PERPINDAHAN
PANAS KONVEKSI
Buku Ajar
PERPINDAHAN
PANAS KONVEKSI
PRAKATA
Penulis
TUJUAN PEMBELAJARAN
Universitas Mataram TM 10
Fakultas Teknik
Perpindahan MB 2 6
Panas II 216 Januari
2020
Nama Dosen Dr. I Gede Bawa Susana, ST., MT dan Ida
Pengampu Bagus Alit, ST., MT.
OTORISASI Koordinator Koordinator Ketua
Pengembang Bidang Jurusan
RPS Keahlian
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................... ix
DESKRIPSI SINGKAT BUKU AJAR................................ xi
KEGUNAAN MATA KULIAH BAGI MAHASISWA ........... xiii
TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................... xiv
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU AJAR ..................... xvi
DAFTAR ISI ............................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ....................................................xxiii
DAFTAR TABEL ......................................................... xxv
BAB I DASAR-DASAR KONVEKSI ........................ 1
1.1 Proses Konveksi (= aliran) .......................... 2
1.2 Koefisien Perpindahan Panas
Konveksi .................................................... 6
1.3 Lapisan Batas Kecepatan .......................... 8
1.4 Lapisan Batas Termal ................................ 9
1.5 Bilangan Nusselt ..................................... 10
Rangkuman ................................................... 15
Tugas dan Latihan ......................................... 16
BAB II ALIRAN LUAR (KONVEKSI PAKSA
MELALUI PERMUKAAN LUAR) ................. 19
2.1 Sifat Hubungan Empirik ......................... 23
2.2 Aliran melalui Plat Rata/Datar ................ 24
2.2.1 Logam cair dalam aliran
laminar ......................................... 24
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
KA-1
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Konsep Dasar Perpindahan Panas Konveksi
Bilangan Nusselt
q = h A s (Ts − T ) (1.6)
1 L
h= 0 h.dx (1.8)
L
τs
Cf = (1.10)
ρu 2 /2
dengan μ = viskositas dinamik (kg/s.m)
du
= gradien kecepatan
dy
ρ = densitas /massa jenis (kg/m3)
− k( T/ y) y =0
h= (1.13)
Ts − T
dengan
q" = fluks panas (W/m2)
k = konduktivitas termal (W/m.oC)
T
= perubahan temperatur terhadap jarak
y
h = koefisien konveksi (W/m2.oC).
k
h= (1.21)
δt
x x
Nu = h = (1.22)
k δt
Gambaran ini menunjukkan bahwa semakin tipis
tebal lapisan batas δ t , maka akan semakin besar
konduktansi konveksinya. Untuk memindahkan
sejumlah besar panas secara cepat, kita mengusahakan
untuk memperkecil tebal lapisan batasnya sebanyak
mungkin. Berdasar persamaan (1.17) dapat kita ketahui
bahwa secara fisik bilangan Nusselt dapat diartikan
sebagai kebalikan (inverse) terhadap tebal lapisan batas
termal.
Angka Prandtl (Pr)
Angka Prandtl merupakan penghubung antara
medan kecepatan dan medan temperatur.
ν μ/ρ Cp.μ
Pr = = = (1.23)
α k/Cp.ρ k
dengan
Cp= kapasitas panas (kJ/kg.oC)
μ = viskositas dinamik (kg/m.s)
k = konduktivitas panas (kW/m.oC)
Contoh 1.1
Udara pada 27oC dan 1 atm mengalir di atas
sebuah plat rata dengan kecepatan 2 m/s, dan andaikan
bahwa plat dipanaskan keseluruhan panjangnya hingga
mencapai suhu 60oC. Hitunglah kalor yang dipindahkan,
a. pada bagian 20 cm pertama plat
b. pada 40 cm pertama plat.
Penyelesaian:
Diketahui :
T1 = 27oC
T2 = 60oC
u = 2 m/s
Ditanya :
a. kalor yang dipindahkan pada bagian 20 cm pertama
plat
b. pada 40 cm pertama plat
Jawab :
Sifat-sifat fisik, udara pada Tf = 43,5oC = 316,5 K
ν = 17,36x10-6 m2/s
k = 0,02749 W/m.oC
Pr= 0,7
Cp= 1,006 kJ/kg.oC
a. Pada x = 20 cm
ux
Re x =
ν
2m/s(0,2m)
Re x = = 23041
17,36x10-6 m 2 /s
hxx
Nu x = = 0,332Re1/2
x Pr
1/3
k
Nux = 0,332(23041)1/2(0,7)1/3 = 44,74
k 44,74(0,02749)
h x = Nu x =
x 0,2
hx = 6,15 W/m2.oC
Nilai rata-rata koefisien perpindahan kalor adalah dua
kali nilai ini,
h = 2h x = 2(6,15) = 12,3W/m2 .o C
Aliran kalor ialah
q = hA(Ts − T )
Jika diandaikan satu satuan kedalaman pada arah z,
q = 12,3 W/m2.oC x 0,2 m2 x (60-27)oC
q = 81,18 W
b. pada x = 40 cm
ux
Re x =
ν
2m/s(0,4m)
Re x = = 46082
17,36x10-6 m 2 /s
Nux = 0,332(46082)1/2(0,7)1/3 = 63,28
k 63,28(0,02749)
h x = Nu x = = 4,349W/m2 .o C
x 0,4
h = 2h x = 2(4,349) = 8,698W/m 2 .o C
q = 8,698 W/m2.oC x 0,4 m2 x (60-27)oC = 11,48 W
Rangkuman
q = h A s (Ts − T )
• Koefisien perpindahan panas rata-rata
1
h= A h.dA s
As s
• Tahanan friksi pada permukaan atau disebut juga
tegangan geser
du
τs = μ y=0
dy
• Koefisien gesekan
τs
Cf =
ρu 2 /2
• Bilangan Nusselt
x x
Nu = h =
k δt
• Angka Prandtl
ν μ/ρ Cp.μ
Pr = = =
α k/Cp.ρ k
BAB II
ALIRAN LUAR
(KONVEKSI PAKSA MELALUI PERMUKAAN
LUAR)
KA-2
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip dan Perhitungan Laju Perpindahan Panas Konveksi
Paksa melalui Permukaan Luar
u u 2u
u + = 2
x y y
Persamaan di atas harus diselesaikan dalam
hubungan dengan persamaan kontinuitas.
u ν
+ =0
x y
Dalam lapisan batas, kecepatan u dapat dianggap
sama orde besarannya dengan kecepatan arus bebas u ,
dan dimensi y juga dalam orde yang sama dengan tebal
lapisan batas δ .
u~ u
y~ δ
Persamaan kontinuitas dapat kita tuliskan dalam
bentuk kira-kira (aproksimasi) sebagai berikut.
u ν
+ =0
x y
u ν
+ 0
x δ
atau
u δ
ν~
x
Kemudian, dengan menggunakan orde besaran itu
untuk ν , analisa persamaan momentum akan
menghasilkan seperti berikut.
u u 2u
u +ν =ν 2
x y y
u u δ u u
u + ν 2
x x δ δ
atau
νx
δ2 ~
u
νx
δ~
u
Melalui pembagian dengan x untuk mendapatkan
bentuk tak berdimensi, maka diperoleh persamaan
berikut.
