilan
tanin terhidrolisis, 11 glikosida flavonol dan dua
sederhana fenol, selain kafein atau katechin.
Lycium barbanmz L., ramuan tradisional Cina,
memiliki sifat biologis penting, seperti pencegahan
kanker dan degenerasi terkait usia. Flavonoid dan asam
fenolat diekstrak dari buah tumbuhan ini dipisahkan
menggunakan kromatografi kolom. Fraksi flavonoid
menunjukkan efek yang paling jelas dalam penangkapan
radikal bebas dan pengkhelatan ion logam.
Delapan asam polifenol diisolasi dari bagian
aerial dari Mentlza haplocalix, diekstraksi dengan aseton
berair 70% pada suhu kamar., yaitu asam rosmarinat,
asam cis-salvianolat, asam lithospermat, asam
propanoat, natrium lithospermat B, magnesium
lithospermat B, dan asam lithospermat B. Asam
lithospermat B, natrium lithospermat B dan magnesium
lithospermat B menunjukkan aktivitas yang lebih kuat
daripada senyawa lainnya.
Sepuluh senyawa fenolik juga diisolasi dari fraksi
butanol dari ekstrak bijak. Dua senyawa diantaranya,
K i nri a O r g a 11 i k B n Im 11 A Iam I 135

memiliki sifat antioksidan yang paling aktif, yakni pada


asam rosmarinat dan luteolin-7-0-8-glukopyranosida.
Moms macroura Miq. yang dikenal dengan nama
andalas, adalah tumbuhan yang sangat langka dan
hampir mengalami kepunahan. Tumbuhan ini hanya
terdapat di daerah Sumatera bagian barat dan umum
digunakan sebagai bahan bangunan karena sifat
kayunya yang tahan terhadap jamur dan rayap. Dari
kulit tumbuhan ini telah ditemukan beberapa senyawa
fenolik jenis stilben, diantaranya dua senyawa yang baru
pertama kali ditemukan dan diberi nama andalasin A
dan andalasin B.
Qi

Qi

Qi

AndalasinA
Q-1

Q-1

Andalasin B
Gambar 4.39 Struktur andalasin A dan B
136 I Kimi a Or g rz 11 i k Ba /1t1n Al a 111

Penelitian terhadap spesies tumbuhan yang


termasuk famili Dipterocarpaceae Indonesia juga telah
dilakukan, seperti Shorea seminis dan Dryobalanops
oblongi,folia. Dari Shorea seminis ditemukan suatu dimer
stilben baru berupa C-glukosida diberi nama
dip~oindonesin A, sedangkan dari DnJobalanops
oblongifolia ditemukan pula dua trimer stilben, yang
diberi nama cis- dan trans-diptoindonesin B.

Oi
Diptoindonesin A
l-0 l-0

Oi

Oi

cis-Diptoindonesin B trans-Diptoindonesin B
Gambar 4.40 Struktur diptoindonesin A dan B
Kimia Orgc111ik Balian Ala 111 I 137

4.6.6 Senyawa flavonoid dalam Konsumsi Harian


Buah-Buahan
Kandungan katechin, flavonol, dan
proanthocyanidin melimpah dalam buah-buahan.
Sebaliknya, flavanon dan flavon terbatas pada varietas
jeruk seperti jeruk dan lemon. Pada beberapa jenis buah-
buahan (misalnya apel), flavonol yang terutama berada
di bagian kulit dan karena itu m engupas buahnya d apat
mengurangi kad ar flavonoidnya. Secara keseluruhan,
katechin adalah flavonoid yang paling m elimpah, (+)-
katechin dan (-)-epikatechin yan g paling umum. Anggur
hitam adalah salah satu buah sumber terkaya sen yawa
katechin disusul oleh buah apel.
Ester asam galat dari k atechin, (-)-
epigf! llo kgtt!~hi11, (+t!pigfl llo ~fl techin gflU'1 t, (-)-
e p ilq , Lech irl gallE;lt, clap. (+ )- ga l lo c ate c h in, rda ti.f j a rang
dalom bunh -buoh an, hanya dHemul<an p ndo buah kisn."lis
, dan anggur dalarn jumlah kecil. Sh·awberry ditemukan
m en gandung campuran katechin yang paling kompleks.
Procyan.idin Tipe B juga terdap at dalam buah-buah an,
yakni pada ap el (3,8-15,4 m g/100 g), plum (16,1 mg/100
g), d a n b u ah p e rs ik (3,2 rn.g/100 g ).
Quercetin adalah flavon ol yan g paling umum
dalam buah-buahan jen.is berry, seperti elderberry (17,0
m g/100 g), lingonberries (12,6 mg/100 g), d an cranberry
(13,0 mg/100 g). Buah berry dan kism.is juga
mengandw1g kaempferol dan myricelin. Meskipun
kaempferol d an my ricetin juga telah diidentifikasi dalam
buah-buahan seperti pir, konsenlrnsinya terlalu rendah
untuk buah utuh.
138 I K; m in O r g n 11 i k B ah a n A l t1 m

Flavanon sering disebut flavonoid jeruk karena


umumnya hanya ditemukan dalam varietas jeruk seperti
jeruk lemon , dan limau.
Sayuran
Bahan sayuran seperti Allium (misalnya bawang),
Brassica (misalnya brokoli) , dan Lattuca (misalnya
selada), dan tomat merupakan sumber flavonol yang
berlimpah, terutama quercetin dan kaempferol. Flavon
juga ditemukan di beberapa sayuran seperti seledri,
paprika manis, dan selada. Katechin dan procyanidin
tipe B belum ditemukan dalam sayuran berdaun hijau
atau akar tetapi telah teridentifikasi pada kacang-
kacangan.
Tomat adalah satu-satunya sayuran (meskipun
masuk taksonomi buah) yang kemungkinan
mengandung flavanon naringenin dan hesperetin .
Pada spesies Allium, bawang merah merupakan
sumber potensial terkaya quercetin dengan kandungan
95 mg/100 g. Spesies Brassica, termasuk brokoli, kubis,
dan kecambah brussel cenderung mengandung
campuran kompleks dari flavonol dengan jumlah yang
signifikan. Kacang-kacangan seperti kacang hijau juga
mengandung campuran kompleks, terutama dari
flavonol dan katechin.
Cabai hijau adalah salah satu dari beberapa
sayuran mengandung flavonol (quercetin 11,39 mg/ 100
g) dan flavon (luteolin 2,7 mg/100 g). Seledri dan
paprika merupakan sumber utama flavon.
Minuman
Katechin adalah senyawa flavonoid yang paling
umum dalam minuman seperti jus buah, teh, dan
anggur, cenderung terdiri atas campuran kompleks
katechin sederhana dan ester gallatnya. Jus buah
Ki nli a O r g a n i k B n h n 11 A I a m I 139

mengandung katechin dan flavonol. Jus apel merupakan


salah satu sumber terkaya katechin sedangkan jus
cranberry mengandung flavonol, terutama dalam bentuk
quercetin dan myricetin.
Makanan Lain
Selai buah mengandung flavonol dan katechin,
yang umumnya mencerminkan profil flavonoid dari
buah utuh. Makanan yang terbuat dari biji kakao, yaitu
coklat (chocolate) juga merupakan sumber flavonoid (+)-
katechin, (-)-epikatechin, dan procyanidin B. Dark
chocolate misalnya, mengandung 6,6 mg; 21,8 mg; dan
2,1 mg/100 g masing-masing untuk katechin;
epikatechin; dan procyanidin.
Data analisis komposisi untuk jamu terbatas,
namun jenis ini bisa menjadi sumber yang kaya flavon.
Misalnya, peterseli adalah sumber utama dari apigenin
(217,9 mg/ 100 g), sedangkan thyme kaya luteolin (39,5
mg/100 g).
Madu mengandung senyawa flavonol dan
flavon, dan keberadaan flavanon naringenin juga telah
dilaporkan. I<hususnya bagi kita sebagai orang muslim
dianjurkan untuk menggunakan madu sebagai konsumsi
sehari-hari dan sebagai obat penawar penyakit.
Sebagaimana Allah SWT. berfirman,
"Dari pernt lebah itu keluar minuman (madu)
yang bermacam-macam wanzanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Seszmgguhnya pad.a yang demikian itu
benar-benar terdapat tmzda (kebesaran Allah) bagi
orang-orang yang memikirkan" (QS. An Nahl:
69).

Dalam hadits disebutkan pula sabda Rasulullah SAW,


140 I Ki 11zi n O r g n 11 i Ii 13 a /urn A la 111

"Kesembulzan iht ada pada tiga lzal, yaiht dalam


pisau pembekam, meminumkan madu,
pengobatmz dengan besi panas (kmJu). Dan aku
melarang ummatku melakukan pengobatan
dengan besi panas" (HR. Bukhari).

Dalam sebuah riwayat lain juga disebutkan,


11
Hendaknya kalian menggunakan dua macam
obat, madu dan al Qur'an" (HR. Ibnu Majah
dan al Hakim dalam Shahih-nya, beliau
berkata, Had.its ini shahih sesuai dengan
sistem periwayatan al Bukhari dan Muslim,
dan disetujui oleh adz Dzahabi. Dari
Abdullah bin Mas' ud radhiyallahu 'anlm
secara marfu').

