POS Pengelolaan Informasi Dan Masalah - 2
POS Pengelolaan Informasi Dan Masalah - 2
POS 3-2
PROGRAM
KOTA TANPA KUMUH
(KOTAKU)
TAHUN 2018
PROSEDUR
OPERASIONAL
STANDAR
(POS)
DAFTAR
ISI
|
i
BAB
I
PENDAHULUAN
BAB
II
PENGADUAN
SEBAGAI
ALAT
MITIGASI
RISIKO
DALAM
PENYELENGGARAAN
PROGRAM
BAB
III
STRATEGI
MENJARING
PENGADUAN
BAB
IV
PROSEDUR
PENGELOLAAN
INFORMASI
DAN
MASALAH
BAB
V
PERAN
DAN
TANGGUNG
JAWAB
PELAKU
|
56
BAB
VI
PEMANFAATAN
HASIL
PIM
UNTUK
PEMANTAUAN
DAN
EVALUASI
PROGRAM
|
64
LAMPIRAN-‐LAMPIRAN
LAMPIRAN
1
|
66
LAMPIRAN
2
|
69
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam
mewujudkan
amanah
UUD
1945
pasal
28
E
(3):
Setiap
orang
berhak
atas
kebebasan
berserikat,
berkumpul
dan
mengeluarkan
pendapat,
dalam
tatanan
demokrasi
dan
keterbukaan
tentu
tidak
hanya
terjadi
dalam
kehidupan
politik
melainkan
juga
pada
bidang-‐bidang
kehidupan
lainnya
seperti
di
bidang
pelayanan
publik.
Hal
ini
tidak
lain
karena
kinerja
pemerintah
salah
satunya
diukur
dari
kemampuannya
menyediakan
layanan
publik
yang
efisien,
efektif
dan
akuntabel
bagi
seluruh
masyarakat,
terutama
masyarakat
miskin
dan
kurang
beruntung.
Salah
satu
wujud
praktik
demokrasi
dalam
pelayanan
publik
adalah
memberi
kesempatan
pada
masyarakat
untuk
menyampaikan
keluhan
(complaint)
atau
pengaduan
mana
kala
pelayanan
yang
diterimanya
tidak
sesuai
dengan
harapan
atau
tidak
sesuai
dengan
apa
yang
dijanjikan
oleh
pemberi
layanan,
sebagaimana
yang
tercantum
dalam
Peraturan
Presiden
No.
76
Tahun
2013
tentang
Pengelolaan
Pengaduan
Pelayanan
Publik
pada
Pasal
2
Ayat
1:
Pengadu
mempunyai
hak
untuk
menyampaikan
pengaduan
atas
pelayanan
pelaksana
yang
tidak
sesuai
dengan
standar
pelayanan
atau
pengabaian
kewajiban
dan/atau
pelanggaran
larangan
oleh
penyelenggara.
Kolaborasi
multi
sektor
dan
multi
aktor
perlu
dikelola
dengan
baik,
sehingga
terjadi
keterpaduan
perencanaan,
pendanaan
dan
kegiatan
mulai
dari
tahap
persiapan,
perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan,
dan
evaluasi
serta
keberlanjutan.
Pemerintah
Pusat
dan
Daerah
melalui
Kelompok
Kerja
Perumahan,
Permukiman,
Air
Minum
dan
Sanitasi
(Pokja
PKP/PPAS)
menjadi
faktor
kunci/penentu
dalam
mewujudkan
keterpaduan
dan
kolaborasi
multi
sektor
dan
multi
aktor
tersebut.
Untuk
memastikan
dan
mengendalikan
tercapainya
tujuan
dan
sasaran
penanganan
kawasan
permukiman
kumuh,
diperlukan
tindakan
pemantauan
(monitoring)
dan
evaluasi
(evaluation)
yang
efektif
dan
efisien
yang
dituangkan
dalam
suatu
“sistem
pemantauan
dan
evaluasi
(monev)”.
Sistem
tersebut
antara
lain
mencakup
pengembangan
website
dan
manajemen
sistem
informasi
(SIM),
uji
petik,
pemantauan
pemerintah
melalui
sistem
e-‐monitoring,
audit/pemeriksaan
inspektorat
dan
BPKP,
pemantauan
teknis,
serta
penanganan
pengaduan
atau
dalam
hal
ini
disebut
Pengelolaan
Informasi
dan
Masalah
(PIM).
PIM
menjadi
salah
satu
bentuk
pemantauan
program
yang
bersifat
pencegahan
atau
preventif
dan
penanganan.
Pencegahan
dilakukan
melalui
kajian
risiko
dan
mitigasi
di
setiap
tahapan
penyelenggaraan
program
untuk
mencegah
timbulnya
penyimpangan
terhadap
prosedur.
Penanganan
dilakukan
setelah
adanya
informasi
atau
pengaduan
yang
bersifat
aspirasi,
keluhan
ataupun
ketidakpuasan
terhadap
penyelenggaraan
program,
dan
harus
ditangani
secepat
dan
setepat
mungkin
sehingga
memperkecil
dampak
negatif
yang
menghambat
penyelenggaraan
dan
keberhasilan
program.
Dalam
hal
ini,
pengaduan
harus
dimaknai
sebagai
bentuk
adanya
kepedulian
dan
rasa
kepemilikan
masyarakat
luas
terhadap
penyelenggaraan
dan
keberhasilan
program.
1.2 Siklus
dan
Organisasi
Pelaksana
Program
KOTAKU
Pelaksanaan
PIM
didasarkan
pada
siklus
dan
tahapan
program
yang
diatur
dalam
pedoman
umum
program,
serta
petunjuk
pelaksanaan
program
tingkat
kota
dan
tingkat
kelurahan.
Untuk
memahami
risiko
dan
mitigasi
yang
harus
dilakukan
pelaku
program
di
setiap
tingkatannya,
bagian
ini
menjelaskan
secara
ringkas
mengenai
siklus
dan
organisasi
pelaksana
program
KOTAKU.
Siklus
Program
Merujuk
pada
Pedoman
Umum
Program
KOTAKU,
penyelenggaraan
program
ini
terdiri
atas
tahap
persiapan,
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
keberlanjutan.
Seluruh
tahapan
merupakan
wadah
kolaborasi
antara
Pemerintah
tingkat
Pusat,
Provinsi,
Kota/Kabupaten
dan
Kelurahan/Desa,
masyarakat
dan
pihak-‐pihak
lainnya.
Setiap
tahunnya,
program
ini
dilaksanakan
melalui
tahapan
yang
digambarkan
dalam
diagram
di
bawah
ini.
Tahapan
yang
lebih
rinci
untuk
penyelenggaraan
tingkat
Kota
dan
tingkat
Kelurahan
diatur
dalam
Petunjuk
Pelaksanaan
Program
KOTAKU
Tingkat
Kota
dan
Petunjuk
Pelaksanaan
Program
KOTAKU
Tingkat
Kelurahan.
Tahapan
Kegiatan
Diagram
Program
KOTAKU
Penyelenggaraan
Tingkat
Program
Kabupaten/Kota
KOTAKU
dan
Tingkat
Tingkat
Kabupaten/Kota
Kelurahan/Desa
dan
Masyarakat
Struktur
Organisasi
Pelaksana
Program
Struktur
organisasi
pelaksana
program
akan
terkait
dengan
mekanisme
dan
prosedur
PIM
yang
harus
dilakukan
oleh
pelaku
di
masing-‐masing
tingkatan.
Berikut
gambaran
struktur
organisasi
pelaksana
program
sesuai
Pedoman
Umum
Program
KOTAKU.
Struktur
Organisasi
Pengelolaan
KOTAKU
1.3 Maksud,
Tujuan,
dan
Sasaran
Maksud
dari
adanya
POS
PIM
ini
adalah
memberikan
pegangan
terhadap
pelaku
program
KOTAKU
dalam
melakukan
pemantauan
program
melalui
mekanisme
pengelolaan
informasi
dan
masalah.
Tujuan
dari
POS
PIM
ini
adalah:
1. Memberikan
pemahaman
kepada
pelaku
program
di
semua
tingkatan
mengenai
peran
dan
tanggung
jawabnya
untuk
membangun
mekanisme
pengelolaan
informasi
dan
masalah;
2. Memberikan
pemahaman
mengenai
risiko
dan
mitigasi
yang
harus
dilakukan
untuk
mencegah
dan
memperkecil
dampak
negatif;
3. Memberikan
panduan
dalam
menangani
informasi,
aspirasi
dan
masalah
yang
dilaporkan
oleh
masyarakat
luas
untuk
perbaikan
program;
4. Memberikan
panduan
dalam
melakukan
perekaman
data
dan
informasi
pengaduan
yang
diterima
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
untuk
keperluan
pemantauan
program;
5. Memberikan
panduan
untuk
memanfaatkan
data
PIM
untuk
pemantauan
dan
pengendalian
program.
Sasaran
POS
PIM
adalah
adalah:
1. Tersedianya
mekanisme
pengelolaan
informasi
dan
masalah
di
setiap
tingkatan
pelaku
program,
beserta
peran
dan
tanggung
jawab
pelaku;
2. Tersedianya
acuan
untuk
melakukan
sosialisasi
mekanisme
PIM;
3. Tersedianya
acuan
dalam
melakukan
penanganan
terhadap
informasi,
aspirasi
dan
laporan
masalah
yang
disampaikan
masyarakat
luas;
4. Tersedianya
acuan
dalam
melakukan
perekaman
penanganan
informasi,
aspirasi
dan
laporan
masalah
ke
dalam
sistem
PIM;
5. Tersedianya
acuan
untuk
melakukan
analisis
data
PIM
untuk
pemantauan
dan
pengendalian
program
di
setiap
tingkatan.
1.4 Kedudukan
POS
PIM
POS
PIM
merupakan
penjabaran
teknis
dari
Petunjuk
Pelaksanaan
Pemantauan
dan
Evaluasi
Program
KOTAKU.
Oleh
karena
itu,
mekanisme
penyelenggaraan
dan
pemanfaatan
PIM
yang
diatur
dalam
POS
ini
mengacu
pada
petunjuk
pelaksanaan
tersebut.
1.5 Pengertian
Umum
Pengaduan
adalah
segala
bentuk
informasi,
aspirasi
atau
masalah
berupa
keluhan/ketidakpuasan
yang
disampaikan
atau
ditemukan
secara
langsung
maupun
tidak
langsung,
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan
program
melalui
berbagai
macam
media
aduan,
sebagai
bentuk
partisipasi
masyarakat
luas
dalam
mengawasi
penyelenggaraan
program.
Dalam
POS
PIM
ini
akan
ditemui
berbagai
istilah
yang
dijabarkan
pada
lampiran
1.
1.6 Ruang
Lingkup
Ruang
lingkup
POS
PIM
terdiri
atas
1. Tata
laksana
penyelenggaran
PIM
di
setiap
tingkatan
pelaku
program;
2. Mekanisme
sosialisasi
dan
peningkatan
kapasitas
dalam
penyelenggaran
PIM;
3. Prosedur
penanganan
informasi
dan
aspirasi
masyarakat;
4. Prosedur
penanganan
masalah
yang
dilaporkan
dan
ditemukan
secara
langsung
maupun
tidak
langsung;
5. Prosedur
perekaman
informasi,
aspirasi
dan
masalah
yang
disampaikan
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
(dijelaskan
dalam
manual
perekaman
terlampir);
6. Pemanfaatan
data
PIM
untuk
pemantauan
program.
1.7 Prinsip
Pengelolaan
Informasi
dan
Masalah
1. Kemudahan.
Program
harus
menyediakan
media
atau
saluran
yang
mudah
dijangkau
oleh
masyarakat
luas
untuk
menyampaikan
informasi,
aspirasi
dan
masalah
yang
berkaitan
dengan
program.
Media
dan
saluran
yang
disediakan
harus
disosialisasikan
dan
diketahui
oleh
masyarakat
luas
dan
pihak-‐pihak
yang
berkepentingan.
2. Komprehensif.
Program
KOTAKU
pada
prinsipnya
menekankan
kolaborasi
berbagai
pihak
dalam
seluruh
tahapan
kegiatan
dan
pembiayaan
program.
Program
KOTAKU
tidak
merujuk
pada
satu
atau
beberapa
jenis
program
dan
sumber
dana
tertentu,
melainkan
seluruh
program
dan
pendanaan
yang
mendukung
kegiatan
penanganan
kumuh
di
kota
dan
kelurahan
yang
berpartisipasi
dalam
program.
Dalam
hal
ini,
mekanisme
dan
prosedur
yang
diatur
dalam
POS
PIM
ini
berlaku
untuk
seluruh
kegiatan
penanganan
kumuh
yang
berada
di
lokasi
provinsi,
kota
dan
kelurahan
yang
berpartisipasi
dalam
Program
KOTAKU,
terlepas
dari
sumber
dana
yang
digunakan
untuk
membiayai
kegiatan
di
lokasi
tersebut.
3. Cepat,
tepat
dan
tanggap.
Informasi,
aspirasi
dan
masalah
sedapat
mungkin
diselesaikan
olen
pelaku
program
di
tingkat
yang
paling
dekat
dengan
lokasi
kejadian
yang
dilaporkan.
Jika
informasi,
aspirasi
dan
masalah
yang
disampaikan
atau
ditemukan
tidak
dapat
diselesaikan
oleh
pelaku
terdekat,
maka
harus
secepatnya
dilaporkan
kepada
pelaku
di
tingkat
yang
lebih
tinggi
untuk
mendapatkan
penyelesaian
yang
tepat.
4. Anonim.
Identitas
pelapor,
penanya
atau
pemberi
informasi
harus
dirahasiakan,
kecuali
jika
pelapor
ingin
identitasnya
diketahui.
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
melindungi
hak
mereka
agar
merasa
aman,
nyaman
dan
tenteram
berkaitan
dengan
informasi
atau
masalah
yang
telah
dilaporkannya.
Kerahasiaan
ini
akan
mendorong
partisipasi
masyarakat
untuk
turut
mengawasi
penyelenggaraan
program.
5. Preventif.
PIM
harus
mampu
memberikan
acuan
pada
pelaku
program
untuk
mengenali
risiko
dan
melakukan
mitigasi
sedini
mungkin
untuk
mencegah
atau
memperkecil
risiko
timbulnya
masalah
dalam
proses
penyelenggaraan
program
atau
menghambat
keberhasilan
program.
6. Transparan.
Penanganan
informasi
dan
masalah
harus
mengacu
pada
asas
keterbukaan,
dimana
pemerintah
dan
masyarakat
harus
mendapatkan
informasi
mengenai
proses
dan
status
penyelesaian
informasi
dan
masalah
yang
dilaporkan
atau
ditemukan.
Hasil
penyelesaian
harus
direkam
sesuai
kejadian
yang
sebenarnya,
dan
disosialisasikan
kembali
secara
luas
kepada
masyarakat
di
lokasi
yang
diadukan.
7. Obyektif
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
(akuntabel).
Penanganan
informasi
dan
masalah
harus
dilakukan
tanpa
memihak
salah
satu
kelompok
atau
golongan,
dan
didasarkan
pada
ketentuan
yang
berlaku.
Penyelesaian
juga
harus
sesuai
dengan
cakupan
bidang
dan
kategori
informasi
dan
masalah
yang
dilaporkan
atau
ditemui,
agar
penyelesaian
dapat
dilakukan
secara
bertanggung
jawab
sesuai
prosedur
yang
berlaku.
8. Korektif
dan
membangun.
Permintaan
informasi
dan
penyampaian
aspirasi,
laporan,
keluhan
atau
ketidakpuasan
terhadap
program
harus
dipahami
sebagai
bentuk
kepedulian
dan
partisipasi
masyarakat
untuk
keberhasilan
program.
Untuk
itu,
segala
bentuk
informasi,
aspirasi,
laporan
dan
keluhan
masyarakat
harus
ditanggapi
dan
ditangani
untuk
mencegah
timbulnya
masalah
serupa
di
lokasi
lain,
atau
untuk
melakukan
tindakan
korektif
dan
membangun
untuk
perbaikan
dan
penyempurnaan
program.
BAB
II
PENGADUAN
SEBAGAI
ALAT
MITIGASI
RISIKO
DALAM
PENYELENGGARAAN
PROGRAM
Sebagai
salah
satu
metode
pemantauan
dan
evaluasi
program,
pengaduan
memiliki
tujuan
untuk
meminimalkan
risiko
berupa
penyimpangan
atau
pelanggaran
prosedur
yang
dapat
menghambat
penyelenggaraan
dan
pencapaian
keberhasilan
program.
Pencegahan
dapat
dilakukan
dengan
mengenali
risiko
dan
mitigasi
di
setiap
tahapan
program,
sehingga
para
pelaku
pelaksanaan
program
dapat
mengambil
tindakan
yang
dianggap
perlu.
Pemetaan
risiko
dan
mitigasi
dilakukan
dalam
setiap
tahapan
program,
skala
kegiatan
dan
tingkatan
pelaku
program.
Tahapan
ini
dilakukan
setiap
tahunnya
membentuk
siklus
yang
berulang.