δ ν 1
~ =
x ux Re x
Walaupun analisa ini cukup sederhana dan
memberikan hasil yang benar, analisa orde besaran tidak
selalu akan berhasil bila diterapkan pada soal-soal yang
lebih kompleks, lebih-lebih soal yang melibatkan daerah
aliran turbulen atau aliran terpisah. Tetapi sering kita
bisa mendapatkan informasi yang berharga serta
pandangan tentang proses fisis yang berlangsung,
dengan memeriksa orde besaran dari berbagai suku
dalam persamaan diferensial yang mengatur soal yang
sedang dihadapi.
Suatu teknik konvensional untuk
mengkorelasikan data eksperimental ialah analisa
dimensi, dimana kelompok-kelompok tak berdimensi
seperti angka Reynolds dan angka Prandtl diturunkan
semata-mata dari pertimbangan-pertimbangan dimensi
dan fungsi. Tentu saja di sini ada pengandaian tentang
kesamaan antara medan aliran dan profil temperatur
untuk muka-muka pemanasan yang bentuk geometrinya
sama. Pada umumnya, penerapan analisa dimensi pada
soal yang baru sangat sulit apabila tidak ada sesuatu
penyelesaian analitis sebelumnya. Cara yang terbaik
biasanya ialah melakukan analisa orde besaran seperti
yang disebutkan di atas apabila persamaan
diferensialnya diketahui. Dengan cara ini akan dapatlah
ditentukan variabel tak berdimensi yang penting yang
diperlukan untuk mengkorelasikan data eksperimental.
Nu L = CRe mL Pr n (2.1)
dengan C, m, n adalah tidak tergantung dari sifat fluida,
maka famili garis lurus yang berhubungan dengan
perbedaan bilangan Prandtl dapat digabungkan menjadi
satu garis lurus dengan menggambarkan hasil-hasil
dalam bentuk perbandingan Nu L /Pr n . Bilangan spesifik
C dan eksponen m dan n berubah dengan sifat geometri
permukaan dan tipe aliran (laminar atau turbulen).
Persamaan 2.1 didapatkan dari pengukuran eksperimen,
maka hal itu diistilahkan sebagai hubungan empirik.
Persamaan 2.1 digunakan dengan semua properties
(sifat-sifat fluida) dihitung pada temperatur lapisan batas
rata-rata (mean boundary layer temperature), Tf, yang
diistilahkan sebagai temperatur film.
Ts + T
Tf = (2.2)
2
Eksperimen juga dilakukan untuk mendapatkan
hubungan perpindahan massa konveksi. Tetapi pada
kondisi untuk mana analogi perpindahan panas dan
massa boleh dipakai, maka korelasi perpindahan massa
Sh L = CRe mL Sc n (2.3)
Persamaan 2.3 untuk kondisi aliran dan geometri
tertentu, nilai C, m, dan n adalah sama seperti yang
muncul pada persamaan 2.1.
8αα
δt = (2.4)
u
Koefisien perpindahan panas dapat dinyatakan dengan
− k( T/ y) s 3 k 3 2 u
hx = = = (2.5)
Ts − T 2 t 8 αx
Hubungan ini dapat dibuat dalam bentuk tak berdimensi
h x .x
Nu x = = 0,530(Rex .Pr)1/2 = 0,530Pe1/2 (2.6)
k
dimana Pe disebut bilangan Peclet, Pe=Re.Pr.
2.2.2 Fluida umum dalam aliran laminar
Fluida umum yang dimaksud adalah udara (Pr=0,7)
atau air (Pr>1). Lapisan batas kecepatannya lebih tebal
dari pada lapisan batas termal.
h x .x
Nu x =
k
h m, x x
Sh x = = 0,664Re1/2
x Sc
1/3
(2.10)
D AB
dan berlaku untuk Sc 0,6 .
Sebagai catatan, jika aliran laminar terjadi di atas
seluruh permukaan, maka indek x dapat diganti dengan
L. Sedangkan koefisien rata-rata gesekan dan konveksi
dari ujung plat sampai titik x pada permukaan sama
Penyelesaian:
Suhu film, Tf=(80+120)/2=100oC
Sifat-sifat fisik fluida pada suhu film adalah:
Fluida
ρ kg/m 3
ν m2 /s
k W/moC Pr
mesin
a. Air raksa
Bilangan Reynolds:
u .L (0,1)(0,2)
Re x = = −6
= 2,2x105
ν 0,0928x10
Bilangan Peclet:
Pex=Rex.Pr=(2,2x105)(0,0162)=3564
Bilangan Nusselt :
Nux=0,530Pex1/2=0,530(3564)1/2=31,64
Nu x .k 31,64x10,51
hx = = = 1663
L 0,2
Nilai rata-rata koefisien perpindahan panasnya :
h = 2h x = 2(1663)=3326
Jadi perpindahan panas total :
q = h.A(Ts − T )
=(3326)(0,2)2(120-80)
=5322W
b. Udara
Bilangan Reynolds:
u .L (0,1)(0,2)
Re x = = = 865
ν 23,12x10− 6
Bilangan Nusselt:
Nu.k (17,28)(0,0317)
h= = =3
L 0,2
q = h.A(Ts − T )
q =3(0,2)2(120-80)=5W
c. Minyak Mesin
Bilangan Reynolds:
u .L (0,1)(0,2)
Re x = = = 985
ν 0,203
Bilangan Nusselt:
0,3387Re1/2Pr1/3
Nu x = 1/4
0,0468 2/3
1 +
Pr
0,3387(985)1/2 (276)1/3
Nu x = 1/4
= 69,16
0,0468 2/3
1 +
276
Nu x .k (69,16)(0,137)
hx = = = 47
L 0,2
Nilai rata-rata koefisien perpindahan panas:
h = 2h x = 2(47) = 94
Perpindahan panas total :
q = h.A(Ts − T )
q =94(0,2)2(120-80)
q =150W
Dari hasil hitungan tampak bahwa perpindahan panas
terbesar terjadi pada fluida air raksa, hal ini disebabkan
oleh besarnya konduktivitas panas air raksa. Hasil
perhitungan dibuat dalam bentuk tabel berikut.
N.s
dengan μ = viskositas dinamik 2
m
ν = viskositas kinematik (m2/s)
Berlaku untuk lapisan batas laminar Re D 2x105 , dan
untuk lapisan batas transisi Re D 2x105 .
Nu = 0,3 + 1/4
1+ (2.24)
1 + (0,4/Pr)2/3 28200
untuk 102 < Re < 107 dan Pe > 0,2.
6) Untuk bilangan Reynolds antara 20000 dan
400000
0,62Re1/2 Pr1/9 Re
1/2
Nu = 0,3 + 1/4
1+ (2.25)
1 + (0,4/Pr)2/3 28200
Khusus persamaan 2.24 dan 2.25 berlaku untuk fluida
udara, air, natrium cair, baik temperatur dinding
konstan maupun fluks kalor konstan.
