Anda di halaman 1dari 19

Nama: Febriyanto Kurniawan

NIM : 20/471365/PKU/19160
Bagian II. Esai singkat
Petunjuk:
1. Ujian bersifat open book, diperbolehkan membuka modul atau buku lainnya yang relevan
2. Alat komunikasi (telepon, pesan singkat, panggilan video) dengan tujuan kerja sama
antar mahasiswa tidak boleh dipergunakan selama ujian berlangsung
3. Tuliskan jawaban pada dokumen ini sesuai urut nomor!
4. Waktu yang digunakan menjawab esai singkat dan kasus ini adalah 90 menit

Pertanyaan:
1. Ketika sedang melakukan operasi abdomen untuk mengangkat kista pada seorang
pasien wanita, 48 tahun, tanpa sengaja dokter memotong ureter. Meskipun akhirnya
ureter bisa disambung kembali, pasien terpaksa menjalani hemodialisis (cuci darah)
sebanyak 5 kali pasca operasi.
a. Dalam prinsip patient safety, kejadian tersebut termasuk kategori apa? Jelaskan
alasan Saudara.
Jawab: Berdasarkan kasus tersebut, kategori patient safety masuk kedalam
kategori Error of commission. Hal tersebut dikarenakan pasien harus menerima
Tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh dokter yang menangani.
b. Apa yang harus dilakukan dokter atau rumah sakit untuk mencegah risiko tuntutan
pasien? Jelaskan: Berusaha untuk menyelesaikan kasus secara kekeluargaan dengan
dibantu oleh perhimpunan dokter, komite medik serta pengacara. Hal tersebut
dikarenakan tidak akan ada dokter yang sengaja melakukan kesalahan dalam proses
pengobata pasien yang mengakibatkan pasien mengalami kerugian

 Jika melalui jalur hukum usahakan untuk dilakukan pendampingan oleh


pengacara saat dimulai proses penyidikan
 Membaca dengan cermat seluruh Berita Acara Pemeriksaan atau BAP Jika
ada yang tidak dimengerti usahakan untuk melakukan konsultasi kepada
pengacara dan tidak menandatangain BAP yang dikira belum jelas atau tidak
dimengerti
 Usahakan kasus yang diterima tidak melibatkan media dikarenakan hal
tersebut dapat membesarkan masalah dan mengukur masalah secara tidak
objektf
2. Komite medik sebuah rumah sakit baru saja menyusun standar pelayanan medik
untuk penatalaksanaan penyakit TBC. Untuk membantu para klinisi menerapkan
standar tersebut ketika memberikan pelayanan kepada pasien TBC, maka tools yang
dapat dikembangkan adalah:

1
Jawab: Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
bertujuan untuk mengatur tata kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu
pelayanan medis dan keselamatan pasien di rumah sakit lebih terjamin dan
terlindungi serta mengatur penyelenggaraan komite medik di setiap rumah sakit
dalam rangka peningkatan profesionalisme staf medis. Dalam hal ini dibutuhkan
system yang dapat dikembangkan oleh Komite medik dalam menerapkan standar
pelayanan yang bermutu kepada pasie dengan meningkatkan system clinical
governance atau tata kelola klinis. Tata kelola klinis merupakan pendekatan
sistematis dan terintegrasi untuk menjamin dan menilai tanggung jawab dan tanggung
gugat klinis melalui peningkatan mutu dan keselamatan yang membawa hasil
outcome klinis yang optimal. Hal tersebut menjadi penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan mengurangi angka mal praktik di Indonesia.

Kasus untuk no. 3-5:


Di Indonesia angka persalinan SC juga mengalami peningkatan. Di rumah sakit pemerintah
rerata proporsi SC adalah 11%, dan di rumah sakit swasta dapat mencapai lebih dari 30%. Di
suatu rumah sakit swasta angka proporsi SC mencapai 70%. Angka ini jauh lebih tinggi dari
standar yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit (yaitu 20%) dan standar
World Health Organization (WHO) (yaitu tidak melebihi 15%) dari total kelahiran di rumah
sakit.
3. Untuk merencanakan upaya perbaikan, rumah sakit akan menggunakan quality improvement
process dengan model Nolan. Mengacu pada kasus di atas, tetapkan tujuan dan indikator
yang akan dicapai:
Jawab:
Tujuan: Menurunkan proporsi persalinan SC

Indikator:

 Meningkatnya angka persalinan SC sesuai dengan indikasi


 Meningkatnya kepatuhan dokter dalam menjalankan PPK
 Menurunnya angka persalinan SC yang tidak sesuai indikasi

4. Perubahan apa yang akan dilakukan pada kasus di atas?


Jawab:
1) Membuat ANC yang baik
2) Dibuat Panduan praktis klinis dan clinical pathways untuk tindakan Sc.
sehingga tindakan SC harus sudah sesuai dan mengikuti panduan praktis klinis
sesuai dengan indikasinya
3) Memberikan pelatihan dan pembelajaran yang berkelanjutan pada bidan2
yang menangani kelahiran normal, sehingga dapat lebih paham dan mengerti
tentang indikasi2 SC. Sehingga diharapkan dapan mengurangi angka rujukan
ke rumah sakit. Yang mana secara otomatis akan mengurangi angka SC di RS.

2
4) Sosialisasi dan promosi tentang kelebihan persalinan alamiah (normal)
dibanding sectio caesaria (mengingat masyarakat sudah melihat SC sbg trend
yg harus diikuti dan bukan lagi sebagai metode pengobatan utk kondisi medis
tertentu).

5. Sebutkan cara-cara untuk mengintegrasikan ISO dengan Clinical Governance


Jawab: Menerapkan system manajemen mutu ISO dalam pelayanan klinik dengan
membuat indikator kinerja klinik di setiap layanan serta dilakukan monitoring dan
evaluasi sebelum dan sesudah dilakukannya pelayann .
Penerapan standar dapat dilakukan:
1) Akuntabilitas pelayanan klinik
2) Kebijakan dan strategi
3) Struktur organisasi
4) Alokasi sumber daya yang diperlukan
5) Komunikasi
6) Pengukuran efektivitas
7) Membangung kepemimpinan yang efektif
8) Merancang pelayanan yang baik
9) Menyusun rencana mutu
10) Informasi, analisis dan pemahaman
11) Memastikan adanya keberhasilan

6.

