Anda di halaman 1dari 12

Policy Brief

September 2020

Kesiapan Indonesia Meratifikasi


Konvensi ILO No 188 Tahun 2007

PENDAHULUAN

Apa dan bagaimana Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007?


Adalah tentang Work in Fishing (Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan). Konvensi
ini bertujuan untuk memastikan bahwa awak kapal mempunyai kondisi kerja yang
layak di kapal penangkap ikan dalam hal persyaratan minimal untuk bekerja di kapal;
persyaratan layanan; akomodasi dan makanan; perlindungan kesehatan dan
keselamatan kerja; perawatan kesehatan dan jaminan sosial. Negara yang telah
meratifikasi, wajib mematuhi persyaratan konvensi tersebut termasuk inspeksi,
pelaporan, pemantauan, prosedur untuk pengajuan keluhan, hukuman dan tindakan
korektif yang wajar, sesuai dengan undang-undang atau peraturan nasional. Konvensi
ini berlaku untuk semua awak kapal dan semua kapal penangkap ikan yang terlibat
dalam kegiatan penangkapan ikan komersial, dengan panjang lebih dari 24 Meter /
300 GT atau berlayar lebih dari 3 hari.
Secara garis besar terdapat 9 bagian dalam konvensi ini, yaitu:

1. Definisi dan ruang lingkup (definition and scope);


2. Prinsip-prinsip umum pelaksanaan (general principles);
3. Persyaratan minimal untuk bekerja di kapal penangkapan ikan (minimum
requirements for work on board fishing vessels);
4. Persyaratan layanan awak kapal dan masa istirahat (conditions of services);
5. Akomodasi dan makanan (accommodation and food);
6. Perawatan kesehatan, perlindungan kesehatan dan jaminan sosial (medical
care, health protection and social security);
7. Mematuhi dan menegakkan peraturan (compliance and enforcement);
8. Perubahan-perubahan lampiran (amendment of annexes I, II and III);
9. Ketentuan akhir (final provisions).
Mengapa kajian ini dilakukan?
Selain ILO, ada permintaan, atau ‘desakan’ dari berbagai pihak, agar Indonesia
meratifikasi Konvensi ini, dengan maksud agar awak kapal perikanjan Indonesia baik
di dalam maupun di kapal-kapal asing terlindungi. Pertanyaannya (rumusan masalah)
adalah: “Apakah Indonesia sudah siap untuk meratifikasi Konvensi ILO No. 188 Tahun
2007?”.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kajian ini ditujukan untuk:

1. Mengetahui kondisi umum Awak Kapal Perikanan Indonesia baik di dalam negeri
maupun di luar negeri ditinjau dari aspek ketenagakerjaan.
2. Mengetahui aspek hukum perlindungan ketenagakerjaan bagi Awak Kapal
Perikanan Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
3. Mengetahui kesiapan Indonesia dalam meratifikasi Konvensi ILO No. 188 Tahun
2007.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kajian ini dilakukan dengan pendekatan
yuridis empiris. Melalui pendekatan yuridis akan dikaji seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Melalui pendekatan empiris akan diketahui bagaimana
hubungan hukum dengan masyarakat dan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan hukum dalam masyarakat.

TINJAUAN LITERATUR

Prasyarat meratifikasi
Menurut Hikmahanto (2020), setidaknya ada empat prasyarat yang harus
dipenuhi agar pemerintah meratifikasi suatu Konvensi. Dua diantaranya adalah:

1. Harus diukur apakah sistem penegakan hukum di Indonesia sudah berjalan baik
atau belum.
2. Bagaimana implementasi setelah Konvensi diratifikasi, khususnya yang terkait
dengan pelaporan dan pemantauan.

Asas pembentukan peraturan


Pembentukan peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang setidaknya meliputi
enam asas. Salah satunya adalah dapat dilaksanakan, yakni setiap pembentukan
peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan aspek efektivitas peraturan
perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis,
maupun sosiologis.

2
Landasan berlakunya peraturan perundang-undangan
1. Landasan filosofis
bahwa peraturan perundang-undangan tersebut mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan
serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan pembukaan
UUD 1945.
2. Landasan yuridis
bahwa peraturan perundang-undangan dibuat untuk mengatasi permasalahan
hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan peraturan
yang sudah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin
kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
3. Landasan sosiologis
bahwa peraturan perundang-undangan tersebut dibuat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya merupakan fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan masyarakat dan negara.

