Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL WAWANCARA

KENAKALAN REMAJA

DISUSUN OLEH :
AHMAD MUZHAFFAR
ANISA PUTRI FITRIANI
MARTIN CHRISTIAN
SETYA ABI
SISKA LUSIANA
JENIKE ESTERLITA
KELAS :
XI IPS 4

SMA NEGERI 23 BATAM


Taman Lestari, Kibing, Kec. Batu Aji Kota Batam Prov. Kepulauan Riau
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami sebagai salah satu kelompok wawancara di kelas XI IPS 4
dapat melaksanakan tugas Sosiologi ini sebagaimana semestinya.

Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi dari


narasumber. Selain itu kami juga ingin menambah pengalaman sebagai bekal masa
depan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan wawancara ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran serta masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan laporan ini.

Batam, 25 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1

BAB II WAWANCARA ..........................................................................................8

2.1 Topik Wawancara ................................................................................................8


2.2 Waktu dan Tempat Kegiatan ................................................................................8
2.3 Pertanyaan ............................................................................................................8
2.4 Informasi Yang Di Sampaikan Narasumber ........................................................8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................10

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kartono (2006) juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah


perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, yang merupakan gejala sakit (patologis)
secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

Menurut Santrock (2003) kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang


perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti
bertindak berlebihan disekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah),
hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri). Demi tujuan-tujuan hukum
dibuat suatu perbedaan antara pelanggaran-pelanggaran indeks (index offense) dan
pelanggaran-pelanggaran status (status offense). Index offense adalah tindakan
kriminal baik yang dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa. Tindakan-tindakan
itu meliputi perampokan, penyerangan dengan kekerasan, pemerkosaan dan
pembunuhan. Status offense seperti lari dari rumah, bolos dari sekolah, minum-
minuman keras yang melanggar ketentuan usia, pelacuran dan ketidakmampuan
mengendalikan diri adalah tindakan-tindakan yang tidak terlalu serius. Tindakan-
tindakan itu dilakukan oleh anak muda dibawah usia tertentu sehingga pelanggaran-
pelanggaran itu disebut sebagai pelanggaran-pelanggaran remaja.

Hurlock (2004) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan


pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat
membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sarwono (2002)
mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-
norma hukum pidana.

Dalam kondisi statis, gejala juvenile delinquency atau kejahatan remaja


merupakan gejala sosial yang sebagian dapat diamati serta diukur kuantitas dan kualitas
kedurjanaannya, namun sebagian lagi tidak bisa diamati dan tetap bersembunyi, hanya

1
bisa dirasakan ekses-eksesnya. Sedang dalam kondisi dinamis, gejala kenakalan remaja
tersebut merupakan gejala yang terus-menerus berkembang, berlangsung secara
progresif sejajar dengan perkembangan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi (dalam
Sarwono, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka kenakalan remaja dapat diartikan sebagai


perilaku menyimpang remaja yang melanggar aturan dan norma sosial yang dapat
menimbulkan kerugian baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja, Menurut Kartono


(2006) kenakalan remaja dapat di pengaruhi oleh dua faktor yaitu :

 Faktor internal
a. Reaksi frustasi negative

Beberapa reaksi frustasi negatif yang bisa menyebabkan anak remaja salah ulah ialah:

1) Agresi, yaitu reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan
emosi tanpa kendali, serangan, kekerasan, tingkah laku kegila-gilaan
dan sadistis. Kemarahan hebat tersebut sering menganggu intelegensi
dan kepribadian anak, sehingga kalut batinnya, lalu melakukan
perkelahian, kekerasan, kekejaman, teror terhadap lingkungan dan
tindak agresi lainnya.
2) Regresi, yaitu reaksi primitif, kekanak-kanakan, infantil, tidak sesuai
dengan tingkat usia anak, yang semuanya akan menganggu kemampuan
adaptasi anak terhadap kondisi lingkungannya.
3) Fiksasi, yaitu pelekatan pada satu pola tingkah laku yang kaku,
stereotipis dan tidak wajar. Misalnya mau hidup santai, berlaku kerasa
dan kasar, suka mendendam, suka berkelahi dan lain-lain.
4) Rasionalisasi, cara menolong diri yang tidak wajar, dengan membuat
sesuatu yang tidak rasional menjadi rasional. Sedang penyebab
kegagalan dan kelemahan sendiri selalu di cari pada orang lain, guna
menghibur diri sendiri dan membela harga diri.