3
6. Apabila saudara mempertimbangkan untuk membeli CT-scan, data yang berhasil
saudara kumpulkan adalah sebagai berikut:

NET CASH FLOW


Tahun 0 = – Rp. 400 jt
Tahun 1 = + Rp. 100 jt
Tahun 2 = + Rp. 150 jt
Tahun 3 = + Rp. 200 jt
Tahun 4 = + Rp. 100 jt
Tahun 5 = + Rp. 200 jt

Cost of capital = 15%/tahun

Apakah rencana pembelian CT-Scan tersebut layak? (untuk penghitungan, diasumsikan


hanya data di atas yang dipertimbangkan!) Gunakan NPV untuk menentukan kelayakan!
Jawab: NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0
= (100/1,15)+ (150/1,152)+(200/1,153)+(100/1,154)+(200/1,155)-400
= 87+113+131+57+99-400=87
Kesimpulan : Karena NPV > 0 maka proyek itu layak dijalankan.
7. Apabila diketahui aliran net cash inflow seperti berikut ini, apakah investasi CT Scan di
rumah sakit “Iboe” dapat dikatakan layak?

Asumsinya: Biaya Modal = 10% per tahun. Saudara Dapat Gunakan Penilaian Kelayakan
Investasi Dengan NPV, atau IRR untuk memutuskan layak tidaknya investasi CT Scan
tersebut.
JAWAB:
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + … + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = (50/1,1)+(75/1,12)+(100/1,13)+(50/1,14)-200
NPV = 45+62+75+34-200=13
Kesimpulan : Karena NPV > 0 maka proyek ini layak dijalankan.

4
8. Dalam konteks sistem Physical Asset Management Lima Unsur, disebutkan Building
stabilization (Hospital Environment Stabilization) merupakan salah satu unsur yang
penting. Jelaskan mengapa lingkungan rumah sakit yang tidak stabil dapat menjadi
sumber penyebab medical equipment menjadi Unaccurate, unsave, expensive, dan
unavailable.
Jawab:
Kestabilan bangunan menjadi pentung dalam manajemen asset karena bangunan dan
lingkungan dimana bangunan itu berada adalah menjadi tempat penyimpanan asset itu
sendiri. Dalam hal bangunan tidak stabil karena:
 Terdampak bencana alam (banjir, gempa bumi)
 Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang tidak baik
 Sistem keamanan yang tidak baik sehingga mudah terjadi pencurian barang
 Sistem listrik yang tidak baik sehingga tegangan listrik mudah turun dan naik
Makah hal-hal tersebut di atas dapat mengancam asset yang berada di dalam bangunan
itu sendiri misalnya:
 Tegangan listrik yang mudah turun naik dapat merusak alat pengukur yang
menggunakan listrik bangunan sebagai sumber daya utama sehingga alat mengadi
unaccurate
 Alat yang memerlukan grounding listrik yang baik akan dapat mengakibatkan
sengatan listrik pada penggunanya bila grounding alat tersebut tidak memadai
(unsave)
 Alat yang rusak karena terkena banjir memerlukan biaya perawatan/ perbaikan
yang lebih mahal (expensive)
 Yang lebih berat adalah apabila alat tersebut dicuri karena system keamanan
yang kurang baik (unavailable)

9. Misal, di rumah sakit “RS Koe,” seorang petugas pendaftaran pasien dapat melayani rata-
rata 10 pasien per jam. Di samping itu, diketahui juga bahwa jumlah pasien yang
mendaftar setiap jamnya rata-rata 8 orang. Kedatangan pasien diyakini mengikuti
Poisson distribution dan waktu pelayanan mengikuti Exponential distribution:
a. Bagaimana kinerja dari sistem antrean di rumah sakit ini?
Jawab:
diketahui :
Tingkat Kedatangan = λ = 8 orang/jam
Tingkat pelayanan =kecepatan rata-rata dilayani = µ = 10 orang/jam
Maka :
Ls= rata-rata jumlah orang dalamsystem
= λ /(μ – λ) = 8/ ( 10 – 8 ) = 4 orang

Lq = rata-rata panjangantrian
= λ2 / μ (μ – λ) = ( 8 ) 2/ 10 ( 10 – 8 ) = 64/20 = 3,2 . …> 3 orang pasien

Ws = rata-rata waktutunggudalamsistem (dalam antrian + dalam pelayanan)


= 1 / (μ – λ) = 1 / ( 10 – 8 ) = 0,5 /jam = 30 menit

Wq = rata-rata waktu tunggu dalam antrian

5
= λ / μ (μ – λ) = 8 / 10 ( 10 -8 ) = 0,4 jam = 24 menit
b. Jika pasien akan meninggalkan antrean apabila melihat dalam antrean terdapat tiga
atau lebih orang yang sedang antre dalam sistem, berapa proporsi kehilangan pasien?
(Po)
Jawab:
diketahui k = 2 orang
(Po) = ( λ / μ ) k + 1 = 0,512 = 51,2 %
Jadi proporsi kehilangan pasien adalah 51,2%

10. Sebutkan dan beri penjelasan tentang persamaan akuntansi, dan beri penjelasan pula
mengenai siklus akuntansi secara singkat
Jawab:
Persamaan akuntansi didefinisikan sebagai suatu kesatuan/hubungan yang melibatkan
harta/kekayaan dengan modal dan hutang yang dimiliki oleh satu perusahaan/instansi.
Persamaan akuntansi ini digunakan sebagai acuan dalam pembuatan laporan laba
rugi/neraca akuntansi. Komponen yang terdapat dalam persamaan akuntansi yaitu :
1) Aset : sumber daya yang dimiliki perusahaan/instansi yang didapatkan dari
kejadian pada masa lalu. Sementara nilai ekonomi dari sumber kekayaan dan
pendapatan tersebut dapat dipakai untuk kelangsungan perusahaan di masa
mendatang.
2) Liabilitas : yang bisa disebut dengan kewajiban merupakan bentuk tanggung
jawab suatu perusahaan yang muncul karena adanya kejadian pada masa lalu atau
bisa disebut hutang. Setelah berhasil memiliki pendapatan dan meraup
keuntungan, perusahaan kemudian akan membagi keuntungan tersebut untuk
melunasi hutang yang pernah dibuat.
3) Ekuitas : atau yang disebut dengan modal merupakan sisa asset yang dimiliki
setelah dikurangi dengan kewajiban yang dibayarkan Siklus akuntansi merupakan
proses berulang untuk melakukan identifikasi, analisis, dan merekap setiap
kegiatan akuntansi dalam sebuah perusahan/instansi, siklus akuntansi dilakukan
dalam kurun waktu satu tahun.
11. Beri penjelasan, mengapa jumlah buffer stock atau safety stock dalam sistem pengelolaan
persediaan dengan Periodic review system akan lebih besar daripada Continuous review
system?
Jawab: Apabila menggunakan continues review system kondisi jumlah barang secara
real time akan lebih up to date dan lebih akurat karena dilakukan setiap kali ada
kemungkinan terjadi perubahan stok dengan kondisi ini sebenarnya tidak perlu jumlah
buffer stock yang banyak karena kapan waktu pemesanan yang tepat akan lebih mudah
diprediksi dengan tepat.Dengan menggunakan periodic review system kapan waktu
pemesanan kembali atau restock akan lebih tidak pasti dan risiko barang habis sebelum
pemesanan dating akan lebih besar sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut biasanya
akan diperlukan jumlah buffer stock yang lebih besar.
12. Apabila pasokan darah di rumah sakit akan dikelola dengan model stockless inventory,
jelaskan mekanisme pengelolaannya secara singkat.