TEMUAN
Kondisi kapal, awak kapal perikanan, dan pengaturan hubungan kerja
pada kapal penangkap ikan di Indonesia
1. Kapal perikanan
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), jumlah kapal
penangkap ikan cenderung meningkat sejak tahun 2016 hingga tahun 2018,
yakni dari 173.252 kapal pada tahun 2016, menjadi 182.678 kapal pada tahun
2017, dan meningkat menjadi 287.797 kapal pada tahun 2018.
2. Awak kapal
Jumlah awak kapal perikanan dari tahun 2010 hingga 2017 tercatat lebih dari
kisaran angka 2,1 juta orang. Sebarannya paling banyak di Provinsi Jawa Timur
mencapai sebesar 10,67 persen, Sumatera Utara sebesar 9,45 persen, Jawa
Tengah sebesar 8,07 persen, dan Sulawesi Selatan sebesar 6,77 persen.
Sebagian besar (69%) awak kapal perikanan berpendidikan SD atau kurang.
Sebesar 11,7 persen merupakan pekerja keluarga yang dikategorikan sebagai
pekerja anak.
3. Jaminan sosial
Pekerja di sektor perikanan yang memiliki Jaminan Kecelakaan Kerja sebesar
4,55 persen, yang tidak memiliki 94,03 persen dan yang menjawab tidak tahu
1,42 persen.
4. Perjanjian kerja
Sebesar 67,18 persen pekerja di sektor perikanan tidak ada perjanjian kerja,
sebesar 27,88 persen memiliki perjanjian kerja secara lisan, sedangkan sisanya
berupa perjanjian kerja waktu tidak tertentu 0,82 persen, perjanjian kerja waktu
tertentu 1,81 persen dan lainnya.

3
5. Pengupahan
Sistem pembayaran upah yang terbanyak di sektor perikanan berupa upah
berdasarkan satuan hasil sebesar 44,17 persen, upah harian 27,79 persen, upah
bulanan 10,65 persen, upah mingguan 10,39 persen dan upah borongan 6,99
persen. Sebesar 22,48 persen pekerja di sektor perikanan menerima upah di
atas Upah Minimum Provinsi (UMP) dan 77,52 persen menerima upah di bawah
UMP.

Negara yang belum dan sudah meratifikasi


Shuhaimi (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa hingga saat ini,
Malaysia tidak meratifikasi pada Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 karena beberapa
undang-undang dan peraturan dianggap sudah mengadopsi ketentuan-ketentuan
yang terkandung dalam konvensi tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa undang-
undang serta peraturan sudah memadai untuk memastikan bahwa nelayan dapat
menerima perlindungan serta manfaat yang wajar dari pemberi kerja. namun dalam
implementasinya, keberhasilan penerapan undang-undang dan peraturan tersebut
tergantung kepada setiap otoritas yang menjalankan.
Sementara itu, Thailand sudah meratifikasi Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007
pada tahun 2016 dan 2019. Ratifikasi dilakukan oleh Thailand dalam rangka
memberantas penangkapan ikan ilegal dan perdagangan manusia di industri
perikanan. Hingga saat ini terdapat 18 negara yang sudah meratifikasi konvensi
tersebut dan sudah berlaku di 14 Negara.

Tabel 1. Daftar Negara yang Melakukan Ratifikasi ILO No. 188 Tahun 2007

Waktu
No Negara Status
Ratifikasi

1. Bosnia 04 Feb 2010 Berlaku


2. Argentina 15 Sep 2011 Berlaku

3. Maroko 16 Mei 2013 Berlaku

4. Afrika Selatan 20 Jun 2013 Berlaku

5. Kongo 14 Mei 2014 Berlaku

6. Perancis 28 Okt 2015 Berlaku

7. Norwegia 08 Jan 2016 Berlaku

8. Estonia 03 Mei 2016 Berlaku

9. Angola 11 Okt 2016 Berlaku

10. Lithuania 16 Nov 2016 Berlaku

11. Namibia 20 Sept 2018 Berlaku

4
Waktu
No Negara Status
Ratifikasi
12. Senegal 21 Sep 2018 Berlaku
13. United Kingdom (UK) 11 Jan 2019 Berlaku
14. Thailand 30 Jan 2019 Berlaku
15. Portugal 26 Nov 2019 Tidak Berlaku
(Konvensi akan mulai berlaku di
Portugal pada 26 Nov 2021)
16. Polandia 17 Des 2019 Tidak Berlaku
(Konvensi akan mulai berlaku di
Polandia pada 17 Des 2021)
17. Belanda 19 Des 2019 Tidak Berlaku
(Konvensi akan mulai berlaku di
Belanda pada 19 Des 2020)
18. Denmark 03 Feb 2020 Tidak Berlaku
(Konvensi akan mulai berlaku di
Denmark pada 03 Feb 2021)
Sumber: International Labour Organization (ILO), 2020

