Anda di halaman 1dari 169

Buku Ajar

PERPINDAHAN
PANAS KONVEKSI

Mataram University Press


Perpindahan Panas Konveksi

ii Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Buku Ajar

PERPINDAHAN
PANAS KONVEKSI

Dr. I GEDE BAWA SUSANA, S.T., M.T.


IDA BAGUS ALIT, S.T., M.T.

Mataram University Press

Perpindahan Panas Konveksi iii


Perpindahan Panas Konveksi
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Perpindahan Panas Konveksi v


Perpindahan Panas Konveksi

vi Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Perpindahan Panas Konveksi vii


Perpindahan Panas Konveksi

viii Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa atas segala nikmat dan perlindungan-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar
Perpindahan Panas Konveksi ini. Buku ini disusun
sebagai penunjang perkuliahan pada mata kuliah
Perpindahan Panas II, untuk mahasiswa Teknik Mesin
semester VI. Matakuliah Perpindahan Panas II
dikelompokkan pada Mata Kuliah Kopetensi Utama
(MKKU). Buku ini diharapkan dapat digunakan oleh
Mahasiswa untuk mempermudah mencapai tujuan
pembelajaran matakuliah Perpindahan Panas II.
Dalam pembuatan buku ini ini penulis tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Mataram yang
telah menugaskan penulis untuk mengikuti workshop
penulisan buku ajar.
2. Para narasumber kegiatan Applied Aproach (AA) yang
telah dengan sabar memberikan bimbingan dalam
penyusunan buku ini.
3. Semua pihak, khususnya team teaching yang telah
memberikan koreksi dan masukan untuk
penyempurnaan buku ini
Sebagai sebuah karya, tentu buku ini memiliki banyak
kekurangan sehingga kami mengharapkan saran,
masukan dan kritik dari para pembaca. Akhir kata kami

Perpindahan Panas Konveksi ix


Perpindahan Panas Konveksi

selaku penulis berharap semoga buku ini ada manfaat


nya bagi mahasiswa dan pembaca lainnya.

Mataram, Januari 2020

Penulis

x Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

DESKRIPSI SINGKAT BUKU AJAR

Perpindahan Panas Konveksi merupakan bagian


yang dibahas dalam mata kuliah Perpindahan Panas II di
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Mataram. Bagian yang lain adalah Alat Penukar Kalor
atau Heat Exchanger. Buku ini terdiri dari 4 Bab dengan
materi pembahasan meliputi Dasar-dasar Konveksi,
Aliran Luar (Konveksi Paksa melalui Permukaan Luar),
Aliran Dalam (Konveksi Paksa dalam Tabung dan
Saluran), dan Konveksi Bebas. Pelaksanaan kuliah
dalam bentuk ceramah, tanya jawab dan pemberian
tugas. Tahap penguasaan mahasiswa dievaluasi melalui
tugas, kuis, UTS dan UAS.
Bab I membahas Dasar-dasar Konveksi terdiri dari
lima sub bab meliputi proses konveksi, koefisien
perpindahan panas konveksi, lapisan batas kecepatan,
lapisan batas termal, dan bilangan Nusselt. Bab II
membahas Aliran Luar (Konveksi Paksa melalui
Permukaan Luar) terdiri dari enam sub bab meliputi sifat
hubungan empirik, aliran melalui plat rata/datar, aliran
menyilang silinder, aliran menyilang bola, aliran
menyilang silinder tak bundar, dan aliran menyilang
berkas tabung. Bab III membahas Aliran Dalam
(Konveksi Paksa dalam Tabung dan Saluran) terdiri dari
enam sub bab meliputi panjang masuk kalor dan
hidrodinamik, rumus-rumus empiris untuk aliran dalm
tabung, hukum Newton pendinginan, kesetimbangan
energi, aliran pada tabung berpenampang bukan
lingkaran, dan tabung anulus berpenampang sepusat.
Bab IV membahas Konveksi Bebas terdiri dari delapan
sub bab meliputi plat vertikal, plat horisontal, plat

Perpindahan Panas Konveksi xi


Perpindahan Panas Konveksi

miring, silinder panjang, bola, logam cair, silinder


berputar, dan perpindahan massa konveksi.

xii Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

KEGUNAAN MATA KULIAH BAGI


MAHASISWA

Konveksi digunakan untuk menggambarkan


perpindahan energi antara permukaan dengan fluida
yang bergerak di atas permukaan tersebut. Analisa dan
rancang bangun heat exchanger (alat penukar kalor)
membutuhkan pengetahuan perpindahan panas
konveksi.

Perpindahan Panas Konveksi xiii


Perpindahan Panas Konveksi

TUJUAN PEMBELAJARAN

Universitas Mataram TM 10
Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Mesin

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER


MATA KODE BOBOT SEMES Tgl
KULIAH (sks) TER Penyusunan

Perpindahan MB 2 6
Panas II 216 Januari
2020
Nama Dosen Dr. I Gede Bawa Susana, ST., MT dan Ida
Pengampu Bagus Alit, ST., MT.
OTORISASI Koordinator Koordinator Ketua
Pengembang Bidang Jurusan
RPS Keahlian

Dr. I Gede Bawa Rudy Sutanto, Paryanto D.S.,


S., ST., MT ST., MT. ST., MT.
Capaian Pembelajaran Program Studi
yang dibebankan pada Mata Kuliah
S9 Menunjukkan sikap jujur dan
Capaian bertanggungjawab secara mandiri.
Pembelajaran P Menguasai prinsip dan teknik
Mata Kuliah penyelesaian masalah
(CPMK) KU Mampu menunjukkan kinerja
mandiri dan terukur
KK Mampu menyelesaikan permasalahan
transfer panas secara konveksi

xiv Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Perpindahan Panas Konveksi xv


Perpindahan Panas Konveksi

PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU


AJAR

Buku ajar ini disusun berdasarkan RPS mata


kuliah Perpindahan Panas II. Mahasiswa yang
menggunakan buku ajar ini diharapkan memahami
terlebih dahulu capaian pembelajaran mata kuliah
(CPMK) ini. Pada setiap bab mahasiswa diharapkan
memahami setiap kemampuan akhir yang dijabarkan ke
dalam beberapa indikator. Bab pertama buku ajar ini
merupakan dasar dari bab selanjutnya, sehingga bab ini
bersifat hirarkhial terhadap bab yang lain. Bab satu pada
buku ini harus dipelajari dan dipahami sebelum
melanjutkan ke bab yang lain. Bab dua sampai bab
empat mempunyai struktur berkelanjutan sehingga
harus belajar secara berurutan.
Untuk mempermudah pemahaman akan isi buku
ajar ini maka mahasiswa perlu memperhatikan hal-hal
berikut.
1. Mahasiswa hendaknya memahami dan mempelajari
materi pada setiap bab dengan sebaik-baiknya.
2. Mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya dan
berkonsultasi apabila terdapat materi buku ajar
ataupun penyampaian dosen yang belum dimengerti.
3. Mahasiswa diwajibkan mengerjakan latihan dan
tugas yang ada dalam buku ajar ini.
4. Mahasiswa diharapkan dapat memperkaya materi
kuliah dengan membaca buku-buku lain yang terkait
dengan materi yang disampaikan.

xvi Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

5. Mahasiswa diharapkan dapat mengevaluasi dirinya


dengan menggunaan indikator pada setiap
kemampuan akhir yang diharapkan.

Perpindahan Panas Konveksi xvii


Perpindahan Panas Konveksi

xviii Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................... ix
DESKRIPSI SINGKAT BUKU AJAR................................ xi
KEGUNAAN MATA KULIAH BAGI MAHASISWA ........... xiii
TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................... xiv
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU AJAR ..................... xvi
DAFTAR ISI ............................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ....................................................xxiii
DAFTAR TABEL ......................................................... xxv
BAB I DASAR-DASAR KONVEKSI ........................ 1
1.1 Proses Konveksi (= aliran) .......................... 2
1.2 Koefisien Perpindahan Panas
Konveksi .................................................... 6
1.3 Lapisan Batas Kecepatan .......................... 8
1.4 Lapisan Batas Termal ................................ 9
1.5 Bilangan Nusselt ..................................... 10
Rangkuman ................................................... 15
Tugas dan Latihan ......................................... 16
BAB II ALIRAN LUAR (KONVEKSI PAKSA
MELALUI PERMUKAAN LUAR) ................. 19
2.1 Sifat Hubungan Empirik ......................... 23
2.2 Aliran melalui Plat Rata/Datar ................ 24
2.2.1 Logam cair dalam aliran
laminar ......................................... 24

Perpindahan Panas Konveksi xix


Perpindahan Panas Konveksi

2.2.2 Fluida umum dalam aliran


laminar ......................................... 25
2.2.3 Aliran turbulen ............................. 30
2.3 Aliran Menyilang Silinder ........................ 31
2.4 Aliran Menyilang Bola ............................. 37
2.5 Aliran Menyilang Silinder Tak Bundar ..... 41
2.6 Aliran Menyilang Berkas Tabung ............. 42
Rangkuman ................................................... 53
Latihan dan Tugas ......................................... 56
BAB III ALIRAN DALAM (KONVEKSI PAKSA
DALAM TABUNG DAN SALURAN) ............. 61
3.1 Panjang Masuk Kalor dan
Hidrodinamik .......................................... 62
3.1.1 Kondisi aliran................................ 63
3.1.2 Profil kecepatan pada daerah
pengembangan penuh................... 67
3.2 Rumus-rumus Empiris untuk Aliran
Dalam Tabung ......................................... 67
3.3 Hukum Newton Pendinginan ................... 69
3.4 Kesetimbangan Energi (The Energy
Balance)................................................... 70
3.4.1 Temperatur permukaan
konstan ......................................... 72
3.5 Aliran pada Tabung Berpenampang
Bukan Lingkaran (noncircular) ................. 79
3.6 Tabung Anulus Berpenampang
Sepusat ................................................... 80
Rangkuman ................................................... 83
Latihan dan tugas .......................................... 84
BAB IV KONVEKSI BEBAS .................................. 87
4.1 Plat Vertikal............................................. 89
4.1.1 Temperatur dinding seragam ............... 91

xx Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

4.1.2 Fluks kalor seragam ............................. 94

4.2 Plat Horisontal......................................... 95


4.3 Plat Miring ............................................... 98
4.4 Silinder Panjang ...................................... 99
4.4.1 Silinder vertikal ............................. 99
4.4.2 Silinder horisontal....................... 100
4.5 Bola ....................................................... 103
4.6 Logam Cair ............................................ 104
4.7 Silinder Berputar ................................... 104
4.8 Perpindahan Massa Konveksi ................ 106
Rangkuman ................................................. 107
Latihan dan Tugas ....................................... 109
BAB V PERPINDAHAN MASSA .......................... 111
5.1 Hukum Fick tentang Difusi ................... 112
5.2 Difusi Dalam Gas .................................. 113
5.3 Koefisien Perpindahan Massa ................ 114
Rangkuman ................................................. 120
Latihan dan Tugas ....................................... 121
BAB VI PERPINDAHAN PANAS DENGAN
PERUBAHAN FASE (PENDIDIHAN DAN
KONDENSASI) ....................................... 123
6.1 Perpindahan Panas Pendidihan ............. 124
6.1.1 Pembentukan gelembung ............ 125
6.1.2 Korelasi data pendidihan inti ...... 126
6.1.3 Korelasi data ............................... 128
6.2 Pendidihan dengan Aliran Paksa ........... 129
6.3 Perpindahan Panas Kondensasi
(Pengembunan)...................................... 131
6.3.1 Pengembunan untuk lapisan
pada permukaan tegak ............... 132

Perpindahan Panas Konveksi xxi


Perpindahan Panas Konveksi

6.3.2 Aliran embunan turbulen ........... 135


6.3.3 Pengembunan di dalam pipa-
pipa horisontal ............................ 136
6.3.4 Bilangan kondensasi
(pengembunan) ........................... 137
Rangkuman ................................................. 138
Tugas dan Latihan ....................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ............................................... 141

xxii Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perpindahan panas konveksi, (a)


konveksi paksa, (b) konveksi
alamiah, (c) pendidihan, (d)
kondensasi, (e) fluida bergerak di
atas permukaan .................................... 3
Gambar 1.1 Lapisan batas di atas plat rata .............. 4
Gambar 1.2 Efek perpindahan panas konveksi
pelat datar ............................................ 8
Gambar 1.3 Lapisan batas kecepatan di atas plat
datar .................................................... 8
Gambar 1.4 Lapisan batas termal pada sebuah
plat datar.............................................. 9
Gambar 2.1 Lapisan batas termal dan kecepatan
untuk perpindahan panasn logam
cair di atas plat rata ............................ 24
Gambar 2.2 Lapisan batas termal dan kecepatan
untuk fluida umum ............................. 25
Gambar 2.3 Aliran di sekitar silinder ...................... 32
Gambar 2.4 Nilai Nu untuk aliran menyilang
bola .................................................... 39
Gambar 2.5 Susunan berkas tabung segaris
(aligned) .............................................. 43
Gambar 2.6 Susunan berkas tabung a) segaris,
dan b) selang-seling ............................ 43

Perpindahan Panas Konveksi xxiii


Perpindahan Panas Konveksi

Gambar 2.7 Faktor gesekan f dan faktor koreksi


χ untuk persamaan 2.44, susunan
tabung pada satu garis........................ 48
Gambar 2.8 Faktor gesekan f dan faktor koreksi
χ untuk persamaan 2.44, susunan
tabung staggered ................................ 49
Gambar 3.1 Pengembangan lapisan batas
hidrodinamik untuk aliran di dalam
tabung ................................................ 64
Gambar 3.2 Angka Nusselt lokal dan rata-rata
untuk aliran laminar dalam silinder .... 65
Gambar 3.3 Volume atur untuk aliran dalam
tabung ................................................ 70
Gambar 3.4 Anulus tube konsentrik ....................... 80
Gambar 4.1 Lapisan batas di atas plat rata
vertikal ............................................... 89
Gambar 4.2 Konsep positif dan negatif pada plat
miring................................................. 98
Gambar 4.3 Rasio bilangan Nusselt untuk
silinder vertikal terhadap plat
vertikal ............................................. 100
Gambar 6.1 Pengaruh lapisan batas berkaitan
dengan pengembunan pada bidang
tegak ................................................ 133
Gambar 6.2 Keadaan lapisan batas kecepatan
dan panas berkaitan dengan analisa
Nusselt ............................................. 134
Gambar 6.3 Pengembunan berlapis di dalam
pipa datar a. penampang lintang
embunan yang mengalir pada
kecepatan aliran uap rendah b.
penampang memanjang aliran
embunan dengan kecepatan uap
yang tinggi ........................................ 136

xxiv Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konstanta C dan m dari persamaan


2.20 dan 2.26 untuk circular cylinder
dalam aliran melintang ........................... 35
Tabel 2.2 Konstanta C dan m untuk circular
cylinder dalam aliran melintang dari
persamaan 2.27 ...................................... 35
Tabel 2.3 Konstanta C dan m untuk
perpindahan panas dari silinder tak
bundar untuk persamaan 2.35 ................ 42
Tabel 2.4 Konstanta untuk persamaan (2.39)
dan (2.40) untuk susunan tabung 10
baris atau lebih ....................................... 46
Tabel 2.5 Faktor koreksi C2 untuk persamaan
2.41........................................................ 47
Tabel 2.6 Konstanta C dan m untuk persamaan
2.42........................................................ 47
Tabel 2.7 Konstanta C2 untuk persamaan (2.43) .... 48
Tabel 3.1 Panjang masuk kalor dan
hidrodinamik untuk aliran laminar
dalam tabung ......................................... 63
Tabel 3.2 Bilangan Nusselt untuk aliran laminar
dengan kondisi pengembangan penuh
di dalam saluran berbagai bentuk
penampang ............................................. 79
Tabel 3.3 Bilangan Nusselt untuk aliran laminar
pengembangan penuh di dalam tabung

Perpindahan Panas Konveksi xxv


Perpindahan Panas Konveksi

anulus berpenampang lingkaran


dengan salah satu permukaannya
diisolasi sedang lainnya pada
temperatur konstan ................................ 81
Tabel 3.4 Koefisien yang mempengaruhi untuk
aliran laminar pengembangan penuh
pada anulus tabung berpenampang
lingkaran dengan fluks panas seragam
yang dipertahankan pada kedua
permukaan ............................................. 82
Tabel 4.1 Konstanta C dan n untuk persamaan
4.4 ......................................................... 92
Tabel 4.2 Konstanta C dan n untuk persamaan
4.18........................................................ 95
Tabel 4.3 Bilangan Grashof transisi ........................ 99
Tabel 4.4. Konstanta C dan n persamaan (4.23)
untuk konveksi bebas pada silinder
bulat horisontal .................................... 101
Tabel 6.1 Nilai koefisien Csf untuk berbagai
gabungan fluida-permukaan ................. 128

xxvi Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
BAB I
DASAR-DASAR KONVEKSI

KA-1
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Konsep Dasar Perpindahan Panas Konveksi

Bilangan Nusselt

Lapisan Batas Kecepatan dan Termal

Koefisien Perpindahan Panas Konveksi

Proses dan Pengertian Konveksi


Perpindahan Panas Konveksi

Konveksi digunakan untuk menggambarkan


perpindahan panas atau energi antara permukaan
dengan fluida yang bergerak di atas permukaan tersebut.
Kontribusi dominan pada perpindahan ini adalah
umumnya dibuat oleh pergerakan bulk dan partikel-
partikel fluida, selain itu mekanisme difusi (pergerakan
acak atau random pada molekul fluida) juga memberikan
kontribusi pada perpindahan ini. Dalam masalah
perpindahan panas konveksi diperlukan neraca energi di
samping analisa dinamika fluida. Dalam pembahasan
ini, akan ditinjau lebih dahulu beberapa hubungan
sederhana dinamika fluida dan analisa lapisan batas
(boundary layer analysis) yang penting untuk memahami
perpindahan panas konveksi. Selanjutnya akan kita
lakukan neraca energi terhadap sistem aliran itu, dan
kita tentukan pengaruh aliran itu terhadap gradien atau
landaian suhu (temperature gradient) dalam fluida.
Akhirnya, setelah diketahui distribusi suhu, dapat kita
tentukan laju perpindahan panas dari permukaan yang
dipanaskan ke fluida di atasnya.
Pengembangan dalam pembahasan ini terutama
bersifat analitis, dan pembahasan dibatasi pada sistem
aliran konveksi paksa (forced convection flow system).
Dalam pembahasan berikutnya akan disajikan
hubungan-hubungan empiris untuk menghitung
perpindahan panas konveksi paksa, pembahasan
tentang konveksi alamiah, dan perpindahan panas
pendidihan dan pengembunan (kondensasi).

1.1 Proses Konveksi (= aliran)

Yang dimaksud dengan aliran adalah pengangkutan


panas oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Proses
perpindahan panas secara aliran/konveksi merupakan
satu fenomena permukaan. Proses konveksi hanya
terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini
struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan
permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan
permukaan itu adalah yang utama.

2 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Gambar 1.1 Perpindahan panas konveksi, (a) konveksi paksa,


(b) konveksi alamiah, (c) pendidihan, (d) kondensasi, (e) fluida
bergerak di atas permukaan
Aliran Viskos
Perhatikan aliran di atas plat rata seperti terlihat
pada gambar di bawah ini. Dari tepi depan plat terbentuk
suatu daerah dimana pengaruh gaya viskos makin
meningkat. Gaya-gaya viskos ini biasa diterangkan
dengan tegangan geser ( τ ) antara lapisan-lapisan fluida.
Jika tegangan ini dianggap berbanding dengan gradien
kecepatan normal, maka kita dapatkan persamaan dasar
untuk viskositas.
du
τ=μ (1.1)
dy
Konstanta proporsionalitas μ disebut viskositas
dinamik dan satuannya adalah N.s/m2.

Perpindahan Panas Konveksi 3


Perpindahan Panas Konveksi

Gambar 1.1 Lapisan batas di atas plat rata


Daerah aliran yang terbentuk dari tepi depan plat
itu, dimana terlihat pengaruh viskosits disebut lapisan
batas. Untuk menandai posisi y dimana lapisan batas itu
berakhir dipilih suatu titik sembarang, titik itu biasanya
dipilih sedemikian rupa pada koordinat y dimana
kecepatan menjadi 99 persen dari nilai arus bebas ( u  ),
jadi u=0,99 u  .
Langkah pertama yang perlu diperhatikan dalam
setiap persoalan konveksi adalah menentukan apakah
lapisan batas tersebut adalah laminer atau turbulen.
Gesekan permukaan dan laju perpindahan panas
konveksi sangat tergantung pada keberadaan kondisi
tersebut. Seperti ditunjukkan pada gambar 1.1, pada
lapisan batas laminer, pergerakan fluida adalah sangat
teratur dan memungkinkan untuk mengidentifikasikan
pergerakan partikel-partikel memanjang pada garis
streamline. Pergerakan fluida memanjang garis
streamline dikarakteristikkan oleh komponen kecepatan
pada kedua arah x dan y. Sedangkan pergerakan fluida
pada lapisan batas turbulen sangat tidak teratur dan
dikarakteristikkan oleh fluktuasi kecepatan. Fluktuasi
itu menambah perpindahan momentum, energi dan
karena itu menambah gesekan permukaan serta
menambah laju perpindahan konveksi. Sebagai akibat
hasil pencampuran dari fluktuasi, ketebalan lapisan
batas turbulen adalah lebih besar dan profil lapisan
batas (kecepatan, temperatur, dan konsentrasi) adalah
lebih datar dari pada aliran laminer.

4 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Pada permulaan, pembentukan lapisan batas itu


laminar, tetapi pada suatu jarak kritis karena sifat-sifat
fluida, gangguan-gangguan kecil pada aliran itu
membesar dan mulailah terjadi proses transisi hingga
akhirnya aliran menjadi turbulen. Fluktuasi fluida
memulai untuk berkembang pada daerah transisi
(transition region), dan lapisan batas akhirnya menjadi
turbulen penuh. Perpindahan menjadi turbulen diikuti
oleh kenaikan yang cukup berarti pada ketebalan lapisan
batas, tahanan geser dinding, dan koefisien konveksi.
Pada lapisan batas turbulen, tiga daerah berbeda dapat
dilukiskan yaitu lapisan turbulen (turbulent region),
lapisan buffer (buffer layer), dan sub lapisan viskos
(laminar sublayer). Pada laminar sublayer, transport
didominasi oleh difusi dan profil kecepatan adalah
mendekati linier. Pada buffer layer, difusi dan campuran
turbulen adalah sebanding. Dan lapisan daerah turbulen
didominasi oleh campuran turbulen.
Karakteristik aliran seperti ini ditentukan oleh
kuantitas suatu besaran yang disebut bilangan Reynolds.
Untuk aliran melintas plat rata seperti pada gambar 1.1,
bilangan Reynolds didefinisikan sebagai berikut.
u  .x
Re = (1.2)
ν
dengan
u  = kecepatan aliran bebas (m/s)
x = panjang karakteristik, yaitu jarak dari tepi depan
plat (m)
ν = viskositas kinematik fluida (m2/s)
Transisi dari aliran laminar menjadi turbulen
terjadi apabila Re  5.105. Walaupun untuk tujuan
analitis angka Reynolds kritis untuk transisi di atas plat
rata biasa dianggap 5.105, namun dalam situasi praktis
nilai kritis ini sangat bergantung pada kekasaran
permukaan dan tingkat keturbulenan arus bebas. Tapi

Perpindahan Panas Konveksi 5


Perpindahan Panas Konveksi

untuk aliran sepanjang plat rata, lapisan batas selalu


turbulen untuk Re  4.106.