2.1 Tahap
Persiapan
Termasuk
dalam
tahapan
ini
adalah
penyiapan
kelembagaan,
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Tingkat
Nasional
Sosialisasi
program
-‐ Program
KOTAKU
tidak
-‐ Dilakukan
sosialisasi
Tim
Pengarah
Pokja
dikenal
program
KOTAKU
bagi
PKP/PPAS
Nasional,
-‐ Disinformasi
program
pemangku
kepentingan
CCMU,
PMU,
Satker
-‐ Masyarakat,
-‐ Penyiapan
bahan
dan
Pusat
pemerintah
dan
Materi
swasta
tidak
mau
-‐ Dukungan
media
terlibat
dalam
program
sosialisasi
-‐ Perolehan
dana
dari
-‐ Lokakarya
Nasional
APBN
untuk
-‐ Bazar
Nasional
penanganan
kumuh
-‐ Seminar
Nasional
sangat
minim
Pembentukan
Pokja
-‐ Wadah
keterpaduan
-‐ Segera
dibentuk
Pokja
Tim
Pengarah
Pokja
program
penanganan
PKP/PPAS
PKP/PPAS
Nasional,
kumuh
tidak
ada
-‐ Perlu
penjabaran
peran,
Kementerian
terkait
-‐ Konsistensi
fungsi,
kedudukan
dan
(PUPR,
ATR,
dll)
nomenklatur
pola
hubungan
Pokja
-‐ Sinkronisasi
antar
PKP/PPAS
di
tingkat
sektor
Provinsi
dan
Kota/
-‐ Kebijakan
penanganan
Kabupaten
kumuh
masih
bersifat
-‐ Diterbitkan
SK
POKJA
sektoral
PKP/PPAS
-‐ Kolaborasi
para
pihak
antar
kementerian,
swasta
dan
masyarakat
tidak
maksimal
Keberfungsian
Pokja
-‐ Tidak
ada
pertemuan
-‐ Pemangku
kepentingan
Tim
Pengarah
Pokja
rutin
membahas
mendorong
dan
PKP/PPAS
Nasional,
keterpaduan
program;
menekan
agar
Pokja
Kementerian
terkait
-‐ Tidak
terjadi
kolaborasi
PKP/PPAS
berfungsi
(PUPR,
ATR,
dll)
antar
sektor
di
tubuh
melakukan
pertemuan
Pokja
PKP/PPAS
rutin
secara
berkala
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
-‐ Penjabaran
peran
fungsi
-‐ koordinasi
-‐ Penyusunan
rencana
tindak
(action
plan)
Peningkatan
kapasitas
-‐ Personil
POKJA
banyak
-‐ Dilakukan
penguatan
Tim
Pengarah
Pokja
Pokja
(lokalatih,
dll)
orang
baru
kapasitas
Pokja
melalui
PKP/PPAS
Nasional
-‐ Anggota
Pokja
tidak
lokalatih
dan
lain-‐lain
memahami
tupoksi
-‐ Pelaksanaan
kegiatan
-‐ Tujuan
pembentukan
peningkatan
kapasitas
Pokja
tidak
tercapai
-‐ Studi
banding
dan
kunjungan
lapangan
Pengembangan
Kebijakan
yang
Perlu
terobosan
oleh
Tim
Pengarah
Pokja
Kebijakan
diambil/diputuskan
pemangku
kepentingan
PKP/PPAS
Nasional,
butuh
waktu
lama
untuk
cepat
dan
terukur
CCMU,
PMU,
Satker
dalam
mengambil
Pusat
kebijakan
Sinkronisasi
data
dan
-‐ Banyak
data
dengan
Menyelenggarakan
Tim
Pengarah
Pokja
indikator
kumuh
format
yang
beragam
musyawarah
antara
PKP/PPAS
Nasional,
Nasional
(dengan
K/L
dan
indikator
yang
pemangku
kepentingan
CCMU,
PMU,
Satker
terkait)
berbeda
untuk
melakukan
Pusat
-‐ Tidak
dapat
digunakan
sinkronisasi
data
dan
sebagai
alat
mengukur
indikator
kumuh
Nasional
penguarangan
luasan
kumuh
Daftar
kegiatan,
lokasi
-‐ Tidak
tersedianya
-‐ Menyelenggarakan
Tim
Pengarah
Pokja
dan
anggaran
untuk
daftar
kegiatan,
lokasi
musyawarah
antara
PKP/PPAS
Nasional,
kumuh
(RAPBN)
dan
anggaran
untuk
pemangku
kepentingan
Pemangku
kumuh
terkait
mengenai
perlu
Kepentingan
K/L
-‐ Kesulitan
menentukan
adanya
kegiatan,
lokasi
terkait
jumlah
tenaga
dan
anggaran
untuk
pendamping
kumuh
-‐ Kesulitan
menentukan
-‐ Mengeluarkan
SK
alokasi
BDI
Penetapan
lokasi
peningkatan
dan
pencegahan
Rencana
kerja
dan
-‐ Tidak
adanya
rencana
-‐ CCMU
harus
memiliki
Tim
Koordinator
Pokja
anggaran
CCMU
kerja
penanganan
rencana
kerja
dan
PKP/PPAS
Nasional
kumuh
dan
tidak
pemangku
kepentingan
tersedianya
anggaran
terkait
melakukan
CCMU
musyawarah
untuk
-‐ Pelaksanaan
kegiatan
penyediaan
anggaran
tidak
terukur
CCMU
-‐ Penanganan
kawasan
-‐ Penyusunan
RKTL
kumuh
tidak
menjadi
-‐ Penyusunan
RAB
target
Rekrutmen
dan
-‐ Tidak
ada
POS
-‐ Pemangku
kepentingan
Tim
Koordinator
Pokja
mobilisasi
konsultan
rekrutmen
dan
terkait
menyediakan
POS
PKP/PPAS
Nasional
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
CCMU
mobilisasi
konsultan
rekrutmen
dan
mobilisasi
CMU
konsultan
CCMU
-‐ Tidak
ada
yang
-‐ Mobiliasai
personel
mengendalikan
CCMU
kegiatan
di
tingkat
Pusat,
Provinsi
Penentuan
Kab/Kota
-‐ Tidak
ada
kriteria
lokasi
-‐ Menentukan
kriteria
PMU,
Satker
PKP
sasaran
sasaran
lokasi
sasaran
utk
Pusat,
dan
Direktur
-‐ Kesulitan
meneuntukan
dijadikan
dasar
adanya
PKP
PUPR
alokasi
dana
SK/justifikasi
-‐ Kesulitan
untuk
-‐ Advokasi
kepada
melakukan
kolaborasi
pemerintah
daerah
dalam
penanganan
untuk
menerbitkan
SK
kumuh
lokasi
Pengembangan
-‐
Informasi
yang
ada
-‐
Menyelenggarakan
Tim
Pengarah
Pokja
informasi
terpadu
terpisah-‐pisah
tidak
musyawarah
antara
PKP/PPAS
Nasional,
utuh
pemangku
kepentingan
CCMU,
PMU,
Satker
-‐
Tidak
ada
informasi
terkait
mengenai
perlu
Pusat
mengenai
adanya
informasi
yang
persiapan,pelaksanaan,
terpadu
pengendalian
dan
pemeliharaan
Tingkat
Provinsi
Sosialisasi
program
-‐
Program
KOTAKU
tidak
-‐
Dilakukan
sosialisasi
Pokja
PKP/PPAS
dikenal
di
tingkat
program
KOTAKU
bagi
Provinsi,
Satker
Provinsi
pemangku
kepentingan
Provinsi,
Pemda
-‐
Perolehan
dana
dari
-‐
Lokakarya
Provinsi
Provinsi,
Konsultan
APBD
untuk
-‐
Bazar
Provinsi
penanganan
kumuh
-‐
Seminar
Provinsi
sangat
minim
-‐
Masyarakat,
Pemda
Provinsi
dan
Swasta
tidak
mau
terlibat
dalam
menyelesaikan
persoalan
kumuh
Pembentukan
dan
-‐ Wadah
keterpaduan
-‐ Segera
dibentuk
Pokja
Satker
Provinsi,
penguatan
Pokja
program
penanganan
PKP/PPAS
Pemda
Provinsi,
kumuh
tidak
ada
di
-‐ Fasilitasi
pembentukan
Bappeda
Provinsi
tingkat
Provinsi
Pokja
PKP/PPAS
-‐ Leading
sector
-‐ Fasilitasi
peningkatan
penanganan
kumuh
di
kapasitas
bagi
Pokja
tingkat
Provinsi
tidak
PKP/PPAS
yang
telah
jelas;
terbentuk
-‐ Tidak
terjadi
kolaborasi
penanganan
kumuh
di
tingkat
Provinsi;
-‐ Target
pengurangan
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
kumuh
tidak
tercapai.
-‐ Tertundanya
review/penyusunan
dokumen
RP2KP-‐
KP/SIAP
Keberfungsian
Pokja
-‐ Tidak
ada
pertemuan
-‐ Pemangku
kepentingan
Satker
Provinsi,
rutin
membahas
mendorong
dan
Pemda
Provinsi,
keterpaduan
program
menekan
agar
Pokja
Bappeda
Provinsi
di
tingkat
Provinsi
PKP/PPAS
berfungsi
-‐ Pokja
PKP/PPAS
tidak
-‐ Penjabaran
peran
fungsi
memahami
tugas
-‐ koordinasi
fungsinya;
-‐ Penyusunan
rencana
-‐ Tidak
terjadi
kolaborasi
tindak
(action
plan)
antar
sektor
di
tubuh
Pokja
PKP/PPAS;
-‐ Target
pengurangan
kumuh
tidak
tercapai.
Peningkatan
kapasitas
-‐ Personil
POKJA
banyak
-‐ Dilakukan
penguatan
Pokja
PKP/PPAS
Pokja
(lokalatih,
dll)
orang
baru
di
tingkat
kapasitas
Pokja
melalui
Provinsi,
Satker
Provinsi
lokalatih
dan
lain-‐lain
Provinsi,
Pemda
-‐ Anggota
Pokja
tidak
-‐ Pelaksanaan
kegiatan
Provinsi,
Bappeda
memahami
tupoksi;
peningkatan
kapasitas
Provinsi
-‐ Tujuan
pembentukan
-‐ Studi
banding
dan
Pokja
tidak
tercapai;
kunjungan
lapangan
-‐ Tidak
terjadi
kolaborasi
antar
sektor
di
tubuh
Pokja
PKP/PPAS;
-‐ Target
pengurangan
kumuh
tidak
tercapai
Penyiapan
anggaran
-‐
Alokasi
dana
Menyediakan
alokasi
dana
Pokja
PKP/PPAS
dari
dinas-‐dinas
terkait
operasional
kegiatan
operasional
kegiatan
Provinsi,
Satker
Pokja
PKP/PPAS
Pokja
PKP/PPAS
Provinsi
Provinsi,
Pemda
Provinsi
tidak
tersedia
Provinsi
-‐
Alokasi
dana
untuk
penanganan
kumuh
masih
bersifat
sektoral
Sinkronisasi
data
-‐ Banyak
data
dengan
Menyelenggarakan
Pokja
PKP/PPAS
kumuh
format
yang
beragam
musyawarah
antara
Provinsi,
Satker
di
tingkat
Provinsi
pemangku
kepentingan
Provinsi,
Pemda
-‐ Tidak
ada
data
yang
terkait
mengenai
Provinsi
dapat
digunakan
untuk
sinkronisasi
data
kumuh
penyusunan
dokumen
perencanaan
dalam
penanganan
kumuh
Tingkat
Kota/Kabupaten
Sosialisasi
program
-‐ Program
KOTAKU
tidak
-‐ Dilakukan
sosialisasi
Pokja
PKP/PPAS
dikenal
di
tingkat
program
KOTAKU
bagi
Kab/Kota,
Satker
PIP,
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Kota/Kabupaten
pemangku
kepentingan
Pemda
Kab/Kota,
-‐ Perolehan
dana
dari
-‐ Lokakarya
Kab/Kota
Konsultan
APBD
untuk
-‐ Bazar
Kab/Kota
penanganan
kumuh
-‐ Seminar
Kab/Kota
sangat
minim
-‐ masyarakat,
pemda
Kab/Kota
dan
swasta
tidak
mau
terlibat
dalam
menyelesaikan
persoalan
kumuh
Pembentukan
dan
-‐ Wadah
keterpaduan
-‐ Fasilitasi
pembentukan
Satker
PIP,
Pemda
penguatan
Pokja
program
penanganan
Pokja
PKP/PPAS;
Kab/Kota,
Bappeda
kumuh
tidak
ada
di
-‐ Fasilitasi
peningkatan
Kota/Kabupaten
tingkat
kapasitas
bagi
Pokja
Kota/Kabupateni
PKP/PPAS
yang
telah
-‐ Leading
sector
terbentuk
penanganan
kumuh
di
tingkat
Kota/Kabupaten
tidak
jelas;
-‐ Tidak
terjadi
kolaborasi
penanganan
kumuh
di
tingkat
Kota/Kabupaten;
-‐ Target
pengurangan
kumuh
tidak
tercapai.
Keberfungsian
Pokja
-‐ Tidak
ada
pertemuan
-‐ Pemangku
kepentingan
Satker
PIP,
Pemda
rutin
membahas
mendorong
dan
Kab/Kota,
Bappeda
keterpaduan
program
menekan
agar
Pokja
Kota/Kabupaten
di
tingkat
PKP/PPAS
berfungsi
Kota/Kabupaten
-‐ Penjabaran
peran
fungsi
-‐ Pokja
PKP/PPAS
tidak
-‐ koordinasi
memahami
tugas
-‐ Penyusunan
rencana
fungsinya;
tindak
(action
plan)
-‐ Tidak
terjadi
kolaborasi
antar
sektor
di
tubuh
Pokja
PKP/PPAS;
-‐ Target
pengurangan
kumuh
tidak
tercapai.
Peningkatan
kapasitas
-‐ Personil
POKJA
banyak
-‐ Dilakukan
penguatan
Pokja
PKP/PPAS
Pokja
(lokalatih,
dll)
orang
baru
di
tingkat
kapasitas
Pokja
melalui
Kab/Kota,
Satker
Kota/Kabupaten
lokalatih
dan
lain-‐lain
Kab/Kota,
Pemda
-‐ Anggota
Pokja
tidak
-‐ Pelaksanaan
kegiatan
Kab/Kota,
Bappeda
memahami
tupoksi;
peningkatan
kapasitas
Kota/Kabupaten
-‐ Tujuan
pembentukan
-‐ Studi
banding
dan
Pokja
tidak
tercapai;
kunjungan
lapangan
-‐ Tidak
terjadi
kolaborasi
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
antar
sektor
di
tubuh
Pokja
PKP/PPAS;
-‐ Target
pengurangan
kumuh
tidak
tercapai.
