STRUKTUR PONDASI
JCO SERANG
OLEH
INDRA STRUCTURAL WORKS
A. Tanggung Jawab Kontraktor
Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk mengadakan tindakan pengamanan untuk mencegah
kerusakan-kerusakan yang mungkin timbul pada bangunan tetangga, jalan, drainage, saluran air
minum, pipa gas, kabel-kabel listrik dan telepon yang ada. Segala perbaikan atas kerusakan
tersebut dilakukan atas biaya kontraktor.
F. Loading Test
• Banyaknya percobaan ditetapkan sebagai berikut :
Static vertical tekan kentledge: Tergantung Hasil Pemancangan – diinformasikan
lebih lanjut
PDA Test: Tergantung Hasil Pemancangan – diinformasikan lebih lanjut
• Khusus untuk Static Vertical Loading test harus dilakukan loosening terlebih dahulu untuk
menghilangkan friksi di sekitar tiang yang akan di test, atau menggunakan material
penghilang friksi.
• Percobaan muatan dilakukan pada individu tiang (test pile) yang posisinya ditentukan atau
disetujui oleh Pengawas, dengan terlebih dahulu kontraktor menyerahkan usulan sistem
yang akan dilakukan
• Berita acara percobaan pembebanan harus dibuat dengan seksama dan ditandatangani
oleh Kontraktor serta mendapat persetujuan Pengawas. Catatan-catatan yang harus
tercakup antara lain :
Posisi tiang, panjang tiang, ukuran penampang tiang
Waktu percobaan, dan waktu penyelesaian pemancangan tiang
Kondisi cuaca dan air tanah
Diskripsi mengenai alat-alat yang dipergunakan untuk percobaan
Sertifikat kalibrasi dari alat-alat (terutama pengukur) yang dipergunakan dalam
percobaan
Time-settlement curve
Load-settlement curve
Load-time curve
Segala kejadian dalam percobaan
J. Garansi Pelaksanaan
Penyimpangan dari ketentuan dalam spesifikasi ini tidak diperkenankan, sedang segala akibat dari
penyimpangan yang timbul akibatnya akan menjadi tanggung jawab dari kontraktor, termasuk
biaya-biaya perbaikan yang diperlukan atas keputusan Konsultan
SPESIFIKASI TEKNIS
STRUKTUR ATAS
JCO SERANG
OLEH
INDRA STRUCTURAL WORKS
DAFTAR ISI
i
14. Pembongkaran Cetakan dan Pengencangan Kembali Perancah
15. Pemakaian Ulang Cetakan
16. Cetakan untuk Beton Prestress
17. Pembongkaran dari Cetakan untuk Pekerjaan Prestress
18. Hal Lain-lain
ii
D. PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
1. Lingkup Pekerjaan
2. Referensi
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Perencanaan dan Pengawasan
2. Standar Pengelasan
3. Lubang-Lubang Baut
4. Sambungan
5. Pemasangan Percobaan
6. Pengecatan
7. Pemasangan Akhir
8. Toleransi
4. Contoh Bahan
5. Pengujian Mutu Pekerjaan
iii
A. PEKERJAAN TANAH UNTUK LAHAN BANGUNAN
A.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi:
• Penyediaan tenaga kerja, material/bahan, mobilisasi dan demobilisasi alat-alat berat
seperti Dozer, Back Hoe, Dump Truck, dan Escavator yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan semua "pekerjaan tanah", seperti tertera pada gambar rencana dan
spesifikasi ini.
• Juga termasuk semua pembersihan dan penebasan/pembabatan, galian dan urugan
untuk bangunan seperti yang ditentukan “Pengawas”.
• Pekerjaan perbaikan atau penggantian tanah jelek/sampah/humus, dan menambah
bahan.
• Pekerjaan Cut & Fill, menggali dan mengurug dan memadatkan tanah.
A.2. Umum
Pembersihan, penebasan/ pembabatan dan persiapan daerah yang akan dikerjakan.
• Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan. Penebasan/
pembabatan harus dilaksanakan terhadap semua belukar, sampah yang tertanam dan
material lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah yang akan dikerjakan, harus
dihilangkan, ditimbun kemudian dibakar atau dibuang dengan cara-cara yang disetujui
oleh “Pengawas”. Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput dan
sebagainya, harus dihilangkan sampai kedalaman 0,500 m di bawah tanah
dasar/permukaan.
• Semua daerah urugan, harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada maupun
terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau
bahan-bahan yang dapat menimbulkan pelapukan dikemudian hari.
• Semua material, sampah, puing, akar-akaran dan rumput harus dibuang keluar
lokasi/site dan menjadi tanggung jawab “Kontraktor”.
• Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk
pekerjaan “Kontraktor” dan harus dibuat dari kayu jenis Meranti atau setara setebal 3
cm dengan tiang dari kaso 5/7 atau dolken berdiameter 8-10 cm dengan jarak 2
meter satu sama lain. Pemasangan harus kuat dan permukaan atasnya rata dan sipat
datar (waterpas).
• Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang
menyatakan as-as dan atau level/peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak mudah
hilang jika terkena air/hujan.
• “Kontraktor” harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan berikut
ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila dianggap perlu siap untuk
mengadakan pengukuran ulang.
• Semua pekerjaan pengukuran, dari mulainya pekerjaan persiapan sampai dengan
selesainya pekerjaan termasuk harus disediakan dan menjadi tanggungan
“Kontraktor”.
• “Kontraktor” harus membuat 3 buah titik Benchmark sebagai titik referensi yang
diambil dari titik BM awal (yang ditentukan oleh Arsitek). Titik tersebut harus
terlindung dan tidak mudah rusak akibat pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Titik-titik
tersebut harus dilengkapi koordinat sumbu/axis X dan Y serta elevasi Z, dibuat dari
beton K 225 dimensi 20 cm x 20 cm.
1
A.3. Pekerjaan Galian
A.3.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian harus memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan dalam gambar.
“Kontraktor” harus menjaga supaya tanah di bawah dasar elevasi seperti pada gambar
rencana atau ditentukan oleh Pengawas, tidak terganggu, jika terganggu “Kontraktor” harus
mengurug kembali lalu dipadatkan sesuai syarat yang tertera dalam spesifikasi di bawah ini.
2
• Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan “Kontraktor”,
“Kontraktor” harus segera mengganti kerugian yang terjadi yang dapat berupa
perbaikan dari barang yang rusak akibat pekerjaan “Kontraktor”. Sarana yang sudah
tidak bekerja lagi yang mungkin ditemukan di bawah tanah dan terletak di dalam
lapangan pekerjaan harus dipindahkan keluar lapangan ke tempat yang disetujui oleh
“Pengawas” atas tanggungan “Kontraktor”.
A.4.2. Bahan-bahan
• Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum diberi 10 cm urugan
pasir padat (setelah disirami, diratakan dan dipadatkan) di bagian atas dari urugan
dibawah plat-plat beton bertulang, beton rabat dan pondasi dangkal.
• Urugan yang dipakai di bawah lapisan pasir padat tersebut adalah dari jenis tanah silty
clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan yang bisa lapuk serta bahan
batuan yang telah dipecah-pecah dimana ukuran dari batu pecah tersebut tidak boleh
lebih besar dari 15 cm.
• Diharuskan semua bahan urugan hanya terdiri dari mutu yang terbaik yang dapat
dipergunakan.
3
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk bukti
penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh, kepadatan
kering maksimum dan kadar air optimumnya. Penelitian harus mengikuti prosedur
yang umum dipakai yaitu ASTM D 1557.
• Pengeringan/pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan tanah supaya daerah
yang dikerjakan terjamin pengaliran airnya.
• Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu yang
besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batu-batu kecil
dan tanah yang dipadatkan.
• Kelebihan material galian harus dibuang oleh “Kontraktor” ke tempat pembuangan
yang ditentukan oleh “Pengawas”.
• Jika material galian tidak cukup, material tambahan harus didatangkan dari tempat
lain, tanpa tambahan biaya.
4
B. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH
B.1. Umum
B.1.1. Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan Perancah untuk
pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam SNI 2847-2019, ACI 347, ACI 301, ACI
318.
Asuransi keselamatan dan peralatan haruslah menjadi tanggung jawab dari "Kontraktor".
B.1.3. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau diperinci berikut,
harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau spesifikasi terakhir sebagai
berikut:
• SNI 2847-2019: Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung,
• SII: Standard Industri Indonesia,
• ACI-117: Specification for Tolerances for Concrete Construction and Materials,
• ACI-301: Specification for Structural Concrete Building,
• ACI-318: Building Code Requirement for Reinforced Concrete,
• ACI-347: Guide to Formwork for Concrete.
1
dipakai.
• “Kontraktor” wajib dan harus membuat dan menyerahkan gambar kerja kepada
“Pengawas” dengan meperhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan
dan penunjang, metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan cetakan,
sirkulasi cetakan. Gambar kerja harus diserahkan kepada "Pengawas" sekurang-
kurangnya dua minggu hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa. Hanya gambar
kerja untuk cetakan beton ekspose yang perlu persetujuan dari arsitek.
• Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan cetakan.
B.2. Bahan-bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan penunjang
pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti terlihat dan
terperinci.
b. Perancangan/Desain
• Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli
resmi yang bertanggung jawab penuh kepada “Kontraktor”.
• Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan ACI-
347.
• Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih
basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar.