Adapun uraian manfaat dari Madu antara lain:


meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
mer\gunlungkan serta menghambat bakteri yang
merugikan, memperbaiki dan melindungi sistem
pencernaan, membantu penyerapan kalsium, sebagai
antioksidan, sebagai sumber energi yang bail<, aman
untuk penderita diabetes.
Madu memiliki sifat higroskopis yang tinggi
(mudah menyerap air), dan bila dioleskan pada luka
yang terbuka, madu menarik kandungan air dari Iuka
tersebut, membuat Iuka cepat kering, sehingga dapat
membantu mempercepat penyembuhan Iuka. Madu juga
dapat mengurangi pembengkakan pada Iuka sehingga
Iuka dapat sembuh lebih cepat. Sifat antimikroba dari
madu dapat membantu menghambat pertumbuhan
Ki 111 i a O r g a n i k B fl lz fl 11 A I a 111 j 141

BABV
ALKALOID

Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa basa


organik yang disintesis oleh organisme hidup, yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen heterosiklik,
berasal dari asam amino (dengan beberapa
pengecualian) dan farmakologi aktif. Penamaan
golongan senyawa ini berkaitan dengan fakta bahwa
hampir semua alkaloid dasar berupa senyawa basa.
Alkaloid merupakan kelompok metabolit sekunder yang
sangat besar, dengan jumlah lebih dari 12.000 zat
terisolasi. Berbagai macam rumus struktur, berasal dari
jalur biosintesis yang berbeda dan menyajikan aktivitas
farmakologi sangat beragam yang merupakan ciri khas
dari kelompok ini.
Bukti arkeologi telah menunjukkan adanya
penggunaan alkaloid (bagian tumbuhan atau ekstrak)
sejak 4000 SM, dan ini senantiasa menjadi panduan
penting hingga sekarang ini. Poppy (Papaver somnifernm)
dan opium telah dikenal dan digunakan sejak jaman
dahulu oleh penduduk Sumeria, Arab, Persia, Mesir dan
Yunani. Morfin, yang diperoleh dari lateks poppy,
adalah simplisia yang pertama kali diisolasi. Penamaan
ini dari sebutan Morpheus, dewa mimpi, salah satu
putra dari Hypnos, dewa tidur, dalam mitologi Yunani.
142 I K i 111 i fl O r g fl 11 i k B a h a 11 A l a m

Morfin secara hukum digunakan saat ini sebagai


analgesik untuk sakit parah.
Tidak ada definisi yang memuaskan tentang
alkaloid, tetapi pada dasamya alkaloid mencakup
senyawa-senyawa bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai bagian dari
sistem siklik. Dengan demikian, struktur alkaloid
umumnya termasuk bentuk senyawa heterosiklik.
Senyawa heterosiklik adalah suatu senyawa
lingkar dengan atom-atom dalam cincinnya terdiri dari
dua atau lebih unsur yang berlainan. Cincin heterosiklik
dapat bersifat aromatik, sama seperti cincin karbon.
Senyawa heterosiklik yang terdapat dalam alam yaitu
alkaloid, seperti morfin, dan beberapa senyawa lain yang
penting secara biologis.
Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal
dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau
cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang
ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang
unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
paling rumit. Sebagian besar senyawa-senyawa alkaloid
juga telah disintesis dalam industry obat-obatan.
Alkaloid berkaitan dengan berbagai aktivitas
farmakologi. Banyak jenis alkaloid beracun dan dapat
menyebabkan kematian, bahkan dalam jumlah kecil.
Beberapa memiliki aktivitas antibiotik dan dapat
mengganggu pola sikap, seperti antidepresan (reserpin)
dan halusinogen (mescalin). Tampaknya fungsi alkaloid
pada tumbuhan dan hewan terkait dengan mekanisme
pertahanan. Toksisitas adalah senjata yang baik untuk
menghambat aksi dari predator, seperti herbivora.
Ki 111 i a O r g a n i k B n Ii n 11 A I a m I 143

Pemanfaatan alkaloid bermacam-macam,


diantaranya sebagai racun untuk melindungi tumbuban
dari serangga dan binatang, sebagai basil akhir dari
reaksi detoksifikasi yang merupakan basil metabolit
akhir dari komponen yang membahayakan bagi
tumbuhan, dan sebagai faktor pertumbuhan dan
cadangan makanan.

5.1 Klasifikasi Senyawa Alkaloid


Klasifikasi dari senyawa golongan alkaloid
., memiliki tinjauan yang sangat luas dan beragam
sehingga sulit untuk mengidentifikasinya. Jika dilihat
dari keberada~ cincin beterosikliknya maka alkaloid
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu alkaloid
sejati yaitu alkaloid yang memiliki cincin beterosiklik,
sedangkan yang tidak memiliki cincin beterosiklik
disebut protoalkaloid. Kedua alkaloid ini memiliki jalur
biosintesis dari prekursor asam amino.
Selain kedua kelompok utama di atas, dikenal
pula alkaloid yang jalur biosintesisnya tidak berasal dari
asam amino, diistilahkan pseudoalknloid. Bentuk
strukturnya ada yang memiliki cincin heterosiklik dan
ada pula yang tidak memiliki cincin heterosiklik.
Alkaloid dapat dikelompokkan pula berdasarkan
jenis cincin heterosiklik nitrogennya yaitu: alkaloid
pirolidin, alkaloid piperidin, alkaloid isokuinolin,
alkaloid indol, dan alkaloid kuinolin.
144 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B ah a n A l 11 Ill

Q H
Q co indol
H
pirolidin piperidin

co kuinolin
N
/4
~
~N
isokuinolin

Gambar 5.1 Kerangka Dasar Alkaloid

Kelompok utama senyawa alkaloid dalam


penggolongan jenis ini adalah alkaloid isoquinolin dan
alkaloid indol. Kedua kelompok alkaloid ini berasal dari
asam amino aromatik. Dekarboksilasi asam aminonya
merupakan langkah penting dalam jalur biosintesis
alkaloid utama ini.
Isoquinolin alkaloid terbentuk dari dopamine
terkondensasi dengan 4-hidroksifenil asetaldehid
(asalnya terbentuk dari tirosin), menghasilkan
benzilisoquinolin norcoclaurin. Senyawa ini melewati
serangkaian tahap (O-metilasi, N-metilasi, hidroksilasi)
untuk diubah menjadi reticulin, prekursor bagi sejumlah
besar alkaloid isoquinolin seperti morfin, sanguinarin,
dan berberin.
K i nli a O r g a 11 i k B rz Ii rz 11 A I a m I 145

Keragaman struktur dari kelompok alkaloid


isoquinolin pada awalnya berdasarkan penyambungan
beberapa fenol oksida_tif, yang kemudian membentuk
kerangka baru, seperti tipe apomorfin, tipe morfin, dan
tipe bisbenzilisoquinolin.
Alkaloid indol terpenoid terbentuk melalui reaksi
kondensasi tipe Pictet-Spengler dari aldehid secologanin
dan dan triptamin, menghasilkan struktur strictosidin.
Strictosidin adalah prekursor bagi sejumlah besar
alkaloid indol terpenoid, seperti stricnin, vinblastin,
reserpin, ajmalin, ajmalicin, dan beberapa alkaloid
quinolin yang berhubungan, seperti quinin. Dalam
pembentukan berbagai kerangka alkaloid indol,
kondensasi gugus fungsi aldehid dan amina memainkan
peran utama setelah melalui proses hidrolisis
strictosidin, di mana suatu molekul yang terbentuk
memiliki dua gugus fungsi aldehid dan dua gugus
fungsi amina.
Alkaloid dapat pula dikelompokkan menjadi tiga
kelompok utama, yaitu:
1) Alkaloid alisiklik
Alkaloid alisiklik diturunkan dari dua macam
asam amino, yaitu asam amino omitin
menghasilkan higrin, hiosciamin, retronesin. Lisin
menurunkan lupenin, isopeletierin,
Pseudopeletierin dan lain-lain.
2) Alkaloid Aromatik Fenilallanin
Alkaloid aromatik jenis ini diturunkan dari asam
amino fenilalanin, tirosin, maupun asam amino 3,4
dihidroksi fenilalanin.
146 I Ki m i a O r g a 11 i k B a /urn A la m

3) Alkaloid Indol
Alkaloid aromatik jenis indol disintesis dari asam
amino triptopan, sebagai contoh adalah hermin,
serotonin, dan asam lisergat.
4) Steroidal Alkaloid
Alkaloid jenis ini bukan turunan langsung dan
tidak dibentuk dari asam amino, melainkan
disintesis melalui jalur asam mevalonat dan jalur
adenosilmetionin.

Klasifikasi yang lebih spesifik diuraikan lagi


berdasarkan atom nitrogennya, yaitu struktur primer
(mescalin), sekunder (efedrin), tersier (atropin) atau
kuartener (salah satu atom N dari tubocurarin), dan
faktor ini mempengaruhi turunan dari alkaloid yang
dapat disintesis dan diisolasi. Adapun rincian spesifikasi
golongan alkaloid sebagai berikut.
Alkaloid golongan non-heterosiklik :
• Hordenin atau N -methyltyramin
• Mescalin, related to tryptamin
• Ephedrin
• Colchicin ( inti tropolone rantai samping
nitrogen)
• Erythromycin (antibiotik)
• Jurubin (steroid dengan gugus 3-amino)
• Pachysandrin A (steroid alkaloid)
• Taxol (sebuah modifikasi diterpen pseudo
alkaloid)

Alkaloid golongan heterosiklik:


• Pyrrol and pyrrolidin
• Pyrrolizidin
• Pyridin and piperidin
Ki 11ti a Or g a JZ i k B n Im 11 A I am I 147

• Tropan (piperidin/ N -methyl-pyrrolidin)


• Quinolin
• Soquinolin
• Aporphin
• Quinolizidin
• Indol atau benzopyrrol
• Indolizidin
• Imidazol or glyoxalin
• Purin (pyrimidin/ imidazol)
• Steroidal
• Terpenoid

5.2 Sifat-sifat Senyawa Alkaloid


1) Sifat-sifat Fisika
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa
padatan kristal dengan ti.tik lebur tertentu. Sedikit
alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa, seperti.
nikotin dan koniina berupa cairan. Kebanyakan alkaloid
ti.dak berwama, tetapi beberapa senyawa yang kompleks
dengan struktur aromatik berwama (contoh berberin
berwama kuning dan betanin berwama merah).
Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut
dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkaloid dan protoalkaloid larut dalam air.
Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut
dalamair.
2) Sifat-sifat Kimia
Sifat kimia utama yang terdapat pada alkaloid
adalah sifat basa. Sifat tersebut tergantung pada
pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat mendorong
elektron, sebagai contoh gugus alkil, maka ketersediaan
elektron pada nitrogen naik sehingga senyawa lebih
148 I K i m i fl O r g rm i k B a h a 11 A l a m

bersifat basa. Dengan demikian trietilamin lebih basa


daripada dietilamin dan etilamin.
Sifat sebaliknya terjadi bila gugus yang
berdekatan dengan nitrogen bersifat menarik elektron
(misalnya, gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan
elektron berkurang dan sifat basa dari alkaloid
berkurang, sehingga alkaloid dapat bersifat netral atau
bahkan bersifat sedikit asam.

