Anda di halaman 1dari 12

kelompok 4

KUMPULAN CERITA RAKYAT PROVINSI


SUMATERA UTARA
Mari kita kenali,cintai dan lindungi budaya indonesia
KATA PENGANTAR

Pesan tentang moral, tentang pentingnya berbuat baik,


pentingnya berbakti kepada kedua orang tua,melestarikan
lingkungan.mengabdi kepada bangsa dan Negara.Pentingnya
menghargai pendapat orang lain. Akan lebih mudah disampaikan
melalui cerita, ada banyak cerita,dongeng,fabel,mitos,epos,legenda,dan
lain lain.
Cerita rakyat terutama yan berkaitan dengan dongeng dan
legenda, tentu tidak sama dengan sejarah.Dalam donge dan legenda
ada hal hal yang tidak masuk akal.sedangkan dalam sejarah ada pelaku
dan tahun kejadian yang pasti serta kronologis kejadian yang benar
adanya
Dengan membaca e-book ini anda akan memahami sebuah cerita
rakyat yang berasal dari Sumatera utara.Ini akan bermanfaat nantinya
saat anda belajar bentuk Sastra Lama Indonesia

1
Legenda Danau Toba
Pertemuan Toba dan Ikan Emas

Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda bernama Toba yang sudah lama tinggal sebatang kara.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari hari, Toba bekerja sebagai petani dan mencari ikan di
sungai. Sisa hasil tangkapannya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang lain.
keseharian inilah yang membuat laki laki tersebut tumbuh menjadi orang yang kuat dan
mandiri.

Suatu hari, Toba berangkat ke sungai untuk memancing ikan di sungai. Tidak disangka, Toba
mendapatkan ikan yang ukurannya sangat besar. bahkan ikan tersebut merupakan ikan
terbesar yang pernah ditangkap. Ikan terbesar berwarna kekuningan dan terlihat cantik berkat
sisiknya yang berwarna emas. “ini akan yang aneh” gumam tiba di dalam pikirannya.

Saat Toba membuka mulut ikan dan melepaskan kailnya, sebuah keajaiban pun terjadi. Ikan
tersebut berubah wujud menjadi seorang perempuan yang memiliki paras cantik dan jelita.
Perempian tersebut memiliki senyum yang manis dan membuat Toba terpikat. Toba pun tidak
bisa berkata apa apa karena merasa terkejut dan tidak percaya atas apa yang telah dilihatnya.

Si ikan berkata “Tuan, aku adalah ikan yang bisa berubah wujud seperti makhluk hidup yang
memegangku. Kutukan ini aku dapatkan karena dulunya kau melakukan kesalahan yang besar.
Karena tuan lah yang memegangku, maka aku berubah wujud menjadi manusia”. Toba pun
masih berusaha untuk mencerna penjelasan wanita cantik yang ada di hadapannya.

Pada akhirnya, Toba memperkenalkan identitasnya kepada si wanita tersebut, begitu pula
dengan sebaliknya. Wanita itu memperkenalkan bahwa namanya adalah Putri. Karena telah
terpikat oleh kecantikan nya, Toba mengutarakan keinginannya untuk menikahinya. “Apakah
kamu bersedia untuk menikah denganku?” Itulah yang Toba ucapkan.

“Aku menerima tawaran tuan untuk menjadi istri. Namun bolehkah aku memberikan satu
syarat sebelum meng iya kan nya?” ujar Putri. Toba pun menjawab “Apa syaratmu?
Sebutkanlah, karena aku pasti akan berusaha untuk memenuhinya”. Putri pun mengutarakan
permintaannya yaitu agar Toba menutup rapat rapat rahasia yang dimiliki olehnya.

2
Kehidupan Toba Dan Putri Setelah Menikah

Mendengar syarat itu, Toba pun segera menyanggupinya karena bukanlah hal yang sulit untuk
dilaksanakan. Toba berjanji bahwa hanya dirinya lah yang mengetahui rahasia yang dimiliki oleh
Putri. Tidak lama setelah itu, Putri dan Toba pun menikah dan hidup bahagia. Mereka tidak
pernah mengeluh meskipun hidup dalam kesederhanaan.