Penunjang-penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan
harus ditanamkan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan menjamin
bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi
berlebihan.
c. Acuan
• Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
• Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah kebocoran.
• Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan
mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
• Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak merusak
struktur yang sudah selesai dikerjakan.
• Jangan memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan tegak
dari beton.
2
B.2.2. Cetakan untuk Permukaan Beton Ekspose
Cetakan Plastic-Faced Plywood (Penyelesaian Halus dan Penyelesaian dengan Cat/Smooth Finish
and Painted Finish).Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola pengikat harus
seragam dan simetris. Setiap sambungan antara bidang panel ataupun sudut maupun
pertemuan-pertemuan bidang, harus disetujui dahulu oleh "Pengawas" untuk pola
sambungannya.
Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara panel-panel cetakan harus
dikencangkan untuk mencegah kebocoran dari grout (penyuntikan air semen) atau butir-butir
halus dan harus diperkuat dengan rangka penunjang untuk mempertahankan permukaan-
permukaan yang berhubungan dengan panel-panel yang bersebelahan pada bidang yang sama.
Gunakan bahan penyambung cetakan antara beton ekspose yang diperkeras dengan panel-panel
cetakan untuk mencegah kebocoran dari grout atau butir-butir halus dari adukan beton baru ke
permukaan campuran beton sebelumnya. Tambahan pada cetakan tidak diijinkan.
Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar. Cetakan dari papan
haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan permukaan-permukaan pada bidang yang
sama tanpa sambungan mendatar dengan sambungan ujung yang terjadi hanya pada sudut-
sudut dan perubahan bidang.
Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk stabilitas dan untuk
mencegah lepas/terurainya adukan. Cetakan papan harus dikencangkan pada penunjang
plywood dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat.
Pola dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh "Pengawas".
Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh rekatan dimana beton
diindikasikan menerima seluruh ketebalan plesteran.
3
B.2.6. Jalur Kayu
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer.
Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan “Chemical Form Release Agent” (bahan
untuk melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai dengan
spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan dipasang.
Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat “Kontraktor” tetap dengan
persetujuan “Pengawas”.
Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus dari jenis dengan
kerucut (cone snap off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm maximum diameter pada
permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke pengencang sambungan. Pengikat haruslah
lurus ke dua arah baik mendatar maupun tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar
atau seperti disetujui oleh "Pengawas".
4
• Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagian-bagian struktur
beton bila tidak ditunjuk secara detail di dalam gambar. Di dalam beton perlu dipasang
selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa.
• Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar, tidak dibenarkan
untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton.
• Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam dalam
beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka kontraktor
segera mengkonsultasikan hal ini dengan "Pengawas".
• Tidak dibenarkan untuk membengkokkan/memindahkan baja tulangan tersebut dari
posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa ijin
tertulis dari "Pengawas".
• Semua bagian-bagian/peralatan tersebut yang ditanam dalam beton seperti angkur-
angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus
sudah dipasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
• Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan
diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran dilakukan.
• Kontraktor Utama harus melakukan koordinasi dengan kontraktor paket pekerjaan lain
seperti kontraktor M & E dan memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk
memasang bagian-bagian/peralatan tersebut sebelum pelaksanaan pengecoran beton.
• Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda/
peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut diharuskan tidak
terisi beton harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah
pelaksanaan pengecoran beton.
B.3. Pelaksanaan
B.3.1. Umum
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya
kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap
pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya sentuhan
yang mungkin ada.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk. Pemakaian
bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan
pengecoran beton berlangsung menunjukan tanda-tanda penurunan yang berlebihan sehingga
menurut pendapat "Pengawas" hal ini akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan
gambar rancangan tidak akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka
"Pengawas" dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan
dan mengharuskan “Kontraktor” untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup
kuat. Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan “Kontraktor”.
Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail (termasuk
5
perhitungannya) harus diserahkan kepada "Pengawas" untuk disetujui dan pekerjaan pengecoran
beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar tersebut disetujui.
Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung untuk melihat
bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga. Bila selama pelaksanaan
didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan perancah memperlihatkan penurunan
atau perubahan bentuk, pekerjaan harus dihentikan, diberlakukan pembongkaran bila kerusakan
permanen, dan perancah diperkuat seperlunya untuk mengurangi penurunan atau perubahan
bentuk yang lebih jauh.
B.3.2. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan dari beton seperti
yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-celah, pengunduran
(recesses), chamfers dan proyeksi-proyeksi seperti diperlukan.
Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air dan
dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan kemiringan serta
mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang cetakan.
Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan “Kontraktor” bertanggung jawab untuk
lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi yang tepat dari cetakan,
haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan.
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik pada arah mendatar
maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali seperti diperlihatkan lain
pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai ACI 117 Standard Specification for Tolerances
for Concrete Construction and Material.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan beton yang
diekspose.
