Anda di halaman 1dari 7

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Tidak ada perkara penting dan pokok, yang kita


goreskan dalam hati dan jiwa kita, untuk memaknai
pertemuan indah dalam kesempatan hari ini, ketika kita
dipertemukan di salah satu jengkal tanah yang Allah
cintai di antara masjid-masjidnya, kecuali adalah syukur
kita kepada-Nya, atas semua kenikmatan yang Allah
berikan dalam kehidupan kita, atas segala ketaatan
yang Allah mudahkan dalam hidup kita.

Sesungguhnya ketaatan dan ibadah yang kita lakukan,


bukan karena hebatnya kita dalam iman, bukan pula
hebatnya kita dalam taqwa. Tapi sesungguhnya setiap
inci ketaqwaan kita dan ibadah yang kita lakukan,
semata-mata karena hebatnya Allah menolong hamba-
hamba-Nya yang beriman.

Itulah yang menjadikan kita senantiasa bersyukur.


Karena sesungguhnya, siapapun di antara manusia
yang disibukkan oleh Allah di dalam kebaikan, Allah
mudahkan dalam ketaatan, maka tiada tempat bagi dia
memuji selain kepada Allah SWT.

Dan kita berharap untaian pujian yang kita berikan


kepada-Nya, menjadi asbab Allah tidak meninggalkan
kita walau sekejap mata. Kepadanya kita bersyukur dan
kepadanya kita menggantungkan segala urusan
kehidupan kita.

Shalawat dan salam, marilah kita berikan kepada nabi


kita Muhammad SAW., Seorang nabi dan seorang rasul
yang sempurna dan paripurna, diutus oleh Allah dalam
kehidupan, dipanjangkan umurnya selama 63 tahun
bukan tanpa sebab, dihidupkan selaku manusia
sebagaimana kita bukan tanpa tujuan.

Tetapi diutusnya rasulullah dalam kehidupan kita, agar


menjadi contoh yang tidak perlu bagi kita untuk
mengorek-ngorek contoh lainnya selain Rasulullah
SAW.

Karena sesungguhnya kita diperintahkan untuk


mencintainya, Dan mencintai bukan hanya menjadikan
kita fasih bershalawat kepadanya, tetapi yang paling
penting di dalam mencintainya adalah, bagaimana kita
mengikuti setiap inci kehidupan yang telah diperlihatkan
dan dicontohkan oleh beliau, “Innal muhibba liman
yuhibbu muthii’u”, sesungguhnya orang yang telah
benar cintanya, maka ia jujur mengikuti orang yang ia
cintai.

Hakikat cinta kita kepada nabi bukan hanya memuji


bagaimana keindahan akhlaqnya, tetapi hakikat cinta
kita kepada nabi terletak pada bagaimana kita
mengikutinya.

Semoga kita, senantiasa bershalawat kepadanya,


diiringi ikhtiar tanpa henti dan tanpa cuti, untuk
menyelaraskan kehidupan kita dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW
hadirin Rahimakumullah,
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

ْ‫ َوَأحْ ِبب‬،‫ِّت‬
ٌ ‫ك َمي‬ َ ‫ت َفِإ َّن‬َ ‫ َيا م َُح َّم ُد عِ شْ َما شِ ْئ‬:‫ َف َقا َل‬،‫َتانِي ِجب ِْري ُل َع َل ْي ِه ال َّساَل ُم‬
‫ك َمجْ ِزيٌّ ِب ِه‬َ ‫ت َفِإ َّن‬ َ ‫ َواعْ َم ْل َما شِ ْئ‬،ُ‫ارقُه‬ ِ ‫ك َم َف‬ َ ‫ َمنْ شِ ْئ‬،
َ ‫ت َفِإ َّن‬

“Jibril mendatangiku lalu berkata, Wahai Muhammad,


hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan
mati. Cintailah siapa yang kamu suka, karena
sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Dan
berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau
akan diberi balasan karenanya.”
(HR. Ath-Thabarani)

Jika kita memahami hadis diatas maka ada 3 hal


nasehat Malaikat Jibril pada Rasulullah ‫ ﷺ‬:
Pertama, hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya
kamu akan mati.
Ya kematian akan menghampiri kita secara tiba-tiba,
kapan, dimana, dan dengan cara apa kita tak dapat
mengetahui nya, bahkan jelas disebutkan dalam surah
al-Ankabut ayat 57 ;

َ ‫ت ۖ ُث َّم ِإ َل ْي َنا ُترْ َجع‬


‫ُون‬ ِ ‫س َذٓاِئ َق ُة ْٱل َم ْو‬
ٍ ‫ُك ُّل َن ْف‬

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian


hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”

Guratan takdir kita tak lepas dari yang namnya


kematian, maka orang yang bijak adalah orang yang
mampu menagemen waktu dengan apik, hari-harinya
dipenuhi dengan amal saleh, disetiap derap langkahnya
mulai dari bangun pagi sampai malam menjelang
aktivitasnya selalu diiringi dengan do’a.