6
Jawab: Model persediaan yang untuk menghilangkan seluruh persediaan bahan baku
(darah) yang ada pada tempat pemyimpanan (Bank darah di Rumah sakit), sehingga
diharapkan tidak ada persediaan bahan baku (darah) pada bagian penyimpanan
persediaan.
13. Dalam pengelolaan Rumah Sakit harus memperhatikan kondisi Lingkungan Fisik dimana
lokasinya berada. Berikan penjelasan singkat tentang kondisi Lingkungan Fisik yang
dimaksud dan contoh kaitannya dengan permasalahan yang terkait dengan pengelolaan
Rumah sakit
Jawab: Rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan, harus memiliki rawat inap
yang memenuhi syarat kesehatan. Ruang rawat yang kurang steril berpotensi
menimbulkan infeksi nosokomial seperti yang terjadi di beberapa rumah sakit di tanah air
dan luar negeri. Bila hal ini terjadi, konsekuensinya bukan saja diderita oleh pasien secara
medis tetapi juga kerugian besar. secara ekonomi. Infeksi nosokomial pada umumnya
akan menyebabkan penyakit yang parah dan waktu sembuh yang lama sehingga biaya
rawat juga semakin mahal. Di dalam ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan,
penyakit dapat menular melalui peralatan, bahan-bahan yang digunakan, makanan dan
minuman, petugas kesehatan, dan pengunjung. Untuk mencegah penularan penyakit,
Menteri Kesehatan mensyaratkan agar udara di dalam ruang rawat harus bebas kuman
patogen dengan angka total kuman tidak lebih dari 500 koloni/m3 udara.3.
14. Jelaskan dalam 1 paragraf singkat prinsip survival RS dalam konteks sense making
Jawab:
Survival membutuhkan perencanaan. Rencana yang baik akan memuat dan
memperhitungkan berbagai faktor risiko maupun pendukung, kebutuhan sumber daya,
hingga target hasil yang ingin dicapai sesuai dengan peluang yang dimiliki. Untuk
mencapai tujuan jangka menengah dan panjang, rencana yang disusun harus mampu
menggambarkan strategi, program dan kebutuhan sumber daya dalam jangka waktu
perencanaan. Seperti organisasi, organisasi yang mampu mengelola perubahan, dan terus
menerus mengadaptasi birokrasi, strategi, sistem, pelayanan untuk bertahan terhadap
goncangan/tekanan, dengan kata lain kemampuan melakukan pembaruan akan
mempengaruhi daya hidup dan daya saing. RS privat cenderung lebih fleksibel sehingga
memiliki kemampuan pembaharuan yang lebih besar, yang membuatnya memiliki daya
hidup dan saing lebih baik dibandingkan RS public yang lebih birokratis.
15. Terangkan konsep ini dengan mengacu pada proses menyusun rencana strategis:
a. Mengapa perlu melakukan monitoring lingkungan luar secara benar dalam proses
menyusun Renstra?
Jawab: apabila monitoring dan evaluasi dilakukan dengan baik , maka pada
pelaksanaan kegiatan renstra akan sesuai dengan pedoman dan perencanaan program.
Juga akan memberikan informasi terkait dengan hambatan dan penyimpangan serta
dapat dijadikan masukan dalam melakukan evaluasi.
b. Apa perbedaan antara business plan dan rencana strategis ?
Jawab:
 Buisness plan didefinisikan sebagai rencana tertulis yang menjelaskan tentang
bagaimana kegiatan bisnis dilakukan agar tujuan yang telah diterapkan dapat
tercapai

7
 Renstra merupakan dokumen perencanaan yang berorientasi pada hasil yang
dicapai dalam kurun waktu 1- 5 tahun yang berhubungan dengan tugas dan
fungsi SKPD serta disuse dengan memperhitungkan perkembangan
lingkungan strategis. Dalam melaksanakan sinkronisasi agar berkoordinasi
dengan Bapeda.
c. Mengapa rumah sakit perlu menyusun business plan atau renstra ?
Jawab: Buisnees plan atau renstra dimaksudkan sebagai pedoman peneyelenggaraan
dan pengembangan rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, misalnya 5 tahun kedepan.
Rencana strategis dan business plan bersifat dinamis dan tidak statis. Pada hakikatnya
perencanaan strategis adalah proses penerjemahan misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar
dan strategi menjadi program – program yang implementatif sehingga tujuan RS tercapai.
Dalam rencana strategis ada peta jalan organisasi yang rencananya akan dilalui untuk
mencapai tujuan. Lebih dari itu, penyusunan renstra merupakan upaya untuk menciptakan
nilai – nilai jangka panjang yang akan meningkatkan daya survival dan daya saing rumah
sakit. Sifatnya yang mencakup masa depan dalam jangka cukup panjang, maka penyusun
renstra perlu memperhitungkan trend (trendwatching), lalu berdasarkan hal tersebut
menyusun strategi dan membuat beragam proyeksi, khususnya proyeksi keuangan.
Mencermati trend dapat dilakukan dengan scanning dan monitoring terhadap situasi
lingkungan, yaitu mengamati dan menganalisis data kuantitatif maupun data kualitatif.
Dengan cara ini, penyusun renstra akan memiliki pijakan atau dasar berpikir ketika
menetapkan target jangka pendek dan panjang dalam renstra. Ini yang disebut sebagai
evidence based planning.