Perjalanan rumah tangga itu semakin lengkap saat Putri melahirkan seorang anak yang
kemudian mereka beri nama Samosir. Samosir memiliki tubuh yang sehat dan kuat, namun
sayangnya sedikit malas dan nakal. Samosir sering sekali menghabiskan waktu di rumah hanya
dengan tidur tiduran saja. Ia tidak pernah peduli dengan pekerjaan kedua orang tuanya.

Saking malasnya, Samosir selalu menolak untuk mengirimkan makanan di ladang untuk sang
ayah. Keberadaan Samosir pun sedikit membuat Toba kewalahan, karena nafsu makannya yang
besar. Bahkan jatah makanan keluarganya untuk satu hari bisa dilahap habis dalam sekejap.
Alasan inilah yang membuat Toba terus bekerja keras membanting tulang setiap harinya tanpa
henti.

Suatu hari, Putri memaksa Samosir untuk mengantarkan makanan untuk ayahnya yang sedang
bekerja. Awalnya, Samosir menolak permintaan tersebut namun sang ibu terus memaksanya
dan membuat Samosir tidak bisa mengelak. Anak itu pun melangkah keluar rumah dan berjalan
menuju ladang. Di tengah perjalanan, Samosir merasa lapar dan memakan setengah bekal
untuk sang ayah.

Setelah kenyang, ia melanjutkan perjalanan untuk menemui ayahnya. Sesampainya di sawah,


Toba yang merasa sangat lapar dan haus segera membuka bekal yang dibawa oleh anak semata
wayangnya. Toba pun terkejut saat melihat makanan yang dibawa oleh anaknya hanya tinggal
setengah. Karena kesal, Toba pun mengumpat “Dasar kau anak nakal, anak keturunan ikan!”.

3
Mendengar umpatan tersebut, Samosir bergegas pulang dan menceritakan segalanya pada
sang ibu. Putri yang mendengar aduan sang anak menjadi sedih. Dirinya tidak mengira bahwa
Toba akan melanggar janji yang telah ia berikan. Saat perasaan terluka, Putri menggandeng
tangan Samosir. Dalam hitungan detik, mereka berdua menghilang begitu saja.

Bekas jejakan kaki Putri dan Samosir berubah menjadi sumber air yang sangat deras. Semburan
tersebut tidak kunjung berhenti, dan malah semakin deras setiap saatnya. Dalam waktu
sekejap, tanah tersebut tergenang air dan menenggelamkan embah tempat Toba dan
keluarganya tinggal. Itulah kisah legenda terbentuknya danau Toba.

Legenda Nai Manggale


Pada zaman dahulu kala di Tapanuli, Sumatera Utara, hiduplah seorang pematung terkenal
bernama Datu Panggana.

Ketika dia menerima pesanan, dia pergi ke hutan untuk mencari kayu yang paling cocok dan
diukir sesuai pesanan.

Suatu hari, dia mendapat inspirasi untuk mengukir kayu yang dia temukan.

Dia bekerja seharian di bengkel untuk mengukir kayu menjadi patung wanita cantik. Kemudian,
dia meletakkan patung itu di depan rumahnya.

Kemudian, seorang pedagang muda lewat dan melihat patung itu. Namanya Bao Partigatiga.

4
Dia sangat terkesan dengan keindahan patung itu. Dia kemudian meletakkan pakaian dan
perhiasan yang indah di patung itu.

“Sangat cantik,” katanya pada dirinya sendiri dengan bangga.

Patung itu terlihat seperti manusia sungguhan. Kemudian dia meninggalkan rumah Datu
Punggana.

Setelah itu, seorang pendeta bernama Datu Partoar dan istrinya melewati patung itu.

Mereka juga terkesan dengan keindahan patung itu.

“Saya ingin berdoa kepada Tuhan agar dia hidup seperti orang sungguhan. Saya ingin
menjadikannya sebagai putri kita,” kata Datu Partoar kepada istrinya.

Pasangan ini belum memiliki anak.