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkaran tidak
mengalami kerusakan pada permukaan.
Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi bawah dari balok
diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya sendiri.
Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau dicor sebelum balok lantai
dibawahnya bekerja penuh.
Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, “Kontraktor” harus benar-benar
6
yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak/datar yang mempunyai "plumbness"/kemiringan
yang tidak sesuai dengan persyaratan pada ACI 117.
B.3.5. Chamfers
Garis/lajur chamfers harus sebagaimana ditunjukkan pada gambar.
B.3.8. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung dari beton yang
dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya pada bagian bawah dari
cetakan-cetakan dinding dan pada titik-titik lain dimana diperlukan untuk fasilitas pembersihan
dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat
dari bukaan pembersihan berdasar kepada persetujuan "Pengawas".
Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa pembersihan pada
lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk permukaan ekspose tanpa
7
persetujuan "Pengawas".
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan permukaan ekspose
pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagian-bagiannya dapat dilepas sepenuhnya
seperti disetujui oleh "Pengawas".
Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose, lokasi harus
disetujui oleh "Pengawas".
Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai sesuai dengan metoda
perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan selama operasi pengecoran
sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi, perkuat/kencangkan bila
pergerakan terlihat nyata. Pasanglah penunjang-penunjang berturut-turut, segera, untuk hal-hal
tersebut diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan cetakan
memperlihatkan pergerakan terus menerus melampaui yang dimungkinkan dari peraturan.
B.3.10. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti diperlihatkan
pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara pada bagian bawah dari semua
cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-
lubang tersebut setepatnya, segera sebelum pengecoran beton ke dalam cetakan-cetakan dari
dinding. Lengkapi dengan keperluan pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari
lantai-lantai beton.
B.3.11. Waterstops
Untuk setiap sambungan pengecoran beton yang mempunyai selisih waktu pengecoran lebih dari
4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan tanah atau air di bawah
lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambar-gambar, harus dilengkapi dengan
waterstop.
8
Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang sambungan
kedap air sesuai dengan saran dan rekomendasi dari “Perencana”. Untuk tipe waterstop dapat
digunakan produk Sika, Fosroc atau sejenisnya yang setara.
Puncak dari chamber (penunjang), lokasi dan besarnya harus sesuai dengan gambar. Lengkapi
dengan dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya untuk mendongkrak
dan untuk mengambil alih penurunan pada cetakan, baik sebelum ataupun pada waktu
pengecoran dari beton.
Keterangan Waktu
Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar tanpa
menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-bukaan
(reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi arsitek atau permukaan
beton ekspose dengan menggunakan peralatan ataupun description apapun tidak diijinkan.
Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara umum pertahankan keutuhan dari
9
desain.Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran untuk
mencegah kerusakan pada bidang kontak.
Pemasangan kembali perancah (reshore) segera setelah pembongkaran cetakan dan harus
dilakukan bertahap, topang/tunjang kembali sepenuhnya semua pelat dan balok sampai dengan
sedikitnya tiga lantai dibawahnya. Pemasangan perancah kambali harus tetap tinggal
ditempatnya sampai beton mencapai kriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa dengan teliti
kekuatan beton dengan test silinder dengan biaya “Kontraktor”.
Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran beton dan selama
perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang karena tingkatan kerja. Perancah harus tidak
boleh dipindahkan sampai beton mencapai kekuatan yang mencukupi.
Plywood sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara menyeluruh, dan
lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah memakai ulang plywood yang mempunyai
tambalan, ujung yang usang, cacat/kerusakan akibat lapisan damar pada permukaan atau
kerusakan lain yang akan mempengaruhi tekstur dari penyelesaian permukaan.
Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang dengan membersihkan secara
menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Perbaiki kerusakan pada cetakan
dan bongkar/buanglah papan-papan yang lepas atau rusak.
Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang diakibatkan oleh
perubahan-perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada bagian yang terlihat hanya boleh
dipakai ulang hanya pada potogan-potongan yang identik.
Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil pada bagian
permukaan yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan ada bekas jalur akibat dari
plywood yang robek atau lepas seratnya.
Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung oleh struktur-
struktur penunjangnya dan untuk itu “Kontraktor” harus melampirkan perhitungan yang
berkaitan dengan rancangan pembongkaran perancah.
10
B.3.16. Cetakan untuk Beton Prestress
Cetakan haruslah dari konstruksi sedemikian sehingga tidak akan membatasi regangan-regangan
di dalam beton sementara tarikan mulai dilakukan, dan kekuatannnya harus ditentukan
sehubungan dengan pertimbangan dari perubahan-perubahan dalam distribusi tegangan bila
penarikan dimulai.
