Anda di halaman 1dari 5

Iffa Aliya Fauzan

XII IPA 3

10

KD 4.3

Pulau Samosir Dan Danau Toba

Di sebuah desa di wilayah Sumatera Utara di Tapanuli tinggallah seorang laki-laki bernama
Toba hidup seorang diri di gubuk kecil. Toba adalah seorang seorang petani yang sangat rajin
bekerja setiap hari menanam sayuran kebunnya sendiri. Hari demi hari, tahun demi tahun umur
semakin bertambah, petani tersebut pun mulai merasa bosan hidup sendiri. Terkadang untuk
melepaskan kepenatan diapun sering pergi memancing ke sungai besar dekat kebunnya.

Menjelang siang setelah selesai memanen beberapa sayuran dikebunnya diapun berencana pergi
kesungai untuk memancing. Peralatan untuk memancing sudah dipersiapkannya, ditengah
perjalanan dia sempat bergumam dalam hati berkata, “seandainya aku memiliki istri dan anak
tentu aku tidak sendirian lagi hidup melakukan pekerjaan ini setiap hari. Ketika pulang dari
kebun, makanan sudah tersedia dan disambut anak istri, oh betapa bahagianya.”

Sampailah dia dimana tempat biasa dia memancing, mata kail dilempar sembari menunggu,
agannya tadi tetap mengganggu konsentrasinya. Tidak beberapa lama tiba-tiba kailnya tersentak,
sontak dia menarik kailnya. Diapun terkejut melihat ikan tangkapannya kali ini.
“Wow, sungguh besar sekali ikan mas ini. Baru kali ini aku mendapatkan ikan seperti ini”
Teriaknya sembari menyudahi kegiatan memancing dan diapun segera pulang.

Setibanya di gubuk kecilnya, pemuda itupun meletakkan hasil tangkapannya di sebuah ember
besar. Betapa senangnya dia, ikan yang dia dapat bisa menjadi lauk untuk beberapa hari. Diapun
bergegas menyalakan api di dapur, lalu kembali untuk mengambil ikan mas yang ditinggalnya di
ember besar. Betapa terkejutnya dia melihat kejadian tersebut. Ember tempat ikan tadi dipenuhi
uang koin emas yang sangat banyak, diapun terkejut dan pergi ke dapur. Disanapun dia kaget
setengah mampus, ada sosok perempuan cantik berambut panjang. “Kamu Siapa?”

“Aku adalah ikan engkau pancing di sungai tadi, uang koin emas yang diember tadi adalah sisik-
sisik yang terlepas dari tubuhku. Sebenarnya aku adalah seorang perempuan yang dikutuk dan
disihir oleh seorang dukun karena aku tidak mau dijodohkan. Karena engkau telah
menyelamatkan aku dan mengembalikan aku menjadi seorang manusia, maka aku rela menjadi
istrimu” kata ikan tadi yang kini sudah menjelma kembali menjadi seorang perempuan berparas
cantik dan berambut panjang.

Ini suatu kebetulan, selama ini aku mengharapkan seorang pendamping hidup untuk tinggal
bersama-sama menjalankan kehidupan berumatangga kata petani tersebut. Maka iapun setuju
memperistri perempuan cantik tersebut.Perempuan berparas cantik tadi juga mengutarakan
kepada petani tadi sebuah syarat dan sumpah bahwa jika suatu hari nanti ketika engkau marah,
engkau tidak boleh mengutarakan bahwa asal-usulku dari seekor ikan kepada siapapun. Sebab
jika engkau mengatakan itu, maka akan terjadi petaka dan bencana besar di desa ini. Petani
itupun menyanggupinya, dan akhirnya mereka menikah.

Hari demi hari mereka pun hidup bahagia, apa yang diharapkan petani selama ini pun sudah
terwujud dan diapun merasa bahagia sekali. Sampai merekapun dikaruniai seorang anak laki-laki
dan mereka memberi namanya Samosir. Samosir pun tumbuh besar, diapun sudah bisa
membantu orangtuanya bertani. Setiap hari Samosir disaat siang selalu mengantarkan makan
siang buat ayahnya yang sudah dimasakin oleh ibunya.