Para Dewa ternyata mengabulkan doa Datu Partoar dan patung itu berubah menjadi gadis yang
sangat cantik.

Datu Partoar dan istrinya kemudian membawa pulang gadis itu.

Mereka menamainya Nai Manggale.

Berita tentang kecantikan Nai Manggale menyebar ke seluruh desa.

Semua penduduk desa datang ke rumah Datu Partoar untuk melihat Nai Manggale. Diantaranya
adalah Datu Panggana dan Bao Partigatiga.

Nai Manggale dengan jujur mengatakan kepada penduduk desa bahwa dia sebenarnya adalah
patung yang menjadi wanita yang hidup karena anugerah Tuhan.

Datu Panggana mengejar Datu Partoar untuk mengklaim karyanya sendiri dan Bao Partigatiga
juga mengklaim hak untuk hidup patung.

“ Akulah yang mengukirnya dari kayu. Jadi, dia milik saya,” kata Datu Panggana.

“Dia memakai baju dan perhiasan saya. Jadi, dia harus pergi dengan saya,” kata Bao Partigatiga.

“Ingat, saya mencari nafkah sendiri sebagai manusia. Jadi dia masih di sini,” Datu Partoar juga
ikut berargumen.

Ketiga pria itu berdebat. Mereka mengklaim memiliki hak Nai Manggale. Untuk menenangkan
mereka, seorang lelaki tua dari desa memberikan solusi. Namanya Aji Bahir.

5
“Kalian semua mungkin pernah menjalin hubungan dengannya. Datu Panggana, kamu adalah
pamannya. Bao Partigatiga, kamu adalah saudaranya. Dan Datu Partoar, kamu adalah ayahnya.”
Ketiga pria itu mengikuti saran dari Aji Bahir.

Dan mereka bahagia karena sekarang mereka menjadi keluarga.

Kisah Kelana Sakti

Pada zaman dahulu kala di daerah Sumatera Utara, terdapat sebuah kerajaan bernama
Kerajaan Purnama.

Kerajaan itu pernah diperintah oleh seorang raja yang bernama Raja Indra Sakti.

Dia merupakan raja yang bijaksana.

Semua rakyatnya hidup sejahtera, aman dan bahagia.

Raja dan ratu memiliki seorang bayi laki-laki yang sehat.

Di kerajaan Purnama, ada sebuah desa kecil. Kelana Sakti dan orang tuanya tinggal di sana.

Kelana Sakti adalah anak yang baik. Dia rajin dan selalu membantu orang tuanya.

Suatu hari, ada kabar buruk dari kerajaan. Raja Indra Sakti sakit parah. Semua tabib istana
mencoba menyembuhkannya tetapi tidak berhasil.

Raja semakin lemah dan semakin lemah setiap hari. Maka, dia memanggil seluruh keluarganya
dan komandan istana yaitu Panglima Badau untuk menemuinya.

“Permaisuriku, mohon maafkan semua kesalahan saya. Saya tidak bisa hidup lebih lama lagi.
Tolong jaga putra kita. Jadikan dia raja saat dia dewasa,” kata raja kepada ratu.

Raja melanjutkan, “Panglima Badau, aku mempercayakan kerajaan ini padamu. Kamu menjadi
raja sampai anak saya dewasa. Tolong latih dia dan ajari dia bagaimana menjadi raja yang baik.

Tak lama kemudian, Raja Indra Sakti wafat.

Panglima Badau kemudian menjadi raja.

6
Dia sangat menikmati posisinya sebagai raja dan melupakan janjinya kepada Raja Indra Sakti.

Dia sering mengadakan pesta dan mengabaikan rakyatnya.

Segera, kerajaan berantakan dan raja hanya bersenang-senang di pestanya.

Untuk membiayai semua kesenangannya, Panglima Badau meminta rakyatnya membayar pajak
yang mahal.

Tentara mendatangi rumah setiap warga untuk mengambil uang, salah satunya termasuk
rumah Kelana Sakti.

“Berikan uangmu! Kalian harus membayar pajak! ” kata seorang tentara.

