Anda di halaman 1dari 110

LAPORAN HASIL PRAKTIK KOMPETENSI

(LHPK)

PADA PERUSAHAAN PT. NUSA KAHYANGAN ASRI


KABUPATEN GIANYAR
PROVINSI BALI

DISUSUN OLEH
COKORDA ALIT SUDARSANA, S.H.M.H
NIP. 19721010 199803 1 021

DIKLAT DASAR MEDIATOR HUBUNGAN INDUSTRIAL


KEMNAKER RI ANGKATAN 88
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PRAKTIK KOMPETENSI


(LHPK)

PADA PERUSAHAAN PT. NUSA KAHYANGAN ASRI


DI KABUPATEN GIANYAR
PROVINSI BALI

DISUSUN OLEH
Nama : Cokorda Alit Sudarsana, S.H.M.H
NIP : 19721010 199803 1 021

Mengetahui :

Pembimbing I Pembimbing II

I G N Rai Winangsa, S.H Sahat Sinurat, S.H., M.H.


NIP : 19661231 199303 1 126 NIP : 19580816 198503 1 004
Laporan Hasil Praktik Kompetensi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugrahaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktek Kompetensi (LHPK) ini tepat pada
waktunya, untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh kelulusan
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Mediator Hubungan Industrial.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah berkontribusi terutama kepada :
1. Bapak Sahat Sinurat, SH, MH atas bimbingannya;
2. Bapak I G N Rai Winangsa, SH selaku mentor daerah;
3. Para Widyaiswara Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Ketenagakerjaan Kemnaker RI.
4. Bapak Aditya Bayu Devangga selaku HRD PT. Nusa Kahyangan Asri
5. Seluruh rekan-rekan Peserta Diklat Mediator Angkatan 88 Tahun 2022.
Penulis sadari bahwa Laporan ini jauh dari sempurna, terkait dengan hal tersebut
mohon saran dan kritik dari pembaca, untuk dapat menyempurnakan Laporan
Hasil Praktek Kompetensi (LHPK) ini. Semoga Laporan Hasil Praktek
Kompetensi (LHPK) ini bermanfaat bagi kita semua.

Bali, … Juni 2022

Cokorda Alit Sudarsana

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik Kompetensi

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman


Pengesahan
Kata Pengantar......................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
I. Data Perusahaan.........................................................................................1
II. Kondisi Perusahaan....................................................................................2
A. Hubungan Kerja dan Syarat-syarat kerja.............................................2

1. Perjanjian Kerja..............................................................................2
2. Peraturan Perusahaan (PP).............................................................7
3. Perjanjian Kerja Bersama (PKB).................................................12
B. Pengupahan........................................................................................15
1. Pengupahan..................................................................................15
C. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.............................................................21
1. Jaminan Sosial.............................................................................21
2. Kesetaraan di Tempat Kerja.........................................................25
3. Kesejahteraan Pekerja..................................................................27
D. Kelembagaan dan Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial....28

1. Lembaga Kerjasama Bipartit.......................................................28

2. Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB)........................................30


3. Organisasi Pengusaha..................................................................31
4. Keanggotaan Lembaga Kerja Sama (LKS) Tripartit...................33
E. Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial............................................................................................36
1. Perundingan Bipartit....................................................................36
2. Perundingan Tripartit...................................................................38
3. Pemogokan...................................................................................40
4. Perselisihan Hubungan Industrial................................................42

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik Kompetensi
III. Penutup.....................................................................................................47
3.1 Kesimpulan........................................................................................47
3.2 Saran..................................................................................................48

Lampiran-Lampiran

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik
LAPORAN HASIL PRAKTIK KOMPETENSI

I. DATA PERUSAHAAN
Identitas Perusahaan sebagai berikut :
1. Nama Perusahaan : PT. NUSA KAHYANGAN ASRI
2. Alamat : Jl. By Pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra
88x, Ketewel, Sukawati Gianyar.
3. Nomor Telp. : (0361) 296346
4. Nomor Fax. : (0361) 296346
5. Jenis Usaha : Industri Produk Roti dan Kue
6. Nama Pemilik : Amos Budirana
7. Alamat Pemilik : Badung
8. Tanggal Pendirian : 22 – 09 - 2016
9. Status Perusahaan : Kantor Pusat
10. Status Kepemilikan : Swasta
11. Status Permodalan : PMDN
12. Jumlah Tenaga Kerja : 181 Orang
 WNI : 75 Laki-laki dan 106 Perempuan
 WNA : 0 Laki-laki dan 0 Perempuan
 Pekerja PKWTT : 18 Orang
 Pekerja PKWT : 163 Orang
13. Waktu Kerja : 6 hari kerja (7 jam/hari dan 40 jam/
minggu)
 Karyawan Produksi :
Senin s/d Sabtu Kerja Shift Pagi : 06:00 – 14.00
Shift Siang : 14.00 – 22:00
Shift Malam : 22:00 – 06:00
 Staff :
Senin s/d Jumat Kerja : 08:00 – 16:00
Sabtu : 08:00 – 12:00
 Istirahat setelah 4 jam terus menerus bekerja diberikan istirahat
60 menit.
14. Cuti Pekerjaan : Cuti Tahunan, Cuti Melahirkan, Cuti
Gugur Kandungan, Cuti Haid.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

15. Pengupahan :
 Upah tertinggi : Rp. 6.000.000,-
 Upah terendah : Rp. 2.656.009,-
16. THR :
 Masa Kerja >=12 bln: 1 (satu) bulan upah
 Masa Kerja < 12bln : Proporsional sesuai Masa Kerja
17. Fasilitas Perusahaan :
 K3 : Kotak P3K, Ruangan P3K, Alat
Pelindung diri, Penanganan Limbah.

 Kesejahteraan : Sarana Beribadah, Ruang Makan,


Tempat Laktasi dan Tempat merokok.

18. BPJS Ketenagakerjaan : JKK, JKm,JHT, JP


19. BPJS Kesehatan : Jaminan Kesehatan
20. Sarana HI : Perjanjian Kerja (PK), Peraturan
Perusahaan.

II. KONDISI PERUSAHAAN


A. Hubungan Kerja dan Syarat-syarat kerja

1. Perjanjian Kerja.

1.1. Dasar Hukum.


1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, (Pasal 50
s.d Pasal 66)
2. UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, (Pasal 81
angka 12 s.d angka 20, yang merubah dan penambahan
ketentuan beberapa pasal dalam UU No.13 Tahun 2003)
3. PP No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat dan
Pemutusan Hubungan Kerja.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal. 2


Laporan Hasil Praktik

1.2. Mekanisme Pembuatan Perjanjian Kerja, Keberadaan


Jenis Perjanjian Kerja, Jabatan pekerja dengan
PKWT, PKWTT dan Alih Daya

 Fakta

Berdasarkan pencermatan data yang disampaikan dan hasil


wawancara dengan Bapak Aditya Bayu Devangga selaku
HRD PT. Nusa Kahyangan Asri, bahwa PT. Nusa
Kahyangan Asri mempekerjakan pekerja sebanyak 181
orang dengan rincian sebagai berikut :

- Laki – laki sebanyak 75 orang, dan

- Perempuan sebanyak 106 orang.

Hubungan kerja dengan perjanjian kerja Perjanjian Kerja


Waktu Tertentu (PKWT) sebanyak 163 orang, sedangan
yang berstatus hubungan kerja dengan Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) sebanyak 18 orang.

 Mekanisme Pembutan Perjanjian Kerja

1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

PT. Nusa Kahyangan Asri mempekerjakan pekerjanya


dengan perjanjian kerja waktu tertentu, termsuk HRD.
Pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu tersebut
dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa roti yang
dibuat jumlah tidak tetap, dan pekerja sering cepat
keluar/masuk (tingkat turnover yang tinggi). Perjanjian
kerja waktu tertentu dibuat dengan masa waktu masing-
masing 1 tahun dan diperpanjang, setiap tahunya.
Perjanjian kerja waktu tertentu dilaksanakan dengan
mekanisme sebagai berikut:

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal. 3


Laporan Hasil Praktik

- Dibuat secara tertulis dengan bahasa Indonesia dan


huruf latin;

- Perjanjian kerja waktu tertentu memuat sebagai berikut


:

 Identitas Pihak Perusahaan

 Identitas Pekerja

 Jangka waktu kontrak

 Berakhirnya Pekerjaan

 Upah dan cara pembayaran upah

 Sanksi terhadap pelanggaran tata tertib.

 Penutup.

2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Selain PKWT, pengusaha dapat membuat perjanjian


kerja waktu yang tidak tertentu (PKWTT) atau
hubungan kerja yang bersifat tetap, dimana dalam
hubungan kerja dengan PKWTT dapat diberlakukan
masa percobaan paling lama 3 bulan. Dalam 3 bulan
perusahaan sudah dapat menilai pekerja yang
bersangkutan layak untuk diangkat menjadi pekerja
tetap, atau tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh perusahaan sehingga di Putusan Hubungan Kerja
dengan pemberitahukan paling lama 7 (tujuh) hari
sebelum PHK, sesuai dengan Pasal 37 Peraturan
Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021.

Menurut Bapak Aditya Bayu Devangga pada PT. Nusa


Kahyangan Asri sampai saat ini mempekerjan
18 (delapan belas) orang ada pekerja dengan Perjanjian
Kerja Tidak Tertentu. Mekanisme terkait pekerja
dengan hubungan kerja PKWTT yaitu :

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal. 4


Laporan Hasil Praktik

- Dibuat secara tertulis dengan bahasa Indonesia dan


huruf latin.

- Mempersyaratkan adanya masa percobaan selama 3


(tiga) bulan

- Setelah melalui masa percobaan dengan kinerja


yang baik maka pegawai tersebut diangkat sebagai
pegawai tetap.