Pada daerah aliran turbulen, lapisan yang sangat


tipis dekat plat bersifat laminar (laminar sublayer), dan
disini aksi viskos dan perpindahan panas berlangsung
dalam keadaan seperti aliran laminar. Lebih jauh dari
permukaan plat, terdapat aksi turbulen, tetapi aksi
viskos molekul dan konduksi panas masih penting.
Daerah ini disebut lapisan buffer (buffer layer). Lebih
jauh lagi, aliran menjadi sepenuhnya turbulen, dan
mekanisme utama pertukaran panas dan momentum
melibatkan bongkah-bongkah makroskopik fluida yang
bergerak ke mana-mana di dalam aliran itu. Dalam
bagian yang sepenuhnya turbulen ini, terdapat viskositas
pusaran (eddy viscosity) dan konduktivitas panas
pusaran (eddy thermal conductivity).
Kesulitan pokok dalam penyelesaian analitis aliran
turbulen ialah bahwa sifat-sifat pusaran ini berbeda-
beda dalam lapisan batas, dan variasinya hanya dapat
ditentukan dari data percobaan. Semua analisa aliran
turbulen pada akhirnya harus mengandalkan data
percobaan.

1.2 Koefisien Perpindahan Panas Konveksi

Kondisi aliran seperti pada gambar (1.2) dengan


fluida berkecepatan u dan temperatur T mengalir di
atas permukaan bentuk sembarang dan luasnya As.
Perpindahan panas konveksi akan terjadi, jika kondisi
permukaan sedemikian rupa sehingga Ts  T . Fluks
panas lokal (local heat flux), q”, dinyatakan sebagai
berikut.
q” = h (Ts - T ) (1.3)
dengan
q” = fluks panas lokal (kJ/s.m2)
h = koefisien perpindahan panas local (W/m2.oC)

6 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Ts= suhu permukaan (oC)


T = suhu fluida (oC).
Kondisi aliran bervariasi dari titik ke titik pada
permukaan, sehingga q’’ dan h juga bervariasi sepanjang
permukaan. Untuk laju perpindahan panas total,
diperoleh dengan mengintegrasikan fluks lokal pada
seluruh permukan.
q =  A s q"dA s (1.4)

Berdasarkan persamaan 1.3 dan 1.4, dengan


asumsi bahwa temperatur permukaan adalah seragam,
maka persamaan laju perpindahan panas total dapat
ditulis sebagai berikut.
q = (Ts − T )  A s h.dA s (1.5)

Dengan mendefinisikan koefisien konveksi rata-


rata ( h ) untuk seluruh permukaan, laju perpindahan
panas total juga dapat dinyatakan seperti di bawah.

q = h A s (Ts − T ) (1.6)

dengan h = koefisien perpindahan panas rata-rata, maka


persamaan 1.5 dan 1.6 dapat ditulis seperti pada
persamaan 1.7.
1
h=  A h.dA s (1.7)
As s
Dalam kasus khusus untuk aliran di atas plat
datar seperti pada gambar 1.2, h bervariasi dengan jarak
x dari ujung dan persamaan 1.7 dapat disederhanakan
menjadi persamaan 1.8.

1 L
h=  0 h.dx (1.8)
L

Perpindahan Panas Konveksi 7


Perpindahan Panas Konveksi

Gambar 1.2 Efek perpindahan panas konveksi pelat datar

1.3 Lapisan Batas Kecepatan

Lapisan batas hidrodinamik adalah fluida yang


terdapat dalam daerah yang berperubahan kecepatan
yang besar. Sedangkan tebal lapisan batas adalah jarak
dari permukaan sampai titik dimana kecepatan lokal
mencapai 99% dari kecepatan luar ( u  ) atau u = 0,99 u  .

Gambar 1.3 Lapisan batas kecepatan di atas plat datar


Dari gambar 1.3, mula-mula kecepatan merata,
dan di atas plat partikel fluida yang bersinggungan
dengan permukaan plat kecepatannya nol. Partikel ini
akan mengerem partikel di atasnya. Tahanan friksi pada
permukaan atau disebut juga tegangan geser sebagai
berikut.
du
τs = μ y=0 (1.9)
dy
dan koefisien gesekannya seperti berikut.

8 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

τs
Cf = (1.10)
ρu 2 /2
dengan μ = viskositas dinamik (kg/s.m)

du
= gradien kecepatan
dy
ρ = densitas /massa jenis (kg/m3)

1.4 Lapisan Batas Termal

Gambar 1.4 Lapisan batas termal pada sebuah plat datar


Lapisan batas termal (thermal boundary layer)
adalah daerah dimana terdapat gradien temperatur
dalam aliran, dan gradien temperatur tersebut akibat
proses pertukaran kalor atau panas antara fluida dan
dinding. Lapisan batas termal terbentuk jika fluida
mengalir di atas permukaan yang temperaturnya
berbeda. Pada ujung profil temperatur seragam dengan
T=T  . Partikel-partikel fluida berkontak dengan plat, dan
menyelesaikan kesetimbangan termal pada temperatur
permukaan plat, dan juga menukarkan energinya
dengan lapisan fluida yang ada didekatnya, serta gradien
temperatur muncul pada fluida tersebut.
Tebal lapisan batas ( δ t ) didefinisikan sebagai nilai
Ts − T
dari y, dan mempunyai perbandingan = 0,99 .
Ts − T

Perpindahan Panas Konveksi 9


Perpindahan Panas Konveksi

Bertambahnya jarak dari ujung menyebabkan efek


perpindahan panas masuk jauh kedalam aliran bebas
dan lapisan batas termal tumbuh. Untuk partikel yang
bersinggungan dengan permukaan, maka temperatur 
temperatur permukaan.
Pada dinding kecepatan aliran adalah nol, dan
perpindahan energi ke fluida berlangsung secara
konduksi. Jadi fluks panas lokal per satuan luas (q ”)
sebagai berikut.
q T
= q " = −k y =0 (1.11)
A y
Dari hukum pendinginan Newton fluks panas lokal
per satuan luas dapat dituliskan seperti berikut.
q" = h(Ts − T ) (1.12)

Berdasarkan persamaan 1.11 dan 1.12 diperoleh


persamaan 1.13.

− k( T/ y) y =0
h= (1.13)
Ts − T
dengan
q" = fluks panas (W/m2)
k = konduktivitas termal (W/m.oC)
T
= perubahan temperatur terhadap jarak
y
h = koefisien konveksi (W/m2.oC).

1.5 Bilangan Nusselt

Perpindahan panas antara batas benda padat dan


fluida terjadi karena adanya suatu gabungan dari
konduksi dan transport massa. Kecepatan perpindahan
energi bergantung pada gerakan massa, dan gerakan
pencampuran partikel-partikel fluida. Untuk
memindahkan panas dengan cara konveksi melalui

10 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

fluida pada laju tertentu, diperlukan gradien temperatur


yang lebih besar di daerah dengan kecepatan rendah dari
pada di daerah dengan kecepatan tinggi.
Dengan menerapkan pengamatan-pengamatan
kualitatif ini pada perpindahan panas dari dinding padat
ke fluida, kita dapat menggambarkan profil
temperaturnya secara kasar. Di dekat dinding panas
hanya dapat mengalir dengan cara konduksi karena
partikel-partikel fluida tidak bergerak relatif terhaap
batas. Lebih jauh dari dinding, gerakan fluida membantu
transpor energi itu dan gradien temperatur akan kurang
curam, dan akhirnya menjadi rata di aliran utama.
Pembahasan ini mengarah pada suatu cara untuk
menentukan laju perpindahan panas antara dinding
padat dan fluida, karena pada bidang antara yaitu pada
y=0 panas mengalir hanya dengan cara konduksi, maka
laju aliran panas dapat dihitung berdasarkan persamaan
1.19.
T
q = −k.A. y =0 (1.19)
y
Dengan menyamakan persamaan 1.14 dengan
hukum Pendinginan Newton, maka diperoleh persamaan
1.20.
T
q = −k.A. y =0 = h.A(Ts − T ) (1.20)
y
Besarnya gradien temperatur dalam fluida akan
sama berapapun temperatur acuannya, maka dapat
ditulis T = (T − Ts ) .

Gabungan koefisien perpindahan panas h ,


panjang karakteristik x, dan konduktivitas panas fluida
k, disebut bilangan Nusselt. Bilangan Nusselt
merupakan suatu besaran yang tak berdimensi. Untuk
koefisien perpindahan panas h dapat dinyatakan seperti
pada persamaan 1.21 dan bilangan Nusselt berdasarkan
persamaan 1.22.

Perpindahan Panas Konveksi 11


Perpindahan Panas Konveksi

k
h= (1.21)
δt
x x
Nu = h = (1.22)
k δt
Gambaran ini menunjukkan bahwa semakin tipis
tebal lapisan batas δ t , maka akan semakin besar
konduktansi konveksinya. Untuk memindahkan
sejumlah besar panas secara cepat, kita mengusahakan
untuk memperkecil tebal lapisan batasnya sebanyak
mungkin. Berdasar persamaan (1.17) dapat kita ketahui
bahwa secara fisik bilangan Nusselt dapat diartikan
sebagai kebalikan (inverse) terhadap tebal lapisan batas
termal.
Angka Prandtl (Pr)
Angka Prandtl merupakan penghubung antara
medan kecepatan dan medan temperatur.
ν μ/ρ Cp.μ
Pr = = = (1.23)
α k/Cp.ρ k
dengan
Cp= kapasitas panas (kJ/kg.oC)
μ = viskositas dinamik (kg/m.s)
k = konduktivitas panas (kW/m.oC)

Contoh 1.1
Udara pada 27oC dan 1 atm mengalir di atas
sebuah plat rata dengan kecepatan 2 m/s, dan andaikan
bahwa plat dipanaskan keseluruhan panjangnya hingga
mencapai suhu 60oC. Hitunglah kalor yang dipindahkan,
a. pada bagian 20 cm pertama plat
b. pada 40 cm pertama plat.

12 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Penyelesaian:
Diketahui :
T1 = 27oC
T2 = 60oC
u  = 2 m/s
Ditanya :
a. kalor yang dipindahkan pada bagian 20 cm pertama
plat
b. pada 40 cm pertama plat
Jawab :
Sifat-sifat fisik, udara pada Tf = 43,5oC = 316,5 K
ν = 17,36x10-6 m2/s
k = 0,02749 W/m.oC
Pr= 0,7
Cp= 1,006 kJ/kg.oC
a. Pada x = 20 cm
ux
Re x =
ν
2m/s(0,2m)
Re x = = 23041
17,36x10-6 m 2 /s
hxx
Nu x = = 0,332Re1/2
x Pr
1/3

k
Nux = 0,332(23041)1/2(0,7)1/3 = 44,74
k 44,74(0,02749)
h x = Nu x =
x 0,2
hx = 6,15 W/m2.oC
Nilai rata-rata koefisien perpindahan kalor adalah dua
kali nilai ini,

Perpindahan Panas Konveksi 13


Perpindahan Panas Konveksi

h = 2h x = 2(6,15) = 12,3W/m2 .o C
Aliran kalor ialah

q = hA(Ts − T )
Jika diandaikan satu satuan kedalaman pada arah z,
q = 12,3 W/m2.oC x 0,2 m2 x (60-27)oC
q = 81,18 W
b. pada x = 40 cm
ux
Re x =
ν
2m/s(0,4m)
Re x = = 46082
17,36x10-6 m 2 /s
Nux = 0,332(46082)1/2(0,7)1/3 = 63,28
k 63,28(0,02749)
h x = Nu x = = 4,349W/m2 .o C
x 0,4

h = 2h x = 2(4,349) = 8,698W/m 2 .o C
q = 8,698 W/m2.oC x 0,4 m2 x (60-27)oC = 11,48 W

14 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Rangkuman

Konveksi digunakan untuk menggambarkan


perpindahan panas atau energi antara permukaan
dengan fluida yang bergerak di atas permukaan tersebut.
Pengembangan dalam pembahasan ini terutama bersifat
analitis, dan pembahasan dibatasi pada sistem aliran
konveksi paksa (forced convection flow system).
Persamaan-persamaan yang berlaku untuk aliran di atas
plat rata adalah sebagai berikut.
• Tegangan geser ( τ ) antara lapisan-lapisan fluida
du
τ=μ
dy
• Bilangan Reynolds untuk aliran melintas plat rata
u  .x
Re =
ν
• Fluks panas lokal (local heat flux)
q”=h(Ts- T )

• Laju perpindahan panas total

q = h A s (Ts − T )
• Koefisien perpindahan panas rata-rata
1
h=  A h.dA s
As s
• Tahanan friksi pada permukaan atau disebut juga
tegangan geser
du
τs = μ y=0
dy
• Koefisien gesekan
τs
Cf =
ρu 2 /2

Perpindahan Panas Konveksi 15


Perpindahan Panas Konveksi

• Bilangan Nusselt
x x
Nu = h =
k δt
• Angka Prandtl
ν μ/ρ Cp.μ
Pr = = =
α k/Cp.ρ k

Tugas dan Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan lapisan batas


hidrodinamik?
2. Definisikan angka Reynolds dan mengapa angka ini
penting?
3. Bedakan aliran laminar dan aliran turbulen dari segi
fisis?
4. Apa yang dimaksud dengan lapisan batas termal ?
5. Definisikan angka Prandtl dan mengapa angka ini
penting ?
6. Uraikan hubungan antara gesekan fluida dengan
perpindahan kalor.
7. Dengan menggunakan profil kecepatan linear
u y
=
ux δ
untuk aliran di atas plat rata, turunkanlah
persamaan untuk tebal lapisan batas sebagai fungsi
x.
8. Udara pada 20oC dan 1 atm mengalir di atas suatu
plat rata, dengan kecepatan 35 m/s. Pelat itu 75 cm
panjangnya dan dijaga suhunya pada 60oC.
Andaiakan kedalaman satu-satuan pada arah z,
hitunglah perpindahan kalor dari plat itu.
9. Air pada temperatur T = 40o C mengalir di atas pelat
aluminium 10 mm. Pelat dipanaskan secara elektrik,
16 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

dimana air pada permukaan berada pada temperatur


Ts = 59,8oC dan permukaan mempunyai temperatur
60oC. Untuk kondisi steady state, tentukan koefisien
perpindahan panas konveksi antara air dan pelat.

Perpindahan Panas Konveksi 17


Perpindahan Panas Konveksi

18 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

BAB II
ALIRAN LUAR
(KONVEKSI PAKSA MELALUI PERMUKAAN
LUAR)

KA-2
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip dan Perhitungan Laju Perpindahan Panas Konveksi
Paksa melalui Permukaan Luar

Aliran Menyilang Berkas Tabung

Aliran Menyilang Silinder, Silinder Tak


Bundar, dan Bola

Aliran melalui Plat Rata/Datar

Sifat Hubungan Empirik

Perpindahan Panas Konveksi 19


Perpindahan Panas Konveksi

Konveksi paksa (forced convection) mengartikan


pada situasi mana pergerakan relatif antara fluida dan
permukaan disebabkan oleh peralatan luar seperti fan,
pompa, dan tidak karena gaya buoyancy yang
disebabkan oleh karena adanya gradien temperatur
dalam fluida. Dalam menyelesaikan soal-soal konveksi
tidak selalu dapat diselesaikan dengan cara analitis,
sehingga kita sering terpaksa menggunakan cara-cara
eksperimental untuk mendapatkan data perencanaan,
serta untuk mendapatkan data-data sulit yang justru
diperlukan untuk menambah pengertian kita tentang
proses fisis perpindahan panas.
Data-data eksperimental biasanya dinyatakan
dalam bentuk rumus empiris atau bagan grafik yang
dapat digunakan dengan generalisasi maksimal. Sudah
adanya peyelesaian analitis tentang soal serupa, maka
korelasi data cukup mudah, karena kita dapat
meramalkan bentuk-bentuk fungsi hasilnya, dan karena
itu kita dapat menggunakan data eksperimental untuk
mendapatkan nilai-nilai konstanta atau eksponen untuk
parameter-parameter penting seperti angka Rynolds dan
angka Prandtl. Tetapi, jika penyelesaian analitis untuk
soal-soal serupa belum tersedia, maka kita terpaksa
akan menggunakan intuisi yang didasarkan atas
pemahaman proses fisis yang berlangsung, atau dengan
interpretasi atas persamaan-persamaan diferensial
proses aliran dengan berdasarkan atas perkiraan orde
besaran dan dimensinya.
Untuk menunjukkan bagaimana caranya
melakukan analisa atas soal-soal baru dalam usaha
mendapatkan rumus-rumus fungsional dari persamaan
diferensial, perhatikan soal berikut tentang penentuan
tebal lapisan batas hidrodinamik dalam aliran di atas
plat rata. Dalam soal berikut akan dilakukan analisa
orde besaran terhadap persamaan diferensial untuk
mendapatkan bentuk fungsional penyelesaiannya.
Persamaan momentum

20 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

u u  2u
u + = 2
x y y
Persamaan di atas harus diselesaikan dalam
hubungan dengan persamaan kontinuitas.
u ν
+ =0
x y
Dalam lapisan batas, kecepatan u dapat dianggap
sama orde besarannya dengan kecepatan arus bebas u  ,
dan dimensi y juga dalam orde yang sama dengan tebal
lapisan batas δ .
u~ u 

y~ δ
Persamaan kontinuitas dapat kita tuliskan dalam
bentuk kira-kira (aproksimasi) sebagai berikut.
u ν
+ =0
x y
u ν
+ 0
x δ
atau
u δ
ν~
x
Kemudian, dengan menggunakan orde besaran itu
untuk ν , analisa persamaan momentum akan
menghasilkan seperti berikut.
u u  2u
u +ν =ν 2
x y y
u  u δ u  u
u +  ν 2
x x δ δ
atau

Perpindahan Panas Konveksi 21


Perpindahan Panas Konveksi

νx
δ2 ~
u

νx
δ~
u
Melalui pembagian dengan x untuk mendapatkan
bentuk tak berdimensi, maka diperoleh persamaan
berikut.

δ ν 1
~ =
x ux Re x
Walaupun analisa ini cukup sederhana dan
memberikan hasil yang benar, analisa orde besaran tidak
selalu akan berhasil bila diterapkan pada soal-soal yang
lebih kompleks, lebih-lebih soal yang melibatkan daerah
aliran turbulen atau aliran terpisah. Tetapi sering kita
bisa mendapatkan informasi yang berharga serta
pandangan tentang proses fisis yang berlangsung,
dengan memeriksa orde besaran dari berbagai suku
dalam persamaan diferensial yang mengatur soal yang
sedang dihadapi.
Suatu teknik konvensional untuk
mengkorelasikan data eksperimental ialah analisa
dimensi, dimana kelompok-kelompok tak berdimensi
seperti angka Reynolds dan angka Prandtl diturunkan
semata-mata dari pertimbangan-pertimbangan dimensi
dan fungsi. Tentu saja di sini ada pengandaian tentang
kesamaan antara medan aliran dan profil temperatur
untuk muka-muka pemanasan yang bentuk geometrinya
sama. Pada umumnya, penerapan analisa dimensi pada
soal yang baru sangat sulit apabila tidak ada sesuatu
penyelesaian analitis sebelumnya. Cara yang terbaik
biasanya ialah melakukan analisa orde besaran seperti
yang disebutkan di atas apabila persamaan
diferensialnya diketahui. Dengan cara ini akan dapatlah
ditentukan variabel tak berdimensi yang penting yang
diperlukan untuk mengkorelasikan data eksperimental.

22 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

2.1 Sifat Hubungan Empirik

Pada suatu geometri tertentu seperti plat datar


dalam aliran paralel, dipanaskan dengan listrik untuk
mempertahankan Ts T , perpindahan panas konveksi
terjadi dari permukaan ke fluida. Besarnya tenaga listrik
(EI) adalah sama dengan laju perpindahan panas total, q.
Koefisien konveksi rata-rata yang terjadi pada seluruh
plat kemudian dapat dihitung dari hukum Newton
pendinginan (Newton`s law of cooling). Selanjutnya dari
pengetahuan panjang karakteristik L dan sifat-sifat
fluida bilangan Nusselt, Reynold, dan Prandtl dapat
dihitung dari definisi mereka.
Hasil yang berhubungan dengan fluida tertentu,
berarti untuk bilangan Prandtl tertentu, akan terletak
mendekati garis lurus, yang kemudian dapat dinyatakan
dengan persamaan aljabar dalam bentuk berikut.

Nu L = CRe mL Pr n (2.1)
dengan C, m, n adalah tidak tergantung dari sifat fluida,
maka famili garis lurus yang berhubungan dengan
perbedaan bilangan Prandtl dapat digabungkan menjadi
satu garis lurus dengan menggambarkan hasil-hasil
dalam bentuk perbandingan Nu L /Pr n . Bilangan spesifik
C dan eksponen m dan n berubah dengan sifat geometri
permukaan dan tipe aliran (laminar atau turbulen).
Persamaan 2.1 didapatkan dari pengukuran eksperimen,
maka hal itu diistilahkan sebagai hubungan empirik.
Persamaan 2.1 digunakan dengan semua properties
(sifat-sifat fluida) dihitung pada temperatur lapisan batas
rata-rata (mean boundary layer temperature), Tf, yang
diistilahkan sebagai temperatur film.
Ts + T
Tf = (2.2)
2
Eksperimen juga dilakukan untuk mendapatkan
hubungan perpindahan massa konveksi. Tetapi pada
kondisi untuk mana analogi perpindahan panas dan
massa boleh dipakai, maka korelasi perpindahan massa

Perpindahan Panas Konveksi 23


Perpindahan Panas Konveksi

harus mempunyai bentuk yang sama seperti pada


korelasi perpindahan panas.

Sh L = CRe mL Sc n (2.3)
Persamaan 2.3 untuk kondisi aliran dan geometri
tertentu, nilai C, m, dan n adalah sama seperti yang
muncul pada persamaan 2.1.

2.2 Aliran melalui Plat Rata/Datar

Pemanasan dimulai dari tepi depan plat, maka lapisan


batas kecepatan dan termalnya akan berkembang secara
bersamaan, dan ketebalan relatifnya tergantung pada besarnya
angka Prandtl.

2.2.1 Logam cair dalam aliran laminar


Angka Prandtl untuk logam cair sangat rendah
yaitu berkisar 0,01, oleh karena itu lapisan batas
termalnya jauh lebih tebal dari pada lapisan batas
kecepatan. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Lapisan batas termal dan kecepatan untuk


perpindahan panasn logam cair di atas plat rata
Secara analitis penentuan harga koefisien
perpindahan panas untuk kasus ini dengan
menggunakan persamaan energi integral lapisan batas.

24 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

8αα
δt = (2.4)
u
Koefisien perpindahan panas dapat dinyatakan dengan

− k( T/ y) s 3 k 3 2 u
hx = = = (2.5)
Ts − T 2 t 8 αx
Hubungan ini dapat dibuat dalam bentuk tak berdimensi
h x .x
Nu x = = 0,530(Rex .Pr)1/2 = 0,530Pe1/2 (2.6)
k
dimana Pe disebut bilangan Peclet, Pe=Re.Pr.
2.2.2 Fluida umum dalam aliran laminar
Fluida umum yang dimaksud adalah udara (Pr=0,7)
atau air (Pr>1). Lapisan batas kecepatannya lebih tebal
dari pada lapisan batas termal.

