By: LESMANA
Engineer Engineer
Package 1 Package 2
- Pondasi Tiang
- Beton
Penyusunan tiang pancang di lapangan
Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang
yang disimpan di lapangan harus
memperhatikan titik angkat dan titik tumpu
untuk penyimpanan material, sesuai dengan
petunjuk teknis dari produsen tiang pancang.
Pemeriksaan material tiang pancang
Pada waktu kedatangan material, harus
dipastikan dilampiri mill sheet untuk
pemantauan kesesuaian material yang diterima
dengan spesifikasi teknis pekerjaan.
Harus dipastikan kode dan tanggal produksi
sesuai dengan mill sheet yang dilampirkan pada
surat pengiriman barang.
Sebelum digunakan, material tiang pancang
harus diperiksa kembali :
Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya
dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang), toleransi kemiringan mengikuti
ketentuan spesifikasi alat dan spesifikasi teknis – pemeriksaan boleh dilakukan
dengan water pass atau pendulum/bandul, selama kondisi angin tidak terlalu besar
dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa diam/stabil)
Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang – jika
tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah – dipantau berkala oleh
operator alat pancang dan helper
Counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’
Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu dipantau
oleh helper operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau tiang menjadi
miring, maka harus dihentikan dulu pemancangannya :
- jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal kembali
- ika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang, dilakukan penyesuaian
sumbu jatuh hammer supaya sejajar dengan kemiringan sumbu tiang dan jika
kemiringan bertambah semakin parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan
Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih
dari 2,5 m' kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas -- namun tidak
boleh lebih dari 3 m' dalam segala kondisi pelaksanaan
Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang
Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk ditembus
dengan tidak mengakibatkan tegangan internal melebihi spesifikasi material
Single-acting diesel hammer Double-acting diesel hammer
Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan final set
- harus sesuai dengan syarat dari Konsultan Desain (untuk drop
hammer
- dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel
hammer dan hydraulic hammer
where
R is the ultimate driving resistance in kN
S is the final set or penetration per blow in
millimetres.
C is the sum of the temporary elastic
compressions (in
mm) of the pile, dolly, packings, and ground,
calculated or measured as prescribed below.
h is the height of the free fall of ɳ is the efficiency of the blow,
the ram or hammer (in mm), representing the ratio of
taken at its full value for
trigger-operated drop energy after impact to striking
hammers, 80% of the fall of energy of ram. Where W is
normally proportioned greater than Pe and the pile is
winch-operated drop driven into penetrable ground:
hammers and 90% of stroke = (W+Pe²)/(W+P)
for single-acting hammers.
When using the McKiernan-
Terry type of double-acting Where W is less than Pe and
hammers, 90% of the rated the pile is driven into
energy in kN mm per blow penetrable ground:
should be substituted for the = (W +Pe²)/(W+P) - ((W-
product Wh in the formula.
The hammer should be Pe)/(W+P))²
operated at its maximum
speed whilst the set is being
taken.
Kelurusan Material Tiang Pancang
2 % (setara 1:50 atau 1°) untuk pemancangan di tanah berpasir dan lempung
lunak
4% (setara 1:25 atau 2°) untuk pemancangan di tanah yang mempunyai
lapisan yang sulit dipancang dan tidak seragam atau lapisan tanah berbatu
(boulder ridden soil, gravelly)
2% untuk pemancangan di konstruksi pantai/laut yang lebih dari 50% panjang
tiangnya berada di permukaan tanah
Toleransi ketidaklurusan antar tiang pancang yang disambung pada
umumnya diberikan nilai 1:100 (penyimpangan sumbu memanjang antar
sambungan tiang pancang)
Untuk tiang yang mengalami kemiringan lebih dari toleransi yang ditetapkan,
harus dilakukan review atau analisa oleh engineer pondasi atau Konsultan
Desain, mencakup pertimbangan gaya horizontal dan pengaruh ke tiang
pancang lain, serta perubahan analisa pile cap yang diperlukan
Toleransi Posisi Titik Pancang
jarak antar tiang tidak boleh kurang dari 2 kali diameter tiang bundar
(spun-pile) atau 2 kali sisi tiang berbentuk persegi (square pile) atau 1
kali dimensi terbesar untuk tiang berbentuk lain
jarak minimal dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung
tidak boleh kurang dari 1 kali diameter
Untuk tiang dengan dukungan friction (tahanan friksi):
jarak antar tiang tidak boleh kurang dari keliling penampang tiang
pancang yang digunakan dengan ketentuan minimum jarak = 1 m' jika
keliling tiang kurang dari 1 m' [diambil nilai terbesar antara keliling
penampang tiang pancang atau 1 m']
jarak dari tepi pile cap atau tepi elemen struktur yang didukung tidak
boleh kurang dari 1/2 keliling penampang tiang pancang dengan
ketentuan minimum jarak = 500 mm (50 cm) -- [diambil nilai terbesar
antara setengah keliling penampang tiang pancang atau 50 cm]
Safety Factor
Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus diperiksa pile heaving pada
pemancangan awal sebagai data awal – jika tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama
diperiksa, maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun jika terjadi pile
heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya
Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok harus dicatat level top of pile
nya sebelum dilakukan pemancangan berikutnya
(level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat dan tidak diikat ke BM, karena surveyor
juga harus melakukan tugas yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari
posisi yang tidak memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur)
Setiap selesainya pemancangan 2-4 tiang berikutnya dalam satu kelompok tiang, dilakukan
pengukuran ulang level tiang pancang yang telah terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak terjadi
pile heaving
Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul ulang/redrive untuk
mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau sedikit lebih rendah dari level awal
untuk pekerjaan re-drive harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan
pengambilan grafik final set lagi
Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh tiang pancang dalam satu
kelompok tiang selesai dipancang
Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk
dilakukan re-drive harus mengikuti ketentuan spesifikasi teknis
atau persetujuan Konsultan Pengawas -- direkomendasikan nilai
5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile
Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat
dilakukan langkah sebagai berikut :
Sambungan kelas A diperbolehkan apabila dipenuhi seluruhnya dari dua kondisi berikut ini :
luas tulangan terpasang tidak kurang dari 2 kali luas tulangan perlu dalam analisis pada
keseluruhan panjang sambungan
paling banyak 50% dari jumlah tulangan yang disambung dalam daerah panjang lewatan perlu
Apabila tidak dipenuhi dua kondisi tersebut maka harus dimasukkan sebagai sambungan kelas B
Penjelasan luas tulangan terpasang tidak kurang dari 2 kali luas tulangan perlu dalam analisis
pada keseluruhan panjang sambungan :
misalkan pada daerah sambungan diperlukan tulangan untuk menahan momen (pada
umumnya tulangan tarik) adalah sebanyak 3 buah tulangan dan yang masih terpasang atau
diteruskan di dalam daerah penampang tersebut min. 6 tulangan, maka dapat dinyatakan
memenuhi satu syarat ini
Penjelasan jumlah tulangan yang disambung paling banyak 50% dalam daerah panjang lewatan
perlu :
apabila dalam satu penampang pada posisi daerah yang akan disambung ada 6 buah
tulangan dan yang disambung hanya maksimal 3 tulangan sedangkan yang minimal 3
sisanya menerus (sambungan untuk 3 tulangan yang lain di luar daerah sambungan lewatan
perlu 3 tulangan yang disambung) maka dapat dinyatakan memenuhi satu syarat ini
sambungan yang ditempatkan berselang seling dapat dianggap di luar daerah panjang
lewatan perlu jika ditempatkan pada jarak antara sambungan yang tidak segaris, yaitu a min
= Ld (PBI N.I.-2 ps 8.12.2.b memberikan nilai a min = 40 db)
Sambungan Lewatan Dalam Kondisi Tarik
Panjang minimum sambungan lewatan tarik (ps. 14.15.(1-2) SNI-03-2847-2002) :
sambungan kelas A : Ls min = 1,0 Ld dan tidak kurang dari 300 mm
perhitungan Ld mengikuti ketentuan yang dapat dilihat pada bagian Penyaluran Tulangan Tanpa
Kait dengan menghitung nilainya tanpa faktor modifikasi
untuk fy < 400 MPa : Ls min = 0,07 . fy . db dan tidak kurang dari 300 mm
untuk fy > 400 MPa : Ls min = (0,13.fy - 24) . db dan tidak kurang dari 300 mm
di mana db adalah diameter nominal tulangan yang disambung, jika terdapat perbedaan
diameter tulangan nominal maka diambil nilai terbesar
Sambungan Lewatan Untuk Jaring Kawat
Untuk jaring kawat atau wiremesh, ketentuan panjang sambungan lewatan sebaiknya mengikuti
ketentuan dari brosur teknis atau standar gambar yang ditetapkan Konsultan Desain, atau jika
tidak ada ketentuan yang ditetapkan dapat diambil nilai yang relatif praktis dan aman,
yaitu Ls min sebesar 1,5 kali jarak antar kawat atau besi tulangan wiremesh.
Apabila dikehendaki penyaluran yang memanfaatkan kekuatan tarik kawat atau besi tulangan
wiremesh secara penuh pada umumnya diijinkan nilai sebesar 0,5 kali jarak namun harus atas
persetujuan dan pengawasan dari Konsultan Desain ataupun Konsultan Pengawas
sengkang sepihak menggunakan kombinasi kait 90° dan 135° yang dipasang sesuai pasal
23 SNI 03-2847-2002, seperti pada gambar di bawah ini
Penentuan Lokasi Pemutusan Tulangan Lentur
Apabila tidak ditentukan secara jelas dalam standar detail, maka secara praktis, pemutusan
tulangan lentur pada umumnya dapat pada jarak acuan titik pemutusan tulangan dari tumpuan,
yang banyak digunakan dan diterima :
pada 1/4 bentang bersih balok (elemen lentur) dan diperpanjang sebesar 20 db (untuk
tulangan lentur negatif + positif)
pada 1/3 bentang bersih balok (elemen lentur) dan diperpanjang sebesar 12 db (untuk
tulangan lentur negatif) dan pada 1/5 bentang bersih balok (elemen lentur) dan
diperpanjang sebesar 12 db (untuk tulangan lentur positif)
Penentuan Lokasi Pemutusan Tulangan Lentur
Acuan lokasi pemutusan tulangan secara praktis di atas tidak boleh diterapkan apabila pada
balok terdapat beban terpusat yang cukup besar -- dan kondisi ini harus dikonsultasikan secara
jelas dan pasti pendetailan untuk pemutusan tulangan tarik baik untuk momen positif maupun
negatif kepada Konsultan Desain atau Konsultan Pengawas
Batasan Pemutusan Tul.Momen Positif
Tulangan momen positif harus diteruskan sampai ke tumpuan dan dijangkarkan tanpa kait,
dengan jumlah minimal :
Apabila terdapat cukup banyak tulangan pada daerah momen negatif, dapat dilakukan
pemutusan beberapa kali dengan meneruskan minimal 1/3 tulangan tariknya pada setiap
pemutusan yang dilakukan
Batasan Pemutusan Tul.Momen Positif
Tulangan momen positif harus diteruskan sampai ke tumpuan dan dijangkarkan tanpa kait,
dengan jumlah minimal :
Apabila terdapat cukup banyak tulangan pada daerah momen negatif, dapat dilakukan
pemutusan beberapa kali dengan meneruskan minimal 1/3 tulangan tariknya pada setiap
pemutusan yang dilakukan
Pile Cap (Poer)
Pile Cap (Poer)
Tie Beam(Sloof) dan Pondasi Telapak
Tie Beam(Sloof) dan Pondasi Telapak
Kolom Struktural
Plat Lantai, Plat Jalan Beton, Retaining Wall,
Shear Wall dan GWT
Plat Lantai, Plat Jalan Beton, Retaining Wall,
Shear Wall dan GWT
Plat Lantai, Plat Jalan Beton, Retaining Wall,
Shear Wall dan GWT
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982),
antara lain:
Penyimpangan nilai slump dari nilai yang direkomendasikan, diijinkan apabila terbukti dan dipenuhi :
a. Beton tetap dapat dikerjakan dengan baik
b. Tidak terjadi pemisahan dalam adukan beton segar
c. Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi
Rekomendasi nilai slump untuk pemakaian beton segar pada elemen-elemen struktur untuk
mendapatkan workability yang diperlukan :
Tinggi 305 mm
Panjang 60 cm
memiliki salah satu atau kedua ujung berbentuk bulat setengah bola dengan diameter 16 mm
c. Alas : datar, dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku
Langkah Pengujian :
d. Segera setelah permukaan atas beton
diratakan, cetakan diangkat dengan kecepatan
3-7 detik, diangkat lurus vertikal tidak boleh
diputar atau digeser ke samping
Berdasarkan SNI 1972-2008 selama mengangkat kerucut
e. Seluruh proses dari awal sampai selesainya
Langkah Pengujian :
pengangkatan etakan tidak boleh lebih lama
a. Kerucut Abrams (cetakan) dibasahi, dari 2,5 menit
ditempatkan di atas permukaan yang datar, f. Letakkan cetakan di samping beton yang diuji
dalam kondisi lembab, tidak menyerap air slump-nya (boleh diletakkan dibalik posisinya)
dan kaku dan ukur nilai slump : penurunan permukaan
b. Pengisian cetakan dibagi 3 kali, masing-masing atas beton pada posisi titik tengah permukaan
sekitar 1/3 volume cetakan – tiap lapis atasnya
dipadatkan dengan 25 g. Jika terjadi kegagalan slump (tidak memenuhi
kali tusukan secara merata dan menembus ke kisaran slump yang disyaratkan, keruntuhan
lapis sebelumnya/di bawahnya namun tidak benda uji termasuk keruntuhan geser),
boleh menyentuh dasar cetakan maka pengujian diulang- maksimal 3 kali, jika
c. Lapis terakhir dilebihkan pengisiannya – setelah masih gagal maka beton dinyatakan
dipadatkan alu diratakan dengan ggelindingkan tidak memenuhi syarat dan ditolak
batang penusuk di atasnya h. Syarat variasi pengukuran yang memenuhi
syarat dari 3 pengukuran : minimum 2
memenuhi syarat dengan selisih pengukuran
tidak lebih dari 21 mm.
Perbedaan antara PBI 1971 N.I.-2 dan SNI 1972:2008 pada keruntuhan
slump :
o PBI 1971 N.I.-2 mengijinkan slump geser dan diukur rata-rata seberti gambar b di atas
o 2.SNI 1972:2008 menggolongkan slump geser sebagai keruntuhan yang tidak diijinkan
(karena mengindikasikan kurangnya plastisitas beton atau kurangnya kohesi adukan pasta semen/mortar
untuk mengikat beton)
Ada dua pengujian yang utama yang dilakuan terhadap beton, yaitu :
SLUMP Test
Slump Test bertujuan untuk menunjukkan Workability atau istilah bakunya kelecakan (seberapa
lecak/encer/muddy) suatu adukan beton.
Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil sampel lain, kemudian dilakukan
slump test lagi. Jika masih gagal juga, maka beton tersebut boleh ditolak.
B. UJI KUAT TEKAN
Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari beton yang sudah mengeras. Test ini
dilakukan di laboratorium, dan tentu saja bukan di lokasi proyek (off-site).
Kekuatan beton dapat diukur dalam satuan MPa atau satuan lain misalnya kg/cm2. Kuat tekan ini
menunjukkan mutu beton yang diukur pada umur beton 28 hari.
Peralatan Pembuatan Sampel
Tabung/silinder cetakan (diameter 100mm x 200mm H, atau diameter 150 mm x 300 mm H)
Sekup kecil.
Isi 1/2 dari isi cetakan dengan sampel dan lakukan pemadatan dengan cara rodding sebanyak 25 kali.
Pemadatan juga dapat dilakukan di atas meja getar.
Isi lagi cetakan silinder hingga sampel beton sedikit meluap. Lakukan rodding 25 kali sampai ke atas
lapisan pertama.
Ratakan beton yang meluap, dan bersihkan tumpahan-tumpahan beton yang menempel di sekitar
cetakan.
Beri label. Letakkan di tempat yang teduh dan kering dan biarkan beton setting sekurang-kurangnya
selama 24 jam.
Buka cetakan dan bawa beton silinder ke laboratorium untuk dilakukan uji kuat tekan.
` Untuk detail Uji Tekan, sambil menunggu.. saya hubungi laboratorium dulu kalau begitu.
Parameter Pemantauan Beton Segar
Parameter yang harus diperhatikan manager, engineer dan pelaksana dalam tim pelaksana
Kontraktor dalam memantau beton segar yang diterima dan diaplikasikan di lapangan/proyek secara
umum adalah :
workability
waktu setting, berhubungan dengan fase beton mulai dari beton segar sampai beton
jadi/keras
susut plastis
Fase beton yang harus diketahui :
fase plastis
fase setting
fase hardening
Faktor yang mempengaruhi parameter-parameter tersebut di atas adalah :
kuat tekan rencana
faktor air semen
kondisi lingkungan dan area kerja
Waktu Setting dan Fase Beton
Waktu setting penting untuk dipantau karena berkaitan dengan fase beton yang mempengaruhi
kekuatan beton yang dihasilkan dari pelaksanaan pengecoran.
