Laporan Hasil Wawancara Kenakalan Remaja-1
Laporan Hasil Wawancara Kenakalan Remaja-1
KENAKALAN REMAJA
DISUSUN OLEH :
AHMAD MUZHAFFAR
ANISA PUTRI FITRIANI
MARTIN CHRISTIAN
SETYA ABI
SISKA LUSIANA
JENIKE ESTERLITA
KELAS :
XI IPS 4
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami sebagai salah satu kelompok wawancara di kelas XI IPS 4
dapat melaksanakan tugas Sosiologi ini sebagaimana semestinya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan wawancara ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran serta masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
bisa dirasakan ekses-eksesnya. Sedang dalam kondisi dinamis, gejala kenakalan remaja
tersebut merupakan gejala yang terus-menerus berkembang, berlangsung secara
progresif sejajar dengan perkembangan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi (dalam
Sarwono, 2007).
Faktor internal
a. Reaksi frustasi negative
Beberapa reaksi frustasi negatif yang bisa menyebabkan anak remaja salah ulah ialah:
1) Agresi, yaitu reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan
emosi tanpa kendali, serangan, kekerasan, tingkah laku kegila-gilaan
dan sadistis. Kemarahan hebat tersebut sering menganggu intelegensi
dan kepribadian anak, sehingga kalut batinnya, lalu melakukan
perkelahian, kekerasan, kekejaman, teror terhadap lingkungan dan
tindak agresi lainnya.
2) Regresi, yaitu reaksi primitif, kekanak-kanakan, infantil, tidak sesuai
dengan tingkat usia anak, yang semuanya akan menganggu kemampuan
adaptasi anak terhadap kondisi lingkungannya.
3) Fiksasi, yaitu pelekatan pada satu pola tingkah laku yang kaku,
stereotipis dan tidak wajar. Misalnya mau hidup santai, berlaku kerasa
dan kasar, suka mendendam, suka berkelahi dan lain-lain.
4) Rasionalisasi, cara menolong diri yang tidak wajar, dengan membuat
sesuatu yang tidak rasional menjadi rasional. Sedang penyebab
kegagalan dan kelemahan sendiri selalu di cari pada orang lain, guna
menghibur diri sendiri dan membela harga diri.
2
5) Pembenaran diri, yaitu cara pembenaran diri sendiri dengan dalih yang
tidak terkendali.
6) Proyeksi, yaitu melemparkan atau memproyeksikan isi pikiran,
perasaan, harapan yang negatif, kekerdilan dan kesalahan sendiri
kepada orang lain.
7) Teknik anggur masam (sour grape technique), yaitu usaha memberikan
sifat buruk kepada objek-objek yang tidak bis adicapai, sungguhpun
objek ini sangat di inginkannya.
8) Teknik jeruk manis (sweet orange technique), yaitu memnerikan atribut
unggul dan baik, pada semua kegagalan, kesalahan dan kelemahan
sendiri, lewat alasan-alasan yang bisa mengelus-elus serta
menyenangkan hati sendiri.
9) Identifikasi, yaitu menyamakan diri sendiri yang selalu gagal dan tidak
mampu mereaksi dengan tepat terhadap lingkungan.
10) Narsisme, yaitu menganggap diri sendiri superior, paling penting, maha
bisa, paling kuasa dan lain sebagainya, sehingga remaja di penuhi cinta
diri, menjadi sulit mendengarkan argumentasi orang lain, senang
meledak-ledak dan berkelahi, dan bertingkah laku semau sendiri.