Penyiapan
anggaran
Alokasi
dana
operasional
Menyediakan
alokasi
dana
Pokja
PKP/PPAS
dari
dinas-‐dinas
terkait
kegiatan
Pokja
PKP/PPAS
operasional
kegiatan
Kab/Kota,
Satker
Kab/Kota
tidak
tersedia
Pokja
PKP/PPAS
Kab/Kota
Kab/Kota,
Pemda
Kab/Kota
Sinkronisasi
data
Banyak
data
dengan
Menyelenggarakan
Pokja
PKP/PPAS
kumuh
format
yang
beragam
di
musyawarah
antara
Kab/Kota,
Satker
tingkat
Kota/Kabupaten
pemangku
kepentingan
Kab/Kota,
Pemda
terkait
mengenai
Kab/Kota
sinkronisasi
data
kumuh
Penyepakatan
MoU
-‐
Tidak
adanya
payung
Tersedianya
Dirjen
Cipta
Karya
antara
Pemda
dengan
hukum
untuk
penyepakatan
MoU
Kemen
PUPR,
Pemda
Pemerintah
Pusat
menyelenggarakan
antara
Pemda
dengan
Kab/Kota
untuk
Program
KOTAKU
Pemerintah
Pusat
untuk
menyelenggarakan
-‐
Kebingungan
dalam
menyelenggarakan
Program
KOTAKU
memilih
dokumen
Program
KOTAKU
rencana
penanganan
kawasan
kumuh
Komitmen
penyusunan
-‐
Penyusunan
dokumen
Menyelenggarakan
Satker
Kab/Kota,
dokumen
RP2KP-‐ RP2KP-‐KP/SIAP
dan
DED
musyawarah
antara
Pemda
Kab/Kota
KP/SIAP
dan
DED
tidak
melibatkan
Pemda
pemangku
kepentingan
Kab/Kota
terkait
mengenai
perlu
-‐
Dokumen
perencanaan
adanya
komitmen
dalam
penanganan
penyusunan
dokumen
kumuh
lebih
dari
satu
RP2KP-‐KP/SIAP
dan
DED
Tingkat
Kelurahan/Desa
Sosialisasi
program
-‐
Program
KOTAKU
tidak
-‐
Pemanfaatan
media
Camat,
Lurah/Kades,
dikenal
di
tingkat
informasi/warga
Konsultan
Kelurahan/Desa
-‐
Lokakarya
Kelurahan
-‐
Perolehan
dana
untuk
-‐
Bazar
Kelurahan
penanganan
kumuh
-‐
Seminar
Kelurahan
sangat
minim
-‐
Masyarakat,
pemda
Kelurahan
dan
swasta
tidak
mau
terlibat
dalam
menyelesaiakan
persoalan
kumuh
Pemilihan
BKM/LKM
-‐
Masyarakat/warga
-‐
Pemanfaatan
media
Lurah/Kades,
Tokoh
tidak
dilibatkan
dalam
informasi/warga
Masyarakat,
pemilihan
BKM/LKM
-‐
Mengadakan
pemilihan
Konsultan
-‐
Regenerasi
BKM/LKM
ulang
BKM
tidak
terjadi
-‐
AD/ART
tidak
menjadi
acuan
dalam
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
menjalankan
organisasi
BKM/LKM
Pembentukan
forum
-‐
Masyarakat/warga
Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Tokoh
kolaborasi
Kelurahan
tidak
dilibatkan
dalam
musyawarah
antara
Masyarakat,
pembentukan
forum
Masyarkat/warga
dengan
Konsultan
kolaborasi
Kelurahan
pihak
terkait
agar
terlibat
-‐
Penanganan
kumuh
dalam
forum
kolaborasi
diselesaikan
dengan
Kelurahan
parsial
-‐
Tidak
mendapatkan
solusi
terhadap
aspek
kumuh
yang
muncul
Rencana
anggaran
desa
-‐
Masyarakat/Warga
Pemanfaatan
media
Lurah/Kades,
Tokoh
(APBDes)
tidak
diinformasikan
informasi/warga
Masyarakat,
mengenai
adanya
Konsultan
anggaran
desa
-‐
Penyelesaian
aspek
kumuh
di
lokasi
kumuh
tidak
menjadi
perioritas
Lokakarya
orientasi
-‐
Masyarakat/warga
tidak
Pemanfaatan
media
Lurah/Kades,
Tokoh
tingkat
Kel/Desa
dilibatkan
dalam
informasi/warga
Masyarakat,
lokakarya
orientasi
Konsultan
tingkat
Kelurahan/Desa
-‐
Pemerintah
Kel/Desa,
ormas,
tokoh
masyarakat
dan
masyarakat
tidak
bisa
bersikap
terhadap
persoalan
kumuh
-‐
Penyebab
dan
lokasi
kumuh
tidak
diketahui
oleh
pemda
dan
masyarakat
Penguatan
-‐
BKM/LKM
yang
ada
-‐
Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Tokoh
kelembagaan
dan
tidak
berfungsi
musyawarah
antara
Masyarakat,
kapasitas
-‐
Inovasi
untuk
Masyarkat/warga
Konsultan
penanganan
kumuh
dari
dengan
pihak
terkait
masing-‐masing
lembaga
agar
dilibatkan
dalam
tidak
ada
penguatan
kelembagaan
-‐
Masing-‐masing
lembaga
dan
kapasitas
tidak
tahu
posisi
dan
-‐
Pelatihan
peran
dalam
melakukan
-‐
Coaching
Clinik
kegiatan
penanganan
kumuh
Kompilasi
data
tingkat
-‐
Banyak
data
dan
Pemanfaatan
media
Lurah/Kades,
Tokoh
Kel/Desa
informasi
di
tingkat
informasi/warga
Masyarakat,
Kelurahan/Desa
yang
Konsultan
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
tidak
memiliki
format
yang
seragam
-‐
Tidak
mempunyai
dasar
untuk
penyusunan
strategi
manangani
persoalan
kumuh
-‐
Tidak
mengetahui
luasan
kumuh
yang
ada
di
wilayahnya
2.2 Tahap
Perencanaan
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Tingkat
Nasional
Penyiapan
anggaran
-‐
Anggaran
yang
Menyelenggarakan
Tim
Pengarah
Pokja
(DIPA)
tahunan
dari
disiapkan
tidak
musyawarah
antara
PKP/PPAS
Nasional,
seluruh
K/L
terkait
mencukupi
pemangku
kepentingan
CCMU,
PMU,
Satker
-‐
Selurahan
kegiatan
terkait
mengenai
Pusat
penanganan
kawasan
kecukupan
DIPA
kumuh
yang
direncanakan
didanai
oleh
BDI
ditunda
Sinkronisasi
dan
-‐
Lokasi
kegiatan
tidak
Menyelenggarakan
Tim
Pengarah
Pokja
verifikasi
kegiatan
dan
masuk
dalam
SK
Kumuh
musyawarah
antara
PKP/PPAS
Nasional,
lokasi
sesuai
DIPA
dari
atau
kebalikannya
lokasi
pemangku
kepentingan
CCMU,
PMU,
Satker
setiap
program
terkait
ada
di
SK
Kumuh
tetapi
terkait
mengenai
Pusat
dana
tidak
ada
di
DIPA
sinkronisasi
dan
-‐
Kegiatan
yang
didanai
verifikasi
kegiatan
dan
BDI
tidak
bisa
lokasi
sesuai
DIPA
mengurangi
luasan
kumuh
Tingkat
Provinsi
Penetapan
Satker
-‐
Belum
ada
SK
Segera
mengusulkan
SK
Kementerian
PUPR
Provinsi
penetapan
Satker
penetapan
Satker
Provinsi
Provinsi
-‐
Mobilisasi
tenaga
pendamping
tingkat
kab/kota
dan
kelurahan
tertunda
-‐
Pelaksanaan
tender
untuk
kegiatan
skala
kawasan
tertunda
-‐
Anggaran
DIPA
tidak
dicairkan
ke
provinsi
Penyiapan
DIPA
dari
-‐
Lokasi
dampingan
tidak
Menyelenggarakan
Dirjen
Cipta
Karya
dan
Provinsi
masuk
dalam
alokasi
musyawarah
antara
Direktorat
PKP
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
DIPA
pemangku
kepentingan
-‐
Pelaksanan
kegiatan
terkait
mengenai
dari
dokumen
penyiapan
DIPA
Provinsi
perencaaan
tertunda
Tingkat
Kota/Kabupaten
Perencanaan
kegiatan
-‐
Masyarakat/warga
Pemanfaatan
media
Konsultan
skala
kota
(RP2KP-‐ tidak
mendapatkan
informasi/warga
KP/SIAP)
informasi
yang
jelas
tentang
perencanaan
kegiatan
skala
kota
-‐
Tidak
menemukan
pokok
persoalan
kumuh
tingkat
kota
-‐
Pengurangan
luasan
kawasan
kumuh
tidak
signifikan
Pemberkasan
pencairan
-‐
Belum
siap
Menyelenggarakan
Konsultan
BDI
pemberkasan
musyawarah
antara
pencairan
BDI
pemangku
kepentingan
-‐
Tertundanya
terkait
mengenai
pelaksanaan
kegiatan
penyiapan
pemberkasan
dari
hasil
perencanaan
pencairan
BDI
-‐
Dana
tidak
bisa
dicarikan
ke
rekening
kontraktor/pihak
ketigan
Penerbitan
SK
Satker
-‐
Belum
ada
SK
Mengusulkan
SK
Kementerian
PUPR
PIP
penetapan
Satker
PIP
penetapan
Satker
PIP
-‐
Pemberkasan
BDI
tidak
bisa
dilakukan
-‐
Advokasi
pemeritah
kab/Kota
tidak
bisa
dilakukan
Penyusunan
RP2KP-‐ -‐
Belum
ada
dokumen
Disusun
dokumen
Pemda
Kab/Kota
dan
KP/SIAP
RP2KP-‐KP
RP2KP-‐KP
Konsultan
-‐
DED
tidak
bisa
disusun
-‐
Skenario
penanganan
kumuh
tidak
bisa
disusun
-‐
Kebijkan
untuk
menangani
persoalan
kumuh
tidak
bisa
dibuat
Penyusunan
rencana
-‐
Belum
ada
dokumen
Disusun
dokumen
Pemda
Kab/Kota
dan
detil/teknis
(DED)
rencana
detil/teknis
rencana
detil/teknis
Konsultan
(DED)
(DED)
-‐
Pihak
ketiga
dalam
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Pelaksanaan
kegiatan
tidak
ada
acuan
-‐
Kualitas
kegiatan
tidak
dapat
diukur
Tingkat
Kelurahan/Desa
Penyusunan
-‐
Belum
ada
dokumen
Disusun
dokumen
Konsultan
RPLP/NUAP
RPLP/NUAP
RPLP/NUAP
-‐
Perencanaan
mengenai
penanganan
kumuh
belum
dimuat
dalam
dokumen
perencanaan
pembangunan
kel
Penyusunan
rencana
-‐
Belum
ada
dokumen
Disusun
dokumen
Konsultan
detil/teknis
(DED)
rencana
detil/teknis
rencana
detil/teknis
(DED)
(DED)
-‐
Pelaksanaan
kegiatan
tidak
ada
acuan
-‐
Kualitas
kegiatan
tidak
dapat
diukur
Penyusunan
AB
dan
-‐
Belum
disusunnya
AB
Disusun
AB
dan
rencana
Konsultan
rencana
O
&
P
dan
rencana
O
&
P
O
&
P
-‐
Tidak
diketahui
pihak
yang
bertanggungjawab
untuk
pemeliharaan
hasil
kegiatan
-‐
Tidak
besaran
anggaran
untuk
pemeliharaan
hasil
kegiatan
infrastruktur
Penguatan
kapasitas
-‐
Tidak
ada
penguatan
-‐
Dilakukan
penguatan
Konsultan
kapasitas
kapasitas
-‐
Tidak
mengetahui
posisi
-‐
Pelatihan
dan
peran
dalam
-‐
Coaching
menyusun
perencanaan
-‐
inovasi
untuk
penanganan
kumuh
dari
masing-‐masing
lembaga
tidak
ada
2.3 Tahap
Pelaksanaan
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Tingkat
Nasional
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Memastikan
-‐ Anggaran
tidak
-‐ Menyelenggarakan
Tim
Pengarah
Pokja
keterpaduan
dan
mencukupi
musyawarah
antara
PKP/PPAS
Nasional,
ketersediaan
anggaran
-‐ Ketercukupan
alokasi
pemangku
CCMU,
PMU,
Satker
(DIPA)
tahunan
dari
anggaran
tahun
berjalan;
kepentingan
terkait
Pusat,
Kementerian
seluruh
K/L
terkait
-‐ Kegiatan
yang
sudah
mengenai
keterpaduan
Keuangan
direncanakan
tidak
dan
ketersediaan
terlaksana
tepat
waktu
anggaran
-‐ Penyusunan
rencana
kegiatan
yang
akan
dibiayai
melalui
APBN
tepat
waktu
(N-‐1)
Tingkat
Provinsi
Memastikan
-‐ Dana
penangnan
Kumuh
-‐ Menyelenggarakan
Dirjen
Cipta
Karya
dan
keterpaduan
dan
tidak
tersedia/kurang
di
musyawarah
antara
Direktorat
PKP,
ketersediaan
anggaran
anggaran
(DIPA)
tahunan
pemangku
Gubernur,
Bappeda
(DIPA)
tahunan
dari
Provinsi
kepentingan
terkait
Provinsi,
OPD
PU
dan
Provinsi
-‐ Ketercukupan
alokasi
mengenai
atau
Perkim
anggaran
tahun
berjalan;
keterpaduan
dan
-‐ Kegiatan
yang
sudah
ketersediaan
anggaran
direncanakan
tidak
dari
Provinsi
terlaksana
tepat
waktu.
-‐ Penyusunan
rencana
kegiatan
yang
akan
dibiayai
melalui
APBN
dan
APBD
Provinsi
tepat
waktu
(N-‐1)
Pelaksana
kegiatan
-‐ Belum
siap
dokumen
-‐ Menyelenggarakan
Pemda
Provinsi,
OPD
infrastruktur
skala
lelang
pelaksanaan
musyawarah
antara
PU
dan
atau
Perkim
Kab/Kota
secara
kegiatan
infrastruktur
pemangku
kontraktual
oleh
pihak
skala
Kota
kepentingan
terkait
ketiga
(kontraktor)
-‐ Kegiatan
yang
sudah
mengenai
pengadaan
dengan
pengadaan
direncanakan
tidak
barang
dan
jasa
oleh
barang
dan
jasa
oleh
terlaksana
tepat
waktu;
Satker
Provinsi
Satker
Provinsi
-‐ Konsultan
yang
di
-‐ Memastikan
dokumen
kontrak
tidak
memenuhi
perencanaan
kegiatan
kualifikasi;
selesai
tepat
waktu;
-‐ Masyarakat
tidak
-‐ Penyiapan
kegiatan
mendapatkan
manfaat
lelang
sesuai
program
secara
optimal.
peraturan;
-‐ Memastikan
proses
lelang
berjalan
transparans
dan
akuntabel.
Tingkat
Kota/Kabupaten
Pelaksanaan
Kegiatan
-‐ Masyarakat/warga
tidak
-‐ Pemanfaatan
media
Konsultan
Skala
kota
(RP2KP-‐ mendapatkan
informasi
informasi/warga
KP/SIAP)
yang
jelas
tentang
rencana
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
pembangunan/kegiatan
infrastruktur
di
wilayah
nya
Masyarakat/Warga
tidak
-‐ Pemanfaatan
media
Konsultan
mendapatkan
informasi
informasi
tentang
infrastruktur/sarana
yang
akan
dibangun
di
wilayahnya
Masyarakat/warga
ada
-‐ Menyelenggarakan
Konsultan
yang
merasa
terganggu
musyawarah
antara
lingkungannya/aktivitasnya
Masyarkat/warga
saat
pelaksanaan
kegiatan
dengan
kontraktor
infrastruktur
(ada
dalam
rangka
mobilisasi
tenaga
kerja,
sosialisasi
persiapan
pengangkutan
kegiatan
bahan/material,
alat2
infrastruktur,
berat,
penyempitan
jalan,
termasuk
rencana
dll)
mobilisasi
tenaga
kerja,
pengangkutan
bahan/material,
penyempitan
jalan,
dll
-‐ Kegiatan
tidak
berjalan
-‐ Memastikan
-‐ OPD
PU
dan
atau
sesuai
rencana;
dokumen
Perkim;
-‐ Kegiatan
hanya
fokus
di
perencanaan
kegiatan
-‐ Satker
PKP
Provinsi;
sektor
infrastruktur;
selesai
tepat
waktu;
-‐ Satker
PIP
Kota/Kab;
-‐ Masyarakat
tidak
-‐ Memastikan
kegiatan
-‐ Konsultan
pelaksana;
mendapatkan
manfaat
yang
diusulkan
sesuai
-‐ OC/OSP.
program
secara
optimal.
kebutuhan
penanganan
kumuh;
-‐ Memastikan
aspek
livelihood
dan
keberlanjutan
program
ada
di
dokumen
perencanaan
skala
kota
Pemanfaatan
Dana
-‐ Masyarakat
tidak
-‐ Pemanfaatan
media
-‐ OPD
PU
dan
atau
Investasi
Infrastruktur
mendapatkan
informasi
informasi
Perkim;
Tingkat
Kota
ttg
pemanfaatan
Dana
-‐ Melakukan
-‐ Konsultan
Investasi
Tk.
Kota
pengawasan
pelaksana;
-‐ BDI
tidak
dimanfaatkan
pelaksanaan
kegiatan
-‐ OC/OSP
sesuai
rencana
(baik
infrastruktur
sesuai
rencana
keuangan
prosedur
yang
telah
maupun
rencana
ditetapkan
kegiatan)
-‐ Melakukan
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
-‐ Penyalahgunaan
BDI
pengendalian
pemanfaatan
BDI
-‐ Pelaporan
kegiatan
secara
transparan
dan
akuntabel
Pengelolaan
dan
-‐ Keterbatasan
anggaran
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Tokoh
Pemeliharaan
Hasil
(APBD)
untuk
musyawarah
antara
masyarakat
setempat,
Kegiatan
Tingkat
Kota
pemeliharaan
pemangku
BKM,
KSM,Camat
dan
infrastruktur
terbangun
kepentingan
terkait
Konsultan,
OPD
PU
-‐ Hasil
kegiatan
mengenai
dan
atau
Perkim,
OPD
infrastruktur
tidak
pengelolaan
dan
Kota/Kabupaten
yang
terpelihara;
pemeliharaan
hasil
menangani
aset
-‐ Masyarakat
tidak
kegiatan
daerah
mendapatkan
manfaat
-‐ Pengalihan
hasil
program
secara
optimal.
kegiatan
infrastruktur
menjadi
aset
pemerintah
kota/kabupaten
-‐ Pembentukan
Kelompok
Pemanfaat
dan
Pemelihara
di
tingkat
komunitas.
-‐ Pelaksanaan
kegiatan
pemeliharaan
dan
monitoring
secara
berkala
Pengelolaan
dan
-‐ Infrastruktur
tidak
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Tokoh
Pemeliharaan
Hasil
terpelihara
dengan
baik
musyawarah
antara
masyarakat
setempat,
Kegiatan
Infrastruktur
-‐ Hasil
kegiatan
pemangku
BKM,
KSM,Camat
dan
(PNPM
Mandiri
infrastruktur
melalui
kepentingan
terkait
Konsultan,
OPD
Perkotaan)
BLM
PNPM
Mandiri
mengenai
Kota/Kabupaten
yang
Perkotaan
tidak
pengelolaan
dan
menangani
aset
terpelihara;
pemeliharaan
hasil
daerah
-‐ Masyarakat
tidak
kegiatan
(PNPM
mendapatkan
manfaat
Mandiri
Perkotaan)
program
secara
optimal
-‐ Identifikasi
aset
yang
dihasilkan
PNPM
Mandiri
Perkotaan
(lokasi,
kualitas,
status
kepemilikan);
-‐ Menyusun
mekanisme
pengelolaan
dan
pemeliharaan
hasil-‐
hasil
kegiatan
yang
melalui
tahun
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
pelaksanaan
(kebijakan
pengelolaan
kegiatan
backdate)
Tingkat
Kelurahan/Desa
Pelaksanaan
Kegiatan
Masyarakat/warga
tidak
-‐ Pemasangan
Lurah/Kades,
Tokoh
Infrastruktur
Skala
mendapatkan
informasi
banner/poster
masyarakat
setempat,
Lingkungan/PLPBK
yang
jelas
tentang
rencana
adanya
kegiatan
BKM,
KSM,Camat
dan
Lanjutan
pembangunan/kegiatan
pembangunan
Konsultan
infrastruktur
di
wilayah
infrastruktur
nya
-‐ Hasil
musyawarah
MP2K
disampaikan
ke
masyarakat
dan
ditempel
di
papan
informasi
dengan
mencantumkan
nomor
telpon
/
media
pengaduan
Masyarakat/Warga
tidak
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Tokoh
mendapatkan
informasi
musyawarah
dalam
masyarakat
setempat,
tentang
rangka
sosialisasi
isi
BKM,
KSM,
Konsultan
infrastruktur/sarana
yang
DED
akan
dibangun
di
-‐ Pemasangan
gambar
wilayahnya
rencana
(DED)
dipapan
informasi
Masyarakat/warga
ada
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Tokoh
yang
merasa
terganggu
musyawarah
dalam
masyarakat
setempat,
lingkungannya/aktivitasnya
rangka
sosialisasi
KSM,
Camat,Konsultan
saat
pelaksanaan
kegiatan
persiapan
kegiatan
infrastruktur
(ada
infrastruktur,
mobilisasi
tenaga
kerja,
termasuk
rencana
pengangkutan
mobilisasi
tenaga
bahan/material,
kerja,
pengangkutan
penyempitan
jalan,
dll)
bahan/material,
penyempitan
jalan,
dll
-‐ Hasil
kegiatan
-‐ Identifikasi
aset
yang
§ OPD
infrastruktur
melalui
dihasilkan
PNPM
Kota/Kabupaten
PLPBK
tidak
terpelihara;
Mandiri
Perkotaan
yang
menangani
-‐ Masyarakat
tidak
melalui
kegiatan
aset
daerah;
mendapatkan
manfaat
PLPBK
(lokasi,
§ Lurah;
program
secara
optimal.
kualitas,
status
§ BKM/LKM
di
tingkat
kepemilikan);
kelurahan.
-‐ Melakukan
update
terhadap
Aturan
Bersama
yang
telah
ditetapkan
melalui
PLPBK;
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
-‐ Menyusun
mekanisme
pengelolaan
dan
pemeliharaan
hasil-‐
hasil
kegiatan
yang
melalui
tahun
pelaksanaan
(kebijakan
pengelolaan
kegiatan
backdate);
-‐ Memastikan
aspek
livelihood
dan
keberlanjutan
program
ada
di
dokumen
perencanaan
skala
lingkungan.
Pemberkasan
untuk
Masyarakat
tidak
Menginformasikan
Lurah/Kades,
Camat,
Pencairan
Dana
mendapatkan
informasi
melalui
papan
informasi
BKM,
Konsultan
Investasi
Infrastruktur
mengenai
proses
mengenai
dimulainya
Tingkat
Kelurahan
pemberkasan
untuk
proses
pemberkasan
pencairan
Dana
Investasi
untuk
pencairan
Dana
Tk.
Kelurahan
Investasi
Tk
Kelurahan
Pemanfaatan
Dana
Masyarakat
tidak
Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Camat,
Investasi
Infrastruktur
mendapatkan
informasi
ttg
musyawarah
dalam
Konsultan
Tingkat
Kelurahan
pemanfaatan
Dana
rangka
sosialisasi
Investasi
Tk.
Kelurahan
tentang
pemanfaatan
dana
investasi
TK.Kelurahan
Penyimpangan
Dana
Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Camat,
musyawarah
dalam
Konsultan
rangka
sosialisasi
tentang
konsekuensi
dan
penanganan
masalah
terkait
penyimpangan
dana
Pengelolaan
dan
Infrastruktur
tidak
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
KPP,
Pemeliharaan
Hasil
terpelihara
dengan
baik
musyawarah
dalam
BKM,Tokoh
Kegiatan
Tingkat
rangka
membuat
Masyarakat
Kelurahan
kesepakatan
pemeliharaan
infrastruktur
sebelum
infrastruktur
dibangun
Masyarakat
ada
yang
tidak
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Camat,
setuju/terbebani
dengan
musyawarah
dalam
KPP,
BKM,Konsultan
besaran
iuran
bulanan
rangka
membuat
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
kesepakatan
besaran
iuran
sebelum
infrastruktur
dibangun
Masyarakat/warga
ada
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
Camat,
yang
merasa
terganggu
musyawarah
dalam
KPP,
BKM,
Konsultan
lingkungannya/aktivitasnya
rangka
membuat
saat
dilakukannya
kegiatan
kesepakatan
kegiatan
pemeliharaan
pemeliharaan
sebelum
infrastruktur
dibangun
-‐ Hasil
kegiatan
-‐ Pengalihan
hasil
Lurah,
BKM/LKM,
BPD
infrastruktur
tidak
kegiatan
infrastruktur
(untuk
lokasi
desa)
terpelihara;
menjadi
aset
-‐ Masyarakat
tidak
Desa/Kelurahan
mendapatkan
manfaat
-‐ Pembentukan
program
secara
optimal
Kelompok
Pemanfaat
dan
Pemelihara
di
tingkat
komunitas.
-‐ Pelaksanaan
kegiatan
pemeliharaan
dan
monitoring
secara
berkala;
2.4 Tahap
Keberlanjutan
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Tingkat
Nasional
Penyusunan
kerangka
Butuh
waktu
lama
untuk
Menyelenggarakan
Tim
Pengarah
Pokja
regulasi
menyusun
regulasi
musyawarah
antara
PKP/PPAS
Nasional,
pemangku
kepentingan
CCMU,
PMU,
Satker
untuk
menyusun
regulasi
Pusat
-‐ Keberlanjutan
-‐ Identifikasi
regulasi
Kementerian
terkait
program
tentang
penanganan
(PUPR,
ATR,
Bappenas,
kumuh
yang
telah
Kumham,
Dagri),
terbit
Dinas/OPD
terkait
di
-‐ Jika
dibutuhkan
dapat
tingkat
Provinsi
dan
melakukan
pembaruan
Kota/Kabupaten
regulasi
-‐ Inkonsistensi
rencana
Menyusun
road
map
Kementerian
terkait
pembangunan
jangka
penanganan
kumuh
(PUPR,
ATR,
Bappenas,
menengah
dan
jangka
sesuai
RPJMN
2019-‐2024
Kumham,
Dagri)
panjang
Pengelolaan
database
-‐ Belum
tersedianya
-‐ Menyelenggarakan
Kementerian
terkait
dan
mekanisme
aplikasi/instrumen
musyawarah
antara
(PUPR,
Kominfo),
pemantauan
pemantauan
dan
pemangku
kepentingan
Konsultan
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
pelaksanaan
program
pengendalian
agar
pengelolaan
pelaksanaan
program
database
dan
-‐ Tidak
terkelolanya
mekanisme
database
pemantauan
perencanaan,
pelaksanaan
program
pelaksanaan
dan
berjalan
pemantauan
program
-‐ Identifikasi
kebutuhan
dengan
baik;
database;
-‐ Tidak
terlaksananya
-‐ Membangun
database
kegiatan
pemantauan
pemantauan
berbasis
data
pelaksanaan
program;
-‐ Membangun
mekanisme
pemantauan
pelaksanaan
program.
Tingkat
Provinsi
Penyusunan
kerangka
Butuh
waktu
lama
untuk
Menyelenggarakan
Pemda
Provinsi
regulasi
menyusun
regulasi
musyawarah
antara
pemangku
kepentingan
untuk
menyusun
regulasi
Keberlanjutan
program
Identifikasi
regulasi
-‐ Sekretariat
Daerah
tentang
penanganan
(Sekda)
kumuh
yang
telah
terbit
-‐ Bappeda
Provinsi
-‐ OPD
terkait
Integrasi
pembangunan
Menyusun
road
map
-‐ Bappeda
Provinsi
infrastruktur
antar
penanganan
kumuh
kawasan
dan
antar
sesuai
RPJMN
2019-‐2024
kota/kabupaten
Inkonsistensi
rencana
Menyusun
road
map
-‐ Bappeda
Provinsi
pembangunan
jangka
penanganan
kumuh
menengah
dan
jangka
sesuai
RPJMN
2019-‐2024
panjang
Pengelolaan
database
-‐ Belum
tersedianya
-‐ Menyelenggarakan
Dinas/OPD
terkait
(PU
dan
mekanisme
aplikasi/instrumen
musyawarah
antara
atau
Perkim
dan
Data
pemantauan
pemantauan
dan
pemangku
kepentingan
Informasi),
Bappeda
pelaksanaan
program
pengendalian
agar
pengelolaan
Provinsi,
Konsultan
pelaksanaan
program
database
dan
tingkat
Provinsi
mekanisme
-‐ Tidak
terkelolanya
pemantauan
database
pelaksanaan
program
perencanaan,
dapat
berjalan
pelaksanaan
dan
-‐ Identifikasi
kebutuhan
pemantauan
program
database;
dengan
baik;
-‐ Membangun
database
-‐ Tidak
terlaksananya
pemantauan
kegiatan
pemantauan
pelaksanaan
program;
berbasis
data;
-‐ Membangun
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
-‐ Provinsi
tidak
dapat
mekanisme
menyusun
kebijakan
pemantauan
penanganan
kumuh
pelaksanaan
program.
berbasis
data.
Tingkat
Kota/Kabupaten
Kegiatan
monitoring
Belum
tersedianya
Menyelenggarakan
Konsultan
dilakukan
dengan
system
informasi
dan
musyawarah
antara
memanfaatkan
system
GIS
berbasis
website
pemangku
kepentingan
informasi
dan
GIS
yang
tingkat
Kota/Kabupten
agar
kegiatan
monitoring
berbasis
website
dilakukan
dengan
memanfaatkan
system
informasi
dan
GIS
yang
berbasis
website
dapat
berjalan
Penguatan
-‐ Tidak
ada
BOP
KPP
-‐ Menyelenggarakan
Pokja
PKP/PPAS
Kota/
kelembagaan
untuk
operasional
dan
musyawarah
antara
Kabupaten,
Konsultan
penganggaran
serta
pemeliharaan
pemangku
kepentingan
operasional
dan
-‐ Kelembagaan
yang
agar
kelembagaan
pemeliharaan
telah
terbentuk
tidak
untuk
penganggaran
mendukung
terhadap
serta
operasional
dan
penanganan
kumuh;
pemeliharaan
-‐ Struktur
organisasi
berfungsi
baik
yang
tidak
efektif;
-‐ Penerbitan
regulasi
-‐ Tidak
terwujud
yang
jelas
dan
tegas;
kolaborasi
-‐ Penguatan
kapasitas;
penanganan
kumuh
-‐ Studi
banding
antar
antar
lembaga.
lembaga
Pembangunan
lembaga
-‐ KPP
operasional
dan
-‐ Menyelenggarakan
OPD
PU
atau
Perkim,
pengelola
infrastruktur
pemeliharaan
tidak
musyawarah
antara
Lurah/Kades,
Tokoh
yang
telah
dibangun,
ada
kalau
pun
ada
pemangku
kepentingan
masyarakat
setempat,
misalnya
penilik
tidak
berfungsi
agar
tersedianya
BKM,
KSM,Camat
dan
sampah,
penilik
-‐ Tidak
terpeliharanya
lembaga
pengelola
Konsultan
drainase,
kebakaran,
hasil-‐hasil
kegiatan
infrastruktur
yang
bangunan,
dsb.
penanganan
kumuh
di
telah
dibangun,
tingkat
misalnya
penilik
kota/kabupaten
sampah,
penilik
drainase,
kebakaran,
bangunan,
dsb
-‐ Mengefektifkan
OPD
teknis
yang
bertugas
mengelola
aset-‐aset
program;
-‐ Memfasilitasi
pembentukan
(KPP)
Kelompok
Pemanfaat
dan
Pemelihara
di
tingkat
komunitas
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Tingkat
Kelurahan/Desa
Penguatan
-‐ Tidak
ada
BOP
KPP
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
KPP,
kelembagaan
untuk
operasional
dan
musyawarah
antara
BKM,Tokoh
Masyarakat
penganggaran
serta
pemeliharaan
tingkat
pemangku
operasional
dan
Kelurahan/Desa
kepentingan
agar
pemeliharaan
-‐ Kelurahan/Desa
kelembagaan
untuk
belum
memiliki
penganggaran
serta
lembaga
yang
khusus
operasional
dan
menangani
pemeliharaan
operasional
dan
berfungsi
baik
pemeliharaan;
-‐ Membentuk
(KPP)
-‐ Kelembagaan
yang
Kelompok
Pemanfaat
telah
terbentuk
tidak
dan
Pemelihara;
mendukung
terhadap
-‐ Penerbitan
aturan
penanganan
kumuh;
bersama
yang
jelas
-‐ Struktur
organisasi
dan
tegas;
yang
tidak
efektif;
-‐ Penguatan
kapasitas
-‐ Tidak
terwujud
bagi
KPP;
kolaborasi
-‐ Studi
banding
antar
penanganan
kumuh
lembaga.
antar
lembaga
Pembangunan
lembaga
-‐ KPP
operasional
dan
-‐ Menyelenggarakan
Lurah/Kades,
KPP,
pengelola
infrastruktur
pemeliharaan
tidak
musyawarah
antara
BKM,Tokoh
yang
telah
dibangun,
ada
kalau
pun
ada
pemangku
Masyarakat,
BPD
misalnya
penilik
tidak
berfungsi
tingkat
kepentingan
agar
sampah,
penilik
Kelurahan/Desa
tersedianya
lembaga
drainase,
kebakaran,
-‐ Tidak
terpeliharanya
pengelola
bangunan,
dsb.
hasil-‐hasil
kegiatan
infrastruktur
yang
penanganan
kumuh
di
telah
dibangun,
kelurahan/desa
misalnya
penilik
-‐ Hasil-‐hasil
kegiatan
sampah,
penilik
penanganan
kumuh
di
drainase,
kebakaran,
kelurahan/desa
yang
bangunan,
dsb
telah
terbangun
tidak
-‐ Membentuk
(KPP)
bermanfaat
bagi
Kelompok
Pemanfaat
masyarakat
dan
Pemelihara
yang
memiliki
unit
khusus
(sektor
sampah,
sektor
drainase,
sektor
kebakaran
dll
sesuai
kebutuhan
masing-‐masing
desa/kelurahan);
-‐ Melakukan
penguatan
kapasitas
bagi
KPP;
-‐ Menyusun
Aturan
Penanggung
jawab
Sub-‐tahapan
kegiatan
Potensi
risiko
Tindakan
mitigasi
mitigasi
Bersama
Penguatan
kapasitas
Anggota
LKM/BKM
Dilakukan
penguatan
Konsultan
mayoritas
anggota
baru
kapasitas
belum
mengetahui
tupoksinya
BAB
III
STRATEGI
MENJARING
PENGADUAN
Agar
pengaduan
dapat
berfungsi
sebagai
alat
mitigasi/pencegahan
dan
penanganan
masalah,
maka
para
pelaku
program
harus
menyediakan
media
dan
saluran
pengaduan
yang
mudah
dan
nyaman
untuk
dijangkau
masyarakat
luas,
serta
melakukan
sosialisasi
dan
penguatan
kapasitas
pelaku
dalam
menjaring
pengaduan.
Pada
prinsipnya,
siapa
saja
berhak
menyampaikan
pengaduan
(permintaan
informasi,
penyampaian
saran,
kritik,
keluhan,
laporan,
dan
sejenisnya)
yang
terkait
dengan
penanganan
kumuh.
Dalam
hal
ini,
sumber
pengaduan
tidak
dibatasi
hanya
pada
pihak-‐
pihak
tertentu
saja.
3.1
Media
dan
Saluran
Pengaduan
Seluruh
pelaku
program,
baik
unsur
pemerintah
maupun
konsultan
pendamping,
perlu
menyediakan
dan
mengelola
media
dan
saluran
pengaduan
yang
mudah
dijangkau
masyarakat,
terbuka
untuk
seluruh
program,
kegiatan,
dan
pendanaan
di
lokasi-‐lokasi
KOTAKU,
dekat
dengan
warga
sehingga
cepat
mendapat
tanggapan,
sedapat
mungkin
menjaga
kerahasiaan
pemberi
informasi
(kecuali
yang
bersangkutan
ingin
identitasnya
diketahui),
dan
diketahui
oleh
seluruh
golongan
dalam
masyarakat
di
lokasi
program
(transparan).
Jenis
media
harus
disesuaikan
dengan
konteks
lokal,
memilih
jenis
media
yang
sering
dan
nyaman
dijangkau
oleh
masyarakat
di
lokasi
tersebut.
Berikut:
Tingkat
No
Jenis
Media
Kelurahan/
Kota/
Provinsi
Nasional
Desa
Kabupaten
A.
Saluran
yang
wajib
disediakan
dan
dikelola
langsung
oleh
pelaku
program
KOTAKU
1.
Tatap
langsung
√
√
(pertemuan,
kunjungan
lapangan)
2.
Buku
pengaduan
√
√
3.
Kotak
pengaduan
(atau
PO
BOX)
√
√
√
√
4.
Papan
informasi
√
√
5.
Papan
proyek
kegiatan
infrastruktur
√
√
6.
Telepon
√
√
√
7.
Faksimili
√
√
√
8.
SMS,
Aplikasi
Pesan
lainnya
√
√
√
9.
Surat
√
√
√
√
10.
Email
√
√
√
11.
Pengaduan
online
√
http://kotaku.pu.go.id/complaint
12.
Media
sosial
√
B.
Saluran
yang
tidak
langsung
dikelola
pelaku
program
13.
Media
cetak
(nasional,
lokal)
√
√
√
√
14.
Media
elektronik
nasional
dan
lokal
(televisi,
radio,
jurnal,
berita
online,
√
√
√
√
dll)
15.