Suatu hari, siang itu petani sudah merasa lelah dan lapar sembari menunggu Samosir datang
mengantarkan bekal siang. Tidak biasanya, kali ini Samosir terlambat mangantarkan bekal
orangtuanya. Diperjalanan Samosir mencium bekal yang dibawanya untuk orangtuanya,
kelihatannya enak masakan ibu hari ini, gumamnya. Samosirpun mencicipi masakan ibunya, dia
tidak sadar bekal itu dimakan hampir habis.

Samosir pun tersentak dan bergegas menuju kebun ayahnya. Dia melihat ayahnya sudah
kelaparan dan kehauasan. Merasa berat, Samosirpun memberikan bekal kepada ayahnya. Dan
terkejutlah ayahnya melihat isi bekal yang diberikan Samosir.

“Iya, Among. Samosir tadi lapar dan aku makan, masakan Inong sekali rasanya” kata Samosir
kepada ayahnya yang terlihat emosi. Spontan ayahnya marah dan melempar bekal yang sudah
kosong tadi sembari berkata kepada Samosir: “Kurang ajar kau Samosir, dasar anak ikan kau
ini”.

Samosir pun menangis dan pergi berlari menuju rumah menemui ibunya. Ibu, ibu , ayah marah
besar Samosir disebut anak ikan. Kata Samosir kepada ibunya. Ibunyapun menangis, sektika itu
ibunya menyuruh Samosir berlari ke sebuah bukit diketinggian. Lalu hujanpun semakin deras,
angin kencang, gemuruh dan petirpun menyambar-nyambar seketika itu. Airpun meluap sampai
menenggelamkan seluruh desa itu. Sumpah itu dilanggar, akhirnya tengenanglah seluruh desa itu
dan genangan itu berbuah menjadi danau, yang kini disebut Danau Toba. Lalu pulau tempat
samosir berlindung disebutlah Pulau Samosir.

 Pokok-Pokok Isi Cerita Sejarah


1. Di daerah Tapanuli, Sumatera Utara, hidup seorang pria bernama Toba. Ia hidup dari
pekerjaannya sebagai petani dan sesekali ia memancing.
2. Ketika ia akan memasak ikan hasil tangkapannya itu, ia menemukan wanita cantik yang
merupakan jelmaan ikan tersebut.
3. Mereka akhirnya menikah dengan syarat Toba tidak boleh menceritakan asal usul wanita
tersebut. Selang beberapa lama berlalu, Toba dan istrinya dikaruniai anak.
4. Suatu hari, istri Toba menyuruh anak mereka mengantarkan makanan kepada ayahnya di
ladang. Di tengah jalan, sang anak merasa kelaparan, ia pun memakan bekal ayahnya.
5. Setibanya di ladang ayahnya, sang anak mengaku bahwa ia telah menghabiskan bekal sang
ayah. Toba marah besar dan di tengah kemarahannya, ia mengatakan bahwa si anak
merupakan anak ikan.
6. Sang anak kembali ke ibunya, menanyakan ucapan ayahnya, yang dibalas ibunya dengan
rasa kecewa. Sang istri marah kepada Toba karena telah mengingkari janjinya. Ia pun
mengatakan akan turun hujan besar di wilayah itu dan ia beserta sang anak akan
meninggalkan Toba.

