Anda di halaman 1dari 2

Generasi Milenial Lebih Mudah Cemas,

Benarkah?
Konon, generasi milenial dianggap mempunyai taraf kecemasan yang lebih dibandingkan
dengan generasi-generasi sebelumnya. Bahkan, penelitian yang ada menunjukkan bahwa
generasi milenial secara rata-rata menunjukkan taraf kecemasan yang lebih tinggi secara
signifikan dibandingkan dua generasi sebelumnya.

Terdapat berbagai faktor yang dikaitkan dengan hal ini, termasuk perkembangan teknologi dan
media sosial, ketidakpastian mengenai masa depan, dan berbagai faktor lainnya.

Media sosial dan tingkat kecemasan

Banyak hal diduga berhubungan dengan peningkatan kecemasan tersebut, salah satunya
adalah obsesi anak di zaman modern terhadap perkembangan teknologi.

Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai contoh ini. Generasi milenial senang menonton serial
terbaru episode demi episode di laptop tanpa istirahat. Mereka juga terus-menerus memeriksa
berapa likes yang didapat pada selfie yang terakhir diunggah. Selain itu, mereka juga gemar
membaca tweet teman-teman tanpa henti hingga berjam-jam.

Para pakar mengatakan bahwa media sosial dan teknologi dapat memiliki berbagai dampak
positif dan negatif terhadap generasi milenial. Salah satu dampak negatif akibat hal tersebut
adalah meningkatnya kecemasan, karena mempermudah remaja untuk membandingkan
performa dirinya dengan orang-orang di sekitarnya.

Dengan meningkatnya penggunaan media sosial di kalangan generasi milenial, semakin banyak
remaja dan dewasa muda yang merasa bahwa dirinya harus mencapai target tertentu sesuai
dengan apa yang dilihat di media sosial. Hal ini dapat membuat anak generasi milenial merasa
cemas apabila mereka tidak dapat mencapai targetnya. Maka dari itu, media sosial penting untuk
digunakan dengan bijak dan benar.

Masa depan yang belum pasti

Selain itu, generasi milenial yang rata-rata berada pada usia remaja dan dewasa muda dapat
memiliki banyak ketidakpastian di dalam hidupnya pada usia saat ini. Generasi ini menghabiskan
lebih banyak waktu dalam menempuh pendidikan formal, berpindah-pindah pekerjaan, dan
mengosongkan jadwal untuk bepergian, dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Anak-anak generasi ini juga memiliki kecenderungan untuk menikah pada usia yang lebih tua
dibandingkan orang tuanya. Dengan demikian, mereka menghabiskan lebih banyak waktu
berada pada fase dimana pekerjaan bukan merupakan jaminan, dan masa depan tidak dapat
diproyeksikan secara pasti.

Banyaknya perubahan yang berlangsung pada kehidupan generasi milenial di usia tersebut
menyebabkan rasa cemas tentu juga dapat meningkat.

Di era modernisasi seperti saat ini, terdapat semakin banyak kesempatan dan peluang yang
tersedia bagi generasi milenial, dibandingkan dengan pada generasi-generasi sebelumnya.

Hal ini dapat dilihat di bidang pendidikan dan karir, misalnya, dimana terdapat semakin banyak
pilihan jurusan dan pekerjaan yang dapat ditempuh. Dengan berkembangnya industri dan
teknologi, terdapat semakin banyak jenis pekerjaan baru yang memegang peran penting pada
era saat ini.

Seiring dengan bertambahnya pilihan, generasi milenial dapat merasa semakin sulit untuk
menentukan hal yang paling tepat dan sesuai bagi mereka.

Generasi milenial dianggap memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan generasi
sebelumnya. Namun, terdapat berbagai cara yang dapat diterapkan untuk membantu mengatasi
hal ini. Salah satunya adalah dukungan dari anggota keluarga, teman-teman, dan orang lain
yang berada di lingkungan sekitarnya.

Dengan dukungan yang tepat, kecemasan yang dialami oleh generasi milenial dapat mereda
dan mereka dapat menjalani aktivitasnya dengan produktif tanpa rasa cemas. Selamat Hari Anak
Internasional!

Anda mungkin juga menyukai