Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN UMUM PROYEK


2.1 LATAR BELAKANG PROYEK
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan pembangunan jaringan jalan tol
akan tetap menjadi prioritas dalam agenda pembangunan hingga 2024. Infrastruktur perlu terus
dibangun untuk meningkatkan daya saing nasional. Pembangunan jalan, baik jalan tol maupun
bukan jalan tol akan terus digalakkan untuk meningkatkan konektivitas . Tujuan dari
dibangunnya infrastruktur jalan tol bertujuan untuk memperlancar lalu lintas di daerah yang telah
berkembang, meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan, dan meringankan beban
dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan. Diharapkan dengan adanya infrastruktur
jalan tol akan berpengaruh pada perkembangan wilayah dan peningkatan ekonomi, meningkatkan
mobilitas dan aksesibilitas orang dan barang, pengguna jalan tol akan mendapatkan keuntungan
berupa penghematan biaya operasi kendaraan (BOK) dan waktu, serta Badan Usaha mendapatkan
pengembalian investasi melalui pendapatan tol yang tergantung pada kepastian tarif tol (Tujuan
dan Manfaat Jalan Tol, n.d.).

Berkaitan dengan tujuan tersebut, Tol Tebing tinggi - Parapat merupakan salah satu dari
proyek jalan tol baru yang dibangun yang disiapkan Jasa Marga untuk menghubungkan Kota
madya Tebing tinggi dan Parapat. Jalan tol ini juga merupakan terusan dari ruas lanjutan dari Tol
Medan-Tebing tinggi. Pembangunan proyek Tol Tebing tinggi-Parapat dimulai di tahun 2017.
Dalam penyusunan Detail Engineering Design (DED) banyak hal yang harus dilakukan serta
dianalisis kebenaran dari data yang telah diambil. Sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati,
pihak konsultan diminta untuk dilakukan desain perencanaan dengan perkerasan kaku (rigid
pavement) dengan umur rencana selama 40 tahun. Permintaan digunakannya perkerasan kaku
(rigid pavement) disebabkan karena mudahnya dalam pemeliharaan jalan tol dibandingkan
dengan perkerasan lentur (flexible pavement) yang membutuhkan pemeliharaan secara berkala.

8
2.2 DASAR HUKUM
2.2.1 PERATURAN YANG TERKAIT
Dibawah ini adalah peraturan yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
pekerjaan penyusunan spesifikasi teknis apabila terdapat perbedaan antara peraturan
dibawah ini dan spesifikasi teknis, maka yang berlaku adalah sesuai yang tercantum
dalam spesifikasi teknis ini :

1.Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;


2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2742);
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara
(Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan
Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan
Perusahaan Perseroan (PERSERO) (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3246) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 37);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun
1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi
Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

8
2.3 SISTEM ORGANISASI PROYEK

Proyek Pembangunan Jalan tol Tebing tinggi – Parapat (Tahap 1 Zona3) STA
19+500 – 25+000 melibatkan beberapa pihak. Pihak – pihak yang terkait dalam Proyek
Pembangunan Jalan Tol ini yaitu:
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat dalam bidang pengadaan yang

ditetapkan oleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan anggaran pendapatan

dan belanja negara (APBN) atau ditetapkan oleh kepala negara untuk

menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Pejabat yang

ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN.

2. Pejabat Pembuat Komitmen (Pemberi Tugas)

Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang bertanggung jawab atas


pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa.
3. Bendahara

Bendahara adalah personil yang bertugas dalam melakukan pembukuan


keuangan.
4. Surat Perintah Membayar (SPM)

SPM adalah personil yang bertugas melakukan verifikasi dokumen dalam


rangka persetujuan pembayaran.
5. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan

Pejabat yang ditetapkan oleh PA/PKL yang bertugas memeriksa dan menerima
hasil pekerjaan.
6. Konsultan Pengawas

Konsultan Pengawas merupakan wakil Pemberi Tugas di lapangan yang


bertanggung jawab segala aktifitas di lapangan serta memberikan dukungan
teknis kepada Pemberi Tugas sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki
serta mempunyai keahlian di bidangnya.

8
7. Kontraktor

Kontraktor adalah suatu badan usaha yang melaksanakan pekerjaan yang


bertanggung jawab segala kegiatan konstruksi di lapangan serta
mengkoordinasikan semua kegiatannya dengan Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas sehingga mencapai target serta hasil sesuai dengan kontrak. Selama
pekerjaan berlangsung Kontraktor harus menempatkan perwakilannya di
lapangan yang mempunyai hak dan wewenang penuh terhadap hasil pekerjaan.

2.4 STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN KEGIATAN


2.4.1 STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN KEGIATAN

PENGGUNA ANGGARAN Tim Pelaksana

UNIT LAYANAN PENGADAAN BENDAHARA & SPM PEJABAT PEMBUAT PANITIA PENERIMA HASIL
KOMITMEN PEKERJAAN

KONSULTAN PENGAWAS Tim Konsultan

KONSULTAN PENGAWAS
PERENCANA

KONTRAKTOR 1 KONTRAKTOR 2 KONTRAKTOR 3

2.4.2 STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR


a. Kontraktor diharapkan memiliki personil dengan fungsi – fungsi yang
terlibat dalam struktur organisasi dibawah ini.