Media
sosial
yang
tidak
langsung
√
√
√
√
dikelola
program
Pengaduan
dapat
disalurkan
melalui
cara
langsung
dan
tidak
langsung.
Media-‐media
dalam
tabel
diatas
adalah
saluran
yang
disediakan
untuk
menyampaikan
pengaduan
secara
langsung,
dan
pelaku
relatif
pasif
menerima
informasi,
aspirasi,
laporan
dan
keluhan
melalui
media-‐media
tersebut.
Secara
tidak
langsung,
pengaduan
mengenai
program
juga
seringkali
disampaikan
melalui
media
cetak,
media
online
dan
media
sosial,
yang
tidak
dikelola
oleh
pelaku
program.
Seluruh
informasi
yang
diberitakan
atau
dibahas
dalam
media-‐media
tersebut
harus
didata,
direkam
dan
ditindaklanjuti
sesuai
prosedur
PIM
yang
diatur
dalam
POS
ini.
3.2
Sosialisasi
Pelaku
program
di
setiap
tingkatan
wajib
melakukan
sosialisasi
PIM
di
wilayahnya.
Sosialisasi
dilakukan
kepada
masyarakat
di
lokasi
program,
media,
lembaga
non
pemerintah,
dan
pihak-‐pihak
lain,
baik
secara
langsung
maupun
melalui
media
cetak,
elektronik
dan
sosial.
Di
dalam
setiap
acara
sosialisasi
program,
pelaku
wajib
menyertakan
materi
PIM,
antara
lain:
a) Sebagai
program
kolaborasi,
KOTAKU
tidak
membatasi
pengelolaan
pengaduan
hanya
untuk
kegiatan
yang
berkaitan
dengan
sumber
dana
dan
pelaku
tertentu,
tetapi
seluruh
program,
kegiatan
dan
pendanaan
yang
masuk
di
lokasi
KOTAKU;
b) Mekanisme
PIM
dalam
KOTAKU
berlaku
untuk
semua
kegiatan
(dalam
poin
a),
dan
tujuan
dibangunnya
mekanisme
tersebut
sebagai
alat
pemantauan
dan
pengawasan;
c) Media
dan
saluran
pengaduan
program
yang
telah
disediakan
secara
nasional;
d) Media
dan
saluran
pengaduan
yang
disediakan
pelaku
sesuai
tingkatannya;
e) Ajakan
agar
seluruh
pihak
bersama-‐sama
mengawasi
pelaksanaan
program,
melaporkan
jika
ada
dugaan
penyimpangan,
dan
turut
serta
memberikan
kritik
dan
saran
untuk
perbaikan.
3.3
Pengelolaan
media
dan
saluran
pengaduan
Pengelolaan
media
dan
saluran
pengaduan
dilakukan
oleh
para
pelaku
program
dari
unsur
pemerintah
maupun
konsultan
pendamping.
Lingkup
pengelolaan
meliputi:
1. Menyediakan
media
pengaduan
yang
mudah,
dekat
dan
nyaman
untuk
dijangkau
masyarakat
di
lokasi
program,
termasuk
golongan
miskin,
perempuan,
difabel,
dan
kelompok
marjinal
lainnya;
2. Membuka
saluran
pengaduan
secara
langsung
dan
tidak
langsung
seluas-‐luasnya
kepada
masyarakat,
media
dan
lembaga-‐lembaga
lokal
melalui
sosialisasi
secara
berkesinambungan;
3. Mengembangkan
bahan-‐bahan
sosialisasi;
4. Secara
rutin
memantau
berita-‐berita
tentang
program
kumuh
di
daerahnya
(media
cetak,
media
online,
media
sosial),
untuk
direkam
dan
ditindaklanjuti
sesuai
prosedur;
5. Pada
tahap-‐tahap
yang
kritis
(lihat
pemetaan
risiko
dan
mitigasi),
secara
aktif
melakukan
penjaringan
saran,
kritik,
laporan
dan
keluhan
dari
berbagai
pihak,
terutama
masyarakat
yang
berada
di
lokasi
program.
BAB
IV
PROSEDUR
PENGELOLAAN
INFORMASI
DAN
MASALAH
Bab
ini
berisi
prosedur
yang
perlu
dipahami
pelaku
dalam
menangani
pengaduan
yang
berasal
dari
berbagai
sumber,
media
dan
saluran.
Prosedur
penanganan
meliputi
langkah-‐langkah
yang
harus
dijalankan
oleh
pelaku
program
mulai
sejak
mendapatkan
pengaduan
sampai
dengan
pemantauan
penyelesaian
pengaduan.
Secara
ringkas,
langkah-‐langkah
tersebut
meliputi:
4.1 Identifikasi
Kasus
Aduan
Tahapan
4.1.1 Pendataan
kasus
Sumber
pengaduan,
media
dan
saluran
yang
digunakan
untuk
menyampaikan
pengaduan
(langsung,
tidak
langsung).
4.1.2 Memisahkan
kasus
berdasarkan
jenis
berikut:
• Permintaan
informasi/data
• Penyampaian
aspirasi
(saran,
kritik)
• Penyampaian
masalah
(keluhan
atau
laporan
tentang
ketidakpuasan
atau
indikasi
pelanggaran/penyimpangan)
Waktu
penyelesaian
:
1
hari,
sampai
dengan
perekaman
kasus
dalam
tahapan
aplikasi
PIM
Penanggung
jawab
:
Konsultan
membantu
Pemerintah
melakukan
identifikasi
kasus
dan
melakukan
perekaman
dalam
aplikasi
PIM
Keluaran
:
Pengelompokan
kasus
untuk
menentukan
pihak
yang
berwenang
menanggapi
(kasus
akan
diteruskan
kepada
siapa,
menentukan
waktu
tanggapan
yang
diperlukan,
dan
metode
penyampaian
kembali
tanggapan).
4.2 Identifikasi
Pihak
yang
Berwenang
Menanggapi/Menangani
Tahapan:
4.2.1 Konfirmasi
isi
aduan
§ Pihak
Konsultan
membantu
Pemerintah
melakukan
konfirmasi
kasus
aduan
§ melalui
kunjungan
langsung
atau
telepon
kepada
Konsultan
yang
berada
di
lokasi
aduan;
§ Konfirmasi
dilakukan
terhadap
keberadaan
lokasi
aduan
(alamat
lokasi
benar
atau
tidak),
tahapan
program
yang
sudah
dan
sedang
berlangsung
di
lokasi
tersebut
untuk
menentukan
apakah
kasus
yang
diadukan
sedang
berlangsung
atau
sudah
lewat;
§ Konsultan
melengkapi
informasi
tentang
kasus
aduan
untuk
masuk
dalam
perekaman
di
aplikasi
PIM.
4.2.2 Mengelompokan
kasus
berdasarkan
tema
aduan,
kategori
dan
tingkat
penanganan
kasus
(Kelurahan,
Kab/Kota,
Provinsi,
dan
Nasional)
§ Berdasarkan
kasus
yang
sudah
dikonfirmasi,
konsultan
melakukan
analisis
awal
untuk
mengelompokkan
kasus
ke
dalam
tabel
berikut,
berdasarkan
,
kategori
kasus,
dan
tingkat
kasus;
§ Dalam
analisis
awal
ada
kemungkinan
dalam
satu
kasus
mencakup
beberapa
,
kategori
aduan,
dan
tingkat
kasus.
§ Tingkat
penanganan
yang
dimaksud
adalah
Kelurahan/Desa,
Kabupaten/Kota,
Provinsi,
dan
Nasional.
Pengampu
atau
penanggung
jawab
adalah
Pemerintah.
Konsultan
dan
fasilitator
membantu
Pemerintah
dalam
penanganan
pengaduan.
2. Kategori
Aduan
3. Tingkat
1. Tema
Aduan
Penanganan
Kebijakan
Administrasi
Teknis
Keuangan
Kasus
Data
dan
Informasi
v
v
v
v
Kelurahan/Desa,
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Kelembagaan
v
v
v
v
Kelurahan/Desa,
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Anggaran
v
v
v
Kelurahan/Desa,
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Manajemen
v
v
v
v
Kelurahan/Desa,
Keuangan
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Perencanaan
v
v
v
v
Kelurahan/Desa,
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Pengadaan
Barang
v
v
v
Kelurahan/Desa,
&
Jasa
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Pelaksanaan
v
v
v
v
Kelurahan/Desa,
kegiatan
(SEL)
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Operasi
dan
v
v
v
v
Kelurahan/Desa,
Pemeliharaan
(OP)
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Mekanisme
&
v
v
v
v
Kelurahan/Desa,
Prosedur
Program
Kab/Kota,
Provinsi,
atau
Nasional
Tata
cara
pengelompokan
kasus
dan
isu-‐isu
yang
mungkin
muncul
untuk
melakukan
pengelompokan
dibahas
dalam
Lampiran.
Contoh:
a. Kasus
aduan:
-‐ Bersumber
dari
warga
di
kelurahan
maju
jaya
(kec
xx,
kota
xx);
-‐ Saluran
aduan:
disampaikan
secara
langsung;
-‐ Media
aduan:
kotak
pengaduan
di
Pokja
Kota;
-‐ Isi
aduan:
Pemilihan
BKM
dilakukan
tertutup
oleh
pihak
Kelurahan.
Pengelompokkan
kasus:
-‐ Tema
Aduan:
kelembagaan;
-‐ Kategori:
administrasi,
teknis
(disini
kita
belum
tahu
apakah
kejadian
dilakukan
secara
sengaja
(pelanggaran
administrasi)
atau
kurangnya
pengetahuan
tentang
prosedur
(teknis);
-‐ Tingkat
kasus:
Kelurahan
(walaupun
aduan
disampaikan
di
tingkat
Kota,
tapi
pihak
yang
akan
menangani
berada
di
tingkat
Kelurahan).
4.2.3 Rekomendasi
pihak
yang
berwenang
menanggapi/menangani
kasus
§ Pelaku
dari
unsur
Konsultan
akan
membantu
Pemerintah
untuk
menentukan
rekomendasi
kepada
siapa
kasus
akan
diteruskan
untuk
ditanggapi
atau
ditangani;
§ Rekomendasi
dilakukan
berdasarkan
jenis
kasus
(permintaan
informasi/data,
penyampaian
saran/kritik,
penyampaian
laporan/keluhan
yang
bersifat
masalah)
Jenis
Aduan
Tema
Aduan
Kategori
Aduan
Rujukan
Penanganan
Permintaan
informasi/
-‐ Data
dan
Informasi
Kebijakan
Pemerintah
data
-‐ Kelembagaan
Administrasi
sesuai
tingkat
-‐ Anggaran
Keuangan
kasus
-‐ Perencanaan
-‐ Pengadaan
Barang
&
Jasa
-‐ Mekanisme
&
Prosedur
Program
-‐ Data
dan
Informasi
Teknis
Konsultan
sesuai
-‐ Manajemen
Keuangan
tingkat
kasus
-‐ Pelaksanaan
Kegiatan
(SEL)
-‐ Operasi
&
Pemeliharaan
-‐ Mekanisme
&
Prosedur
Program
Saran/kritik
-‐ Data
dan
Informasi
Kebijakan
Pemerintah
-‐ Kelembagaan
Keuangan
sesuai
tingkatan
Jenis
Aduan
Tema
Aduan
Kategori
Aduan
Rujukan
Penanganan
-‐ Anggaran
-‐ Perencanaan
-‐ Pengadaan
Barang
&
Jasa
-‐ Pelaksanaan
Kegiatan
(SEL)
-‐ Mekanisme
&
Prosedur
Program
-‐ Data
dan
Informasi
Teknis
Konsultan
sesuai
-‐ Manajemen
Keuangan
Keuangan
tingkat
kasus
-‐ Pelaksanaan
Kegiatan
(SEL)
-‐ Operasi
&
Pemeliharaan
Laporan/keluhan
yang
-‐ Data
dan
Informasi
Kebijakan
Pemerintah
bersifat
masalah
-‐ Kelembagaan
sesuai
tingkatan
-‐ Anggaran
-‐ Manajemen
Keuangan
-‐ Perencanaan
-‐ Pengadaan
Barang
&
Jasa
-‐ Pelaksanaan
Kegiatan
(SEL)
-‐ Operasi
&
Pemeliharaan
-‐ Mekanisme
&
Prosedur
Program
-‐ Kelembagaan
Administrasi
• Pemerintah
-‐ Manajemen
Keuangan
sesuai
-‐ Perencanaan
tingkatan
-‐ Pelaksanaan
Kegiatan
• Konsultan
(SEL)
sesuai
tingkat
-‐ Operasi
&
Pemeliharaan
kasus
-‐ Mekanisme
&
Prosedur
Program
-‐ Data
dan
Informasi
Teknis
Konsultan
sesuai
-‐ Kelembagaan
tingkat
kasus
-‐ Manajemen
Keuangan
-‐ Perencanaan
-‐ Pelaksanaan
Kegiatan
(SEL)
-‐ Operasi
&
Pemeliharaan
-‐ Mekanisme
&
Prosedur
Program
-‐ Manajemen
Keuangan
Keuangan
• Pemerintah
-‐ Pelaksanaan
Kegiatan
sesuai
(SEL)
tingkatan
-‐ Operasi
&
Pemeliharaan
• Konsultan
sesuai
tingkat
Jenis
Aduan
Tema
Aduan
Kategori
Aduan
Rujukan
Penanganan
kasus
Waktu
penyelesaian
:
Maksimal
2
hari,
sampai
dengan
perekaman
kasus
tahapan
dalam
aplikasi
PIM
Penanggung
jawab
:
Konsultan
membantu
Pemerintah
melakukan
identifikasi
kasus
dan
melakukan
perekaman
dalam
aplikasi
PIM,
serta
menentukan
rekomendasi
pihak
yang
berwenang
menanggapi/menangani
kasus
Keluaran
:
Pengelompokan
kasus
untuk
menentukan
pihak
yang
berwenang
menanggapi
(kasus
akan
diteruskan
kepada
siapa,
menentukan
waktu
tanggapan
yang
diperlukan,
dan
metode
penyampaian
kembali
tanggapan)
4.3 Prosedur
Penanganan
Kasus
Sesuai
rujukan
penanganan
yang
direkomendasikan
dari
tahapan
4.2,
para
pelaku
yang
ditunjuk
untuk
menangani
dan
menyelesaikan
kasus
melakukan
prosedur
penanganan
berdasarkan
jenis
aduan,
seperti
dijelaskan
berikut
ini.
4.3.1 Kasus
yang
bersifat
permintaan
informasi/data
Alur
Aduan
yang
bersifat
permintaan
informasi/data
Pelapor
Informasi/Data
1
Konfirmasi/
Klarifikasi
2
2
Informasi
Data
• Melalui
email
atau
Tujuan
pemanfaatan
3
3
telepon
(jika
Perekaman
Dalam
data
(penelitian,
identitas
pelapor
proyek,
kegiatan
diketahui);
Aplikasi
PIM
tertentu,
dll)
• kunjungan
langsung
ke
lokasi
kasus
(jika
identitas
pelapor
3a
tidak
diketahui)
7
Menyusun
4
Tanggapan
Menyusun
Kasus
Selesai
Melalui
SIM
di
Tanggapan
website
KOTAKU
6
3b
Ya
Teknis
Kebijakan,
Tidak
Administrasi
dan
Keuangan
5
5
Tahapan:
4.3.1.1 Konfirmasi/Klarifikasi
permintaan
informasi/data
Pelapor
yang
meminta
informasi/data
biasanya
memberikan
identitasnya
karena
berharap
mendapatkan
jawaban.
Jika
identitas
pelapor
tidak
diberikan,
maka
tanggapan
terhadap
pertanyaan
dapat
diberikan
melalui
media
yang
disediakan
di
lokasi
kasus,
dan
melalui
website
KOTAKU.
• Konsultan
membantu
Pemerintah
melakukan
konfirmasi/klarifikasi
terhadap
pelapor
mengenai
rincian
informasi
atau
data
yang
dibutuhkan.
Khusus
untuk
permintaan
data,
klarifikasi
mencakup
tujuan
pemanfaatan
data
(penelitian,
proyek,
kegiatan
tertentu,
dll).
• Konfirmasi/Klarifikasi
dapat
dilakukan
melalui
email
atau
telepon
(jika
identitas
pelapor
diketahui)
atau
kunjungan
langsung
ke
lokasi
kasus
(jika
identitas
pelapor
tidak
diketahui).
• Konsultan
membantu
melakukan
identifikasi
pihak
yang
berwenang
menanggapi
pertanyaan,
dan
melakukan
koordinasi
dengan
pihak
terkait
untuk
menyiapkan
tanggapan
4.3.1.2 Menyusun
tanggapan
• Konsultan
menanggapi
langsung
pertanyaan
yang
bersifat
teknis
sesuai
kapasitas
dan
wewenangnya.
• Data
yang
sudah
tersedia
melalui
SIM
di
website
KOTAKU
dapat
langsung
diberikan
tautannya,
agar
membiasakan
publik
untuk
memanfaatkan
data
SIM.
Permintaan
terhadap
data
yang
bersifat
kebijakan,
anggaran
dan
keuangan
perlu
mendapatkan
persetujuan
dari
Pemerintah
sesuai
kewenangannya.
• Konsultan
berkoordinasi
dengan
Pemerintah
untuk
menyusun
tanggapan
yang
termasuk
dalam
kategori
kebijakan,
administrasi
dan
keuangan.