11
C. PEKERJAAN BETON BERTULANG
C.1. Umum
C.1.1. Lingkup Pekerjaan
C.1.3. Penyerahan-penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh “Kontraktor” kepada "Pengawas” sesuai
dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan dengan segera sehingga tidak
menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada pekerjaan “Kontraktor” lain.
a. Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh “Kontraktor”
kepada "Pengawas" untuk mendapat persetujuan ijin. Penyerahan harus dilakukan
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum jadwal pelaksanaan pekerjaan beton.
b. Data dari pabrik/sertifikat
Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka sebelum pengiriman;
“Kontraktor” harus sudah menyerahkan kepada "Pengawas" sedikitnya 5 hari kerja
sebelum pengiriman; hasil-hasil percobaan laboratorium, baik hasil percobaan bahan
maupun hasil percobaan campuran yang diperuntukan proyek ini.
C.1.4. Percobaan Bahan dan Campuran Beton
a. Umum
Test bahan: Sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan untuk test
berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standard referensi untuk
menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk membuat campuran yang diperlukan.
c. Agregat: Analisa tapis, berat jenis, prosentase dari void (kekosongan), penyerapan,
kelembaban dari agregat kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar, modulus
terhalus dari agregat halus.
d. Adukan/campuran beton:
• Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan design mix masing-masing
untuk umur 7 hari, 14 hari, 28 hari dan 56 (bilamana diperlukan akan ditest) hari
yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih sedemikian rupa
sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh "Pengawas".
Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya 3
minggu sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu betonpun harus sesuai
dengan mutu standard SNI 2847-2019. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum
diperiksa "Pengawas" tentang kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaannya
adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab “Kontraktor”. Trial mix dan design
mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang
berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
• Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap
agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana
proposional atau perbandingan yang harus disetujui oleh "Pengawas".
• Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan kekuatan
dari berat normal beton, dibuat empat (4) adukan campuran dengan memakai
nilai faktor air-semen yang berbeda-beda.
• Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder
beton diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai SNI 2847-2019, atau ACI 304-00,
ACI Committee - 304, ASTM C 94.
• Pengambilan benda uji untuk kriteria penerimaan beton dilakukan sebagai berikut
ini:
o Untuk Elemen Vertikal (Kolom, Dinding Geser) pengambilan 1 (satu) set
benda uji untuk mewakili volume beton 10 (sepuluh) m3.
o Untuk Mass Concrete pengambilan 1 (satu) set benda uji untuk mewakili
volume beton 100 (seratus) m3.
o Untuk Eleman lainnya (Balok, Pelat dll) pengambilan 1 (satu) set benda uji
untuk mewakili volume beton 25 (dua puluh) m3.
• Yang dimaksud dengan 1 (satu) set benda uji adalah terdiri dari 5 (lima) buah
Silinder beton dengan perinciaan sebagai berikut ini:
o 1 (satu) buah benda uji untuk pengetesan dihari ke 7 (“Initial Warning”)
o 1 (satu) buah benda uji untuk pengetesan dihari ke 14 atau sesuai siklus
pembongkaran cetakan (“Formwork Cycling”).
o 2 (dua) buah benda uji untuk pengetesan dihari ke 28 (“Design Strength”).
o 1 (satu) buah benda uji sebagai cadangan dan bilamana diperlukan akan
ditest dihari ke 56.
Jumlah set dapat dipertimbangkan kembali untuk pengurangan setelah tercapai
pengambilan 10 (sepuluh) benda uji. Khusus untuk pengecoran dengan
menggunakan “Concrete Pump”, pengambilan benda uji yang diperlukan untuk
pengecekan korelasi dilakukan dengan penambahan 2 (dua) set @ 3 (tiga) benda
uji beton silinder atau total 6 (enam) buah benda uji yang diambil di ujung pipa
untuk dilakukan pengetesan dihari ke 28, untuk mewakili setiap pengecoran
dengan volume ≤120 m3.
• Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan SNI 2847-2019, dilakukan di
lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh "Pengawas". Apabila digunakan
metoda pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka
pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari
hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang
akan dilaksanakan.
• Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam
Standard Industri Indonesia (SII) dan SNI 2847-2019 atau metoda uji bahan
yang disetujui oleh "Pengawas".
• Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan
dengan baik oleh tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan
pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
e. Pengujian slump
• Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam SNI 2847-2019, kecuali
ditentukan lain oleh "Pengawas".
• "Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton
dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir
yang bebas keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan
kontrak adalah bahwa "Kontraktor" bertanggung jawab penuh untuk produksi
dari beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi
syarat batas slump. Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada
pengukuran di pelepasan pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus 100
mm sampai 150 mm.
• Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan atau kondisi
normal (tanpa admixtures) :
f. Percobaan tambahan
• “Kontraktor”, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus mengadakan
percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada bahan-bahan beton
dan membuat desain adukan baru bila sifat atau pemilihan bahan diubah atau
apabila beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan spesifikasi.
• Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan
akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
pelepasan perancah/acuan. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan
pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada "Pengawas" dalam jangka waktu
tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.
C.2. Bahan-Bahan/Produk
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan
Indonesia.
C.2.1. Semen
a. Mutu semen
• Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-82,
Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan
aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan
dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh pihak "Pengawas".
• Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland dan
bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu
dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis
campuran.
• Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas
jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis
semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu.
b. Penyimpanan Semen
• Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga
agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman.
Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras
ataupun tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan. Semen harus dalam
zak-zak yang utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi
secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman. Semen yang
telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan untuk pekerjaan.
• Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk
melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan.
• Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan
sertifikat test dari pabrik.
• Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2.5 %.
• “Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah disetujui
untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti merk semen selama
pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari "Pengawas".
C.2.2. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 "Mutu dan
Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka harus memenuhi
spesifikasi agregat untuk beton.
a. Agregat halus (Pasir)
• Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari: butir-butir tajam, keras,
bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis. Agregat halus
harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang ditentukan di SNI
2847-2019.
• Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka
agregat halus dicuci. Sesuai SNI 2847-2019 atau SII 0051-82.
• Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 %
berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan
0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
• Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
• Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran
oleh bahan-bahan lain.
C.2.3. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta baja
tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan
dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh "Pengawas".
2. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan SNI 2847-2019, ACI 304, ACI
Committe 304 dan ASTM C94.
• Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan
kehilangan bahan-bahan.
• Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan
setelah disetujui oleh "Pengawas". Dalam hal ini, "Pengawas" mempertimbangkan
persetujuan penggunaan talang miring ini, setelah mempelajari usul dari
pelaksana mengenai konstruksi, kemiringan dan panjang talang itu.
• Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinue secara
mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai
bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang
ditentukan dalam pasal SNI 2847-2019.
3. Pengecoran
• Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam SNI 2847-2019 ataupun ACI-304,
ACI Committee 304, ASTMC 94.
• Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir
dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm.
• Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 2 m bila tidak disebutkan lain
atau disetujui "Pengawas".
• Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 1,5
m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong pipa cor
ataupun benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian sehingga
pengecoran beton efektif pada lapisan horisontal tidak lebih dari ketebalan 30 cm
dan jarak dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi
segregasi/pemisahan bahan-bahan.
• Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan asing
tidak boleh dituang ke dalam struktur.
• Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya senantiasa tetap
mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi ke posisi
lain dan tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah diaduk.
• Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda di luar
ketentuan yang tercantum di dalam SNI 2847-2019 termasuk pekerjaan yang
tertunda ataupun penyambungan pengecoran, maka "Kontraktor" harus
membuat usulan termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari
"Pengawas" paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan di mulai.
4. Pemadatan Beton
• Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat
penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan
sarang-sarang kerikil.
• Alat penggetar harus type electric atau “pneumatic power driven”, type
"immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih kecil dari
diameter 180 mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar berdiameter 180 mm,
semua dengan amlpitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang
memadai.
• Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan pada keadaan
darurat di lapangan dan lokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati
tempat pelaksanaan yang masih memungkinkan.
• Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira
vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45 o.
• Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal karena hal
ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
• Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah
mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari
cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar
tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari betonnya dan
getaran-getaran tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana betonnya sudah
mengeras.
• Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada
umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 - 50 cm. Berhubung dengan itu, maka
pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis
demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik.
• Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat), yang
pada umumnya tercapai setelah maximum 30 detik (Untuk beton normal, tanpa
“admixture”). Penarikan jarum ini dapat diisi penuh lagi dengan adukan. Kondisi
ini tidak berlaku untuk beton yang mengandung “superplasticiser” dan dipakai
nilai slump yang tinggi.
• Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-
daerah pengaruhnya saling menutupi.
C.3.14. Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor Toppings)
a. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan benda-benda
asing, semprot dan bersihkan.
b. Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan ditanam/dicor.
c. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk. Gunakan lapisan
pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum mengecor lapisan penutup
(topping).
d. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang
dikehendaki.
e. Pada lantai parkir, lantai atap, perkerasan lantai harus diadakan seperti diperinci pada :
C.3.13.c.2.
f. Pengecoran beton
• Temperatur beton pada waktu pengecoran tidak boleh lebih dari 35o C.
• Ukuran penampang dari setiap penuangan harus ditentukan sedemikian agar
kenaikan suhu karena panas dari hidrasi beton tidak melampaui suhu maksimum
yang ditentukan.
• Tahapan pengecoran dan tenggang waktu penuangan harus ditentukan agar retak-
retak karena panas dari hidrasi beton dapat dijaga seminimum mungkin.