3) Identifikasi Alkaloid
Alkaloid umumnya merupakan kristal tak
bewama dan tidak mudah menguap. alkaloid tidak
larut. dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
seperti etanol, eter dan kloroform. Identifikasi adanya
alkaloid pada ekstrak tumbuhan dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya adalah uji pereaksi
dengan menggunakan pereaksi Mayer, pereaksi
Dragendorff, dan pereaksi Wagner.
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1
mL asam klorida 2 N dan 9 mL air, panaskan di atas
penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring.
Pindahkan 3 ml filtrat pada kaca arloji kemudian
tambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorrf LP, jika tetjadi
endapan coklat maka simplisia tersebut mengandung
alkaloid. Jika dengan pereaksi Mayer terbentuk
endapan menggumpal berwama putih atau kuning
yang larut dalam metanol maka ada kemungkinan
terdapat alkaloid.

5.3 Biosintesis Senyawa Alkaloid


Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada
hasil analisis terhadap ciri struktur tertentu yang sama-
sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid.
Ki nti a Organ i k Ba Im 11 A I a 111 I 149

Alkaloid aromatik mempnnyai suatu unit struktur yaitu


~-ariletilamina.
Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi-reaksi
seknnder yang menyebabkan terbentuknya berbagai
jenis struktur alkaloid. Salah satu reaksi seknnder ini
yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol
pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini
berlangsung dengan mekanisme radiksal bebas. Reaksi
Biosintesis Alkaloid secara sederhana dapat dilihat pada
Gambar.
Menurut reaksi kondensasi Mannich (kondensasi
antara dua unit ~-ariletilamina), suatu aldehid
berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan suatu
ikatan karbon nitrogen dalam bentuk imina atau garam
iminium, diikuti oleh serangan suatu atom karbon
nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau fenol.
Pada suatu percobaan ditemukan bahwa struktur
~-ariletilamina berasal dari asam amino fenil alanin atau
tirosin, yang mengalami dekarboksilasi membentuk
struktur amina. Asam amino tersebut dapat pula
mengalami deaminasi oksidatif yang diikuti dengan
proses dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua
produk transformasi ini mengalami kondensasi
Mannich.
150 I K i m i n O r g a 11 i k B a I 1t1 n A l a m

co o·
I
R-C-N-R 1
H
I
NH_/' R::jlH 0
I I
R
1/ Aldehid

R
N
/'\.
/
H

R1
,,. OH
l
Amina
'--10
Primer :R = R-C-N-R
H I RI
H 1

:R =

Alkaloi

Reaksi-reaksi
I : Pembentukan sekunder
C-N

Gambar 5.2 Biosintesis Senyawa Alkaloid


Ki 11,i a O r g an i k B n Jin 11 A I a 111 I 151

5.4 Sumber-sumber Senyawa Alkaloid


5.4.1 Alkaloid dari tumbuhan
Kromatografi kolom adalah teknik yang sangat
penting dan banyak digunakan dalam isolasi alkaloid
dan analisisnya. Biasanya, setelah proses kromatografi
kolom, sampel kembali dikromatografi baik dengan KLT
preparatif atau HPLC, dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel mumi untuk analisis spektroskopi.
Penyelidikan fitokimia pada tumbuhan dari genus
Kopsia (Apocynaceae) menghasilkan penemuan
kelompok alkaloid yang berbeda, yang menyajikan
aktivitas antileishmanial, antimitosis dan aktivitas
antitumor. Dari Kopsia luzinanensis, tumbuhan obat asli
dari Hainan, negara China, telah diisolasi dua alkaloid
indol pentasiklik baru, yaitu kopsahainanin A dan
kopsahainanin B.
Partisi dari ekstrak metanol dinetralkan dengan
asam dan diekstraksi dengan kloroform. Alkaloid,
sebagai bahan dasar, dapat terprotonasi dalam media
asam dan karena itu tetap berada dalam fase berair.
Strategi ini telah sangat berguna untuk isolasi kelompok
ini senyawa. pH dari fase berair lebih disesuaikan
dengan alkaloid yang diekstraksi dengan pelarutnya.
Ekstrak kental diteruskan pada kromatografi
kolom menggunakan silika gel dan dielusi dengan eluen
gradien kloroform-metanol, menghasilkan senyawa
kopsahainanin B. Satu fraksi itu kembali dikromatografi
silika gel dan Sephadex LH-20 dengan fase terbalik,
menggunakan metanol-air dan metanol mumi sebagai
eluen, masing-masing, untuk menghasilkan
kopsahainanin A.
152 I Kimi n O rg n 11 i k Ba I, an Al a 111

kopsahainanin A

kopsahainanin B
Gambar 5.3 Alkaloid dari Kopsia hainanensis.

Tumbuhan lain yang berpotensi adalah Lobelia


cliinensis Lour. Fraksi butanol dari tumbuhan ini
dikromatografi pada fase terbalik Diaion HP-20 gel,
dielusi dengan eluen metanol-air menjadi enam fraksi.
Fraksi 6 dikromatografi ulang pada Sephadex LH-20
diikuti oleh KLT preparatif menghasilkan 7,3 mg
lobachin, suatu jenis alkaloid baru.
Pada Campylospermum jlavum, tumbuhan obat
dari Kamerun, telah diisolasi senyawa-senyawa
Ki 11,i a O r g a n i k Ba Im " A I a 111 j 153

metabolit sekunder flavonoid (flavon dan chalkon) dan


alkaloid. Di antara senyawa-senyawa tersebut, terdapat
jenis alkaloid indol baru, flavumindol, diperoleh dari
ekstrak metanol setelah dipartisi dengan etil asetat-air
dan pemurnian pada silika gel, Sephadex LH-20 dan
RP18 silika gel, dielusi dengan campuran diklorometana-
metanol, metanol murni dan campuran metanol-air.
Alkaloid tersebut memberikan efek sitotoksik 90%
terhadap udang Artemia salina.

o--

lobachin flavumindol

Gambar 5.4, Struktur Lobachin dan flavumindol

Kulit pohon kina Cinclwna spp. telah lama


digunakan oleh penduduk di wilayah Amazon, Amerika
Selatan, untuk pengobatan penyakit malaria.
Penyelidikan kimia terhadap kulit pohon kina pertama
kali dilaporkan oleh peneliti Perancis Caventou dan
154 I K i 11zi n O r g n 11 i k B a h a n A l a m

Pelletier, dan dari penyelidikan-penyelidikan selanjut-


nya berhasil ditemukan lebih dari 30 senyawa kimia
golongan alkaloid yang berbeda-beda, termasuk
senyawa kuinin dan kuinidin. Kedua senyawa ini telah
digunakan, masing-masing untuk pengobatan penyakit
malaria dan gangguan jantung.

#
N
Kuinidin
Gambar 5.5, Struktur kuinin dan kuinidin

Contoh lain adalah tumbuhan Catlzaran thus roseus


(Vinca rosea), suatu tumbuhan tropika yang berasal dari
Madagaskar yang digunakan secara tradisional untuk
pengobatan penyakit diabetes. Penyelidikan kimia
terhadap tumbuhan ini menghasilkan lebih dari 80
senyawa alkaloid, diantaranya yang terpenting adalah
vinkristin, vinblastin, katarantin, dan vindolin.
K i 111 i a O r g a n i k B n h n 11 A I a 111 I 155

Alkaloid vinkristin adalah senyawa yang sangat


efektif untuk pengobatan penyakit kanker leukemia,
sedangkan vinblastin digunakan sebagai obat penyakit
Hodgkin. Namun, kelimpahan alami dari vinkristin dan
vinblastin sangat kecil, masing-masing 50 mg dan 40 g
per ton daun kering Catlzaranthus roseus (Vinca rosea),
sehingga untuk keperluan pengobatan, harga dari kedua
senyawa ini sangat mahal.
Namun demikian, kedua senyawa alkaloid ini
telah dapat diproduksi secara semi-sintetik dengan
rendemen yang lebih besar dibandingkan sintesis total.
Misalnya, vinblastin dapat disintesis dari katarantin dan
vindolin yang juga merupakan alkaloid utama dari C.
roseus.

Of

I H
R (qQ-h
R=CHO; Vinkristin R=CH3 ; Vinblastin
156 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B 11 ha n A l 11 m

I H
CfiJ COiCJ-h
Katarantin Vindolin

Gambar 5.6 Alkaloid dari tumbuhan Vinca rosea

Pada penelitian terhadap kulit akar tumbuhan


Litsea glutinosa (Lour) C.B. Robinson var. littoralis Bl.
berhasil pula ditemukan suatu senyawa alkaloid baru
jenis benzilisokuinolin, yang diberi nama itebein.