Pemerintah
berkoordinasi
dengan
K/L
atau
dinas-‐
dinas
terkait
untuk
menanggapi
pertanyaan
dan
data
yang
bersifat
khusus.
4.3.1.3 Penyampaian
tanggapan
• Permintaan
informasi
dan
data
yang
bersifat
individu
disampaikan
kembali
kepada
pelapor
melalui
alamat
yang
diberikan
pelapor.
• Permintaan
informasi
yang
bersifat
umum
disampaikan
kembali
kepada
pelapor
(jika
memberikan
identitas)
dan
kepada
Pemerintah
dan
masyarakat
di
lokasi
kasus,
dengan
tembusan
pada
Pemerintah
di
tingkat
atasnya.
4.3.1.4 Status
Kasus
Selesai
• Kasus
dinyatakan
selesai
jika
tanggapan
telah
diterima
oleh
pelapor,
dan
tidak
ada
pertanyaan
lebih
lanjut
dari
pelapor,
dianggap
informasi/data
yang
diberikan
sudah
mencukupi.
• Pelapor
yang
memberikan
identitasnya
dapat
diminta
pendapatnya
tentang
kepuasan
terhadap
tanggapan.
Kepuasan
ini
direkam
dalam
aplikasi
PIM
4.3.1.5 Perekaman
dalam
aplikasi
PIM
• Uraian
kasus
dan
seluruh
proses
penanganan
direkam
ke
dalam
aplikasi
PIM.
• Persetujuan
kasus
selesai
diberikan
oleh
Pemerintah
atau
konsultan
di
tingkat
atasnya.
• Konsultan
dapat
membantu
Pemerintah
melakukan
persetujuan
kasus
selesai
dalam
aplikasi
PIM
setelah
mendapatkan
pernyataan
dari
Pemerintah
yang
bersangkutan.
Waktu
penyelesaian
:
• Maksimal
3
hari
untuk
kategori
kasus
administrasi
tahapan
dan
teknis
• Maksimal
5
hari
untuk
kategori
kasus
kebijakan
dan
keuangan
Penanggung
jawab
:
• Pemerintah
dan
konsultan
melakukan
tanggapan
sesuai
kewenangan
dan
kapasitasnya
• Konsultan
dapat
membantu
Pemerintah
dalam
menyusun
tanggapan
untuk
disampaikan
kepada
pelapor
• Persetujuan
terhadap
status
kasus
selesai
diberikan
oleh
Pemerintah
atau
konsultan
sesuai
kewenangan
dan
kapasitasnya
• Konsultan
melakukan
perekaman
kasus
dan
proses
penanganan
ke
dalam
aplikasi
PIM
Keluaran
:
• Tanggapan
disampaikan
kepada
pelapor
dan/atau
publik.
• Informasi
yang
bersifat
publik
disampaikan
di
dalam
website
KOTAKU
sebagai
pembelajaran
• Perekaman
kasus
dalam
aplikasi
PIM
4.3.2
Kasus
yang
bersifat
saran/kritik
terhadap
program
Tahapan:
4.3.2.1 Konfirmasi/Klarifikasi
permintaan
saran/kritik
yang
diberikan
• Klarifikasi
dapat
dilakukan
melalui
email
atau
telepon
(jika
identitas
pelapor
diketahui)
atau
kunjungan
langsung
ke
lokasi
kasus
(jika
identitas
pelapor
tidak
diketahui).
• Konsultan
membantu
Pemerintah
melakukan
konfirmasi/klarifikasi
terhadap
pelapor
mengenai
saran/kritik
yang
diberikan.
Kritik/saran
umumnya
ditujukan
untuk
perbaikan
atau
penyempurnaan
program,
sehingga
perlu
dilakukan
klarifikasi
terhadap
konteks
persoalan
yang
ingin
diselesaikan/diperbaiki
oleh
pelapor,
termasuk
tahapan,
kegiatan
dan
kualitas
pelaksanaan.
• Konsultan
membantu
melakukan
identifikasi
pihak
yang
berwenang
menanggapi
pertanyaan,
dan
melakukan
koordinasi
dengan
pihak
terkait
untuk
menyiapkan
tanggapan.
4.3.2.2 Menyusun
tanggapan
• Sesuai
kewenangan
dan
kapasitasnya
(K/L,
dinas
atau
unit
teknis
terkait)
di
dalam
unsur
Pemerintah
dan
konsultan
melakukan
analisis
terhadap
saran/kritik
yang
diberikan
dengan
mempelajari
persoalan
di
balik
munculnya
saran/kritik
tersebut.
• Hasil
analisis
persoalan
dan
saran/kritik
dibahas
bersama
antara
Pemerintah
dan
konsultan.
Jika
diperlukan,
Pemerintah
dan
konsultan
dapat
berkonsultasi
dengan
pihak
di
tingkat
atasnya
(untuk
persoalan
yang
bersifat
kebijakan
dan
regional),
atau
tingkat
bawahnya
(jika
persoalan
bersifat
kontekstual).
• Tanggapan
terhadap
saran/kritik
dapat
dibahas
dengan
pelapor
atau
pihak-‐pihak
lain
untuk
mendapatkan
analisis
dan
rekomendasi
yang
lebih
tajam
dan
tepat
• Konsultan
membantu
Pemerintah
menyusun
tanggapan
terhadap
saran/kritik,
berdasarkan
hasil
analisis
dan
konsultasi,
untuk
disampaikan
kembali
4.3.2.3 Penyampaian
tanggapan
• Tanggapan
disampaikan
kepada
pelapor
dan/atau
publik,
lengkap
dengan
analisis
dan
tindak
lanjut
yang
akan
dilakukan
Pemerintah
atau
konsultan
terkait
persoalan
yang
dikritik.
• Konsultan
menyusun
laporan
singkat
mengenai
persoalan,
analisis
dan
tindak
lanjut
yang
akan
dilakukan,
untuk
dipublikasi
di
dalam
website
KOTAKU
sebagai
informasi
dan
pembelajaran
Alur
Aduan
yang
bersifat
Saran/Kritik
terhadap
Program
Pelapor
Saran/Kritik
1
Konfirmasi/
Klarifikasi
• Melalui
email
atau
telepon
(jika
identitas
pelapor
diketahui);
2
• kunjungan
langsung
ke
lokasi
kasus
(jika
identitas
pelapor
tidak
diketahui)
3
Menyusun 4
• Pelapor
yang
memberikan
identitasnya
dapat
diminta
pendapatnya
tentang
kepuasan
terhadap
tanggapan.
Kepuasan
ini
direkam
dalam
aplikasi
PIM.
4.3.2.5 Perekaman
dalam
aplikasi
PIM
• Uraian
kasus
dan
seluruh
proses
penanganan
direkam
ke
dalam
aplikasi
PIM.
• Persetujuan
kasus
selesai
diberikan
oleh
Pemerintah
atau
konsultan
di
tingkat
atasnya.
• Konsultan
dapat
membantu
Pemerintah
melakukan
persetujuan
kasus
selesai
dalam
aplikasi
PIM
setelah
mendapatkan
pernyataan
dari
Pemerintah
yang
bersangkutan
Waktu
penyelesaian
:
• Maksimal
3
hari
untuk
kategori
kasus
administrasi
tahapan
dan
teknis
• Maksimal
7
hari
untuk
kategori
kasus
kebijakan
dan
keuangan
Penanggung
jawab
:
• Pemerintah
dan
konsultan
melakukan
tanggapan
sesuai
kewenangan
dan
kapasitasnya
• Konsultan
dapat
membantu
Pemerintah
dalam
menyusun
tanggapan
untuk
disampaikan
kepada
pelapor
• Persetujuan
terhadap
status
kasus
selesai
diberikan
oleh
Pemerintah
atau
konsultan
sesuai
kewenangan
dan
kapasitasnya
• Konsultan
melakukan
perekaman
kasus
dan
proses
penanganan
ke
dalam
aplikasi
PIM
Keluaran
:
• Tanggapan
disampaikan
kepada
pelapor
dan/atau
publik.
• Tulisan
singkat
mengenai
persoalan,
analisis
dan
tindak
lanjut
yang
akan
dilakukan,
dan
dipubliksikan
di
dalam
website
KOTAKU
sebagai
informasi
dan
pembelajaran
• Perekaman
kasus
dalam
aplikasi
PIM
4.3.3
Kasus
yang
bersifat
masalah
Alur
Aduan
yang
bersifat
Masalah
Pelapor
Masalah
1
Klarifikasi
• Lokasi
kasus
(kelurahan/desa,
kecamatan,
kota,
provinsi)
• Rincian
masalah
untuk
menentukan
bidang,
kategori
dan
tingkat
penanganan
kasus.
Setelah
klarifikasi
dimungkinkan
adanya
perubahan
bidang,
kategori
dan
tingkat
penanganan
dari
yang
diindikasikan
pada
tahap
awal.
• Pihak-‐pihak
yang
diindikasikan
sebagai
sumber
masalah
• Harapan
penanganan
2
3
Investigasi
• Pemerintah
dan/atau
konsultan
membentuk
tim
investasi
untuk
melakukan
penelusuran
kasus
di
lapangan
Perekaman
Dalam
• Lakukan
investigasi
Aplikasi
PIM
• Menyusun
laporan
investigasi
untuk
dibahas
bersama
antara
pemerintah
(dengan
K/L
atau
dinas
terkait)
dan
konsultan
10
4
Kasus
Selesai
Melakukan
analisis
hasil
8b
invetigasi
dan
tindak
penyelesaian
8a
Ya
5
Tidak
Penyampaian
proses
dan
hasil
penyelesaian
• Kasus
dinyatakan
selesai
jika
tanggapan
pelanggar
kasus
sudah
menjalani
sanksi
yang
disepakati
atau
ditetapkan;
• Penanganan
Masalah
harus
mengutamakan
Hasil
investigasi
dan
tindakan
yang
diambil
pendekatan
non
litigasi/ADR
(musyawarah
mufakat),
berkaitan
dengan
kasus-‐kasus
yang
bersifat
adapun
pendekatan
litigasi
(masuk
ranah
hukum)
masalah
harus
dipublikasikan
secara
langkah
terakhir
yang
dapat
digunakan
jika
terbuka
kepada
publik,
minimal
masyarakat
pendekatan
non
litigasi
tidak
menyelesaikan
masalah;
yang
berada
di
lokasi
kasus
• Untuk
kasus
yang
masuk
ke
ranah
hukum
(Kepolisian
atau
Kejaksaan),
status
kasus
dapat
dinyatakan
selesai
dalam
aplikasi
PIM,
tetapi
pemerintah
dibantu
konsultan
tetap
memantau
perkembangan
7
kasus
dan
melaporkan
secara
berkala
kepada
masyarakat
yang
dirugikan;
• Pihak
yang
dirugikan
dapat
dimintai
pendapat
tentang
kepuasan
dalam
proses
dan
hasil
penyelesaian
kasus.
Kepuasan
ini
direkam
dalam
aplikasi
PIM.
Tahapan:
4.3.3.1 Klarifikasi
masalah
a. Sesuai
kewenangan
dan
kapasitasnya,
konsultan
membantu
Pemerintah
melakukan
klarifikasi
terhadap
masalah
yang
dilaporkan.
Klarifikasi
mencakup:
• Lokasi
kasus
(Kelurahan/Desa,
Kecamatan,
Kota,
Provinsi)
• Rincian
masalah
untuk
menentukan
tema
aduan,
kategori
dan
tingkat
penanganan
kasus.
Setelah
klarifikasi
dimungkinkan
adanya
perubahan
tema
aduan,
kategori
dan
tingkat
penanganan
dari
yang
diindikasikan
pada
tahap
awal.
• Pihak-‐pihak
yang
diindikasikan
sebagai
sumber
masalah
• Harapan
penanganan
b. Metode
klarifikasi:
• Pemerintah
dan
konsultan
di
tingkat
Kota/Kabupaten
dan
Kelurahan/Desa
melakukan
kunjungan
lapangan
dan
pertemuan
dengan
warga
• Jika
pengaduan
masuk
melalui
media
di
tingkat
Provinsi
atau
Nasional,
Pemerintah/Konsultan
berkoordinasi
dengan
Pemerintah/Konsultan
di
tingkat
Kota
untuk
melakukan
klarifikasi
masalah
c. Pemerintah
dan
konsultan
membantu
melakukan
identifikasi
pihak
yang
berwenang
menanggapi
pertanyaan,
dan
melakukan
koordinasi
dengan
pihak
terkait
untuk
merencanakan
tindakan
penanganan.
Kategori
kasus
Rujukan
penanganan
Kebijakan
• Pemerintah
berkoordinasi
dengan
K/L
atau
dinas
terkait
(sesuai
tingkatannya)
untuk
membahas
masalah
• Menentukan
rujukan:
kasus
dapat
diselesaikan
langsung
di
tingkat
lokal,
atau
membutuhkan
konsultasi
dengan
Pemerintah
di
tingkat
yang
lebih
tinggi
Administrasi
• Pemerintah
dan
konsultan
melakukan
pembahasan
masalah
Keuangan
dengan
K/L
atau
dinas
terkait
• Menentukan
rujukan:
kasus
dapat
diselesaikan
langsung
di
tingkat
lokal,
atau
membutuhkan
konsultasi
dengan
Pemerintah
di
tingkat
yang
lebih
tinggi
• Jika
kasus
akan
diselesaikan
di
tingkat
lokal,
Pemerintah
dan
konsultan
membentuk
tim
investigasi
dan
strategi
penanganan
Teknis
• Konsultan
membahas
kasus
dengan
Pemerintah
terkait
• Menentukan
rujukan:
kasus
dapat
diselesaikan
langsung
di
tingkat
lokal,
atau
membutuhkan
konsultasi
dengan
pihak
di
Kategori
kasus
Rujukan
penanganan
tingkat
yang
lebih
tinggi
• Jika
kasus
akan
diselesaikan
di
tingkat
lokal,
konsultan
membentuk
tim
investigasi
dan
strategi
penanganan
4.3.3.2 Melakukan
investigasi
a. Sesuai
rekomendasi
yang
disepakati
pada
poin
4.3.3.1,
Pemerintah
dan/atau
konsultan
membentuk
tim
investigasi
untuk
melakukan
penelusuran
kasus
di
lapangan
b. Investigasi
dilakukan
dengan
cara-‐cara
berikut:
• Melakukan
pertemuan
dengan
pihak-‐pihak
yang
berada
di
sisi
pelapor
untuk
mendapatkan
informasi
rinci
mengenai
kasus
yang
diadukan
• Melakukan
pertemuan
dengan
pihak-‐pihak
yang
dilaporkan
untuk
menggali
pendapat
mereka
tentang
kasus
yang
diadukan,
sekaligus
klarifikasi
terhadap
kasus
• Melakukan
uji
silang
informasi
melalui
pertemuan
dengan
masyarakat
atau
pihak
lainnya
untuk
mendapatkan
obyektivitas
kasus
• Mengumpulkan
bukti
dokumen,
hasil
wawancara
investigasi,
foto,
berita
acara,
bukti
keuangan
(jika
menyangkut
masalah
keuangan),
dan
bukti
lain
yang
mendukung
c. Menyusun
laporan
investigasi
untuk
dibahas
bersama
antara
Pemerintah
(dengan
K/L
atau
dinas
terkait)
dan
konsultan
4.3.3.3 Melakukan
analisis
hasil
investigasi
dan
tindak
penyelesaian
a. Pemerintah
dan
konsultan
membahas
laporan
investigasi
dan
menentukan
kategori
masalah
ke
dalam
kategori
berikut:
• Ketidaksesuaian/pelanggaran
kebijakan,
aturan,
mekanisme,
prosedur
• Pelanggaran
administrasi
• Pelanggaran
kode
etik
• Kualitas
pekerjaan
• Penyalahgunaan
kekuasaan
yang
merugikan
masyarakat
• Penyimpangan/penyalahgunaan
dana
b. Sesuai
kategori
yang
disepakati,
Pemerintah
dan
konsultan
menentukan
tindakan
yang
akan
diambil
untuk
menyelesaikan
persoalan.
Jika
persoalan
tidak
dapat
ditangani
di
tingkat
lokal,
Pemerintah
dan/atau
konsultan
wajib
berkonsultasi
dengan
pihak
di
tingkat
atasnya
untuk
mendapatkan
masukan.
c. Menentukan
tindak
penanganan
atau
sanksi
berdasarkan
kategori
masalah:
Kategori
masalah
Tindak
Penanganan/Sanksi
Ketidaksesuaian/pelanggaran
• Pemerintah
dan/atau
konsultan
memberikan
kebijakan,
aturan,
mekanisme,
sosialisasi
dan
penjelasan
mengenai
kebijakan,
aturan,
prosedur
mekanisme,
dan
prosedur
yang
dilanggar
• Pihak
yang
melanggar
diminta
melakukan
tindakan
perbaikan
dalam
waktu
yang
disepakati
(tergantung
berat
ringannya
kasus).
• Jika
pelanggaran
berkaitan
dengan
pelaksanaan
program,
maka
kegiatan
di
lokasi
yang
bersangkutan
dihentikan
untuk
sementara,
sampai
kasus
dianggap
selesai.