C.3.19. Lain-lain
Non-Shrink Grout
• Campurkan dan tepatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan ditempat lain dimana
non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan instruksi dan rekomendasi yang tercantum
dari pabrik. Technical service harus dikerjakan oleh perusahaan/pabrik.
• Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus mengerjakan percobaan hasil
yang memperlihatakan bahwa grout non-shrink tidak ada penyusutan sejak awal
pengecoran atau sambungan setelah pemasangan sesuai CRD-C621-80 (susut);
mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak kurang dari 3000 psi dan 8000 psi pada 28 hari,
mempunyai waktu pengikatan awal tidak kurang dari 45 menit, memperlihatkan luasan
bearing effective (EBA = Effective Bearing Area) sebesar 90 sampai 100 persen.
• Grout yang terdiri dari accelatator inorganis, pengurangan air, atau "fluidifiers" harus
tidak boleh mempunyai penyusutan kering lebih besar dari persamaan semen pasir dan
campuran air seperti percobaan di bawah ASTM C 595. Semua grout harus menurut
syarat petunjuk dari CRD-C611-80 (flow cone).
C.4. Pembesian
C.4.1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)
a. Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat
keterangan percobaan dari pabrik.
b. Benda uji untuk pengetesan tarik, benda uji diambil masing-masing 1 (satu) buah untuk
tiap diameter besi dalam 1 (satu) pengiriman (Catatan : 1 (satu) pengiriman ± 25 ~ 30
ton).
c. Benda uji untuk pengetesan tekuk (bending), benda uji diambil masing-masing 3 (tiga)
buah untuk setiap diameter besi yang akan digunakan. Untuk berikutnya test tekuk
(bending) akan dilakukan rendom mengikuti instruksi “Pengawas”.
d. Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di
laboratorium independent seperti Lembaga Uji Konstruksi BPPT (LUK BPPT) Serpong atau
laboratorium lainnya yang direkomendasi oleh "Pengawas" dan minimal sesuai dengan
SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya
pengetesan tersebut ditanggung oleh “Kontraktor”.
e. Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan
terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
f. Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat dari
baja lunak.
g. Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.
h. Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian,
termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang
penjangkaran dari penulangan baja oleh "Pengawas".
i. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari
Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
D.2. Referensi
1. Bahan-bahan Struktur/Konstruksi Utama.
Kecuali kalau diatur secara tersendiri, semua material profil, pelat dan kisi-kisi yang akan
dibuat konstruksinya secara las harus terbuat dari jenis baja karbon yang memenuhi
persyaratan ASTM A36 atau yang setara. Untuk semua jenis pipa juga harus dari baja
karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A53 type E atau S. Kecuali kalau diatur secara
tersendiri maka semua bahan-bahan untuk konstruksi baja harus memenuhi spesifikasi
American Institute of Steel Construction (AISC) dan SNI 03-1729-2020.
2. Bahan-bahan Pengikat Struktur/Konstruksi Utama
Untuk bahan-bahan pengikat struktur/konstruksi utama yaitu baut-baut, mur-
mur/sekerup-sekerup dan ring-ring disyaratkan sebagai berikut:
• Untuk sambungan bukan baja ke baja harus dari baja karbon yang memenuhi
persyaratan ASTM A370 dan telah digalvanis.
• Untuk sambungan baja ke baja harus dari baja karbon yang memenuhi
persyaratan ASTM A325 dan atau ASTM A490 dan harus telah terlapis Cadmium.
• Untuk sambungan logam yang berlainan jenis bahannya, pengikat-pengikat harus
dari baja tahan korosi yang memenuhi persyaratan ASTM A276 type 321.
• Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi ANSI B27, type A.
3. Bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dari American Welding Society (AWS D1.1:
Structural Welding Code Steel).
4. Baut angkur dan sekrup-sekrup/mur-mur harus memenuhi persyaratan ASTM A36 atau
A325.
5. Lapisan seng: baja terlapis seng harus memenuhi ASTM A123. Lapisan seng untuk
produksi ulir dan sekrup harus memenuhi ASTM A153.
6. Baut dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM A307 dengan tipe
baut segi enam (hexagon-bolt type).
7. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang
belum pernah dipergunakan sebelumnya dan harus disertai sertifikat pengiriman dari
pabrik.
8. Peraturan-peraturan dan pedoman standar yang dipakai:
• Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), Mei 1984.
• American Institute of Steel Construction (AISC), Manual of Steel Construction.
• American National Standards Institute (ANSI), B27.265 Plain Washers.
