Anda di halaman 1dari 5

Tia Aulia P.S.

/00000004703

ANALISIS CERPEN “SUNGAI”

KARANGAN NUGROHO NOTOSUSANTO

“Sersan Karsim adalah Kepala Regu 3, Peleton 2 dari kompi TNI terakhir yang akan
kembali ke daerah operasinya di Jawa Barat.” Inilah sepenggal kalimat di dalam cerpen
berjudul Sungai karya Nugroho Notosusanto yang menceritakan tentang perjuangan TNI di
masa penjajahan. Cerpen ini banyak digunakan sebagai bahan ajar dan dijadikan referensi oleh
banyak orang. Hal ini dibuktikan dari banyaknya artikel dan analisis yang terdapat di internet
yang dengan mudah dapat kita temui dan kita akses.

Sinopsis singkat dari cerpen Sungai ini diawali dari perjalanan Sersam Kasim melewati
sungai Serayu menuju Jawa Barat (K-6). Sersan Kasim memiliki seorang anak bernama Acep
yang membuat ibunya meninggal karena kepayahan saat melahirkan. Sersan Kasim mengurus
anaknya sendiri di tengah perjuangannya melawan Belanda dan malam itu mereka harus
mensebrangi sungai Serayu untuk kembali ke Jawa Barat. Kekhawatiran Komandan Peleton
karena Sersan Kasim berkeinginan untuk membawa Acep dalam perjalanan tersebut, yang ia
tahu hal itu bisa membahayakan keselamatan anggota lainnya (K-60). Waktu keberangkatan
merekapun tiba, sesaat setelah mereka menyebrang, Acep menangis di tengah kesepian malam.
Semua mata tertuju kepada Sersan Kasim (K-108). Sejurus kemudian suara Acep meredup dan
lenyap sama sekali. Keesokan harinya kompi menunda perjalanan mereka dan bersama dengan
Pak Lurah Acep diturunkan ke liang kubur (K-117). Komandan Kompi memegang tangan
kanan Sersan Karsim dan dalam anggannya terbayang Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan
putranya.

Di dalam menganalisis sebuah cerpen, kita dapat melihat dari unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsiknya. Di sini, saya akan menganalisis salah satu unsur instrinsiknya yaitu tokoh serta
perwatakannya. Tokoh dan perwatakan menjadi satu bagian penting di dalam cerpen. Seperti
tertulis di dalam website udleditions.cast. org, “Characterization is a crucial part of making a
story compelling. Good characterization gives readers a strong sense of characters'
personalities and complexities; it makes characters vivid, alive and believable.” Penokohan
menjadi penting karena pembaca merasakan sense cerita dari penokohan yang membuat
ceritanya menjadi hidup dan dapat dipercaya. Ketika pembaca memercayai cerita tersebut dari
penokohannya, maka sangat mudah untuk membuat pembaca menirukan perilaku dari tokoh
tersebut. Albert Bandura yang mencetuskan teori sosial-kognitif berbicara tentang bagaimana
Tia Aulia P.S./00000004703

seseorang meniru perilaku orang lain sebagai model mereka, dan orang lain tersebut sering kali
berasal dari tokoh sebuah cerita (Berk, 2012). Itulah bukti mengapa tokoh dan penokohan
menjadi penting dan essensial di dalam sebuah cerita.

Di dalam buku Pengantar Teori Sastra (Aminudin, 1984, dikutip dalam Wahyudi, 2008,
hal. 143), “Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga
peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut
penokohan.” Ada banyak sekali pembedaan atas tokoh antara lain: berdasarkan keterlibatannya
dibedakan atas tokoh primer, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer; berdasarkan
perwatakannya dibedakan atas antagonis, protagonis, dan antagonis. (Wahyudi, 2008). Di
dalam analisis ini, saya memilih untuk melakukan pembedaan berdasarkan keterlibatannya di
dalam cerita.