Proses
perbaikan
dipantau
oleh
tim
konsultan
di
lokasi
yang
bersangkutan,
dan
dilaporkan
secara
berkala
kepada
Pemerintah
yang
berwenang
• Jika
ditemukan
kasus
serupa
di
lokasi
lain
dalam
kewenangan
yang
sama
(kota,
provinsi),
maka
seluruh
kota
atau
provinsi
tersebut
mendapatkan
sanksi
kolektif
• Kegiatan
di
lokasi-‐lokasi
yang
mendapat
sanksi
dapat
dilanjutkan
setelah
ada
persetujuan
dari
pihak
Pemerintah
di
tingkat
atasnya
Pelanggaran
administrasi
• Pemerintah
dan/atau
konsultan
memberikan
sosialisasi
dan
penjelasan
mengenai
kebijakan,
aturan,
mekanisme,
dan
prosedur
yang
dilanggar
• Pelanggar
(dapat
individu,
kelompok,
atau
seluruh
lokasi)
mendapatkan
sanksi
administratif.
• Jika
pelanggaran
administratif
berkaitan
dengan
pelaksanaan
program,
maka
kegiatan
di
lokasi
yang
bersangkutan
dihentikan
untuk
sementara,
sampai
kasus
dianggap
selesai.
Proses
perbaikan
dipantau
oleh
tim
konsultan
di
lokasi
yang
bersangkutan,
dan
dilaporkan
secara
berkala
kepada
Pemerintah
yang
berwenang
• Jika
ditemukan
kasus
serupa
di
lokasi
lain
dalam
kewenangan
yang
sama
(kota,
provinsi),
maka
seluruh
kota
atau
provinsi
tersebut
mendapatkan
sanksi
kolektif
• Kegiatan
di
lokasi-‐lokasi
yang
mendapat
sanksi
dapat
dilanjutkan
setelah
ada
persetujuan
dari
pihak
Pemerintah
di
tingkat
atasnya
Pelanggaran
kode
etik
• Sanksi
administratif
yang
derajatnya
ditentukan
oleh
Pemerintah
yang
berwenang
• Untuk
kasus
yang
berat,
pihak
yang
bersangkutan
dapat
diberhentikan
atau
dilarang
terlibat
di
dalam
program
• Pelanggaran
kode
etik
yang
mengarah
pada
tindakan
kriminal
akan
diajukan
ke
ranah
hukum
Kualitas
pekerjaan
(terutama
• Pemerintah
dan/atau
konsultan
memberikan
dalam
bidang
infrastruktur)
pemahaman
mengenai
kesalahan
yang
dilakukan
dan
kerugian
yang
ditimbulkan
Kategori
masalah
Tindak
Penanganan/Sanksi
• Pihak
pelanggar
diminta
melakukan
perbaikan
atau
pekerjaan
ulang
sesuai
spesifikasi
yang
dijanjikan
dalam
surat
perintah
kerja.
Aturan
ini
berlaku
untuk
konsultan,
kontraktor
dan
KSM
yang
melaksanakan
swakelola
Penyalahgunaan
kekuasaan
yang
• Pemerintah
dan/atau
konsultan
memberikan
merugikan
masyarakat
pemahaman
mengenai
kesalahan
yang
dilakukan
dan
kerugian
yang
ditimbulkan
• Pemerintah
dan/atau
konsultan
memfasilitasi
pihak
yang
melanggar
dengan
masyarakat
untuk
mencapai
kesepakatan
tindak
lanjut
• Sanksi
terhadap
pelanggar
ditentukan
berdasarkan
kesepakatan
dengan
masyarakat
yang
dirugikan.
• Jika
kesepakatan
tidak
dicapai,
masyarakat
dapat
mengajukan
kasus
ke
ranah
hukum.
Penyimpangan/
penyalahgunaan
• Pemerintah
dan/atau
konsultan
memberikan
dana
pemahaman
mengenai
kesalahan
yang
dilakukan
dan
kerugian
yang
ditimbulkan
• Pemerintah
dan/atau
konsultan
memfasilitasi
penyelesaian
kepada
pihak
yang
melanggar.
Penyelesaian
antara
lain
dalam
bentuk:
o Mengganti
100%
dana
yang
disalahgunakan.
Uang
disetorkan
ke
rekening
sumber
yang
disalahgunakan
(misalnya:
rekening
BKM,
KPPN,
dll).
Penggantian
dapat
dilakukan
secara
langsung
atau
bertahap
sesuai
kesepakatan.
Jika
pengembalian
dilakukan
bertahap,
pelanggar
harus
menandatangani
surat
kesepakatan
mengenai
jadwal
dan
jumlah
cicilan
(dalam
surat
bermaterai
dan
disaksikan
oleh
Pemerintah
dan
konsultan
yang
memfasilitasi).
o Mengganti
100%
uang
dengan
kegiatan
senilai
uang
yang
disalahgunakan.
Kesepakatan
harus
dilengkapi
berita
acara
dan
surat
kesepakatan
bermaterai
o Pelanggar
dapat
menyerahkan
jaminan
barang
berharga
yang
dimiliki
sebagai
pengganti
dana
yang
disalahgunakan.
• Jika
dalam
fasilitasi
tidak
dicapai
kesepakatan
dengan
pihak
yang
dirugikan,
kasus
dapat
diteruskan
ke
ranah
hukum.
4.3.3.4 Monitoring
penyelesaian
kasus
a. Kasus-‐kasus
yang
bersifat
masalah
membutuhkan
proses
yang
cukup
panjang
sampai
dapat
dinyatakan
kasus
selesai,
terutama
kasus
keuangan
dan
kasus
yang
diindikasikan
akan
mengarah
ke
ranah
hukum.
b. Pemerintah
dan
konsultan
bersama-‐sama
melakukan
pendampingan
penyelesaian
kasus,
dan
menyusun
laporan
perkembangan
kasus
secara
berkala.
4.3.3.5 Penyampaian
proses
dan
hasil
penyelesaian
kasus
a. Hasil
investigasi
dan
tindakan
yang
diambil
berkaitan
dengan
kasus-‐
kasus
yang
bersifat
masalah
harus
dipublikasikan
secara
terbuka
kepada
publik,
minimal
masyarakat
yang
berada
di
lokasi
kasus.
b. Konsultan
menyusun
laporan
singkat
mengenai
proses
dan
hasil
penyelesaian
kasus
untuk
dipublikasi
di
dalam
website
KOTAKU
sebagai
informasi
dan
pembelajaran.
4.3.3.6 Status
Kasus
Selesai
a. Kasus
dinyatakan
selesai
jika
tanggapan
pelanggar
sudah
menjalani
sanksi
yang
disepakati
atau
ditetapkan.
b. Untuk
kasus
yang
masuk
ke
ranah
hukum,
status
kasus
dapat
dinyatakan
selesai
dalam
aplikasi
PIM,
tetapi
Pemerintah
dibantu
konsultan
tetap
memantau
perkembangan
kasus
dan
melaporkan
secara
berkala
kepada
masyarakat
yang
dirugikan.
c. Pihak
yang
dirugikan
dapat
dimintai
pendapat
tentang
kepuasan
dalam
proses
dan
hasil
penyelesaian
kasus.
Kepuasan
ini
direkam
dalam
aplikasi
PIM.
4.3.3.7 Perekaman
dalam
aplikasi
PIM
• Uraian
kasus
dan
seluruh
proses
penanganan
direkam
ke
dalam
aplikasi
PIM.
• Persetujuan
kasus
selesai
diberikan
oleh
Pemerintah
atau
konsultan
di
tingkat
atasnya.
• Konsultan
dapat
membantu
Pemerintah
melakukan
persetujuan
kasus
selesai
dalam
aplikasi
PIM
setelah
mendapatkan
pernyataan
dari
Pemerintah
yang
bersangkutan.
Waktu
penyelesaian
:
• Maksimal
7
hari
sampai
tahap
investigasi
selesai
tahapan
• Maksimal
14
hari
sampai
tahap
analisis
hasil
invetigasi
dan
tindak
penyelesaian
• Maksimal
30
hari
sampai
tahap
kasus
dinyatakan
selesai
• Apabila
menyangkut
kasus
penyimpangan
dana/penyalahgunaan
dana,
dan
pengembalian
dana
disepakati
secara
bertahap,
jangka
waktu
pengembalian
dana
tidak
melebihi
masa
kerja
konsultan
pendamping
setempat
• Laporan
perkembangan
kasus
dilaporakan
secara
berkala
ke
dalam
SIM
PIM
Penanggung
jawab
:
• Pemerintah
dan
konsultan
melakukan
tanggapan
sesuai
kewenangan
dan
kapasitasnya
• Konsultan
dapat
membantu
Pemerintah
dalam
menyusun
tanggapan
untuk
disampaikan
kepada
pelapor
• Persetujuan
terhadap
status
kasus
selesai
diberikan
oleh
Pemerintah
atau
konsultan
sesuai
kewenangan
dan
kapasitasnya
• Konsultan
melakukan
perekaman
kasus
dan
proses
penanganan
ke
dalam
aplikasi
PIM
Keluaran
:
• Tanggapan
disampaikan
kepada
pelapor
dan/atau
publik.
• Tulisan
singkat
mengenai
persoalan,
analisis
dan
tindak
lanjut
yang
akan
dilakukan,
dan
dipubliksikan
di
dalam
website
KOTAKU
sebagai
informasi
dan
pembelajaran
• Perekaman
kasus
dalam
aplikasi
PIM
4.4 Keadaan
Memaksa
(Force
Majeur)
Dalam
setiap
kasus
akan
ditemui
keadaan
memaksa
yang
tidak
dapat
dihindari
dan
berada
di
luar
kontrol
pelaku
program.
Untuk
setiap
kondisi
tersebut,
perlu
disepakati
tindakan
yang
akan
dilakukan
oleh
program.
Kategori
keadaan
memaksa
antara
lain:
1. Bencana
alam
atau
konflik,
yang
menyebabkan
rusak
atau
hilangnya
aset
kegiatan
yang
telah
dilakukan
oleh
program,
atau
menyebabkan
masyarakat
yang
tinggal
di
lokasi
tidak
dapat
lagi
melakukan
kegiatan
sehari-‐hari
seperti
keadaan
sebelumnya.
2. Pihak
yang
dikenai
sanksi
meninggalkan
lokasi
dan
setelah
dilakukan
pencarian
untuk
jangka
waktu
yang
disepakati
dengan
Pemerintah
terkait,
tidak
dapat
diketahui
keberadaannya.
Dalam
hal
ini,
harus
dilakukan
pelaporan
ke
pihak
kepolisian,
sehingga
masuk
ke
dalam
Daftar
Pencarian
Orang
(DPO),
selanjutnya
Pemerintah
terkait
dibantu
oleh
konsultan
melakukan
proses
pembahasan
ulang
tindak
lanjut
yang
harus
diambil.
Kesepakatan
tindak
lanjut
harus
disepakati
dengan
masyarakat
yang
dirugikan
dan
dituangkan
dalam
berita
acara
dan
surat
kesepakatan
bermaterai.
Kesepakatan
tersebut
harus
direkam
dalam
aplikasi
PIM
dan
dipublikasikan
secara
terbuka
dalam
website
KOTAKU.
3. Masalah
masuk
ranah
hukum
dan
prosesnya
berada
di
luar
kontrol
Pemerintah
dan
konsultan
yang
berwenang.
Masalah
masuk
ranah
hukum
dianggap
selesai
apabila
minimal
sudah
ada
surat
laporan
ke
pihak
kepolisian,
dan
dana
yang
tidak
bisa
kembali
setelah
laporan
ke
pihak
kepolisian
dicatatkan
ke
dalam
aplikasi
SIM
PIM.
Pemerintah
dibantu
konsultan
melakukan
pemantauan
terhadap
jalannya
proses
hukum
dan
melaporkan
secara
berkala
di
dalam
website
KOTAKU.
4.5 Pemantauan
Penyelesaian
Kasus
Pemerintah
dan
konsultan
bersama-‐sama
melakukan
pemantauan
penyelesaian
kasus
dan
memastikan
seluruh
proses
terekam
dalam
aplikasi
PIM.
Laporan
pemantauan
disusun
secara
rutin
setiap
bulan,
dan
dibahas
dalam
pertemuan
Pokja
PKP/PPAS.
Pertemuan
wajib
menyepakati
tindak
lanjut
percepatan
penyelesaian,
dan
menginformasikan
hasilnya
ke
Pokja
di
tingka
atasnya.
KMW
dan
KMP
menyusun
rekapitulasi
kasus
setiap
bulan,
dan
menginformasikan
rekapitulasi
tersebut
di
dalam
website
KOTAKU.
BAB
V
PERAN
DAN
TANGGUNG
JAWAB
PELAKU
Tata
peran
dan
tanggung
jawab
pelaku
dan
pendamping
dapat
dilihat
dalam
matrik
berikut:
Tabel
1.
Peran
dan
Tanggung
Jawab
Pelaku
dan
Pendamping
NO
PELAKU
TANGGUNGJAWAB
Unsur
Pemerintah:
1
Pemerintah
Pusat
1. Pokja
PKP/PPAS
Nasional
(Pokja
PKP/PPAS
§ Memberikan
rekomendasi
penanganan
pengaduan
Nasional).
Pelaksanan
di
tingkat
Nasional;
harian
oleh
Central
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
Collaboration
yang
terkait
substansi
isi
pengaduan
Management
Unit
(bersama
dengan
CCMU,
PMU,
Satker
Pusat
dan
(CCMU)
KMP).
Project
Management
2.
PMU
Unit
(PMU),
yaitu
§ Memberikan
rekomendasi
penanganan
pengaduan
Direktorat
PKP,
Ditjen
di
tingkat
Kementerian
PUPR;
Cipta
Karya,
Kementerian
PUPR
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
yang
terkait
substansi
isi
pengaduan
(bersama
dengan
Satker
Pusat
dan
KMP);
§ Memberikan
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
ke
KMP
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait;
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
Nasional
atas
pencapaian
target
dan
tujuan
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
2
Pemerintah
Provinsi
§ Memberikan
rekomendasi
penanganan
pengaduan
(Pokja
PKP/PPAS
di
tingkat
Provinsi;
Provinsi)
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
yang
terkait
substansi
isi
pengaduan
(bersama
dengan
Pemda
Provnsi,
Satker
Provinsi,
dan
OC/OSP);
§ Memberikan
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
ke
OC/OSP
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait;
NO
PELAKU
TANGGUNGJAWAB
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
Provinsi
atas
pencapaian
target
dan
tujuan
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
3
Pemerintah
§ Memberikan
rekomendasi
penanganan
pengaduan
Kabupaten/Kota
di
tingkat
Kabupaten/Kota;
(Pokja
PKP/PPAS
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
Kab/Kota)
yang
terkait
substansi
isi
pengaduan
(bersama
dengan
Pemda
Kab/Koat,
Satker
Kab/Kota,
dan
Korkot);
§ Memberikan
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
ke
Korkot/Askot
Mandiri
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait;
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
Kabupaten/Kota
atas
pencapaian
target
dan
tujuan
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
4
Pemerintah
Kecamatan
§ Memberikan
rekomendasi
penanganan
pengaduan
(Aparat
Kecamatan)
di
tingkat
Kecamatan;
§ Berkoordinasi
dengan
Pokja
PKP/PPAS
Kota/Kabupatendan
perangkat
desa/lurah
terkait
dengan
pelayanan
informasi
dan
penyelesaian
pengaduan
yang
ada
di
wilayah
kerjanya,
untuk
selanjutanya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait
dan
dicatatkan
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM)
oleh
personel
yang
ditunjuk
oleh
Camat;
§ Memberikan
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
ke
Senior
Fasilitator/Tim
Faskel
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait;
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
kecamatan
atas
pencapaian
target
dan
tujuan
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
5
Pemerintah
§ Memberikan
rekomendasi
penanganan
pengaduan
Desa/Kelurahan
di
tingkat
Kelurahan/Desa;
NO
PELAKU
TANGGUNGJAWAB
(Aparat
desa/kelurahan)
§ Berkoordinasi
dengan
tim
Korkot,
termasuk
Tim
Fasilitator
dan
BKM
terkait
dengan
pelayanan
informasi
dan
penyelesaian
pengaduan
yang
ada
di
wilayah
kerjanya;
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
kel/desa
atas
pencapaian
target
dan
tujuan
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
Unsur
Konsultan/Pendamping:
1
Konsultan
Pusat
Membantu
Pemerintah
dalam:
(Tim
Advisory;
KMP
dan
§ Menyampaikan
permohonan
permintaan
KME,
dan
tim
konsultan
rekomendasi
penanganan
aduan
ke
Pokja
PKP/PPAS
CCMU)
Nasional
terhadap
Pengaduan
yang
membutuhkan
penangananan
di
tingkat
Nasional;
§ Mencatat
setiap
pengaduan
yang
masuk,
termasuk
dari
Pokja
PKP/PPAS
Nasional
atau
pihak
terkait
lainnya
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM);
§ Menerima
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
yang
masuk,
termasuk
dari
Pokja
PKP/PPAS
Nasional
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait
pengaduan
dan
dicatatkan
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM)
oleh
Tim
PIM;
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
Nasional
atas
pencapaian
target
dan
tujuan
sesuai
dengan
KPI
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
terkait,
mengenai
substansi
isi
aduan
dan
alternatif
penanganannya.
2
Konsultan
Provinsi
Membantu
Pemerintah
Provinsi
dalam:
(KMW
dan
KMT)
§ Menyampaikan
permohonan
permintaan
rekomendasi
penanganan
aduan
ke
Pokja
PKP/PPAS
Provinsi
terhadap
Pengaduan
yang
membutuhkan
penangananan
di
tingkat
Provinsi;
NO
PELAKU
TANGGUNGJAWAB
§ Mencatat
setiap
pengaduan
yang
masuk,
termasuk
dari
Pokja
PKP/PPAS
Provinsi
atau
pihak
terkait
lainnya
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM);
§ Menerima
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
yang
masuk,
termasuk
dari
Pokja
PKP/PPAS
Provinsi
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait
pengaduan
dan
dicatatkan
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM)
oleh
Tim
PIM;
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
Provinsi
atas
pencapaian
target
dan
tujuan
sesuai
dengan
KPI
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
terkait,
mengenai
substansi
isi
aduan
dan
alternatif
penanganannya.