OH
Itebein

Gambar 5.7 Struktur alkaloid benzilisokuinolin

Sembilan alkaloid indol diisolasi dari akar, kulit


kayu dan daun Tabemaemontana salzmannii
(Apocynaceae). Alkaloid sepenuhnya diidentifikasi
dengan metode spektroskopi dan spektra massa
Ki nli a O r g an i k B n ha 11 A I a 111 I 157

dibandingkan dengan data literatur. Ekstrak


diklorometana dikromatografi silika gel, dielusi dengan
campuran diklorometana-metanol, menghasilkan
senyawa Coronaridine, 3-okso-coronaridine, (19S)-
heyneanine, voacangine, isovoacangine, hidroksi-
isovoacangine, isovoachristine dan olivacine.
R3 R2

1
R4

coronaridine: Ri = Ri = ~ = R4 = H
3-oxo<oronaridine: Ri = ~ = R4 = H ; ~ = ~
(19S)-heyneamine: Ri = OH; Ri = ~ = R4 = H
voacangine: Ri = Ri = ~ = H ; R4 = ~
isovoacangine: Ri = ~ = R4 = H ; ~ = oa-I3
isovoachristine: R1 =OH; ~ = ~ = H ; R4 = ~
(3S)-hydroxyisovoacangine: lRi = R4 = H ; Ri = OH; ~ = OCI\

voachalotine olivacine
Gambar 5.8 Alkaloid dari Tabemaemontana salzmmmii.
158 I K ; m i n O r g n 11 i k B a h a n A l 11 111

Khusus untuk senyawa voachalotine, langkah


kromatografi lebih lanjut memerlukan metode KLT
preparatif (silica gel) dielusi dengan diklorometana-
metanol (99:1). Setelah dalam penyaringan vitro, diamati
bahwa isovoacangine dan voacangine· alkaloid mampu
menginduksi kematian sel apoptosis pada sel leukemia
manusia, jalur THP-1.
Beragam struktur senyawa dengan kerangka
karbon yang unik dan baru terns dapat ditemukan
dalam penelitian alkaloid. Salah satu pembuktiannya
adalah penelitian alkaloid pada tumbuhan Stemona
sessilifolia. Tanaman dari genus Stemona merupakan
sumber yang kaya alkaloid, dan dua senyawa baru
diisolasi melalui kromatografi kolom dari ekstrak
metanol akar. Sessilifoliamide K dan L yang
menunjukkan kerangka pyrido-(1,2-a]-azonin.

sessilifoliamide K sessilifoliamide L

Gambar 5.9 Struktur pyrido-(1,2-a]-alkaloid dari


Stemona sessilifolia.
K i nli a O r g a n i k B n Ii n 11 A I a m I 159

Alkaloid Tropan
Senyawa alkaloid tropan adalah salah satu obat
tertua di kedokteran. Selain penggunaannya sebagai
obat, senyawa ini memiliki sifat halusinogen dan
beracun. Banyak tumbuhan dari famili Solanaceae telah
digunakan selama berabad-abad karena sifat aktif dari
senyawa jenis ini, seperti hyoscyamin dan skopolamin.
Hyoscyamin dan skopolamin mempengaruhi
sistem saraf parasimpatis. Senyawa ini merupakan
kelompok antagonis kompetitif asetilkolin dan agonis
muscarinic lainnya pada organ diinervasi oleh saraf
kolinergik postganglionik. Pada proses pengobatan,
senyawa ini memberikan aplikasi penting dalam
oftalmologi, anestesi, dan dalam pengobatan penyakit
jantung dan pencernaan. Selain efek antikolinergik
perifer, juga bekerja pada sistem saraf pusat dan
digunakan untuk meringankan gejala penyakit
Parkinson, dan sebagai penangkal untuk
anticholinesterases seperti organofosfat. Skopolamin
memiliki efek yang lebih kuat pada sistem saraf pusat
pada dosis terapi yang rendah, tetapi menyebabkan
lebih sedikit efek samping, dan karena itu digunakan
untuk produksi turunan obat untuk gangguan lambung.
Kokain, yang memiliki efek stimulan yang kuat
pada sistem saraf pusat dan digunakan sebagai anestesi
topikal, juga merupakan alkaloid tropan tetapi
ditemukan di luar famili Solanaceae di Erythroxylum coca.
Total kandungan alkaloid tropan bervariasi 0,01-3 %
tergantung pada spesies tumbuhan.
160 I Ki 111 in O r g n 11 i k B ah a n A l 11 111

.,,,OH

Hyoscyamin

Scopolamin

0
Kokain

Gambar 5.10, Struktur alkaloid tropan


Ki 111 i a Organ i k B n h n 11 A /.am I 161

Meskipun banyak informasi yang terseclia


mengenai efek farmakologi dari alkaloid tropan, sangat
sedikit yang diketahui tentang bagaimana tumbuhan
mensintesis zat ini dan hampir tidak diketahui tentang
bagaimana keteraturan sintesisnya.
Kemajuan dalam kajian tentang jalur biosintesis
metabolit sekunder agak terhambat oleh kurangnya
sistem model yang baik. Namun dalam dua dekade
terakhir, kultur jaringan telah terbukti menjacli alat yang
sangat berharga dalam penyeliclikan jalur biosintesis
metabolit sekunder khususnya tumbuhan. Kultur
jaringan juga telah banyak dipelajari untuk
mendapatkan sistem produksi alternatif ~lkaloid tropan.
Jenis alkaloid tropan lainnya a'µalah nikotin.
Nikotin merupakan jenis alkaloid yang clitemukan
dalam famili tumbuhan Solanaceae/ ·terutama dalam
tembakau, dan terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit
dalam tomat, kentang, terong, dan paprika hijau.

nikotin
Gambar 5.11 Struktur senyawa nikotin

Nikotin adalah alkaloid parasympatomimetic


poten dan memiliki sifat sebagai obat perangsang.
Senyawa ini disintesis di akar dan terakumulasi dalam
daun tumbuhan. Kandungan nikotin sekitar 0,6-3,0 %
dari berat kering tembakau dan sekitar 2-7 mg/kg dalam
162 I Ki m in O r g n 11 i k B ah a n A la 111

berbagai tumbuhan pangan. Senyawa ini berfungsi


sebagai zat kimia antiherbivora. Oleh karena itu, nikotin
secara luas cligunakan sebagai insektisida dan analog
nikotin seperti imidakloprid pun saat ini sudah banyak
digunakan. Dalam dosis yang lebih kecil (rata-rata
sekitar 1 mg nikotin yc\Ilg diserap dari rokok tembakau),
zat ini bertindak sebagai stimulan pada mamalia,
sedangkan jumlah yang tinggi (30-60 mg) bisa berakibat
fatal. Efek stimulannya memungkinkan menjadi faktor
utama yang berkontribusi terhadap sifat ketergantungan
perokok tembakau.
Menurut American Heart Association, kecanduan
nikotin secara historis menjadi salah satu kecanduan
yang paling sulit untuk dihilangkan, sedangkan
karakteristik farmakologis dan perilaku menunjukkan
bahwa kecanduan tembakau mirip dengan kecanduan
heroin dan kokain. Penelitian pada tahun 2011 telah
menemukan bahwa nikotin menghambat modifikasi
enzim kromatin (enzim deasetilase kelas I dan II), dan
penghambatan rm telah terbukti meningkatkan
kemampuan untuk menyebabkan kecanduan lebih dari
kokain.
Jalur biosintesis nikotin melibatkan reaksi
penggabungan antara dua struktur siklik yang
membentuk nikotin. Studi metabolisme menunjukkan
bahwa cincin piridin nikotin berasal dari niacin (asam
nikotinat), sedangkan pirolidon ini berasal dari kation N-
metil-Ll1-pyrrollidium.
Ki 11,i ,1 0 r g a 11 i k Ba Im 11 A I a 111 I 163

A....,.COOH
L-Asp HOOC T
NH2

a-l~te HOOCYOOH
NH

G3P1as H

o:
COOH N-Melh~putrescine H/f"''V''vN,
Oulnolinlc acid
COCH i MPO

N-Melhyt-A1;,yrrotinium Q
aitlon
1

Nicoline

3,6-0ihydronlcotitlic acid 2,5-0ihydropyridine


Gambar 5.12, Jalur biosintesis nikotin

Biosintesis dari dua komponen struktur basil


sintesis melalui dua jalur bebas, yaitu jalur NAO untuk
164 I Ki m in O r g n 11 i k B a Im n A l 11 111

ruacm dan jalur tropan untuk kation N-metil-LlL


pyrrollidium. Jalur NAD dimulai dengan oksidasi asam
aspartat menjadi a-imino suksinat oleh aspartat oksidase
(AO). Proses ini diikuti dengan kondensasi dengan
gliseraldehida-3-fosfat dan siklisasi dikatalisasi oleh
quinolinat synthase (QS) untuk menghasilkan asam
Quinolinat. Asam Quinolinat kemudian bereaksi dengan
pirofosfat phosphoriboxyl dikatalisasi oleh asam
phosphoribosyl Quinolinic transferase (QPT) untuk
membentuk niacin mononukleotida. Reaksi ke:mudian
berlanjut melalui siklus NAD untuk menghasilkan niacin
melalui konversi nicotinamida oleh enzim
nicotinamidase.
Kation N-metil- Ll1-pyrrollidium yang digunakan
dalam sintesis nikotin adalah perantara dalam sintesis
alkaloid tropan yang diturunkan. Biosintesis dimulai
dengan dekarboksilasi ornitin oleh enzim ornithine
dekarboksilase (ODC) untuk menghasilkan putresin.
Putresin kemudian diubah menjadi N-metil putresin
melalui metilasi yang dikatalisis dengan putresin N-
methyltransferase (PMT). N-methylputrescin kemudian
mengalami deaminasi menjadi 4-methylaminobutanal
oleh enzim N-methylputrescine oksidase (MPO).
Langkah terakhir dalam sintesis nikotin adalah
penyambungan antara kation N-metil-LlLpyrrollidium
dan niacin. Meskipun hasil studi menyimpulkan
beberapa bentuk penghubung antara dua struktur
komponen, proses dan mekanisme yang pasti masih
belum ditentukan.
Teori yang disetujui melibatkan konversi niasin
menjadi 2,5- dihidropyridin melalui asam 3,6-
dihidronikotinat. Senyawa 2,5-dihidropyridin kemudian
K i 111 i a O r g a n i k B n lzn 11 A I a 111 j 165

akan bereaksi dengan kation N-metil-~1-pyrrollidium


untuk membentuk enantiomer alami (-)-nikotin.

Alkaloid Anggur (Melatonin)


Suatu studi bahan alam menemukan zat penting
dalam anggur, yakni senyawa melatonin yang
memberikan aktivitas antioksidan yang paling kuat
dalam keterlibatannya pada berbagai fungsi fisiologis
dalam tubuh manusia. Melatonin (N-asetil-5-
metoksitryptamine) adalah suatu alkaloid indolamin,
senyawa alami yang ditemukan pada hewan, tumbuhan
dan mikroba. Melatonin dalam tubuh manusia
memegang peranan penting untuk pengaturan siklus
tidur-bangun, induksi sistem kekebalan tubuh,
perkembangan seksual dan tonus pembuluh darah.

Melatonin

Gambar 5.13, Struktur senyawa melatonin

Pemikiran lama mengungkapkan bahwa


melatonin adalah neurohormon yang eksklusif disintesis
pada vertebrata, tetapi dalam beberapa tahun terakhir
ditemukan bahwa zat ini terkandung dalam tumbuhan,
166 I K i 111 i n O r g n 11 i k B a h a n A l a 111

bakteri, alga, jamur dan invertebrata. Beberapa tahun


yang lalu, peneliti menemukan melatonin pada kultivar
anggur yang berbeda, yang memberikan sugesti pada
serangkaian kajian tentang keberadaan dan jalur
biosintesis senyawa ini dalam anggur.
Kandungan melatonin pada anggur dilaporkan
berkisar 5-96 pg/ g. Hasil penelitian medis menunjukkan
adanya peningkatan konsentrasi melatonin pada serum
manusia secara signifikan, 1 jam setelah asupan 100 ml
anggur merah, yang memberikan efek peningkatan
kapasitas antioksidan plasma.
Penelitian terbaru untuk senyawa melatonin
diarahkan untuk pengobatan kanker, gangguan
kekebalan tubuh, penyakit jantung, depresi, gangguan
tidur dan disfungsi seksual. Oleh karena itu, keberadaan
melatonin dalam anggur memberikan dukungan
tambahan untuk hipotesis tentang efek kesehatan yang
menguntungkan dari konsumsi anggur.
Melatonin adalah zat yang meresap bahan
antioksidan kuat terutama diarahkan untuk
perlindungan inti DNA dan mitokondria dengan
pembilasan -OH, 0 2, H202, NO dan penghambatan
peroksidasi lipid. Melatonin menjadi penangkap radikal
bebas yang efisien dalam mitokondria, dan merupakan
sumber utama spesies reaktif dalam sel. Selain itu, para
penulis melaporkan bahwa melatonin menekan sinyal
apoptosis yang berasal dari mitokondria, sehingga
gangguan yang berhubungan dengan disfungsi
mitokondria berkurang, seperti kerusakan otak, penyakit
yang berkaitan dengan usia, dan lain-lain.
Ditemukan bahwa melatonin efektif terhadap
kerusakan otak yang disebabkan oleh pelepasan radikal
bebas yang mengandung atom oksigen dan juga dapat
Ki 111 i a O r g a n i k B n h n 11 A I a 111 I 167

mengurangi kerusakan otak yang disebabkan oleh


beberapa jenis penyakit Parkinson. Efek antioksidan
melatonin memberikan perlindungan dari
neurodegeneration serta dari tindakan mutagenik dan
karsinogenik radikal bebas. Dengan demikian, melatonin
memberikan kontribusi meningkatkan umur panjang.
Bukti lain mengenai sifat antioksidan kuat
melatonin adalah efek positif untuk pengobatan yang
berhasil untuk syok septik pada bayi baru lahir. Selain
itu, penelitian lain juga memberikan sejumlah bukti
tentang efek positif melatonin dalam pengobatan
berbagai kondisi yang berhubungan dengan stres
oksidatif yang meningkat pada bayi baru lahir, anak-
anak dan orang dewasa.
Sejauh ini, informasi yang diperoleh dari
berbagai penelitian, mengarahkan pada kesimpulan
bahwa melatonin bekerja dengan berbagai mekanisme
untuk mengurangi stres oksidatif, yaitu menangkap
langsung radikal bebas dan spesies reaktif, stimulasi
enzim antioksidan, stimulasi fungsi mitokondria, sinergi
dengan antioksidan klasik, dan lain-lain.
Kekuatan sifat antioksidan baik secara langsung
dan tidak langsung dari melatonin, dibuktikan dengan in
vitro dan uji klinis, yang menjanjikan untuk pencegahan
dan pengobatan jenis penyakit yang melibatkan
kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Melatonin pada mamalia jelas berperan sebagai
neurohormon, dalam hal ini terlibat dalam berbagai
fungsi yang terkait dengan sistem saraf. Ia memiliki
peran penting dalam regulasi ritme sirkadian yang
mengkoordinasikan siklus tidur-bangun dan mengambil
bagian dalam modulasi suasana hati dan perilaku.
168 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B ah a n A l a m

Selain itu, dilaporkan pula bahwa melatonin dari


tumbuhan yang dikonsumsi, mengikat reseptor
melatonin di otak mamalia dan memberikan aktivitas
biologis.
Melatonin memiliki berbagai bioaktivitas, yang
tidak hanya terbatas pada regulasi ritme sirkadian. Hasil
penelitian pada beberapa tikus percobaan telah
menunjukkan bahwa reseptor melatonin tampaknya
memainkan peran penting dalam mekanisme
pembelajaran dan memori serta melatonin yang
memfasilitasi memori jangka pendek.
Studi lain juga menyarankan bahwa efek yang
menguntungkan dari melatonin pada memori dan
proses pembelajaran bisa disebabkan keterlibatannya
dalam renovasi struktural koneksi sinaptik selama
proses rm. Suatu penelitian tentang melatonin
menunjukkan pula efek antioksidan yang kuat pada
tikus dimana melatonin mencegah peroksidasi lipid di
otak akibat paparan etanol secara kronis.
Melatonin bertindak melalui tiga mekanisme
utama, yaitu reseptor-termediasi, protein-termediasi dan
non-reseptor-termediasi. Aktivitas melatonin dalam
mekanisme reseptor-termediasi melibatkan membran
dan reseptor, dan bertanggung jawab untuk sistem
kekebalan tubuh dan peningkatan regulasi enzim
antioksidan. Tindakan non-reseptor-termediasi
melibatkan sifat antioksidan sebagai penangkap
langsung spesies reaktif.
K i nli a O r g a n i k B n Jz n 11 A I a m I 169

Alkaloid Pisang
Pisang mengandung sejumlah besar senyawa
alkaloid biogenik seperti doparnin dan serotonin. Kedua
senyawa ini memiliki kerangka alkaloid indol. Ada
penelitian yang melaporkan bahwa asupan dengan
jumlah tinggi untuk buah pisang terlibat dalam
tetjadinya endomyocardial fibrosis (EMF). Namun studi
lain menunjukkan bahwa senyawa alkaloid serotonin
dengan cepat dapat keluar dari sirkulasi plasma. Dengan
demikian, tidak berkontribusi pada peningkatan kadar
biogenik pada individu yang sehat.
Kajian-kajian berikutnya oleh peneliti lain juga
menentukan bahwa tidak terdapat bukti untuk
keterlibatan pisang sebagai faktor penyebab EMF.

HO~

HO~~

serotonin dopamin

Gambar 5.14, Senyawa alkaloid pada pisang

Pisang adalah makanan yang berpotensi


memberi manfaat bagi orang-orang dengan kondisi
medis yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi
atau hipertensi. Pisang manis. berisi berbagai senyawa
kimia berman.faat terutama tingginya kandungan
170 I Ki 11zi n O r g n 11 i I< B ah a n A I a 111

__ ~_!.!<aloid 1?iC?genik seperti dopamin dan serotonin, dan


antioksidan lain-seperti vitamin-vitamin dan mefabolit
sekunder golongari ·1ainnya. Bubur pisanf juga- ·berisi
dopamin dan vitamin C dalam jumlah besar.
Berdasarkan basil studi tentang kandungan
dopamine yang lebih tinggi, diperkirakan bahwa
produksi fu:tgkat tinggi untuk senyawa rm
memungkinkan f!lemoerfefek memirumaikan kerusakan
darfstres· oksidatif yang cli!1~.Mat}_djiijfut~~i~~ ~inar
mat~l'.!~ri. Dopamin ·telah dibuktikan dapat melindungi
mukosa usus melalui modulasi dari sintesis eicosanoid
(molekul signalling). Sifat anti jamur dari pisang juga
telah dilaporkan. Pisang hijau juga telah dilaporkan
dapat mengurangi keparahan dan durasi diare.
Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Waqiah ayat
29 yang artinya:
"Dan pohon pisang yang bersusun-susim
(buahnya)"
Ayat ini menjelaskan tentang keistimewaan buah pisang
yang merupakan salah satu buah khas surga. Begitu
istimewanya buah pisang sehingga disejajarkan dengan
buah surga lainnya yaitu kurma, delima, dan anggur. Al-
Qur' an telah menyebutkannya, jauh sebelum penelitian
tentang khasiat buah pisang dilakukan. Swt.