3. Alih Daya

PT. Nusa Kahyangan Asri memberikan pekerjaan untuk


pengamanan (security) kepada perusahaan alih daya
yaitu PT. DSS (Dana Semesta Sejahtera) yang alamat
perusahaan ada di Jl. Pidada Ubung Denpasar.

 Pelaksanaan Perjanjian Kerja

1. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Pelaksanaan Perjanjian Kerja untuk pekerja dengan


status PKWTT pada PT. Nusa Kahyangan Asri
dilaksanakan apabila pekerja yang dinyatakan lulus
maka diangkat sebagai pekerja tetap, dengan masa
percobaan selama 3 (tiga) bulan, dan disetiap akhir
masa percobaan akan dilakukan evaluasi untuk
menentukan kelulusan masa percobaannya, yang
meliputi kedesiplinan dan hasil kerjanya.

2. Perjanjian kerja waktu tertentu dilaksanakan pada


semua jenis jabatan pekerjaan yang ada di PT. Nusa
Kahyangan Asri, meliputi : Mekanik dan Pemasangan
Peralatan listrik lainnya, Penyetelan Kendaraan
Bermotor, Pembuat Selai, Juru Masak, Penjaga
keamanan, pembuat roti, buruh produksi dan lain-lain,
semua jabatan tersebut dibuat dalam perjanjian kerja
waktu tertentu, dengan waktu kontrak selama 1 (satu)
tahun.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal. 5


Laporan Hasil Praktik

1.3. Analisa Singkat


Berdasarkan Pasal 1 angka 14, UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menjelaskan, bahwa “perjanjian kerja adalah
perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat- syarat kerja, hak dan kewajiban para
pihak”.

Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara


pengusaha dan pekerja/buruh. Pengertian hubungan kerja
menurut UU No. 13 Tahun 2003, sebagai tercantum pada Pasal
1 angka 15 adalah “hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerja, upah, dan pemerintah”. Perjanjian kerja antara
pengusaha dengan pekerja/buruh dalam perusahaan dapat
dibuat secara tertulis atau lisan. Setiap perjanjian kerja yang
dipersyarakan dibuat secara tertulis harus dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Memperhatikan hal tersebut bahwa pada PT. Nusa Kahyangan


Asri telah melaksanakan suatu hubungan kerja yang tertuang
dalam bentuk perjanjian kerja yang tertulis. Namun hubungan
kerja yang dilaksanakan tidak sesuai dengan Pasal 81 angka
15 UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang
mengubah ketentuan Pasal 59 UU Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa :
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat
untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau
kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu sebagai berikut:
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara
sifatnya;

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal. 6


Laporan Hasil Praktik

b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam


waktu tidak terlalu lama;
c. Pekerjaan yang bersifat musiman;
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih
dalam percobaan atau penjajakan; atau
e. Pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya
bersifat tidak tetap.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat
diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) demi hukum menjadi perjanjian
kerja waktu tidak tertentu.

Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian


Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat dan Pemutusan Hubungan Kerja, dalam Pasal 8 ayat
(1) PKWT berdasarkan jangka waktu PKWT dibuat untuk
paling lama 5 (lima) tahun.

Terkait dengan hal ini terdapat potensi permasalahan yang


dimungkinkan akan berkembang menjadi suatu persilisihaan
dikemudian hari, karena tidak dipahaminya ketentuan terkait
dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dapat dilaksanakan
melalui PKWT.

2. Peraturan Perusahaan (PP)


2.1. Dasar Hukum
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, (Pasal
108 s.d Pasal 115 );
2. Permenaker No. 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta
Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal. 7


Laporan Hasil Praktik

2.2. Mekanisme Pembentukan PP, Pelaksanaannya

 Fakta

PT. Nusa Kahyangan Asri, telah memiliki Peraturan


Perusahaan (PP) yang merupakan pembaharuan yang ke-3
(ke tiga), yang telah mendapat pengesahan dari Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar sebagaimana tertuang
dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Gianyar Nomor
560/310/DISNAKER/2022 tanggal 26 Januari 2022,
dengan masa berlaku 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal
26 Januari 2022 sampai dengan 25 Januari 2024. PP PT.
Nusa Kahyangan Asri terdiri dari 16 Bab dan 40 Pasal,
adapun isinya sebagai berikut:
Bab I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 : Luasnya Peraturan Perusahaan
Pasal 2 : Lingkup dan Tujuan
Bab II WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT
Pasal 3 : Waktu Kerja
Pasal 4 : Rincian Waktu Jam Kerja
Bab III KERJA LEMBUR
Pasal 5 : Kerja melebihi waktu kerja
Pasal 6 : Pembayaran Upah Lembur
Bab IV PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN BEKERJA
Pasal 7 : Istirahat Mingguan
Pasal 8 : Cuti Tahunan
Pasal 9 : Sakit haid (Untuk Staff)
Pasal 10 : Istirahat Melahirkan dan
Guguran Kandungan
Pasal 11 : Ijin Tidak Masuk Kerja dengan /
Tanpa Mendapat Upah
Bab V PENERIMAAN TENAGA KERJA
Pasal 12 : Syarat-Syarat Penerimaan
Tenaga Baru
Pasal 13 : Masa Percobaan
Pasal 14 : Pengangkatan Tenaga Kerja
Pasal 15 : Pemindahan atau Mutasi
Bab VI PENGUPAHAN
Pasal 16 : Pembayaran Gaji/Upah
Pasal 17 : Peninjauan Uang Gaji/Upah
Pasal 18 : Perhitungan dalam Pembayaran
Gaji/Upah
Bab VII TUNJANGAN HARI RAYA (THR)
Pasal 19 : Tunjangan Hari Raya

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal. 8


Laporan Hasil Praktik

Bab VIII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA


Pasal 20 : Pemutusan Hubungan Kerja
Pasal 21 : Kesempatan Untuk Membela Diri
Bagi Pekerja / Buruh
Pasal 22 : Rehabilitasi
Bab IX JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Pasal 23 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pasal 24 : Upah Bagi Pekerja/Buruh Sakit
Pasal 25 : Jaminan Beribadat
Pasal 26 : Pengunduran Diri
Pasal 27 : Uang Pisah
Bab X SYARAT-SYARAT KESELAMATAN
DAN KESEHATAN
KERJA
Pasal 28 : Syarat-Syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Bab XI TATA TERTIB PERUSAHAAN
Pasal 29 : Kewajiban Pekerja
Pasal 30 : Pelanggaran Tata Tertib
Pasal 31 : Sanksi
Pasal 32 : Perbuatan Yang Berakibat
Pemberian Surat Peringatan (SP)

Pasal 33 : Cara Pengenaan SP


Pasal 34 : Perbuatan Yang Berakibat
Pemutusan Hubungan Kerja
Bab XII KELUH KESAH KARYAWAN
Pasal 35 : Keluh Kesah Karyawan
Pasal 36 : Pembayaran Upah selama
ditahan oleh Pihak Berwajib
Bab XIII PROGRAM KELUARGA BERENCANA
Pasal 37 : Program Keluarga Berencana
Bab XIV LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT
Pasal 38 : Lembaga Kerjasama Bipartit
Bab XV SERIKAT PEKERJA
Pasal 39 Penyelesaian musyawarah
Bab XVI PENUTUP
Pasal 40 : Penutup

 Mekanisme Pembentukan Peraturan Perusahaan


(PP)

Peraturan perusahaan merupakan pengaturan syarat– syarat


kerja yang dibuat oleh pengusaha, sebagai pedoman untuk
mengatur hak dan kewajiban dalam suatu hubungan kerja.
PT. Nusa Kahyangan Asri membuat Peraturan Perusahaan
dengan telah

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal. 9


Laporan Hasil Praktik

meminta saran dan pertimbangan kepada perwakilan


pekerja yang dituangkan dalam Surat Pernyataan.

Pengaturan syarat syarat kerja yang tertuang dalam bentuk


Peraturan Perusahaan ini dibuat disebabkan karena pada
PT. Nusa Kahyangan Asri belum ada Serikat
Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB), sehingga tidak bisa
ditingkatkan dengan membuat Perjanjian Kerja Bersama
sebagai bentuk hasil perundingan, sebagaimana tertuang
dalam Surat Pernyataan bahwa di PT. Nusa Kahyangan
Asri Tidak memilik SP/SB.

Draft Peraturan Perusahaan berserta kelengkapan lainnya


dimohonkan pengesahan ke Kepala Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Gianyar, hal ini disebabkan karena PT. Nusa
Kahyangan Asri hanya ada di 1 wilayah Kabupaten yaitu
Kabupaten Gianyar.

 Pelaksanaan PP

Pelaksanaan PP dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang


diatur dalamnya, dan sudah dilakukan sosialisasi kepada
Pekerja sehingga diharapkan semua pekerja dapat
memahami isi PP tersebut.

