Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Pertama

‫ِى‬َّ ‫عبْ ُد ُه َو َر ُسول ُُه ل َا نَب‬َ ‫ح َّم ًدا‬ َ ‫َأنَّ ُم‬ ‫يك ل َُه َوَأ ْش َه ُد‬َ ‫ل َا ِإ ل ََه ِإ لَّا الل َّ ُه َو ْح َد ُه ل َا َش ِر‬ ‫َأ ْن‬ ‫ َأ ْش َه ُد‬،‫ِحبْ ِل الله‬َ ‫ع ِت َصا ِم ب‬ْ ‫اَل َْح ْم ُد لِل َّ ِه ال َّ ِذي َأ َم َرنَا بِالِْإ‬
‫آمنُوا اتَّ ُقوا الل َّ َه َح َّق تُ َقا ِت ِه‬َ ‫ين‬ َ ‫ال َّ ِذ‬ ‫ يَاَأيُّ َها‬:‫ال الل َّ ُه َت َعال َى‬
َ ‫ َف َق‬،‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬.‫اه‬ ُ ‫ُه َد‬ ‫تَب َِع‬ ‫حب ِِه َو َم ْن‬ ‫ص‬ ‫و‬
ْ َ َ ‫ه‬ِ ِ
‫ل‬ ‫آ‬ ‫َى‬ ‫ل‬‫ع‬َ َ ‫ح َّم ٍد‬
‫و‬ َ ‫عل َى ُم‬ َ ‫ ا َلل َّ ُهمَّ َص ِّل‬.‫بَ ْع َد ُه‬
َ ‫َول َا َت ُم ْوتُ َّن ِإ لَّا َوَأنْتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
‫ون‬

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Mari kita bersyukur kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala yang telah menciptakan kita dan
semua yang kita butuhkan di dalam kehidupan kita tanpa kurang. Dengan bukti sudah
puluhan tahun kita hidup. Berarti seluruh kebutuhan hidup telah sempurna. Dan semua
kebutuhan hidup itu adalah rahmat dan nikmat yang sangat besar, tiada tara, dan
tiada terhingga yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Yang semua itu
wajib untuk kita syukuri.Shalawat dan salam kepada Nabi kita tercinta, Rasul kita
yang mulia, manusia paling sempurna yang pernah menginjakkan kakinya di permukaan
bumi; Muhammad bin ‘Abdillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hamba Allah terbaik
yang Allah Tabaraka wa Ta’ala jadikan Rasul dan Nabi-Nya yang paling Dia cintai.
Dan kita diperintahkan untuk mengikuti derap langkah yang telah beliau ajarkan
kepada kita dan beliau telah teladankan kepada kita. Beruntunglah orang-orang yang
sadar, mengerti, dan paham bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
suri tauladan untuknya. Kemudian dia benar-benar menjadikan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam suri tauladan dalam hidupnya.

Merugilah orang-orang yang sekedar tahu bahwa Nabi Muhammad adalah suri tauladan,
akan tetapi dia pun maju-mundur untuk menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebagai suri tauladannya. Terkadang diikuti, terkadang di maksiati,
terkadang dipatuhi, dan terkadang diingkari. Ini adalah orang-orang yang merugi.
Karena kejayaan dunia dan akhirat hanya ada pada kepatuhan dan ketundukan yang
totalitas kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan celakalah orang-
orang memusuhi dakwah beliau dan ingkar kepada apa yang beliau dakwahkan.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,Hal yang terpenting dari bahasan


agama Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah babul iman – bab tentang keimanan. Sehingga
panggilan-panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an dan panggilan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam haditsnya yang mulia adalah untuk
orang yang memiliki keimanan itu. Bukankah kita selalu mendengar Allah Tabaraka wa
Ta’ala selalu menyuruh di dalam Al-Qur’an;Wahai orang-orang yang beriman..”

Dikarenakan keimanan itulah hal yang sangat penting dan terpenting dari apa yang
diturunkan Allah Tabaraka wa Ta’ala kepada kita para hamba. Sehingga yang akan
mengambil manfaat dari wahyu (Al-Qur’an) yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan
adalah orang-orang yang beriman. Mengapa iman demikian penting? Karena iman berada
di dalam hati. Berbeda dengan Islam yang berada dalam anggota tubuh
(zahir).Lihatlah rukun iman. Semuanya bahasan hati. Dan lihatlah rukun Islam yang
semuanya bahasan amalan anggota tubuh. Dan manusia hidup dengan hatinya lebih
penting dan lebih utama karena dia adalah apa yang ada di dalam hatinya itu.Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