9
Manajer Lapangan (Site Manager) sebagai pengendali di lapangan harus memiliki
pengetahuan tentang manajemen sumber daya, teknis, operasional , dan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) serta pengendalian dampak lingkungan.

STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR

MANAJER PROYEK

TENAGA AHLI TIM QS

ADMINISTRASI KEUANGAN MANAJER LAPANGAN LOGISTIK

PENGAWAS
LAPANGAN

2.5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA DI LOKASI PROYEK
Peneraan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek pembangunan Jalan
tol Tebing tinggi – Parapat STA 19+500 – 25+00 berjalan cukup baik, tidak ada
kecelakaan yang menghambat proyek atau bahkan membuat proyek terhenti. Kegiatan
rutin seperti rapat mingguan dan penghargaan selalu di laksanakan dan di pimpin
langsung oleh penanggung jawab K3 di proyek tersebu

Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan pihak yang berupa
perorangan atau badan usaha yang ditunjuk oleh pemilik proyek (owner) untuk
melaksanakan pekerjaan pengawasan sehingga proyek tersebut dapat dibangun dengan
baik dan efisien serta menjamin terminimalisirnya kecelakaan kerja pada proyek
Perlengkapan Alat Perlindungan Diri (APD) yang digunakan diproyek pembangunan
Jalan tol Tebing tinggi – Parapat STA 19+500 – 25+00 antara lain Helm Safety, Rompi
Safety, Sepatu Safety, Kacamata Pelindung, Sarung Tangan Dan Masker. Selain alat
peindung diri terdapat juga saranan peralatan dan rambu-rambu peringatan bahaya yang

12
terdapat di likasi proyek Papan informasi K3 juga tersedia pada proyek tersebut yang
didalamnya menerangkan slogan-slogan K3, statistik kinerja mingguan.

2.6 ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan istilah lain dari personal protective
equipment-PPE adalah peralatan yang akan melindungi pengguna terhadap risiko
kesehatan atau keselamatan di tempat kerja. Hal ini dapat mencakup item seperti helm
pengaman, sarung tangan, pelindung mata, pakaian visibilitas tinggi, sepatu pengaman
dan perlengkapan keselamatan. Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang
fungsinya berguna untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang
fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya ditempat kerja.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga
kerja, antara lain:
1. Alat pelindung kepala (helm safety)
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat
oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam
atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi
jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll.

12
Gambar 2.4 Helm safety

2. Alat Pelindung Kaki (sepatu safety)


Alat pelindung kaki yang di gunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari
benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan
arus listrik.semua personil yang berkerja di atau mengunjungi daerah yang berpotensi
bahaya seperti lokasi kontruksi, workshop, dll harus memakan sepatu setiap saat ketika
berada di daerah tersebut.

Gambar 2.5 Sepatu safety

3. Alat Pelindung Pernapasan (masker)


Alat pelindung pernapasan digunakan untuk melindungi pernapasan dari resiko
paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat
rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat
13
pelindung pernapasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi
bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja.

Gambar 2.6 masker.

4. Rompi
Rompi safety adalah salah satu Alat Pelindung Diri (APD), yang terbuat dari
bahan polyester yang dirancang khusus serta dilengkapi dengan reflector atau pemantul
cahaya. Biasanya digunakan oleh para pekerja seperti polisi, pekerja tambang, operator
kendaraan, pekerja perasi gudang, pekerja pemeliharaan jalan, pekerja parkir dll. Rompi
safety dapat digunakan pada siang atau pun malam hari.

Gambar 2.7 Rompi.

2.7 FASILITAS BAGI PEKERJA


1. KANTOR LAPANGAN
a. Kontraktor harus menyiapkan kantor lapangan selama masa kontrak
(Serah Terima) atau selama kewajiban administrasi belum diselesaikan.
b. Kantor harus dapat menampung seluruh personil inti yang terlibat dalam

13
pelaksanaan kegiatan seperti Manajer Proyek (Project Manager), Tenaga
Ahli (Engineer), Manajer Lapangan (Site Manager), Surveyor,
Drafter/Autocad Operator, Pengawas Lapangan, dan lain lain.
c. Kantor harus dilengkapi dengan kelengkapan perkantoran seperti alat
komunikasi/Telepon Kantor/Fax, alat kerja, ruang rapat, dll.
d. Kantor harus dilengkapi fasilitas pendukung seperti kamar mandi, tempat
ibadah / mushalla, tempat makan, dll.
e. Alamat kantor dan no telpon kantor harus disampaikan kepada Pemberi
Tugas untuk korespondensi / surat menyurat.
f. Kantor harus berdomisili di dekat lokasi pekerjaan dengan jarak maksimal
1 km dan memiliki jangkauan / pengendalian / pengawasan yang efektif
untuk pelaksanaan di lapangan. Jika tidak memungkinkan maka,
Kontraktor harus meminta persetujuan dari Konsultan Pengawas dan
diketahui oleh Pemberi Tugas.

