Anda di halaman 1dari 7

Nama : Syifa Syauqnia Zapni

NIM : 04021282126063
Kelas : Reg A 2021
Dosen Pengampu : Karolin Adhisty, S.Kep., Ns., M.Kep.
MK KWU
STUDI KASUS SKANDAL AKUNTANSI TOSHIBA DAN KAITANNYA
DALAM ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Didirikan pada tahun 1938, Toshiba Corporation adalah sebuah perusahaan


konglomerasi multinasional Jepang yang berkantor pusat di Tokyo, Jepang. Produk dan
jasa perusahaan ini terdiversifikasi termasuk peralatan teknologi informasi dan sistem
komunikasi, komponen elektronik dan material, elektronik, peralatan rumah tangga,
peralatan medis, peralatan kantor, pencahayaan dan logistik.
Pada tahun 2010, Toshiba adalah vendor komputer pribadi terbesar kelima dan
produsen terbesar keempat di dunia semikonduktor berdasarkan pendapatan. Pada 21
Juli 2015, CEO Toshiba mengumumkan pengunduran dirinya di tengah skandal
akuntansi dimana keuntungan perusahaan dimanipulasi (dibesar-besarkan) mencapai ¥
151,8 milyar ($ 1,2 milyar) selama periode tujuh tahun. Delapan pejabat senior lainnya
juga mengundurkan diri, termasuk dua CEO sebelumnya yang masih bekerja di
perusahaan dalam peran yang berbeda.
Skandal ini terutama berkaitan dengan mengecilkan biaya pada proyek-proyek
jangka panjang, kurangnya kontrol internal dan budaya perusahaan untuk mengembang
keuntungan. Hasil penyelidikan menyatakan bahwa CEO Toshiba menekan bawahan
untuk memenuhi target penjualan setelah resesi global tahun 2008. Tekanan sering
datang tepat sebelum akhir kuartal atau tahun fiskal yang mendorong karyawan untuk
menunda pencatatan kerugian atau mencatat hasil penjualan lebih awal.
Bawahan menerima instruksi secara eksplisit dari CEO. Sebaliknya, manajemen
puncak menetapkan target mustahil dan mengandalkan budaya perusahaan Jepang
tentang ketaatan dan loyalitas yang menyebabkan orang yang lebih rendah dalam hirarki
untuk melakukan apa pun untuk memenuhinya.
Target yang terlalu tinggi menciptakan lingkaran setan dimana akun-akun
dimanipulasi sedemikian rupa sebagai hasil dari ketakutan perampingan (pemecatan)
jika mereka tidak memenuhi target tersebut. Sebagai hasil dari "manipulasi" tersebut,
maka mereka diberi target yang lebih berat untuk tahun-tahun berikutnya.
Dalam penyelidikan skandal tersebut terungkap bahwa sebagian besar
pencatatan akuntansi yang tidak wajar tidak ditemukan oleh auditor eksternal. Staf
akuntansi perusahaan secara terampil menggunakan perlakuan akuntansi yang kompleks
untuk menciptakan sebuah situasi dimana bukti-bukti yang nyata sangat sulit diperoleh.
Selain itu, dalam menanggapi pertanyaan dan permintaan informasi dari auditor
eksternal, fakta tersembunyi dan informasi substansial yang diberikan sengaja
menciptakan gambaran yang sangat berbeda dari fakta yang sebenarnya.
Perlakuan manipulasi data akuntansi terkait dengan proyek-proyek jangka
panjang yang digunakan dalam penilaian, misalnya metode persentase penyelesaian
yang melibatkan perkiraan berdasarkan data internal yang disiapkan oleh seorang ahli
dengan pengetahuan khusus. Teknik ini membuat auditor eksternal kesulitan untuk
secara independen menguji kecukupan estimasi. Dengan demikian evaluasi didasarkan
pada efektivitas fungsi kontrol internal yang dirancang untuk memastikan estimasi yang
layak untuk digunakan.