2
5) Pembenaran diri, yaitu cara pembenaran diri sendiri dengan dalih yang
tidak terkendali.
6) Proyeksi, yaitu melemparkan atau memproyeksikan isi pikiran,
perasaan, harapan yang negatif, kekerdilan dan kesalahan sendiri
kepada orang lain.
7) Teknik anggur masam (sour grape technique), yaitu usaha memberikan
sifat buruk kepada objek-objek yang tidak bis adicapai, sungguhpun
objek ini sangat di inginkannya.
8) Teknik jeruk manis (sweet orange technique), yaitu memnerikan atribut
unggul dan baik, pada semua kegagalan, kesalahan dan kelemahan
sendiri, lewat alasan-alasan yang bisa mengelus-elus serta
menyenangkan hati sendiri.
9) Identifikasi, yaitu menyamakan diri sendiri yang selalu gagal dan tidak
mampu mereaksi dengan tepat terhadap lingkungan.
10) Narsisme, yaitu menganggap diri sendiri superior, paling penting, maha
bisa, paling kuasa dan lain sebagainya, sehingga remaja di penuhi cinta
diri, menjadi sulit mendengarkan argumentasi orang lain, senang
meledak-ledak dan berkelahi, dan bertingkah laku semau sendiri.
11) Autisme, kecendrungan menutupi diri secara total terhadap dunia luar,
hanya diri sendirilah yang di anggap baik dan benar, sedang segala
sesuatu diluar dirinya perlu dihindari dan dicurigai.
b. Gangguan pengamatan dan tanggapan.
c. Gangguan berpikir dan intelegensi
d. Gangguan perasaan atau emosional
Gangguan-gangguan fungsi perasaan ini antara lain:
a) Inkontinensi emosionil
b) Labilitas emosionil
c) Ketidakpekaan dan menumpulnya perasaan
d) Ketakutan dan kecemasan
e) Perasaan rendah diri

3
 Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga
b. Faktor sekolah
c. Faktor lingkungan

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock (2003), lebih rinci dijelaskan


sebagai berikut:

1. Identitas
2. Kontrol diri
3. Usia
4. Jenis kelamin
5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai sekolah
6. Proses keluarga
7. Pengaruh teman sebaya
8. Kelas social ekonomi
9. Kualitas lingkungan

Wujud dan Bentuk Kenakalan Remaja

- Menurut Kartono (2006) wujud perilaku delinkuen ini adalah:

a. Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan


membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.
b. Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan yang mengacaukan
ketentraman sekitar. Tingkah laku ini bersumber pada kelebihan energi
dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror
lingkungan.
c. Perkelahian antargang, antarkelompok, antarsekolah, antarsuku
(tawuran), sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa.
d. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau
bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen
bermacam-macam kedurjanaan dan tindak a-susila.

4
e. Kriminalitas remaja berupa perbuatan mengancam, intimidasi,
memeras, maling, mencuri , mencopet, merampas, menjambret,
menyerang, merampok, menggarong: melakukan pembunuhan dengan
jalan menyemblih korbannya; mencekik, meracun, tindak kekerasan,
dan pelanggaran lainnya.
f. Berpesta pora sambilmabuk-mabukkan, melakukan hubungan seks
bebas, atau orgi (mabuk-mabukkan hemat dan menimbulkan keadaan
yang kacau balau) yang mengganggu lingkungan.
g. Perkosan, agresivitas seksuksual,menuntut pengakuan diri, depresi
hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak
cintanya oleh seorang wanita dan lain sebagainya.
h. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius;drugs) yang erat
bergandengan dengan tindak kejahatan.
i. Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan tanpa, tanpa
tending aling-aling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks
dan cinta bebas tanpa kendali (promiscuity) yang didorong oleh
hiperseksualitas, geltungsrieb (dorongan menuntut hak) dan usaha-
usaha kompensasi lainnya yang criminal sifatnya.
j. Homoseksualitas, erotisme anal dan oral, gangguan seksual lain pada
remaja disertai tindak sadistis.
k. Perjudian dan bentuk permainan lain dengan taruhan sehingga
menyebabkan ekses kriminalitas.
l. Komersial seks, pengguguran janin oleh gadis-gadisdelinkuen, dan
pembunuhan bayi oleh ibu-ibu yang tidak kawin.
m. Tindak radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan, penculikan dan
pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
n. Perbuatan a-sosial dan anti-sosial lain yang disebabkan oleh gangguan
kejiwaan pada anak remaja dan psikopatik, psikotik, neurotic dan
menderita gangguan jiwa lainnya

5
o. Tindak kejahatan yang disebabkan oleh penyakit tidur (encephalitis
lethargical), dan ledakan meningitis serta post-encephalitics; juga luka
di kepala dengan keruakan otak sehingga menimbulkan kerusakan
mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan
kontrol diri.
p. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter
anak yang menuntut kompensasi disebabkan adanya organ-organ yang
inferior.