14
g. Perubahan alamat kantor harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas.

2. BARAK / TEMPAT ISTIRAHAT PEKERJA


a. Kontraktor harus menyediakan barak / tempat istirahat pekerja selama
pelaksanaan pekerjaan untuk menjaga agar kondisi pekerja tetap baik dan
sehat.
b. Pembuatan barak / tempat istirahat pekerja harus menerapkan prinsip –
prinsip tempat tinggal sehat.
c. Fasilitas yang disediakan harus mempertimbangkan jumlah pekerja yang
ada dan jenis fasilitas yang disediakan seperti toilet, tempat ibadah,
tempat makan, dan lain – lain.

3. BENGKEL KERJA

a. Kontraktor dengan biaya sendiri harus menyediakan bengkel kerja atau


tempat pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
kayu, baja profil dan baja tulangan.

b. Pemanfaatan bangunan lama / pendirian bangunan untuk


bengkel kerja yang berada di lokasi pekerjaan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.

c. Ukuran minimal bengkel kerja disesuaikan dengan kebutuhan Kontraktor.

d. Bengkel kerja harus memperhatikan kondisi lingkungan sehingga tidak


menimbulkan dampak sosial dan gangguan lingkungan.

e. Bengkel kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali


ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

4. GUDANG MATERIAL/WORKSHOP
a. Kontraktor harus menyediakan gudang material untuk tempat
penyimpanan dan mencegah kerusakan material serta kehilangan
material.
b. Penyimpanan material harus diatur sedemikian rupa sesuai dengan jenis
material yang akan disimpan.

15
c. Pemanfaatan bangunan lama / pendirian bangunan untuk gudang
material yang berada di lokasi pekerjaan harus mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas.

5. POS KEAMANAN
a. Lokasi bangunan harus berada pada lokasi yang aman.
b. Bangunan digunakan untuk petugas keamanan dalam rangka menjaga
lokasi kegiatan.
c. Jika dirasa perlu, pos keamanan dapat dilengkapi dengan CCTV untuk
melakukan pengawasan ke seluruh lokasi kegiatan.

6. LISTRIK DAN PENERANGAN


a. Menyediakan dan memelihara semua penerangan sementara dan tenaga
listrik sementara yang diperlukan untuk konstruksi.
b. Menyediakan koneksi ke semua peralatan konstruksi yang memerlukan
tenaga listrik.
c. Menyediakan dan memelihara tenaga listrik sementara untuk peralatan
mekanik permanen memerlukan layanan tenaga listrik sampai tenaga
listrik tetap dapat digunakan.
d. Menyediakan penerangan lapangan sementara untuk keamanan sesuai
dengan arahan Pemberi Tugas danKonsultan Pengawas.
e. Menyediakan grounding untuk semua perangkat sesuai standar yang
berlaku.

16
f. Menyediakan dan menjaga semua peralatan layanan sementara
sampai kerja permanen terpasang dan diaktifkan.
g. Kesalahan-kesalahan yang terjadi sebagai akibat kelalaian di
dalam penyediaan, penggunaan dan perawatan peralatan akibat
dari tenaga listrik selama proses pelaksanaan pekerjaan menjadi
tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum
pelaksanaan dimulai Kontraktor diwajibkan mengadakan
pemeriksaan menyeluruh terhadap syarat dan ketentuan yang ada.

2.8 ALAT BERAT KONSTRUKSI DALAM PROYEK

2.8.1 EXCAVATOR
untuk membantu melakukan pekerjaan pemindahan material dari satu tempat ke
tempat yang lain dengan mudah sehingga dapat menghemat waktu, Beberapa bidang dan industri
yang menggunakan excavator antara lain konstruksi, pertambangan, infrastructure dan sebagainya.

2.8.2 CONCRETE PAVER

 Alat berat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan beton. Pavers menghampar
beton ready mix yang fungsinya seperti pada pekerjaan asphalt finisher. Alat ini
menggunakan sistem “slipform” dan digunakan dalam proses pengecoran jalan raya beton
(“rigid pavement”) secara menerus dengan jaminan kualitas, kemiringan, dan kerataan sesuai
dengan titik yang ditentukan dengan sangat akurat.

1
2
2.8.3 DUMP TRUCK
Dum Truck merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan material dari lokasi quary
ke lokasi proyek

2.8.4 GRADER
Fungsi utama grader adalah membentuk jalan (grading), meratakan jalan dan
finishing

3
2.8.5 WATER TANK
Fungsi water tank adalah untuk menyiramkan air ke permukaan rigid jalan beton
sesuai dengan standard yang berlaku.

2.8.6 MOBIL MIXER


Mobil mixer atau pengaduk beton sesuai Namanya berfungsi untuk mengaduk
beton, agar beton tidak mengeras saat sampai di lokasi proyek.

Anda mungkin juga menyukai