Anda di halaman 1dari 3

Pengenalan Pengelolaan Sampah pada Anak Dimulai dari Rumah

Sampah merupakan material sisa yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari manusia atau
sisa pengolahan sumber alam. Material sisa ini pada mulanya terlihat sedikit dan tidak
menganggu. Namun, seiring berjalannya waktu sampah dapat menumpuk dan pada akhirnya
akan berdampak buruk bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Jika tidak dilakukan pengelolaan
dengan benar, sampah dapat meningkatkan pencemaran air, tanah, dan udara. Bahkan sampah
dapat menjadi penyebab terjadinya bencana alam seperti banjir dan longsor sampah.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mencatat bahwa jumlah sampah
di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 21,88 juta ton. Dan penyumbang sampah paling banyak
berasal dari rumah tangga, yakni 42,23%. Ini artinya sudah saatnya setiap keluarga melakukan
pembenahan. Masing-masing anggota keluarga harus menyadari bahwa mereka berperan penting
terhadap kelestarian lingkungan. Dimulai dari tindakan mereka terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga.

Kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga tentunya harus dimulai
dari orangtua. Karena anak-anak akan meniru tindakan orangtuanya sekecil apapun itu.
Pengelolaan sampah pada anak dapat dimulai dengan mengajak mereka membuat tong sampah
unik dengan memanfaatkan barang bekas. Misalnya, galon air mineral atau ember cat. Sembari
menemani mereka menghias tong sampah, orangtua dapat mengajarkan pada anak bahwa
pengelolaan sampah tidak berhenti pada tindakan membuang sampah saja. Tetapi juga,
bagaimana kita dapat mengelola sampah dari suatu material tidak berguna menjadi barang yang
bermanfaat. Hal ini sejalan dengan metode pengolahan sampah yang disebut recycle yang berarti
mendaur ulang.

Setelah anak membuat tong sampah dengan memanfaatkan barang bekas. Ajak mereka
menuliskan label pada masing-masing tong sampah. Hal ini berguna untuk mengajarkan pada
anak bahwa sampah terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sampah organik, anorganik, dan
sampah limbah B3. Dan masing-masing sampah memiliki cara penanganan tersendiri.

Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah
terurai secara alami. Contohnya, sisa buah dan sayur, ampas teh/kopi, ranting pohon, kayu, dan
dedaunan. Salah satu penanganan sampah organik adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk
organik. Selanjutn, sampah anorganik adalah sampah yang sulit terurai. Jika sampah ini
tertimbun di dalam tanah, akan sulit terurai. Contohnya, bekas kemasan plastik, kaleng
minuman, kresek, kertas, dan semacamnya. Penanganan sampah ini dapat dilakukan dengan
sistem 3R (reuse, redule, dan recycle) Sedangkan sampah B3 adalah sisa yang dihasilkan dari
suatu kegiatan dan proses produksi yang sudah terkontaminasi oleh zat lain yang dapat
membahayakan lingkungan, terutama kesehatan. Contohnya, detergen dan pemutih pakaian,
pembasmi serangga, batu baterai, dan lain sebagainya. Penanganan sampah jenis ini dilakukan
dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara
teknologi bersih atau ramah lingkungan.

Secara umum sampah memang dibagi ke dalam tiga jenis. Namun, karena kita akan
mengajarkan penanganan sampah dengan sistem recycle pada anak. Sampah anorganik dapat
kita bagi lagi menjadi sampah daur ulang, yakni sampah yang dapat diolah menjadi produk baru.
Jadi, kita mengajak anak-anak untuk menulis 4 nama untuk 4 tong sampah, yaitu sampah
organik, sampah anorganik, sampah daur ulang, dan sampah B3. Agar kegiatan ini lebih
menyenangkan anak-anak dapat menambahkan gambar warna-warni atau stiker untuk masing-
masing tong sampah.

Lalu, pada hari lainnya ajaklah anak-anak untuk bermain di kebun. Hal ini bertujuan agar
anak dapat secara langsung mengikuti proses penanganan sampah organik. Ajarkan pada
mereka bahwa sampah organik dapat diolah menjadi pupuk organik. Hal ini akan menjadi
semakin menarik jika anak-anak diajak untuk melakukan ekperimen. Beri masing-masing
mereka dua tanaman. Satu tanaman dengan pemberian pupuk organik dan tanaman lainnya tanpa
pemberian pupuk organik. Tanaman manakah yang nantinya akan tumbuh subur.

Tentunya, hal ini akan sangat membantu anak menjadi manusia yang sadar akan
pentingnya melakukan pengolahan sampah. Terakhir, suatu kegiatan bermanfaat tidak akan
berguna jika tidak dilakukan dengan konsisten. Ajaklah anak-anak melakukan kegiatan
pengolahan sampah dengan teratur. Apabila memungkinkan buatlah jadwalnya. Selamat
menerapkan!

Anda mungkin juga menyukai