Berdasarkan laporan Data Penempatan dan Perlindungan PMI dari Badan


Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) periode April 2020, Negara yang
melakukan ratifikasi konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 bukanlah Negara utama
penempatan Awak Kapal Perikanan Migran Indonesia (AKPMI).
Menurut data BP2MI, negara paling utama sebagai penempatan AKPMI yang
akan bekerja di kapal perikanan asing adalah Taiwan dan Korea Selatan. Untuk
lengkapnya menurut negara adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Penempatan AKPMI Berdasarkan Negara

Sumber: BP2MI, 2020 (diolah)


5
Pemenuhan asas untuk ratifikasi
Karena sebagian besar negara yang meratifikasi bukanlah negara penempatan
AKPMI yang akan bekerja sebagai penangkap ikan, atau sebaliknya, negara-negara
penempatan AKPMI yang akan bekerja sebagai penangkap ikan belum meratifikasi
Konvensi ILO No. 188, maka Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 tidak dapat
dilaksanakan secara efektif.

Kekuatan landasan
Secara filosofis dan yuridis, sudah pasti ratifikasi Konvensi ILO No. 188 Tahun
2007 sudah mempunyai landasan yang sangat kuat, karena Konvensi ini sejalan
dengan Pancasila dan UUD 1945, serta dapat memberi kepastian hukum. Namun
karena ratifikasi Konvensi ini belum memiliki asas dapat dilaksanakan, maka secara
sosiologis, ratifikasi Konvensi ini belum memiliki landasan yang kuat.

Sudah ada peraturan di Indonesia yang sesuai dengan Konvensi ILO


Nomor 188 Tahun 2007

Indonesia sudah memiliki beberapa peraturan perundang-undangan yang


mengatur perlindungan bagi awak kapal perikanan, yakni:

1. Usia Minimum. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
c) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut bagi Awak Kapal Perikanan

2. Pemeriksaan Kesehatan. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
c) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
d) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
e) Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pemeriksaan
Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia
f) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 2/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

6
g) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pemeriksaan Kesehatan Pelaut
h) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan
i) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2019
tentang Pemeriksaan Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang Keselamatan
Pelayaran, dan Lingkungan Kerja Pelayaran

3. Pengawakan Kapal. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2010
tentang Waktu Kerja dan Istirahat di Sektor Perikanan pada Daerah
Operasi Tertentu
c) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan

4. Daftar Kru Awak Kapal. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib
Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
c) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan

5. Perjanjian Kerja Bagi Nelayan. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi
Hasil Perikanan
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
c) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Petambak Garam
d) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan
e) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan

6. Pemulangan Awak Kapal. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

7
b) Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2013 tentang Koordinasi Pemulangan
Tenaga Kerja Indonesia
c) Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 84 Tahun 2013 tentang
Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal
d) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Tata
Cara Kepulangan Tenaga Kerja Indonesia Dari Negara Penempatan Ke
Daerah Asal Secara Mandiri
e) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemulangan Nelayan Indonesia yang
Ditangkap di Luar Negeri
f) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut bagi Awak Kapal Perikanan

7. Penempatan awak kapal perikanan. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
b) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Penempatan Pekerja Migran Indonesia
c) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut bagi Awak Kapal Perikanan
d) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Penempatan Tenaga Kerja
e) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2019 tentang Tata
Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia

8. Upah awak kapal. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi
Hasil Perikanan
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
c) Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
d) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

9. Akomodasi dan Makanan. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, Dan
Petambak Garam

10. Perawatan Kesehatan. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

8
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
c) Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pemeriksaan
Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia
d) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 2/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

11. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Pencegahan Kecelakaan. Sudah
diatur di dalam:
a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b) Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
d) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2019 tentang
Kesehatan Kerja.
f) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan

12. Jaminan sosial. Sudah diatur di dalam:


a) Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
c) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2013
tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial
d) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 42 Tahun 2016
tentang Perjanjian Kerja Laut Bagi Awak Kapal Perikanan

Secara ringkas, komposisi peraturan perundang-undangan tersebut di atas


kurang lebih adalah seperti dibawah ini,

1. Undang-Undang berjumlah sembilan (9)


a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
c) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
d) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan

9
e) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
f) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib
Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan
g) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi
Hasil Perikanan
h) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Petambak Garam
i) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional

2. Peraturan Pemerintah berjumlah tiga (3)


a) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan
b) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Penempatan Pekerja Migran Indonesia
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2019 tentang
Kesehatan Kerja

3. Peraturan Presiden berjumlah empat (4)


a) Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pemeriksaan
Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia
b) Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2013 tentang Koordinasi Pemulangan
Tenaga Kerja Indonesia,
c) Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan
Kepesertaan Program Jaminan Sosial
d) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja

4. Peraturan Menteri berjumlah sepuluh (10)


a) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 2/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
b) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pemeriksaan Kesehatan Pelaut
c) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2019
tentang Pemeriksaan Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang Keselamatan
Pelayaran, dan Lingkungan Kerja Pelayaran
d) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 42
Tahun 2016 tentang Perjanjian Kerja Laut bagi Awak Kapal Perikanan
e) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2010
tentang Waktu Kerja dan Istirahat di Sektor Perikanan pada Daerah
Operasi Tertentu

10
f) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 84 Tahun
2013 tentang Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal
g) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Tata
Cara Kepulangan Tenaga Kerja Indonesia dari Negara Penempatan ke
Daerah Asal Secara Mandiri
h) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemulangan Nelayan Indonesia yang
Ditangkap di Luar Negeri
i) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Penempatan Tenaga Kerja
j) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2019 tentang Tata
Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia

SIKAP INDONESIA TERHADAP KONVENSI ILO NO 188


Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 memberi jaminan perlindungan yang prima
terhadap awak kapal perikanan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jika
Konvensi ini diratifikasi, tentu kondisi kapal perikanan akan semakin baik, aspek-
aspek utama dalam hubungan kerja akan semakin baik dan manusiawi, yang pada
akhirnya akan menjamin perlindungan hubungan kerja bagi awak kapal.
Akan tetapi, Kajian menyimpulkan bahwa Indonesia dipandang belum perlu
meratifikasi Konvensi ILO No. 188 dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Ruang lingkup pengaturan Konvensi ILO No. 188 adalah kapal-kapal penangkap
ikan khususnya kapal dengan panjang lebih dari 24 meter / 300 GT atau berlayar
lebih dari 3 hari, sedangkan kapal-kapal penangkap ikan Indonesia sebagian
besar hanya memiliki panjang kurang dari 24 meter / berbobot di bawah 300 GT.
2. Untuk kapal penangkap ikan milik Indonesia, sudah cukup banyak peraturan
perundang-undangan yang bersifat parsial, terdiri dari: 9 Undang-Undang, 3
Peraturan Pemerintah, 4 Peraturan Presiden, dan 10 Peraturan Menteri.
Peraturan perundang-undangan ini mengatur pelindungan bagi awak kapal
perikanan mulai dari pengaturan upah minimum, pemeriksaan kesehatan,
pengawakan kapal, daftar kru awak kapal, perjanjian kerja, pemulangan,
penempatan, pengupahan, akomodasi, K3 dan pencegahan kecelakaan, serta
jaminan sosial. Akan tetapi dalam praktek, peraturan perundang-undangan
termaksud belum berjalan dengan baik karena masih kuatnya tradisi hubungan
kerja antara pemilik kapal dengan nakhoda dan penangkap ikan berdasarkan
kearifan lokal yang kurang menguntungkan penangkap ikan.
3. Sampai saat ini baru 18 negara yang sudah meratifikasi Konvensi ILO No. 188,
dan sebagian besar bukanlah negara tujuan utama penempatan AKPMI
(fisherman). Penempatan terbesar adalah Korea Selatan dan Taiwan, yang
sampai saat ini belum meratifikasi Konvensi ILO No. 188. Oleh karenanya, jika
Indonesia meratifikasi Konvensi ILO No. 188, maka yang terlindungi adalah
penangkap ikan orang asing yang bekerja di kapal Indonesia, sementara
11
penempatan AKPMI yang bekerja sebagai penangkap ikan di kapal negara yang
belum meratifikasi Konvensi, tidak terlindungi. Hal ini dikarenakan ratifikasi
konvensi ILO oleh negara anggota hanya berlaku bagi negara anggota tersebut.
Dengan demikian, Konvensi ini tidak bermanfaat bagi awak kapal perikanan
Indonesia yang bekerja di kapal asing, dan oleh karenanya juga tidak memiliki
landasan sosiologis.

Sambil menunggu waktu yang tepat untuk meratifikasi Konvensi ILO No. 188,
kajian menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas dan memperhatikan


kesiapan teknis serta kewajiban pasca ratifikasi, Kementerian Ketenagakerjaan
belum berencana meratifikasi Konvensi ILO No. 188. Namun demikian untuk
menjamin pelindungan bagi awak kapal perikanan Indonesia perlu dilakukan
upaya-upaya peningkatan koordinasi lintas sektoral, memperkuat kerangka
regulasi nasional yang komprehensif (tidak parsial), dan implementasi sekaligus
pengawasannya.
2. ILO seharusnya terus mendorong negara-negara yang banyak mempekerjakan
AKPMI di kapal penangkap ikan mereka untuk menjamin pelindungan bagi
AKPMI, sehingga ada prinsip reciprocal yang saling menguntungkan antara
Indonesia dengan negara-negara tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai