Memasuki tahun 2021, terjadi peningkatan yang nyata permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU), hal ini terjadi karena imbas pandemi covid-19 yang
berkepanjangan. Berdasarkan data yang kami kumpulkan dari sistem informasi penelusuran
perkara (SIPP) dari 5 pengadilan niaga (PN) sebagai sample yakni PN Jakarta Pusat, PN
Medan Kota, PN Semarang, PN Surabaya dan PN Makassar, tren PKPU dari kuartal ke
kuartal sejak tahun 2021 dan jika dibandingkan dengan Tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Dimasing-masing Pengadilan Negeri sendiri sampai dengan Bulan Agustus Tahun 2021 ini
jumlah kasus, baik permohonan PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) dan
pemohonan Kepailitan, jumlahnya hampir menyamai jumlah total kasus sepanjang Tahun
2019. Jumlah kasus 2021 tersebut diperkirakan akan terus bertambah sebagai efek dari imbas
Covid-19 dimana masih terdapat kurang lebih 4 bulan lagi sepanjang Tahun 2021 ini. Bahkan
di PN Jakarta Pusat sendiri, jumlah kasus PKPU sudah melebihi dari jumlah total kasus di
Tahun 2019. Dan secara kumulatif pun jumlah kasus sementara sampai dengan Agustus 2021
sudah melebih total kasus sepanjang Tahun 2019.
Penyebab utama dari banyaknya perusahaan yang terancam pailit adalah memburuknya
ekonomi akibat pandemi Covid-19, dimana perusahaan bekerja pada kapasitas yang sangat
rendah sedangkan kewajibannya tetap tinggi. Kondisi yang demikian ini tentu akan sangat
beresiko bagi perkembangan usaha dimasa depan, sehingga dipelukan upaya-upaya untuk
mecari jalan keluar atas situasi ini.
Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU pada Pasal 222
ayat (2) disebutkan bahwa,“Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon
penundaan kewajiban pembayaran utang dengan maksud untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
kreditor.”
Meskipun tidak tersurat secara tegas dalam Undang-Undang, namun PKPU dapat dipahami
sebagai suatu upaya untuk penundaan agar tidak dilakukan pemailitan yang merugikan kedua
belah pihat baik debitur maupun kreditur, sehingga diperlukan kesepakatan penyelesaian
utang-piutang. PKPU dapat pula dipahami sebagai suatu periode waktu tertentu yang
1
diberikan kepada debitur dan kreditor yang ditetapkan melalui putusan pengadilan niaga guna
membuat kesepakatan bersama terkait dengan cara pembayaran atau penyelesaian
permasalahan utang-piutang diantara para pihak, baik seluruh atau sebagian utang, juga
kemungkinan dilakukannya restrukturisasi utang tersebut.
Namun demikian penundaan semacam ini belum tentu bisa menyelesaikan masalah dalam
kondisi ekonomi yang sangat buruk, pemberian tenggang waktu tertentu tidak memberikan
jaminan bahwa persoalan cash flow dan perbaikan kegiatan usaha dapat dilakukan. Dengan
demikian ujung dari penyelesaian sementara ini pada akhirnya adalah kepailitan. Dalam
situasi ekonomi yang buruk dan dialami pelaku mayoritas pelaku usaha, tentu terjadinya
kepailitan masal harus dihindarkan.
Berkenaan dengan hal tersebut APINDO akan menyelenggarakan Focus Group Discussion
(FGD) untuk membahas jalan keluar/mitigasi agar tidak terjadi kepailitan secara massal. Kita
perlu mencari alternatif solusi misalnya melalui moratorium terhadap pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan. Apakah diperlukan adanya peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (Perpu), ataukan ada alternatif lain yang dimungkinkan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. PENYELENGGARA:
ASOSIASI PENGUSAHA INDONESIA (APINDO)
d. NARA SUMBER:
1. Sekjen Kementerian Keuangan, Bapak Heru Pambudi
2. Dirjen AHU, Kemenkumham, Bapak Cahyo R. Muzha
3. Staf Ahli Menko Perekonomian Bapak Elen Setiadi
4. Komisaris PT Bank HSBC Indonesia, Ibu Catherine Hadiman
5. Vice CEO PT. Pan Brothers Tbk, Ibu Anne Patricia Sutanto
6. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Bapak Hariyadi B. Sukamdani
f. JADWAL ACARA
No Waktu KEGIATAN
2
2 13.35-16.00 Paparan:
1) Pengantar diskusi/paparan tentang realitas yang dihadapi oleh
dunia usaha
Oleh: Ketua Umum APINDO, Bapak Hariyadi B. Sukamdani