Alkaloid Opium
Opium (Papaver sonmifenmz) adalah spesies
tumbuhan dalam famili Papaveracae yang telah menarik
minat para peneliti karena atribut farmasi dan medis
yang berkaitan dengan tumbuhan ini. Para ilmuwan
telah mampu mengidentifikasi sekitar 2.500 senyawa
berbeda dalam opium poppy dengan beberapa golongan
Kimia Organik Bnlrn11 Alam I 171

senyawa yang berbeda yang digunakan dalam industri


farmasi.
Di antara berbagai obat-obatan penting,
kandungan senyawa opium (opioid) merupakan
kelompok penting dari senyawa yang diproduksi oleh
opium, yang digunakan dalam pengobatan sebagai
pereda nyeri. Opioid berinteraksi dengan reseptor opioid
yang berada dalam sistem saraf pusat dan saluran
pencemaan. Senyawa-senyawa ini termasuk golongan
alkaloid yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok
utama, yaitu, Fenantreden (Morfin, kodein, tebain),
Benzylisoquinolin (Papaverin) dan Ftalidaisoquinolin
(Narkotin).
Alkaloid yang paling penting adalah morfin,
yang dapat digunakan sebagai pengontrol nyeri baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang, dan
secara luas digunakan dalam banyak resep obat nyeri.
Morfin dalam bentuk sediaan obat berupa bubuk kristal
putih atau kristal berwarna dan tersedia untuk
penggunaan medis dengan pengesahan hukum.
Baru-baru ini, para ilmuwan di University of
Pennsylvania telah memperhatikan komplikasi pada
pasien dengan penyakit hepatitis C (HCV) karena efek
pemberian morfin dengan gejala seperti menekan
kekebalan IFN-alpha-termediasi dan meningkatkan
replikasi virus. Penyakit ini umumnya juga terjadi pada
beberapa pengguna narkoba suntikan. Karena peran
interaktif morfin dengan penyakit hepatitis C, rm
menjadi hal yang menarik untuk dikembangkan
khususnya dalam menentukan efek dari
penyalahgunaan narkoba, khususnya morfin dan heroin
pada perkembangan penyakit. Penemuan hubungan
172 I K i 11zi n O r g r111 i k B a h a n A l a m

antara keduanya tentu akan membantu dalam


pengobatan infeksi HCV dan penyalahgunaan narkoba.
Morfin juga bermanfaat secara langs1:111g dalam
mengurangi gejala sesak napas yang disebabkan karena
insiden kanker dan non-kanker. Morfin yang banyak
tersedia di pasar sebagai tablet, telah dimodifikasi
menjadi bentuk sediaan tablet salut, kapsul, cairan oral,
suntikan dan supositoria. Namun ada banyak efek
samping yang serius dari morfin yang meliputi
pemapasan pendek, detak jantung lambat, otot kaku,
kejang-kejang, pikiran atau perilaku yang tidak biasa,
sangat lemas, sembelit dan lain-lain.
Alkaloid lain yang penting adalah kodein yang
dianggap sebagai pro-dmg karena dapat diubah menjadi
morfin dan kodein-6-glukuronida (C6G) dalam studi in
vivo. Kodein adalah isomer alami morfin dan
diformulasikan sebagai 3-metil morfin. Di dalam sistem
in vivo, 5 - 10 % kodein dimetabolisme menjadi morfin,
sedangkan sisanya dibiarkan bebas atau dalam sistem
terkonjugasi sebagai kodein-6-glukuronida (~70%), atau
diubah menjadi nor-kodein (~10%) dan hidromorfon
(~1 %). Kodein kurang efektif dan memiliki efek
ketergantungan lebih rendah dari morfin. Serupa dengan
semua opioid lainnya, penggunaan terus menerus
kodein menginduksi ketergantungan fisik dan psikologis
adiktif.
Kodein juga digunakan sebagai obat antitusif
melawan batuk dan banyak digunakan dalam
pengobatan diare berat dan diare sindrom usus besar.
Bentuk obat yang paling sering digunakan adalah
loperamide-difenoksilat, yang berfungsi sebagai obat
penghilang rasa sakit. Selain efek analgesik dan antitusif,
ada beberapa efek samping kodein di antaranya euforia,
Kimia Organik Bnlrn11 Alam I 173

gatal, mengantuk, muntah, hipotensi ortostatik, retensi


urin, depresi dan sembelit. Salah satu efek samping yang
paling serius adalah depresi pemapasan.
Alkaloid jenis tebain juga diproduksi di alam
sebagai non - narkotika, dan dapat digunakan sebagai
analgesik. Senyawa ini digunakan untuk produksi
oksikodon dan opiat analgesik semi-sintetis lainnya.
Dosis tinggi tebain menyebabkan kejang-kejang mirip
dengan keracunan strychnine.
Konstituen penting lainnya dalam lateks opium
adalah noscapin (narkotin) yang digunakan dalam
meredakan batuk dan sakit kepala. Para peneliti terus
menyelidiki penggunaannya dalam pengobatan
beberapa jenis kanker dan iskemia hipoksia pada pasien
stroke. Dalam pengobatan kanker, noscapin tampaknya
mengganggu fungsi mikrotubulus, sehingga dapat
menghambat pembelahan sel kanker. Sedangkan dalam
pengobatan pasien stroke, noscapine tampaknya
memblokir reseptor bradykinine P-2 yang membantu
dalam pemulihan dari penyakit. Studi awal dalam
pengobatan kanker prostat sangat menjanjikan. Para
ilmuwan telah menemukan penurunan nyata dalam
mortalitas pada pasien yang diobati dengan noscapin.
Noscapin non-adiktif tersedia secara luas,
memiliki efek samping rendah dan dapat dengan mudah
diberikan secara oral, serta mendorong potensi yang
sangat besar untuk digunakan di negara-negara
berkembang.
Salah satu senyawa penting dari kelompok
Benzylisoquinolin alkaloid adalah papaverin yang juga
merupakan alkaloid penting yang diproduksi oleh
opium poppy. Papaverin digunakan dalam pengobatan
kejang pada saluran pencernaan, saluran empedu dan
174 I Ki 11zi fl O r g fl 11 i k B ah a n A la m

saluran kencing. Senyawa ini juga digunakan sebagai


vasodilator serebral dan koroner pada perda~ahan sub-
arachnoid (dikombinasikan dengan angioplasty) dan
koroner utJpnss arteri. Papaverin juga digunakan sebagai
obat untuk disfungsi ereksi. Papaverin juga berfungsi
sebagai vasodilator selama kriopreservasi bila
digunakan dalam hubungannya dengan verapamil,
fentolamin, nifedipin, tolazolin atau nitroprussida.
Semua efek papaverin berhubungan dengan efek
penghambatan fosfodiesterase. Meskipun demikian,
papaverin juga memiliki beberapa efek samping umum
yang meliputi takikardi ventrikel polimorfik, sembelit,
peningkatan kadar transaminase, peningkatan kadar
alkali fosfatase, dan vertigo.

Morfin Kodein
,.......a

0 -cHa
Tebain Noscapin
Ki 111 i a Or g a 11 i k B n h n 11 A I am I 175

Papaverin
Gambar 5.15, Senyawa alkaloid Opium

Daerah yang ditanami tumbuhan opium


bervariasi sesuai dengan total permintaan opium yang
dimasukkan melalui PBB. India adalah salah satu
produsen dan eksportir terbesar opium halal dan
menghasilkan sekitar setengah dari total opium yang
dimanfaatkan oleh industri farmasi di dunia.
Mengingat pentingnya tumbuhan opium poppy
di antara beragam tumbuhan obat, para peneliti
terdorong untuk bekerja dalam hal perbaikan
genetiknya. Para peneliti yang terlibat dalam penelitian
opium poppy terus bekerja untuk mengembangkan
tumbuhan yang dapat mendesain alkaloid tertentu pada
bagian lateksnya dalam jumlah besar. Sebelumnya kedua
pendekatan konvensional dan molekuler telah
diterapkan untuk mengembangkan varietas yang kaya
alkaloid tertentu.