11) Autisme, kecendrungan menutupi diri secara total terhadap dunia luar,
hanya diri sendirilah yang di anggap baik dan benar, sedang segala
sesuatu diluar dirinya perlu dihindari dan dicurigai.
b. Gangguan pengamatan dan tanggapan.
c. Gangguan berpikir dan intelegensi
d. Gangguan perasaan atau emosional
Gangguan-gangguan fungsi perasaan ini antara lain:
a) Inkontinensi emosionil
b) Labilitas emosionil
c) Ketidakpekaan dan menumpulnya perasaan
d) Ketakutan dan kecemasan
e) Perasaan rendah diri
3
Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga
b. Faktor sekolah
c. Faktor lingkungan
1. Identitas
2. Kontrol diri
3. Usia
4. Jenis kelamin
5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai sekolah
6. Proses keluarga
7. Pengaruh teman sebaya
8. Kelas social ekonomi
9. Kualitas lingkungan
4
e. Kriminalitas remaja berupa perbuatan mengancam, intimidasi,
memeras, maling, mencuri , mencopet, merampas, menjambret,
menyerang, merampok, menggarong: melakukan pembunuhan dengan
jalan menyemblih korbannya; mencekik, meracun, tindak kekerasan,
dan pelanggaran lainnya.
f. Berpesta pora sambilmabuk-mabukkan, melakukan hubungan seks
bebas, atau orgi (mabuk-mabukkan hemat dan menimbulkan keadaan
yang kacau balau) yang mengganggu lingkungan.
g. Perkosan, agresivitas seksuksual,menuntut pengakuan diri, depresi
hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak
cintanya oleh seorang wanita dan lain sebagainya.
h. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius;drugs) yang erat
bergandengan dengan tindak kejahatan.
i. Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan tanpa, tanpa
tending aling-aling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks
dan cinta bebas tanpa kendali (promiscuity) yang didorong oleh
hiperseksualitas, geltungsrieb (dorongan menuntut hak) dan usaha-
usaha kompensasi lainnya yang criminal sifatnya.
j. Homoseksualitas, erotisme anal dan oral, gangguan seksual lain pada
remaja disertai tindak sadistis.
k. Perjudian dan bentuk permainan lain dengan taruhan sehingga
menyebabkan ekses kriminalitas.
l. Komersial seks, pengguguran janin oleh gadis-gadisdelinkuen, dan
pembunuhan bayi oleh ibu-ibu yang tidak kawin.
m. Tindak radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan, penculikan dan
pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
n. Perbuatan a-sosial dan anti-sosial lain yang disebabkan oleh gangguan
kejiwaan pada anak remaja dan psikopatik, psikotik, neurotic dan
menderita gangguan jiwa lainnya
5
o. Tindak kejahatan yang disebabkan oleh penyakit tidur (encephalitis
lethargical), dan ledakan meningitis serta post-encephalitics; juga luka
di kepala dengan keruakan otak sehingga menimbulkan kerusakan
mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan
kontrol diri.
p. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter
anak yang menuntut kompensasi disebabkan adanya organ-organ yang
inferior.
- Hurlock (2004) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam
empat bentuk, yaitu:
6
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua
dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan
sebagainya.
7
BAB II
WAWANCARA
2.3 Pertanyaan
8
Narasumber : “Sekitaran kelas 2 SMP sepertinya, waktu itu banyak teman-
teman saya yang mulai merokok”
Pewawancara : “Apa saja akibat yang anda rasakan setelah menjadi perokok?”
Narasumber : “Setelah saya menjadi perokok aktif, efek yang sering saya
rasakan seperti tidak pernah berhenti merokok atau kecanduan,
sesak nafas, dan saya mudah merasa kelelahan tapi itu engga
ngebuat abang berhenti merokok gas aja terus brey.”
Pewawancara : “Apa ada solusi yang bisa ngebuat anda berhenti merokok ga?”
Narasumber : “Untuk saat ini belum ada kayaknya, masih menunggu hidayah
untuk berhenti merokok, tapi buat teman-teman yang ingin men
coba untuk berhenti merokok, kalian bisa mulai dengan meng-
hindari teman yang merokok apalagi jangan gampang ter-
pengaruh dengan teman gais dan kalian juga harus focus kepada
masa depan dan karir kalian yak.”
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
11