16. Sebutkan faktor organisasi dan faktor individu yang menghambat proses perubahan di
rumah sakit Anda!
Jawab:
Faktor organisasi yang menghambat proses perubahan:

 Budaya kerja yang buruk dan hanya focus terhadap masalah internal para
pembuat kebijakan
 Adanya kepentingan lain yang masih tertanam dari sebuah kebijakan yang dibuat
 Visi misi yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan masih kurang sesuai dengan
perkembanagan zaman yang ada
 Masih terlihatnya persaingan internal yang kurang sehat antara pemangku
kebijakan
 Kompleksitas dalam pelaksanaan visi dari terbentuknya kebijakan yang ada
Faktor individu yang menghambat proses perubahan:

 Mindset yang terbentuk belum sesuai dengan


 Keegoisan masing masing individu yang sangat terlihat dalam menjalankan
kebijakan
 Toleransi akan kinerja yang buruk pada setiap divisi dikarenakan kurangnya
ketegasan pemimpin dalam menyelesaikan permasalahan,
 Persaingan internal yang kurang sehat di lingkungan staff

8
17. Mengamati adanya kepemimpinan yang efektif dalam organisasi rumah sakit dapat
dilakukan dengan melihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah bekerjanya pemimpin
tersebut. Jelaskan fakta yang tampak ketika seorang pemimpin efektif mengelola sebuah
rumah sakit
Jawab:
1) Pemimpin yang dapat membawa perubahan
2) Menjadi kominikator yang baik
3) Pemimpin yang dapat menyatukan kelompok organisasinya
4) Memiliki program yang jelas atau rencana yang jelas
5) Mampu memotivasi merefleksikan ekspresi termasuk emosi dan dapat
menyampaikan informasi yang diperlukan.
6) Memiliki kemampuan untuk melakukan solidalitas organisasi aatau kelompoknya
7) Memiliki pencapaian yang jelas
18. Deskripsikan secara singkat kaitan komitmen dan kepemimpinan dengan manajemen
operasional di rumah sakit!
Jawab:
Pemimpin yang memiliki komitmen tinggi merupakan sebuah penggerak dari suatu
perubahan dalam terwujudnya manajemen operasioal di rumah sakit yang bermutu guna
terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas. Komitmen dan kepemimpinan yang
dibutuhkan antara lain: memimpin dengan keteladanan, melibatkan staf, memahami tools
(alat-alat), berjalan mengikuti value stream, komitmen pada sumber daya untuk sukses,
percaya dan memberikan orang lain tanggung jawab. Suksesnya implementasi
manajemen operasional yang baik di RS tidak hanya ditentukan oleh kepemimpinan,
namun perilaku kepemimpinan juga memiliki dampak yang besar pada keberhasilan
dalam proses implementasinya. Pemimpin dapat terlibat dalam mendorong kesadaran
bersama, tanggung jawab, visi misi pada manajemen rumah sakit dan support bagi
sumber daya dalam proses perubahan dan berjalannya manajemen yang direncanakan.

19. Jelaskan salah satu pendekatan seorang pemimpin agar dapat bertahan dalam memimpin
organisasi yang berada dalam lingkungan yang dinamis!
Jawab: pemimpin yang baik harus bisa membangun rasa mendesak bagi anggotanya,
rasa mendesak inilah yang akan menjadi sebuah ketertiban dan pengikutan pencapaian
visi dan misi. Sebagai contoh pemimpin mempunyai angan untuk mengadakan kegiatan,
dia harus mampu mengkomunikasikan dengan baik kepada anggotanya, saat inilah yang
harus dijadikan momentum untuk menciptkan suasana mendesak bagi anggotanya,
keterdesakan untuk menjalankan kegiatan tepat waktu dan sesuai dengan rencana,
terdesak bukan berarti tergesa-gesa namun terdesak untuk lebih mengarah kearah disiplin
dan tidak mengurangi kualitas pekerjaan.
20. Rumah sakit baru saja mengembangkan SIM RS yang terkomputerisasi dan saat ini
sedang berada pada tahap implementasi penggunaan SIM RS. Implementasi perubahan
ini mendapat berbagai tantangan dan tidak selalu berjalan mulus. Jelaskan tantangan
tersebut pada tingkat individu dan tingkat organisasi.
Jawab:
Tantangan yang terjadi pada tingkat individu dan organisasi :

9
1) Kapabilitas personel. Model jam kerja di RS, baik di RS pemerintah maupun swasta,
terdiri atas dua kategori besar: manajemen administratif dan pelayanan. Kategori
pertama meliputi pegawai yang memiliki jam kerja tetap, sedangkan kategori kedua
terdiri dari petugas medis yang memiliki jam kerja bergiliran (shift), yang terbagi
atas tiga giliran tiap harinya. Kendala dalam proses pelatihan yakni terbatasnya
waktu yang ada baik bagi personel manajemen administratif maupun personel
pelayanan. Hal ini mengakibatkan proses pelatihan perlu dilakukan berulang-ulang
sampai dirasa pegawai telah memahami penggunaan SIRS dengan baik
2) Minimnya keterampilan teknologi informasi yang dimiliki oleh personel calon
pengguna SIRS. Hal ini terlihat secara jelas pada proses pelatihan dan pendampingan
penggunaan sistem.
3) Kurangnya saling pengertian antara klinisi, manajer, dan pengelola SIMRS.
Pengembangan sistem informasi yang tidak tertata akan menyebabkan ketinggalan
teknologi tanpa sempat diantisipasi, under utilize dimana perangkat komputer hanya
sebagai pengganti mesin ketik dan kalkulator saja, organisasi hanya mendapat nama
tetapi membebani organisasi, manajer dan karyawan tidak merasa ada kemajuan
dalam proses manajemen sehingga pelaksanaan keputusan menjadi terlantar bahkan
ditinggalkan.
4) Masalah yang terdapat pada sisi manajemen RS sangat kompleks. Meyakinkan pihak
manajemen sebagai pengambil keputusan membutuhkan usaha yang cukup besar.
Manajemen tidak selalu ‘satu kata’ dalam setiap keputusan. Tidak semua manajemen
juga mau mendelegasikan pekerjaan, seperti terkait dengan pemilihan administrator
dan operator yang akan melakukan aktivitas rutin di SIRS.
5)

10
Bagian III.1. Kasus Makro

Petunjuk:

1. Ujian bersifat open book, diperbolehkan membuka modul atau buku lainnya yang relevan
2. Alat komunikasi (telepon, pesan singkat, panggilan video) dengan tujuan kerja sama
antar mahasiswa tidak boleh dipergunakan selama ujian berlangsung
3. Tuliskan jawaban pada dokumen ini!
4. Pilih salah satu kasus diantara 2 kasus makro yang disediakan!
5. Waktu yang digunakan menjawab kasus ini adalah 60 menit

Kasus 1:
Kesibukan di suatu instalasi Rawat Darurat (IRD) sebuah RSUD klas B dengan
pelayanan 24 jam cukup tinggi. Didukung oleh 16 dokter umum dan 30 perawat yang seluruhnya
telah dilatih kegawatdaruratan serta 5 tenaga non medis, total pasien IRD yang dilayani per tahun
adalah sebesar 42.697 pasien. Dengan kata lain, pasien datang ke IRD setiap 6 menit. Setelah
menerima pelayanan di IRD, 34.134 pasien dapat dipulangkan, 8.335 pasien harus dirawat di
rumah sakit, 2 dirujuk, dan 226 meninggal. Apabila dilihat dari jenis pelayanannya, maka
terbesar adalah pelayanan non bedah (22.648), diikuti dengan anak (10.581), bedah (8.381) dan
obsgin (1.087).
Tersedia 5 tempat tidur di ruang bedah dan 7 tempat tidur di ruang non bedah. Di salah
satu ruang, tertulis ruang triase, dengan fasilitas 2 tempat tidur. Ruang triase ini masih dalam
persiapan, belum dioperasikan. Oleh karenanya, sering kali pasien yang datang ke IRD mengeluh
pelayanannya lambat. Menurut petugas IRD, untuk peralatan medisnya, mereka merasa
kekurangan set pemeriksaan, thorax drain set, eye set dan instrumen bedah. Sedangkan untuk
peralatan non-medisnya, jumlah brankart, kursi roda, wound toilet set, tempat sampah untuk
benda tajam, perlengkapan administrasi dirasakan kurang memadai jumlahnya. Pesawat
radiologi mobile pun sudah 2 tahun rusak, belum tersedia fasilitas minilab, sehingga pemeriksaan
cito dikirim ke instalasi lab (yang letaknya cukup jauh serta berliku dari IRD).
Ruang OK di IRD sedang dalam tahap persiapan. Telah terpasang meja operasi, namun
ruang belum difungsikan sebagai ruang OK. Beberapa peralatan non-medis seperti kursi roda
terlihat masing terbungkus dalam boksnya karena baru saja dibeli. Dalam pengamatan ruang OK
ini lebih lanjut, tampak sudut-sudut ruangan masih menyerupai ruang lain pada umumnya, yaitu
dengan sudut tajam, 90 derajat. Lantai mempergunakan keramik, dengan ukuran 30 x 40. Di
bagian tertentu menggunakan keramik berukuran 10 x 20. Demikian pula ruang VK juga sedang
dalam tahap persiapan.
Ketika berada di IRD, kesan yang diperoleh adalah ruang pelayanan IRD tidak rapi,
terkesan kotor, pasien kadang-kadang diterlantarkan, serta dokter dan perawat melayani dengan
tidak bersemangat dan tanpa empati. Peralatan-peralatan kesehatan, bahan habis pakai dan
barang-barang non medis berserakan. Sebuah alat EKG tahun yang diproduksi tahun 1970an
masih digunakan di IRD ini. Di samping itu, suhu ruangan relatif panas dan tidak higienis. Di
luar IRD, tampak keluarga pasien menunggu dengan pasrah dan menerima apa adanya dari
pelayanan kesehatan yang diberikan.
Sambil berjalan keluar dari IRD, tampak akses IRD dari jalan utama cukup menantang
bagi pengemudi. Meskipun jalan cukup lebar, namun pengemudi harus mampu membelokkan
mobilnya 90% dengan tanjakan yang lumayan tinggi untuk memasuki IRD. Demikian pula untuk

11
keluar dari IRD, jalan turun cukup tajam. Kejadian kendaraan yang terkena brankart ataupun
kursi roda yang meluncur tanpa tuannya tidak jarang dilaporkan. Akibatnya rumah sakit harus
ganti rugi.

Pertanyaan:
Menyimak kasus di atas, lakukan analisis masalah-masalah yang dihadapi. Menurut Saudara, apa
yang akan saudara usulkan agar pelayanan IRD menjadi lebih baik? Berikan penjelasannya dan
gunakan kerangka Berwick di bawah ini untuk mengidentifikasi usulan perbaikan yang mungkin
dilakukan.

JAWABAN KASUS 1 :
1. Patient and the community (pasien non bedah, pasien anak, pasien bedah, dan pasien obsgin)
Pasien yang datang ke IRD mengeluh pelayanannya lambat.
2. Sistem Mikro (Proses pelayanan IRD)
Belum terdapat system atau prosedur yang layak dalam memberikan pelayanan IRD. Tidak
terapat manajemen mutu pelayanan yang baik dalam menjamin kualitas layanan IRD.
3. Macro Organisasi
Fasilitas:
 Ruang triase belum dapat difungsikan.
 Kekurangan set pemeriksaan, thorax drain set, eye set dan instrumen bedah.
 Kekurangan peralatan non-medisnya, jumlah brankart, kursi roda, wound toilet set, tempat
sampah untuk benda tajam, perlengkapan administrasi dirasakan kurang memadai
jumlahnya.
 Pesawat radiologi mobile pun sudah 2 tahun rusak, belum tersedia fasilitas minilab,
sehingga pemeriksaan cito dikirim ke instalasi lab (yang letaknya cukup jauh serta berliku
dari IRD).