2.3. Analisa Singkat


Berdasar Pasal 1 angka 20 UU No. 13 Tahun 2003
pengertian Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat
secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat- syarat kerja
dan tata tertib perusahaan. Perusahaan yang mempekerjakan
sekurang – kurangnya 10 orang wajib membuat peraturan
perusahaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 108 ayat (1).
PP yang dibuat oleh perusahaan harus mendapat pengesahan
sesuai dengan kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 7
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 28 Tahun 2014 tentang
Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja


Bersama.
Sesuai dengan PP yang telah disahkan tersebut masih ada
beberapa regulasi yang sudah dinyatakan dicabut dan tidak
berlaku masih dicantumkan, antara lain Pasal 6 terkait
pembayaran upah lembur masih mencantumkan Kepmenaker
No. 102 Tahun 2004 padahal ketentuan ini sudah dicabut
berdasarkan Permenaker No.
23 Tahun 2021 tentang Pencabutan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan sebagai Akibat diundangkannya Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Beserta
Peraturan Pelaksanaan.
Pasal 27 terkait dengan Pengaturan Uang Pisah hanya
diperuntukan untuk yang pengundurkan diri, uang pisah sesuai
dengan ketentuan tercantum dalam PP No. 35 Tahun 2021 Hak
Uang Pisah diberikan tidak hanya kepada pekerja yang
mengundurkan diri tetapi juga sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 49, 50,51, 52 ayat (2), dan 54
ayat (1 dan 4) PP No. 35 Tahun 2021.
Pengaturan Pasal 39 terkait Serikat Pekerja, namun isi
yang diatur tidak mencerminkan terkait Serikat Pekerja, tetapi
lebih cendrung ke penyelesaian keluh kesah, sehingga lebih baik
digabungkan ke Pasal yang mengatur terkait dengan keluh
kesah.
Selain itu juga tidak ada pengaturan terkait dengan
Batas usia pensiun sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 81
angka 38, yang merupakan penyisipan Pasal 151A antara
Pasal 151 dan Pasal 152 yang berbunyi : “Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (2) tidak
diperlukan oleh pengusaha dalam hal :
a. Pekerja / buruh mengundurkan diri atas kemauan sendiri;
b. Pekerja / buruh dan pengusaha berakhir hubungan
kerjanya sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu;

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

c. Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan


perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
Bersama, atau
d. Pekerja / buruh meninggal dunia.”
Belum dicantumkan Batas Usian Pensiun dalam peraturan
perusahaan.

3. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)


3.1. Dasar hukum
1. UU No. 21 Tahun 2000 tentang SP/SB ;
2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 116
s.d Pasal 135 ;
3. Permenaker No. 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pembuatan Dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta
Pembuatan Dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

3.2. Mekanisme Pembentukan PKB, Perundingan,


Pendaftaran, Sosialisasi
 Fakta

Hasil wawancara dengan Bapak Aditya Bayu Devangga


selaku HRD PT. Nusa Kahyangan Asri, disampaikan
bahwa sampai saat ini PT. Nusa Kahyangan Asri tidak
memiliki Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai syarat-
syarat kerja dan pengaturan hak dan kewajiban
diperusahaan. Hal ini disebabkan karena PT. Nusa
Kahyangan Asri tidak Serikat Pekerja/Serikat Buruh,
sehingga tidak perundingan yang nantinya menghasilkan
suatu kesepakatan dalam bentuk PKB.

 Mekanisme Pembentukan PKB

Mekanisme pembentukan PKB, sesuai dengan Permenaker


No. 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan dan
Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, dilakukan melalui
perundingan antara

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang telah tercatat pada


instansi yang membidangi ketenagakerjaan dengan
pengusaha. Perundingan dilakukan dengan musyawarah
mufakat.

Sehubungan dengan di PT. Nusa Kahyangan Asri tidak ada


Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sehingga tidak ada
mekanisme pembentuak PKB.

 Perundingan

Pengusaha harus melayani SP/SB yang mengajukan


permintaan secara tertulis untuk merundingkan PKB.
Apabila dalam 1 (satu ) perusahaan terdapat lebih dari 1
(satu) SP/SB, maka SP/SB yang berhak mewakil
pekerja/buruh dalam melakukan perundingan dengan
pengusaha adalah maksimal 3 (tiga) SP/SB yang masing-
masing anggotanya minimal 10% dari jumlah seluruh
pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Dalam perundingan
pembuatan PKB dimulai dengan menyepakati tata tertib
perundingan yang memuat antara lain: Tujuan pembutan
tata tertib, Susunan tim perunding, Lamanya masa
perundingan, Materi perundingan, Tempat perundingan,
Tata cara perundingan, Cara penyelesaian apabila terjadi
kebuntuan perundingan, sahnya perundingan, dan biaya
perundingan.

Sehubungan dengan di PT. Nusa Kahyangan Asri tidak ada


Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sehingga tidak ada
perundingan untuk pembentuak PKB.

 Pendaftaran

Pengusaha mendaftarkan PKB ke instansi yang


membidangan ketenagakerjaan sesuai
kewenangannya. Pendaftaran ini dimaksudkan sebagai alat
monitoring dan evaluasi pengaturan syarat-syarat kerja
yang dilaksanakan diperusahaan,

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

dan sebagai rujukan dalam hal terjadi perselisihan


pelaksanaan PKB.

Sehubungan dengan di PT. Nusa Kahyangan Asri tidak ada


Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sehingga tidak ada
perundingan untuk pembentuak PKB

 Sosialisasi

Agar semua pekerja didalam perusahaan tersebut paham


aka nisi PKB diperlukan sosialisasi, sehingga tidak ada alas
untuk mengatakan bahwa tidak mengetahui PKB.

Sehubungan dengan di PT. Nusa Kahyangan Asri tidak ada


Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sehingga tidak ada
sosialisasi PKB.
2.3. Analisa Singkat
Berdasarkan Pasal 1 angka 21 UU No. 13 Tahun 2003
pengertian perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang
merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/ serikat
buruh atau beberapa serikat pekerja / serikat buruh yang
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha
atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja,
hak dan kewajiban kedua belah pihak. PKB dibuat bersama
oleh SP/SB dengan Pengusaha secara musyawarah,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 UU No. 13 Tahun
2003. Sesuai dengan Pasal 17 Permenaker 28 Tahun 2014,
pengusaha harus melayani permintaan secara tertulis untuk
merundingkan PKB. Dalam perundingan PKB menyepakati
tata terib perundingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
Permenaker 28 Tahun 2014. Apabila PKB telah disepakati,
sesuai dengan ketentuan Pasal 30 Permenaker 28 Tahun 2014
maka pengusaha mendaftarkan PKB kepada instansi yang

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang


ketenagakerjaan.
Terkait tidak ada SP/SB di PT. Nusa Kahyangan Asri, sehingga
pengaturan syarat-syarat kerja dan tata tertib tidak dalam bentuk
PKB namun menggunakan PP.

B. Pengupahan
Pengupahan
1. Dasar Hukum
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 88 s.d
Pasal 98 ;
2. UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Pasal 81 angka
24 s.d angka 36, yang merubah dan penambahan ketentuan
beberapa pasal dalam UU No.13 Tahun 2003)
3. PP No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan ;
4. Permenaker RI No. 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari
Raya Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan ;
5. Permenaker RI No. 1 Tahun 2017 tentang Struktur dan Skala
Upah.

2. Fakta
Dari hasil wawancara dengan Bapak Aditya Bayu
Devangga selaku HRD PT. Nusa Kahyangan Asri, didapatkan fakta-
fakta mengenai pengupahan di PT. Nusa Kahyangan Asri yaitu
sebagai berikut :
a. Upah Terendah dan Tertinggi
Dalam sistem pengajian PT. Nusa Kahyangan Asri sesuai
dengan Pasal 16 Peraturan Perusahaan PT. Nusa Kahyangan
Asri, adalah sebagai berikut :
1) Pembayaran gaji/upah kepada Pekerja / Buruh berdasarkan:
a. Pengalaman, Pendidikan dan tugas dari Pekerja/Buruh

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

b. Kemampuan dan Usaha Pekerja/Buruh


c. Kebijaksanaan lainnya yang ditentukan oleh Pengusaha
2) Termasuk yaitu Upah Pokok, Tunjangan Tetap dan
Tunjangan Tidak tetap.
3) Tanggal pembayaran upah kepada Pekerja/Buruh dilakukan
sesuai dengan Perjanjian Kerja atau kebiasaan yang telah
berlangsung selama ini, serta tidak melanggar pada
ketentuan atau peraturan perundang-undangan.
Besarnya upah/gaji ditetapkan dan ditentukan oleh Direksi
dengan berpedoman pada ketentuan/ketetapan pemerintah,
yaitu upah terendah sesuai dengan upah tidak kurang dari
minimum Kabupaten Gianyar sebesar Rp. 2.656.009,00
sedangkan untuk upah tertinggi sebesar Rp.
6.000.000 ;

b. Komponen / Struktur dan Skala Upah


1) Komponen Upah yang diterima terdiri dari upah pokok,
tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap.
2) PT. Nusa Kahyangan Asri sudah memiliki penghitungan

upah berdasarkan struktur dan skala upah perusahaan yang


telah ditetapkan oleh Perusahaan, dengan Metode Rangking
Sederhana, yaitu berdasarkan Jabatan dan masa kerja.
3) Adapun komponen upah di dalam struktur dan skala upah
PT. Nusa Kahyangan Asri terdiri dari :
 Gaji Pokok

 Tunjangan Tetap, diberikan berdasarkan masa kerja

 Tunjangan Tidak Tetap

 Tunjangan Kehadiran

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

 Tunjangan Makan

c. Mekanisme pembayaran upah dan kenaikan upah


Mekanisme pembayaran upah di PT. Nusa Kahyangan Asri
yaitu :
Cara Pembayaran Upah Bulanan yaitu untuk pekerja dengan
status tetap (PKWTT) sebanyak 18 orang pekerja. Upah bagi
pekerja bulanan dibayarkan kepada pekerja selambat-
lambatnya pada akhir bulannya melalui transfer. Sedangkan
untk pekerja PKWT harian dibayarkan secara langsung setiap
minggunya.

d. Pelaksanaan upah minimum


Upah minimum yang dibayarkan kepada pekerja baru di
PT. Nusa Kahyangan Asri tidak lebih rendah dari ketentuan
upah minimum yaitu UMK Gianyar sebesar Rp. 2.656.009,00,
sesuai Keputusan Gubernur Bali Nomor : 790/03-M/HK/2021
tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Tahun 2022.

e. Pemberian upah lembur


Kerja lembur dilakukan apabila perusahaan
memerlukannya dan atas seizin atasan atau instruksi atasan
dengan mengisi formulir instruksi lembur. Upah lembur
dibayarkan bersamaan dengan pembayaran upah pokok.
Perhitungan upah lembur sesuai ketentuan PP No. 35 Tahun
2021 yaitu :
a. Pada hari-hari kerja biasa :
 Untuk kelebihan pertama dibayar 1,5 x upah perjam;
 Untuk kelebihan kedua dibayar 2 x upah perjam.
b. Pada hari raya resmi dan istirahat mingguan :