Hadirin Rahimakumullah,
Kedua, Cintailah siapa yang kamu suka, karena
sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.
Rasa cinta yang mengilhami setiap manusia harus
mampu kita kendalikan, mengingat ada nafsu yang bisa
membawa pada kebinasaan, dan ada pula yang
membawa nilai-nilai kebaikan, boleh mencintai sesama
insan, tetapi disisi lain kita harus sadar bahwa pasangan
kita hanya titipan, jika sewaktu-waktu Allah ‫ﷻ‬
mengambilnya maka kita pun harus merelakannya
meski itu amat berat, cintailah segala sesuatu karena
Allah ‫ﷻ‬. Maka kita akan mendapatkan naungan
istimewa disisi-Nya. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫َو َر ُجالَ ِن َت َحابَّا فِى هَّللا ِ اجْ َت َم َعا َع َل ْي ِه َو َت َفرَّ َقا َع َل ْي ِه‬

“Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka


berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena
Allah.”
( HR. Bukhari dan Muslim )

Hadirin Rahimakumullah,
Ketiga, berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya
engkau akan diberi balasan karenanya.
Kebebasan berkehendak bukan tanpa batasan, segala
aktivitas kita harus didasari dengan sikap mawas diri,
‘ikhtishab’ berfikir baik, maka ucapan dan perbuatannya
pun akan baik, jika berfikir buruk maka ucapan dan
perbuatannya pun akan buruk. Retas kebaikan maka
kita akan menuai pahala yang tak terhingga, ingat
firman Allah ‫ ﷻ‬dalam surah at-Tiin ayat 5-6 ;

ٍ ‫ت َف َل ُه ْم َأجْ ٌر َغ ْي ُر َم ْم ُن‬
‫ون‬ َّ ٰ ‫وا ٱل‬
xِ ‫صل ٰ َِح‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن‬ َ ‫ُث َّم َر َد ْد ٰ َن ُه َأسْ َف َل ٰ َس ِفل‬
َ ‫ِين ِإاَّل ٱلَّذ‬

“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang


serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”

Hadirin Rahimakumullah,
Jika kita saat ini masih diberi kehidupan maka
persiapkan amal terbaik sebelum ajal menjelang. Jika
kita mencintai sesuatu, utamakan cinta sejati hanya
dengan Allah ‫ﷻ‬. Jika kita diberi kebebasan maka
lakukan semata-mata mencari Ridho Allah ‫ﷻ‬. Tetap
menjadi hamba yang soleh, tawadhu dan selalu ambil
hikmah atas segala peristiwa yang menghampiri, semua
perbuatan baik atau buruk pasti akan dimintai
pertanggungjawaban dimata Allah ‫ﷻ‬.

‫ان الرَّ ِج ِيم‬


ِ ‫ْط‬ ُ ‫َأع‬
َ ‫ُوذ ِباهَّلل ِ م َِن ال َّشي‬
‫ِبسْ ِم هَّللا ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ حِيم‬
‫خاب َمنْ دَ سَّاها‬
َ ‫َق ْد َأ ْف َل َح َمنْ َز َّكاها َو َق ْد‬

“Sungguh beruntung orang-orang yang menyucikan


jiwanya dan sungguh rugilah orang-orang yang
mengotori jiwanya.”
( as-Syams : 9 -10 )

ِّ ‫ت َو‬
‫الذ ْك ِر‬ ِ ‫ َو َن َف َع ِنيْ َوِإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه م َِن ْاآل َيا‬،‫آن ْال َعظِ ي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِيْ َو َل ُك ْم فِي ْالقُر‬ َ ‫ار‬ َ ‫َب‬
َ ‫ َأقُ ْو ُل َق ْولِيْ َه َذا َوَأسْ َت ْغ ِف ُر‬.‫ْال َح ِكي ِْم‬
‫هللا لِيْ َو َل ُك ْم َول ِْلمُسْ لِ ِمي َْن َفاسْ َت ْغ ِفر ُْوهُ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر‬
‫الرَّ ِح ْي ُم‬

Anda mungkin juga menyukai