‫ َأآل َو ِه َي الْقَل ُْب‬،‫ت ف ََس َد ال َْج َس ُد كُل ُّ ُه‬ ْ ‫ ِإ ذَا َصل ََح‬،‫َأآل َوِإ َّن ِفي ال َْج َس ِد ُم ْض َغ ًة‬
ْ ‫ َوِإ ذَا ف ََس َد‬،‫ت َصل ََح ال َْج َس ُد كُل ُّ ُه‬

“Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut
baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah,
segumpal daging itu adalah qalbu (hati).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maka hati adalah rajanya seluruh anggota tubuh. Darinya datang perintah dan
larangan. Ketika hati ingin melihat, dia akan perintahkan mata untuk melihat. Dan
ketika hati tidak ingin melihat, dia perintahkan mata untuk ghadul bashar (menjaga
pandangan). Ketika hati ingin mendengar, dia akan perintahkan telinga untuk
mendengarkan. Dan ketika hati ingin berbicara, dia perintahkan lisan untuk
mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan. Karena lisan adalah juru bicara hati.Ketika
hati ingin ke suatu tempat, ia perintahkan kaki untuk melangkah. Dan ketika hati
ingin menerima sesuatu, ia perintah tangan untuk menerima. Begitu seterusnya. Maka
perintah dan larangan datang kepada anggota badan dari dalam hati. Karenanya dialah
raja.Berkata Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu;

‫فإذا طاب الملك طابت الجنود وإذا خبث الملك خبثت الجنود‬

” Apabila baik rajanya, maka akan baik pula apa yang dilakukan oleh tentaranya. Dan
apabila rajanya buruk maka buruk dan jahat juga yang akan dilakukan oleh
tentaranya.”

Kalau rajanya suci, ia akan perintahkan mata, kaki, lisan, tangan, dan telinga
untuk mendengarkan, melihat, dan mengucapkan yang suci-suci serta melangkah ke
tempat-tempat suci. Namun kalau hatinya kotor, dia akan perintahkan mata untuk
melihat yang kotor, perintahkan telinga untuk mendengar yang kotor, lisan untuk
mengucapkan kalimat-kalimat kotor, serta memerintahkan tangan dan kaki untuk
mengambil dan melangkah ke tempat-tempat kotor. Itulah hati.Ketika iman adalah
bahasan hati, mengertilah kita akan pentingnya babul iman. Karena mana kala iman
itu menguasai hati, maka hati akan berubah menjadi hati yang beriman. Yang
menghancurkan apa-apa yang kotor yang bisa merusak hati. Sehingga ia akan
perintahkan seluruh anggota tubuh untuk pengamalan iman.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Pahamilah bahwa ketika iman adalah bab yang berhubungan dengan hati, tahulah kita
akan pentingnya iman itu. Karena pentingnya posisi hati bagi seorang insan; “Siapa
engkau wahai manusia?” Jawabannya adalah bagaimana hatimu. “Siapa dirimu wahai
insan?” Jawabannya adalah bagaimana hatimu. Kalau iman menghiasi hati, maka
engkaulah orang yang beriman. Namun kalau hati itu dihiasi dengan keraguan, maka
engkau adalah orang yang ragu di dalam agamamu. Wajar jika engkau maju-mundur dalam
beragama dan dalam patuh dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

Lihatlah orang-orang yang tidak memiliki iman. Tidak ada di dalam hidupnya larangan
dan sesuatu yang menahannya untuk melakukan apapun yang dia inginkan. Yang penting
adalah syahwat karena dia tidak memiliki iman.Oleh karena itu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan: ‫ج ُن ال ُْمْؤ ِم ِن َو َجن َّ ُة الْك َا ِف ِر‬
ْ ‫الدنْيَا ِس‬
ُّ
“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim
no. 2392)

Kehidupan dunia ini penjara bagi orang yang beriman. Karena dia ingin melakukan
sesuatu, namun iman yang menghalanginya. Dan dunia adalah surga bagi orang kafir,
karena tak ada keimanan yang akan menghalangi terhadap apa yang dia mau, suka, dan
dia inginkan.

Sadarilah wahai mukmin. Engkau adalah orang yang beriman. Hidup di sebuah aturan
yang memenjarakan keinginanmu untuk hal-hal yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhai.
Oleh hari akhirat yang kau beriman kepadanya, oleh para malaikat yang kau beriman
kepadanya, dan hari akhir yang kau beriman kepadanya.Keimanan itu memenjarakanmu
untuk mengikuti setiap yang kau mau dan kau sukai. Karena belum tentu apa yang kau
mau itu adalah yang Rabb-mu inginkan. Dan belum tentu pula apa yang kau suka itu
juga yang Allah Subhanahu wa Ta’ala suka. Maka orang yang benar-benar beriman
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hari akhir, kitab-Nya, serta
kepada qada dan qadar, hidupnya berbeda. Hidupnya tidak sama dengan hidupnya
manusia-manusia biasa. Karena dia memiliki iman yang memenuhi hatinya.