Sebuah sistem whistleblower yang ada pada Toshiba menerima puluhan laporan
setiap tahunnya. Namun, tak satu pun dari laporan-laporan tersebut menyangkut
manipulasi akuntansi di bawah pengawasan.
Sebuah sistem whistleblower dapat dianggap sebagai garis pertahanan terakhir
dalam proses pengendalian internal. Karena tidak ada laporan yang diajukan berkaitan
dengan kasus ini dan sangat sedikit laporan yang diajukan (mengingat jumlah staf yang
bekerja), maka bisa disimpulkan bahwa staf Toshiba tidak percaya sistem atau bahkan
tidak menyadari itu ada.
Harapan yang tidak pantas dari manajemen senior akhirnya mengakibatkan
organisasi tidak menjalankan fungsi kontrol yang efektif. Sehingga muncul kesempatan
untuk menyembunyikan fakta-fakta kunci dari auditor eksternal dan melakukan operasi
yang menyimpang. Penyelidikan mencatat bahwa dalam keadaan seperti itu sangat sulit
bagi auditor eksternal untuk memperoleh bukti yang menentang penjelasan perusahaan.
Skandal ini muncul kurang dari dua bulan setelah Jepang mengadopsi peraturan
pemerintah yang berkaitan tata kelola perusahan yang baik untuk kali pertama. Perdana
Menteri Shinzo Abe membuat perubahan tata kelola perusahaan sebagai tema kunci
dalam usahanya untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang dan berharap perubahan
tersebut akan menarik lebih banyak investor dari luar.
Selama ini, dorongan untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik
sebagian besar lebih difokuskan pada peningkatan profitabilitas daripada pencegahan
penipuan (Fraud Preventing). Perusahaan Jepang telah lama dianggap mentolerir
keuntungan rendah dengan menunda keputusan yang menyakitkan seperti menutup atau
menjual divisi yang merugi atasnama harmoni sosial. Peraturan itu dimaksudkan
sebagian untuk mengubah kecenderungan tersebut dengan membuat manajer lebih
akuntabel kepada investor.
Peraturan pemerintah yang baru membutuhkan setidaknya 2.400 perusahaan
publik di Jepang untuk menunjuk setidaknya 2 (dua) direksi luar yang independen dan
untuk mengurangi praktek cross-holdings. Anehnya, Toshiba mampu memenuhi atau
bahkan melampaui sebagian ketentuan peraturan ini (empat dari 16 direksi Toshiba
datang dari luar Toshiba).
Di Jepang, sebagian besar anggota dewan perusahaan tahu perusahaan dan
karyawan secara dekat serta loyalitas mereka kepada orang-orang di dalam perusahaan.
Sebuah komisi penyelidikan independen terhadap skandal itu menemukan bahwa dewan
Toshiba telah dipimpin oleh orang dalam Toshiba sejak lama dan menyimpulkan situasi
itu berpotensi memberikan kontribusi terhadap masalah akuntansi.
Sebuah survei pada tahun 2010 oleh perusahaan penelitian GMI Rating menilai
Jepang peringkat 36 dalam kualitas tata kelola perusahaan dari 39 negara maju dan
berkembang.