“Maafkan saya. Saya tidak punya cukup uang. Uang saya sudah habis untuk beli makan,” kata
ayah Kelana Sakti.

“Kamu pembohong!” Tentara itu kemudian membawa orang tua Kelana Sakti ke istana.

Hukuman bagi orang yang menolak membayar pajak dikirim ke penjara!

“Tolong jangan bawa orang tuaku pergi!” kata Kelana Sakti.

Seorang tentara marah padanya dan memukulnya.

Kelana Sakti tidak sadarkan diri. Ketika dia bangun, dia berada di dalam rumah seorang tua yang
menolongnya.

“Dimana saya? Dimana orang tuaku? ” Kelana Sakti bingung.

“Jangan khawatir. Kamu berada di rumah saya. Kamu aman di sini. Orang tuamu ada di istana.
Raja mengirimnya ke penjara,” kata orang tua itu.

Sejak itu, Kelana Sakti tinggal bersama lelaki tua itu.

Ia belajar banyak hal darinya, terutama seni bela diri.

Saat Kelana Sakti dewasa, dia berubah total. Dia menjadi pria dengan keterampilan seni bela
diri yang hebat.

7
Sudah waktunya dia pergi ke istana dan membebaskan orang tuanya.

Orang tua yang menjadi gurunya memberinya berkah dan memintanya untuk berhati-hati.

Maka, Kelana Sakti bertempur dengan gagah berani melawan para prajurit kerajaan.

Ia memenangkan pertempuran itu. Kemudian yang terakhir bertarung melawan Panglima


Badau sendiri.

Sekali lagi dia memenangkan pertarungan dan membebaskan semua orang di penjara.

Kemudian dia mengirim Panglima Badau ke penjara.

Sang pangeran sangat berterima kasih kepada Kelana Sakti.

Pangeran kemudian meminta Kelana Sakti menjadi panglima istana.

Asal Tanjung Morawa


Diceritakan, ada sebuah kampung yang bernama Kampung Pematang Panjang,
terletak di tepi sungai Blumei. Sungai tersebut merupakan sarana lalu lintas yang
menghubungkan pusat perdagangan Rantau Panjang di tepi pantai menuju Kampung
Talun Kenas yang berada di hulu sungai Blumei. Bagi masyarakat Talun Kenas yang

8
bersuku Karo, apabila berjual beli ke Pasar Rantau Panjang, dalam perjalanan pulang
pergi, selalu singgah dan beristirahat di Kampung Pematang Panjang (Tanjung).

Tanpa sebab yang jelas, suatu hari terjadi perselisihan antara beberapa orang warga
Kampung Talun Kenas dengan beberapa warga Kampung Pematang Panjang.
Perselisihan itu tak dapat dihentikan, bahkan berujung

dengan perkelahian. Warga Kampung Talun Kenas kalah dan mereka melaporkan
kejadian tersebut kepada kepala kampung. Rasa dendam yang membara membuat
mereka bersepakat, membalas kekalahan dengan cara menyerang kembali. Kemudian
mereka mengirim lima orang mata-mata yang bergerak di malam hari, untuk
mengetahui medan dan kekuatan musuh.

Pada saat melakukan aksinya, mata-mata tersebut merasa sangat letih, lalu mereka
pun merebahkan tubuhnya di bawah sebuah pohon yang rindang dan beralaskan daun
pohon itu. Ternyata daun tersebut adalah daun jelatang nyiru (daun yang paling gatal).
Tidak lama berselang, rasa gatal pun menyerang mereka. Rasa gatal tersebut berubah
menjadi rasa sakit karena garukan tangan mereka, sehingga penyelidikan pun
dihentikan. Misi mereka gagal total, mereka pun kembali ke kampung Talun Kenas
tanpa membuahkan hasil.

