2. 1 (satu) unit Kendaraan Merek Mazda Type Biante 2.0L, Nopol : B 2416
STH, No. Rangka : JM6CC10E1D0101688, Nomor Mesin : LF11488560,
Warna Putih Metalik, Tahun 2013. Dengan dilengkapi Surat Nomor Tanda
Kendaraan (STNK) dengan nomor 06434174, BPKB Nomor K02678267
Atas Nama PT. Midas Tranportasi, Nama Konsumen Reza Akbar, Alamat jl.
Bahagia V M Buki Kencana, RT.004/RW.016, Jatimakmur, Bekasi;
3. Namun atas nama Sopan Sopian meninggal dunia pada tanggal .......,
bulan ....., tahun ......, sesuai dengan Surat Keterangan Kematian
Nomor ......, di ......, yang meninggalkan satu orang Isteri bernama Suzane
Widyarini dan Satu Orang Anak bernama Riyan Karuni Pahlevi
berdasarkan Kartu Keluarga (KK) Nomor 3216060801130178 yang
dikeluarkan oleh Disdukcapil tanggal 04-07-2014;
4. ...............................................................................................................
5. Sepeninggal Almarhum Pada tanggal .... bulan .... tahun 2021, bertemu
dengan Voleta untuk melakukan jual beli, namun pada saat transaksi baru
diketahui bahwa BPKB kendaraan tidak ada fisiknya sehingga voleta
menanyakan keberadaan BPKB tersebut.
6. ………………………………………………………………………………………………..
Kesimpulan ;
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 5 Tahun 2012 Tentang
Registrasi Dan Identifikasi Kendaraan Bermotor UU NO. 22 TAHUN 2009 Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, KUHPIDANA , Namun hingga sekarang ini tidak
bisa menemui orang dimaksud dengan berbagai alasan dan tidak bisa ditemui.
Dugaan/berprasangka bahwa BPKB kendaraan telah digelapkan oleh orang
tersebut, hal ini bisa melakukan pelaporan kepada pihak kepolisian atas kasus
tindak pidana pengelapan, namun harus mengumpulkan semua barang bukti
untuk menguatkan laporan di kepolisan. PASAL 372 KUHP “Barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”
Tindak Pidana Penggelapan diatur dalam pasal 372 KUHP.
Yang termasuk penggelapan adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain
sebagian atau seluruhnya) di mana penguasaan atas barang itu sudah ada pada
pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah. Misalnya, penguasaan suatu
barang (BPKB) oleh pelaku terjadi karena pemiliknya menitipkan barang tersebut.
Tujuan dari penggelapan adalah memiliki barang atau uang yang ada dalam
penguasannya yang mana barang/uang tersebut pada dasarnya adalah milik
orang lain.