Gambar 2.2 Lapisan batas termal dan kecepatan untuk fluida


umum
Penentuan harga koefisien perpindahan panas
untuk kasus ini berdasarkan persamaan berikut.
h x .x
Nu x = = 0,332Pr1/3Re1/2
x (2.7)
k

Perpindahan Panas Konveksi 25


Perpindahan Panas Konveksi

Persamaan 2.7 berlaku pada jangkauan Re<5.105. Untuk


menghitung koefisien perpindahan panas, sifat-sifat
fluida dievaluasi pada temperatur film, yakni rata-rata
aritmetik antara temperatur dinding dan temperatur
 Ts + T 
aliran bebas yaitu Tf =  .
 2 
Dalam praktek biasanya kita menggunakan harga
rata-rata koefisien perpindahan panas sepanjang plat
mulai x = 0 sampai x = L, sehingga persamaan dapat
ditulis sebagai berikut.
L
1
L 0
h= h(x)dx = 2h(x) x = L (2.8)

Sedangkan untuk angka Nusselt rata-rata yang berlaku


pada aliran laminar sepanjang plat rata sebagai berikut.
hxx
Nu = = 0,664Pr1/3Re1/2
x (2.9)
k
Persamaan 2.9 berlaku untuk fluida dengan angka
Prandtl 0,6  Pr  50 . Persamaan 2.9 tidak berlaku untuk
fluida yang mempunyai angka Prandtl sangat rendah
seperti logam cair, dan yang mempunyai angka Prandtl
sangat tinggi seperti minyak berat atau silikon.
Secara umum angka Nusselt dan angka Sherwood
dapat ditulis seperti disajikan pada persamaan 2.10.

h x .x
Nu x =
k
h m, x x
Sh x = = 0,664Re1/2
x Sc
1/3
(2.10)
D AB
dan berlaku untuk Sc  0,6 .
Sebagai catatan, jika aliran laminar terjadi di atas
seluruh permukaan, maka indek x dapat diganti dengan
L. Sedangkan koefisien rata-rata gesekan dan konveksi
dari ujung plat sampai titik x pada permukaan sama

26 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

dengan dua kali koefisien lokal pada titik tersebut, ini


berlaku untuk aliran laminar di atas plat rata.
Churchill dan Ozoe (1973), mengkorelasikan
sejumlah besar data yang meliputi rentang angka Prandtl
yang cukup luas, dan mendapatkan hubungan untuk
aliran laminar di atas plat rata yang isotermal sebagai
berikut.
0,3387Re1/2Pr1/3
Nu x = 1/4
(2.11)
  0,0468 2/3 
1 +   
  Pr  
Persamaan 2.11 berlaku untuk Rex.Pr>100 dan fluida
minyak mesin (engine oil). Untuk kasus fluks kalor tetap,
angka 0,3387 diganti dengan 0,4637, dan 0,0468 diganti
dengan 0,0207. Sifat-sifat fluida dievaluasi pada
temperatur film.
Contoh 2.1
Suatu plat rata bujur sangkar berukuran 20x20 cm 2
dijaga pada suhu tetap 120oC. Fluida pada suhu 80oC
mengalir di atasnya dengan kecepatan 0,1m/s. Berapa
kalor yang dilepas plat tersebut jika fluidanya adalah:
a. Air raksa
b. Udara
c. Minyak mesin

Penyelesaian:
Suhu film, Tf=(80+120)/2=100oC
Sifat-sifat fisik fluida pada suhu film adalah:
Fluida 
ρ kg/m 3  
ν m2 /s  
k W/moC  Pr

Air raksa 13,385 0,0928x10-6 10,51 0,0162


Udara 0,9949 23,12x10-6 0,0317 0,693
Minyak 840 0,203x10-4 0,137 276

Perpindahan Panas Konveksi 27


Perpindahan Panas Konveksi

mesin

a. Air raksa
Bilangan Reynolds:
u  .L (0,1)(0,2)
Re x = = −6
= 2,2x105
ν 0,0928x10
Bilangan Peclet:
Pex=Rex.Pr=(2,2x105)(0,0162)=3564
Bilangan Nusselt :
Nux=0,530Pex1/2=0,530(3564)1/2=31,64
Nu x .k 31,64x10,51
hx = = = 1663
L 0,2
Nilai rata-rata koefisien perpindahan panasnya :

h = 2h x = 2(1663)=3326
Jadi perpindahan panas total :

q = h.A(Ts − T )
=(3326)(0,2)2(120-80)
=5322W
b. Udara
Bilangan Reynolds:
u  .L (0,1)(0,2)
Re x = = = 865
ν 23,12x10− 6
Bilangan Nusselt:

Nu = 0,664Pr1/3Re1/2 = 0,664(0,693)1/3 (865)1/2 = 17,28

Nu.k (17,28)(0,0317)
h= = =3
L 0,2

28 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Perpindahan panas total:

q = h.A(Ts − T )
q =3(0,2)2(120-80)=5W
c. Minyak Mesin
Bilangan Reynolds:
u  .L (0,1)(0,2)
Re x = = = 985
ν 0,203
Bilangan Nusselt:
0,3387Re1/2Pr1/3
Nu x = 1/4
  0,0468 2/3 
1 +   
  Pr  

0,3387(985)1/2 (276)1/3
Nu x = 1/4
= 69,16
  0,0468 2/3 
1 +   
  276  
Nu x .k (69,16)(0,137)
hx = = = 47
L 0,2
Nilai rata-rata koefisien perpindahan panas:

h = 2h x = 2(47) = 94
Perpindahan panas total :

q = h.A(Ts − T )
q =94(0,2)2(120-80)
q =150W
Dari hasil hitungan tampak bahwa perpindahan panas
terbesar terjadi pada fluida air raksa, hal ini disebabkan
oleh besarnya konduktivitas panas air raksa. Hasil
perhitungan dibuat dalam bentuk tabel berikut.

Perpindahan Panas Konveksi 29


Perpindahan Panas Konveksi

Fluida Nux h [W/m2.oC] q[W]

Air raksa 31,64 3326 5322


Udara 17,28 3 5
Minyak mesin 69,16 94 150

2.2.3 Aliran turbulen


Perkembangan lapisan batas pada aliran turbulen
sangat dipengaruhi oleh fluktuasi random (acak) pada
fluida dan bukan oleh difusi molekular. Oleh karena itu
pertumbuhan lapisan batas relatif tidak tergantung pada
bilangan Prandtl (Pr) dan Schmidt (Sc), dan persamaan
berikut dapat digunakan untuk mendapatkan ketebalan
lapisan batas termal, konsentrasi, dan kecepatan.
δ = 0,37Re−x1/5 (2.12)

Dengan δ = lapisan batas kecepatan


δ t = lapisan batas termal
δc = lapisan batas konsentrasi
Untuk aliran turbulen, δ = δt  δc .

Korelasi untuk aliran turbulen sepanjang plat rata


telah dikembangkan oleh Whitaker (1972) dalam bentuk
persamaan berikut.
Nux=0,029Rex0,8Pr0,43 (2.13)
Untuk lebih mempertahankan ketergantungan sifat-sifat
fluida terhadap temperatur, Whitaker (1972),
menyarankan persamaan berikut.
0,25
μ 
Nu = 0,036Pr 0,43
(Re 0,8
L − 9200)   (2.14)
 μs 
Semua sifat fluida pada persamaan 2.14 dievaluasi pada
suhu aliran bebas kecuali μs dievaluasi pada suhu
30 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

dinding. Persamaan memberikan angka Nusselt rata-rata


pada daerah laminar dan turbulen pada plat rata yang
sesuai untuk fluida-fluida seperti udara, air, dan minyak
mesin, serta berlaku untuk kondisi berikut.
2.105 < ReL < 5,5.106
0,7 < Pr < 380 ; 0,26 < (μ /μs ) <3,5

Korelasi dengan modifikasi analogi pada bilangan


Reynolds atau Chilton-Colburn, bilangan Nusselt lokal
untuk aliran turbulen sebagai berikut.
Nux=St.Rex.Pr=0,0296Rex4/5Pr1/3 (2.15)
Bilangan Sherwood lokal untuk 0,6 < Pr < 60 dan
0,6<Sc<3000, sebagai berikut.
Shx=Stm.Rex.Sc=0,0296Rex4/5Sc1/3 (2.16)

2.3 Aliran Menyilang Silinder

Pengetahuan tentang perpindahan panas untuk


aliran menyilang silinder penting dalam beberapa kasus
dalam praktek, misalnya perhitungan perpindahan
panas pada sayap pesawat terbang yang kontur
depannya mendekati silinder. Tetapi penentuan koefisien
perpindahan panas untuk hal ini sangat sulit karena
kompleksnya pola-pola aliran di sekitar silinder. Gambar
di bawah ini mengilustrasikan karakteristik aliran
disekitar sebuah silinder dalam aliran silang.

Perpindahan Panas Konveksi 31


Perpindahan Panas Konveksi

Gambar 2.3 Aliran di sekitar silinder


Pembentukan lapisan batas pada silinder
menentukan karakteristik perpindahan panas. Selama
lapisan batas tetap laminar dan tertib, perpindahan
panas dapat dihitung dengan metode yang serupa
dengan analisa lapisan batas. Tetapi dalam analisa ini
kita perlu memperhitungkan gradien tekanan (pressure
gradient), karena hal ini mempunyai pengaruh besar
terhadap profil kecepatan. Bahkan, gradien tekanan ini
yang menyebabkan terbentuknya daerah aliran terpisah
pada bagian buritan silinder apabila kecepatan aliran
bebas cukup besar. Titik pemisah (separation point)
 u 
merupakan tempat dengan   = 0 .
 y  s
Untuk silinder bulat, panjang karakteristik
(characteristic length) adalah diameter, dan bilangan
Reynoldsnya seperti berikut.
ρuD uD
Re D = = (2.17)
μ ν

 N.s 
dengan μ = viskositas dinamik  2 
m 
ν = viskositas kinematik (m2/s)
Berlaku untuk lapisan batas laminar Re D  2x105 , dan
untuk lapisan batas transisi Re D  2x105 .

32 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Koefisien seret (CD) yang bekerja pada silinder dan


benda tumpul (permukaan tegak lurus terhadap aliran)
seperti disajikan pada persamaan 2.18.
FD
CD = (2.18)
 ρ.v 2 
A f  
 2 
dengan
Af = luas depan silinder (luas yang diproyeksikan tegak
lurus pada aliran bebas)
FD = gaya seret (drag force)
CD = koefisien seret (drag coefficient), tak berdimensi
Gaya seret pada silinder diakibatkan oleh tahanan gesek
seret bentuk (form drag) dan seret tekanan (pressure
drag) yang disebabkan oleh daerah tekanan rendah di
bagian belakang silinder yang ditimbulkan oleh proses
pemisahan aliran.
Beberapa korelasi koefisien perpindahan panas
rata-rata untuk berbagai fluida baik gas maupun zat cair
yang mengalir menyilang silinder tunggal.
1) Whitaker (1972)
0,25
μ 

Nu = 0,4Re 0,5
+ 0,006Re 2/3

Pr  
0,4
 (2.19)
 μw 
berlaku untuk 40<Re<105
0,67<Pr<300
μ
0,25< <5,2
μw
dengan Re0,5 = kontribusi dari karakteristik daerah
lapisan batas laminar
Re2/3 = kontribusi dari daerah aliran balik di sekitar
silinder

Perpindahan Panas Konveksi 33


Perpindahan Panas Konveksi

2) Hilpert (1933) untuk gas, dan Knudsen&Katz


(1958) untuk zat cair
m
hd u d
= C   Pr1/3 (2.20)
kf  νf 
3) Fand (1965)
Nuf=(0,35+0,56Ref0,52)Prf0,3 (2.21)
Untuk koefisien perpindahan panas dari zat cair ke
silinder dalam aliran silang, dan berlaku untuk 10-1 <
Ref < 105 sejauh tidak terdapat keturbulenan yang
berlebihan pada aliran bebas.
4) Eckert dan Drake (1972)
0,25
 Prf 
Nu = (0,43 + 0,50Re )Pr 0,5 0,38
  (2.22)
 Prw 
untuk 1 < Re < 103.
0,25
 Prf 
Nu = 0,25Re Pr 0,6 0,38
  (2.23)
 Prw 
untuk 103 < Re < 2x105.
5) Churchill&Bernstein (1977)
4/5
0,62Re1/2 Pr1/3   Re  
5/8

Nu = 0,3 + 1/4 
1+    (2.24)
 
1 + (0,4/Pr)2/3   28200  
untuk 102 < Re < 107 dan Pe > 0,2.
6) Untuk bilangan Reynolds antara 20000 dan
400000

0,62Re1/2 Pr1/9   Re  
1/2

Nu = 0,3 + 1/4 
1+    (2.25)
 
1 + (0,4/Pr)2/3   28200  
Khusus persamaan 2.24 dan 2.25 berlaku untuk fluida
udara, air, natrium cair, baik temperatur dinding
konstan maupun fluks kalor konstan.

34 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Korelasi empirik secara umum untuk kondisi rata-


rata keseluruhan mempunyai bentuk sebagai berikut.
h.D
Nu D = = CRe mD Pr1/3 (2.26)
k
Tabel 2.1 Konstanta C dan m dari persamaan 2.20 dan 2.26
untuk circular cylinder dalam aliran melintang
ReD C m
0,4 - 4 0,989 0,330
4 - 40 0,911 0,385
40 - 4000 0,683 0,466
4000 - 40000 0,193 0,618
40000 - 400000 0,027 0,805

Tabel 2.2 Konstanta C dan m untuk circular cylinder dalam


aliran melintang dari persamaan 2.27
ReD C m
1- 40 0,75 0,4
40 - 1000 0,51 0,5
103 - 2x105 0,26 0,6
2x105 - 106 0,076 0,7

1/4
 Pr 
Nu D = CRe Pr  
m
D
n
 (2.27)
 Prs 
untuk 0,7 < Pr < 500
1 < ReD < 106
dan semua properties dievaluasi pada T , kecuali Prs
dievaluasi pada Ts.
Jika: Pr  10, n = 0,37
Pr > 10, n = 0,36

Perpindahan Panas Konveksi 35


Perpindahan Panas Konveksi

Contoh 2.2
Sebuah kawat halus yang diameternya 0,001 in
(2,54x10-5m) ditempatkan di dalam aliran udara 1 atm
pada 25oC yang mempunyai kecepatan 50 m/s tegak
lurus pada kawat. Arus listrik dialirkan melalui kawat
itu, yang menyebabkan suhu naik menjadi 50oC.
Hitunglah rugi panas per satuan panjang.
Penyelesaian:
Sifat-sifat pada suhu film, Tf=(25+50)/2=37,5oC=310 K
(J.P. Holman)
ν f =16,7x10-6 m2/s, k=0,02704 W/m.oC, Prf=0,706
Angka Reynolds:

u  d (50)(2,54x10−5 )
Re d = = = 118
νf 16,7x10− 6
Angka Peclet:
Pe=Re.Pr=83,3
Berdasar daftar 2.1, C=0,683, m=0,466 dan persamaan
(2.26), maka :
Nud = (0,683)(118)0,466(0,705)1/3= 5,615
Koefisien perpindahan panas :
k 0,02704
h = Nu d = 5,615 = 3854W/m2 .o C
d 2,54x10−5
Perpindahan panas per satuan panjang :
q/L = πdh(Tw − T ) = π(2,54x10−5 )(3854)(50− 25)
= 11,31 W/m
Angka Nusselt berdasar persamaan (2.24):
4/5
0,62Re1/2 Pr1/3   Re  
5/8

Nu = 0,3 + 1/4 
1+   
 
1 + (0,4/Pr)2/3   28200  

36 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

4/5
0,62(118)1/2 (0,706)1/3   118  5/8 
Nu = 0,3 + 1 +    = 4,377
[1 + (0,4/0,705) 2/3 ]3/4   28200  
dan
(4,377)(0,02704)
h= −5
= 3004W/m2 .o C
2,54x10
q/L = (3004) π (2,54x10-5)(50-25) = 9,3 W/m

2.4 Aliran Menyilang Bola

Pengetahuan tentang ciri-ciri perpindahan panas ke


atau dari benda yang berbentuk bola adalah penting
guna meramalkan unjuk kerja termal sistem-sistem
dimana awan partikel-partikel dipanaskan atau
didinginkan dalam aliran fluida. Bila partikel-partikel
tersebut mempunyai bentuk yang tidak beraturan, maka
data bagi bola akan memberikan hasil yang memuaskan
jika jari-jari bola diganti dengan suatu garis tengah
setara (ekuivalen), yaitu jika sebagai Do dipergunakan
garis tengah sebuah partikel yang berbentuk bola yang
mempunyai luas permukaan yang sama dengan partikel
yang tidak beraturan tersebut.
Beberapa korelasi untuk perpindahan panas dari bola
1) McAdams (1954)
0,6
hd u d
= 0,37   (2.28)
kf  νf 
untuk perpindahan panas dari bola ke gas yang
mengalir, dan 17 < Red < 70000.
2) Achenbach (1978)
Nu=2+(0,25+3.10-4Re1,6)1/2 (2.29)
Persamaan 2.29 untuk udara (Pr = 0,71) dan 100 <
Re <3.105.
Nu=430+aRe+bRe2+cRe3 (2.30)

Perpindahan Panas Konveksi 37


Perpindahan Panas Konveksi

Persamaan 2.30 untuk udara (Pr = 0,71); 3.105 < Re <


5.106, dan a = 5.10-3, b = 0,25.10-9, c = -3,1.10-17.
3) Kramers (1946)
0,5
hd −0,3 u d
Prf = 0,97 + 0,68   (2.31)
kf  νf 
untuk aliran zat cair melewati bola, dan berlaku pada
1 < Red < 2000.
4) Vliet dan Leppert (1961)
0,25
− 0,3  μw 
NuPr   = 1,2 + 0,53Re 0,54
d (2.32)
 μ 
untuk perpindahan panas dari bola ke minyak dan
air dengan angka Reynolds yang cukup luas, yaitu Re
= 1 - 200000, dan sifat-sifat dievaluasi pada kondisi
aliran bebas, kecuali μ w , yang ditentukan pada suhu
permukaan bola.
5) Whitaker (1972)
Nu = 2 + (0,4Re1/2
d + 0,06Re d )Pr
2/3 0,4
(μ  /μ w )1/4 (2.33)

untuk 3,5 < Red < 8.104, 0,7 < Pr < 380, dan
μ
1  3,2 , serta sifat-sifat dievaluasi pada suhu
μw
aliran bebas. Persamaan (2.33) merupakan
rangkuman data tersebut di atas untuk gas dan zat
cair yang mengalir melintasi bola.
6) Drake-Backer (1952)
Nu=2+0,459Re0,55Pr0,333 (2.34)
untuk udara dengan Pr = 0,71 dan bilangan
Reynolds 0,1 - 200000.

38 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Gambar 2.4 Nilai Nu untuk aliran menyilang bola


Contoh 2.3
Film plastik dekorasi pada bola tembaga berdiameter
10mm diproses akhir pada sebuah oven pada suhu 75oC.
Setelah pengambilan dari oven bola ditempatkan pada
aliran udara pada suhu 23oC yang mempunyai
kecepatan 10m/s. Estimasikan berapa lama untuk
mendinginkan bola sampai 35oC.
Penyelesaian:
Diketahui: pendinginan bola pada aliran udara
Ti = 75oC, T = 23o C , Tt = 35oC
D = 10mm, v = 10m/s
Ditanya: waktu untuk mendinginkan bola.
Jawab:
Skematik:
Copper sphere
Udara D = 10 mm

P = 1atm Ti = 75oC, Tt = 35oC

Perpindahan Panas Konveksi 39


Perpindahan Panas Konveksi

T = 23o C
Asumsi:
1. Abaikan tahanan dan kapasitas termal untuk film
plastik
2. Bola adalah isotermal
3. Abaikan efek radiasi.
Sifat:
Tabel A.1 (Incropera), Tembaga pada T = 328K:
ρ = 8933kg/m3, k = 399W/m.K, Cp = 387J/kg.K
Tabel A.4, Udara pada T =296K:
181,6x10-7N.s/m2, ν =
μ= 15,36x10-6m2/s, k =
0,0258W/m.K, Pr = 0,709
Tabel A.4, Udara pada Ts = 328K :
μ = 197,8x10-7N.s/m2
Analisa:
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses
pendinginan,
ρvCp Ti − T
t= ln
hA s T − T
dimana: v= π D3/6 dan As= π D2
ρCpD Ti − T
t= ln
h.6 T − T
Koefisien pepindahan panas konveksi berdasarkan
persamaan (2.33)
Nu = 2 + (0,4Re1/2
d + 0,06Re d )Pr
2/3 0,4
(μ  /μ w )1/4
v.D 10m/sx0,01m
dimana : Re D = =
ν 15,36x10−6 m 2 /s
=6510

40 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

maka :
pada T (aliran bebas)
1/4
181,6x10−7 N.s/m 2 
Nu = 2 + [0,4(6510) + 0,06(6510) ](0,709) 
1/2 2/3 0,4
−7 2 
197,8x10 N.s/m 
pada Ts (dinding)
Nu = 47,4
dan :
k 0,0258W/m.K
h = Nu = 47,4
D 0,01m
= 122W/m2.K
Jadi waktu yang diperlukan untuk pendinginan adalah :
8933kg/m3 x387J/kg.Kx0,01m (75 − 23)
t= ln
6x122W/m2 .K (35 − 23)
= 69,2 detik.

2.5 Aliran Menyilang Silinder Tak Bundar

Hasil eksperimen dari Jakob (1949), memberikan


korelasi yang berdasarkan harga rata-rata sebagai
berikut.
h.D
Nu = = CRe mD Pr1 / 3 (2.35)
k

Perpindahan Panas Konveksi 41


Perpindahan Panas Konveksi

Tabel 2.3 Konstanta C dan m untuk perpindahan panas dari


silinder tak bundar untuk persamaan 2.35

2.6 Aliran Menyilang Berkas Tabung

Karakteristik perpindahan panas dan penurunan


tekanan dari berkas tabung memiliki sejumlah aplikasi
dalam mendisain alat-alat penukar panas dan peralatan
perpindahan panas dalam industri. Hal ini juga relevan
pada berbagai pemakaian indiustri, seperti pembangkit
uap di dalam ketel, pendinginair dalam koil, air
conditioner, dll. Skematik susunan tabung dalam aliran
melintang ditunjukkan pada gambar 2.5. Fluida mengalir
menyilang susunan berkas tabung dan fluida yang lain
mengalir dalam tabung pada temperatur berbeda.

42 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Gambar 2.5 Susunan berkas tabung segaris (aligned)


Susunan berkas tabung ada secara segaris (aligned)
dan selang-seling (staggered), dalam arah kecepatan
fluida (v). Karakteristik geometrinya ditandai oleh pit
melintang (transverse pitch) ST, dan pit memanjang
(longitudinal pitch) SL antara pusat tabung, pit diagonal
(diagonal pitch) SD yang merupakan jarak diagonal antara
pusat tabung yang tersusun selang-seling.

Gambar 2.6 Susunan berkas tabung a) segaris, dan b) selang-


seling

Perpindahan Panas Konveksi 43


Perpindahan Panas Konveksi

Bilangan Reynolds didasarkan atas kecepatan


maksimum yang terjadi pada berkas tabung, yaitu
kecepatan yang melalui bidang aliran yang minimum.
ρVmak D
Re D, mak = (2.36)
μ
Untuk susunan tabung segaris (aligned), kecepatan
maksimum (Vmak) terjadi pada bidang transversal A1
(gambar 2.6a) dan dari persyaratan hukum kekekalan
massa untuk fluida inkompresibel, kecepatan aliran
maksimum adalah:
ST S /D
v mak = V= T V (2.37)
ST − D S T
−1
D
Untuk konfigurasi staggered, kecepatan maksimum
dapat terjadi mungkin pada bidang transversal A1 atau
bidang A2 (gambar 2.6b). Ini akan terjadi pada A2 jika
barisan (row) dipisahkan sehingga,
2(SD − D)(ST − D)
Faktor 2 dihasilkan dari percobaan dua cabang oleh
pergerakan fluida dari bidang A1 ke A2. Maka Vmak terjadi
pada A2 jika,
1/2
 2  ST 2  ST + D
SD = SL +    
  2   2

dan kecepatan maksimum diberikan oleh:


ST S /D V
v mak = V= T (2.38)
2(SD − D) SD
−1 2
D
dengan D = diameter luar tabung
ST = pit melintang
SD = pit diagonal
(ST-D) = bidang aliran minimum untuk berkas ta-
bung susunan segaris antara tabung yang
44 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

berdekatan pada garis melintang tiap


panjang tabung.
Jika Vmak terjadi pada bidang A1 untuk konfigurasi
staggered, ini kembali dapat dihitung dari persamaan
(2.37).
Beberapa korelasi perpindahan panas
Korelasi untuk berkas tabung dengan susunan
segaris (aligned) dan selang-seling (staggered) sebagai
berikut.
1. Grimison (1937), untuk udara dan 10 baris tabung
melintang/lebih dalam arah aliran.
Nu D = C1 Re mD, mak Pr1/3 (2.39)

untuk 2000 < ReD,mak < 40000


Pr  0,7
Sedangkan untuk fluida lain dengan memasukkan
faktor 1,13Pr1/3, dan korelasi berbentuk sebagai
berikut.
Nu D = 1,13C1 Re mD, mak Pr1/3 (2.40)

untuk 2000 < ReD,mak < 40000


Pr  0,7
Harga-harga konstanta C1 dan m ditabelkan pada
tabel 2.4 di bawah ini, dimana sifat-sifat fisik
dievaluasi pada temperatur film.

Perpindahan Panas Konveksi 45


Perpindahan Panas Konveksi

Tabel 2.4 Konstanta untuk persamaan (2.39) dan (2.40) untuk


susunan tabung 10 baris atau lebih

Jika jumlah tabung dalam baris kurang dari 10,


maka bilangan Nusselt ditentukan dengan menggunakan
hubungan berikut.

Nu D (N 10) = C 2 Nu D (N 10) (2.41)

Untuk faktor koreksi C2 dapat dilihat pada tabel 2.5.

46 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Tabel 2.5 Faktor koreksi C2 untuk persamaan 2.41

2. Zukauskas (1972) memberikan korelasi untuk aliran


menyilang susunan berkas tabung sebagai berikut.
1/4
 Pr 
Nu D = CRe m
D, mak Pr 0,36
  (2.42)
 Prs 
untuk NL  20 ; 0,7 < Pr < 500
1000 < ReD,mak < 2x106
Persamaan 2.42, dengan n = 1/4 adalah untuk zat
cair dan sifat-sifat fisik dievaluasi pada temperatur
T , dan koreksi viskositas diperhitungkan.
Sedangkan untuk gas (n=0), dan sifat-sifat fisik
dievaluasi pada temperatur film, serta koreksi
viskositas dapat diabaikan. Konstanta C dan m dari
persamaan 2.42 berdasarkan tabel 2.6 berikut.

Tabel 2.6 Konstanta C dan m untuk persamaan 2.42

Jika NL< 20, maka persamaan 2.42 dapat digunakan


dengan ketentuan berikut.

Perpindahan Panas Konveksi 47


Perpindahan Panas Konveksi

Nu D = C 2 Nu D (2.43)
( N L  20 ) ( N L  20 )

dan C2 dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7 Konstanta C2 untuk persamaan (2.43)

Zukauskas juga memberikan korelasi untuk


menghitung penurunan tekanan yang disebabkan
oleh gesekan fluida yang mengalir melalui susunan
berkas tabung sebagai berikut.

 ρv 2mak 
ΔP = Nχ  f
 (2.44)
 2 
dengan f = faktor gesekan
χ = faktor koreksi

N = jumlah tabung dalam arah aliran (jumlah


baris tabung)

Gambar 2.7 Faktor gesekan f dan faktor koreksi χ untuk


persamaan 2.44, susunan tabung pada satu garis

48 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Gambar 2.8 Faktor gesekan f dan faktor koreksi χ untuk


persamaan 2.44, susunan tabung staggered

Untuk faktor gesekan (f) dan faktor koreksi ( χ ),


ditunjukkan pada gambar 2.7 dan 2.8. Gambar 2.7
adalah untuk aransemen segi empat (aligned), tabung
dalam satu baris untuk mana pitch memanjang dan
transversal tak berdimensi, PL = SL/D dan PT = ST/D,
adalah sama. Sedangkan gambar 2.8 dipakai untuk
susunan staggered dari tabung dalam bentuk segi
tiga sama sisi (ST = SD). Untuk bilangan Reynolds yang
muncul pada gambar 2.7 dan 2.8 didasarkan pada
kecepatan fluida maksimum.
3. Hoe, Dropkin, dan Dwyer (1957), mengkorelasikan
sejumlah data perpindahan panas untuk air raksa
yang mengalir menyilang susunan berkas tabung
dengan persamaan berikut.

Nu = 4,03 + 0,228(Re.Pr) 0,67 (2.45)


untuk 20000 < Re < 80000, dan sifat-sifat fisik
dievaluasi pada temperatur rata-rata dari temperatur
borongan dan temperatur dinding. Dalam
percobaannya, mereka menggunakan 60-70 baris

Perpindahan Panas Konveksi 49


Perpindahan Panas Konveksi

tabung dengan ukuran 0,5 inchi yang disusun segi


tiga sama sisi dengan rasio pit-diameter 1,375.
Penerapan pada rancang bangun penukar panas
➢ Beda unjuk kerja bagi susunan bersebaris (aligned)
dan sigsag (staggered) adalah kecil, tetapi untuk
susunan bersebaris lebih mudah dibersihkan.
➢ Saran dari “The Tubular Exchanger Manufacturers
Association” adalah:
- Agar pipa-pipa berjarak antara sumbu dengan
sumbu minimal 1,25 kali garis tengah luar pipa.
- Dan bila pipa-pipa itu tersusun dalam tatanan
bujur sangkar, maka perlu terdapat jalur bebas
minimal 0,5 in.

Contoh 2.4
Air bertekanan sering tersedia pada temperatur tinggi
dan dapat digunakan untuk memanaskan udara pada
pemanasan ruangan atau pemakaian proses pada
industri. Pada kasus ini adalah biasa untuk
menggunakan susunan tabung dimana air dilewatkan
melalui tabung-tabung tersebut, sedangkan udara
dilewatkan dalam arah aliran melintang di atas tabung-
tabung tersebut. Pertimbangkan untuk susunan tabung
staggered untuk mana diameter luar tabung adalah 16,4
mm dan pitch longitudinal dan transversal masing-
masing adalah SL=34,3 mm dan ST=31,3 mm. Ada tujuh
tabung pada arah aliran udara dibawah kondisi operasi,
temperatur permukaan silinder adalah 70oC, sedangkan
temperatur aliran atas dan kecepatan udara masing-
masing adalah 15oC dan 6 m/s.
1. Berapa koefisien konveksi pada sisi udara.
2. Berapa kehilangan tekanan melintasi susunan
tabung tersebut.

50 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Penyelesaian:
Diketahui: Susunan tabung staggered
D = 16,4 mm
SL = 34,3 mm, ST = 31,3 mm
N = 7 (baris tabung)
Ts = 70oC, T = 15oC
v = 6 m/s
Ditanya: 1. Koefisien konveksi pada sisi udara
2. Rugi-rugi tekanan
Jawab :
Skematik :

Asumsi :
1. Kondisi steady state
2. Abaikan efek radiasi
Sifat-sifat fisik (Incropera)
Tabel A.4, udara pada T =15oC = 288K
ρ =1,217 kg/m3, ν =14,82x10-6 m2/s, k = 0,0253
W/m.K, Pr = 0,710
Tabel A.4, udara pada Ts= 70oC

Perpindahan Panas Konveksi 51


Perpindahan Panas Konveksi

Pr = 0,701
Analisa :
1. Koefisien konveksi sisi udara, angka Nusselt berdasar
persamaan 2.41 dan 2.42
1/4
 Pr 
Nu D = C 2 CRe m
D, mak Pr 0,36
 
 Prs 
dimana :

1/2
S T + D 31,3 + 16,4
S   dan = 23,85 mm ,
2

SD = S2L +  T   = 37,7mm =
 2   2 2

ini berarti SD lebih besar dari pada (ST + D)/2,
sehingga kecepatan maksimum terjadi pada bidang
transversal (A1).
dan
ST 31,3mm
v mak = v= 6m/s = 12,6m/s
ST − D (31,3 − 16,4)mm

v mak D
Re D, mak =
ν
12,6m/sx0,0164m
Re D, mak = = 13943
14,82x10−6 m 2 /s
ST 31,3mm
= = 0,91  2
SL 34,3mm
dengan hasil ini dan berdasar tabel 2.6 diperoleh nilai
C dan m sebagai berikut:
1/5
S 
C = 0,35 T  = 0,34 ; C2 = 0,95 (untuk 7
 SL 
baris tabung)
m = 0,60

52 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

maka
0,25
 0,710 
Nu D = 0,95x0,34(13943) 0,60 (0,71)0,36   = 87,9
 0,701 
dan
k 0,0253W/m.K
h = Nu D = 87,9 = 135,6W / m 2 .K
D 0,0164m
2. Rugi-rugi tekanan dihitung dari persamaan 2.44
 ρv 2 
ΔP = Nχ  mak f

 2 
dengan ReD,mak= 13943, PT = ST/D = 1,91, dan PL =
SL/D = 0,91, maka dari gambar 2.7 diperoleh:
χ  1,04
f  0,35
dan dengan N = 7, maka penurunan tekanannya
adalah:

1,217kg/m3 (12,6m/s)2 
ΔP = 7x1,04  0,35
 2 
ΔP = 246 N/m2 = 2,46x10-3 bar

Rangkuman

Konveksi paksa (forced convection) mengartikan


pada situasi mana pergerakan relatif antara fluida dan
permukaan disebabkan oleh peralatan luar seperti fan,
pompa, dan tidak karena gaya buoyancy yang
disebabkan oleh karena adanya gradien temperatur
dalam fluida. Dalam menyelesaikan soal-soal konveksi
tidak selalu dapat diselesaikan dengan cara analitis,
sehingga kita sering terpaksa menggunakan cara-cara
eksperimental untuk mendapatkan data perencanaan.
• Perpindahan panas rata-rata

Perpindahan Panas Konveksi 53


Perpindahan Panas Konveksi

Nu L = CRe mL Pr n
• Perpindahan massa konveksi rata-rata

Sh L = CRe mL Sc n
• Logam cair dalam aliran laminar
h x .x
Nu x = = 0,530(Rex .Pr)1/2 = 0,530Pe1/2
k
• Fluida umum dalam aliran laminar yaitu udara
(Pr=0,7) atau air (Pr>1)
h x .x
Nu x = = 0,332Pr1/3Re1/2
x ; Re<5.10
5
k
• Angka Nusselt dan Sherwood rata-rata untuk aliran
laminar sepanjang plat rata
hxx
Nu = = 0,664Pr1/3Re1/2
x ; 0,6  Pr  50
k
h m, x x
Sh x = = 0,664Re1/2
x Sc
1/3
; Sc  0,6
D AB
• Aliran laminar di atas plat rata isotermal
0,3387Re1/2Pr1/3
Nu x = 1/4
; Rex.Pr > 100
  0,0468 2/3 
1 +   
  Pr  
• Lapisan batas kecepatan
δ = 0,37Re−x1/5 ; untuk aliran turbulen berlaku
δ = δ t  δc
• Aliran turbulen sepanjang plat rata (Whitaker, 1972)
Nu x = 0,029 Re 0,8
x Pr
0,43

54 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
0,25
μ 
Nu = 0,036Pr 0,43
(Re 0,8
L − 9200)   , sesuai untuk
 μs 
fluida seperti udara, air, minyak mesin dan berlaku
untuk 2.105< ReL<5,5.106; 0,7<Pr<380;
0,26< (μ /μs ) <3,5

• Bilangan Nusselt lokal untuk aliran turbulen


Nux=St.Rex.Pr=0,0296Rex4/5Pr1/3 ; untuk 0,6<Pr<60
• Bilangan Sherwood lokal
Shx=Stm.Rex.Sc=0,0296Rex4/5Sc1/3 ; untuk
0,6<Sc<3000
• Bilangan Reynolds untuk silinder bulat
ρuD uD
Re D = =
μ ν
• Koefisien seret (CD) pada silinder dan benda tumpul
(permukaan tegak lurus terhadap aliran)
FD
CD =
 ρ.v 2 
A f  
 2 
• Perpindahan panas rata-rata untuk fluida gas dan zat
cair mengalir silinder tunggal
Whitaker (1972) :
0,25
μ 
Nu = 0,4Re  0,5
+ 0,006Re 2/3

Pr  
0,4

 μw 
μ
40<Re<105; 0,67<Pr<300; 0,25< <5,2
μw
Hilpert (1933) untuk gas, dan Knudsen&Katz
(1958) untuk zat cair :

Perpindahan Panas Konveksi 55


Perpindahan Panas Konveksi

m
hd u d
= C   Pr1/3
kf  νf 
Fand (1965) untuk zat cair ke silinder dalam aliran
silang, 10-1<Ref<105 sejauh tidak terdapat
keturbulenan yang berlebihan pada aliran bebas:
Nuf = (0,35+0,56Ref0,52)Prf0,3
Eckert dan Drake (1972) :
0,25
 Prf 
Nu = (0,43 + 0,50Re )Pr 0,5 0,38
  ; 1<Re<103
 Prw 
0,25
 Prf 
Nu = 0,25Re Pr
0,6 0,38
  ; 103<Re<2x105
 Prw 
Churchill&Bernstein (1977) untuk fluida udara, air,
natrium cair untuk 102<Re<107 dan Pe>0,2 :
4/5
0,62Re1/2 Pr1/3   Re  
5/8

Nu = 0,3 + 1/4 
1+   

1 + (0,4/Pr)2/3   28200   
• Korelasi umum untuk kondisi rata-rata keseluruhan :
h.D
Nu D = = CRe mD Pr1/3
k

Latihan dan Tugas

1. Apa yang saudara ketahui tentang aliran laminar,


transisi dan turbulen, serta gambarkan aliran
dimaksud.
2. Jelaskan dan gambarkan tentang berkas tabung yang
tersusun aligned dan staggered.
3. Udara pada tekanan 6 kN/m2 dan temperatur 300oC,
mengalir dengan kecepatan 10 m/s di atas plat datar
dengan panjang 0,5 m. Estimasikan laju pendinginan

56 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

per satuan lebar plat yang diperlukan untuk menjaga


temperatur permukaan pada 27oC.
4. Udara atmosfir pada T = 275 K dan u  = 20 m/s
mengalir sepanjang plat rata dengan panjang L = 1,5
m yang dijaga pada suhu dinding Ts= 325 K.
a) Tentukan koefisien perpindahan panas rata-rata
sepanjang daerah aliran laminar.

b) Berapa h sepanjang plat L = 1,5 m.


c) Hitung perpindahan panas total pada plat jika
lebarnya adalah 1 m.
5. Fluida pada 80oC mengalir dengan kecepatan aliran
bebas 10 m/s menyilang silinder dengan diameter 5
cm. Tentukan koefisien seret dan gaya seret per meter
panjang tabung untuk:
a) Udara pada 1 atm
b) CO2 pada 1 atm
c) Air Etilene glikol
d) Minyak mesin
6. Udara pada 1 atmosfir pada T = 250 K dan
kecepatan aliran bebas u  = 30 m/s mengalir
melintasi silinder yang berdiameter D = 2,5 cm.
Permukaan silinder dijaga pada temperatur seragam
350 K. Hitunglah:
a) Koefisien perpindahan panas rata-rata
b) Laju perpindahan panas tiap 1m panjang silinder.
7. Udara pada 1 atm dan 35oC mengalir melintas
silinder yang diameternya 5 cm, pada kecepatan 50
cm/s. Suhu permukaan silinder dijaga pada 150 oC.
Hitunglah rugi panas per satuan panjang silinder.
8. Saturated water at T = 10o C flows at V = 3,33m / s
across a 15-mm-OD cylinder which has a temperature
of 60oC. Determine the heat transfer rate per unit

Perpindahan Panas Konveksi 57


Perpindahan Panas Konveksi

length of the cylinder, using the Churchill-Bernstein


equation.
9. Udara pada 1 atm dan 27oC bertiup melintas bola
yang diameternya 12 mm dengan kecepatan bebas 4
m/s. Di dalam bola itu terdapat pemanas kecil yang
menjaga agar suhu permukaannya tetap 77oC.
Hitunglah rugi kalor dari bola itu.
10. Fluida pada 20oC mengalir dengan kecepatan 1 m/s
melintasi bola berdiameter 2,5 cm yang dijaga pada
suhu 100oC. Tentukan laju aliran kalor dari bola ke
fluida jika:
a) Udara pada 1 atm
b) Air.
11. Air pada T1 = 24oC dipanaskan hingga T2 = 74oC
dengan melewatkannya melalui susnan berkas
tabung selang-seling. Diameter luar tabung D = 2,5
cm dan dijaga pada suhu permukaan seragam Ts =
100oC. Pit melintang, memanjang dan diagonal
adalah:
SL S S
= 1,5 ; T = 2 ; D = 2
D D D
Kecepatan aliran bebas air sebelum memasuki
berkas tabung adalah 0,3 m/s.
a) Tentukan koefisien perpindahan kalor rata-rata
b) Berapa jumlah baris tabung yang diperlukan
dalam arah aliran untuk memanaskan air
tersebut.
12. Udara pada tekanan atmosfir dan temperatur T1 =
325 K mengalir melalui berkas tabung dengan
susunan segaris. Diameter luar tabung D = 1,9 cm
dan dijaga pada suhu dinding/permukaan seragam
Ts = 375 K. Pit melintang dan memanjang adalah:
ST SL
= =2
D D

58 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Berkas tabung terdiri dari panjang tabung L = 0,75


m, jumlah baris tabung N = 15 baris dalam arah
aliran, dan m = 20 tabung tiap baris. Kecepatan
udara bebas (sebelum memasuki berkas tabung) u  =
8 m/s.
a) Tentukan penurunan tekanan, ΔP

b) Berapa koefisien perpindahan kalor rata-rata, h


c) Berapa temperatur udara keluar, T2
d) Tentukan laju perpindahan kalor total, q.

Perpindahan Panas Konveksi 59


Perpindahan Panas Konveksi

60 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

BAB III
ALIRAN DALAM
(KONVEKSI PAKSA DALAM TABUNG
DAN SALURAN)

KA-3
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip dan Perhitungan Laju Perpindahan Panas Konveksi
Paksa dalam Tabung dan Saluran

Tabung Anulus Berpenampang


Sepusat

Aliran pada Tabung Berpenampang


Bukan Lingkaran

Hukum Newton Pendinginan dan


Kesetimbangan Energi

Rumus-rumus Empiris Aliran dalam


Tabung

Perpindahan Panas Konveksi 61


Perpindahan Panas Konveksi

Pemanasan serta pendinginan fluida yang mengalir


di dalam saluran merupakan proses-proses perpindahan
panas yang terpenting dalam perekayasaan. Rancang
bangun serta analisa semua jenis penukar panas
memerlukan pengetahuan tentang koefisien perpindahan
panas antar dinding saluran dan fluida yang mengalir di
dalamnya. Ukuran ketel, ekonomiser (economizer),
pemanas lanjut (superheater), dan prapemanas
(preheater) bergantung sebagian besar pada konduktansi
konveksi satuan antara permukaan dalam tabung-
tabungnya dan fluidanya. Juga dalam rancang bangun
peralatan penyejuk udara (air conditioning) dan mesin
pendingin (refrigeration), perlu ditentukan besarnya
koefisien perpindahan panas untuk fluida yang mengalir
di dalam saluran (duct atau talang). Jadi konfigurasi
aliran dalam merupakan bentuk geometri yang baik
untuk pemanasan dan pendinginan fluida yang
digunakan pada proses kimia, pengatur keadaan
lingkungan dan konversi energi.

3.1 Panjang Masuk Kalor dan Hidrodinamik

Panjang masuk kalor (Lt) adalah panjang yang di


butuhkan dari awal daerah perpindahan kalor/panas
untuk mencapai angka Nusselt lokal sama dengan 1,05
kali nilai aliran berkembang penuh. Sedangkan panjang
masuk hidrodinamik (Lh) adalah panjang yang
diperlukan dari depan tabung/saluran untuk mencapai
kecepatan maksimum 99% dari besaran aliran
berkembang penuh.
Panjang masuk kalor dan hidrodinamik untuk
aliran laminar dalam saluran, beberapa diantaranya
dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. Dalam tabel
tersebut Dh adalah diameter hidraulik dan bilangan
Reynolds didasarkan atas diameter hidraulik ini.

62 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Tabel 3.1 Panjang masuk kalor dan hidrodinamik untuk aliran


laminar dalam tabung

L t /Dh
Geometri L h /Dh Pe
Re Temperatur Fluks kalor
dinding dinding
konstan konstan

D 0,056 0,033 0,043

0,011 0,008 0,012


2b

2b

2a

a/b = 0,25 0,075 0,054 0,042


a/b = 0,50 0,085 0,049 0,057
a/b = 1,0 0,09 0,041 0,066

4A
dengan Dh = diameter hidraulik =
P
A = luas penampang melintang aliran
P = perimeter basah (keliling yang dibasahi)
Untuk tabung silinder A = ( π /4)D2 dan P = π D.
Fluida dengan angka Prandtl yang tidak jauh berbeda, L h
dan Lt sama, dan fluida dengan angka Prandtl sangat
berubah karena temperatur (misalnya minyak mesin),
maka Lt >> Lh. Sedangkan untuk logam cair yang
memiliki angka Prandtl sangat rendah, maka Lt << Lh.
3.1.1 Kondisi aliran
Perhatikan aliran dalam tabung dengan jari-jari ro
seperti ditunjukkan pada gambar 3.1, fluida memasuki

Perpindahan Panas Konveksi 63


Perpindahan Panas Konveksi

tabung dengan kecepatan yang seragam. Pada saat fluida


kontak dengan permukaan dinding tabung, efek viskos
menjadi penting dan lapisan batas berkembang dengan
bertambahnya x. Jika lapisan-lapisan batas tersebut
telah memenuhi seluruh tabung maka dikatakan aliran
berkembang penuh (fully developed).

Gambar 3.1 Pengembangan lapisan batas hidrodinamik untuk


aliran di dalam tabung
Jarak dari ujung masuk sampai di mana lapisan batas
bertemu disebut panjang masukan hidrodinamik
(hidrodynamic entry length, xfd,h). Jika x>xfd,h lapisan
batas dan oleh karena efek viskositas berkembang pada
seluruh luas penampang tabung dan aliran disebut
menjadi pengembangan penuh.
Bekerja dengan aliran dalam sangat penting untuk
mengenal perluasan tentang daerah masuk yang
tergantung pada apakah aliran laminar atau turbulen.
Bilangan Reynolds untuk aliran dalam tabung
didefinisikan sebagai berikut.
ρu m D
Re D = (3.1)
μ
dengan ρ = kerapatan fluida (kg/m3)
D = diameter tabung (m)
Um= kecepatan fluida rata-rata pada penampang
melintang tabung (m/s)

64 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Untuk ReD  2300 aliran laminar di dalam tabung,


dan panjang masukan hidrodinamik diperoleh dari
persamaan berikut.
(xfd,h/D)lam = 0,05 ReD (3.2)
Sedangkan ReD > 2300 adalah aliran turbulen, dan
sebagai pendekatan pertama menggunakan persamaan
berikut.
10  (xfd,h/D)turb  60 (3.3)
Untuk aliran dalam tabung sifat-sifat fluida dievaluasi
pada temperatur borongan (Tb), yakni temperatur fluida
yang di rata-ratakan energinya diseluruh penampang
tabung. Temperatur borongan digunakan, karena untuk
aliran dalam tabung tidak terdapat kondisi aliran bebas
(u  ).

Gambar 3.2 Angka Nusselt lokal dan rata-rata untuk aliran


laminar dalam silinder
Gambar 3.2 di atas memperlihatkan angka Nusselt
lokal dan rata-rata untuk aliran berkembang penuh
dalam silinder yang di plot terhadap parameter tak
berdimensi (x/D)/(Re.Pr), dengan x adalah jarak aksial
sepanjang saluran di ukur dari awal daerah pemanasan.
Inversi dari parameter ini disebut angka Graetz dan
mempunyai bentuk sebagai berikut.
x/D
G −z 1 = (3.4)
Re.Pr

Perpindahan Panas Konveksi 65


Perpindahan Panas Konveksi

Dalam gambar 3.2 di atas, angka Nusselt diberikan


untuk kondisi temperatur dinding dan fluks kalor
konstan. Nilai asimtot untuk fluks kalor konstan adalah
4,36 dan untuk temperatur dinding konstan adalah 3,66.
Kecepatan rata-rata digunakan bila bekerja dengan
aliran di dalam tabung, sebab variasi kecepatan pada
seluruh penampang melintang dan tidak ada penentuan
tentang aliran bebas yang baik. Laju aliran massa
melalui tabung ditentukan berdasarkan korelasi berikut.
 = ρu m Ac
m (3.5)

Untuk aliran steady state, aliran tak mampu mampat


(incompressible flow) di dalam tabung berluas
penampang seragam, laju aliran massa dan kecepatan
rata-rata adalah konstan tidak tergantung x.
Aliran di dalam tabung (Ac = π D2/4), bilangan Reynolds
dinyatakan sebagai berikut.
4m
Re D = (3.6)
πDμ
Untuk laju aliran massa dapat dinyatakan sebagai
integral dari fluks massa seluruh penampang melintang.
 =  ρu(r, x)dA c
m (3.7)
Ac

Aliran inkompresibel di dalam tabung diperoleh


berdasarkan persamaan berikut.

 ρu(r, x)dA c

um =
Ac

ρA c
r
2ππ o
ρπro2 0
um = u(r, x)rdr

r
2 0
u m = 2  u(r, x)rdr (3.8)
ro 0

66 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Persamaan tersebut dapat digunakan untuk


menentukan um pada setiap lokasi aksial x, dari
diketahuinya profil kecepatan u(r) pada lokasi tersebut.
3.1.2 Profil kecepatan pada daerah pengembangan
penuh
Bentuk dari profil kecepatan dapat ditentukan
untuk aliran laminar, inkompresibel, sifat fluida konstan
pada daerah pengembangan penuh pada tabung. Kondisi
hidrodinamik pengembangan penuh seperti disajikan
pada persamaan 3.9.
 u 
V=0;  =0 (3.9)
 x 
Karena kondisi ini, maka komponen kecepatan aksial
hanya tegantung pada r, yaitu u(x,r) = u(r).

3.2 Rumus-rumus Empiris untuk Aliran Dalam


Tabung

Beberapa korelasi empiris untuk menaksir angka


Nusselt rata-rata untuk aliran laminar dan turbulen
berkembang penuh pada daerah masuk untuk silinder
sebagai berikut.
1. Hausen (1943)
0,068Re.Pr(d/L)
Nu = 3,66 + (3.10)
1 + 0,04Re.Pr(d/L)
2/3

Untuk kondisi temperatur dinding konstan dengan Gz


< 100 dan semua sifat-sifat dievaluasi pada
x/D
temperatur borongan rata-rata, serta G −z 1 = .
Re.Pr
2. Seider dan Tate (1936)
Rumus empiris agak sederhana untuk aliran laminar
dalam silinder pada temperatur dinding konstan.

Perpindahan Panas Konveksi 67


Perpindahan Panas Konveksi

0,14
 μ 
1/3
 Re.Pr   
Nu = 1,86  (3.11)
 L/d   μw 
Berlaku untuk Re.Pr(d/L) >10, dan diukur pada
temperatur borongan rata-rata, kecuali μ w pada
temperatur dinding.
3. Colburn (1933)
Angka Nusselt untuk aliran turbulen dalam tabung
licin.
Nu = 0,023Re0,8Pr1/3 (3.12)
berlaku untuk jangkauan 0,7  Pr  160
Re  10000
(L/d)  60 (tabung licin)
Sifat-sifat fluida dievaluasi pada temperatur rata-rata.
4. Dittus-Boelter (1930)
Nu = 0,023Re0,8Prn (3.13)
n = 0,4; untuk pemanasan (Ts > Tm)
n = 0,3; untuk pendinginan (Ts < Tm)
Berlaku untuk kondisi:
0,7  Pr  160
Re  10000, (L/d)  60
Persamaan 3.12 dan 3.13 hanya digunakan untuk
beda temperatur kecil sampai sedang (Ts - Tm), dengan
semua sifat-sifat (properties) dihitung pada Tm.
5. Sieder & Tate (1936)
Untuk aliran yang dikarakteristikkan oleh variasi sifat
yang besar (untuk situasi dimana pengaruh variasi
sifat-sifat fluida cukup berperan).
0,14
μ
Nu = 0,027Re Pr  
0,8 1/3
(3.14)
 μs 

68 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Semua properties dihitung pada Tm, kecuali μs .

Persamaan-persamaan di atas berguna pada


kondisi permukaan yang halus. Laju perpindahan panas
lebih besar untuk permukaan kasar, dan bilangan
Nusselt dapat diestimasikan menggunakan analogi
Chilton-Colburn.
Rumus empiris yang digunakan menghitung
bilangan Nusselt bagi logam cair pada aliran berkembang
penuh dalam tabung untuk kondisi fluks kalor seragam
sebagai berikut.
1. Skupinsky, Tortel&Vautrey (1965)
Nu = 4,82+0,0185Pe0,827 (3.15)
Berlaku untuk kondisi:
3,6x103 < Re < 9,05x105
102 < Pe < 104
(L/d) > 60
2. Seban dan Shimazaki (1951)
Nu = 5+0,025Pe0,8 (3.16)
Berlaku untuk: Pe > 100, (L/d) > 60

3.3 Hukum Newton Pendinginan

Temperatur yang dipakai dalam aliran dalam


adalah temperatur rata-rata (Tm ). Hukum Newton
pendinginan dapat dinytakan sebagai berikut.
q 'm' = h(Ts − Tm ) (3.17)

dengan h merupakan koefisien perpindahan panas


konveksi lokal. Harga Tm bertambah besar searah dengan
x jika perpindahan panas terjadi dari permukaan ke
fluida (Ts > Tm), dan mengecil searah dengan x jika
perpindahan panas terjadi dari fluida ke permukaan (Ts <
Tm).

Perpindahan Panas Konveksi 69


Perpindahan Panas Konveksi

3.4 Kesetimbangan Energi (The Energy Balance)

Kesetimbangan energi digunakan karena aliran


dalam tabung adalah tertutup lengkap (completely
enclosed). Dari kesetimbangan tersebut memungkinkan
untuk menentukan bagaimana temperatur rata-rata
(Tm(x)) variasi terhadap posisi memanjang tabung dan
bagaimana perpindahan panas konveksi total (qkonv),
dihubungkan dengan perbedaan temperatur pada
masukan dan luaran tabung.

Gambar 3.3 Volume atur untuk aliran dalam tabung

Fluida bergerak dengan laju aliran massa dan


perpindahan panas konveksi terjadi pada sisi pedalaman
permukaan. Sedangkan perubahan energi kinetik dan
energi potensial, perpindahan energi secara konduksi
pada arah aksial diabaikan. Jika tidak ada kerja poros
yang dikerjakan terhadap fluida ketika fluida tersebut
bergerak mengalir di dalam tabung, maka hanya ada efek
penting yang berhubungan dengan itu adalah perubahan
energi termal dan kerja aliran (flow work).
Jumlah kerja yang dikerjakan per satuan massa
fluida adalah perkalian tekanan fluida (P) dengan volume
1
jenis ( ν ), jadi ν = .
ρ

70 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

 d(C v Tm + pv)dx 
dq konv + m
 (Cv Tm + pv) − m (Cv Tm + pv) + m
 =0
 dx 
atau
dq konv = m
 d(CvTm + pv) (3.18)

dengan dqkonv = laju perpindahan panas konveksi ke


fluida
 d(CvTm + pv)
m = laju pertambahanenergi termal
fluida + laju netto kerja aliran
pada pergerakan fluida melalui
volume atur
Jika fluida diasumsikan sebagai gas ideal,
Pv = RTm, Cp = Cv + R, dan Cp diasumsikan
konstan, maka persamaan di atas menjadi:
dq konv = m
 CpdTm (3.19)

Persamaan 3.19 umumnya untuk pendekatan pada


cairan inkompresibel dan diintegralkan, kemudian
diperoleh persamaan berikut.
q konv = m
 Cp (Tm,o − Tm,i ) (3.20)

dengan i = masuk tabung


o = keluar tabung
qkonv = laju perpindahan panas total
Untuk laju perpindahan panas konveksi pada elemen
kecil,
dq konv = qs'' Pdx (3.21)

dengan P = keliling = π D (untuk tabung), dan persamaan


3.21 diintegralkan.
q konv = qs'' (PL) (3.22)

Perpindahan Panas Konveksi 71


Perpindahan Panas Konveksi

Berdasarkan persamaan 3.19 dan 3.21, diperoleh


sebagai berikut.
dq konv
dTm =
 Cp
m

q s'' Pdx
dTm =
 Cp
m

dTm q s'' P P
= = h(Ts − Tm ) (3.23)
dx  Cp m
m  Cp
Untuk Ts > Tm, panas dipindahkan ke fluida dan Tm
bertambah dengan x, jika Ts < Tm, berlaku sebaliknya.
Persamaan 3.23 integrasikan dari x = 0, sehingga
diperoleh:
q s'' P
Tm (x) = Tm,i + x (3.24)
 Cp
m

dengan: q s'' = konstan.

3.4.1 Temperatur permukaan konstan


Hasil untuk laju perpindahan panas total dan
distribusi aksial temperatur rata-rata adalah berbeda
seluruhnya untuk kondisi temperatur permukaan
konstan (constant surface temperature condition). Dengan
mendefinisikan ΔT sebagai Ts – Tm, maka persamaan
3.23 dapat dinyatakan sebagai berikut.
dTm d( T) P
=− = hT (3.25)
dx dx  Cp
m
Integralkan persamaan 3.25,
ΔTo
d( T)
L
P
ΔT ΔT = − m C p 0 hdx
i

72 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

ΔTo PL 1 L 
ln =−   hdx 
ΔTi  Cp
m L 0 
ΔTo PL
ln =− h (3.26)
ΔTi  Cp L
m
dengan
Ts = konstan

h L = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata,


untuk seluruh tabung
Menentukan pernyataan laju perpindahan panas
total (qkonv) adalah kompleks oleh sifat eksponensial
penurunan temperatur, maka persamaan 3.20 dapat
dinyatakan dalam bentuk berikut.
 C p (Ts − Tm,i ) − (Ts − Tm,o )
q konv = m

q konv = m
 C p (Ti − ΔTo ) (3.27)

Ah L
Dari persamaan 3.26, dengan  Cp = −
m , dan
ΔTo
ln
ΔTi
persamaan ini disubstitusikan ke persamaan 3.27,
sehingga diperoleh persamaan berikut.

q konv = hA s ΔTlm (3.28)

dengan
As = luas permukaan tabung (As = PL)
ΔTlm = perbedaan temperatur rata-rata log (log mean
temperature difference)
ΔTlm = pendekatan perbedaan temperatur rata-rata pada
ΔTo − ΔTi
seluruh panjang tabung, ΔTlm = .
ln( o / i )

Perpindahan Panas Konveksi 73


Perpindahan Panas Konveksi

Contoh 3.1
Etilene glikol pada 60oC dengan kecepatan 4 cm/s
memasuki silinder yang diameter dalamnya 2,5 cm.
Temperatur dinding dijaga pada suhu 100oC dengan
mengkondensasikan uap pada permukaan luar tabung.
Jika panjang tabung 6 m, tentukan harga koefisien
perpindahan kalor rata-ratanya.
Penyelesaian:
Diketahui: Etilene glikol
T = 60oC = 60 + 273 = 333 K
U = 4 cm/s = 0,04 m/s
D = 2,5 cm = 0,025 m
Ts= 100oC
x=6m

Ditanya: h = ?
Jawab:
Sifat-sifat fluida berdasarkan T = 60oC adalah:
Cp = 2562 J/kgoC
ν = 4,75.10-6 m2/s
ρ = 1087,66 = 1088 kg/m3
k = 0,26 W/moC
Pr = 51
Bilangan Reynolds
ρuD uD 0,04x0,025
Re D = = = = 210,5 (aliran laminar)
μ ν 4,75.10−6
Angka Nusselt rata-rata berdasar gambar 3.2, dengan
menggunakan parameter
x/D 6/0,025
= = 0,0224
Re.Pr 210,5x51

74 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

maka dari tabel akan diperoleh

Nu = 5,5
sehingga

Nuk 5,5x0,26
h= = = 57,2W/m2 o C
D 0,025

Contoh 3.2
Sebuah sistem untuk memanaskan air dari temperatur
masuk, Tm,I = 20oC ke temperatur luaran Tm,o = 60oC
dengan cara melalukan air kedalam tabung dinding tebal
dengan masing-masing diameter dalam dan luar adalah
20 mm dan 40 mm. Permukaan luar tabung diisolasi
secara sempurna dan pemanas listrik berada di dalam
dinding memberikan laju pembangkit panas seragam, q =
106 W/m3.
1. Untuk laju aliran massa, m  = 0,1 kg/s, berapa
panjang tabung untuk mendapatkan temperatur
luaran seperti yang diinginkan.
2. Jika temperatur permukaan dalam tabung pada
ujung keluaran diasumsikan Ts = 70oC, berapa
koefisien perpindahan panas konveksi local pada
outlet tersebut.
Penyelesaian:
Diketahui: sistem memanaskan air (water)
Tm,I = 20oC
Tm,o = 60oC
Di = 20 mm = 0,02 m (diameter dalam)
Do = 40 mm = 0,04 m (diameter luar)
q = 106 W/m3

Perpindahan Panas Konveksi 75


Perpindahan Panas Konveksi

Ditanya:
1. 1. m
 = 0,1 kg/s, L = ?
2. Ts = 70oC, ho = ?
Jawab:
1. Sifat fluida yaitu air dari tabel A.6 (Incropera), pada
Tm,i + Tm,o 20 + 60
T= = = 40o C = 313K ,
2 2
Cp = 4,179 kJ/kg.K
Karena permukaan luar tabung adalah adiabatic,
maka laju energi yang dibangkitkan oleh dinding
harus sama dengan laju energi yang dikonveksikan
q = q ,
ke air, E konv

π
E q = q (D o2 − D i2 )L
4
q konv = m
 Cp(Tm,o − Tm,i )

maka:
π
q (D o2 − D i2 )L = m
 Cp(Tm,o − Tm,i )
4
 Cp(Tm,o − Tm,i )
4m
L=
q π(Do2 − D i2 )
4(0,1kg/s)(4,179kJ/kg.K)(60 − 20)o C = 17,7 m.
L=
(106 W/m 3 )ππ(0,02 − 0,02 2 )m 2

2. Koefisien konveksi local pada outlet (ho)


Berdasar hukum Newton Pendinginan,
q s''
ho =
(Ts,o − Tm,o )
dan

76 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

E q
q s'' =
πD i L
q (D o2 − D i2 ) 106 W/m 3 (0,042 − 0,02 2 )m 2
q s'' = = = 15000W/m2
4D i 4x0,02m

maka
15000W/m2
ho = = 1500W/m2 .o C
(70 − 60) C
o

Contoh 3.3
Uap terkondensasi pada permukaan luar pada tabung
berdinding tipis dengan diameter 50 mm dan panjang 6
m, mempertahankan temperatur permukaan secara
seragam pada 100oC. Air mengalir melalui dalam tabung
dengan laju 0,25 kg/s, dan temperatur masuk dan
keluar masing-masing adalah 15oC dan 45oC. Berapa
koefisien perpindahan panas rata-rata yang
berhubungan dengan aliran air tersebut.
Penyelesaian:
Diketahui: Uap pada permukaan luar tabung dan air
(water) dalam tabung
D = 50 mm = 0,05 m
L=6m
Ts= 100oC
 = 0,25 kg/s
m
Tm,i= 15oC
Tm,o= 45oC

Ditanya: h = ?

Perpindahan Panas Konveksi 77


Perpindahan Panas Konveksi

Jawab:
Asumsi:
1. Temperatur permukaan (Ts) konstan
2. Abaikan perubahan energi kinetik dan energi
potensial serta kerja aliran
3. Sifat konstan.
Sifat-sifat fisik:
Tabel A.6 (Incropera), air (water) pada temperatur rata-
rata 30oC,
Cp = 4178 J/kg.K
Analisa:
Berdasarkan persamaan (3.20) dan (3.28), koefisien
konveksi rata-rata adalah:
 Cp(Tm,o − Tm,i )
m
h=
πDLΔTlm
dimana :
ΔTo − ΔTi (Ts − Tm,o ) − (Ts − Tm,i )
ΔTlm = =
 ΔΤ o   (Ts − Tm,o ) 
ln   ln  
 ΔΤ i   (Ts − Tm,i ) 
(100 − 45) − (100 − 15)
ΔΤ lm = = ΔΤ lm = 68,9o C
(100 − 45)
ln
(100 − 15)
maka:

0,25kg/sx4179J/kg.K(45 − 15)o C
h= = 483W/m2 .K
πx0,05mx6mx68,9 o C

78 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

3.5 Aliran pada Tabung Berpenampang Bukan


Lingkaran (noncircular)

Banyak penerapan perekayasaan yang melibatkan


aliran dalam untuk saluran berpenampang bukan
lingkaran. Misalnya aliran udara pendingin pada ducting
yang berbentuk persegi panjang. Oleh karena itu,
korelasi perpindahan panas akan digunakan aproksimasi
pertama yaitu hasil dari tabung berpenampang lingkaran
dapat dipakai dengan menggunakan diameter efektif
sebagai panjang karakteristik, dan disebut diameter
hidraulik, Dh seperti ditunjukkan pada persamaan 3.29.
Diameter ini digunakan untuk menghitung parameter
seperti ReD dan NuD.

Tabel 3.2 Bilangan Nusselt untuk aliran laminar dengan


kondisi pengembangan penuh di dalam saluran berbagai
bentuk penampang

hD h
Nu D =
k
Cross Section b/a constant qs’’
constant Ts

- 4,36 3,66

a 1,0 3,61 2,98


b
a
b 1,43 3,73 3,08

a 2,0 4,12 3,39


b
a
b 3,0 4,79 3,96
a

Perpindahan Panas Konveksi 79


Perpindahan Panas Konveksi

b 4,0 5,33 4,44

- 3,00 2,35

4A c
Dh = (3.29)
P
Koefisien konveksi pada saluran bukan lingkaran,
bervariasi pada keliling penampang tersebut dan
mendekati nol pada sudut pojok. Oleh karena itu pada
waktu menggunakan persamaan-persamaan untuk
tabung berpenampang lingkaran koefisien diasumsikan
rata pada seluruh keliling.

3.6 Tabung Anulus Berpenampang Sepusat

Fluida melalui ruangan anulus yang dibentuk oleh


tabung konsentrik, dan perpindahan panas konveksi
mungkin terjadi ke atau dari kedua permukaan tabung
baik yang terletak di dalam maupun di luar. Pada setiap
kasus, fluks panas pada masing-masing permukaan
dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut.
q i'' = h i (Ts,i − Tm ) (3.30)

q 'o' = h o (Ts,o − Tm ) (3.31)

Gambar 3.4 Anulus tube konsentrik

80 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Koefisien konveksi terpisah dihubungkan dengan


permukaan dalam dan lebih luar, serta bilangan
Nusseltnya sebagai berikut.
hiDh
Nu i = (3.32)
k
hoDh
Nu o = (3.33)
k
Diameter hidraulik berdasarkan persamaan 3.34.

Dh =
4π( 4 )(D 2
o − Di2 )
πDo + πDi
Dh = Do – Di (3.34)
Dalam kasus aliran laminar pengembangan penuh
dengan salah satu permukaannya diisolasi dan
permukaan lainnya pada temperatur konstan, bilangan
Nusseltnya seperti pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Bilangan Nusselt untuk aliran laminar


pengembangan penuh di dalam tabung anulus berpenampang
lingkaran dengan salah satu permukaannya diisolasi sedang
lainnya pada temperatur konstan
Di/Do Nui Nuo
0 - 3,66
0,05 17,46 4,06
0,10 11,56 4,11
0,25 7,37 4,23
0,50 5,74 4,43
1,00 4,86 4,86

Jika kondisi fluks panas seragam berada pada


kedua permukaan, bilangan Nusselt dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut.
Nu ii
Nu i = (3.35)
1 − (q 'o' /q i'' )θ *i

Perpindahan Panas Konveksi 81


Perpindahan Panas Konveksi

Nu 
Nu o = (3.36)
1 − (q i'' /q 'o' )θ *o

dengan koefisien Nuii, Nu  , θ*i , dan θ *o , diperoleh


berdasarkan tabel 3.4.
Untuk aliran turbulen pengembangan penuh,
koefisien yang mempengaruhi adalah fungsi dari
bilangan Reynolds dan Prandtl, dan dapat dihitung
menggunakan diameter hidraulik, Dh = Do – Di, dan
persamaan Dittus-Boelter, NuD = 0,023ReD4/5Prn.

Tabel 3.4 Koefisien yang mempengaruhi untuk aliran laminar


pengembangan penuh pada anulus tabung berpenampang
lingkaran dengan fluks panas seragam yang dipertahankan
pada kedua permukaan
Di/Do Nuii Nu θ*i θ *o
0 - 4,364 0,0 0,0
0,05 17,81 4,792 2,18 0,0294
0,10 11,91 4,834 1,383 0,0562
0,20 8,499 4,833 0,905 0,1041
0,40 6,583 4,979 0,603 0,1823
0,60 5,912 5,099 0,473 0,2455
0,80 5,58 5,24 0,401 0,299
1,00 5,385 5,385 0,346 0,346

82 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Rangkuman

Konfigurasi aliran dalam merupakan bentuk


geometri yang baik untuk pemanasan dan pendinginan
fluida yang digunakan pada proses kimia, pengatur
keadaan lingkungan, dan konversi energi.
4A
• Diamter hidrolik = Dh =
P
• Bilangan Reynolds untuk aliran dalam tabung,
ρu D 4m
Re D = m ; Re D =
μ πDμ
x/D
• Angka Graetz, G −z 1 =
Re.Pr
•  = ρu m Ac
Laju aliran massa, m

0,068Re.Pr(d/L)
• Hausen (1943), Nu = 3,66 + ,
1 + 0,04Re.Pr(d/L)
2/3

Gz<100
0,14
 μ 
1/3
 Re.Pr   
• Seider dan Tate (1936), Nu = 1,86  ,
 L/d   μw 
Re.Pr(d/L)>10
• Dittus-Boelter (1930), Nu = 0,023Re0,8Prn,
0,7  Pr  160; Re  10000, (L/d)  60
0,14
μ
• Sieder & Tate (1936), Nu = 0,027Re Pr   0,8 1/3

 μs 
• Hukum Newton pendinginan, q 'm' = h(Ts − Tm ) ;
q konv = m
 Cp (Tm,o − Tm,i )

 Cp(Tm,o − Tm,i )
m
• Koefisien konveksi rata-rata, h =
πDLΔTlm

Perpindahan Panas Konveksi 83


Perpindahan Panas Konveksi

• Tabung anulus, q i'' = h i (Ts,i − Tm ) ; q 'o' = h o (Ts,o − Tm )

Latihan dan tugas

1. Minyak mesin didinginkan dari Ti = 120oC ke To =


80oC sambil mengalir dengan kecepatan rata-rata
0,04 m/s melalui silinder denga diameter dalam 2,5
cm. Dinding tbung dijaga pada temperatur konstan T s
= 40oC. Tentukan panjang tabung yang diperlukan.
2. Air mengalir denga kecepatan rata-rata 2 m/s dalam
silinder yang diameter dalamnya 5 cm. Tabung
adalah baja komersial yang dijaga pada temperatur
dinding 100oC dengan cara mengkondensasikan uap
pada permukaan luarnya. Temperatur borongan rata-
rata fluida adalah 60oC. Tentukan harga koefisien
perpindahan panas dengan menggunakan persamaan
Petukhov.
3. Udara pada 2 atm dan 200oC dipanaskan pada waktu
mengalir di dalam tabung yang diameternya 1 in (2,54
cm) dengan kecepatan 10 m/s. Hitunglah
perpindahan kalor persatuan panjang tabung jika
terdapat kondisi fluks kalor tetap pada dinding, dan
suhu dinding dipelihara 20oC di atas suhu udara, di
sepanjang tabung itu. Berapa tambahan suhu limbak
udara dalam 3 m panjang tabung.
4. Air pada 60oC memasuki tabung yang diameternya 1
in (2,54 cm) dengan kecepatan rata-rata 2 cm/s.
Hitunglah suhu air yang keluar tabung jika tabung
itu panjangnya 3 m dan suhu dinding tetap pada
80oC.
5. Udara pada 1 atm dan 27oC memasuki tabung licin
yang diameternya 5 mm dengan kecepatan 3 m/s.
Panjang tabung 19 cm. Pada dinding tabung
diberikan fluks kalor tetap. Hitunglah perpindahan
panas jika suhu fluida pada waktu keluar 77oC.
Hitung pula suhu dinding dan h di tempat keluar.

84 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

6. Untuk aliran cairan logam melalui tabung, profil


kecepatan dan temperatur pada lokasi aksial tertentu
dapat dianggap masing-masing sebagai uniform dan
parabola. Itu dapat dinyatakan sebagai u(r) = C1 dan
T(r) – Ts = C2[1-(r/ro)2], dimana C1 dan C2 adalah
konstanta. Berapa bilangan Nusselt pada lokasi itu.
7. Udara panas mengalir dengan laju aliran massa 0,05
kg/s melalui saluran terbuat dari lembaran metal
dengan diameter 0,15 m, yang melintasi ruangan di
dalam rumah. Udara panas masuk ke saluran pada
temperatur 103oC dan setelah jarak 5 m, udara
tersebut mendingin dan temperaturnya mencapai
77oC. Koefisien perpindahan panas antara
permukaan luar saluran dengan udara sekeliling yang
dingin bertemperatur T = 0oC diasumsikan
mempunyai harga konstan sebesar ho = 6 W/m2.K.
1. Hitung kehilangan panas (W) dari seluruh saluran
dengan panjang L
2. Tentukan fluks panas dan temperatur permukaan
saluran pada x = L.

8.

Kondisi permukaan termal dan diameter tabung


anulus seperti gambar di atas. Tentukan:
a. Panjang yang dibutuhkan untuk mencapai
temperatur keluaran yang diinginkan.
b. Fluks panas lokal (q``) dan fluks panas total (q).

Perpindahan Panas Konveksi 85


Perpindahan Panas Konveksi

86 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

BAB IV
KONVEKSI BEBAS

KA-4
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip dan Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas
Konveksi Bebas

Perpindahan Massa Konveksi

Logam Cair

Silinder Panjang; Silinder Berputar;


Bola

Plat Vertikal; Plat Horisontal; Plat


Miring

Perpindahan Panas Konveksi 87


Perpindahan Panas Konveksi

Konveksi bebas (free convection) atau konveksi


alamiah (natural convection), terjadi karena fluida yang
disebabkan proses pemanasan berubah densitasnya
(kerapatannya) dan bergerak naik. Gerakan fluida dalam
konveksi bebas terjadi karena gaya apung (buoyancy
force) yang dialaminya apabila kerapatan fluida di dekat
permukaan perpindahan panas berkurang sebagai akibat
proses pemanasan. Jadi dalam konveksi bebas tidak ada
kecepatan yang dipaksakan, tetapi terjadi arus konveksi
di dalam fluida tersebut. Selain itu berasal dari gaya
badan yang bekerja pada fluida karena adanya gradien
massa jenis. Gradien massa jenis disebabkan oleh
gradien temperatur, sedangkan gaya badan disebabkan
oleh medan gravitasi. Gaya apung yang menyebabkan
arus konveksi disebut gaya badan (body force).
Kecepatan aliran konveksi bebas pada umumnya
jauh lebih kecil dari pada kecepatan aliran konveksi
paksa, maka laju perpindahan panas konveksi bebas
jauh lebih kecil dari laju perpindahan panas konveksi
paksa. Beberapa hal tentang konveksi bebas lebih
disukai dari pada konveksi paksa, konveksi bebas
memberikan tahanan terbesar pada perpindahan panas,
dimana berperan penting dalam perencanaan atau unjuk
kerja suatu system, dan konveksi bebas diinginkan
untuk meminimumkan laju perpindahan panas atau
untuk meminimumkan biaya operasi.
Beberapa contoh piranti praktis yang memindahkan
panas dengan konveksi bebas, seperti radiator panas
yang digunakan untuk memanaskan ruang, serta dalam
bidang teknik listrik, saluran transmisi, transformator,
penyearah arus, dan kawat yang dipanaskan dengan
listrik seperti filamen lampu pijar atau elemen pemanas
tanur listrik didinginkan dengan konveksi bebas.
Konveksi bebas merupakan mekanisme aliran
panas yang utama pada pemanas ruangan yang
menggunakan uap air, dinding gedung-gedung, atau
badan manusia yang tidak bergerak dalam atmosfir
lengang. Untuk menentukan beban panas pada
peralatan penyejuk udara ruangan atau mesin pendingin

88 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

memerlukan pengetahuan tentang koefisien perpindahan


panas konveksi bebas.

4.1 Plat Vertikal

Gambar 4.1 Lapisan batas di atas plat rata vertikal


Plat dipanaskan (lihat gambar 4.1), terbentuk suatu
lapisan batas konveksi. Profil kecepatan pada lapisan
batas ini tidak seperti profil kecepatan pada lapisan
batas konveksi paksa. Pada dinding, kecepatan adalah
nol, karena terdapat kondisi tanpa gelincir, kecepatan
bertambah terus sampai mencapai suatu nilai
maksimum, dan menurun lagi hingga nol pada tepi
lapisan batas, karena kondisi arus bebas tidak ada pada
sistem konveksi bebas. Perkembangan awal lapisan
batas adalah laminar, tetapi pada suatu jarak tertentu
dari tepi depan, bergantung pada sifat-sifat fluida dan
beda suhu antara dinding dan lingkungan, terbentuklah
pusaran-pusaran dari transisi ke lapisan batas turbulen.

Perpindahan Panas Konveksi 89


Perpindahan Panas Konveksi

Sifat dari parameter tak berdimensi yang mengatur


aliran konveksi bebas dan perpindahan panas,
parameter dapat diperoleh dengan membuat tak
berdimensi persamaan yang mengaturnya.
x
x* 
L
y
y* 
L
u
u* 
uo
v
v* 
uo

T - T
T* 
Ts − T
dengan L = panjang karakteristik
uo= kecepatan referensi sembarang
Dari persamaan:
u u  2u
u +v = βg(Τ - T ) + ν 2
x y y
dan
Τ Τ  2Τ
u +v =α 2
x y y
kemudian berubah menjadi
u * * u
*
βg(Τ s - Τ  )L * 1  2u*
u* + v = T + (4.1)
x * y * u o2 Re L y *2

Τ * * Τ
*
1  2Τ*
u* + v = (4.2)
x * y * Re L Pr y *2

90 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Parameter tidak berdimensi pada suku pertama di ruas


kanan dari persamaan 4.1 adalah konsekuensi langsung
dari gaya buoyancy. Untuk bekerja dengan bentuk lain,
2
u L
maka suku pertama ini dikalikan dengan Re =  o  , 2
L
 ν 
dan hasilnya disebut bilangan Grashof, GrL.

βg(Τ s − T )L  u o L 
2

GrL = x 
u o2  ν 
βg(Τ s − T )L3
GrL = (4.3)
ν2
dengan g = percepatan gravitasi (m2/s)
L = dimensi karakteristik (m)
ν = viskositas kinematik (m2/s)
β = koefisien ekspansi volume (K-1)
1
= (v/ T) p
v
= 1/T (khusus gas ideal), T adalah suhu mutlak
Bilangan Grashof berperanan penting pada konveksi
bebas seperti halnya bilangan Reynolds berperanan
penting pada konveksi paksa. Bilangan Grashof
menunjukkan perbandingan antara gaya buoyancy relatif
terhadap gaya viskositas yang bekerja pada fluida.
4.1.1 Temperatur dinding seragam
Penyelesaian secara analisis konveksi bebas sangat
rumit, oleh karenanya korelasi data eksperimental lebih
berguna dalam menentukan harga koefisien perpindahan
panas. Mc Adams (1954) mengkorelasikan nilai Nusselt
rata-rata untuk kondisi temperatur dinding seragam.
h.L
Nu = = C(GrL Pr)n (4.4)
k
Sifat-sifat fisik dievaluasi pada temperatur film, dan
konstanta C dan n seperti pada tabel 4.1.

Perpindahan Panas Konveksi 91


Perpindahan Panas Konveksi

Tabel 4.1 Konstanta C dan n untuk persamaan 4.4


Jenis aliran GrL.Pr C n
Laminar 104 -109 0,59 1/4
Turbulen 109-1013 0,10 1/3

Perkalian antara bilangan Grashof dengan bilangan


Prandtl pada persamaan 4.4 disebut bilangan Rayleigh
(Ra).
βg(Ts − T )L3 ν
Ra L = GrL Pr =
ν2 α
βg(Ts − T )L3
Ra L = GrL Pr = (4.5)
ν.α
Bentuk korelasi yang lebih rumit disarankan oleh
Churchill dan Chu (1975), untuk konveksi bebas pada
plat vertikal dengan temperatur dinding seragam.
0,67Ra1/4
Nu L = 0,68 + L
(4.6)
1 + (0,492/Pr)  9/16 4/9

Persamaan 4.6 berlaku untuk daerah laminar pada


jangkauan 0<RaL<109 dan sesuai untuk semua angka
Prandtl.
0,387Ra1/6
= 0,825 +
1/2 L
(4.7)
1 + (0,492/Pr) 
Nu L
9/16 8/27

Persamaan 4.7 berlaku untuk daerah turbulen dan pada


jangkauan 10-1<RaL<1012. Sifat-sifat fisik untuk
persamaan 4.6 dan 4.7 dievaluasi pada suhu film.
Persamaan 4.6 dan 4.7 dapat juga digunakan
untuk heat fluks konstan, seperti halnya untuk
temperatur permukaan konstan, serta dapat juga
digunakan untuk silinder vertikal panjang L, jika
ketebalan lapisan batas jauh lebih kecil dari pada
diameter silinder D. Kondisi ini dipenuhi bila sesuai
dengan persamaan 4.8.

92 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

D 35
 1/4 (4.8)
L GrL
Contoh 4.1.
Sebuah plat bujur sangkar vertikal berukuran 0,4x0,4
m2 dijaga pada temperatur seragam Ts = 400K pada
udara atmosfir yang tidak bergerak dengan T = 300K.
Berapa koefisien perpindahan panas rata-rata sepanjang
keseluruhan plat.
Penyelesaian:
Diketahui: plat bujur sangkar vertikal, dengan
0,4x0,4 m2, berarti L = 0,4 m
Ts = 400K
T = 300K

Ditanya: h =…..?
Jawab:
Sifat-sifat fisik udara pada temperatur film 350 K
ν = 20,75x10-6 m2/s
k = 0,03 W/m.oC
Pr= 0,697
β = 1/Tf = 2,86x10-3 K-1
Bilangan Grashof (persamaan 4.3)
βg(Ts − T )L3
GrL =
ν2
(2,86x10−3 /K)(9,8m/s2 )(400 − 300)K(0,4)3 m 3
GrL =
20,75x10−6 m 2 /s
GrL = 4,16x108
Bilangan Nusselt (persamaan 4.4) dan tabel 4.1

Perpindahan Panas Konveksi 93


Perpindahan Panas Konveksi

h.L
Nu = = C(GrL Pr)n = 0,59(GrLPr)1/4
k
0,03(4,16x108 x0,697)1/4
h = 0,59 = 5,77W/m2 .o C
0,4
4.1.2 Fluks kalor seragam
Untuk menentukan bilangan Nusselt lokal bagi
plat vertikal pada kondisi fluks kalor seragam, dengan
jangkauan 105<Grx*Pr<1011 untuk daerah laminar,
bentuk korelasinya sebagai berikut.
Nu x = 0,6(Grx* Pr)1/5 (4.9)
Untuk daerah turbulen dengan jangkauan
2.10 <Grx Pr<10 , mempunyai bentuk korelasi seperti
13 * 16

persamaan 4.10.
Nu x = 0,568(Grx* Pr)0,22 (4.10)

Grx* adalah bilangan Grashof yang dimodifikasi, dan


didefinisikan sebagai berikut.
βg(Ts − T )x 3 q s x βgq s x 4
Grx* = Grx Nu x = = (4.11)
ν3 Ts − T kν 2
qs adalah fluks kalor dinding konstan, dan bilangan
Nusselt rata-rata untuk persamaan 4.9 dan 4.10
berturut-turut sebagai berikut.

Nu = 1,25Nu x (4.12)

Nu = 1,136Nu x (4.13)
Sifat-sifat fisik fluida dievaluasi pada temperatur film.

94 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

4.2 Plat Horisontal

Bilangan Nusselt rata-rata untuk konveksi bebas


pada plat horisontal tergantung pada apakah permukaan
plat menghadap ke atas atau ke bawah dan apakah
permukaan plat lebih panas atau lebih dingin dari fluida
sekeliling. Berdasarkan Mc Adams, korelasi yang
disarankan adalah luas penggunaannya, perbaikan
ketelitian dapat diperoleh dengan merubah bentuk
panjang karakteristik, dan didefinisikan sebagai berikut.
As
L= (4.14)
P
As adalah luas permukaan plat dan P adalah keliling.
Permukaan panas menghadap ke atas atau
permukaan dingin menghadap ke bawah mempunyai
bentuk korelasi sebagai berikut.

Nu L = 0,54Ra1/4
L ; (10  RaL  10 )
4 7 (4.15)

Nu L = 0,15Ra1/3
L ; (10 <RaL  10 )
7 11 (4.16)
Permukaan dingin menghadap ke atas atau
permukaan panas menghadap ke bawah mempunyai
bentuk korelasi sebagai berikut.

Nu L = 0,27Ra1/4
L ; (10  RaL  10 )
5 10 (4.17)
Jadi persamaan 4.15 sampai 4.17 dapat ditulis
dalam bentuk korelasi umum yang ditunjukkan pada
persamaan 4.18.

Nu L = C(GrL Pr)n (4.18)


Konstanta C dan n seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Konstanta C dan n untuk persamaan 4.18


Orientasi Plat GrLPr C n Aliran
Permukaan plat 104 -107 0,54 1/4 Laminar
atas panas, bawah 107-1011 0,15 1/3 Turbulen
dingin

Perpindahan Panas Konveksi 95


Perpindahan Panas Konveksi

Permukaan plat
bawah panas, atas 105-1010 0,27 1/4 Laminar
dingin
Persamaan di atas berlaku untuk bilangan Nusselt rata-
rata konveksi bebas pada plat horizontal pada kondisi
temperatur dinding konstan. Panjang karakteristik L plat
dapat diambil sebagai panjang sisi untuk plat bujur
sangkar, rata-rata kedua sisi untuk plat persegi panjang,
dan 0,9D untuk cakram lingkaran dengan diameter D.
Contoh 4.2.
Plat bujur sangkar berukuran 0,5 m x 0,5 m dengan
salah satu permukaannya diisolasi dan permukaan
lainnya dijaga pada temperatur seragam Ts = 385K yang
ditempatkan pada udara diam pada tekanan atmosfir
dan T = 315K. Hitunglah koefisien perpindahan panas
rata-rata untuk orientasi:
a. Plat horisontal, permukaan panas menghadap ke atas
b. Plat vertikal
c. Plat horisontal, permukaan panas menghadap ke
bawah.
Penyelesaian:
Diketahui:
Plat bujur sangkar (0,5x0,5)m2 pada udara diam
Ts = 385K
T = 315K

Ditanya : h
Jawab :
Sifat-sifat fisik udara pada temperatur rata-rata 350K
ν = 2,076x10-5 m2/s
k = 0,03 W/m.oC
Pr= 0,697
β = 1/Tf = 2,86x10-3 K-1
96 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Bilangan Grashof pada L = 0,5 m


βg(Ts − T )L3
GrL =
ν2
(2,86x10−3 )/K(9,8)m/s 2 (385 − 315)K(0,5)3 m 3
GrL =
(2,076x10−5 ) 2 (m 2 /s) 2
GrL = 5,7x108
a. Plat horisontal, permukaan panas menghadap ke atas
Berdasarkan tabel 4.2, dan persamaan 4.18, aliran
turbulen, maka:
hL
Nu L = = 0,15(GrL Pr)1/3
k
0,03
h= (0,15)(5,7.108 x0,697)1/3 = 6,185W/m2 .o C
0,5
b. Plat vertikal
Berdasarkan tabel 4.1, dan persamaan 4.4, aliran
laminar

hL
Nu L = = 0,59(GrL Pr)1/4
k
0,03
h= (0,59)(5,7.108 x0,697)1/4 = 5W/m 2 .o C
0,5
c. Plat horisontal, permukaan panas menghadap ke
bawah
Berdasarkan tabel 4.2, dan persamaan 4.18, aliran laminar,
maka:
hL
Nu L = = 0,27(GrL Pr)1/4
k
0,03
h= (0,27)(5,7.108 x0,697)1/4 = 2,29W/m 2 .o C
0,5

Perpindahan Panas Konveksi 97


Perpindahan Panas Konveksi

4.3 Plat Miring

Fuji dan Imura (1972) memberikan tanda sudut θ


untuk membuat perbedaan kemiringan plat.
a. Sudut θ adalah negatif jika permukaan panas
menghadap ke atas (gambar 4.2a).
b. Sudut θ → -90o untuk permukaan panas menghadap
ke atas dan sudut θ → +90o untuk permukaan panas
menghadap ke bawah (gambar 4.2b).
c. Sudut θ adalah positif jika permukaan panas
menghadap ke bawah (gambar 4.2c).
Permukaan panas atas

Gambar 4.2 Konsep positif dan negatif pada plat miring


Berdasarkan hasil eksperimen Fuji dan Imura
(1972) untuk plat miring dengan permukaan panas
menghadap ke bawah, dan dalam daerah laminar bentuk
persamaannya sebagai berikut.

Nu = 0,56(GrL PrCosθ )
1/4
(4.19)

untuk jangkauan + θ80o , dan 105<GrLPr<1011.


Plat dengan kemiringan yang kecil (88o< θ <90o) dan
permukaan panas menghadap ke bawah ditunjukkan
pada persamaan 4.20.

Nu = 0,58(GrL Pr)1/5 (4.20)


untuk jangkauan 106<GrLPr<1011.
98 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Plat miring dengan permukaan panas menghadap


ke atas, mempunyai bentuk persamaan seperti berikut.


Nu = 0,45 (GrL Pr )
1/3
− (Grc Pr )
1/3
+ 0,56(Gr PrCosθ)
c
1/4
(4.21)

Persamaan 4.21 berlaku untuk jangkauan GrLPr<1011;


GrL>Grc dan –15o< θ <-75o, serta bilangan Grashof transisi
Grc tergantung pada sudut kemiringan θ , seperti pada
tabel 4.3. Semua sifat untuk persamaan 4.19 sampai
4.21, dievaluasi pada Te = Ts – 0,25(Ts - T  ), kecuali β .

Tabel 4.3 Bilangan Grashof transisi


θ Grc

-15o 5.109
-30o 2.109
-60o 108
-75o 106

4.4 Silinder Panjang

4.4.1 Silinder vertikal


Silinder vertikal dapat diperlakukan sebagai plat
vertikal untuk fluida-fluida dengan angka Prandtl 0,7
atau lebih, jika memenuhi persamaan 4.22.
L/D
0,025 (4.22)
(GrD )1/4
L adalah panjang silinder dan D adalah diameter.

Perpindahan Panas Konveksi 99


Perpindahan Panas Konveksi

a. Bilangan Nusselt lokal b. Bilangan Nusselt rata-rata

Gambar 4.3 Rasio bilangan Nusselt untuk silinder vertikal


terhadap plat vertikal
Gambar 4.3a memperlihatkan perbandingan nilai
Nusselt lokal untuk silinder vertikal terhadap plat
vertikal sebagai fungsi parameter
ξ = (2 2/Grx1/4 )(x/R) untuk beberapa nilai Prandtl yang
bebeda, dimana R merupakan jari-jari silinder.
Sedangkan gambar 4.3b memperlihatkan perbandingan
nilai Nusselt rata-ratanya, dari gambar bahwa
penyimpangan semakin besar jika bilangan Grashof atau
Prandtl semakin kecil.
4.4.2 Silinder horisontal
Morgan (1975) memberikan korelasi untuk silinder
horisontal isotermal sebagai berikut.

hD
Nu D = = CRa nD (4.23)
k
C dan n diberikan pada tabel 4.4.

100 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Tabel 4.4. Konstanta C dan n persamaan (4.23) untuk
konveksi bebas pada silinder bulat horisontal
RaD C n
10-10-10-2 0,675 0,058
10-2-102 1,02 0,148
102-104 0,850 0,188
104-107 0,480 0,250
107-1012 0,125 0,333
Churchill dan Chu (1975) merekomendasikan suatu
korelasi untuk jangkauan bilangan Rayleigh yang luas.
2

 0,387Ra1/6 

Nu D = 0,60 + D
8/27 
(4.24)

 
1 + (0,559/Pr)9/16  

Persamaan 4.24 berlaku untuk 10-5<RaD<1012.
Contoh 4.3
Horisontal, pipa uap tekanan tinggi diameter luar 0,1 m
melalui ruangan besar yang mempunyai dinding dan
udaranya pada temperatur 23oC. Pipa mempunyai
temperatur permukaan luar 165oC dan emisivitasnya ε =
0,85. Perkirakan panas yang hilang dari pipa tersebut
per satuan panjang.
Penyelesaian:
Diketahui: pipa uap horisontal, dan udara
D = 0,1 m
T = 23oC
Ts = 165oC
ε = 0,85
Ditanya : q’ (W/m) = …….. ?
Jawab :

Perpindahan Panas Konveksi 101


Perpindahan Panas Konveksi

Skematik :

Asumsi:
1. Luas permukaan pipa adalah kecil dibanding pada
sekeliling
2. Udara kamar adalah tenang.
Sifat-sifat fisik:
Tabel A.4 (Incropera), udara pada Tf = 367 K
k = 0,0313 W/m.K
ν = 22,8x10-6 m2/s
α = 32,8x10-6 m2/s
Pr= 0,697
β = 2,725x10-3 K-1
Analisa:
Kehilangan panas total per satuan panjang pipa adalah:
q’ = q’konv + q’rad

q' = hπD(Ts − T ) + πεDσ(Ts4 − Tsur


4
)
Koefisien konveksi, berdasarkan persamaan (4.24)
2
 0,387Ra1/6 
Nu D = 0,60 + D
8/27 
 
1 + (0,559/Pr)9/16  
dengan:
βg(Ts − T )D 3
Ra D =
να
102 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

2,725x10−3 /K(9,8m2 /s)(165− 23)o C(0,1m)3


Ra D =
22,8x10−6 m 2 /sx32,8x10−6 m 2 /s
RaD = 5,073x106
maka:
2

 0,387(4,073x10 6 )1/6  
Nu D = 0,60 +  = 23,3

 
1 + (0,559/0,697) 
9/16 8/27


dan:
k
h= Nu D
D
0,0313W/m.K
h= x23,3 = 7,29W/m2 .K
0,1m
Jadi kehilangan panas total adalah:

q’ = (325+441) W/m = 766 W/m.

4.5 Bola

Nilai Nusselt rata-rata untuk bola isotermal ke


udara disarankan oleh Yuge (1960).
hD
Nu D = = 2 + 0,43Ra1/4
D (4.25)
k
Persamaan 4.25 berlaku untuk 1<RaD<105, dan Pr
mendekati satu ( Pr  1 ).
Churchill (1983) menyarankan suatu persamaan
untuk bola dalam fluida untuk Pr  0,7 dan RaD  1011.
0,589Ra1/4
Nu D = 2 + D
(4.26)
1 + (0,469/Pr) 
9/16 4/9

Untuk rentang angka Rayleigh yang lebih tinggi,


hasil eksperimen dengan air, Amato dan Tien (1972)
menyarankan korelasi sebagai berikut.

Perpindahan Panas Konveksi 103


Perpindahan Panas Konveksi

Nu D = 2 + 0,50Ra1/4
D (4.27)
Persamaan 4.27 berlaku untuk 3.105<RaD<8.108. Jika
RaD = 0, persamaan di atas memberikan Nu D =2. Hal ini
merupakan konduksi murni melalui fluida stagnan tak
berhingga yang mengelilingi bola.

4.6 Logam Cair

Sugiyama, Ma dan Ishiguro (1991) mempelajari


karakteristik perpindahan panas konveksi bebas logam
cair disekitar silinder horisontal.
Nu = 1,11(Gr.Pr2)0,196 (4.28)
untuk 4  GrPr  7000
Gr  1,5x108
0,004<Pr<0,02.
Persamaan 4.28 dapat digunakan untuk kondisi
temperatur dinding maupun fluks kalor seragam.
Hyman (1953) menyarankan korelasi sebagai berikut.
Nu = 0,53(GrPr2)0,025 (4.29)
Borishanski (1967) memberikan bentuk korelasi
seperti persamaan 4.30.
Nu = 0,67(GrPr2)0,025 (4.30)

4.7 Silinder Berputar

Perpindahan kalor dari silinder berputar cukup


banyak digunakan dalam praktek, misalnya pada
pendinginan mesin-mesin berputar dan pada industri
kertas. Jones, Poulikakos, dan Orozco (1988),
menyelidiki karakteristik perpindahan kalor konveksi
gabungan terhadap silinder berputar yang ditempatkan
dalam terowongan angin berkecepatan rendah. Dalam
hal ini terdapat tiga keadaan sebagai berikut:
a. Konveksi paksa disebabkan aliran bebas
b. Konveksi paksa disebabkan rotasi silinder

104 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

c. Konveksi bebas.
Untuk kondisi perpindahan kalor dimana konveksi
paksa yang disebabkan aliran bebas paling dominan,
maka bentuk korelasi bilangan Nusselt keseluruhan
adalah sebagai berikut.
Nu = 0,046Re0,76 (4.31)
Syarat konveksi paksa dimana aliran bebas paling
dominan adalah:
(Pr1/2Re1/2)/Ra1/4>2
Re1/2/Re 1/2
 >2

D 2
dengan Re  = = bilangan Reynolds rotasi

 = kecepatan angular silinder (1/s)
Untuk kondisi perpindahan kalor dimana konveksi
paksa yang disebabkan rotasi silinder paling dominan,
korelasi bilangan Nusselt keseluruhan dalam bentuk
berikut.
Nu = 0,5Re0,5 (4.32)

Syarat konveksi paksa dimana rotasi paling dominan,


(Pr1/2 Re 1/2
 )/Re
1/4
 2.
Pada rotasi silinder sangat rendah untuk 2 rpm
dan Re = 25, bentuk persamaannya seperti pada
persamaan 4.33.
Nu = 0,27Ra0,33 (4.33)
Untuk kondisi dimana mekanisme konveksi bebas
dan konveksi paksa rotasi bersama-sama mempengaruhi
perpindahan kalor pada silinder berputar, maka korelasi
bilangan Nusselt keseluruhan adalah sebagai berikut.
Nu = 0,1(Re2 + 2Ra) 0,36 (4.34)

Untuk kondisi dimana ketiga mekanisme yaitu


konveksi bebas, konveksi paksa akibat rotasi dan

Perpindahan Panas Konveksi 105


Perpindahan Panas Konveksi

konveksi paksa akibat aliran bebas, secara bersamaan


mempengaruhi perpindahan kalor pada silinder
berputar, maka korelasi bilangan Nusselt keseluruhan
seperti ditunjukkan pada persamaan 4.35.
Nu = 0,1(Re 2 + Re 2 + 2Ra) 0,36 (4.35)

4.8 Perpindahan Massa Konveksi

Perpindahan massa konveksi bebas berhubungan


pada kenyataan bahwa aliran konveksi bebas yang
digerakkan secara termal dapat untuk menambah
penguapan atau sublimasi yang terjadi pada permukaan.
Contohnya penguapan dari lapisan air horisontal
diperbesar oleh aliran konveksi bebas yang diakibatkan
ketika temperatur air melebihi temperatur udara tenang
yang berada di atas air tersebut. Penyelesaian persoalan
diperoleh dengan melihat kembali analogi perpindahan
panas dan massa. Asumsikan bahwa proses transport
species mempunyai pengaruh yang diabaikan pada
aliran konveksi bebas. Perpindahan massa didefinisikan
sebagai angkutan salah satu unsur larutan fluida dari
daerah yang konsentrasinya lebih tinggi ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah. Apabila perpindahan
massa berlangsung secara konveksi, dalam arti massa
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam
sistem aliran. Operasi perpindahan massa meliputi
pengeringan, penguapan, dan kondensasi. Perpindahan
massa dapat terjadi di dalam fasa cairan atau fasa gas.
1. Penyulingan (distillation)
Perpindahan massa terjadi dalam dua arah secara
serentak, dari cairannya ke uapnya, dan sebaliknya.
Hasil bersihnya adalah menambah konsentrasi unsur
yang lebih mudah menguap dalam fasa uap dan
menguranginya dalam fasa cair.
2. Pelidian (leaching) atau ekstraksi padat-cair
Suatu operasi dimana komponen yang mampularut
dari suatu fasa padat terpisah dan berpindah ke
suatu pelarut cair atau terpisahnya komponen dari

106 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

fasa padat ke suatu pelarut cair. Contohnya :


pembuatan minuman kopi, dimana komponen kopi
bubuk yang mampularut dipisahkan keluar oleh fasa
air panas.

Rangkuman

Konveksi bebas memberikan tahanan terbesar pada


perpindahan panas, dimana berperan penting dalam
perencanaan atau unjuk kerja suatu system, dan
konveksi bebas diinginkan untuk meminimumkan laju
perpindahan panas atau untuk meminimumkan biaya
operasi.
βg(Τ s − T )L3
• Bilangan Grashof, GrL =
ν2
h.L
• Angka Nusselt rata-rata, Nu = = C(GrL Pr)n
k
βg(Ts − T )L3
• Bilangan Rayleigh, Ra L = GrL Pr =
ν.α
• Konveksi bebas pada plat vertikal dengan temperatur
dinding seragam:
Churchill dan Chu (1975) :
0,67Ra1/4
Nu L = 0,68 + L
, 0<RaL<109
1 + (0,492/Pr) 
9/16 4/9

0,387Ra1/6
= 0,825 +
1/2 L
, 10-1<RaL<1012
1 + (0,492/Pr) 
Nu L
9/16 8/27

• Bilangan Nusselt lokal untuk plat vertikal:


Nu x = 0,6(Grx* Pr)1/5 , 105<Grx*Pr<1011
Nu x = 0,568(Grx* Pr)0,22 , 2.1013<Grx*Pr<1016
• Bilangan Nusselt rata-rata untuk plat horisontal:

Perpindahan Panas Konveksi 107


Perpindahan Panas Konveksi

Permukaan panas menghadap ke atas :

Nu L = 0,54Ra1/4
L ; (10  RaL  10 )
4 7

Nu L = 0,15Ra1/3
L ; (10 <RaL  10 )
7 11

Permukaan panas menghadap ke bawah:

Nu L = 0,27Ra1/4
L ; (10  RaL  10 )
5 10

• Bilangan Nusselt rata-rata untuk plat miring:


Permukaan panas menghadap ke bawah:

Nu = 0,56(GrL PrCosθ ) , + θ80o , dan 105<GrLPr<1011


1/4

Nu = 0,58(GrL Pr)1/5 , 88o< θ <90o; 106<GrLPr<1011


Permukaan panas menghadap ke atas :


Nu = 0,45 (GrL Pr )
1/3
− (Grc Pr )
1/3
+ 0,56(Gr PrCosθ)
c
1/4

GrLPr<1011; GrL>Grc dan –15o< θ <-75o


L/D
• Silinder vertikal : 0,025
(GrD )1/4
• Silinder horisontal :
2
hD  0,387Ra1/6 
Nu D = = CRa D ; Nu D = 0,60 +
n D
8/27 
k  
1 + (0,559/Pr)9/16  

hD
• Bola : Nu D = = 2 + 0,43Ra1/4
D , 1<RaD<10 ; Pr  1
5
k
• Logam cair : Nu = 1,11(Gr.Pr2)0,196, 4  GrPr  7000;
Gr  1,5x108; 0,004<Pr<0,02
• Silinder berputar: Nu = 0,046Re0,76,
D 2
 >2; Re  =
(Pr1/2Re1/2)/Ra1/4>2; Re1/2/Re 1/2

108 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Latihan dan Tugas

1. Mengapa penyelesaian analitis soal-soal konveksi


bebas lebih rumit dari konveksi paksa?
2. Definisikan angka Grashof dan apa makna fisiknya ?
3. Berikanlah rumus empirik untuk konveksi bebas dan
bagaimana hubungan hasil kali antara angka Grashof
dengan angka Prandtl ?
4. Plat vertikal dengan panjang 5 m, tinggi 1,5 m, dan
lebar salah satu dindingnya diisolasi dan sisi dinding
lainnya dijaga pada suhu seragam 400K yang berada
pada udara atmosfir diam dengan suhu 300K. Berapa
rugi kalor dari plat ?
5. Tabir api terbuat dari pintu kaca, digunakan untuk
mengurangi eksfiltrasi udara kamar melalui cerobong,
mempunyai tinggi 0,71 m dan lebar 1,02 m dan
mencapai temperatur 232oC. Jika temperatur kamar
adalah 23oC, perkirakan laju panas konveksi dari
tempat api ke kamar/ruangan.
6. Udara mengalir melalui saluran pemanas panjang
berpenampang segi empat mempunyai ukuran lebar
dan tinggi masing-masing adalah 0,75 m dan 0,30 m.
Aliran udara ini untuk mempertahankan temperatur
permukaan luar saluran tetap 45oC. Jika saluran
tidak terisolasi dan berada pada udara 15oC di dalam
rumah, berapa rugi panas dari saluran (duct) per
satuan panjang.

Perpindahan Panas Konveksi 109


Perpindahan Panas Konveksi

110 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

BAB V
PERPINDAHAN MASSA

KA-5
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip dan Perhitungan Analogi Perpindahan Panas-
Perpindahan Massa

Koefisien Perpindahan Massa

Difusi dalam Gas

Hukum Fick tentang Difusi

Perpindahan massa didefinisikan sebagai angkutan


salah satu unsur larutan fluida dari daerah yang
konsentrasinya lebih tinggi ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah. Apabila perpindahan
massa berlangsung secara konveksi, dalam arti massa
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam

Perpindahan Panas Konveksi 111


Perpindahan Panas Konveksi

sistem aliran. Perpindahan massa dapat terjadi di dalam


fasa cairan atau fasa gas, misalnya :
- Penyulingan (distillation), dimana perpindahan massa
terjadi dalam dua arah secara serentak, dari
cairannya ke uapnya, dan sebaliknya. Hasil bersihnya
adalah menambah konsentrasi unsur yang lebih
mudah menguap dalam fasa uap dan menguranginya
dalam fasa cair.
- Pelidian (leaching) atau ekstraksi padat-cair,
merupakan suatu operasi dimana komponen yang
mampularut dari suatu fasa padat terpisah dan
berpindah ke suatu pelarut cair atau terpisahnya
komponen dari fasa padat ke suatu pelarut cair.
Contohnya : pembuatan minuman kopi, dimana
komponen kopi bubuk yang mampularut dipisahkan
keluar oleh fasa air panas.
Operasi perpindahan massa meliputi pengeringan,
penguapan, dan kondensasi.

5.1 Hukum Fick tentang Difusi

Laju difusi merupakan fluks massa dari suatu


konstituen per satuan luas berbanding lurus dengan
gradien suhu.
A
m C
= −D A (5.1)
A x
dengan
D = koefisien difusi, m2/s
 A = fluks massa per satuan waktu, kg/s
m
CA = konsentrasi massa komponen A per satuan
volume, kg/m3.
Hukum Fourier tentang konduksi kalor
q T
  = −k (5.2)
 A x x
Persamaan tegangan geser antara lapisan-lapisan fluida
112 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

u
τ=μ (5.3)
y
Persamaan konduksi kalor menyatakan transpor energi,
sedangkan persamaan geser viskos menyatakan transpor
momentum melintas lapisan-lapisan fluida, dan hukum
difusi menyatakan transpor massa.

5.2 Difusi Dalam Gas

Gilliland (1934) menyarankan persamaan semi


empiris untuk koefisien difusi dalam gas.

T 3/2 1 1
D = 435,7 + (5.4)
P(VA1/3 + VB1/3 ) 2 MA MB
dengan
D = m2/s
T =K
P = tekanan total system, Pa (N/m2)
VA= volume molekul konstituen A
VB = volume molekul konstituen B
MA = bobot molekul konstituen A
MB = bobot molekul konstituen B
Persamaan 5.4 merupakan rumus yang mudah dipakai
untuk menghitung koefisien difusi berbagai senyawa dan
campuran, tetapi tidak dapat dipakai sebagai pengganti
nilai koefisien difusi yang didapatkan dari percobaan.
Untuk gas, hukum Fick dapat dinyatakan dengan
mudah dalam tekanan parsial dengan menggunakan
persamaan keadaan gas sempurna, jadi transformasi ini
hanya berlaku untuk gas pada tekanan rendah atau
keadaan dimana persamaan keadaan gas sempurna
berlaku.
P = ρRT (5.5)
dengan

Perpindahan Panas Konveksi 113


Perpindahan Panas Konveksi

ρ = densitas (konsentrasi massa dalam hukum Fick)


R = konstanta gas, dan dinyatakan dalam persamaan
5.6.
Ro
R= (5.6)
M
dengan
Ro = konstanta gas universal = 8315 J/kg.mol.K
M = berat molekul gas
maka:
P PM
C=ρ= = (5.7)
RT R o T

5.3 Koefisien Perpindahan Massa

Persamaan dasar untuk koefisien perpindahan


massa diberikan dalam bentuk berikut.
m
hD = (5.8)
ΔC.A
dengan
ΔC = perbedaan konsentrasi
 = laju perpindahan massa (kg/s)
m
A = luas permukaan (m2)
Jika diasumsikan konsentrasi ekuivalen dengan
tekanan uap saturasi, maka berdasarkan persamaan 5.7
dan 5.8 koefisien perpindahan massa ditulis sebagai
berikut.
 .R o .T
m
hD = (5.9)
ΔP.A.M N
dengan
ΔP = P − P

114 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

P = tekanan uap jenuh gas pada suhu ruang


P  = tekanan dialiran udara (= 0)
T = temperatur udara lingkungan rata-rata
Bila untuk soal-soal perpindahan kalor konveksi
hubungan fungsional koefisien perpindahan kalor
dituliskan sebagai berikut.
hx
= f(Re, Pr) (5.10)
k
Untuk soal-soal perpindahan massa, hubungan
fungsionalnya seperti pada persamaan 5.11.
hDx
= f(Re, Sc) (5.11)
D
Angka Schmidt mempunyai bentuk persamaan
seperti berikut.
ν μ
Sc = = (5.12)
D ρD
Profil suhu dan profil konsentrasi serupa,
bilamana α = D atau α/D = 1 , dan perbandingan
α/D disebut angka Lewis.
α
Le = (5.13)
D
Hubungan empiris untuk koefisien perpindahan
massa disarankan oleh Gilliland (1934).
0,83
 ρu d 
0,44
h Dd ν
= 0,023 m    (5.14)
D  μ  D
Persamaan 5.14 berlaku untuk jangkauan 2000 <
ReD < 35000 dan 0,6 < Sc < 2,5. Persamaan 5.14 berlaku
untuk aliran dalam tabung licin, serta untuk penguapan
zat cair ke udara di dalam kolom-kolom bundar
(sirkular), dimana zat cair membasahi permukaan, dan
udara didorong melalui kolom.

Perpindahan Panas Konveksi 115


Perpindahan Panas Konveksi

dengan
D = koefisien difusi (m2/s)
d = diameter (m)
hD = koefisien perpindahan massa (m/s)
μ
ν= = viskositas kinematik
ρ
Bilangan Sherwood mempunyai bentuk persamaan
seperti berikut.
hDx
Sh = (5.15)
D
Analogi Reynolds untuk aliran dalam pipa, untuk
menyatakan koefisien perpindahan massa dengan faktor
gesek dapat dituliskan dalam bentuk berikut.
h D 2/3 f
Sc = (5.16)
um 8
Analogi untuk perpindahan kalor mempunyai
bentuk seperti persamaan 5.17.
h f
Pr 2/3 = (5.17)
u m Cpρ 8
Aliran di atas plat rata yang licin, analogi Reynolds
untuk perpindahan massa sebagai berikut.
h D 2/3 C f
Laminar Sc = = 0,332Re−x1/2 (5.18)
u 2
h D 2/3 C f
Turbulen Sc = = 0,0296Re−x1/5 (5.19)
u 2
Chilton dan Colburn (1934) menyarankan
hubungan antara koefisien perpindahan panas (h) dan
perpindahan massa (hD) sebagai berikut.
StPr2/3 = StDSc2/3 (5.20)

116 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Persamaan 5.20 berlaku, jika persyaratan similaritas


dipenuhi, meliputi:
1. Bentuk geometri sama
2. Angka Reynolds sama
3. Difusivitas moleklar perpindahan panas dan massa
sama
4. Difusivitas turbulen perpindahan panas dan massa
sama
5. Kondisi batas sama dan fluk perpindahan panas dan
massa sama melalui daerah aliran.
Hubungan perpindahan panas dan massa diperoleh
berdasarkan persamaan 5.20 dan ditulis dalam bentuk
persamaan berikut.
 h  2/3
StPr 2/3 =  Pr = j = f(Re) (5.21)
 ρvCp 
h  2/3
St D Sc 2/3 =  D Sc = jD = f(Re) (5.22)
 v 
Dengan
j = faktor j untuk perpindahan panas
jD = factor j untuk perpindahan massa.
Jika kesamaan fakor j dari dua persamaan ini
diasumsikan bahwa angka Reynolds kedua sistem sama
dan/atau jika perpindahan panas dan perpindahan
massa berlangsung secara serentak (simultan), maka
persamaan ditulis sebagai berikut.
2/3
 Sc 
h = h D Cpρ  (5.23)
 Pr 
atau
2/3 2/3
h  Sc  α
= ρ.Cp   = ρ.Cp   = ρ.Cp.Le 2/3 (5.24)
hD  Pr  D

Perpindahan Panas Konveksi 117


Perpindahan Panas Konveksi

Contoh perpindahan panas dan perpindahan massa yang


serentak seperti penguapan dan kondensasi
(pengembunan).
Contoh 5.1
Udara kering pada 1 atm bertiup pada sebuah
termometer yang dibalut dengan kain basah. Termometer
ini merupakan termometer cembul-basah (wet-bulb
thermometer) yang klasik. Suhu yang dibaca pada
termometer ialah 18,3oC. Berapakah suhu udara kering?
Penyelesaian
Soal ini kita selesaikan dengan mengingat bahwa pada
keadaan tunak termometer ini tidak melakukan
pertukaran kalor netto, dan kalor yang diperlukan untuk
menguapkan air dari pembalut mestilah datangnya dari
udara. Karena itu kita buat neraca energi berikut:
hA(T − Ts ) = m
 s h fg

dengan h = koefisien perpindahan kalor dan m


 s = massa
air yang menguap.
 s = h D A(C s − C )
m
hA(T − Ts ) = h D A(C s − C  )h fg
2/3
α
ρC p   (T − Ts ) = (Cs − C  )h fg
D
dengan Cs = konsentrasi pada permukaan, yang
berhubungan dengan kondisi jenuh pada suhu yang
diukur oleh termometer.
Tabel untuk Uap (steam) pada suhu 18,3oC (65oF),
Pg = 0,3056 lb/in2 abs = 2107 Pa
ps (2107)(18)
Cs = = = 0,01566kg/m 3
R s Ts (8315)(291,3)

118 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Sifat –sifat lain meliputi:


C  = 0 (karena arus bebas ialah udara kering)

p 1,0132x105
ρ= = = 1,212kg/m3
RT 287(291,3)
Cp = 1,004 kJ/kg.oC
α Sc
= = 0,845
D Pr
hfg = 1057 Btu/lbm = 2,456 MJ/kg
sehingga:

(0,01566 − 0)(2,456x10 6 )
T − Ts =
(1,212)(1004)(0,845)2/3

T − 18,3o C = 35,36o C
T = 53,69oC

Perpindahan Panas Konveksi 119


Perpindahan Panas Konveksi

Rangkuman

Perpindahan massa dapat terjadi di dalam fasa


cairan atau fasa gas, seperti penyulingan (distillation)
dan pelidian (leaching).

• Laju difusi,

• Koefisien difusi (Gilliland, 1934),


3/2
T 1 1
D = 435,7 +
P(V + VB1/3 ) 2
1/3
A MA MB
m
• Koefisien perpindahan massa, h D =
ΔC.A
 .R o .T
m
• Koefisien perpindahan massa, h D =
ΔP.A.M N
ν μ
• Angka Schmidt, Sc = =
D ρD
α
• Angka Lewis, Le =
D
• Koefisien perpindahan massa (Gilliland, 1934),
0,83
 ρu d 
0,44
h Dd ν
= 0,023 m    ;
D  μ  D
• untuk jangkauan 2000 < ReD < 35000; 0,6 < Sc < 2,5
hDx
• Bilangan Sherwood, Sh =
D
• Koefisien perpindahan massa dengan faktor gesek,
h D 2/3 f
Sc =
um 8
h f
• Analogi untuk perpindahan kalor, Pr 2/3 =
u m Cpρ 8

120 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

• Analogi Reynolds untuk perpindahan massa:


h D 2/3 C f
• Laminar Sc = = 0,332Re−x1/2
u 2
h D 2/3 C f
• Turbulen Sc = = 0,0296Re−x1/5
u 2
• Hubungan antara koefisien perpindahan panas (h)
dan perpindahan massa (hD) (Chilton dan Colburn,
1934), StPr2/3 = StDSc2/3

Latihan dan Tugas

1. Definisikan koefisien difusi!


2. Definisikan koefisien perpindahan massa!
3. Definisikan angka Schmidt dan angka Lewis, dan
apakah arti fisis masing-masing!

Perpindahan Panas Konveksi 121


Perpindahan Panas Konveksi

122 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

BAB VI
PERPINDAHAN PANAS DENGAN
PERUBAHAN FASE
(PENDIDIHAN DAN KONDENSASI)

KA-6
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip Perpindahan Panas dengan Perubahan Fase
sebagai Suatu Proses Konveksi

Perpindahan Panas Kondensasi

Pendidihan dengan Aliran Paksa

Perpindahan Panas Pendidihan

Perpindahan Panas Konveksi 123


Perpindahan Panas Konveksi

6.1 Perpindahan Panas Pendidihan

Perpindahan panas dengan mendidihkan suatu


cairan dilakukan dengan maksud untuk pendinginan
maupun untuk pemisahan campuran dalam bentuk cair.
Dengan memanfaatkan panas penguapan suatu cairan
yang umumnya mempunyai harga jauh lebih tinggi dari
pada kenaikan entalpi pada stu fase, dapat diperoleh
luas bidang perpindahan panas yang lebih kecil, bila
dibandingkan dengan tanpa adanya perubahan fase. Hal
ini lebih diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa
koefisien transfer panas juga lebih tinggi pada proses
pendidihan. Proses pendidihan suatu cairan dapat
dibedakan dua bagian yang besar, yaitu untuk cairan
yang mengalir melalui suatu permukaan yang panas
(forced convection boiling/pendidihan dengan konveksi
paksa) dan untuk permukaan panas yang terletak di
dalam atau pada bidang batas cairan (pool boiling).
Dalam aplikasinya, pendidihan dengan konveksi
paksa lebih banyak digunakan di dalam industri, namun
pengetahuan pool boiling diperlukan sebagai dasar untuk
mempelajarinya. Rumus-rumus perhitungan banyak
menggunakan hasil-hasil korelasi pool boiling. Fenomena
yang terjadi dapat dianggap merupakan gabungan dari
pool boiling dan forced convection, sehingga pada
beberapa keadaan sedemikian kompleks rumus-rumus
yang ada belumdapat menggambarkan proses yang
menyeluruh dan utuh.
Salah satu perbedaan yang nyata pada proses
pendidihan adalah adanya fluks panas yang maksimum
yang membatasi penggunaan atau kondisi operasi
dengan proses ini. Fluks panas yang melebihi batas ini
akan menyebabkan kenaikan suhu permukaan panas
yang dapat melampaui titik leleh atau mengubah sifat
mekaniknya yang dapat menyebabkan kerusakan
peralatan.
Proses perpindahan panas pendidihan inti
merupakan yang paling penting dan hampir semua jenis
peralatan penukar panas dirancang dan dioperasikan

124 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

untuk kondidsi ini. Sejumlah besar panas dapat


dipindahkan pada beda suhu yang rendah.
6.1.1 Pembentukan gelembung
Pembentukan gelembung (gelembung baru
terbentuk) bila suhu permukaan beberapa derajat lebih
tinggi dari pada suhu didih cairan. Pengamatan
eksperimental menunjukkan bahwa gelembung-
gelembung terbentuk pada tempat-tempat tertentu pada
permukaan, yaitu pada lekukan dan cekungan yang ada.
Menurut Corty & Fost hanya cekungan–cekungan yang
mempunyai diameter lebih besar dari ukuran kritis dan
telah terdapat gas atau uap di dalamnya serta pada suhu
tertentu dapat bertindak sebagai tempat-tempat
pembentuk gelembung.
Ukuran kritis cekungan tergantung pada suhu
permukaan. Suatu gelembung uap yang ada di dalam
cairan akan ada dalam kesetimbangan bila beda tekanan
di dalam gelembung dengan cairan, tepat diimbangi oleh
gaya tegangan muka yang bekerja pada bidang batas
uap-cairan, dan secara matematik dapat dirumuskan:

pv − pl = − pg (6.1)
rc
dengan
pv = tekanan uap cairan (tekanan uap di dalam
gelembung)
pl = tekanan dalam cairan (tekanan zat cair)
σ = tegangan muka cairan (tegangan permukaan muka-
batas uap-zat cair)
rc = jari-jari gelembung
pg= tekanan gas inert
Pada suatu suhu tertentu, hanya gelembung-
gelembung dengan jari-jari yang lebih besar dari rc yang
dapat tumbuh, sedangkan yang lebih kecil akan
terpecah. Tingginya suhu permukaan yang diperlukan
agar suatu cekungan dapat menjadi tempat

Perpindahan Panas Konveksi 125


Perpindahan Panas Konveksi

pembentukan dan pertumbuhan gelembung ditentukan


oleh besarnya pv-pl, dapat diperhitungkan dari
persamaan Clasius Clayperon.
dT TV fg
= (6.2)
dp h fg
dengan
T = suhu
Vfg= perubahan volume fase cair dan fase uap
hfg= panas penguapan.
Apabila Vfg/Hfg besarnya konstan, cairan pada suhu
didihnya dan uap mengikuti gas ideal, maka integrasi
persamaan 6.2 dan substitusi persamaan 6.1 ke dalam
hasil integrasi, diperoleh persamaan berikut.

RT 2  2σ 
ΔΤ = Ts − Td =  − p g  (6.3)
ph fg  rc 
dengan
R = tetapan gas
Ts = suhu permukaan
Td = suhu didih cairan
Dari persamaan 6.3 terlihat bahwa pada temperatur
permukaan Ts, hanya cekungan dengan jari-jari lebih
besar dari rc dapat berlaku sebagai pembentuk
gelembung.
6.1.2 Korelasi data pendidihan inti
Korelasi yang digunakan hampir semuanya
korelasi empiris, karena sifat kompleks dari fenomena
pendidihan, dimana korelasi yang diturunkan secara
teoritis belum dapat dilakukan. Korelasi yang disarankan
adalah :

126 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
0,33
 q/A goσ 
s
C l (Ts − Td )  Clμ l 
= C sf     (6.4)
h fg  μ l h fg g(ρ l − ρ v )   kl 
dan
C l ΔΤ
= bilangan Nusselt
h fg

Clμ l
= bilangan Prandtl
kl
goσ
= diameter gelembung
g(ρ l − ρ v )
dengan
Cl = kalor spesifik zat cair jenuh (J/kg.oC)
hfg = entalpi penguapan (J/kg)
q/A = fluks kalor per satuan luas (W/m2.oC)
μ l = viskositas zat cair (kg/m.s)
σ = tegangan permukaan muka-batas zat-cair uap
(N/m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
ρ l = densitas uap jenuh (kg/m3)

ρ v = densitas zat cair jenuh (kg/m3)

Csf = konstanta, ditentukan dari data eksperimen


s = 1,0 untuk air (water), dan 1,7 untuk zat cair lain

Perpindahan Panas Konveksi 127


Perpindahan Panas Konveksi

Tabel 6.1 Nilai koefisien Csf untuk berbagai gabungan fluida-


permukaan
Gabungan fluida-permukaan Csf s
pemanas
Water-nickel 0,006 1,0
Water-platinum 0,013 1,0
Water-copper 0,013 1,0
Water-brass 0,006 1,0
CCl4-copper 0,013 1,7
Benzene-chromium 0,010 1,7
n-pentane-chromium 0,015 1,7
Ethyl alcohol-chromium 0,0027 1,7
Isopropyl alcohol-copper 0,0025 1,7
35% K2CO3-copper 0,0054 1,7
50% K2CO3-copper 0,0027 1,7
n-butyl alcohol-copper 0,0030 1,7
6.1.3 Korelasi data
Apabila suatu benda padat yang suhunya tinggi
tiba-tiba dimasukkan ke dalam suatu cairan, maka
perpindahan panas yang terjadi akan melalui ketiga
fenomena, yaitu dimulai dengan pendidihan film,
transisi, dan diakhiri dengan pendidihan inti. Keadaan
ini dijumpai pada proses quenching bahan cor logam,
pada pendinginan batang-batang fuel suatu reaktor
nuklir pada keadaan darurat, yang disebut LOCA (loss of
coolant accident). Untuk dapat memperhitungkan waktu
yang diperlukan untuk mendinginkan suatu benda dari
suhu awal sampai mencapai suhu tertentu yang
diinginkan, diperlukan adanya korelasi q dengan 
pada ketiga daerah pendidihan tersebut.
Beberapa korelasi pendidihan transisi antara lain
seperti berikut.
1. Korelasi Berenson (1961)
log(q) = alog( ) + b (6.5)

dengan q = qmaks pada  =  maks, maka:

128 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
a
 ΔΤ 
q = q maks   (6.6)
 ΔΤ maks 
log(q maks /q min )
dengan a = .
log(ΔΤ maks /ΔΔ min )
Koefisien perpindahan panas
a −1
 ΔΤ 
h b = h maks   (6.7)
 ΔΤ maks 
2. Korelasi Ramu dan Weisman
Berdasarkan data-data air yang mengalir pada
permukaan yang panas pada berbagai tekanan.
Korelasi dinyatakan dengan koefisien perpindahan
panas, yang terdiri atas komponen pendidihan hb dan
komponen konveksi hc.

h b = 0,5S.h maks e −0,0078(ΔΤ −ΔΤ maks ) + e −0,0698(ΔΤ −ΔΤ maks )  (6.8)

dengan
S = suppression factor yang nilainya mendekati 1
hmaks = koefisien perpindahan panas pada CHF

6.2 Pendidihan dengan Aliran Paksa

Pada beberapa alat industri, proses pendidihan


cairan yang mengalir pada permukaan yang dipanaskan
lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan pool boiling.
Fenomena yang terjadi berbeda dan dengan adanya
konveksi akan memperbesar panas yang dipindahkan. Di
dalam proses ini suhu permukaan (yang panas) tidak
uniform dan akan banyak dijjumpai suatu keadaan
terdapatnya keempat jenis proses pendidihan, yaitu
konveksi paksa, pendidihan inti, pendidihan transisi dan
pendidihan film, terjadi sepanjang permukaan yang
panas.
Pengaruh aliran pada proses pendidihan dapat
dibedakan atas aliran di luar pemanas (external flow,

Perpindahan Panas Konveksi 129


Perpindahan Panas Konveksi

pemanas ada di dalam cairan) dan aliran di dalam


pemanas (internal flow, cairan dikelilingi oleh permukaan
panas). Posisi pemanas (tegak atau horisontal) juga
mempengaruhi proses pendidihan yang terjadi.
Perpindahan panas dari permukaan ke dalam cairan
dinyatakan dalam bentuk berikut.
q  dT 
= h(Ts − Td ) = −k l   (6.9)
A  dy  y =0

 dT 
Pada suhu cairan tertentu, besar Ts dan   akan
 dy  y =0
semakin besar bila fluks panas dinaikkan. Fenomena ini
menggambarkan untuk daerah sekitar dinding pipa.
Mengingat interaksi antara beberapa proses
pendidihan pada satu permukaan yang sama, perkiraan
keadaan kritis pada pendidihan dengan aliran paksa
lebih sukar dibandingkan pool boiling. Karena adanya
aliran, kriteria Helmholtz instability tidak berlaku lagi
baik untuk external flow maupun internal flow. Pada
internal flow, kecepatan aliran cairan mempengaruhi
mekanisme pendidihan inti dan oleh karenanya, juga
keadaan kritis sebagai titik akhir proses pendidihan inti.
Sedemikian kompleks fenomena yang ada hingga
persamaa-persamaan yang ada adalah pendekatan yang
kasar, atau hanya dapat berlaku pada kondisi-kondisi
terbatas (umumnya diarahkan untuk keperluan tertentu,
hingga korelasi misalnya hanya berlaku untuk cairan
tertentu, bentuk permukaan panas yang spesifik, kondisi
operasi yang terbatas, dll.). Beberapa persamaan yang
digunakan antara lain sebagai berikut.
1. Cross flow pada permukaan silinder

q 'maks 1 41/3 
Aliran rendah→ = 1+  (6.10)
ρ v h fg u  π  We1/3
D 

130 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
'
Aliran tinggi → q maks (ρ l /ρ v )3/4 (ρ l /ρ v )1/2 (6.11)
= +
ρ v h fg u  169π 19,2π9, 1/3
D

dengan WeD = bilangan Weber = ρ v u 2 D/σ .

Kriteria aliran tinggi bila A<B dan rendah bila A>B


q maks 0,275 ρ l
A= , dan B= +1
ρ v h fg u  π ρv
2. Untuk air dalam pipa dan saluran persegi

dengan
3/4
 h sat − h i 
a = 0,532(ρ l /ρ v )  
1/3
 h 
 fg 
G = kecepatan massa (lbm) per satuan luas (ft 2) per
waktu (hr)
h = entalpi (Btu/lbm)
Dl= equivalent diameter
ΔΤ sub = Td − Tcairan

6.3 Perpindahan Panas Kondensasi (Pengembunan)

Jika uap jenuh bersentuhan dengan permukaan


yang dingin, akan terjadi pengembunan, berarti uap
jenuh itu akan melepaskan panas latennya, sehingga
terjadi perpindahan panas dari embunan ke permukaan
bidang. Pengembunan dari uap jenuh murni meliputi :
1. Pengembunan dalam bentuk lapisan (film wise
condensation), terjadi jika uap itu mengembun pada
permukaan yang berkarat atau kasar.

Perpindahan Panas Konveksi 131


Perpindahan Panas Konveksi

2. Pengembunan dalam bentuk titik-titik (drop wise


condensation), terjadi jika uap itu mengembun pada
permukaan tembaga yang disepuh dengan chrom dan
digosok hingga mengkilat atau pada permukaan yang
dilapisi dengan minyak petrol yang tipis sebagai
promotor.
Terbentuknya lapisan embunan pada permukaan
bidang, baik pengembunan bertitik-titik maupun bentuk
lapisan, merupakan tahanan perpindahan panas dari
fase uap ke permukaan bidang. Makin tebal lapisan
embunan, makin kecil tahanan perpindahan panas.
Sebab itu, untuk alat pengembun sebaiknya dipakai pipa
tegak atau pipa datar yang pendek. Dalam industri
banyak dijumpai alat pengembun yang berisi sejumlah
pipa datar, dan air pendingin mengalir di dalam pipa,
sedangkan uap jenuh mengembun pada permukaan
pipa.
Koefisien perpindahan panas pada pengembunan
bertitik lebih besar dari pada koefisien perpindahan
panas pengembunan bentuk lapisan. Untuk memperoleh
pengembunan bertitik-titik permukaan pipa diolesi
dengan lemak atau asam lemak, atau dapat juga dengan
menyelubungi pipa dengan silikon atau teflon. Selubung
asam lemak atau lemak makin lama makin tidak aktif
sebagai promotor, karena terjadinya oksidasi atau
tertutup oleh kotoran yang menempel pada permukaan
pipa, sehingga akhirnya terjadi pengembunan dalam
bentuk lapisan. Oleh karena itu, perancangan alat
pengembun umumnya didasarkan atas terjadinya
pengembunan bentuk lapisan.
6.3.1 Pengembunan untuk lapisan pada permukaan
tegak
Nusselt menjabarkan persamaan untuk
menghitung koefisien perpindahan panas antara
embunan uap jenuh murni dengan permukaan
pendingin, untuk menyederhanakan penjabaran
persamaan menghitung h embunan, diambil beberapa
anggapan:

132 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

1. Aliran embunan diseluruh permukaan pendingin


laminar
2. Aliran embunan itu hanya disebabkan gaya gravitsi,
pengaruh kecepatan uap pada tebalnya lapisan dapat
diabaikan
3. Kecepatan embunan di dinding = 0 dan interface
(batas antara uap dan embunan maksimum)
4. Tahanan untuk perpindahan panas terdiri dari
embunan saja
5. Beda antara embunan dan dinding konstan disemua
titik.
Gambar 6.1 menunjukkan keadaan lapisan batas
pada pengembunan bentuk lapisan pada permukaan
bidang tegak, dan Gambar 6.2. menunjukkan anggapan
yang dibuat oleh Nusselt untuk menyederhanakan
penjabaran koefisien embunan.

Gambar 6.1 Pengaruh lapisan batas berkaitan dengan


pengembunan pada bidang tegak

Perpindahan Panas Konveksi 133


Perpindahan Panas Konveksi

Gambar 6.2 Keadaan lapisan batas kecepatan dan panas


berkaitan dengan analisa Nusselt

g(ρ l − ρ v )δ 2  y 1  y 2 
u(y) =  −    (6.13)
μl  δ 2  δ  
Aliran massa kondensat melalui setiap posisi x
diberikan oleh persamaan berikut.
δ
 (x) =  ρ l u(y)dy
m
0

gρ l (ρ l − ρ v )δ 3
 (x) =
m (6.14)
3μ l
Bila kita mengandaikan satu-satuan kedalaman,
perpindahan panas pada dinding di daerah dx seperti
pada persamaan 6.15.
T Tsat − Ts
q x = −kdx y =0 = kdx (6.15)
y δ
Perpindahan panas total antara embunan dengan
permukaan dapat dihitung dengan persamaan 6.16.

q = h L A(Tsat − Ts ) (6.16)

134 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Kecepatan pengembunan total berdasarkan


persamaan 6.17.

q h L A(Tsat − Ts )
 =
m = (6.17)
h fg h fg
6.3.2 Aliran embunan turbulen
Aliran embunan pada permukaan vertikal dapat
mengalir secara turbulen jika bilangan Reynolds > 1800.
Bilangan Reynolds didefinisikan sebagai berikut.
ρlu mDh
Re = (6.18)
μl
dengan
um = kecepatan aliran embunan rata-rata
Dh = diameter hidraulik = 4Ac/P
sehingga
4A c ρ l u m
Re =
P.μ l
 = ρAu m
dengan m
maka
4m
Re = (6.19)
P.μ l
Angka Reynolds kadang-kadang dinyatakan dengan
aliran massa per satuan kedalaman plat  , sehingga
biangan Reynolds seperti pada persamaan 6.20.
4
Re = (6.20)
μl
Berdasarkan persamaan 6.17 dan 6.19, akan
diperoleh persamaan 6.21.

4h L A(Tsat − Ts )
Re = (6.21)
P.h fg .μ l

Perpindahan Panas Konveksi 135


Perpindahan Panas Konveksi

6.3.3 Pengembunan di dalam pipa-pipa horisontal


Di dalam alat pengembun yang biasa digunakan
pada sistem pendinginan (refrigeration) dan air
conditioning pada umumnya uap mengembun di dalam
pipa-pipa horisontal atau vertikal. Keadaan
pengembunan di dalam pipa sangat tergantung pada
kecepatan aliran uap yang mengalir dalam pipa. Jika
kecepatan uap kecil, pengembunan yang terjadi seperti
terlihat pada Gambar 6.3, yaitu embunan mengalir dari
bagian atas pipa kedasar pipa dan selanjutnya embunan
yang terjadi akan mengalir searah dengan aliran uap.
Jika kecepatan uap kecil, maka Re < 35000.

(a) (b)

Gambar 6.3 Pengembunan berlapis di dalam pipa datar


a. penampang lintang embunan yang mengalir pada kecepatan
aliran uap rendah
b. penampang memanjang aliran embunan dengan kecepatan
uap yang tinggi
Chato (1962) memberikan persamaan untuk
pengembunan refrigeran pada kecepatan uap rendah di
dalam tabung horisontal.

 ρ(ρ − ρ v )gk 3 h 'fg 


1/4

h = 0,555  (6.22)
 μD(Tsat − Ts ) 
Persamaan 6.22 terbatas penggunaannya pada
angka Reynolds uap rendah yaitu seperti berikut.
DG
Re = 35000 (6.23)
μ
dengan Re ditentukan pada kondisi masuk tabung.

136 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Untuk laju aliran yang lebih tinggi, persamaan


empiris kira-kira diberikan oleh Akers, Deans, dan
Crosser (1958) seperti pada persamaan 6.24.
hD
= 0,026Prf1/3 Re 0,8
m (6.24)
kf
dengan Rem adalah angka Reynolds campuran, yang
didefinisikan sebagai berikut.

D 
1/2
ρ 
Re m = G f + G v  f   (6.25)
μf   ρv  

Kecepatan massa zat cair Gf dan uap Gv dihitung seakan-
akan masing-masing menggunakan seluruh luas aliran.
6.3.4 Bilangan kondensasi (pengembunan)
Bilangan kondensasi merupakan kelompok
bilangan tidak berdimensi, dan didefinisikan
sebagai berikut.
1/3
 μ2 
Co = h 3  (6.26)
 k ρ(ρ − ρ v )g 
dapat juga dituliskan dalam bentuk berikut.
1/3
 4sinΦsin  −1/3
Co = C 4/3
 Re f (6.27)
 L 
Untuk plat vertikal A/PL = 1,0, maka
Co = 1,47 Ref-1/3 untuk Ref < 1800 (6.28)
Untuk silinder horisontal A/PL = π ,
Co = 1,514 Ref-1/3 untuk Ref < 1800 (6.29)
Jika aliran embunan turbulen, maka dapat digunakan
korelasi Kirkbride (1934) seperti persamaan 6.30.
Co = 0,0077 Ref0,4 untuk Ref > 1800 (6.30)

Perpindahan Panas Konveksi 137


Perpindahan Panas Konveksi

Rangkuman

Perpindahan panas dengan mendidihkan suatu


cairan dilakukan dengan maksud untuk pendinginan
maupun untuk pemisahan campuran dalam bentuk cair.
Proses pendidihan suatu cairan dapat dibedakan dua
bagian yang besar, yaitu untuk cairan yang mengalir
melalui suatu permukaan yang panas (forced convection
boiling/pendidihan dengan konveksi paksa) dan untuk
permukaan panas yang terletak di dalam atau pada
bidang batas cairan (pool boiling).

• Pembentukan gelembung, p v − p l = − pg
rc
• Korelasi data pendidihan inti,
0,33
 q/A goσ 
s
C l (Ts − Td )  Clμ l 
= C sf    
h fg  μ l h fg g(ρ l − ρ v )   kl 
C l ΔΤ
• = bilangan Nusselt
h fg

Clμ l
• = bilangan Prandtl
kl
goσ
• = diameter gelembung
g(ρ l − ρ v )
a −1
 ΔΤ 
• Korelasi Berenson (1961), h b = h maks  
 ΔΤ maks 
• Korelasi Ramu dan Weisman,
h b = 0,5S.h maks e  −0,0078(ΔΤ −ΔΤ maks )
+e −0,0698(ΔΤ −ΔΤ maks )

• Perpindahan panas dari permukaan ke dalam cairan,
q  dT 
= h(Ts − Td ) = −k l  
A  dy  y =0

138 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

• Perpindahan panas total antara embunan dengan


permukaan, q = h L A(Tsat − Ts )

• Kecepatan pengembunan total,


q h L A(Tsat − Ts )
 =
m =
h fg h fg

4h L A(Tsat − Ts )
• Angka Reynolds, Re =
P.h fg .μ l
• Pengembunan refrigeran pada kecepatan uap rendah
di dalam tabung horisontal (Chato, 1962),
 ρ(ρ − ρ v )gk 3 h 'fg 
1/4

h = 0,555 
 μD(Tsat − Ts ) 
1/3
 μ2 
• Bilangan kondensasi, Co = h 3  ;
 k ρ(ρ − ρ v )g 
1/3
 4sinΦsin  −1/3
Co = C  4/3
 Re f
 L 

Tugas dan Latihan

1. Jelaskan tentang perpindahan panas dengan


pendidihan.
2. Jelaskan tentang perpindahan panas dengan
kondensasi.
3. Jelaskan korelasi Berenson dan Ramu-Weisman.
4. Jelaskan perbedaan pengembunan di dalam pipa-
pipa horisontal dengan lapisan pada permukaan
tegak.

Perpindahan Panas Konveksi 139


Perpindahan Panas Konveksi

140 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

DAFTAR PUSTAKA

Çengel, Y.A., 2002, Heat Transfer, 2nd, McGraw-Hill.


Çengel, Y.A., Robert, H.T., 2004, Fundamental of
Thermal-Fluid Sciences, second edition, McGraw-
Hill.
Holman, J.P., Jasjfi, E., 1991, Perpindahan Kalor, edisi
keenam, penerbit Erlangga, Jakarta.
Incropera, F.P., DeWitt, D.P., Bergman, T., Lavine, A.,
2007, Fundamental of Heat and Mass Transfer,
sixth edition, John Wiley&Sons, New York.
Kays, W.M., 1979, Convective Heat Transfer, Tata
McGraw-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi.
Kreith, F., Prijono, A., 1994, Prinsip-prinsip Perpindahan
Panas, edisi ketiga, penerbit Erlangga, Jakarta.
Koestoer, R.A., Zulkifli, 1998, Perpindahan Kalor
Konveksi, Seri Perpindahan Kalor, Laboratorium
Perpindahan Kalor, Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.
Rhine, J.M., Tucker, R.J., 1991, Modelling of Gas-Fired
Furnaces and Boilers, British Gas, in association
with McGraw-Hill Book Company London and New
York.
Soehendro, B., 1998, Perpindahan Panas dengan
Perubahan Fasa, Pusat Antar Universitas, Ilmu-
ilmu Teknik, UGM.

Perpindahan Panas Konveksi 141


Perpindahan Panas Konveksi

142 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.


Ida Bagus Alit, S.T., M.T.

Anda mungkin juga menyukai