Anda di halaman 1dari 4

1.

Analisislah unsur intrinsik cerpen tersebut ( tokoh dan penokohan, tema,

alur, latar, amanat, sudut pandang cerita) !

2. Tuliskan nilai -nilai sosial dan nilai budaya dalam cerita tersebut!

Jawab

Unsur intrinsic

Tema:

Dalam cerpen tersebut terdapat Tema Mayor dan Tema Minor . Tema Mayor dalam cerpen
tersebut adalah “Pengorbanan” . dan Tema Minor dalam cerpen “Sungai” adalah tentang kasih
sayang seorang suami kepada istrinya, kasih sayang bapak kepada anaknya, dan pengorbanan
dari apa yang sangat dikasihinya, untuk mendapatkan sesuatu yang lebih mulia. Dalam
rangkaian ceritanya, penulis hendak menyampaikan kepada pembaca bahwa pada saat-saat
tertentu dalam kondisi yang sangat mendesak/darurat, dituntut dengan penuh kesadaran dan
keikhlasan untuk siap berkorban.

Tokoh dan penokohan: 1) Tokoh Inti/Tokoh UtamaCerpen “Sungai” menampilkan tokoh inti
atau tokoh utama, yaitu Sersan Kasim yang memiliki watak penyayang; nampak betapa ia
menyayangi istrinya yang baru setengah tahun dinikahinya.

2) Tokoh Tambahan/Tokoh PembantuCerpen “Sungai” menampilkan Komandan Peleton


sebagai tokoh pembantu yang melengkapi penokohan Sersan Kasim. Komandan adalah
pimpinan yang cermat, bertanggung jawab, dan bijak dalam memutuskan. Pada saat ia
mendapat informasi tentangkeberadaan musuh yang berjaga-jaga di hulu sungai, ia mengambil
langkah yang tepat untuk segera mengumpulkan para pemimpin regu, kemudian
menyampaikan info tersebut dan mengambil sikap untuk memerintahkan para pemimpin regu
untuk memimpin anak buahnya menyeberang lewat hilir sungai

Watak Kasim dalam cerpen tersebuat adalah watak datar – protagonist . Bertanggung jawab;
sebagai seorang pimpinan regu, ia bertanggung jawab atas keselamatan anak buahnya. Bahkan
iapun mempertaruhkan harapan idam-idamannya, biji matanya, anak kesayangannya untuk
menjadi jaminan atas keselamatan anak buahnya sera anggota kompiyang lainnya.Watak
Komandan dalam cerpen tersebuat adalah watak datar – protagonist . Bertanggung jawab dan
bijak, nampak ketika ia mengumpulkan para ketua regu, mengingatkan kepada Sersan Kasim
tentang banyaknya prajurit yang menjadi korban, gara-gara tangis bayi yang memecahkan
kesunyian, hingga perjalanan rombongan tentara dan para keluarganya tercium musuh. Namun
demikian, sisi manusiawinya menjadikan ia bijak ketika akhirnya mengijinkan Sersan Kasim
tetap akan membawa anaknya dengan catatan tetap waspada akan keselamatan semua
prajurit

Plot/alur

Analisis :

1) Eksposisi, merupakan uraian/paparan yang disajikan penulis sebagai pembuka untuk