No Penulis/ Problem/Populasi Intervensi Comparation Outcome
. Judul
1. Silfia Problem pada Penelitian ini Selain itu whistleblowing Penelitian
Herlina, penelitian ini berupa menggunakan dinilai sebagai tindakan menunjukkan
Erina Fenomena terkait beberapa yang terbukti lebih efektif bahwa proses
Sudaryati tindakan variabel dalam dalam mencegah terjadinya individu
whistleblower pengujian. kecurangan daripada melakukan
Pentingnya meliputi skandal Variabel bebas menggunakan metode lain penilaian etis
Penilaian akuntansi yang dalam seperti audit internal, akan
Etis Dalam memaksa Agus penelitian ini tindakan pengendalian berdampak
Pengungkap Condro dalam kasus ditunjukkan internal, dan audit eksternal pada setiap
an Skandal Deputi Bank oleh kepekaan Dalam penelitian Alleyne et tindakan dan
Akuntansi Indonesia tahun 2004 etis. Variabel al. (2017), dijelaskan bahwa keputusan
dan Yohanes mediasi indikator whistleblowing yang diambil
Woworuntu dalam ditunjukkan adalah anonimitas sehingga
kasus sistem oleh penilaian (merahasiakan identitas lebih peka
administrasi badan etis. whistleblower), untuk
hukum yang terjadi Sementara itu, independensi, akses yang mengungkap
pada tahun 2010. untuk variabel mudah, dan tindak lanjut. tindakan
Birokrasi perlu terikatnya penyeleweng
diperbaiki untuk ditunjukkan an dari
merealisasikan oleh berbagai
sistem yang mampu whistleblowin kasus yang
mendeteksi korupsi g. Bagian ditangani.
sekecil mungkin berikutnya
(Asad et al., 2019) mendeskripsik
an masing-
masing
variabel.
Populasi penelitian Penggunaan
ini terdiri dari variabel
seluruh auditor mediasi
Inspektorat Jawa khususnya
Timur dan Badan penilaian etis
Pemeriksa Keuangan. adalah untuk
Implementasi teknik menguji
pengambilan sampel keberhasilan
penelitian yaitu auditor dalam
sampel jenuh, melakukan
menggunakan semua pengungkapan
anggota populasi skandal
sebanyak 100 orang. akuntansi.
2. Ramadahniel Fenomena dalam Penelitian ini Tidak dibandingkan dengan Hasil
Islami, Putri penelitian ini yang menggunakan penelitian yang lain Penelitian
Ayu Solihat, berkaitan dengan metode menunjukan
Amellia konservatisme kuantitatif. bahwa
Jamil, Nanda akuntansi yaitu PT. Teknik profitabilitas
Suryadi Garuda Indonesia pemilihan tidak
Tbk pada tahun 2018 sampel berpengaruh
Pengaruh telah mengakui dan menggunakan terhadap
Profitabilitas membukukan laba purposive konservatism
, Likuiditas, bersih sebesar sampling dan e akuntansi.
Leverage USS$809,85 ribu diperoleh 14 Likuiditas
Dan Ukuran atau setara Rp. 11,33 perusahaan berpengaruh
Perusahaan miliar (Kurs 14.000) yang terhadap
Terhadap yang seharusnya disertakan konservatism
Konservatis masih dalam bentuk dengan kurun e akuntansi.
me piutang. Hal inilah waktu 3 tahun Leverage
Akuntansi yang pada akhirnya sehingga tidak
(Studi Pada membuat beban yang didapat 39 berpengaruh
Perusahaan ditanggung oleh PT. sampel yang terhadap
Subsektor Garuda Indonesia diobservasi. konservatism
Transportasi membayar Pajak Teknik e akuntansi
Di Bursa Penghasilan (PPh) analisis yang dan ukuran
Efek dan Pajak digunakan perusahaan
Indonesia Pertambahan Nilai dalam tidak
Periode (PPN) menjadi besar, penelitian ini berpengaruh
2017-2019) padahal beban adalah analisis terhadap
tersebut seharusnya regresi data konservatism
belum menjadi panel dengan e akuntansi.
kewajiban karena menggunakan
pembayaran dari aplikasi
kerjasama dengan software
PT. Mahata belum Eviews 10
diperoleh oleh PT.
Garuda Indonesia.
Kasus yang terjadi
pada Garuda
menunjukkan bahwa
adanya kegagalan
atas penerapan
prinsip
konservatisme
akuntansi.

Populasi yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
perusahaan
Subsektor
Transportasi yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada
tahun 2017-2019.
3. Putu Ayu Masalah dalam Pendekatan Hasil penelitian ini Hasil
Armelia, penelitian ini adalah kuantitatif konsisten dengan penelitian penelitian ini
Made Arie dana desa dan alokasi yang yang dilakukan oleh Jayanti menunjukkan
Wahyuni dana desa dalam hal dilakukan dan Suardana (2019), bahwa
pertanggungjawaban dengan Rahimah, dkk (2018) serta kompetensi
Pengaruh nya termasuk menyebarkan Laksmi dan Sujana (2019) aparatur desa
Kompetensi kedalam kuesioner yang mengungkapkan tidak
Aparatur akuntabilitas secara bahwa moralitas..memiliki berpengaruh
Desa, keuangan publik. langsung ke efek positif terhadap
Efektivitas Namun, akuntabilitas lapangan pada.penanggulangan..penip pencegahan
Pengendalia keuangan publik adalah metode uan fraud dalam
n Internal rentan terjadi yang dalam..memanajemen.dana pengelolaan
Dan Moral penipuan saat digunakan yang ada di pedesaan. keuangan
Sensitivity memanajemen dana dalam Menurut penelitian desa,
Terhadap desa tersebut, jadi penelitian ini. sebelumnya, adanya bukti efektivitas
Pencegahan tidak menutup Penentuan bahwa moralitas dapat pengendalian
Fraud Dalam kemungkinan sampel dalam berdampak positif pada internal
Pengelolaan terjadinya penelitian ini pencegahan penipuan dalam berpengaruh
Keuangan kecurangan/fraud diambil memanajemen keuangan secara positif
Desa dengan pedesaan. Namun, hasil dan
populasi dalam menggunakan penelitian ini tidak sama signifikan
penelitian ini adalah metode dengan penelitian Dewi, dkk terhadap
pemerintah desa yang nonprobability (2017) temuannya pencegahan
memanajemen sampling yaitu menunjukkan bahwa fraud dalam
keuangan tingkat purposive moralitas tidak memiliki pengelolaan
desa di 17 (tujuh sampling. dampak signifikan pada keuangan
belas) desa di Adapun pencegahan penipuan. desa dan
Kecamatan Banjar, sampel dalam moral
Kabupaten Buleleng penelitian ini sensitivity
yaitu pemerintah sebanyak 51 berpengaruh
desa yang orang secara positif
bertanggungjawab responden dan
selama tahap yang secara signifikan
perencanaan, tahap riil melakukan terhadap
organisasi, tahap manajemen pencegahan
implementasi, tahap dana desa fraud dalam
pelaporan, dan tahap yaitu perbekel pengelolaan
akuntabilitas. atau kepala keuangan
desa, desa di
bendahara Kecamatan
desa serta Banjar
ketua BPD Kabupaten
(Badan Buleleng.
Permusyaratan
Desa).
4. Permasalahan dalam Penelitian ini
penilitian ini adalah menggunakan
banyaknya jumlah pendekatan
skandal auntansi kuantitatif.
yang terjadi dan Data yang
melibatkan Kantor diperlukan
Akuntan Publik, adalah data
membuat profesi berupa laporan
auditor memperoleh keuangan
banyak kritik karena beserta
kurangnya laporan
independensi dan auditor
ketidakmampuan independen
KAP dalam perusahaan go
memberikan public sektor
keyakinan terhadap manufaktur
investor, kreditur dan yang terdaftar
masyarakat umum. di BEI tahun
2010-2014 dan
Populasi yang laporan
digunakan adalah tahunan KAP
perusahaan yang dikirim
manufaktur yang ke PPPK
terdaftar di Bursa Kementrian
Efek Indonesia (BEI) Keuangan RI
selama periode tahun 2010
penelitian 2010- sampai dengan
2014. 2014.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.

Anda mungkin juga menyukai