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

 Untuk kelebihan jam pertama sampai ketujuh dibayar


2x upah perjam ;
 Untuk kelebihan jam kedelapan dibayar 3 x upah
perjam ;
 Untuk kelebihan jam kesembilan dibayar 4 x upah
perjam.
c. Cara menghitung upah sejam :
 Untuk upah harian dihitung: 2/30 x upah rata-rata
perhari;
 Untuk upah bulanan dihitung: 1/173 x upah rata– rata
perhari;
 Untuk upah borongan dihitung: 1/7 x upah rata-rata
perhari.
Dalam pelaksanaan kerja lembur di PT. Nusa Kahyangan Asri,
atasan wajib mengetahui dan mengawasi pelaksanaan kerja
lembur.

f. Penangguhan upah
Sampai dengan saat ini, PT. Nusa Kahyangan Asri
belum pernah melakukan penangguhan upah minimum. Semua
pekerja dibayar sesuai dengan ketentuan upah minimum yang
berlaku di Kabupaten Gianyar.

g. Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR)


Berdasarkan peraturan perusahaan PT Nusa Kahyangan
Asri dan sesuai dengan Permenaker No. 6 Tahun 2016. PT
Nusa Kahyangan Asri memberikan Tunjangan Hari Raya
(THR) yang besarnya ditentukan sebagai berikut :
 Bagi pekerja dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih,
mendapatkan 1 (satu) bulan gaji ;

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

 Bagi pekerja yang telah bekerja terus menerus 1 (satu) bulan


atau lebih dan kurang dari 12 (dua belas) bulan diberikan
THR dihitung secara proporsional, yaitu :

Masa Kerja x upah sebulan


12
 THR akan diberikan kepada pekerja selambat- lambatnya 1
(satu) minggu sebelum hari raya.

3. Analisa Singkat
Berdasarkan Pasal 81 UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
angka 24, yang mengubah ketentuan Pasal 88 UU No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, pada ayat (1) disebutkan, bahwa : “setiap
pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Upah didefiniskan
sebagaimana pada Pasal 1 angka 30 adalah “Hak pekerja/buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa
yang telah atau akan dilakukan”. Sebagai salah satu mewujudkan hak
pekerja/buruh atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Pemerintah penetapan Kebijakan pengupahan meliputi :
 Upah minimum,
 struktur dan skala upah;
 upah kerja lembur;
 upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan
karena alasan tertentu,
 bentuk dan cara pembayaran upah,
 hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah, dan

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

 upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan


kewajiban lainnya.
Upah minimum sebagai salah satu kebijak Pemerintah yang
bertujuan untuk melindungi upah pekerja agar tidak jatuh pada
tingkat yang lebih rendah sebagai akibat ketidaksesuaian antara
jumlah angkatan kerja dengan ketersediaan pekerjaan sehingga
terwujud kelangsungan usaha dan kesejahteraan pekerja.
Gubernur memiliki kewajiban untuk menetapkan upah
minimum provinsi sebagai jaring pengaman, dengan berdasarkan
kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan sebagaimana diatur dalam PP
No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan. UMP Provinsi Bali Tahuan
2022 ditetapkan sebesar Rp. 2.516.971,00 sesuai dengan Keputusan
Gubernur Bali No. 799/03-M/HK/2021 tanggal 18 Nopember 2021.
Sedang Gubernur Bali juga menetapkan UMK Tahun 2022
sebagaimana tertuang dalam Keputusan Gubernur Bali No. : 790/03-
M/HK/2021 tanggal 30 Nopember 2021 tentang Upah Minimum
Kabupaten/Kota Tahun 2022, dengan besaran sebagai berikut:
No Kabupaten/Kota Rp. /Bulan
1. Kabupaten Badung 2.961.285,40
2. Kota Denpasar 2.802.926,00
3. Kabupaten Gianyar 2.656.009,00
4. Kabupaten Karangasem 2.555.470,00
5. Kabupaten Jembrana 2.563.363,76
6. Kabupaten Tabanan 2.643.778,66
7. Kabupaten Klungkung 2.540.848,00
8. Kabupaten Buleleng 2.542.312,33

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

PT. Nusa Kahyangan Asri telah melaksanakan ketentuan


pengupahan, yaitu tidak membayar pekerjanya dibawah upah
minimum, telah mengatur upah lembur sebagaiman tertuang dalam
peraturan perusahaan. Komponen
- komponen upah yang terdapat di PT. Nusa Kahyangan Asri, antara
lain yaitu :
a. Upah Pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada
pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya
ditetapkan pengusaha ;
b. Tunjangan Tetap adalah pembayaran yang secara langsung
ataupun tidak langsung tidak berkaitan dengan kehadiran pekerja,
seperti tunjangan jabatan ;
c. Tunjangan Tidak Tetap adalah Pembayaran yang berkaitan
dengan pekerjaan yang dilakukan pekerja, yang besarnya tidak
tetap dan waktunya tidak teratur, seperti tunjangan kehadiran dan
uang makan.
d. Upah lembur adalah imbalan yang dibayarkan kepada pekerja
yang melakukan atau melaksanakan pekerjaannya melebihi jam
kerja yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Dari analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa upah yang


dibayarkan PT. Nusa Kahyangan Asri sesuai dengan ketentuan
pengupahan sebagaimana diatur dalam PP No. 36 Tahun 2021
tentang Pengupahan.

C. Jaminan Sosial Tenaga Kerja


1. Jaminan Sosial
1.1. Dasar Hukum:
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
(Pasal 99 s.d Pasal 101);
2. UU No. 40 Thn. 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional ;

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

3. UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial ;
4. PP No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ;
5. PP No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Pensiun ;
6. PP No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Hari Tua ;
7. PP No. 60 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP No. 46
Tahun 2015 Penyelenggaraan Jaminan Hari Tua ;
8. PP No. 37 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

1.2. Fakta
Hasil wawancara dengan Bapak Aditya Bayu
Devangga selaku HRD PT. Nusa Kahyangan Asri,
didapatkan fakta-fakta mengenai jaminan sosial tenaga kerja
di PT. Nusa Kahyanga Asri sebagai berikut:
a. Program BPJS
PT. Nusa Kahyangan Asri mengikutsertakan
pekerjanya kedalam program Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dengan Nomor
pendaftaran perusahaan XX040762. PT. Nusa
Kahyangan Asri telah 4 (empat) program BPJS
Ketenagakerjaan yang dikutsertakan, yaitu Jaminam
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK),
Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), dan
Jaminan Kesehatan (BPJS Kesehatan). Namun dari
program Jaminan Sosial tersebut belum semua pekerja
pada semua program tetapi sebagian, termasuk juga ada
keinginan dari pihak pekerja tidak mau pindah dari PBI
untuk program jaminan

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,


padahal menurut dari pihak pengusaha tidak akan
memotong upah yang diterima pekerja untuk jaminan
kesehatan tersebut. .
b. Keanggotaan
Dari jumlah keseluruhan pekerja PT. Nusa
Kahyangan Asri yang berstatus sebagai pekerja tetap
sebanyak 18 (delapan belas) orang, semuanya
diikutsertakan dalam jaminan sosial, tetapi untuk
pekerja PKWT hanya diikutkan sebagian, karena tinggi
turnover
c. Penangguhan pembayaran premi
Sampai dengan saat ini belum ada penangguhan
pembayaran premi yang dilakukan oleh PT. Nusa
Kahyangan Asri.
d. Klaim BPJS Ketenagakerjaan
PT. Nusa Kahyangan Asri sampai dengan saat
ini, tercatat belum pernah mengajukan klaim terhadap
kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan.
1.3. Analisa Singkat
Menurut UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Pasal 1 angka 2,
“Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.”
Manfaat dari Jaminan Sosial ini adalah “faedah jaminan
sosial yang menjadi hak peserta dan/atau anggota
keluarganya” (Pasal 1 angka 5 UU No. 24 Tahun 2011).
Pasal 99 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003
menyebutkan : “Setiap pekerja/buruh dan keluarganya
berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.”
Kemudian dalam Pasal 13 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
mengamanatkan : “Pemberi kerja secara bertahap wajib
mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sesuai


dengan program jaminan sosial yang diikuti.”
Pasal 5 UU No. 24 Tahun 2011, ada 2 (dua) Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Program yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan
Jaminan Kematian dan Program yang diselenggarakan oleh
BPJS Kesehatan adalah Jaminan Kesehatan.
BPJS Kesehatan telah beroperasi sejak tanggal 1
Januari 2014. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan
(transformasi dari PT. Jamsostek) mulai beroperasi sesuai
dengan UU No. 40 Tahun 2004, paling lambat pada tanggal 1
Juli 2015, dengan program yaitu :
1) Jaminan Kecelakaan Kerja;
2) Jaminan Kematian;
3) Jaminan Hari Tua;
4) Jaminan Pensiun.
Besarnya iuran BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
1) Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dibayar
sepenuhnya oleh pengusaha, besarnya berkisar antara
0,24% dan 1,74% dari upah sebulan tergantung dari
tingkat resiko lingkungan kerja.
2) Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 5,7%, dibayar
bersama oleh pengusaha sebesar 3,7% dan pekerja
sebesar 2% dari upah sebulan.
3) Iuran Jaminan Kematian (JK) ditanggung oleh pengusaha
sebesar 0,3% dari upah sebulan.
4) Iuran Jaminan Pensiun (JP) sebesar 3%, ditanggung
bersama oleh pengusaha sebesar 2% dan pekerja

