Anda di halaman 1dari 2

Sebuah cerpen berjudul "Sungai" yang ditulis oleh almarhum mantan mendikbud

"NugrohoNotosusanto" mengkisahkan seorang pejuang kemerdekaan berpangkat


Sersan dan bernama Kasim.Rekan2 seperjuangannya sering memanggil dengan
sebutan Sersan Kasim. Dalam perjalanannya dariJawa Tengah ke Jawa Barat sersan
Kasim bersama dengan puluhan prajuritnya berjalan kaki masuk-keluar hutan,
menghindari tentara Belanda. Dalam perjalanan itulah sersan Kasim
menggendongseorang bayi, anak-anak satu-satunya. Isterinya telah meninggal dunia
saat melahirkan anaknya itu.Sebenarnya komandannya sudah menyarankan agar bayi
itu, dititipkan dulu ke orang-orang desa. Nanti,setelah keadaan aman baru diambil.
Namun dia tetap bertekad membawa bayi itu. Karena itulah satu-satunya yang paling
berharga bagi dirinya. Bayi itulah yang menjadi oleh-oleh bagi orangtua
danmertuanya serta kenangan hidup dari isteri yang dicintainya. Sekarang telah
meninggalkannya. Makaboleh atau tidak boleh ia tetap nekad membawa anak itu.
Sebenarnya, komandannya keberatan. Namunakhirnya memaklumijuga.Perjalanan
sersan Kasim bersama puluhan prajurit itu akhirnya tiba di tepi sungai pada
tengah malam.Sebelum menyeberang komandan sudah memerintahkan seorang
prajurit untuk menyelidiki situasi diseberang sungai. Berdasarkan hasil pengamatan
mata-mata, diseberang sungai berjaga satu peletontentara Belanda. Prajurit
republik itu bisa saja menyeberangi sungai itu, namun dengan resiko yangsangat
tinggi. Penyeberangan harus dilakukan dengan sangat hati-hati, jangan sampai ada
suara.Setelah berunding beberapa saat, akhirnya komandan memutuskan untuk
menyeberangi sungai. SersanKasim sadar, ia membawa resiko yang berat dengan
bayinya itu. Ia sadar sepenuhnya. Seluruh prajuritakan mati jika tiba-tiba anaknya
menangis. Dengan hati-hati, satu per satu prajurit menyeberangi sungai.Agar tak
kehilangan arah, masing-masing prajurit dihubungkan dengan tali. Akhirnya semua
prajuritsudah berada di sungai. Sersan Kasim dan bayinya tepat di tengah sungai.
Pada saat itu terjadi peristiwadiluar dugaan. Kaki sersan kasim terperosok di lubang
dasar sungai. Seketika ia terkejut. Air menyentuhbayinya yang sedang tidur
nyenyak. Bayi itu mulai mengeluarkan suara tangis. Semua mata prajuritmengarah
pada sersan kasim dengan muka pucat. Sersan Kasim bingung, semua orang
menudingkepadanya, bergantung nasib terhadapnya.Sebelum bayi itu menangis
keras, tiba-tiba diam. Sesan Kasim dengan berat hati, menutup mulutbayinya,
sampai tak bersuara sama sekali . Semua mata prajurit menyaksikan peristiwa itu.
Sesan Kasimmembunuh bayinya sendiri untuk keselamatan prajurit . Akhirnya
rombongan prajurit itu selamatmenyeberangi sungai. Di sebuah desa seberang
sungai sersan Kasim membopong jenasag bayinya,kemudian memasukkan ke liang
lahat. Semua prajurit menahan haru. Mereka sadar, keselamatanmenyeberang
sungai karena pengorbanan sersan Kasim.Apa yang terjadi seandainya sersan Kasim
tak bersedia mengorbankan anaknya? Apa yang terjadiseandainya sersan Kasim
membiarkan saja bayinya menangis? Tentu prajurit akan mati. Belanda akandengan
mudah menghabisi prajurit-prajurit itu. Tetapi, sersan Kasim tak hanya berpikir
untuk dirinyasendiri. Justru sersan kasim lebih berpikir, bagaimana teman-
temannya dapat selamat. Pengorbanansersan kasim begitu sempurna. Harta satu-
satunya yang paling berharga yang menjadi miliknya, telahdikorbankan untuk
keselamatan semuanya.

Anda mungkin juga menyukai