12
 Ruang OK belum memenuhi standar seperti sudut tajam, 90 derajat. Lantai
mempergunakan keramik, dengan ukuran 30 x 40. Di bagian tertentu menggunakan
keramik berukuran 10 x 20.
 Kursi roda masih dalam bungkusan..
 Ruang VK masih dalam tahap persiapan.
 Ruang pelayanan IRD tidak rapi, terkesan kotor.
 Peralatan-peralatan kesehatan, bahan habis pakai dan barang-barang non medis
berserakan.
 Alat EKG tahun yang diproduksi tahun 1970an masih digunakan di IRD.
 Suhu ruangan relatif panas dan tidak higienis
 Akses IDR sulit ditempuh.
SDM:

 Dokter dan perawat melayani dengan tidak bersemangat dan tanpa empati
4. Lingkungan
 Tidak terdapat monitoring dalam pelayanan IRD.
 Tidak dilakukan pelatihan dan Pendidikan dalam memberikan pelayanan yang baik.
 Tidak memberikan pelayanan sesuai dengan mutu untuk menjamin akreditasi rumah sakit.
 Pembiayaan atau pendanaan dalam memenuhi fasilitas IRD.
Usulan dalam perbaikan:

1. Membuat kontak saran atau masukan dari pasien untuk meningkatkan kualitas saranan IRD
rumah sakit.
2. Membentuk tim mutu untuk melakukan monitoring, evaluasi, dan tindakan perbaikan untuk
memenuhi kualitas pelayanan IRD.
3. Membuat regulasi, standar, dan prosedur pelayanan IRD.
4. Membuat ruang OK sesuai dengan persyaratan ruang OK seperti lantai menggunakan vinyl
ketebalan 2,5-3mm, plafon gypsum ketebalan 15 mm, jarak antara main support (vertical)
tidak lebih dari 400mm dan horizontal frame tidak lebih dari 600 mm. Dengan suhu 19-24
derajat celcius, indeks pencahayaan 300-500 lux, dan kelembabab 45-60%.
5. Menyediakan peralatan non-medis, jumlah brankart, kursi roda, wound toilet set, tempat
sampah untuk benda tajam, perlengkapan administrasi.
6. Memperbaiki pesawat radiologi mobile.
7. Menyediakan fasilitas minilab.
8. Kursi roda dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
9. Memaastikan bahwa ruang VK sesuai dengan persyaratan seperti luas minimal 6 meter
persegi per orang, sehingga diperlukan luas 16 meter persegi. Harus memiliki ruang isolasi
ibu ditempat terpisah.
10. Membuat regulasi, standar, dan prosedur kebersihan ruang IRD.
11. Membuat regulasi, standar, dan prosedur peralatan kesehatan, bahan habis pakai dan barang-
barang non medis.
12. Memperbaharui alat EKG.

13
13. Membuat jalan akses IRD yang mudah dilalui.
14. Memastikan bahwa dokter dan perawat memberikan pelayanan terbaik melalui seleksi SDM.
15. Melakukan pelatihan dan pendidikan dalam memberikan pelayanan yang baik dan
peningkatan pelayanan.
16. Melakukan akrdeitasi rumah sakit untuk menjamin mutu pelayanan.
17. Melakukan system pembiayaan atau pendanaan dalam memenuhi fasilitas IRD.
18. Membuat system informasi yang terpadu agar terkoordinasi ke semua tenaga kerja rumah
sakit.

Kasus 2:
Ruang Inap Anak RSU Dr. JAWA Penuh Sesak

Penderita diare dan demam berdarah yang masuk dan menjalani rawat inap di ruangan
IRNA Anak Rumah Sakit Umum (RSU) dr JAWA terus mengalir dalam dua pekan terakhir ini.
Kondisi itu menyebabkan hampir seluruh ruangan mengalami kelebihan pasien sehingga penuh
sesak. Ruangan rawat inap berasa semakin sesak karena banyak keluarga pasien ikut menunggu
dan tidur tiduran di sekitar ruangan dan lorong.
Di ruangan rawat inap IRNA Anak lantai satu misalnya, seluruh ruangan berisi penuh.
Ruang Rx2 yang semestinya hanya bisa ditempati 10 pasien terpaksa ditempati 15 pasien. Ruang
Rx5 yang semestinya hanya boleh ditempati 6 pasien terlihat ditempati 12 pasien. Begitu pula,
ruang Rx7 yang semestinya hanya bisa ditempati 10 pasien terlihat ditempati oleh 20 pasien.
Ruangan berasa sesak dan semrawut karena penunggu pasien biasanya lebih dari seorang
dan membawa perbekalan yang banyak di dekat pembaringan. Kondisi seperti itu terjadi di
sembilan ruangan yang ada di lantai satu itu.
Sedangkan, di lantai dua yang digunakan untuk ruang rawat inap anak Klas III, ruang
Hematologi, dan ruang Unit Perawatan Intensif (UPI), kondisinya juga tak jauh berbeda. Di
ruang Hematologi, seluruh tempat tidur yang ada ditempati oleh pasien. Sedangkan, di ruang UPI
terlihat ada tujuh anak penderita demam berdarah menjalani perawatan intensif di ruangan itu.
Menurut Kepala Ruangan Menular Anak IRNA Anak RSU dr. JAWA, dr. Anjani, saat ini
hampir seluruh ruangan rawat inap mengalami kelebihan pasien.
"Sebetulnya, kapasitas maksimum di ruangan menular anak ini hanya 40 pasien.
Tapi kenyataannya, saat ini ada 72 pasien. Bahkan, seringkali pasien yang
menjalani rawat inap mencapai 80 hingga 100 pasien," ujarnya.

Dia mengatakan, saat ini pasien yang banyak masuk yakni penderita demam berdarah dan
diare. Pasien demam berdarah yang masih menginap sebanyak 9 anak dan pasien diare yang
menginap sebanyak 16 anak. Selebihnya adalah pasien anak yang mengalami sakit kuning,
infeksi, tumor, kanker, dan lainnya.
Menurut Sarwono (35), keluarga pasien yang menunggu anaknya, Ayu Wulandari, 7
tahun, yang menderita kanker darah, mengaku, sudah sepekan ini menginap di rumah sakit.
Kondisi tempat rawat inap yang penuh sesak sering membuat anaknya kurang nyenyak istirahat
sehingga sering rewel.
"Setiap hari ruangan selalu penuh sesak. Kalau siang rasanya gerah dan panas
di dalam ruangan sehingga anak saya sering merengek. Tapi mau bagaimana