Di mana manusia semangat mengejar dunia, dia akan bersemangat mengejar akhirat.
Ketika manusia bersemangat menceritakan tahta, dia hanya menceritakan pahala. Dan
ketika manusia sibuk dengan berita-berita tentang keadaan dunia, dia sibuk dengan
cerita dan berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam tercinta.

Hidupnya tidak seperti hidup kebanyakan manusia. Karena iman memenuhi hatinya. Dia
sadar dunia ini begitu kecil dan kerdil untuk dikejar dan dihabiskan umur untuknya.
Dunia ini begitu singkat akan rugi jika mengerjakan semuanya untuk dunia. Karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkannya di dalam Al-Qur’an –kitab yang dia Imani-
dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkannya pula. Rasul yang ia
imani.
‫يل‬ٌ ِ‫اخ َر ِة ِإ لَّا َقل‬
ِ ‫ٱلدنْيَا ِفى ْٱل َء‬ ُّ ‫ف ََما َمتَٰ ُع ٱل َْحي َ ٰو ِة‬
“Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat
hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah[9]: 38)
‫ج َع ُل َأ َح ُدك ُْم ِإ ْصبَ َع ُه ِفي ال ْي َ ِّم َفل ْيَن ْ ُظ ْر ب َِماذَا يَ ْرجِ ُع‬
ْ َ‫اآلخ َر ِة ِإ ال ّ َ ِمث ُْل َما ي‬
ِ ‫الدنْيَا ِفي‬
ُّ ‫َما‬

“Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang
mencelupkan satu jari tangannya di tengah lautan , lalu hendaklah dia perhatikan
seberapa banyak tetesan air yang ada di ujung jarinya itu.” (HR. At Tirmidzi No.
2323)[1]
Sisa air laut (yang tidak terangkat dengan jarinya) adalah nikmat yang ada di
surga. Bagaimana mungkin dia akan rakus terhadap dunia kalau di hatinya penuh
dengan iman? Bagaimana mungkin dia tidak akan rakus kepada akhirat kalau di hatinya
penuh dengan iman? Dan bagaimana mungkin dia mengejar dan menghabiskan usianya
untuk dunia kalau hatinya benar-benar mengetahui apa itu dunia seperti yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya katakan kepadanya?Maka dia tidak akan terlihat
seperti banyak orang. Manusia sibuk, dia pun sibuk. Tapi sibuknya dia tidak seperti
sibuknya mereka. Manusia berbicara, dia pun berbicara. Akan tetapi pembicaraannya
tidak sama dengan pembicaraan mayoritas manusia. Itulah orang yang beriman. Andai
kita ingin menjadi orang yang beriman, jadikan iman di dalam dada mempengaruhi
mata, telinga, lisan, kaki. dan tangan.

Bukan iman yang hanya ada di dalam teori. Yang tidak singgah dan masuk ke dalam
dada dan menghujam di dalamnya sehingga menguasai hati untuk memberikan perintah
kepada seluruh anggota tubuh. Dan yang terpenting dari seluruh iman itu adalah iman
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena tidak ada yang lebih mulia dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak ada yang lebih hebat dan berkuasa daripada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an dan tidaklah Dia mengutus
Rasul-Nya tercinta kecuali untuk memperkenalkan diri-Nya kepada kita. Agar kita
kenal siapa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita rukuk dan sujud kepada-Nya. Dan
agar kita kenal kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Namun memiliki
adzab tiada tara.

Agar kita kenal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bagaimana Dia melihat seluruh
gerak-gerik kita, Dia mendengar seluruh ucapan kata dari lisan yang kita ucapkan.
Dan agar kita kenal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kalau kita bersalah
kepada-Nya, Dia akan bukakan pintu maaf seluas-luasnya. Serta tidak ada dosa kitta
yang tidak Dia maafkan dengan syarat kita serius memohon ampun kepada-Nya.Agar kita
kenal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang masih mau mengampuni dosa kita sebelum
datangnya kematian. Dan kalau kita wafat dalam keadaan tidak berbuat syirik,
ampunan itu masih akan mungkin didapatkan. Dan pada saat di yaumul hisab Allah-lah
asyraqal maujud (Yang Paling Mulia yang ada) yang Dia mengutus Rasul-Nya dan
menurunkan Al-Qur’an agar kita kenal kepada-Nya.Barang siapa yang kenal kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan takut kepada-Nya. Dia akan rajin
mengharapkan ridha-Nya, dan dia kan jauhkan dirinya dari apa yang mengundang murka
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Anda mungkin juga menyukai