1
• American Society for Testing and Materials (ASTM) Specifications:
o A36 Structural Steel
o A53 Welded and Seamless Steel Pipe
o A153 Zink Coating (hot dip) on Iron and Steel Hardware
o A307 Carbon Steel Externally Threaded Standard Fasteners
o A325 High Strength Bolts for/structural Steel Joint, Including Suitable Nuts
and Plain Hardened Washers
o A490 Quenched and Tempered Alloy Steel Bolts for Structural Steel Joints
2. Ukuran-ukuran
“Kontraktor” wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran
dan dimensi yang tercantum pada gambar kerja.
2
lainnya.
8. Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka lapisan yang terdahulu
harus dibersihkan dari kerak (slag) dan percikan-percikan logam sebelum memulai
dengan lapisan las yang baru. Lapisan las yang berpori-pori, rusak atau retak harus
dibersihkan kembali dan diulang sejak awal.
9. Lokasi tempat pengelasan serta bidang konstruksi yang akan dilas, harus terlindung dari
hujan dan angin kencang selama pengelasan berlangsung.
D.3.4. Sambungan
Untuk sambungan komponen konstruksi yang tidak dapat dihindarkan, berlaku ketentuan hanya
diperkenankan maksimal satu sambungan dan dilaksanakan dengan las tumpul / full penetration
atau butt weld.
D.3.6. Pengecatan
1. Semua bahan konstruksi baja harus dilapis cat.
2. Cat dasar adalah jenis zink chromate setara ICI atau Danapaints dan pelaksanaan
pengecatan dilakukan satu kali di pabrik dan satu kali di lapangan. Sedangkan baja yang
akan ditanam di dalam beton tidak boleh di cat, tetapi harus dibersihkan dari karat dan
kotoran lainnya.
3. Untuk lubang baut kekuatan tinggi (high strength bolt) permukaan baja tidak boleh dicat.
Pengecatan harus dilakukan setelah baut selesai dipasang.
4. Cat akhir adalah jenis gloss enamel paint setaraf ICI atau Danapaint dan dilakukan 2 kali di
lapangan kecuali bila dinyatakan lain dalam gambar atau persyaratan teknis Arsitektur.
5. Di bagian bawah dari base plate harus digrout dengan bahan setara Master Flow 713
Grout, dengan tebal minimum 2.5 cm. Cara pemakaian harus sesuai spesifikasi pabrik.
D.3.8. Toleransi
Mengacu pada American Institute of Steel Construction AISC “Code of Standard Practice for Steel
Buildings and Bridges”.
5
E. PEKERJAAN WATER PROOFING
E.1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, alat-
alat bantu termasuk pengangkutan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai
dengan yang dinyatakan dalam gambar, serta memenuhi spesifikasi pabrik pembuatnya.
Bagian yang di-waterproofing adalah:
a. Pelat dan dinding basement
b. Plat atap beton
c. Ground reservoir & STP
d. Daerah toilet dan daerah basah lainnya.
e. Bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar.
2. Bahan Utama
Jenis bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
• Untuk struktur pelat dan dinding basement, ground tank, STP, menggunakan
bahan additive yang dicampurkan ke dalam adukan beton di batching plant.
Produk yang digunakan dari Cementaid, Sika atau sejenisnya yang setara.
• Untuk pelat atap parkir dan pelat atap untuk taman (roof garden) dan daerah
basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan bahan polyurethane
membrane coating.
3. Pengujian
• Bila diperlukan “Kontraktor” wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang,
pada laboratorium yang ditunjuk “Pengawas”. Dan sebelum dimulai
pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dari
supplier disertai data-data teknis komposisi unsur material pembentuknya.
• Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, “Kontraktor” wajib memberikan jaminan
atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat
lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki
segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari
pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang
(applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya.
• “Kontraktor” diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan
penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas
permukaan yang diberi lapisan/additive kedap air. Tes rendem akan dilakukan
selama ≥ 3x 24 jam.
1
• “Kontraktor” bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang
disimpannya, baik sebelum atau selama pelaksanaan.
E.5. Contoh
1. “Kontraktor” wajib mengajukan contoh semua material/bahan, disertai brosur
lengkap dan jaminan keaslian material dari pabrik.
2. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang setara mutunya.
3. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan diberitahukan oleh pengawas
dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan
contoh-contoh bahan tersebut.
4. “Pengawas” mempunyai hak untuk meminta “Kontraktor” mengadakan mock-up guna
memperjelas usulan material yang diajukannya.
2
E.6. Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan sesuai dengan
"metode pelaksanaan" berdasarkan spesifikasi pabrik. Khusus untuk bahan water proofing
yang dipasang di tempat yang berhubungan langsung dengan matahari tetapi tidak
mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet maka di atasnya harus diberi lapisan
pelindung sesuai gambar pelaksanaan, atau petunjuk “Pengawas”, dimana lapisan ini dapat
berupa screed maupun material finishing lainnya.