- Hurlock (2004) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam
empat bentuk, yaitu:

a. Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.


b. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas,
mencuri, dan mencopet.
c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi
orangtua dan guru seperti membolos, mengendarai kendaran dengan
tanpa surat izin, dan kabur dari rumah.
d. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti
mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan
menggunakan senjata tajam.

- Jensen (dalam Sarwono, 2007) membagi kenakalan remaja kedalam 4 bentuk:

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti


perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain,
seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, minum-minuman keras dan
sebagainya.

6
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua
dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan
sebagainya.

7
BAB II

WAWANCARA

2.1 Topik Wawancara

Kenakalan remaja berupa ketercanduan dengan rokok

2.2 Waktu dan Tempat Kegiatan

Wawancara ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : 24 September 2022

Pukul : 16.00 WIB

Tempat : Fasum Lapangan Bola Voly Rindang Garden

2.3 Pertanyaan

1. Mengapa anda bisa ketercanduan dengan rokok?


2. Sejak kapan anda menjadi perokok aktif?
3. Apa yang mempengaruhi anda untuk merokok?
4. Akibat apa saja yang anda rasakan setelah menjadi perokok aktif?
5. Apakah ada solusi yang bisa membuat anda untuk tidak merokok?

2.4 Informasi Yang Di Sampaikan Narasumber

Pewawancara : “Kalau boleh tau mengapa anda bisa ketercanduan dengan


rokok bang?”
Narasumber : “Awalnya saya ngeliat temen saya ngerokok terus saya tanya
‘bro rasa rokok kek apa?’ di saat itulah teman saya menawarkan
saya buat coba agar saya tidak penasaran
tapi lama kelamaan saya ngerasa rokok bisa jadi teman saya
setiap saat”
Pewawancara : “Sejak kapan anda menjadi perokok aktif?”

8
Narasumber : “Sekitaran kelas 2 SMP sepertinya, waktu itu banyak teman-
teman saya yang mulai merokok”

Pewawancara : “Kira-kira apa yang mempengaruhi anda untuk mulai me


rokok?”

Narasumber : “Waktu lagi nongkrong dilihat-lihat banyak banget teman saya


yang merokok akhirnya saya kepo tuh gimana sih rasanya me
rokok, kayaknya hal itu sih yang mempengaruhi abang.”

Pewawancara : “Apa saja akibat yang anda rasakan setelah menjadi perokok?”

Narasumber : “Setelah saya menjadi perokok aktif, efek yang sering saya
rasakan seperti tidak pernah berhenti merokok atau kecanduan,
sesak nafas, dan saya mudah merasa kelelahan tapi itu engga
ngebuat abang berhenti merokok gas aja terus brey.”
Pewawancara : “Apa ada solusi yang bisa ngebuat anda berhenti merokok ga?”

Narasumber : “Untuk saat ini belum ada kayaknya, masih menunggu hidayah
untuk berhenti merokok, tapi buat teman-teman yang ingin men
coba untuk berhenti merokok, kalian bisa mulai dengan meng-
hindari teman yang merokok apalagi jangan gampang ter-
pengaruh dengan teman gais dan kalian juga harus focus kepada
masa depan dan karir kalian yak.”

Pewawancara : “Terimakasih atas waktunya untuk mau diwawancara bang,


Semoga segera mendapatkan hidayah untuk berhenti merokok
yah hehehe”

Narasumber : “Hahahahaha, iya sama sama semuanya.”

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu


luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar
kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang.
Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka
kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih
berat.Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka
kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan
khusus.

Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan


umum bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan
kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan
semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak
berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya
(perilaku menyimpang yang dilakukanoleh remaja.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat kenakalan


remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial
keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada
keluarga dan pembangunan social yang programnya sangat berguna bagi
pengembangan masyarakat secara keseluuruhan Di samping itu untuk memperkecil
perilaku menyimpang remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi
waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini
terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program
pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.

10
11

Anda mungkin juga menyukai