fase setting : kondisi beton di antara waktu initial setting dan total/final setting
fase hardening : kondisi beton di antara waktu final setting sampai dengan selesainya proses hidrasi
seluruh komponen kimia pada semen
Waktu Setting dan Fase Beton
Pada beton tanpa bahan tambah/additive, secara umum disepakati atau dipakai acuan waktu sebagai
berikut :
waktu initial setting yang dipahami sebagai awal proses hidrasi semen mulai terjadi pada 45 -120 menit
dari dimulainya pencampuran/mixing beton
rentang waktu initial setting yang ditetapkan sebagai batas kondisi plastis telah hilang pada umumnya
adalah 1,5-2,5 jam dari dimulainya pencampuran/mixing beton
waktu total/final setting dianggap adalah 3-4 jam dari dimulainya pencampuran/mixing beton
Fase beton yang merupakan kondisi di mana beton dinyatakan sebagai beton segar, belum terjadi proses
hidrasi dan dapat dicor adalah fase plastis, dan pada umumnya diambil maksimal 2,5 jam dari waktu mixing
beton sebagai waktu maksimal penyelesaian pengerjaan beton segar sampai dengan
pemadatan/compacting.
Waktu Setting dan Fase Beton
batang vibrator harus masuk ke dalam lapisan beton sampai sekitar 10 cm di atas dasar beton, namun
tidak menyentuh dasar acuan
jika pengecoran tebal dan dilakukan beberapa lapis (misal pada dinding atau kolom), dengan
ketebalan tiap lapis sekitar 30 cm dan pemadatan dilakukan dengan overlap batang vibrator
masuk sekitar 15 cm di lapisan sebelumnya - beton lapis di bawah harus dalam kondisi plastis
pada waktu pemadatan lapis di atasnya (diatur supaya waktu penuangan dan penggetarannya
mendekati namun tetap sebelum terjadinya waktu initial setting yaitu mulai hilangnya plastisitas
beton lapis bawah)
Yang tidak boleh dilakukan dengan concrete vibrator :
Secara umum, Grouting adalah pekerjaan yang dapat bersifat struktural atau non-struktural, yang
definisnya adalah :
a. Grouting struktural :
penempatan material grouting untuk mengisi celah antar elemen struktural, misal : kolom baja
atau antar elemen struktur precast, alas pondasi mesin, pemasangan angkur atau stek esi tulangan,
dsb
injeksi material grouting untuk stabilisasi struktur massa, misal : dam, bendungan, dsb
injeksi material grouting untuk perkuatan atau perbaikan kerusakan elemen struktural,
b. Grouting non-struktural :
penempatan material grouting untuk pemasangan dan pengisian/penutupan celah antar elemen
kepentingan estetika/finishing
Pada dasarnya grouting adalah merupakan aktifitas pengisian celah, dengan beberapa teknik aplikasi:
injeksi material grouting, dengan menggunakan tekanan
penyapuan adukan grouting, dengan pemasangan pasta grouting pada permukaan untuk mengisi celah
dangkal atau lubang kecil di permukaan atau antar elemen pelapis finishing
penuangan pasta grouting sedapat mungkin dilakukan dari satu titik atau sisi dan dibiarkan
mengalir dengan sendirinya
jika luasan permukaan cukup besar dan tertutup base plate yang lebar pula, dilakukan
penuangan dari tengah dengan membuat lubang-lubang kontrol pada base plate
jika luasan permukaan cukup luas, gunakan head box untuk menjamin tekanan gravitasi
yang cukup untuk pengaliran pasta grouting dengan baik
jika terpaksa dilakukan penuangan dari beberapa titik, tidak boleh ada pertemuan antar
aliran pasta grouting yang tidak terkontrol atau tidak terlihat, untuk memastikan pertemuan
antar aliran dapat menyatu dengan sempurna
penuangan harus dilakukan dengan tidak menimbulkan gelembung udara terperangkap dalam
adukan pasta yang dialirkan
penuangan harus kontinyu dan tidak terputus antar adukan, harus diperhatikan antara
kecepatan penuangan dan pengadukan pasta grouting
tidak dilakukan penggetaran dengan alat concrete vibrator
seluruh proses penuangan dan pengaliran harus diselesaikan dalam waktu 25 menit
setelah pengadukan material pasta grouting
suhu adukan selama pelaksanaan, sampai 48 jam setelah penuangan selesai harus dijaga
supaya tidak lebih dari 30°C
TERIMA KASIH