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

sebesar 1% dari upah sebulan, dengan upah tertinggi


maksimum Rp. 7.000.000,-
PT. Nusa Kahyangan Asri mengikutsertkan baru
sebagian pekerjanya kedalam program Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dengan Nomor
pendaftaran perusahaan XX040762. Ada 5 (lima) program
BPJS yang dikutsertakan, yaitu
1) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) ;
2) Jaminan Kematian (JK) ; dan
3) Jaminan Hari Tua (JHT) ;
4) Jaminan Pensiun
5) Jaminan Kesehatan (BPJS Kesehatan)
Berdasarkan Pasal 14 UU No. 24 Tahun 2011 tentang
BPJS menerangkan bahwa : “Setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia,
wajib menjadi peserta program Jaminan Sosial”. Lebih lanjut
dalam Pasal 15 ayat (1) menyatakan bahwa : “Pemberi Kerja
secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan
program Jaminan Sosial yang diikuti”.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PT. Nusa
Kahyangan Asri telah mengikutsertakan pekerjanya pada
program jaminan sosial, secara bertahap.
2. Kesetaraan di Tempat Kerja
2.1. Dasar Hukum
1. UUD 1945, Pasal 27 ayat (2) “Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Salah satu bentuk hak asasi adalah persamaan
kesempatan dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan”.
Serta Pasal 28 I ayat (2) “Setiap orang berhak bebas
dari perlakuan yang

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak


mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu” ;
2. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, (Pasal 5
dan Pasal 6);
3. Deklarasi ILO di Philadelphia Tahun 1944 menyatakan
bahwa : Semua manusia tanpa memandang ras,
kepercayaan dan jenis kelamin berhak memperoleh
kesejahteraan materiil maupun pengembangan spiritual
dalam kondisi yang bebas dan terhormat dan dalam kondisi
perekonomian yang aman dan kesetaraan kesempatan.

2.2. Fakta
Menurut keterangan dari Bapak Aditya Bayu Devangga
selaku HRD PT. Nusa Kahyangan Asri, tidak ditemukan
adanya diskriminasi dalam perusahaan. Pekerja di PT. Nusa
Kahyangan Asri sebagian besar perempuan 106 dan 75 laki-
laki, walaupun mayoritas pekerjanya perempuan, karena PT.
Nusa Kahyangan Asri merupakan usaha yang bergerak dalam
bidang produksi roti, sehingga kecendrungan pekerjaan seperti
lebih diminati oleh tenaga perempuan, daripada laki-laki.

2.3. Analisa Singkat


Kesetaraan ditempat kerja atau tidak ada diskriminasi
terhadap pekerja ditempat kerja, sesuai Pasal 5 UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menerangkan bahwa :
“Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama
tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”. dan
Pasal 6 dinyatakan bahwa :

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

“Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang


sama tanpa diskriminasi dari pengusaha”
Sehubungan dengan hal tersebut di PT. Nusa Kahyangan
Asri walaupun lebih banyak pekerja perempuan dari pekerja
laki-laki, karena sesuai dengan jenis usaha untuk membuat roti
yang sering melakukan pekerjaan seperti ini adalah kebanyak
perempun dan sedikit laki-laki. Laki-laki melakukan pekerjaan
kebanyakan terkait masalah mekanik, sopir, penjaga keamanan
dan lain-lain, sehingga bukan merupakan bentuk diskriminasi.
3. Kesejahteraan Pekerja
3.1. Dasar Hukum
1. UUD 1945, Pasal 28 D ayat 2 dan Pasal 28 H ayat 3 ;
2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, (Pasal
99 s.d Pasal 101) ;
3.2. Fakta
PT. Nusa Kahyangan Asri menyediakan beberapa fasilitas
kepada pekerja seperti :
a. Fasilitas Peribadatan (Tempat Ibadah)
b. Ruangan Makan
c. Fasilitas Pakaian Dinas / Seragam Kerja
d. Fasilitas K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
e. Tempat / ruang menyusui

3.3. Analisa Singkat


Berdasarkan Pasal 100 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi pekerja / buruh dan keluarganya, pengusaha
wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan, yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan perusahaan.
Demikian juga PT.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

Nusa Kahyangan Asri, memberikan fasilitas tempat beribadah,


ruang / tempat makan, ruang menyusui, ruang K3 dan lain-lain
dimaksudkan untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi
pekerja dalam bekerja di perusahaan. Sehingga diharapkan
pekerja bisa melaksanakan proses produksi secara optimal.
Fasilitas kesejahteraan adalah sarana pemenuhan
kebutuhan jasmani dan rohani yang disediakan oleh perusahaan
bagi pekerja/buruh beserta keluarganya yang secara langsung
atau tidak langsung dapat meningkatkan produktivitas kerja,
sebagaimana yang didefinisikan dalam Pasal 1 angka 31
bahwa : Kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya adalah
pemenuhan kebutuhan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah,
baik di dalam maupun diluar lingkungan kerja yang secara
langsung atau tidak langsung dapat menciptakan ketenangan
dalam bekerja dan meningkatkan produktifitas kerja dalam
lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Sehingga dengan pemenuhan kesejahteraan pekerja dapat
memperkecil terjadinya konflik maupun perselisihan di
perusahaan, dan jika memungkinkan sesuai kemampuan
perusahaan fasilitas perlu ditingkatkan untuk memberikan rasa
nyaman dan ketenangan bagi pekerja.

D. Kelembagaan dan Pencegahan Perselisihan Hubungan


Industrial
1. Lembaga Kerjasama Bipartit
1.1 Dasar Hukum
Dasar Hukum pembentukan LKS Bipartit adalah :

1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal


106 ;

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

2. Permenakertrans RI No. Per.32/Men/XII/2008 tentang Tata


Cara Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Lembaga
Kerja Sama Bipartit.

1.2. Fakta
Hasil wawancara dan isian quisioner oleh Bapak Aditya
Bayu Devangga selaku HRD PT. Nusa Kahyangan Asri, bahwa
perusahaan belum membentuk LKS Bipartit..

1.3. Analisa Singkat


Berdasarkan ketentuan Pasal 106 UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa :
(1). Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh)
orang pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk
Lembaga Kerja Sama Bipartit.
(2). Lembaga Kerja Sama Bipartit sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berfungsi sebagai forum komunikasi, dan
konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan.
(3). Susunan keanggotaan Lembaga Kerja Sama Bipartit
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari unsur
pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang ditunjuk oleh
pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili
kepentingan pekerja/buruh di perusahaan yang
bersangkutan.
(4). Ketentuan mengenai tata cara pembentukan dan susunan
keanggotaan Lembaga Kerja Sama Bipartit sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.

Sehubungan dengan hal tersebut, PT. Nusa


Kahyangan Asri dengan jumlah pekerja sebanyak 181 orang
semestinya sudah ada suatu Lembaga Kerja Sama Bipartit
sesuai dengan ketentuan Pasal 106 UU No. 13 Tahun 2003.
Kedepan perlu diadakan pembinaan dan diharapkan
terbentuknya LKS Bipartit sesuai yang diamanatkan dalam
Pasal 106 dan mekanisme pembentukan berpedoman pada
Permenakertrans RI No.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

Per.32/Men/XII/2008 tentang Tata Cara Pembentukan dan Susunan


Keanggotaan Lembaga Kerja Sama Bipartit.

2. Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB)

2.1. Dasar Hukum :


Dasar Hukum pembentukan SP/SB adalah :
1. UUD 1945, Pasal 28 ;
2. UU No. 21 Tahun 2000 tentang SP/SB ;
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 104
;
4. Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948 dan Keppres No. 83
Tahun 1998 tentang Kebebasan Berserikat dan
Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi ;
5. Kepmenakertrans RI No. Kep.16/Men/2001 tentang Tata
Cara Pencatatan SP/SB ;
6. Kepmenakertrans RI No. Kep.201/Men/2001 tentang
Keterwakilan Dalam Kelembagaan Hubungan Industrial ;
7. Kepmenakertrans RI No. Kep.187/Men IX/2004 tentang
Iuran Anggota SP/SB ;
8. Permenakertrans RI No. Per.06/Men/IV/2005 tentang
Pedoman Verifikasi Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat
Buruh.

2.3. Fakta
PT. Nusa Kahyangan Asri sampai saat ini belum
terbentuk Serikat Pekerja/ Serikat Buruh sebagai wadah pekerja
untuk menyalurkan aspirasinya dalam bekerja.

3.3. Analisa Singkat


Negara memberikan jamian terhadap warga negaranya
untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UUD
1945 yaitu “Kemerdekaan berserikat

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan


dan sebagainya ditetapkan dengan undang- undangan”. Terkait
dengan Serikat Pekerja/Serikat Buruh UU No. 21 Tahun 2000
tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh Pasal 28 disebutkan
bahwa : “Siapapun dilarang menghalang-halangi atau
memaksa Pekerja/Buruh untuk membentuk atau tidak
membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi
pengurus, menjadi anggota dan/atau menjalankan atau
tidak menjalankan Serikat Pekerja atau Serikat Buruh”.
Adanya suatu kebebasan tersebut para pekerja di PT. Nusa
Kahyangan Asri fokus bekerja mengikuti arahan pengusaha
dan mendapat penghasil dari bekerja di PT. Nusa Kahyangan
Asri, sehingga belum terpikirkan untuk membentuk SP/SB.

3. Organisasi Pengusaha
3.1. Dasar Hukum
Dasar Hukum pembentukan Organisasi Pengusaha adalah :
1. UU No. 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri.
2. Keppres No. 14 Tahun 2004 tentang Persetujuan
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Kamar Dagang dan Industri;
3. UU. No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal
105 ;
4. Keputusan Dewan Pengurus Kadin No. 037/SKEP/DP/
VII/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Keterwakilan
dalam Kelembagaan Hubungan Industrial diwakili oleh
APINDO ;

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

3.2. Fakta
Menurut Bapak Aditya Bayu Devangga selaku HRD
PT. Nusa Kahyangan Asri, bahwa PT. Nusa Kahyangan Asri
tidak menjadi anggota Apindo.