 Menganalisis Nilai-Nilai yang Terkandung


1. Nilai Moral
Harus memiliki budi pekerti, rasa sopan dan hormat pada semua orang terutama oarang
tua serta harus menepati janji dan amanah yang telah diberikan. Dari cerita atau dongeng
ini maka dapat diajarkan kepada anak-anak untuk memiliki rasa sopan dan hormat
kepada semua orang terutama kepada orang tua.Karena orang tua mempunyai peranan
penting dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Sehingga dari cerita dongeng ini
dapat lah diambil hikmah yang banyak dalam mendidik anak.
2. Nilai Sosial
Kita tidak boleh mau menang sendiri dan egois pada orang lain terutama orang tua dan
harus mau berbagi.Dari cerita ini dapat kitalihat bahwa nilai sosial yang terdapat dalam
dongeng ini sangat banyak terutama tidak boleh egois dan mementingkan diri sendiri.
Kita harus berbagi dengan sesama.Dan selalu bersikp baik kepada siapa saja.
3. Nilai Budaya
Kita harus mau mencintai dan menerima budaya kita dan terutama orang tua.Dari nilai
budaya yang ada dalam dongen ini kecintaan anak terhadap kebudayaan Indonesia harus
di lestarikan. Karena dengan mencintai dan menjaga budaya kita maka kita telah
melestarikan budaya Indonesia.

 Menulis Teks Eksplanasi dari Nilai-Nilai Cerita Sejarah

Pulau Samosir dan Danau Toba

Siapa yang tidak mengenal Pulau Samosir yang berada di Provinsi Sumatera Utara ini, tentunya
Anda telah mendengar banyak informasi mengenai Pulau Samosir yang sangat indah dan kaya
akan budaya batak ini. Pulau Samosir sudah sangat terkenal bukan hanya di Indonesia saja,
melainkan sudah mendunia dan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia,
khususnya Sumatera Utara.

Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara.
Sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut menjadikan
pulau ini menjadi sebuah pulau yang menarik perhatian para turis. Pulau Samosir sendiri terletak
dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas Kabupaten
Toba -Samosir.

Nilai moral terlihat dari sikap seorang Ayah yang begitu kesal teradap Anaknya yang sama sekali
tidak menghormatinya, serta sikapnya yang begitu nakal, membuat seorang Ayah marah besar
hingga akhirnya mengingkari janji yang telah dibuat dan disepakati diawal dengan sang Istri,
yang tak lain adalah jelmaan dari seekor ikan emas itu. Sikap yang ditunjukkan oleh Samosir
sama sekali tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri bahkan terhadap orang
lain. Ia mengabaikan tugas yang diberikan oleh Ibunya untuk mengantarkan makanan ke ladang,
tempat Ayahnya bekerja.

Nilai moral yang seharusnya dijadikan sebagai pendidikan budi pekerti sama sekali tidak terlihat
di dalamnya. Sikap budi pekerti yang mencerminkan sikap bekerja sama tidak terlihat dalam
penggambaran karakter tokoh cerita tersebut. Dalam melakukan suatu bentuk kerjasama antara
individu satu dengan yang lain, perlu memahami suatu norma-norma yang berlaku disekitar,
hendaknya manusia mampu membedakan antara perilaku yang baik dan perilaku yang tidak
baik, yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan. Seperti sikap seorang Ayah yang
seharusnya mampu menjaga dan menepati janjinya yang telah disepakati dengan sang Istri,
nyatanya ia mengingkari janji tersebut, dengan ia membentak-bentak, megumpat Samosir bahwa
ia hanyalah anak seorang ikan, sikap tersebut sudah melenceng dari nilai moral yang seharusnya
diterapkan oleh masyarakat maupun oleh individu-individu lainnya.

Novel ini banyak memberi pelajaran dan amanat bagi pembacanya. Diantaranya, selain adanya
unsur-unsur moralitas pada cerita tersebut, juga menitikberatkan pada nilai-nilai budayanya,
dimana secara garis besar cerita tersebut menyangkut mengenai bagaimana kewaspadaan,
bagaimana berperilaku patuh terhadap orang tua, menepati janji, sikap tanggung jawab yang
harus dimiliki oleh seorang anak ataupun orang tua.

http://www.gobatak.com/asal-usul-danau-toba/ diakses pada tanggal 24 September 2020

Anda mungkin juga menyukai