memasuki ceritanya. Paparan sifatnya masih datar, belum nampak intrik-intrik yang
dapat memicu konflik. Dalam cerpen “Sungai” eksposisi digambarkan pada paragraf
1,2,3, dan 4
2) Komplikasi dan konfliks, merupakan intrik-intrik awal yang akan berkembang hingga
menjadi konflik. Dalam cerpen “Sungai, komplikasi dan konflik digambarkan mulai dari
paragraf 5 s.d. paragraf 19. Melalui paragraf tersebut dikisahkan tentang perjalanan
kompi yang bersamanya Sersan Kasim membawa serta istrinya, kemudian istrinya
meninggal, dan kini dia harus kembali melakukan perjalanan jauh dengan kompi
lainnya dengan membawa anaknya. Mulai muncul konflik ketika komandannya
mengisyaratkan untuk tidak membawa serta anaknya, dan Sersan Kasim tetap
meminta ijin untuk membawanya.
3) Klimaks, merupakan situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling
tinggi. Hal ini nampak pada paragraf 20 sampai 25, dimana Sersan Kasim dalam kondisi
paling sulit, mempertahankan keselamatan anaknya, dari garangnya alam yang tidak
bersahabat ketika menyeberang sungai yang kedalamannya hampir mencapai dada
bapaknya yang menggendongnya, ditambah dengan guyuran hujan yang membuat
badan mungilnya basah dan dingin. Namun di luar kemampuannya, Acep menangis,
dan melolong. Di dorong oleh tanggung jawabnya sebagai pimpinan regu atas
keselamatan anak buahnya, ia melakukan “sesuatu” (penulis tidak menyatakan
dengan jelas apa yang dilakukan Sersan Kasim) untuk menghentikan tangis anaknya.
Acep benar-benar diam, tak menangis lagi, tidak hanya untuksaat itu, tetapi untuk
selamanya.
4) Revelasi, merupakan menyingkapan tabir suatu problema, dimana keesokan harinya
barupara prajurit tahu, bahwa Acep telah meninggal. Penulispun tidak menyatakan
apakah mereka tahu penyebabnya atau tidak, namun dari apa yang tersirat dalam
“tatapan Komandan”mengisyaratkan bahwa apa yang terjadi semalam adalah bentuk
pengorbanan terbesar bagi Sersan Kasim, dengan penulis memunculkan angan-angan
sang Komandan tentang pengorbanan Nabi Ibrahim. penerus cita-citanya, tak ada lagi
oleh-oleh yang akan dipersembahkan untuk orang tuanya, tak ada lagi pelipur
laranya…
Latar
Setting tempat
1. Sungai
ari judulnya, cerpen tersebut menggambarkan bahwa kisaran tempat adalah di
sungai, tepatnya Sungai Serayu, di kaki pegunungan daerah Banjarnegara

2. Jawa barat
Jawa Barat adalah daerah operasi tempat Sersan Kasim bertugas. Daerah yang
ditinggalkannya karena Sersan Kasim
3. Yogya
Yogya adalah tempat tujuan hijrah TNI, dan tempat Acep, anak Sersan Kasim
dilahirkan
4. Dipinggirdesa
Tempat Acep dimakamkan, saksi bisu pengorbanan Sersan Kasim

(1) Jam satu malamMalam yang gulita dan hujan di mana pada saat itu para
prajurit melakukan perjalanan menuju ke Priangan, Jawa Barat. Perjalanan
dilakukan dengan jalan kaki, dan dilakukan malam agar tidak diketahui oleh
musuh.
(2) Sepuluh bulan yang laluTepatnya pada bulan Februari 1948, ketika Sersan
Kasim dan kompi lainnya sera para keluarganya juga menyeberangi sungai yang
sama. Pada saat itu istri Sersan Kasim memaksa untuk menyertai suaminya, walau
dalam kondisi hamil.
(3) Pada waktu fajar merekahSaat para prajurit menunda perjalanan untuk
menyertai pemakaman Acep.
(4) Matahari telah naikHari mulai siang, kompi segera melanjutkan perjalanan
yang masih panjang. Dalam cerpen dituliskan, “matahari telah naik, menghalau
kabut kemana-mana, memanasi bumi yang lembab oleh hujan semalam.” Penulis
menafsirkan bahwa keputusan terberat yang diambil Sersan Kasim dan
menyelamatkan banyak nyawa menjadi sebuah pengorbanan yang mulia.

Setting SuasanaCerpen “sungai” menggambarkan suasana kesedihan ., dapat


dibuktikan pada penggalan cerita . Kesedihan yang dalam, jelas terukir pada
wajahnya. Baju seragamnya tampak kuyup, hingga lehernya. Komandan kompi
tampil ke muka. Ia menghampiri Kasim. Ia menggenggam tangan kanan sersannya
dalam kedua belah tangan. Matanya merah, tidak hanya kurang tidur. Dalam
angan-angannya terbayang Nabi Ibrahim, yang siap mengorbankan putranya. Tapi
ia tak berkata apa-apa setting waktu
Amanat: setiap orang memiliki ciri khas masing masing maka dari itu kita harus
bersyukur kepada tuhan yang maha esa telah memberikan ciri khas masing masing
setiap manusia

Unsur ekstrinsik .
Nilai agama: Dalam angan-angannya terbayang Nabi Ibrahim, yang siap
mengorbankan putranya. Tapi ia tak berkata apa-apa
Sersan Kasim membelai anaknya yang dalam gendongan, ”Saya minta izin untuk
membawanya,” katanya.
”Kau yakin dia tidak menangis?”
”Insya Allah, tidak.”

”Baik kalau begitu. Hati-hati saja.”


”Siap Pak. Terima kasih.”

Nilai budaya: Persetujuan Renville telah ditandatangani dan pasukan-pasukan TNI


harus hijrah ke kantong-kantong dalam wilayah de facto Belanda. Banyak diantara
bintara dan prajurit yng membawa serta anak istrinya.

Anda mungkin juga menyukai