3.3. Analisa Singkat


Pasal 105 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa “Setiap pengusaha berhak
membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha.”
Organisasi pengusaha adalah wadah persatuan dan kesatuan
bagi pengusaha Indonesia yang didirikan secara sah atas dasar
kesamaan tujuan, aspirasi, strata kepengurusan, atau ciri
alamiah tertentu. Asosiasi pengusaha yang ada di Indonesia
yaitu Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) sebagai
organisasi pengusaha yang bersifat demokratis, bebas, mandiri,
dan bertanggung jawab yang secara khusus menangani
Hubungan Industrial untuk meningkatkan pemberdayaan
sumber daya manusia sebagai salah satu sarana utama
terwujudnya kesejahteraan sosial dan ekonomi dalam dunia
usaha.
Adapun Misi APINDO adalah :
a. Mengembangkan Hubungan Industrial yang harmonis dan
produktif ;
b. Melindungi, membela dan memperdayakan seluruh pelaku
usaha;
c. Berperan aktif dalam meningkatkan investasi;
d. Berperan aktif dalam proses penyusunan kebijakan
Pemerintah.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

Manfaat APINDO bagi Pengusaha adalah :


a. Meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab anggota
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
b. Meningkatkan efektifitas komunikasi antara pelaku proses
produksi;
c. Menyerasikan penghayatan dan kewajiban masing- masing
anggota dan mengefektifkan pengamalan HIP secara
selaras, serasi dan seimbang;
d. Bersama=sama mengisi dan mengembangkan isi syarat-
syarat kerja dan meningkatkan praktek-praktek Hubungan
Industrial;
e. Mengefektifkan Pendidikan sumber daya manusia dibidang
ketenagakerjaan;
f. Memberikan perlindungan terhadap semua anggota.
Sehubungan dengan PT. Nusa Kahyangan Asri belum
menjadi anggota Apindo, perlu adanya pembinaan
bersama-bersama Apindo Kabupaten Gianyar, untuk
memberikan sosialisasi terkait manfaat, fungsi, peranan dan
arti pentingnya menjadi anggota APINDO.

4. Keanggotaan Lembaga Kerja Sama (LKS) Tripartit


4.1 Dasar Hukum
Dasar Hukum pembentukan LKS Tripartit adalah :
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279)
Pasal 107;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Tata Kerja dan Susunan Organisasi Lembaga
Kerjasama Tripartit (Lembaran Negara Republik

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 24,Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4482);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2005 tentang Tata Kerjadan Susunan Organisasi
Lembaga Kerjasama Tripartit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4862);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2005 tentang Tata Kerja dan Susunan
Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 22);
5. Keputusan Presiden RI Nomor 26 tahun 1990 tentang
Pengesahan Lembaga KerjasamaTripartit 6 Konvensi
ILO Nomor 144 Tahun1976 mengenai Konsultasi
Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar
Perburuhan Internasional;
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Nomor PER.02/MEN/I/2010 tentang Tata Cara
Pemberhentian dan Penggantian Antar Waktu
Keanggotaan Lembaga Kerja Sama (LKS) Tripartit
Nasional;
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
NomorPER.04/MEN/II/2010 tentang Pembentukan
Dan Peningkatan Peran Lembaga Kerja Sama Tripartit
Provinsi Dan Kabupaten/Kota;
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Nomor:Kep.201/MEN/2001 tentang Keterwakilan
dalam Kelembagaan Hubungan Industrial;

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI


Nomor : KEP.16/MEN/2001 tentang Tata Cara
Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Nomor: PER.06/MENIIV/2005 tentang Pedoman
Verifikasi Keanggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
11. Peraturan Ketua LKS Tripnas Nomor PER.01/LKS
TRIPNAS/VIII/2016 tentang Tata Kerja Lembaga
Kerja Sama Tripartit Nasional;
4.2. Fakta

PT. Nusa Kahyangan Asri tidak menjadi Anggota


Tripatit Kabupaten Gianyar.

4.3. Analisis Singkat


Pasal 1 angka 19 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, yang memberikan definisi tentang
Lembaga Kerja Sama Tripartit adalah forum komunikasi,
konsultasi dan musyawarah tentang masalah
ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha,
serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah. Selanjutnya
Pasal 107 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 disebutkan
tugas dari LKS Tripartit memberikan pertimbangan, saran
dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam
penyusunan kebijakan, pemecahan masalah
ketenagakerjaan.
Menurut Kepala Bidang Bina HI, K3 dan Jamsostek
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar bahwa di
Kabupaten Gianyar belum terbentukan LKS Tripartit, hal
ini disebabkan beberapa hal terkait legalitas kepengurusan
Apindo di Kabupaten Gianyar. Terkait dengan hal tersebut

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

PT. Nusa Kahyangan Asri tidak terlibat dalam keanggotaan


Tripartit Kabupaten Gianyar.

E. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


1. Perundingan Bipartit
1.1 Dasar Hukum
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal
136) ;
2. UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial ;
3. Permenakertrans RI No. Per.31/Men/XII/2008 tentang
Pedoman Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Melalui Perundingan Bipartit.

1.2 Fakta
Hasil wawancara dengan Bapak Bapak Aditya Bayu
Devangga selaku HRD PT. Nusa Kahyangan Asri, bahwa
Perselisihan Hubungan Industrial dapat dikatakan tidak ada.
Adanya perbedaan pendapat selama ini dapat diselesaian secara
musyawarah mufakat.

a. Risalah Perundingan
Tidak terdapat risalah perundingan Bipartit tidak ada
perselisihan.

b. Pendaftaran Perjanjian Bersama


Belum adanya perselisihan hubungan industrial di PT. Nusa
Kahyangan Asri, sehingga tidak ada Perjanjian Bersama (PB)
hasil perundingan Bipartit yang didaftarkan pada Pengadilan
Hubungan Industrial.

1.3 Analisa Singkat


Perundingan bipartit merupakan sarana yang wajib dilakukan
disetiap perusahaan apabila terjadi perselisihan.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

Pasal 136 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003 mengatakan,


“Penyelesaian perselisahan hubungan industrial wajib
dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau SP/SB
secara musyawarah untuk mufakat.” Perundingan bipartit adalah
perundingan antara pekerja/buruh atau SP/SB dengan pengusaha
untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.
Dalam hal perundingan bipartit mencapai kesepakatan
penyelesaian, maka dibuat Perjanjian Bersama yang
ditandatangani oleh para pihak. Perjanjian Bersama tersebut
mengikat dan wajib dilaksanakan oleh para pihak. Perjanjian
Bersama wajib didaftarkan oleh para pihak pada Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah para
pihak mengadakan Perjanjian Bersama. Perjanjian Bersama
yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftaran Perjanjian
Bersama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian Bersama.
Apabila Perjanjian Bersama yang telah dibuat tidak
dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan
dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri dimana Perjanjian
Bersama didaftar untuk mendapatkan penetapan eksekusi.
Dalam hal perundingan bipartit gagal, maka salah satu atau
kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
dengan melampirkan bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian
melalui perundingan bipartit telah dilakukan. Apabila bukti-
bukti upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit tidak
dilampirkan, maka instansi yang bertanggung jawab di

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

bidang ketenagakerjaan akan mengembalikan berkas- berkas


tersebut untuk dilengkapi dalam jangka waktu paling lambat 7
(tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
pengembalian berkas. Dan setelah menerima pencatatan dari
salah satu atau para pihak, instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan kepada
para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui
konsiliasi, mediasi atau melalui arbitrase. Apabila para pihak
tidak menetapkan pilihan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, maka
instansi yang bertangung jawab di bidang ketenagakerjaan
melimpahkan penyelesaian perselisihan secara mediasi kepada
mediator hubungan industrial.
Sampai saat ini tidak ada perselisihan di PT. Nusa
Kahyangan Asri, sehingga sampai saat ini belum ada Perjanjian
Bersama (PB) yang didaftarkan ke Pengadilan hubungan
Industrial (PHI).

2. Perundingan Tripartit
2.1 Dasar Hukum
Dasar hukum untuk perundingan Tripartit adalah:
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal
136 ayat 2) ;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

2.2 Fakta
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
perundingan Tripartit adalah dengan Mediasi, Arditasi,
Konsiliasi atau Pengadilan Hubungan Industrial. Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar Lembaga yang

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

berwenang untuk menangani terkait dengan ketenagakerjaan


yang ada di Wilayah Kabupaten Gianyar. Sampai saat ini tidak
ada Pejabatan Fungsional Mediator Hubungan Industrial, baik
melalui pengangkatan pertama, impassing, penyetaraan
ataupun alih jabatan, sehingga apabila perselisihan hubungan
industrial yang tidak dapat selesaikan melalui fasilitasi oleh
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar, maka dilimpahkan ke
Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali.
Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali yang
menangani terkait ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Bali,
termasuk pelimpah perselisihan hubungan industrial dari
Kabupaten/Kota yang belum memiliki Pejabat Fungsional
Mediator Hubungan Industrial. Sampai saat ini Dinas
Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali memiliki 5 (lima)
orang Mediator Hubungan Industrail melalui pengangkatan
pertama sebanyak 1 orang, impassing 3 orang, dan
penyetaraan sebanyak 1 orang, namun yang memiliki
legitimasi sesuai dengan ketententuan Permenaker No. 17
Tahun 2014 baru 1 (satu) orang.
PT. Nusa Kahyangan Asri, belum pernah melakukan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
perundingan Tripartit baik itu melalui Mediasi, Konsiliasi
maupun Abitrase.

2.3 Analisis Singkat


Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, memberikan
pengertian Perselisihan Hubungan

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan


pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh
karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan. Bila perselisihan tidak dapat diselesaikan secara
perundingan bipartit, maka permasalahan tersebut dapat
dicatatkan ke dinas yang membidang ketenagakerjaan
setempat untuk dapat diselesaikan secara Tripartit.
PT. Nusa Kahyangan Asri, belum pernah melakukan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
perundingan Tripartit baik itu melalui Mediasi, Konsiliasi
maupun Abitrase, seluruh masalah yang ada sampai saat ini
dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat.

3. Pemogokan
3.1 Dasar Hukum
1. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Pasal
137 s.d Pasal 145;
2. Permenakertrans RI No. Per.31/Men/XII/2008 tentang
Pedoman Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Melalui Perundingan Bipartit ;
3. Kepmenakertrans RI No. Kep.232/Men/2003 tentang
Akibat Hukum Mogok Kerja Yang Tidak Sah.

3.2 Fakta
Sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh Bapak
Aditya Bayu Devangga, bahwa di PT. Nusa Kahyangan Asri
belum pernah terjadi mogok kerja, hal ini

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

disebabkan apabila terdapat permasalahan sudah dibicara dan


selesaikan secara musyawarah, sehingga permasalahan tidak
menjadi besar.

3.3 Analisa Singkat


Mogok Kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan SP/SB
secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya
peundingan. UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 23
memberikan pengertian Mogok Kerja adalah tindakan
pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara
bersama-sama dan/atau oleh SP/SB untuk menghentikan atau
memperlambat pekerjaan. Prosedur dan tata cara mogok kerja
termuat dalam Pasal
140 UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu :
(1). Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan
serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan
secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat.
(2). Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) sekurang-kurangnya memuat :
a. Waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan
diakhiri mogok kerja ;
b. Tempat mogok kerja ;
c. Alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan
mogok kerja ; dan
d. Tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-
masing ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat
buruh sebagai penanggung jawab mogok kerja.

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

(3). Dalam hal mogok kerja akan dilakukan oleh


pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh, maka pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditandatangani oleh perwakilan
pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai koordinator
dan/atau penanggung jawab mogok kerja.
(4). Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), maka demi menyelamatkan
alat produksi dan aset perusahaan, pengusaha dapat
mengambil tindakan sementara dengan cara :
a. Melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja
berada di lokasi kegiatan proses produksi ; atau
b. Bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang
mogok kerja berada di lokasi perusahaan.

Mogok Kerja di PT. Nusa Kahyangan Asri belum


pernah terjadi, hal ini disebabkan adanya komunikasi yang
baik antara pengusaha dengan pekerja/buruh.. Apabila ada
tuntutan, aspirasi, keluh kesah dari pihak pekerja, maka
pihak perusahaan segera mengajak pekerja untuk
bermusyawarah sehingga dapat menghindarkan terjadinya
mogok kerja.

4. Perselisihan Hubungan Industrial


4.1 Dasar Hukum
1. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 150
s/d Pasal 172 ;
2. UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial ;

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

3. UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (angka 151


s.d angka 61 yang mengubah, menambah, dan menghapus
beberpa ketentuan dalam UU No. 13 Tahun 2003)
4. PP No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
Pemutusan Hubungan Kerja.
5. Permenakertrans RI No. Per.31/Men/XII/2008 Tentang
Pedoman Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Melalui Perundingan Bipartit ;
6. Surat Edaran Menakertrans Nomor SE.907/MEN.PHI-
PPHI/X/2004 Tentang Pencegahan Pemutusan Hubungan
Kerja Massal.

4.2 Fakta
Hasil wawancara dengan Bapak Aditya Bayu Devangga
selaku HRD PT. Nusa Kahyangan Asri, disampaikan bahwa
sampai saat ini belum pernah terjadi perselisihan hubunga
industrial, baik perselisihan hak, perselisihan PHK, maupun
perselisihan kepentingan. Pengakhiran Hubungan Kerja terjadi di
PT. Nusa Kahyangan Asri akibat dari berakhirnya jangka waktu
yang ditentukan sesuai dengan perjanjian kerja.
Mekanisme Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di PT. Nusa
Kahyangan Asri akibat dari berakhirnya jangka waktu yang
ditentukan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, jika tidak
diperpanjang oleh perusahaan atau pekerja tidak berkenan lagi
diperpanjang PKWTnya, dan belum pernah diperselisihkan oleh
pihak pekerja. Pumutusan Hubungan Kerja akibat dari
berakhirnya jangka waktu sesuai yang diperjanjikan tersebut
pada setiap berakhirnya PKWT tidak diberikan kompensasi
sebagaimana ditentukan dalam UU

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Pasal 81 angka 17, yang
merupakan penyisipan Pasal 61A antara Pasal 61 dan Pasal 62
pada UU No. 13 Tahun 2003, jo Pasal 15 sampai dengan Pasal 17
PP No. 35 Tahun 2021. Akibat tidak diberikan uang kompensasi
tersebut berpotensi terjadi perselisihan hubungan industrial.
Apabila terjadi perselisihan hubungan industrial salah pihak atau para
pihak setelah gagalnya perundingan bipartit dapat mencatatkan
perselisihan tersebut ke Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar, dan
kemudian Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar hanya melakukan
fasilitasi mempertemukan kedua belah pihak, tapi tidak dapat
melakukan mediasi karena di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar
tidak terdapat Mediator Hubungan Industrial.

4.3 Analisa Singkat


Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial memberikan
pengertian Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan
pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha
atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh.
Salah satu jenis perselisihan yang sering dicatatkan di dinas
yang membidangi ketenagakerjaan adalah perselisihan
Pemutusan Hubungan Kerja. Pasal 1 angka 4 UU No. 2 Tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
memberikan pengertian Perselisihan pemutusan hubungan kerja
adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya
kesesuaian pendapat

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh


salah satu pihak.
Pemutusan Hubungan Kerja didefinisikan Pasal 1 angka 25
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemutusan
Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Pengaturan
terkait PHK diatur dalam dalam Pasal 150 sampai dengan Pasal
172 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan
disempurnakan pengaturannya dalam UU No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja Pasal 81 angka 37 sampai dengan angka 61
yang pelaksanaannya diatur dalam Pasal 36 sampai dengan
Pasal 59 PP No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan
Pemutusan Hubungan Kerja.
Terkait dengan pengakhiran hubungan kerja PKWT atau
berakhirnya PKWT tidak diberikan uang kompensasi hal ini
berpotensi menjadi perselisihan akibat tidak dibayarnya uang
kompensi sebagaimana ditentukan dalam UU No. 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, Pasal 81 angka 17, yang merupakan
penyisipan Pasal 61A antara Pasal 61 dan Pasal 62 pada UU No.
13 Tahun 2003, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 15 sampai
dengan Pasal 17 PP No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat,
dan Pemutusan Hubungan Kerja.
Apabila terjadi perselisihan hubungan industrial sesuai dengan
Pasal 3 ayat (1) UU No.2 Tahun 2004, “Perselisihan hubungan
industrial wajib diupayakan

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit


secara musyawarah untuk mencapai mufakat” Apabila tidak ada
kesepakatan dalam perundingan bipartit, maka salah pihak atau
para pihak dapat mencatatkan perselisihan tersebut ke Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar. Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Gianyar, meminta kelengkapan berkas dan bukti
bahwa upaya- upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit
telah dilakukan tetapi tidak mencapai kesepakatan. Sesuai Pasal
4 ayat (3) UU No.2 Tahun 2004 bahwa : “Setelah menerima
pencatatan dari salah satu atau para pihak, instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat wajib
menawarkan kepada para pihak untuk menyepakati memilih
penyelesaian melalui konsiliasi atau melalui arbitrase”. Apabila
hasil kesepakatan para pihak yang berselisih memilih
penyelesaian perselisihan melalui Mediasi, maka Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Gianyar melimpahkan penyelesaian tersebut
ke Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali untuk
dimediasi oleh Mediator Hubungan Industrial, karena Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar tidak terdapat Mediator
Hubungan Industrial.
Setelah mendapatkan pelimpahan Mediator Hubungan
Industrial Provinsi Bali mencermati dan memeriksan dokumen
dan memanggil para pihak yang berselisih untuk dilakukan
klarifikasi dan sidang mediasi. Mediator Hubungan Industrial
melakukan sidang mediasi beberapa kali, apabila dengan segala
upaya komunikasi telah dilakukan oleh mediator hubungan
industrial, namun tidak tercapai kesepakatan, Mediator
Hubungan Industrial

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

mengeluarkan anjuran tertulis kepada para pihak yang


berselisih, sesuai dengan Pasal 13 ayat (2) huruf a UU No.2
Tahun 2004.
Berdasarkan Pasal 5 UU No.2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, dinyatakan
bahwa “Dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi atau
mediasi tidak mencapai kesepakatan, maka salah satu
pihak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Hubungan Industrial”. Kemudian dalam Pasal
14 ayat (1) : “Dalam hal anjuran tertulis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a ditolak oleh
salah satu pihak atau para pihak, maka para pihak atau
salah satu pihak dapat melanjutkan penyelesaian
perselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri setempat”.
Sehubungan dengan prosedur penyelesaian perselisihan
hubungan industrial tersebut belum pernah dilakukan oleh PT.
Nusa Kahyangan Asri karena belum dan diharapkan tidak ada
perselisihan hubungan industrial yang terjadi..

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan Hasil Praktik Kompetensi pada PT. Nusa Kahyangan
Asri yang merupakan gambaran dan kondisi hubungan industrial di PT.
Nusa Kahyangan Asri, yang dilaksanakan pada saat Praktek Kerja
Lapangan. Penulis mencermati bahwa antara realita langsung
diperusahaan dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan
perundang- undangan tidak sepenuhnya dilaksanakan. Adanya
perbedaan tersebut disebabkan kurangnya pemahaman, baik pihak
pengusaha maupun pihak pekerja, sehingga diperlukan ada

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

pembinaan Hubungan Industrial bersama Dinas Tenaga Kerja


Kabupaten Gianyar dengan Mediator Hubungan Industrial Dinas
Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali.

