Anda di halaman 1dari 3

Penyebab kejang dilihat dari bidang neurologi, kardiologi, obstetrik ginekologi, psikiatri

1. Neurogi

Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi, dengan
gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron
otak secara berlebihan dan paroksimal. Etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial, tetapi
sekitar 60 % dari kasus epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti atau yang
lebih sering kita sebut sebagai kelainan idiopatik.Terdapat dua kategori kejang epilepsi
yaitu kejang fokal dan kejang umum. Secara garis besar, etiologi epilepsi dibagi menjadi
dua, yaitu :

2. Kardiologi

a. Aritmia
Aritrmia Atrium dan ventrikel dapat menyebabkan gejala neurologis sementara dengan
mengganggu perfusi serebral, tetapi aritmia ventrikel jarang menyebabkan kejang.
Dengan tidak adanya bukti infark, bagaimanapun, sinkop kejang yang diinduksi aritmia
sulit dibedakan secara klinis dari kejang. Dalam Studi Stroke Kopenhagen, 4,2% pasien
mengalami kejang dalam waktu 2 minggu setelah stroke emboli. Kejang dini dikaitkan
dengan keparahan stroke yang lebih buruk saat presentasi tetapi memprediksi hasil klinis
yang lebih baik, menunjukkan bahwa mungkin merupakan karakteristik stroke dengan
penumbra iskemik yang dapat dibalik.

b. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional sekarang meliputi sindroma klinis dari hipertensi onset baru pada
kehamilan trimester terakhir. Istilah eklamsia adalah berkembangnya kejang, Sindroma
Aorta Akut sebagai konsekuensi dari hipertensi gestasional akut (pra-eklamsia).
Hipertensi gestasional lebih sering pada primigravida dan pada situasi dimana ada
perbedaan ras antara orang tua. Variabel predisoposisi antar lain, usia ibu yang lebih tua,
ras hitam, kehamilan multipel, penyakit ginjal dan adanya hipertensi sebelumnya.

c. Ensefalopati hipertensif
Yaitu keadaan darurat medis akut yang ditandai dengan gejaa seperti sakit kepala, mudah
teriritasi, gangguan kesadaran, kejang dan koma. Efek neurologis difus akut dari
hipertensi maligna dapat dikembalikan dengan penurunan tekanan darah yang cepat.

3. Obstetri & Ginekologi

Preeklampsia, adalah suatu kondisi dalam kehamilan yang ditandai dengan adanya
hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan dan banyaknya dalam tubuh.
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma, eklampsia selalu didahului dengan preeklampsia.
Timbulnya kejang pada perempuan dengan preeklampsia yang tidak disebabkan oleh
penyakit lain disebut eklampsia.Tekanan darah meningkat pada preeklampsia
menimbulkan menimbulkan gangguan sirkulasi darah ke otak dan menyebabkan
perdarahan atau edema jaringan otak atatu terjadi kekurangan oksigen (hipoksia otak).
Menifestasi klinis dari gangguan sirkulasi, hipoksia atau perdarahan otak menimbulkan
gejala gangguan saraf diantaranya gejala objektif yaitu kejang (hiperrefleksia) dan koma.
Kemungkinan penyakit yang dapat menimbulkan gejala yang sama adalah epilepsi dan
gangguan otak karena infeksi, tumor otak, dan perdarahan karena trauma.

4. Psikiatri

a. Bangkitan psikogenik non epilepsi (PNES)


Bangkitan psikogenik non epilepsy atau lebih sering disebut Psycogenic nonepileptic
seizure (PNES) merupakan gangguan kesadaran, gerakan atau perilaku paroksismal
mirip dengan bangkitan epilepsi, namun tidak disebabkan oleh gangguan
neurobiologis seperti epilepsi serta tidak disertai perubahan gelombang listrik pada
perekaman elektroensefalografi (EEG). Faktor tersering yang berkaitan dengan PNES
antara lain: kekerasan fisik dan penelantaran, kekerasan seksual, cedera kepala
traumatik, kehilangan orang yang sangat disayangi, tekanan disekolah atau ditempat
kerja, komorbiditas medis, gangguan kepribadian seperti narkistik atau histrionik, ciri
kepribadian tidak stabil, gangguan psikiatri seperti kecemasan, depresi, dan bipolar.

b. Malingering
Malingering yaitu keadaan dimana pasien berpura-pura untuk menunjukkan gejala
seperti sakit untuk mendapatkan suatu keuntungan. Tidak ada kelainan pada fisik
maupun mental pasien yang menyebabkan munculnya “gejala”. Malingering biasanya
digunakan oleh pasien untuk mendapatkan suatu keuntungan, misalnya pada
seseorang yang berpura-pura sakit
Daftar Pustaka

1. Setiaji, A., Sareharto, T. P., & Setyawati, A. N. (2014). PENGARUH PENYULUHAN


TENTANG PENYAKIT EPILEPSI ANAK TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT
UMUM(Doctoral dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro University) 2018.
2. Morley J, Marinchak R, Rials SJ, Kowey P. Atrial fibrillation, anticoagulation, and
stroke. Am J Cardiol 1996;77:38A–44A. Reith J, Jorgensen HS, Nakayama H, et al.
Seizures in acute stroke: predictors and prognostic significance. The Copenhagen
Stroke Study. Stroke 1997;28:1585-1589.
3. Rampengan, Starry H. "Kegawatdaruratan Jantung." (2015).
4. Handayani, Erna, and Anita Rahmawati. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD WATES KABUPATEN KULONPROGO
TAHUN 2019. Diss. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 2019.
5. Asadi-Pooya AA. Psychogenic Nonepileptic Seizures. Epilepsy. 2015;3(3)
Resnick, Phillip J., Sara G. West, and Chelsea N. Wooley. "The malingering of
posttraumatic disorders." (2018).

Anda mungkin juga menyukai