1/4
Pr
Nu D = CRe Pr
m
D
n
(2.27)
Prs
untuk 0,7 < Pr < 500
1 < ReD < 106
dan semua properties dievaluasi pada T , kecuali Prs
dievaluasi pada Ts.
Jika: Pr 10, n = 0,37
Pr > 10, n = 0,36
Contoh 2.2
Sebuah kawat halus yang diameternya 0,001 in
(2,54x10-5m) ditempatkan di dalam aliran udara 1 atm
pada 25oC yang mempunyai kecepatan 50 m/s tegak
lurus pada kawat. Arus listrik dialirkan melalui kawat
itu, yang menyebabkan suhu naik menjadi 50oC.
Hitunglah rugi panas per satuan panjang.
Penyelesaian:
Sifat-sifat pada suhu film, Tf=(25+50)/2=37,5oC=310 K
(J.P. Holman)
ν f =16,7x10-6 m2/s, k=0,02704 W/m.oC, Prf=0,706
Angka Reynolds:
u d (50)(2,54x10−5 )
Re d = = = 118
νf 16,7x10− 6
Angka Peclet:
Pe=Re.Pr=83,3
Berdasar daftar 2.1, C=0,683, m=0,466 dan persamaan
(2.26), maka :
Nud = (0,683)(118)0,466(0,705)1/3= 5,615
Koefisien perpindahan panas :
k 0,02704
h = Nu d = 5,615 = 3854W/m2 .o C
d 2,54x10−5
Perpindahan panas per satuan panjang :
q/L = πdh(Tw − T ) = π(2,54x10−5 )(3854)(50− 25)
= 11,31 W/m
Angka Nusselt berdasar persamaan (2.24):
4/5
0,62Re1/2 Pr1/3 Re
5/8
Nu = 0,3 + 1/4
1+
1 + (0,4/Pr)2/3 28200
4/5
0,62(118)1/2 (0,706)1/3 118 5/8
Nu = 0,3 + 1 + = 4,377
[1 + (0,4/0,705) 2/3 ]3/4 28200
dan
(4,377)(0,02704)
h= −5
= 3004W/m2 .o C
2,54x10
q/L = (3004) π (2,54x10-5)(50-25) = 9,3 W/m
untuk 3,5 < Red < 8.104, 0,7 < Pr < 380, dan
μ
1 3,2 , serta sifat-sifat dievaluasi pada suhu
μw
aliran bebas. Persamaan (2.33) merupakan
rangkuman data tersebut di atas untuk gas dan zat
cair yang mengalir melintasi bola.
6) Drake-Backer (1952)
Nu=2+0,459Re0,55Pr0,333 (2.34)
untuk udara dengan Pr = 0,71 dan bilangan
Reynolds 0,1 - 200000.
T = 23o C
Asumsi:
1. Abaikan tahanan dan kapasitas termal untuk film
plastik
2. Bola adalah isotermal
3. Abaikan efek radiasi.
Sifat:
Tabel A.1 (Incropera), Tembaga pada T = 328K:
ρ = 8933kg/m3, k = 399W/m.K, Cp = 387J/kg.K
Tabel A.4, Udara pada T =296K:
181,6x10-7N.s/m2, ν =
μ= 15,36x10-6m2/s, k =
0,0258W/m.K, Pr = 0,709
Tabel A.4, Udara pada Ts = 328K :
μ = 197,8x10-7N.s/m2
Analisa:
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses
pendinginan,
ρvCp Ti − T
t= ln
hA s T − T
dimana: v= π D3/6 dan As= π D2
ρCpD Ti − T
t= ln
h.6 T − T
Koefisien pepindahan panas konveksi berdasarkan
persamaan (2.33)
Nu = 2 + (0,4Re1/2
d + 0,06Re d )Pr
2/3 0,4
(μ /μ w )1/4
v.D 10m/sx0,01m
dimana : Re D = =
ν 15,36x10−6 m 2 /s
=6510
maka :
pada T (aliran bebas)
1/4
181,6x10−7 N.s/m 2
Nu = 2 + [0,4(6510) + 0,06(6510) ](0,709)
1/2 2/3 0,4
−7 2
197,8x10 N.s/m
pada Ts (dinding)
Nu = 47,4
dan :
k 0,0258W/m.K
h = Nu = 47,4
D 0,01m
= 122W/m2.K
Jadi waktu yang diperlukan untuk pendinginan adalah :
8933kg/m3 x387J/kg.Kx0,01m (75 − 23)
t= ln
6x122W/m2 .K (35 − 23)
= 69,2 detik.
Nu D = C 2 Nu D (2.43)
( N L 20 ) ( N L 20 )
ρv 2mak
ΔP = Nχ f
(2.44)
2
dengan f = faktor gesekan
χ = faktor koreksi
Contoh 2.4
Air bertekanan sering tersedia pada temperatur tinggi
dan dapat digunakan untuk memanaskan udara pada
pemanasan ruangan atau pemakaian proses pada
industri. Pada kasus ini adalah biasa untuk
menggunakan susunan tabung dimana air dilewatkan
melalui tabung-tabung tersebut, sedangkan udara
dilewatkan dalam arah aliran melintang di atas tabung-
tabung tersebut. Pertimbangkan untuk susunan tabung
staggered untuk mana diameter luar tabung adalah 16,4
mm dan pitch longitudinal dan transversal masing-
masing adalah SL=34,3 mm dan ST=31,3 mm. Ada tujuh
tabung pada arah aliran udara dibawah kondisi operasi,
temperatur permukaan silinder adalah 70oC, sedangkan
temperatur aliran atas dan kecepatan udara masing-
masing adalah 15oC dan 6 m/s.
1. Berapa koefisien konveksi pada sisi udara.
2. Berapa kehilangan tekanan melintasi susunan
tabung tersebut.
Penyelesaian:
Diketahui: Susunan tabung staggered
D = 16,4 mm
SL = 34,3 mm, ST = 31,3 mm
N = 7 (baris tabung)
Ts = 70oC, T = 15oC
v = 6 m/s
Ditanya: 1. Koefisien konveksi pada sisi udara
2. Rugi-rugi tekanan
Jawab :
Skematik :
Asumsi :
1. Kondisi steady state
2. Abaikan efek radiasi
Sifat-sifat fisik (Incropera)
Tabel A.4, udara pada T =15oC = 288K
ρ =1,217 kg/m3, ν =14,82x10-6 m2/s, k = 0,0253
W/m.K, Pr = 0,710
Tabel A.4, udara pada Ts= 70oC
Pr = 0,701
Analisa :
1. Koefisien konveksi sisi udara, angka Nusselt berdasar
persamaan 2.41 dan 2.42
1/4
Pr
Nu D = C 2 CRe m
D, mak Pr 0,36
Prs
dimana :
1/2
S T + D 31,3 + 16,4
S dan = 23,85 mm ,
2
SD = S2L + T = 37,7mm =
2 2 2
ini berarti SD lebih besar dari pada (ST + D)/2,
sehingga kecepatan maksimum terjadi pada bidang
transversal (A1).