3.2 Saran
Disarankan agar pihak HRD PT. Nusa Kahyangan Asri, dapat
memberikan pertimbangan kepada pengusaha (pemilik) untuk dapat
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan, sehingga diharapkan lebih terjadinya hubungan industrial yang
harmonis, dinamis dan berkeadilan.

Demikian Laporan Hasil Praktik Kompetensi ini disajikan, tentu dengan


segala kekurangnya, oleh karena itu mohon saran guna menyempurnakan laporan
ini.

Bali, Juni 2022


Penyusun Laporan,

COKORDA ALIT SUDARSANA


NIP. 19721010 199803 1 021

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun Hal.


Laporan Hasil Praktik

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun


BENTUK LAPORAN
Sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2) Undang-undang 7 tahun 1981 tentang

Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan

No. Pelaporan: 80582.20220124.0001

A. KEADAAN PERUSAHAAN

a. Kode Pendaftaran : 80582.10710.20210210.0-001

b. Nama Perusahaan : PT. Nusa Kahyangan Asri

c Alamat Perusahaan : Jl. By Pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra 88x, Ketewel, Sukawati,Gianyar

d. No Telp/Fax : (0361)296346

e. Kode Pos : 80582

Jenis Usaha:Industri Produk Roti Dan Kue

a. Nama Pemilik Perusahaan : Pmdn

b. Alamat Pemilik Perusahaan:

a. Pendirian Perusahaan : 2 2 0 9 2 0 1 6
Tanggal Bulan Tahun

b. Nomor Akte Pendirian : AHU-0042546.AH.01.01

c. Perpindahan Perusahaan : Tanggal Bulan Tahun

Status Perusahaan

Jumlah Cabang : di Indonesia: 0


✓ : di Luar Indonesia: 0
Pusat

Cabang
Status Kepemilikan


Swasta Perusahaan Daerah Perseorangan

Persero Yayasan Patungan

Perum Koperasi

Status Permodalan ✓ Asal Negara:


PMDN PMA Indonesia

Swasta Nasional Joint Venture


B. KEADAAN KETENAGAKERJAAN

Waktu Kerja
Waktu Kerja Normal

✓ 7 jam/hari dan 40 jam/minggu Lebih lama dari 7 atau 8 jam/hari dan 40 jam/minggu kurang dari
12 jam/hari selama 10 hari terus menerus

8 jam/hari dan 40 jam/minggu Kurang atau sama dengan 24 jam/minggu

12 jam/hari dan 40 jam/minggu Kurang atau sama dengan 20 jam/minggu

12 jam/hari selama 10 hari terus menerus

12 jam/hari selama 14 hari terus menerus

Sektor Pertambangan

Minimal 10 minggu berturut-turut dengan 2 minggu berturut-turut istirahat, dan setiap 2 minggu dalam periode kerja diberikan
1 hari istirahat

Sektor ESDM

7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk


9 jam 1 hari dan maksimum 63 jam 11 jam 1 hari dan maksimum 110 jam
waktu kerja 6 hari dalam 1 minggu
dalam 7 hari kerja untuk satu periode dalam 10 hari kerja untuk satu periode
kerja kerja
8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk
waktu kerja 5 hari dalam 1 minggu 10 jam 1 hari dan maksimum 70 jam 9 jam 1 hari dan maksimum 126 jam
dalam 7 hari kerja untuk satu periode dalam 14 hari kerja untuk satu periode
9 jam 1 hari dan maksimum 45 jam kerja kerja
dalam 5 hari kerja untuk satu periode
kerja 11 jam 1 hari dan maksimum 77 jam 10 jam 1 hari dan maksimum 140 jam
dalam 7 hari kerja untuk satu periode dalam 14 hari kerja untuk satu periode
10 jam 1 hari dan maksimum 50 jam kerja kerja
dalam 5 hari kerja untuk satu periode
kerja 9 jam 1 hari dan maksimum 90 jam dalam 11 jam 1 hari dan maksimum 154 jam
10 hari kerja untuk satu periode kerja dalam 14 hari kerja untuk satu periode
11 jam 1 hari dan maksimum 55 jam kerja
dalam 5 hari kerja untuk satu periode 10 jam 1 hari dan maksimum 100 jam
kerja dalam 10 hari kerja untuk satu periode
kerja

Sektor Perikanan

Periode kerja 3 minggu berturut-turut, dengan ketentuan setelah pekerja bekerja selama 2 minggu berturut-turut diberikan 1 hari istirahat
serta 4 hari istirahat setelah pekerja menyelesaikan periode kerja

Periode kerja 4 minggu berturut-turut bekerja, dengan ketentuan setelah pekerja bekerja selama 2 minggu berturut-turut diberikan 1
hari istirahat serta 5 hari istirahat setelah pekerja menyelesaikan periode kerja
Limbah

a. Instalasi Pengolah Limbah : Ada Tidak


b. Pihak Ketiga : Ada Tidak

Pengupahan
Tingkat Upah Terendah : Rp. 0
Tingkat Upah Tertinggi : Rp. 0

Fasilitas Perusahaan
a. Fasilitas Keselamatan & Kesehatan

✓ ✓
Peralatan Perlindungan Pelayanan Kesehatan Ruang PK3 Alat Pelindung Diri

Penyelenggaraan Makanan ✓ ✓
Peralatan Perlindungan Kotak P3K Penanganan Limbah

b. Fasilitas Kesejahteraan

Keluarga Berencana ✓
Fasilitas ibadah Koperasi Armada antar jemput


Tempat penitipan anak Kantin/catering Fasilitas laktasi Fasilitas kesenian

✓ ✓
Perumahan pekerja Fasilitas rekreasi Ruang merokok
BPJS Ketenagakerjaan

a. Nomor BPJS Ketenagakerjaan


Perusahaan
: x x 0 4 0 7 6 2

Program Jaminan Sosial Jumlah Pekerja

Program Jaminan Kesehatan 138 Pekerja

Program JKK 9 Pekerja

Program JHT 9 Pekerja

Program JKM 9 Pekerja

Program JP 9 Pekerja

Perangkat Hubungan Industrial


a. Perangkat Hub. Kerja


PP PKB

PP PKB : Perjanjian Perusahaan


: Perjanjian Kerja Bersama

Sudah mempunyai perencanaan tenaga kerja: Ya ✓ Tidak

Rencana Pekerja yang dibutuhkan dalam 12 bulan yang akan datang

a. Jumlah: 0 orang L: 0 orang P: 0 orang L/P: 0 orang

b. Perincian Rencana Kebutuhan Pekerja 12 bulan yang akan datang

Pendidikan
Nama Jabatan
SD SLTP SMA SMK D1 D2 D3 D4 S1 S2 S3 Jumlah
Pekerja 12 Bulan terakhir

a. Jumlah: 172 orang L: 78 orang P: 94 orang

b. Perincian keberadaan kebutuhan pekerja 12 bulan terakhir

Pendidikan
Nama Jabatan
SD SLTP SMA SMK D1 D2 D3 D4 S1 S2 S3 Jumlah

Mekanik Dan
Pemasang Peralatan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Listrik Lainnya

Penyetel Mesin
0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 4
Kendaraan Bermotor

Pembuat Selai 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Manajer Regional /
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Wilayah

Supervisor
0 1 3 8 0 0 0 0 0 0 0 12
Administrasi

Juru Masak 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Mekanik Dan Tukang


Reparasi Mesin Industri 0 3 0 4 0 0 0 0 0 0 0 7

Pekerja Bangunan
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Rumah

Penjaga Keamanan
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Lainnya

Pembuat Roti 2 1 4 5 0 0 0 0 0 0 0 12

Buruh Pembongkaran 0 1 7 4 0 0 0 0 0 0 0 12

Tenaga Kebersihan
1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 4
Lainnya

Buruh Produksi 15 20 26 13 1 0 0 0 0 0 0 75

Perwakilan Penjualan
0 9 9 13 1 0 0 0 0 0 0 32
(Produk Industri)

Mekanik Dan Tukang


Reparasi Mesin Pesawat 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 4
Lainnya

Manajer Pemasaran /
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Marketing Manager
Pendidikan
Nama Jabatan
SD SLTP SMA SMK D1 D2 D3 D4 S1 S2 S3 Jumlah

Ahli Teknik Bahan


Makanan Dan 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Minuman
a. Jumlah penerimaan Pekerja selama 12 bulan terakhir 172 orang
:
b. Jumlah Pekerja yang berhenti selama 12 bulan terakhir 0 orang
:


a. Program pelatihan bagi Pekerja : Ada Tidak


b. Program Pemagangan : Ada Tidak

C. PAKTA INTEGRITAS

Bahwa informasi WLKP online yang kami sampaikan adalah benar, transparan, dan profesional untuk memberikan hasil kerja yang terbaik sesuai ketentuan peraturan p

Apabila informasi yang kami sampaikan ada hal - hal yang melanggar yang dinyatakan dalam pakta integritas ini kami bersedia menerima sanksi administrasi, dan digu

D. TANGGAL LAPOR DAN KEWAJIBAN MELAPOR KEMBALI

a. Nomor Pelaporan : 80582.20220124.0001

2 4 0 1 2 0 2 2
b. Tanggal Lapor : Tanggal Bulan Tahun

2 4 0 1 2 0 2 3
c. Kewajiban Lapor Kembali : Tanggal Bulan Tahun
Laporan Hasil Praktik

Papan nama Perusahaan

Pekerja mengenakan APD

Ruang makan pekerja

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun


Laporan Hasil Praktik

Ruang Laktasi dan Istirahat Pekerja

Kunjungan ke PT Nusa Kahyangan Asri

Diklat Dasar MHI A 88 Tahun

Anda mungkin juga menyukai