Berdasarkan keterlibatannya di dalam cerita ada beberapa tokoh yang muncul di dalam
cerpen Sungai ini, yaitu Sersan Kasim (tokoh primer), Komandan Peleton (tokoh sekunder),
Aminah atau istri Sersan Kasim (tokoh komplementer), dan Acep atau anak Seran Kasim
(tokoh komplementer). Berikut adalah analisis dari tokoh-tokoh di atas berdasarkan
kemunculannya di dalam cerita:

1) Sersan Kasim
Sersan Kasim adalah satu-satunya tokoh utama atau tokoh primer di dalam cerita ini.
Sepanjang alur cerita, Sersan Kasim menjadi perbincangan utama dari deskripsi atau
percakapan yang ada. Dari kalimat pertama saja, “setiap kali menyeberangi sungai,
Sersan Kasim merasakan sesuatu keharuan yang mendenyutkan jantungnya “ nama
Sersan Kasim sudah muncul. Dari semua kalimat penyusun paragrafnya, hanya
kalimat ke 37-46 yang tidak berbicara mengenai Sersan Kasim. Dari sinilah muncul
kesimpulan bahwa Sersan Kasim menjadi tokoh central di dalam cerpen berjudul
Sungai.
2) Komandan Peleton
Berdasarkan kemunculannya, Komandan Peleton digolongkan menjadi tokoh
sekunder. Dibandingkan dengan Sersan Kasim, kemunculan Komandan Peleton
dapat dihitung jumlahnya. Kemunculannya dimulai dari kalimat 37-62, dan
dilanjutkan di kalimat 76-80 dan kalimat 115-128. Cerpen Sungai ini tidak
memfokuskan ceritanya kepada Komandan Peleton tetapi bukan berarti
keberadaannya tidak membawa dampak apa-apa. Di dalam teks terdapat beberapa
Tia Aulia P.S./00000004703

percakapan antara dia dengan tokoh primer yang cukup membawa dampak bagi cerita
selanjutnya. Hal ini dibuktikan dari percakapannya dengan Sersan Kasim mengenai
keberangkatan mereka untuk menyebrangi sungai Serayu esok hari. Dari percakapan
tersebut akhirnya Sersan Kasim membawa anaknya dan hal itu menghantarkan kita
kepada alur selanjutnya dimana Sersan Kasim dan Acep menyeberangi sungai.
3) Aminah atau istri Sersan Kasim
Selain tokoh diatas, ada tokoh lain yaitu Aminah yang kemunculannya hanya terdapat
di salah 3 paragraph saja. Kemunculannya yang bisa dibilang sangat jarang ini
membuat ia masuk dalam kategori tokoh komplementer. Aminah muncul didalam
kalimat ke 14-19 yang bercerita tentang kehamilannya dengan Sersan Kasim. Selain
itu, kemunculan Aminah tidak terlalu memengaruhi alur cerita. Setelah ia mati dan
melahirkan Acep, cerita berfokus kepada Sersan Kasim harus mensikapi segala yang
terjadi ditambah dengan keberadaan anak mereka, Acep.
4) Acep atau anak Sersan Kasim
Tokoh terakhir di dalam cerpen ini adalah Acep yang merupakan anak dari Sersan
Kasim dan Aminah. Kemunculannya juga jarang seperti Aminah. Ia hanya muncul
sebagai tambahan keterangan di dalam kehidupan Sersan Kasim seperti teks di
kalimat 66-75. Di kalimat ini kita dapat menemukan tokoh Acep sebagai pelengkap
dari perasaan Sersan Kasim yang sedang bingung tentang bagaimana seharusnya ia
bersikap. Acep tidak pernah berdiri sendiri sebagai seorang tokoh yang memiliki alur
khusus di dalam cerpen Sungai ini.

Selain memahami tokoh di dalam cerpen Sungai, kita juga dapat memahami watak tokoh
yang dapat dilihat dari cara penulis menyampaikan karakter mereka di dalam cerita tersebut.
Aminuddin (1984, dikutip dalam Wahyudi, 2008) menjelaskan ada 9 cara untuk memahami
watak tokoh dan cerita Sungai ini menyampaikan karakter tokohnya dengan cara menunjukkan
bagaimana perilakunya di dalam ceita. Bukti kalimat di dalam teks yang menunjukkan hal
tersebut adalah kalimat 18-23 yang bercerita tentang bagaimana perilaku Sersan Kasim
menghadapi istrinya yang sedang hamil. Perilaku ini menunjukkan apa karakter atau watak
yang dimiliki Sersan Kasim di dalam cerita ini.