dan
ST 31,3mm
v mak = v= 6m/s = 12,6m/s
ST − D (31,3 − 16,4)mm
v mak D
Re D, mak =
ν
12,6m/sx0,0164m
Re D, mak = = 13943
14,82x10−6 m 2 /s
ST 31,3mm
= = 0,91 2
SL 34,3mm
dengan hasil ini dan berdasar tabel 2.6 diperoleh nilai
C dan m sebagai berikut:
1/5
S
C = 0,35 T = 0,34 ; C2 = 0,95 (untuk 7
SL
baris tabung)
m = 0,60
maka
0,25
0,710
Nu D = 0,95x0,34(13943) 0,60 (0,71)0,36 = 87,9
0,701
dan
k 0,0253W/m.K
h = Nu D = 87,9 = 135,6W / m 2 .K
D 0,0164m
2. Rugi-rugi tekanan dihitung dari persamaan 2.44
ρv 2
ΔP = Nχ mak f
2
dengan ReD,mak= 13943, PT = ST/D = 1,91, dan PL =
SL/D = 0,91, maka dari gambar 2.7 diperoleh:
χ 1,04
f 0,35
dan dengan N = 7, maka penurunan tekanannya
adalah:
1,217kg/m3 (12,6m/s)2
ΔP = 7x1,04 0,35
2
ΔP = 246 N/m2 = 2,46x10-3 bar
Rangkuman
Nu L = CRe mL Pr n
• Perpindahan massa konveksi rata-rata
Sh L = CRe mL Sc n
• Logam cair dalam aliran laminar
h x .x
Nu x = = 0,530(Rex .Pr)1/2 = 0,530Pe1/2
k
• Fluida umum dalam aliran laminar yaitu udara
(Pr=0,7) atau air (Pr>1)
h x .x
Nu x = = 0,332Pr1/3Re1/2
x ; Re<5.10
5
k
• Angka Nusselt dan Sherwood rata-rata untuk aliran
laminar sepanjang plat rata
hxx
Nu = = 0,664Pr1/3Re1/2
x ; 0,6 Pr 50
k
h m, x x
Sh x = = 0,664Re1/2
x Sc
1/3
; Sc 0,6
D AB
• Aliran laminar di atas plat rata isotermal
0,3387Re1/2Pr1/3
Nu x = 1/4
; Rex.Pr > 100
0,0468 2/3
1 +
Pr
• Lapisan batas kecepatan
δ = 0,37Re−x1/5 ; untuk aliran turbulen berlaku
δ = δ t δc
• Aliran turbulen sepanjang plat rata (Whitaker, 1972)
Nu x = 0,029 Re 0,8
x Pr
0,43
m
hd u d
= C Pr1/3
kf νf
Fand (1965) untuk zat cair ke silinder dalam aliran
silang, 10-1<Ref<105 sejauh tidak terdapat
keturbulenan yang berlebihan pada aliran bebas:
Nuf = (0,35+0,56Ref0,52)Prf0,3
Eckert dan Drake (1972) :
0,25
Prf
Nu = (0,43 + 0,50Re )Pr 0,5 0,38
; 1<Re<103
Prw
0,25
Prf
Nu = 0,25Re Pr
0,6 0,38
; 103<Re<2x105
Prw
Churchill&Bernstein (1977) untuk fluida udara, air,
natrium cair untuk 102<Re<107 dan Pe>0,2 :
4/5
0,62Re1/2 Pr1/3 Re
5/8
Nu = 0,3 + 1/4
1+
1 + (0,4/Pr)2/3 28200
• Korelasi umum untuk kondisi rata-rata keseluruhan :
h.D
Nu D = = CRe mD Pr1/3
k
BAB III
ALIRAN DALAM
(KONVEKSI PAKSA DALAM TABUNG
DAN SALURAN)
KA-3
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip dan Perhitungan Laju Perpindahan Panas Konveksi
Paksa dalam Tabung dan Saluran
L t /Dh
Geometri L h /Dh Pe
Re Temperatur Fluks kalor
dinding dinding
konstan konstan
2b
2a
4A
dengan Dh = diameter hidraulik =
P
A = luas penampang melintang aliran
P = perimeter basah (keliling yang dibasahi)
Untuk tabung silinder A = ( π /4)D2 dan P = π D.
Fluida dengan angka Prandtl yang tidak jauh berbeda, L h
dan Lt sama, dan fluida dengan angka Prandtl sangat
berubah karena temperatur (misalnya minyak mesin),
maka Lt >> Lh. Sedangkan untuk logam cair yang
memiliki angka Prandtl sangat rendah, maka Lt << Lh.
3.1.1 Kondisi aliran
Perhatikan aliran dalam tabung dengan jari-jari ro
seperti ditunjukkan pada gambar 3.1, fluida memasuki
ρu(r, x)dA c
um =
Ac
ρA c
r
2ππ o
ρπro2 0
um = u(r, x)rdr
r
2 0
u m = 2 u(r, x)rdr (3.8)
ro 0
0,14
μ
1/3
Re.Pr
Nu = 1,86 (3.11)
L/d μw
Berlaku untuk Re.Pr(d/L) >10, dan diukur pada
temperatur borongan rata-rata, kecuali μ w pada
temperatur dinding.
3. Colburn (1933)
Angka Nusselt untuk aliran turbulen dalam tabung
licin.
Nu = 0,023Re0,8Pr1/3 (3.12)
berlaku untuk jangkauan 0,7 Pr 160
Re 10000
(L/d) 60 (tabung licin)
Sifat-sifat fluida dievaluasi pada temperatur rata-rata.
4. Dittus-Boelter (1930)
Nu = 0,023Re0,8Prn (3.13)
n = 0,4; untuk pemanasan (Ts > Tm)
n = 0,3; untuk pendinginan (Ts < Tm)
Berlaku untuk kondisi:
0,7 Pr 160
Re 10000, (L/d) 60
Persamaan 3.12 dan 3.13 hanya digunakan untuk
beda temperatur kecil sampai sedang (Ts - Tm), dengan
semua sifat-sifat (properties) dihitung pada Tm.
5. Sieder & Tate (1936)
Untuk aliran yang dikarakteristikkan oleh variasi sifat
yang besar (untuk situasi dimana pengaruh variasi
sifat-sifat fluida cukup berperan).
0,14
μ
Nu = 0,027Re Pr
0,8 1/3
(3.14)
μs
d(C v Tm + pv)dx
dq konv + m
(Cv Tm + pv) − m (Cv Tm + pv) + m
=0
dx
atau
dq konv = m
d(CvTm + pv) (3.18)
q s'' Pdx
dTm =
Cp
m
dTm q s'' P P
= = h(Ts − Tm ) (3.23)
dx Cp m
m Cp
Untuk Ts > Tm, panas dipindahkan ke fluida dan Tm
bertambah dengan x, jika Ts < Tm, berlaku sebaliknya.