5.4.2 Alkaloid dari jamur


Bahan alam jenis jamur yang paling terkenal
sebagai sumber senyawa-senyawa alkaloid adalah
spesies ergots (keluarga Hypocreaceae). Ergots telah
menewaskan ribuan manusia yang mengkonsumsi
176 I K; 111 in Or g rz 11 i k Ba !1trn A I a Ill

gandum terkontaminasi jamur ini, dan bahkan pada


abad terakhir banyak kasus yang dilaporkan. Namun
demikian, dari beberapa penelitian menunjukkan ada
sejumlah senyawa alkaloid yang diproduksi dari jamur
tersebut, dengan struktur yang berbeda dan masing-
masing memiliki aktivitas biologis.
Tiga senyawa alkaloid baru, yaitu lyconadin D,
lyconadin E dan complanadine E telah diisolasi dari
Lycopodium complanatum (Lycopodiaceae). Isolatnya
diperoleh dari ekstrak metanol yang dipartisi dengan etil
asetat, dan selanjutnya diekstraksi dengan kloroform.
Setelah penguapan pelarut, fasa kloroform
dikromatografi pada kolom silika gel amino dan dielusi
dengan campuran heksana-etil asetat, kemudian dengan
sistem kloroform-metanol-air.

complanadin E

liconadin D, R=CH 3
liconadin E, R=H

Gambar 5.16, Alkaloid dari Lycopodium complanatum


Kimia Organik Balrn11 Alam I 177

Fraksi eluting dengan kloroform murni itu


kembali dikromatografi silika gel, hingga diperoleh
isolat murni lyconadin D dan lyconadin E. Bagian dari
fraksi kloroform dielusi dengan kloroform-metanol pada
kolom Sephadex LH-20. Fraksi rm selanjutnya
dimurnikan dengan HPLC untuk menghasilkan
complanadin E, dimer simetris alkaloid.
Bangsa lumut dari genus Lycopodium khususnya
sangat rentan untuk menghasilkan polisiklik alkaloid
yang kompleks, dengan aktivitas biologis yang penting,
seperti penghambatan asetilkolin esterase. Dari tiga
spesies Lycopodium yang berbeda, terdapat sepuluh
alkaloid baru yang telah diisolasi dan dikarakterisasi.
Senyawa dihidrolycopoclavamin diisolasi dari
ekstrak lumut L. serratum melalui kromatografi silika gel
dan amino yang dielusi dengan heksana-kloroform.
Untuk L. clavatum, melalui netralisasi fraksi asam
dari ekstrak metanol, yang dilanjutkan ke flash
kromatografi gel silika dan dielusi dengan eluen gradien
kloroform-metanol, kemudian kloroform-metanol-air,
amonium hidroksida dan metanol p.a. Satu bagian fraksi
selanjutnya dikromatografi kembali pada silika gel
amino dengan campuran heksan-kloroform
menghasilkan isolat lycopoclavamin A. Fraksi lain
dikromatografi ulang pada gel silika untuk
menghasilkan lycopoclavamin B.
Sebuah prosedur yang sama diterapkan pada
spesies L. squarrosum, dan diperoleh senyawa
lycoposquarrosamine A, serta beberapa senyawa
alkaloid lainnya. Hal ini sangat luar biasa bahwa semua
senyawa rm dipisahkan hanya dengan metode
kromatografi kolom menggunakan silika gel, silika gel
178 I Ki 11zi n O r g n 11 i k B ah a n Al a m

atau amino Ah03, dan campuran pelarut heksana,


kloroform, metanol dan etil asetat.

4 HO

lycopoclavamin A lycopoclavamin B

''OH HO

dihidrolycopoclavamin A Iycoposquarrosamin A
Gambar 5.17, Alkaloid dari Lycopodium clavatum,
L. serrahlm dan L. squarrosum.

5.4.3 Alkaloid Laut


Lingkungan laut telah tampil sebagai sumber yang
menjanjikan senyawa-senyawa baru dengan aplikasi
Ki nli a Organ i k B n h n 11 A I am I 179

obat. Salah satu bahan alam laut sebagai sumber utama


adalah spons, misalnya lebih dari 15.000 senyawa yang
telah diisolasi dan dikarakterisasi dari spesies-
spesiesnya, termasuk terpenoid, nukleosida, alkaloid
dan steroid.
Alkaloid guanidin telah diisolasi dari Monanclzora
arbuscula melalui kromatografi kolom Sephadex LH-20
dengan eluen metanol kemudian dilanjutkan dengan
kromatografi kolom silika gel yang dielusi dengan
campuran asetat-metanol dan kloroform-etil. Senyawa
yang diperoleh diidentifikasi dengan spektroskopi 1H
dan 13C NMR, IR dan MS, yang menunjukkan struktur
seperti berikut ini.

H
mirabilin B ptilocaulin
Gambar 5.18, Struktur alkaloid Guanidin

Dua senyawa baru jenis alkaloid terbrominasi


turunan arginin telah diisolasi dari biota Laut Merah,
spons Suberea mollis (Aplysinellidae), yaitu subereamin A
dan subereamin B. Halogenasi senyawa yang umum
dalam bahan alam laut. Senyawa subereamin ini
diisolasi dari ekstrak etil asetat melalui kromatografi
kolom Sephadex LH-20, dilanjutkan dengan
180 I Ki 11zi a O r g n 11 i k B ah a n A l a m

kromatografi kolom silika gel dengan eluen campuran


diklorometana-metanol.
NH 0 Br
0
HN)lN~OH 'CH3
2 H ~
HN

0
subereamin A

0
subereamin B
Gambar 5.18, Alkaloid brominasi dari spons Suberea

Spons laut dari genus Asteropus telah dilaporkan


mengandung berbagai senyawa, seperti. saponin, sterol
dan turunannya pteridin. Ekstrak metanol diparti.si
antara air dan diklorometana. Fasa air menunjukkan
toksisitas terhadap larva larva udang dan dipartisi
dengan butanol. Ekstrak butanol dilanjutkan pada
kromatografi cair tekanan sedang dengan eluen gradien
metanol. Sebuah fraksi dipilih sesuai dengan hasil uji
toksisitas dan dikromatografi kolom Sephadex LH-20.
Sub-fraksi dimurnikan dengan HPLC fase terbalik. Dari
proses isolasi ini diperoleh senyawa alkaloid
pyroglutamy1.
K i nli a O r g a n i k B n h n 11 A I a 111 I 181

O~OH

~~u
0
L-p-Glutamyil-L-leusin: R=C~
L-p-Glutamyl-L-isoleusin: R=H
Gambar 5.19, Alkaloid dariAsteropus sp.

Alkaloid jenis lain yaitu carbolin juga ditemukan


pada biota laut tunicata dari genus Eudistoma. Setelah
pemurnian dengan kromatografi kolom Sephadex LH-
20, ekstrak metanol Eudistoma glaucus dikromatografi
lanjut pada kolom gel silika dengan eluen campuran
heksana-etil asetat, dan kemudian pada kolom lain
dengan silika gel amino, yang juga dielusi dengan
pelarut yang sama. HPLC fase normal menghasilkan
isolat eudistomidin H dan eudistomidin I.
Eudistomidin H dan eudistomidin I adalah
senyawa baru dengan bentuk struktur unik yang berisi
sistem cincin tetrasiklik terpadu yang terdiri dari cincin
tetrahidro-carbolin dan cincin heksahidropyrimidin.
Proses isolasi menggunakan metode kromarografi
dengan fasa diam yang sama, tetapi mengubah sistem
pelarut kloroform-metanol, menghasilkan eudistomidin
K. Untuk eudistomidin J, sistem pelarut juga diterapkan,
tapi tanpa perlu tahap pemisahan dengan HPLC.
182 I K i m i n O r g n 11 i k B a h a n A l a 111

Br

Br

eudistomidin H eudistomidin I

HO

eudistomidin J eudistomidin K

Gambar 5.20, Alkaloid dari Eudistoma glaucus

Senyawa pyridoacridin alkaloid berperan dalam


penampakan wama-wama cerah yang diamati pada
spons .dan ascidian. Dua alkaloid pyridoacridin baru,
yaitu senyawa 13-didemetilaminosikloshermilamin D
dan dimetildeoksiamphimedin, diisolasi dari biota laut
Mediterania jenis ascidian Cystodytes dellechiajei bersama
dengan enam alkaloid lainnya yang dikenal dari jenis
yangsama.
K i m i a O r g a n i k B n 1z n 11 A I a 111 I 183

13-didemetilaminosikloshermilamin D

demetildeoksiamphimedin

Gambar 5.21, Alkaloid dari Cystodytes dellechiajei.

Ascidian diekstraksi dengan campuran metanol-


diklorometana- asam trifluoroasetat dilanjutkan dengan
kromatografi kolom fase terbalik. Fraksi yang diperoleh
dikromatografi tiga kali berturut-turut pada kolom fase
terbalik dielusi dengan gradien metanol-air. Setelah
melalui semi-HPLC preparatif fase terbalik, diperoleh
dua alkaloid baru.
Perlu ditegaskan bahwa organisme laut
menawarkan kesempatan besar bagi peneliti untuk
mencari senyawa biologis aktif dan model senyawa
184 I Ki uzi rz O r g n 11 i k B a ha n A I 11 m

sintetik. Harta nyata di dasar laut mungkin tidak datang


dari bangkai kapal, tetapi telah ada jauh sebelum
manusia menginjakkan kaki di bumi.
186 I Ki m in O r g n 11 i k B ah a n A la m

aphy-and-itsapplications / secondary-
metabolites).
Ahmad, Yusuf Al-Hajj (2009). Mnusu'ah al-J'iaz al-IlmiytJ
ft al-Qur'an al Karim wa as Sunnah al-Mutahlzarah,
terj. Mustari ilham, dkk, Ensiklopedi Kenmkjizatan
Ilmialz dalam Al-Qur'an dan Sunnah, Jakarta: P.T.
Kharisma llmu.
Ahmed, B. (2007). Steroids, ClzemistnJ of Natural Product,
Department of Pharmaceutical Chemistry Faculty
of Science, Jamia Hamdard, New Delhi.
Al-Mubarakahfuri, Syaikh Shafiyurrahman (2007). Slzahih
Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka lbnu Katsir.
Al-Qaradhawi (2001). Islam Agama Ramah Linglamgan,
Terj. Abdullah Hakan Shah, et. al. Cet. I, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Andersen, O.M., Markham, K.R. (2006). Flavonoids:
ChemistnJ, BiochemistnJ, and Applications. CRC
Press, Taylor & francis Group: Boca Raton.
Aminah, N.S., Achmad, S.A., Ghisalberti, E.L., Hakim,
E.H., Syah, Y.M. (2002). Diptoindonesin A, A
New C-Glucoside of e-Viniferin from Shorea
seminis (Dipterocarpaceae), Fitoterapia, 73, 501-
507.
Australian Government (2008). The Biology of Musa L.
(Banana), Departement of Health and Ageing,
Office of The Gene Technology Regulator.
Cragg, G.M., Newman, D.J. (2002). Drugs from nature:
present developments and future prospects.
Dalam Rauter, AP. dkk. (Ed.), Natural Products in
oe'
K i nli cl O r g cl 11 i k B n lzn 11 A I a m I 187