Berdasarkan penokohannya di dalam cerita, berikut analisis tokoh dan penokohannya


didasarkan pada perilaku yang ditampilkan tokoh di dalam teks dibatasi pada tokoh Sersan
Karsim dan Komandan Peleton:
Tia Aulia P.S./00000004703

1) Sersan Karsim
Ketika membaca cerpen ini, satu tema yang muncul untuk cerpen ini adalah
pengorbanan. Kalimat 127 paling jelas membuktikan tema pengorbanan ini, karena
Komandan Peleton teringat dalam angannya Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan
anakanya begitu pula dengan Sersan Kasim. Penokohan yang muncul dari tokoh
utama ini adalah penuh kasih, berani untuk mengambil resiko, dan bertanggung
jawab. Sifatnya yang penuh kasih dapat kita temui di dalam perilakunya
memerlakukan istri di kalimat 18-23. Di kalimat ini, Sersan Kasim mengerti
keinginan istrinya yang sedang hamil dan berusaha untuk menurutinya. Watak yang
kedua ialah berani mengambil keputusan dan perilaku yang menunjukkan hal
tersebut saat Komandan Peleton bertanya mengenai perjalanan mereka yang akan
melewati Sungai Serayu. Komandan Peleton bertanya tentang kemungkinan Acep
menangis dan membuat musuh mengetahui keberadaan mereka. Sersan Kasim berani
mengambil keputusan dengan tetap membawa anaknya di dalam perjalanan yang
cukup berat. Watak yang terakhir ialah bertanggung jawab dapat kita temukan di
dalam perilakunya saat semua anggota sedang menyebrangi sungai Serayu dan Acep
menangis dengan kerasnya. Ia menjadi sosok yang bertanggung jawab dengan
keputusan yang sudah diambil yaitu memastikan kondisi aman dan terkendali
terlepas dari bagaimana Sersan Kasim melakukannya. Kalimat 104-108
menunjukkan sikapnya yang bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan
sebelumnya.
2) Komandan Peleton
Watak yang dimiliki Komandan Peleton berdasarkan perilakunya adalah peduli
terhadap sesama. Kepedulian ini terlihat dari bagaimana ia bersikap terhadap Sersan
Karsim dan mencoba menyadarkan dia akan bahaya yang bisa diterima jika
membawa Acep dalam perjalanan tersebut tertulis di dalam kalimat 76-80. Di dalam
kalimat 120-128 juga tertulis tentang perilakunya terhadap Sersan saat Acep hendak
dikuburkan di liang lahat. Ia peduli dengan perasaan Sersan Kasim dan berusaha juga
untuk menenangkannya K-26.
Kesimpulannya adalah tokoh dan penokohan sangat penting di dalam sebuah karya
sastra. Dengan adanya tokoh dan penokohan, pembaca dapat merasakan latar cerita dan pada
akhirnya menirukan watak yang dimilki oleh tokoh. Nugroho Notosusanto adalah seseorang
yang berpendidikan dan memiliki ketertarikan di dalam bidang militer. Ia pernah menjadi
menteri pendidikan dan kebudayaan tahun 1983-1985, serta rektor Universitas Indonesia.
Tia Aulia P.S./00000004703

Keluarganya juga berkecimpung di dalam politik dan hukum, bidang yang juga dekat dengan
militer seperti ketertarikannya. Tidak heran dengan backgroundnya sebagai seorang anggota
ABRI, cerpen yang diusungnya bertemakan perjuangan seperti Cerpen Sungai, Jembatan, Doa
Selamat Tinggal, dan masih banyak lagi. Di dalam penokohan ceritanyapun terkhusus dalam
cerpen ini, ia mencoba menanamkan semangat nasionalisme yang menjadi kunci bagi
seseorang di dalam dunia militer. Tokoh Sersan Kasim yang penuh kasih dan bertanggung
jawab terhadap negara, serta Komandan Peleton yang juga menaruh peduli terhadap sesamanya
mengajarkan amanat yang penting bahwa perilaku-perilaku seperti itulah yang pada akhirnya
dibutuhkan untuk terus melanjutkan perjuangan di dalam sebuah tim demi tercapainya tujuan
bersama.

*=K-5 menyatakan kalimat ke 5 pada teks bacaan Sungai menjadi bukti dari analisis di atas.

Daftar Pustaka

Author’s Craft. (n.d.). Narrative elemets; characterization diakses pada 1 Maret, 2016 dari
http://udleditions.cast.org/craft_elm_characterization.html

Berk, L.E. (2012). Development through the lifespan; dari prenatal sampai remaja & transisi
menuju dewasa, edisi ke lima. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Siswanto, W. (2008). Pengantar teori sasta. Jakarta: PT. Grasindo.

Wikipedia. (2016). Nugroho Notosusanto diakses pada 2 Maret 2016 dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Nugroho_Notosusanto

Anda mungkin juga menyukai