14
lagi, kami tahan saja demi kesembuhan anak saya," ujar warga asal Mojorayung,
Madiun.
Pelayanan di ruang anak ini terkadang juga kurang maksimal karena tenaga perawat yang
ada terbatas. Seorang perawat yang menjaga ruangan terkadang harus menangani 15-20 pasien.
Ironisnya, kondisi seperti ini jarang diperhatikan oleh pimpinan dan manajemen rumah sakit.
Contoh yang sederhana, pimpinan dan manajemen rumah sakit jarang sekali menjenguk
dan melihat langsung pasien yang kebanyakan adalah pasien miskin yang menjalani rawat inap
di tempat ini.
Kepala Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSU dr JAWA, dr Martorejo, mengungkapkan,
seiring dengan diberlakukannya Badan Layanan Umum (BLU) maka banyak pembenahan dan
penataan yang dilakukan oleh rumah sakit milik Pemerintah provinsi ini. Salah satu peningkatan
pelayanan yang sedang dilakukan saat ini adalah peningkatan sarana teknologi informasi di
rumah sakit dan rencana penambahan poli dan loket. Selain itu, untuk meningkatkan
profesionalisme dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien, akan diberlakukan jam pagi
harus periksa.
"Jadi, nanti tidak ada lagi dokter yang molor. Jam 08.00 pagi, mereka harus
sudah berada di rumah sakit untuk memeriksa pasien," ujarnya.
Dia mengatakan, beberapa ruangan seperti ruang bedah dan ruang anak memang sering
kelebihan pasien. Sebab, kata dia, pihak rumah sakit prinsipnya tidak akan menolak pasien yang
datang dan meminta pertolongan.
"Kami juga tidak membeda bedakan pasien miskin atau pasien umum. Semuanya
mendapatkan perlakuan yang sama," tandasnya.

Pertanyaan:
1. Menurut Saudara, Problem utama apakah yang sedang terjadi di rumah sakit tersebut?
2. Bagaimana mengatasi problem tersebut agar tidak muncul lagi problem yang sama
dikemudian hari?

NB: jangan hanya menggunakan akal sehat, namun tunjukkan pula keilmuan Saudara

15
BAGIAN III.2. KASUS MIKRO

Petunjuk:
1. Ujian bersifat open book, diperbolehkan membuka modul atau buku lainnya yang relevan
2. Alat komunikasi (telepon, pesan singkat, panggilan video) dengan tujuan kerja sama antar
mahasiswa tidak boleh dipergunakan selama ujian berlangsung
3. Tuliskan jawaban pada dokumen ini!
4. Pilih salah satu kasus diantara 2 kasus mikro yang disediakan!
5. Waktu yang digunakan menjawab kasus ini adalah 30 menit

Kasus 1.
Dari hasil survei pelanggan yang dilakukan pada 50 pasien yang partus di rumah sakit bulan
kemarin diperoleh hasil: Kepuasan pasien = 70 %, sedangkan 30 % dari pasien yang disurvei
kurang puas karena yang memberi pertolongan persalinan adalah bukan dokter spesialis, tetapi
bidan jaga. Pasien merasa kurang kesempatan untuk dapat berbicara dengan dokter yang
merawatnya.
Dari catatan yang ada di register rawat inap 15 dari 50 pasien tersebut mengalami seksio
caesaria, 5 dari antaranya mengalami infeksi luka operasi. Audit maternal perinatal pernah
dilakukan di rumah sakit tersebut, tetapi terhenti sejak 3 tahun yang lalu, karena terjadi
perubahan kebijakan direktur dan komite medis untuk tidak melakukan audit maternal perinatal
secara periodik.
Dua pasien didiagnosis eklampsia sedang, satu diantaranya meninggal 2 jam sesudah partus.
Dokter spesialis kebidanan mengeluh karena kasus kebidanan dan gynecology sering kali
dinomor-duakan oleh Instalasi bedah sentral: operasi elektif kebidanan dan gynecology sering
kali dijadwalkan akhir. Mereka juga mengeluhkan sering kali operasi harus ditunda karena hasil
lab belum tersedia, demikian juga karena tidak tersedia darah yang dibutuhkan.
Dua minggu yang lalu pada hari Minggu, terjadi kasus emergency di kamar bersalin pada kasus
kehamilan ektopik terganggu dengan demam tinggi yang hampir saja tidak tertolong, akibat
reaksi alergi terhadap antibiotika yang diberikan. Oleh karena tidak tersedia buffer stock obat
emergency, bidan harus meminjam obat emergency ke ICU yang kebetulan letaknya berdekatan.
Kampanye clean care is safer care telah dilakukan sejak 7 bulan yang lalu, tetapi bidan-bidan
senior kurang peduli dalam mempraktikkan di tempat kerja.

Pertanyaan:
1. Susun satu indikator kinerja pelayanan kebidanan dan buat rincian indikatornya ?
Jawab:
1) Pertama penyebab umum terjadinya penyimpangan, erat kaitannya dengan penyimpangan
minor yang terjadi dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan tanpa memperdulikan sistem
yang sudah mapan. Penyebab penyimpangan kinerja staf juga bisa terjadi karena, sistem
atau prosedur yang tidak jelas, keterbatasan fasilitas. Oleh karena itu, keterbatasan sumber-
sumber untuk mendeteksi penyebab dalam setiap penyimpangan minor masih dapat
ditoleransi.

2) Kedua penyebab khusus: terjadinya penyimpangan kinerja disebabkan karena, kesalahan


staf itu sendiri, kurang pengetahuan dan ketrampilan, kemampuan yang kurang dalam
pemeliharaan peralatan.

16
2. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien merupakan salah satu pilar penerapan clinical
governance di rumah sakit. Pada kasus tsb di atas, apakah tepat dilakukan untuk solusi
permasalahan yang ada ?
Jawab:
a. Setiap upaya medik yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
moral dan etik. Dalam keadaan tertentu maka resiko yang diakibatkan oleh kelalaian,
ketidaktahuan atau ketidaksengajaan sering tidak dapat dihindari. Kondisi pasien yang
semakin memburuk karena keterlambatan penanganan, timbulnya komplikasi akibat
kekeliruan terapi, pengambilan keputusan klinik yang merugikan pasien adalah beberapa
contoh dari resiko medik. Kejadiankejadian ini harus digunakan sebagai lesson learned,
dan jika perlu disertai dengan sangsi untuk mencegah terulangnya kekeliruan yang sama.
Dengan clinical governance maka setiap petugas yang terlibat dalam pelayanan klinik
harus memahami prosedurprosedur yang dapat mencegah terjadinya resiko akibat
penatalaksanaan klinik.
b. Selain itu pada bagian Managing Poor Performance yang merupakan bagian tersulit dari
clinical governance, maka kita harus secara jujur menunjukkan bahwa kinerja seorang
atau sekelompok klinisi amat buruk, dan perlu dikoreksi. Namun telaah lanjut juga perlu
dilakukan untuk menghindari bias yang menyebabkan penilaian menjadi misleading
(misalnya, tingginya kematian disebabkan oleh lebih beratnya kasus-kasus rujukan yang
harus ditangani).