Rasa sesal dan bersalah timbul di hati mereka. Apa boleh buat, semua sudah terjadi di
luar rencana. Lalu mereka melaporkan semua yang terjadi kepada kepala suku. Mereka
juga menyarankan agar penyerangan dibatalkan saja, karena mereka mengira bahwa
warga Kampung Pematang Panjang (Tanjung) sudah mengetahui rencana jahat yang
akan mereka lakukan. Mereka pun berujar, “Lebih baik kita hentikan rencana kita
daripada terkena bencana. Jangankan orangnya, pepohonannya saja sudah merawa

9
(marah) kepada kita. Sakitnya pun tak tertahankan, apalagi kalau orang-orangnya
merawa, tak terbayangkan bagaimana sakitnya,” kata seorang mata-mata yang terkena
jelatang tadi.

Selanjutnya, kepala suku menyuruh mereka ke Kampung Tanjung untuk meminta maaf,
sekaligus meminta obat penawar penyakit yang diderita mereka. Ternyata niat baik itu
mendapat sambutan baik pula. Mereka pun dimaafkan oleh warga Tanjung, sedangkan
obat penawar itu cukup dengan menggosok-gosokkan tanah ke bagian yang gatal.

Berdasarkan peristiwa merawanya pepohonan, akhirnya mereka menambahkan kata


Tanjung dengan kata “merawa”, sehingga kampung itu berubah nama menjadi
Kampung Tanjung Merawa. Kata merawa berubah menjadi ‘Morawa’, sesuai dengan
ucapan orang Belanda yang mulai masuk ke kampung itu. Sejak saat itu sampai
sekarang, kampung tersebut dikenal sebagai “Kampung Tanjung Morawa”.

Asal Usul Batu Gantung

Di sebuah desa yang terletak di sekitar Danau Toba, tinggallah seorang gadis cantik
bernama Seruni. la adalah gadis yang rajin. Seruni suka membantu ayah dan ibunya
berladang.

Orangtuanya ingin menjodohkan Seruni dengan seorang laki-laki yang soma sekali
tidak dikenalnya. la menolak keinginan tersebut. “Aku tidak mau dijodohkan dengannya,

10
Bu,” ujar Seruni. Namun, orangtuanya tetap memaksa dengan alasan bahwa orang
yang dijodohkan adalah laki- laki yang baik hati.

Keadaan ini membuat Seruni sangat sedih. Lalu, ia melarikan diri ke hutan ditemani
Toki, anjing peliharaannya.

Kemudian, ia pergi ke arah Danau Toba untuk merenung. Sampai di tepi Danau Toba,
tiba-tiba kakinya terperosok ke dalam sebuah lubang batu yang dalam sekali. “Tolong!
Tolong! Toki, cepat tolong aku!”” teriaknya sambil menangis. Anjing kecilnya
menggonggong di pinggir lubang menyaksikan Seruni yang terperosok.

Toki berlari pulang sambil menggongong gelisah di hadapan orangtua Seruni. Mereka
merasa panik, karena Toki pulang tidak bersama Seruni.

“Pasti sesuatu telah terjadi pada Seruni, Pak! Cepat kita ikuti Toki!” kata ibu Seruni.
Sang ayah rnemanggil beberapa tetangga untuk mengikutinya.

Sesampainya di lubang batu tempat Seruni terjatuh. Ayah Seruni memanggil-manggil


anaknya dan berniat masuk ke dalam lubang. Namun, ibu Seruni melarangnya, karena
terlalu berbahaya, Warga menyalakan obor untuk menerangi lubang, tetapi dasar
lubang itu terlalu dalam dan gelap. Mereka juga merusaha mengulurkan tali ke dalam
lubang berharap Seruni bisa menggapainya dan naik ke atas, tetapi usaha mereka sia-
sia.

Tiba tiba, tanah terguncang hebat seperti terjadi gempa. Lubang tersebut perlahan
merapat dan tertutup. Seruni yang berada di dalam lubang tidak bisa diselamatkan.

Tidak lama setelah terjadi gempa, di tempat Seruni terjatuh tiba-tiba muncul sebuah
batu besar menggantung yang menyerupai sesosok orang yang letaknya di tepi Donau
Toba.

Warga memercayainya sebagai penjelmaan Seruni. Batu tersebut dinamakan Batu


Gantung. Daerah tersebut sering dikunjungi oleh turis mancanegara dan domestik,
karena pemandangannya yang indah.

11

Anda mungkin juga menyukai