tlze New Millennium: Prospects and Industrial


Application (hal285-297). Dordrecht: Kluwer
Academic Publisher.
Departemen R.I. (2006). Al-Qur'an Al Karim clan
Terjemalmya, Semarang: PT. Toha Putra.
Dzhambazova, T., Kondakova, V., Tsvetkov, I., and
Batchvarova, R. (2011). GrapeSecondary
Metabolites - Benefits for Human Health,
Advanced Understanding of Neurodegenerative
Diseases, Raymond Chuen-Chung Chang (Ed.),
InTech, (Online:
http:/ /www.intechopen.com/books/ advanced-
understanding-of-neurodegenerative-
iseases / grape-secondarymetabolites-benefits-for-
human-health).
Hakim. E.H., Marlina, E.V., Mujahidin, D., Achmad, S.A.,
Ghisalberti, E.L., Makmur, L. (1998). Proceediugs
1TB, 30(1), 31-36.
Hakim, E.H., Fahriyati, A., Kau, M.S., Achmad, S.A.,
Makmur, L., Ghisalberti, E.L., Nomura, T. (1999a).
"Artoindonesianin A ~d B, Two New Prenylated
Flavones from the Root of Artocarpus clzampeden",
J. Nat. Prod., 62(4), 613-615.
Hakim, E.H., Fahriyati, Kau, M.S., Achmad, S.A.,
Makmur, L., Ghisalberti, E.L., Nomura, T. (1999h).
]. Nat. Prod., 62, 613-615.
Hakim, Euis Holisotan, et al Artoindonesianin N dan 0,
New Prenylated Stilbene and Prenylated
AnJlbenzofaran derivatives from Artocarpus
gonzezianus. Jurnal Fitoterapia, Vol 73, 2002.
188 I Ki 111 i a O ,- g n 11 i k B ah a n Al a m

Hakim, E.H., Makmur, L., Achmad, S.A., Aimi, N.,


Ghisalberti, E.L., Kitajima, M., Mujahidin, D.,
Syah, Y.M., Takayama, H. (2002). In: "Natural
Product ChemistnJ at tlze Turn of the Cenhm/', Atta-
ur-Rahman, M.I. Choudhary and KM. Khan
- (Eds.), Prints Arts, Karachi, hal.331-338.
Hakim, E.H., Juliawaty, L.D., Syah, Y.M., Achmad, S.A.
(2004). Molecular diversity of Artocarpus
clzampeden (Moraceae): a species endemic to
Indonesia, Molecular Diversihj, 149-158.
Hakim, Euis Holisotan, et al. Prenylated flavonoids and
related compounds of tlze bzdonesian Artocarpus
(Moraceae). J. Nat. Med. Vol. 60, 2006.
Hollebeeck, S., Larondelle, Y., Schneider, Y.J., and
During, A. (2012). The Use of Pomegranate
(Punica granatum L.) Phenolic Compounds as
Potential Natural Prevention Against IBDs,
InflammatonJ Bowel Disease - Advances in
Pathogenesis and Management, Sarni Karoui (Ed.),
InTech, (Online:
http:/ /www.intechopen.com/books/inflammato
ry-bowel-diseaseadvances-in-pathogenesis-and-
management/ the-use-of-pomegranate-punica-
granatum-1-polyphenols-aspotential-natural-
preventive-treatinent-again).
Makmur, L., Syamsurizal, Tukiran, Achmad, S.A., Aimi,
N ., Hakim, E.H., Kitajima, M., Takayama, H.
(2000). Artoindonesianin C, a new xanthone
derivative from Artocarpus teysmanii, ]. Nat. Prod.,
63, 243-244.
K i nli a O r g a n i k B a lzn 11 A I a 111 I 189

Mishra, B.K, et.al. (2013). Opium Poppy: Genetic


Upgradation Through Intervention of Plant
Breeding Techniques, Plant Breeding from
Laboratories to Fields, Sven Bode Andersen (Ed.),
Publisher: InTech.
Nomura, T., Hano, Y., Aida, M. (1998). Isoprenilated-
Substituted Flavonoid. Heteroe11cles Vol. 47 No. 2,
1179-1205.
Nurachman, Z. (2002). Artoind011esianin untuk Antitumor,
Online, www.Kompas.com, diakses tanggal 08
Februari 2007.
Parenti, et al. (1998). A new prenylated flavone from
Artocarpus champeden inhibits the K+ -
dependent amino acid transport in Bombyx mori
midgut. Biochem. Biophys. Res. Communic Vol. 244,
445-448.
Sarker, S.D., Latif, Z., and Gray, A.I.(2006). Natural
Products Isolation, 2nd Edition, Humana Press Inc.,
New Jersey.
Suhartati, T., Achmad, S.A., Aitni, N., Hakim, E.H.,
Kitajima, M., Takayama, H., Takeya, K (2001 ).
Artoindonesianin L, a new prenylated flavone
with cytotoxic activity from Artocarpus rotunda,
Fitoterapia, 72, 912-918.
Syah, Y.M., Achmad, S.A., Hakim, E.H., Makmur, L.,
Mujahidin, D., Iman, M.Z.N., Ghisalberti, E.L.
(2000). Fitoterapia, 71, 630-635.
Syah, Y.M., Achmad, S.A., Ghisalberti, E.L., Hakim, E.H.,
Makmur, L., Mujahidin, D. (2001).
Artoindonesianin G-1, three new isoprenylated
190 I K i m i a O r g fl 11 i k B a h a n A l a m

flavones from Artocarpus lanceifolius, Fitoterapia,


72, 765-773.
Syah, Y.M.; Achmad, S.A.; Ghisalberti, E. L.; Hakim, E.H.;
Makmur, L.; Mujahidin, D. (2002).
Artoindonesianin M, a new prenylated flavone
from Artocarpus clzampeden, Bull. Soc. Nat. Prod.
Chem. (Indonesia), 1, 31-36.
Syah, Y.M., Aminah, N.S., Hakim, E.H., Kitajima, M.,
Takayama, H. and Achmad, S.A. (2003). Two
Oligostilbenoids cis- and trans-Diptoindonesin B
from Dn1obalanops oblongifolia, Phytoclzemistry, 63,
913-917.
Syah, Y.M., Achmad, S.A., Ghisalberti, E. L., Hakim, E.H.,
Makmur, L., Soekamto, N.M. (2004). J. Clzem. Res.,
339-340.
Syah, Y.M. Achmad, S.A., Aimi, N., Hakim, E.H.,
Juliawaty, L.D., Takayama, H. (2005). Two
prenylated flavones from the tree bark of
Artocarpus lanceifolius, Z. Naturforsch (in press).
Verheij, E.W.M., Coronel, R.E. (1992), Plant Resources of
South-East Asia, No.2: Edible Fruit and Nuts,
PROSEA, Bogor, Indonesia, 79-96.
Verpoorte, R., and Alfermann, AW. (2000). Metabolic
Engineering of Plant SecondanJ Metabolism, Kluwer
Academic Publishers, Netherlands.
Wang, F.Q., Yao, K., and Wei, D.Z. (2011). From Soybean
Phytosterols to Steroid Hormones, S011bean and
Health, Hany A El-Shemy (Ed.). Published by
InTech, Croatia.
Ki 111 i a Or g a 11 i J.: H n /1 a II A Io 111 I 191

RIWAYAT HID UP PENULIS


Asriani Byas, S.Si., M.Si. Lahir di
Tanete Cina (Bone), pada tanggal 30
Maret 1983. Setelah menyelesaikan
p endidikan dasar dan m enengah di
Bone, penulis meneruskan pendidikan
S-1 di Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Universitas Hasanuddin, lulus tahun
2005. Pendidikan S-2 dilanjutkan di
Prodi Kimia Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, lulus tahun 2008.
Karir sebagai d osen dimulai dengan
pengangkatan sebagai Dasen PNS di Lingkungan
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar pada
tahun 2009, unit kerja Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi. Saat ini penulis memiliki jabatan fungsional
lektor dengan pangkat pefi.ata golongan III/ c.
Pengalaman penelitian dan menulis karya ilmiah:
1. Senyawa Golongan 2-Arylbenzofuran dan Stilben
dari Eks trak Metilen Klorida (CH2Ch) Daun
Artocnrpus Fretessi Hassk (Jurnal Teknosains, ISSN :
1979-3154).
2. Pembuatan Kitosan d ari Lirnbah Can gkang Kepiting
Rajungan dan Pemanfaataimya sebagai Pen gawet
Ikan Bandeng (Publikasi pada Seminar Nasional
Kirnia oleh Jurusan Kimia UIN Alauddin di
Makassar (Mei 2013).
3. Isolasi dan Identiiikasi Metabolit Sek.under dari
Eksh·ak Etil Aseta t Kulit Akar Tumbuhan Kleinlwvin
lwspitn Linll. (Paliasa) dan Uji Toksisitas terhadap
Artemin snlilln Leach.
192 I Ki 11zi n O r gnu i k B ah a n Al am
PERI
ALAU

Anda mungkin juga menyukai