3. Saudara sebagai anggota komite medis diminta oleh ketua komite medis untuk menyusun
rencana audit klinis di bagian kebidanan agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.
Susun garis besar rencana audit klinis yang akan saudara lakukan bersama dengan tim audit.
Jawab:
Audit medis terdiri dari audit internal dan ekstemal. Audit yang dilakukan oleh rumah sakit
dalam pedoman ini adalah audit internal yang merupakan kegiatan yang sistemik dan
dilakukan oleh peer yang terdiri dari kegiatan review, surveillance dan assessment terhadap
pelayanan medis.
Secara garis besar:
a. Pemilihan topik yang diteliti
b. Penetapan standar dan kriteria
c. Penetapan jumlah kasus
d. Membandingkan standar dengan pelayanan
e. Melakukan analisa kasus yang tidak sesuai kriteria
f. Tindakan korektif
g. Rencana re-audit

4. Jelaskan konsep dan aplikasi dari konsep tersebut untuk mengatasi permasalahan kasus
kebidanan dan gynecology yang dinomorduakan oleh IBS.
Jawab:
Pemilihan topik kasus yang harus diprioritaskan adalah mengenai kasus kebidanan dan
gynecology, kemudian dilakukan penentapan standar pelayanan minimal beserta kriteria-
keriteria yang harus dilengkapi sesuai dengan persyaratan yang telah diatur dan ditetapkan.
Kemudian dilakukannya pengkajian antara standar yang sudah ada dengan pelayanan yang
dilakukan oleh pelayanan kesehatan, jika terdapat kasus yang tidak sesuai kriteria maka
17
perlu dilakukannya tindakan korektif sebagai perbaikan atau solusi dari permasalahan kasus
tersebut guna mengutamakan keselamatan pasien serta meningkatkan mutu dan
mempertahankan standar pelayanan yang telah ditetapkan.

5. Adakah permasalahan manajemen sumber daya manusia yang terkait dengan kasus tersebut
di atas. Jelaskan.
Jawab:
Permasalahan manajemen sumber daya manusia pada kasus diatas adalah permasalahan
yang timbul dikarenakan lambatnya penanganan serta adanya ketidaksesuaian penanganan
yang dilakukan oleh tenaga medis, sehingga mayoritas menimbulkan risiko yang dapat
membahayakan keselamatan pasien. Hal tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan
kualitas pendidikan tenaga medis, mengikutsertakan pada kegiatan pelatihan keterampilan,
serta memotivasi tenaga medis untuk bekerja secara profesional.

6. Solusi apa yang perlu dilakukan agar selalu tersedia buffer stock obat emergency ?
Jawab:
Dalam melakukan perencanaan obat dipegaruhi oleh kecepatan pergerakan obat, yaitu fast
moving dan slow moving. Dalam menentukan obat yang tergolong fast moving atau slow
moving juga harus dilakukan perhitungan. Perhitungan yang sesuai dengan data riil
kebutuhan pasien mengenai jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang tepat bertujuan
agar obat dapat tersedia dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang dibutuhkan serta
diperoleh dengan harga yang serendah mungkin.

18
Kasus 2:
Seorang ibu usia 70 tahun baru saja mengalami operasi batu empedu di RS X yang
telah lulus akreditasi 12 pelayanan. Ibu tersebut mengalami keluhan sakit pada perut pada daerah
epigastrium sejak tiga minggu yang lalu. Saat dirujuk ke rumah sakit, ibu tersebut dalam keadaan
sangat kurus, akibat tidak suka makan selama tiga minggu. Pada waktu persiapan operasi telah
dilakukan konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam, dan kondisi baik untuk dilakukan
operasi. Operasi berjalan dengan lancar, batu berhasil dikeluarkan, kondisi ibu tersebut stabil
setelah fase pemilihan di ruang recovery kamar bedah, dan selang 12 jam dipindahkan ke ruang
VIP.
Selama di ruang perawatan pasca operasi, ibu tersebut mendapat infus protein dengan
kecepatan 24 tetes per menit, dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan. 12 jam di ruang
perawatan, kesadaran ibu tersebut menurun. Perawat memperlakukan ibu tersebut dengan baik
sesuai prosedur perawatan post operatif.
Hari ke dua di ruang perawatan, ibu tersebut mengalami sesak nafas. Urin tampung
hari ke dua 500 cc (sedikit). Pada waktu visite dokter bedah, dokter bedah memberikan instruksi
infus diteruskan tetapi diminta konsultasi ke dokter paru. Kemudian dikonsulkan ke dokter paru,
dan dicurigai terjadi infeksi nosokomial. Oleh karenanya diberikan injeksi antibiotika, dan
diperintahkan untuk kultur lendir jalan nafas. Hasil kultur lendir yang diambil dari jalan nafas
terbukti dijumpai adanya tiga jenis bakteri yang resisten terhadap hampir semua jenis antibiotika
jumlah urin hari ke 3 hanya sebatas 250 cc/hari. Infus tetap diberikan, perawat tidak berani
mengubah kecepatan, karena perintah dokter untuk meneruskan pemberian infus.
Pada hari ke empat, sesak nafas berlanjut, tidak ada perubahan, pada pukul 13.00
kesadaran pasien semakin menurun dan terjadi koma. Dilakukan konsultasi ke dokter spesialis
penyakit dalam dan dokter paru. Ketika dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kimia
darah, ternyata terjadi hyponatremia, dan kemudian diberikan bolus Natrium dosis tinggi.
Kesadaran tidak membaik, sesak nafas bertambah, dan akhirnya ibu tersebut harus mengalami
tracheostomi dan dirawat di ruang ICU.

Pertanyaan:
1. Dengan menggunakan rantai efek dari Berwick, lakukan analisis terhadap masalah mutu yang
ada pada kasus tersebut!
2. Apa permasalahan utama (menurut Saudara) sehingga kasus tersebut terjadi
3. Upaya internal apa yang dapat dilakukan agar kasus tersebut tidak terjadi lagi
4. Apa yang dapat dilakukan oleh komite medik untuk mencegah terulangnya kasus tersebut ?
5. Regulasi sebagai upaya eksternal dalam mengendalikan mutu pelayanan rumah sakit dapatkah
mencegah terulangnya kasus tersebut, atau mencegah terjadinya kasus yang sama di rumah
sakit lain ?

19

Anda mungkin juga menyukai