3
Pendamping
program
Membantu
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam:
Kab/Kota
§ Menyiapkan
daftar
pengaduan
yang
perlu
dan
akan
(Koordinator
Kota)
disampaikan
ke
Pokja
PKP/PPAS
Kabupaten/Kota
atau
Pemda
Kab/Kota
§ Menyampaikan
permohonan
permintaan
rekomendasi
penanganan
aduan
ke
Pokja
PKP/PPAS
Kabupaten/Kota
terhadap
Pengaduan
yang
membutuhkan
penangananan
di
tingkat
Provinsi;
§ Mencatat
setiap
pengaduan
yang
masuk,
termasuk
dari
Pokja
PKP/PPAS
Kabupaten/Kota
atau
pihak
terkait
lainnya
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM);
§ Menerima
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
yang
masuk,
termasuk
dari
Pokja
PKP/PPAS
Kabupaten/Kota
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait
pengaduan
dan
dicatatkan
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM)
oleh
Tim
PIM;
§ Melakukan
pengendalian
pengelolaan
informasi
&
masalah
serta
tanggap
aduan
tingkat
Kabupaten/Kota,
serta
secara
berkala
menyusun
NO
PELAKU
TANGGUNGJAWAB
strategi
untuk
penanganan
dan
penyelesaian
yang
lebih
tepat
dan
cepat;
§ Melakukan
koordinasi
dan
memberikan
saran/masukan
kepada
tim
Fasilitator
dalam
penanganan
informasi
&
masalah
serta
penyelesaian
aduan;
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
Kabupaten/Kota
atas
pencapaian
target
dan
tujuan
sesuai
dengan
KPI
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
terkait,
mengenai
substansi
isi
aduan
dan
alternatif
penanganannya.
4
Pendamping
program
Membantu
aparat
Pemerintah
di
tingkat
kel/desa
Kelurahan/Desa
dalam:
(Fasilitator)
§ Menyiapkan
daftar
pengaduan
yang
perlu
dan
akan
disampaikan
ke
Korkot
atau
Camat
atau
Lurah/Kepala
Desa;
§ Mencatat
setiap
pengaduan
yang
masuk,
termasuk
dari
Kelurahan/Desa
atau
pihak
terkait
lainnya
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM);
§ Menerima
umpan
balik
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait
pengaduan
dan
dicatatkan
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM)/Log
Book;
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
askot-‐
askot
terkait
substansi
isi
aduan;
§ Melakukan
pengendalian
pengelolaan
informasi
dan
masalah
serta
tanggap
aduan
tingkat
Kelurahan/Desa;
§ Melakukan
fasilitasi
kepada
BKM/LKM
dan
masyarakat
dalam
penanganan
informasi
&
masalah
serta
penyelesaian
aduan;
§ Melakukan
pengendalian
dan
evaluasi
tingkat
kecamatan
dan
kel/desa
atas
pencapaian
target
dan
NO
PELAKU
TANGGUNGJAWAB
tujuan
sesuai
dengan
KPI
program
secara
berkala,
salah
satunya
melalui
instrumen
PIM.
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
terkait,
mengenai
substansi
isi
aduan
dan
alternatif
penanganannya.
Unsur
Masyarakat:
1
BKM/LKM
§ Melakukan
diskusi
dan
koordinasi
dengan
pihak
yang
terkait
substansi
isi
pengaduan
(bersama
dengan
Masyarakat,
Tim
Fasilitator
dan
Tim
Korkot);
§ Mencatat
setiap
pengaduan
yang
masuk
dari
Kelurahan/Desa
atau
pihak
terkait
lainnya
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM);
§ Memberikan
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
ke
pihak
terkait
untuk
selanjutnya
disosialisasikan
ke
pihak
yang
terkait
pengaduan
dan
dicatatkan
ke
dalam
sistem
(aplikasi
SIM
PIM)/buku
pengaduan
oleh
personel
sekretariat
BKM/LKM;
§ Melakukan
sosialisasi
berupa
penyampaian
umpan
balik
hasil
penyelesaian
pengaduan
pada
papan
informasi
di
5
(lima)
titik.
BAB
VI
PEMANFAATAN
HASIL
PIM
UNTUK
PEMANTAUAN
DAN
EVALUASI
PROGRAM
Sebagai
bagian
dari
metode
pemantauan
program,
perlu
dilakukan
analisis
secara
berkala
terhadap
proses
dan
hasil
PIM.
1. Analisis
proses
dan
hasil
penyelesaian
pengaduan
masuk
ke
dalam
materi
uji
petik
triwulanan
yang
dilakukan
oleh
konsultan
bersama
Pokja
terkait.
Hasilnya
akan
menjadi
bahan
pembahasan
dalam
rapat
Pokja
bersama
konsultan.
2. OC/OSP/KMW
dan
KMP
menyusun
laporan
rekapitulasi
kasus
setiap
bulan,
dan
dilaporkan
di
dalam
website
KOTAKU.
Berdasarkan
kedua
sumber
laporan
PIM
tersebut,
Pemerintah
dan
Konsultan
di
tingkat
Nasional
dan
Provinsi
dapat
melakukan
pemetaan
masalah:
1. Tema
Aduan
dan
kategori
kasus
yang
secara
berulang
terjadi
dan/atau
ditemukan
di
banyak
lokasi.
a. KMW
dan
KMP
membantu
pemerintah
melakukan
updating
tabel
risiko
dan
mitigasi,
serta
merekomendasikan
tindak
lanjut
yang
harus
diambil
secara
sistem,
dapat
berupa
perubahan
kebijakan
atau
aturan
pelaksanaan
program,
serta
pengembangan
kapasitas
yang
lebih
sistematis.
b. Jika
ada
wilayah-‐wilayah
tertentu
yang
mengalami
masalah
hampir
sama
di
setiap
tahapan
program,
maka
perlu
dilakukan
tindakan
pemantauan
dan
pendampingan
yang
lebih
intensif
terhadap
wilayah-‐wilayah
tersebut.
2. Skema-‐skema
penyelesaian
kasus/aduan
• Memetakan
kesamaan
kasus
dan
skema-‐skema
penyelesaian
yang
dilakukan
masing-‐masing
daerah,
serta
keberhasilan
dan
kegagalan
yang
menyertainya
• Melakukan
analisis
yang
lebih
mendalam
mengenai
sebab
akibat
dan
konteks
yang
menyertai
keberhasilan
dan
kegagalan.
Analisis
ini
akan
memberikan
pembelajaran
mengenai
fleksibilitas
dan
alternatif
penyelesaian
yang
dipertimbangkan
jika
kasus
yang
sama
muncul
di
daerah-‐daerah
lain.
3. Publikasi
pembelajaran
dari
kasus/aduan
yang
berhasil
dan
tidak
berhasil
• Menyusun
tema-‐tema
kasus
dan
alternatif
penyelesaian
berdasarkan
kasus
yang
berhasil
dan
kurang
berhasil.
Hasilnya
dipublikasikan
secara
terbuka
di
dalam
website
KOTAKU
• Masuk
sebagai
bahan
peningkatan
kapasitas
(sosialisasi,
pelatihan,
coaching
clinic,
KBIK,
dan
lain-‐lain).
LAMPIRAN-‐LAMPIRAN
LAMPIRAN
1
1. Informasi
adalah
pertanyaan
dan/atau
permintaan
data
atau
hal
sejenisnya
yang
membutuhkan
jawaban
atau
klarifikasi
dari
pelaku
atau
pengelola
program.
2. Aspirasi
adalah
kritik,
penilaian,
tanggapan,
masukan
atau
hal
sejenisnya
yang
disampaikan
oleh
semua
pihak
dengan
tujuan
dan
harapan
untuk
perbaikan
atau
penyempurnaan
program.
3. Masalah
adalah
laporan,
keluhan,
atau
ketidakpuasan
yang
diterima
maupun
ditemukan
secara
langsung
maupun
tidak
langsung,
yang
berkaitan
dengan
ketidaksesuaian
atau
penyimpangan
dalam
penyelenggaraan
program
sehingga
berpotensi
menghambat
keberhasilan
program.
4. Pengelolaan
informasi
dan
masalah
adalah
tata
cara
yang
perlu
dilakukan
pelaku
program
dalam
menanggapi
informasi,
aspirasi
dan
laporan
dari
masyarakat,
sesuai
dengan
mekanisme
dan
prosedur
yang
diatur
dalam
POS
ini.
5. Penanganan
masalah
adalah
langkah-‐langkah
yang
harus
dilakukan
oleh
pelaku
program
untuk
menanggapi
dan
menyelesaikan
masalah
sampai
masalah
dinyatakan
selesai
sesuai
prosedur
yang
diatur
dalam
POS
ini.
6. Perekaman
informasi
dan
masalah
adalah
suatu
proses
merekam/mendokumentasikan
informasi
aspirasi
dan
masalah
ke
dalam
aplikasi
PIM
untuk
kepentingan
pemantauan
program.
7. Konfirmasi
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
pelaku
program
untuk
mendapatkan
penegasan
mengenai
lokasi
tempat
kejadian
masalah
dilaporkan
atau
ditemukan,
sebelum
memutuskan
langkah
selanjutnya
sesuai
prosedur
yang
diatur
dalam
POS
ini.
8. Klarifikasi
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
pelaku
program
untuk
memperjelas
masalah
yang
dilaporkan
atau
ditemukan,
sebelum
memutuskan
langkah
selanjutnya
sesuai
prosedur
yang
diatur
dalam
POS
ini.
9. Kategori
Kebijakan
adalah
mencakup
seluruh
kebijakan
yang
dikeluarkan
oleh
pihak
yang
memiliki
kewenangan
(Pemerintah,
Pemerintah
Daerah
dan
Konsultan)
yang
berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan
dan
keberlanjutan
program/kegiatan
pencegahan
dan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh
di
wilayah
yang
menjadi
kewenanganya.
10. Kategori
Administrasi
adalah
mencakup
kegiatan
penyusunan,
pengisian
dan
pendokumentasian
administrasi
yang
harus
dibuat
sesuai
dengan
ketentuan
yang
berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan
dan
keberlanjutan
program/kegiatan
pencegahan
dan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh.
11. Kategori
Keuangan
adalah
mencakup
kegiatan
perencanaan,
pengalokasian,
pencairan,
pemanfaatan
dan
pengendalian
keuangan
sesuai
ketentuan
yang
berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan
dan
keberlanjutan
program/kegiatan
pencegahan
dan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh.
12. Kategori
Teknis
adalah
mencakup
mekanisme
dan
prosedur
pelaksanaan
dan
output
kegiatan
baik
kegiatan
infrastruktur,
Sosial
dan
ekonomi
serta
pengelolaan
SDM
sesuai
ketentuan
yang
berkaitan
dengan
kegiatan
pencegahan
dan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh.
13. Pelanggaran
Administrasi
adalah
kegiatan
yang
terkait
dengan
administrasi
pencairan
dan
penggunaan
anggaran/dana,
administrasi
rapat/pertemuan,
administrasi
pelaksanaan
kegiatan,
gaji/BOP
dan
sebagainya
yang
tidak
sesuai
dengan
ketentuan/pedoman.
14. Pelanggaran
Kode
Etik
adalah
pelanggaran
kode
etik
konsultan/fasilitator;
BKM/LKM
dan
pelaku
lainnya.
15. Ketidaksesuaian/Pelanggaran
Kebijakan,
Aturan,
Mekanisme-‐Prosedur
adalah
Pelaksanaan
kegiatan
yang
bertentangan/melanggar
peraturan,
pedoman
dan
mekanisme-‐prosedur.
16. Penyimpangan
Standar
&
Kualitas
Pekerjaan
Infrastruktur
adalah
meliputi:
-‐
Hasil
pembangunan
infrastruktur
berkualitas
rendah;
-‐
Hasil
pembangunan
infrastruktur
Tidak
sesuai
dengan
standar
teknis
dan
ketentuan
dalam
dokumen
kontrak;
-‐
Pelaksanaan
infrastruktur
tidak
sesuai
dengan
DED;
-‐
Infrastruktur
terbangun
tidak
berfungsi
(tidak
dimanfaatkan)
-‐
Design
tidak
sesuai
dengan
kebutuhan
pengguna
(misalnya
penyandang
disabilitas).
18.
Penyalahgunaan
Kekuasaan/Wewenang
adalah
pemaksaan
sesuatu
kegiatan
yang
tidak
sesuai
dengan
peraturan,
pedoman
dan
mekanisme-‐prosedur
oleh
pihak
tertentu
karena
kekuasaaan
atau
kewenangan
yang
dimilikinya.
19.
Penyimpangan/Penyalahgunaan
Dana
adalah
perbuatan
atau
tindakan
penggunaan
dana
yang
tidak
sesuai
dengan
peruntukannya
termasuk
antara
lain
penggunaan
dana
tidak
sesuai
dengan
dokumen
perencanaan
(RAB).
20.
Force
Majeure
adalah
keadaan
yang
terjadi
di
luar
kemampuan
manusia
sehingga
kerugian
tidak
dapat
dihindari
yang
berakibat
pada
tidak
tercapainya
tujuan
program
seperti
banjir,
gempa
bumi,
huru-‐hara,
meninggal
dunia,
dan
sebagainya.
21.
Data
dan
Informasi,
data
adalah
bahan
yang
akan
diolah/diproses
berupa
angka-‐angka,
huruf-‐huruf,
symbol-‐simbol,
kata-‐kata
yang
akan
menunjukkan
situasi
dan
lain
lain
yang
berdiri
sendiri.
Sedangkan
informasi
adalah
hasil
proses
atau
hasil
pengolahan
data
meliputi:
Hasil
gabungan,
hasil
analisa,
hasil
penyimpulan,
dan
hasil
pengolahan
system
informasi
komputerisasi.
22.
Kelembagaan,
adalah
sebagai
tempat
atau
wadah
bagi
orang-‐orang
untuk
berkumpul,
bekerja
sama
secara
rasional
dan
sistematis,
terencana,
terpimpin
dan
terkendali,
dalam
memanfaatkan
sumber
daya
(uang,
material,
mesin,
metode,
lingkungan),
sarana-‐parasarana,
data,
dan
lain
sebagainya
yang
digunakan
secara
efisien
dan
efektif
untuk
mencapai
tujuan
program.
23. Anggaran,
adalah
sejumlah
uang
yang
dihabiskan
dalam
periode
tertentu
untuk
melaksanakan
suatu
program.
24. Manajemen
Keuangan,
adalah
segala
aktivitas
yang
berhubungan
dengan
perolehan,
pendanaan
serta
pengelolaan
aktiva
dengan
tujuan
menyeluruh.
25. Perencanaan
adalah
sebuah
ketentuan
untuk
mempermudah
agar
tercapainya
sebuah
tujuan,
membuat
strategi
untuk
mencapai
tujuan
itu,
dan
mengembangkan
rencana
aktivitas
kerja
program.
26. Pengadaan
Barang
dan
Jasa
adalah
kegiatan
pengadaan
barang
dan
jasa
oleh
Kementerian
/Lembaga/Perangkat
Daerah
yang
dibiayai
oleh
APBN/APBD
yang
prosesnya
dimulai
dari
identifikasi
kebutuhan,
pelaksanaan
kontrak,
sampai
dengan
serah
terima
hasil
pekerjaan.
27. Pelaksanaan
kegiatan
(SEL),
adalah
perbuatan
melaksanakan
aktivitas
serta
segala
sesuatu
yang
merupakan
penunjang
utama
terselenggaranya
suatu
proses.
28. Operasi
dan
Pemeliharaan
(OP),
adalah
Operasional
dan
pemeliharaan
terhadap
kegiatan
infrastruktur
yang
telah
dibangun
akan
dilaksanakan
secara
menerus.
29. Mekanisme
dan
Prosedur
Program,
adalah
aturan
terkait
dengan
perencanaan,
pelaksanaan,
serah
terima
dan
pemeliharaan.
LAMPIRAN
2
SISTEMATIKA
PEREKAMAN
ADUAN
APLIKASI
PIM
KOTAKU
Kategori
Kategori
Masalah
(5)
No.
Aduan
(Jika
Jenis
Aduan
di
pilih
adalah
Masalah)
(1,2,3,4)
1.
Pelanggaran
administrasi
1,2
2.
Pelanggaran
kode
etik
1,2
3.
Ketidaksesuaian/pelanggaran
kebijakan,
aturan,
mekanisme,
prosedur
1,4
4.
Penyimpangan
standar
&
kualitas
pekerjaan
infratstruktur
4
5.
Penyalahgunaan
kekuasaan/wewenang
1,2
6.
Penyalahgunaan
Dana
2,3
7.
Force
majeure
1,4
Jenis
Aduan
(3)
No.
Tema
Aduan
(6)
(1,2,3)
1.
Data
dan
Informasi
1
2.
Kelembagaan
2,3
3.
Anggaran
2,3
4.
Manajemen
Keuangan
2,3
5.
Perencanaan
2,3
6.
Pengadaan
Barang
dan
Jasa
2,3
7.
Pelaksanaan
Kegiatan
(SEL)
2,3
8.
Operasi
dan
Pemeliharaan
(OP)
2,3
9.
Mekanisem
&
Prosedur
Program
2,3
10.
Pengelolaan
lingkungan
dan
sosial
(Safeguard)
2,3