Persamaan 3.23 integrasikan dari x = 0, sehingga
diperoleh:
q s'' P
Tm (x) = Tm,i + x (3.24)
Cp
m
ΔTo PL 1 L
ln =− hdx
ΔTi Cp
m L 0
ΔTo PL
ln =− h (3.26)
ΔTi Cp L
m
dengan
Ts = konstan
q konv = m
C p (Ti − ΔTo ) (3.27)
Ah L
Dari persamaan 3.26, dengan Cp = −
m , dan
ΔTo
ln
ΔTi
persamaan ini disubstitusikan ke persamaan 3.27,
sehingga diperoleh persamaan berikut.
dengan
As = luas permukaan tabung (As = PL)
ΔTlm = perbedaan temperatur rata-rata log (log mean
temperature difference)
ΔTlm = pendekatan perbedaan temperatur rata-rata pada
ΔTo − ΔTi
seluruh panjang tabung, ΔTlm = .
ln( o / i )
Contoh 3.1
Etilene glikol pada 60oC dengan kecepatan 4 cm/s
memasuki silinder yang diameter dalamnya 2,5 cm.
Temperatur dinding dijaga pada suhu 100oC dengan
mengkondensasikan uap pada permukaan luar tabung.
Jika panjang tabung 6 m, tentukan harga koefisien
perpindahan kalor rata-ratanya.
Penyelesaian:
Diketahui: Etilene glikol
T = 60oC = 60 + 273 = 333 K
U = 4 cm/s = 0,04 m/s
D = 2,5 cm = 0,025 m
Ts= 100oC
x=6m
Ditanya: h = ?
Jawab:
Sifat-sifat fluida berdasarkan T = 60oC adalah:
Cp = 2562 J/kgoC
ν = 4,75.10-6 m2/s
ρ = 1087,66 = 1088 kg/m3
k = 0,26 W/moC
Pr = 51
Bilangan Reynolds
ρuD uD 0,04x0,025
Re D = = = = 210,5 (aliran laminar)
μ ν 4,75.10−6
Angka Nusselt rata-rata berdasar gambar 3.2, dengan
menggunakan parameter
x/D 6/0,025
= = 0,0224
Re.Pr 210,5x51
Nu = 5,5
sehingga
Nuk 5,5x0,26
h= = = 57,2W/m2 o C
D 0,025
Contoh 3.2
Sebuah sistem untuk memanaskan air dari temperatur
masuk, Tm,I = 20oC ke temperatur luaran Tm,o = 60oC
dengan cara melalukan air kedalam tabung dinding tebal
dengan masing-masing diameter dalam dan luar adalah
20 mm dan 40 mm. Permukaan luar tabung diisolasi
secara sempurna dan pemanas listrik berada di dalam
dinding memberikan laju pembangkit panas seragam, q =
106 W/m3.
1. Untuk laju aliran massa, m = 0,1 kg/s, berapa
panjang tabung untuk mendapatkan temperatur
luaran seperti yang diinginkan.
2. Jika temperatur permukaan dalam tabung pada
ujung keluaran diasumsikan Ts = 70oC, berapa
koefisien perpindahan panas konveksi local pada
outlet tersebut.
Penyelesaian:
Diketahui: sistem memanaskan air (water)
Tm,I = 20oC
Tm,o = 60oC
Di = 20 mm = 0,02 m (diameter dalam)
Do = 40 mm = 0,04 m (diameter luar)
q = 106 W/m3
Ditanya:
1. 1. m
= 0,1 kg/s, L = ?
2. Ts = 70oC, ho = ?
Jawab:
1. Sifat fluida yaitu air dari tabel A.6 (Incropera), pada
Tm,i + Tm,o 20 + 60
T= = = 40o C = 313K ,
2 2
Cp = 4,179 kJ/kg.K
Karena permukaan luar tabung adalah adiabatic,
maka laju energi yang dibangkitkan oleh dinding
harus sama dengan laju energi yang dikonveksikan
q = q ,
ke air, E konv
π
E q = q (D o2 − D i2 )L
4
q konv = m
Cp(Tm,o − Tm,i )
maka:
π
q (D o2 − D i2 )L = m
Cp(Tm,o − Tm,i )
4
Cp(Tm,o − Tm,i )
4m
L=
q π(Do2 − D i2 )
4(0,1kg/s)(4,179kJ/kg.K)(60 − 20)o C = 17,7 m.
L=
(106 W/m 3 )ππ(0,02 − 0,02 2 )m 2
E q
q s'' =
πD i L
q (D o2 − D i2 ) 106 W/m 3 (0,042 − 0,02 2 )m 2
q s'' = = = 15000W/m2
4D i 4x0,02m
maka
15000W/m2
ho = = 1500W/m2 .o C
(70 − 60) C
o
Contoh 3.3
Uap terkondensasi pada permukaan luar pada tabung
berdinding tipis dengan diameter 50 mm dan panjang 6
m, mempertahankan temperatur permukaan secara
seragam pada 100oC. Air mengalir melalui dalam tabung
dengan laju 0,25 kg/s, dan temperatur masuk dan
keluar masing-masing adalah 15oC dan 45oC. Berapa
koefisien perpindahan panas rata-rata yang
berhubungan dengan aliran air tersebut.
Penyelesaian:
Diketahui: Uap pada permukaan luar tabung dan air
(water) dalam tabung
D = 50 mm = 0,05 m
L=6m
Ts= 100oC
= 0,25 kg/s
m
Tm,i= 15oC
Tm,o= 45oC
Ditanya: h = ?
Jawab:
Asumsi:
1. Temperatur permukaan (Ts) konstan
2. Abaikan perubahan energi kinetik dan energi
potensial serta kerja aliran
3. Sifat konstan.
Sifat-sifat fisik:
Tabel A.6 (Incropera), air (water) pada temperatur rata-
rata 30oC,
Cp = 4178 J/kg.K
Analisa:
Berdasarkan persamaan (3.20) dan (3.28), koefisien
konveksi rata-rata adalah:
Cp(Tm,o − Tm,i )
m
h=
πDLΔTlm
dimana :
ΔTo − ΔTi (Ts − Tm,o ) − (Ts − Tm,i )
ΔTlm = =
ΔΤ o (Ts − Tm,o )
ln ln
ΔΤ i (Ts − Tm,i )
(100 − 45) − (100 − 15)
ΔΤ lm = = ΔΤ lm = 68,9o C
(100 − 45)
ln
(100 − 15)
maka:
0,25kg/sx4179J/kg.K(45 − 15)o C
h= = 483W/m2 .K
πx0,05mx6mx68,9 o C
hD h
Nu D =
k
Cross Section b/a constant qs’’
constant Ts
- 4,36 3,66
- 3,00 2,35
4A c
Dh = (3.29)
P
Koefisien konveksi pada saluran bukan lingkaran,
bervariasi pada keliling penampang tersebut dan
mendekati nol pada sudut pojok. Oleh karena itu pada
waktu menggunakan persamaan-persamaan untuk
tabung berpenampang lingkaran koefisien diasumsikan
rata pada seluruh keliling.
Dh =
4π( 4 )(D 2
o − Di2 )
πDo + πDi
Dh = Do – Di (3.34)
Dalam kasus aliran laminar pengembangan penuh
dengan salah satu permukaannya diisolasi dan
permukaan lainnya pada temperatur konstan, bilangan
Nusseltnya seperti pada tabel 3.3.
Nu
Nu o = (3.36)
1 − (q i'' /q 'o' )θ *o
Rangkuman
0,068Re.Pr(d/L)
• Hausen (1943), Nu = 3,66 + ,
1 + 0,04Re.Pr(d/L)
2/3
Gz<100
0,14
μ
1/3
Re.Pr
• Seider dan Tate (1936), Nu = 1,86 ,
L/d μw
Re.Pr(d/L)>10
• Dittus-Boelter (1930), Nu = 0,023Re0,8Prn,
0,7 Pr 160; Re 10000, (L/d) 60
0,14
μ
• Sieder & Tate (1936), Nu = 0,027Re Pr 0,8 1/3
μs
• Hukum Newton pendinginan, q 'm' = h(Ts − Tm ) ;
q konv = m
Cp (Tm,o − Tm,i )
Cp(Tm,o − Tm,i )
m
• Koefisien konveksi rata-rata, h =
πDLΔTlm
8.
BAB IV
KONVEKSI BEBAS
KA-4
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip dan Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas
Konveksi Bebas
Logam Cair
T - T
T*
Ts − T
dengan L = panjang karakteristik
uo= kecepatan referensi sembarang
Dari persamaan:
u u 2u
u +v = βg(Τ - T ) + ν 2
x y y
dan
Τ Τ 2Τ
u +v =α 2
x y y
kemudian berubah menjadi
u * * u
*
βg(Τ s - Τ )L * 1 2u*
u* + v = T + (4.1)
x * y * u o2 Re L y *2
Τ * * Τ
*
1 2Τ*
u* + v = (4.2)
x * y * Re L Pr y *2
βg(Τ s − T )L u o L
2
GrL = x
u o2 ν
βg(Τ s − T )L3
GrL = (4.3)
ν2
dengan g = percepatan gravitasi (m2/s)
L = dimensi karakteristik (m)
ν = viskositas kinematik (m2/s)
β = koefisien ekspansi volume (K-1)
1
= (v/ T) p
v
= 1/T (khusus gas ideal), T adalah suhu mutlak
Bilangan Grashof berperanan penting pada konveksi
bebas seperti halnya bilangan Reynolds berperanan
penting pada konveksi paksa. Bilangan Grashof
menunjukkan perbandingan antara gaya buoyancy relatif
terhadap gaya viskositas yang bekerja pada fluida.
4.1.1 Temperatur dinding seragam
Penyelesaian secara analisis konveksi bebas sangat
rumit, oleh karenanya korelasi data eksperimental lebih
berguna dalam menentukan harga koefisien perpindahan
panas. Mc Adams (1954) mengkorelasikan nilai Nusselt
rata-rata untuk kondisi temperatur dinding seragam.
h.L
Nu = = C(GrL Pr)n (4.4)
k
Sifat-sifat fisik dievaluasi pada temperatur film, dan
konstanta C dan n seperti pada tabel 4.1.
D 35
1/4 (4.8)
L GrL
Contoh 4.1.
Sebuah plat bujur sangkar vertikal berukuran 0,4x0,4
m2 dijaga pada temperatur seragam Ts = 400K pada
udara atmosfir yang tidak bergerak dengan T = 300K.
Berapa koefisien perpindahan panas rata-rata sepanjang
keseluruhan plat.
Penyelesaian:
Diketahui: plat bujur sangkar vertikal, dengan
0,4x0,4 m2, berarti L = 0,4 m
Ts = 400K
T = 300K
Ditanya: h =…..?
Jawab:
Sifat-sifat fisik udara pada temperatur film 350 K
ν = 20,75x10-6 m2/s
k = 0,03 W/m.oC
Pr= 0,697
β = 1/Tf = 2,86x10-3 K-1
Bilangan Grashof (persamaan 4.3)
βg(Ts − T )L3
GrL =
ν2
(2,86x10−3 /K)(9,8m/s2 )(400 − 300)K(0,4)3 m 3
GrL =
20,75x10−6 m 2 /s
GrL = 4,16x108
Bilangan Nusselt (persamaan 4.4) dan tabel 4.1
h.L
Nu = = C(GrL Pr)n = 0,59(GrLPr)1/4
k
0,03(4,16x108 x0,697)1/4
h = 0,59 = 5,77W/m2 .o C
0,4
4.1.2 Fluks kalor seragam
Untuk menentukan bilangan Nusselt lokal bagi
plat vertikal pada kondisi fluks kalor seragam, dengan
jangkauan 105<Grx*Pr<1011 untuk daerah laminar,
bentuk korelasinya sebagai berikut.
Nu x = 0,6(Grx* Pr)1/5 (4.9)
Untuk daerah turbulen dengan jangkauan
2.10 <Grx Pr<10 , mempunyai bentuk korelasi seperti
13 * 16
persamaan 4.10.
Nu x = 0,568(Grx* Pr)0,22 (4.10)
Nu = 1,25Nu x (4.12)
Nu = 1,136Nu x (4.13)
Sifat-sifat fisik fluida dievaluasi pada temperatur film.
Nu L = 0,54Ra1/4
L ; (10 RaL 10 )
4 7 (4.15)
Nu L = 0,15Ra1/3
L ; (10 <RaL 10 )
7 11 (4.16)
Permukaan dingin menghadap ke atas atau
permukaan panas menghadap ke bawah mempunyai
bentuk korelasi sebagai berikut.
Nu L = 0,27Ra1/4
L ; (10 RaL 10 )
5 10 (4.17)
Jadi persamaan 4.15 sampai 4.17 dapat ditulis
dalam bentuk korelasi umum yang ditunjukkan pada
persamaan 4.18.
Permukaan plat
bawah panas, atas 105-1010 0,27 1/4 Laminar
dingin
Persamaan di atas berlaku untuk bilangan Nusselt rata-
rata konveksi bebas pada plat horizontal pada kondisi
temperatur dinding konstan. Panjang karakteristik L plat
dapat diambil sebagai panjang sisi untuk plat bujur
sangkar, rata-rata kedua sisi untuk plat persegi panjang,
dan 0,9D untuk cakram lingkaran dengan diameter D.
Contoh 4.2.
Plat bujur sangkar berukuran 0,5 m x 0,5 m dengan
salah satu permukaannya diisolasi dan permukaan
lainnya dijaga pada temperatur seragam Ts = 385K yang
ditempatkan pada udara diam pada tekanan atmosfir
dan T = 315K. Hitunglah koefisien perpindahan panas
rata-rata untuk orientasi:
a. Plat horisontal, permukaan panas menghadap ke atas
b. Plat vertikal
c. Plat horisontal, permukaan panas menghadap ke
bawah.
Penyelesaian:
Diketahui:
Plat bujur sangkar (0,5x0,5)m2 pada udara diam
Ts = 385K
T = 315K
Ditanya : h
Jawab :
Sifat-sifat fisik udara pada temperatur rata-rata 350K
ν = 2,076x10-5 m2/s
k = 0,03 W/m.oC
Pr= 0,697
β = 1/Tf = 2,86x10-3 K-1
96 Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
Dr. I Gede Bawa Susana, S.T., M.T.
Ida Bagus Alit, S.T., M.T.
hL
Nu L = = 0,59(GrL Pr)1/4
k
0,03
h= (0,59)(5,7.108 x0,697)1/4 = 5W/m 2 .o C
0,5
c. Plat horisontal, permukaan panas menghadap ke
bawah
Berdasarkan tabel 4.2, dan persamaan 4.18, aliran laminar,
maka:
hL
Nu L = = 0,27(GrL Pr)1/4
k
0,03
h= (0,27)(5,7.108 x0,697)1/4 = 2,29W/m 2 .o C
0,5
Nu = 0,56(GrL PrCosθ )
1/4
(4.19)
Nu = 0,45 (GrL Pr )
1/3
− (Grc Pr )
1/3
+ 0,56(Gr PrCosθ)
c
1/4
(4.21)
-15o 5.109
-30o 2.109
-60o 108
-75o 106
hD
Nu D = = CRa nD (4.23)
k
C dan n diberikan pada tabel 4.4.
Skematik :
Asumsi:
1. Luas permukaan pipa adalah kecil dibanding pada
sekeliling
2. Udara kamar adalah tenang.
Sifat-sifat fisik:
Tabel A.4 (Incropera), udara pada Tf = 367 K
k = 0,0313 W/m.K
ν = 22,8x10-6 m2/s
α = 32,8x10-6 m2/s
Pr= 0,697
β = 2,725x10-3 K-1
Analisa:
Kehilangan panas total per satuan panjang pipa adalah:
q’ = q’konv + q’rad
4.5 Bola
Nu D = 2 + 0,50Ra1/4
D (4.27)
Persamaan 4.27 berlaku untuk 3.105<RaD<8.108. Jika
RaD = 0, persamaan di atas memberikan Nu D =2. Hal ini
merupakan konduksi murni melalui fluida stagnan tak
berhingga yang mengelilingi bola.
c. Konveksi bebas.
Untuk kondisi perpindahan kalor dimana konveksi
paksa yang disebabkan aliran bebas paling dominan,
maka bentuk korelasi bilangan Nusselt keseluruhan
adalah sebagai berikut.
Nu = 0,046Re0,76 (4.31)
Syarat konveksi paksa dimana aliran bebas paling
dominan adalah:
(Pr1/2Re1/2)/Ra1/4>2
Re1/2/Re 1/2
>2
D 2
dengan Re = = bilangan Reynolds rotasi
2ν
= kecepatan angular silinder (1/s)
Untuk kondisi perpindahan kalor dimana konveksi
paksa yang disebabkan rotasi silinder paling dominan,
korelasi bilangan Nusselt keseluruhan dalam bentuk
berikut.
Nu = 0,5Re0,5 (4.32)
Rangkuman
0,387Ra1/6
= 0,825 +
1/2 L
, 10-1<RaL<1012
1 + (0,492/Pr)
Nu L
9/16 8/27
Nu L = 0,54Ra1/4
L ; (10 RaL 10 )
4 7
Nu L = 0,15Ra1/3
L ; (10 <RaL 10 )
7 11
Nu L = 0,27Ra1/4
L ; (10 RaL 10 )
5 10
Nu = 0,45 (GrL Pr )
1/3
− (Grc Pr )
1/3
+ 0,56(Gr PrCosθ)
c
1/4
hD
• Bola : Nu D = = 2 + 0,43Ra1/4
D , 1<RaD<10 ; Pr 1
5
k
• Logam cair : Nu = 1,11(Gr.Pr2)0,196, 4 GrPr 7000;
Gr 1,5x108; 0,004<Pr<0,02
• Silinder berputar: Nu = 0,046Re0,76,
D 2
>2; Re =
(Pr1/2Re1/2)/Ra1/4>2; Re1/2/Re 1/2
2ν
BAB V
PERPINDAHAN MASSA
KA-5
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip dan Perhitungan Analogi Perpindahan Panas-
Perpindahan Massa
u
τ=μ (5.3)
y
Persamaan konduksi kalor menyatakan transpor energi,
sedangkan persamaan geser viskos menyatakan transpor
momentum melintas lapisan-lapisan fluida, dan hukum
difusi menyatakan transpor massa.
T 3/2 1 1
D = 435,7 + (5.4)
P(VA1/3 + VB1/3 ) 2 MA MB
dengan
D = m2/s
T =K
P = tekanan total system, Pa (N/m2)
VA= volume molekul konstituen A
VB = volume molekul konstituen B
MA = bobot molekul konstituen A
MB = bobot molekul konstituen B
Persamaan 5.4 merupakan rumus yang mudah dipakai
untuk menghitung koefisien difusi berbagai senyawa dan
campuran, tetapi tidak dapat dipakai sebagai pengganti
nilai koefisien difusi yang didapatkan dari percobaan.
Untuk gas, hukum Fick dapat dinyatakan dengan
mudah dalam tekanan parsial dengan menggunakan
persamaan keadaan gas sempurna, jadi transformasi ini
hanya berlaku untuk gas pada tekanan rendah atau
keadaan dimana persamaan keadaan gas sempurna
berlaku.
P = ρRT (5.5)
dengan
dengan
D = koefisien difusi (m2/s)
d = diameter (m)
hD = koefisien perpindahan massa (m/s)
μ
ν= = viskositas kinematik
ρ
Bilangan Sherwood mempunyai bentuk persamaan
seperti berikut.
hDx
Sh = (5.15)
D
Analogi Reynolds untuk aliran dalam pipa, untuk
menyatakan koefisien perpindahan massa dengan faktor
gesek dapat dituliskan dalam bentuk berikut.
h D 2/3 f
Sc = (5.16)
um 8
Analogi untuk perpindahan kalor mempunyai
bentuk seperti persamaan 5.17.
h f
Pr 2/3 = (5.17)
u m Cpρ 8
Aliran di atas plat rata yang licin, analogi Reynolds
untuk perpindahan massa sebagai berikut.
h D 2/3 C f
Laminar Sc = = 0,332Re−x1/2 (5.18)
u 2
h D 2/3 C f
Turbulen Sc = = 0,0296Re−x1/5 (5.19)
u 2
Chilton dan Colburn (1934) menyarankan
hubungan antara koefisien perpindahan panas (h) dan
perpindahan massa (hD) sebagai berikut.
StPr2/3 = StDSc2/3 (5.20)
p 1,0132x105
ρ= = = 1,212kg/m3
RT 287(291,3)
Cp = 1,004 kJ/kg.oC
α Sc
= = 0,845
D Pr
hfg = 1057 Btu/lbm = 2,456 MJ/kg
sehingga:
(0,01566 − 0)(2,456x10 6 )
T − Ts =
(1,212)(1004)(0,845)2/3
T − 18,3o C = 35,36o C
T = 53,69oC
Rangkuman
• Laju difusi,
BAB VI
PERPINDAHAN PANAS DENGAN
PERUBAHAN FASE
(PENDIDIHAN DAN KONDENSASI)
KA-6
Mahasiswa Semester VI Teknik Mesin Mampu Memahami
Prinsip Perpindahan Panas dengan Perubahan Fase
sebagai Suatu Proses Konveksi
RT 2 2σ
ΔΤ = Ts − Td = − p g (6.3)
ph fg rc
dengan
R = tetapan gas
Ts = suhu permukaan
Td = suhu didih cairan
Dari persamaan 6.3 terlihat bahwa pada temperatur
permukaan Ts, hanya cekungan dengan jari-jari lebih
besar dari rc dapat berlaku sebagai pembentuk
gelembung.
6.1.2 Korelasi data pendidihan inti
Korelasi yang digunakan hampir semuanya
korelasi empiris, karena sifat kompleks dari fenomena
pendidihan, dimana korelasi yang diturunkan secara
teoritis belum dapat dilakukan. Korelasi yang disarankan
adalah :
Clμ l
= bilangan Prandtl
kl
goσ
= diameter gelembung
g(ρ l − ρ v )
dengan
Cl = kalor spesifik zat cair jenuh (J/kg.oC)
hfg = entalpi penguapan (J/kg)
q/A = fluks kalor per satuan luas (W/m2.oC)
μ l = viskositas zat cair (kg/m.s)
σ = tegangan permukaan muka-batas zat-cair uap
(N/m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
ρ l = densitas uap jenuh (kg/m3)
dengan
S = suppression factor yang nilainya mendekati 1
hmaks = koefisien perpindahan panas pada CHF
dT
Pada suhu cairan tertentu, besar Ts dan akan
dy y =0
semakin besar bila fluks panas dinaikkan. Fenomena ini
menggambarkan untuk daerah sekitar dinding pipa.
Mengingat interaksi antara beberapa proses
pendidihan pada satu permukaan yang sama, perkiraan
keadaan kritis pada pendidihan dengan aliran paksa
lebih sukar dibandingkan pool boiling. Karena adanya
aliran, kriteria Helmholtz instability tidak berlaku lagi
baik untuk external flow maupun internal flow. Pada
internal flow, kecepatan aliran cairan mempengaruhi
mekanisme pendidihan inti dan oleh karenanya, juga
keadaan kritis sebagai titik akhir proses pendidihan inti.
Sedemikian kompleks fenomena yang ada hingga
persamaa-persamaan yang ada adalah pendekatan yang
kasar, atau hanya dapat berlaku pada kondisi-kondisi
terbatas (umumnya diarahkan untuk keperluan tertentu,
hingga korelasi misalnya hanya berlaku untuk cairan
tertentu, bentuk permukaan panas yang spesifik, kondisi
operasi yang terbatas, dll.). Beberapa persamaan yang
digunakan antara lain sebagai berikut.
1. Cross flow pada permukaan silinder
q 'maks 1 41/3
Aliran rendah→ = 1+ (6.10)
ρ v h fg u π We1/3
D
dengan
3/4
h sat − h i
a = 0,532(ρ l /ρ v )
1/3
h
fg
G = kecepatan massa (lbm) per satuan luas (ft 2) per
waktu (hr)
h = entalpi (Btu/lbm)
Dl= equivalent diameter
ΔΤ sub = Td − Tcairan
g(ρ l − ρ v )δ 2 y 1 y 2
u(y) = − (6.13)
μl δ 2 δ
Aliran massa kondensat melalui setiap posisi x
diberikan oleh persamaan berikut.
δ
(x) = ρ l u(y)dy
m
0
gρ l (ρ l − ρ v )δ 3
(x) =
m (6.14)
3μ l
Bila kita mengandaikan satu-satuan kedalaman,
perpindahan panas pada dinding di daerah dx seperti
pada persamaan 6.15.
T Tsat − Ts
q x = −kdx y =0 = kdx (6.15)
y δ
Perpindahan panas total antara embunan dengan
permukaan dapat dihitung dengan persamaan 6.16.
q = h L A(Tsat − Ts ) (6.16)
q h L A(Tsat − Ts )
=
m = (6.17)
h fg h fg
6.3.2 Aliran embunan turbulen
Aliran embunan pada permukaan vertikal dapat
mengalir secara turbulen jika bilangan Reynolds > 1800.
Bilangan Reynolds didefinisikan sebagai berikut.
ρlu mDh
Re = (6.18)
μl
dengan
um = kecepatan aliran embunan rata-rata
Dh = diameter hidraulik = 4Ac/P
sehingga
4A c ρ l u m
Re =
P.μ l
= ρAu m
dengan m
maka
4m
Re = (6.19)
P.μ l
Angka Reynolds kadang-kadang dinyatakan dengan
aliran massa per satuan kedalaman plat , sehingga
biangan Reynolds seperti pada persamaan 6.20.
4
Re = (6.20)
μl
Berdasarkan persamaan 6.17 dan 6.19, akan
diperoleh persamaan 6.21.
4h L A(Tsat − Ts )
Re = (6.21)
P.h fg .μ l
(a) (b)
h = 0,555 (6.22)
μD(Tsat − Ts )
Persamaan 6.22 terbatas penggunaannya pada
angka Reynolds uap rendah yaitu seperti berikut.
DG
Re = 35000 (6.23)
μ
dengan Re ditentukan pada kondisi masuk tabung.
D
1/2
ρ
Re m = G f + G v f (6.25)
μf ρv
Kecepatan massa zat cair Gf dan uap Gv dihitung seakan-
akan masing-masing menggunakan seluruh luas aliran.
6.3.4 Bilangan kondensasi (pengembunan)
Bilangan kondensasi merupakan kelompok
bilangan tidak berdimensi, dan didefinisikan
sebagai berikut.
1/3
μ2
Co = h 3 (6.26)
k ρ(ρ − ρ v )g
dapat juga dituliskan dalam bentuk berikut.
1/3
4sinΦsin −1/3
Co = C 4/3
Re f (6.27)
L
Untuk plat vertikal A/PL = 1,0, maka
Co = 1,47 Ref-1/3 untuk Ref < 1800 (6.28)
Untuk silinder horisontal A/PL = π ,
Co = 1,514 Ref-1/3 untuk Ref < 1800 (6.29)
Jika aliran embunan turbulen, maka dapat digunakan
korelasi Kirkbride (1934) seperti persamaan 6.30.
Co = 0,0077 Ref0,4 untuk Ref > 1800 (6.30)
Rangkuman
Clμ l
• = bilangan Prandtl
kl
goσ
• = diameter gelembung
g(ρ l − ρ v )
a −1
ΔΤ
• Korelasi Berenson (1961), h b = h maks
ΔΤ maks
• Korelasi Ramu dan Weisman,
h b = 0,5S.h maks e −0,0078(ΔΤ −ΔΤ maks )
+e −0,0698(ΔΤ −ΔΤ maks )
• Perpindahan panas dari permukaan ke dalam cairan,
q dT
= h(Ts − Td ) = −k l
A dy y =0
4h L A(Tsat − Ts )
• Angka Reynolds, Re =
P.h fg .μ l
• Pengembunan refrigeran pada kecepatan uap rendah
di dalam tabung horisontal (Chato, 1962),
ρ(ρ − ρ v )gk 3 h 'fg
1/4
h = 0,555
μD(Tsat − Ts )
1/3
μ2
• Bilangan kondensasi, Co = h 3 ;
k ρ(ρ − ρ v )g
1/3
4sinΦsin −1/3
Co = C 4/3
Re f
L
DAFTAR PUSTAKA