Anda di halaman 1dari 18

Menjelajah Pengetahuan

dalam Kritik dan Esai


Raidon Jantanata
XII IPA B
A. Membandingkan
Kritik dan Esai
Apa itu Kritik Sastra?
● Kritik sastra adalah salah satu cara untuk mempelajari
dan menilai baik dan buruknya sebuah karya sastra.

● Kritik sastra adalah kegiatan evaluasi yang diwujudkan


dalam karya atau teks sastra.
Pak Muh
Oleh : Joni Ariadinata

Untuk yang kesekian kali, cerpen Natasya Atmim Maulida dipilih redaksi Sampai pada titik ini, cerpen Natasya sangat menarik. Natasya bisa menggambar-
Kakilangit, dengan judul "Kos Pak Muh". Sebuah cerpen dengan gaya kan kisahnya dengan cukup memikat. Karakter kedua tokoh tergambar dengan
realis yang cukup menarik, terutama pada bagaimana cara penulis jelas, dengan didukung oleh pelukisan latar yang hidup, dan bahasa yang
memperkenalkan tokoh di awal pembuka cerita. mengalir. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apa yang akan terjadi
dengan kedua tokoh itu? Apa kira-kira peristiwa yang akan menjadi daya pikat
Ada seorang tokoh laki-laki bernama Pak Muh, dengan karakter yang utama, dalam kaitan dengan kedua tokoh utama yang digambarkan dengan jelas
lembut, baik hati, ramah, dan akrab pada semua orang, la disukai, dan sejak awal? Memang ada beberapa tokoh lain, yakni para penghuni kos yang rata-
dicintai seluruh warga, dan karena itulah ia dipercaya menjadi ketua RT. rata adalah orang- orang muda. Tapi tokoh-tokoh itu hanyalah tokoh bawahan
Di lain sisi, ada tokoh bernama Dimas, yang digambarkan kurang lebih yang tidak penting, yang sejak awal memang tidak diceritakan secara khusus.
sama, yaitu ramah dan baik hati. Pak Muh adalah bapak kos (pemilik 15 Anggaplah mereka adalah tokoh pelengkap yang membantu menghidupkan latar.
kamar kos untuk mahasiswa). sedangkan Dimas adalah mahasiswa yang
menjadi salah satu penghuni kamar kos. Inilah pertanyaan penting yang semesti- nya dijawab oleh penulis, jika ingin me-
nyelesaikan cerpen ini secara utuh. Sayangnya, pergerakan kisah selanjutnya
Hubungan antara Pak Muh dan Dimas terjalin sangat akrab. Saking menjadi kabur karena Natasya tiba-tiba mengarahkan fokus kepada peristiwa lain
akrabnya, hampir setiap hari Pak Muh yang rajin mengontrol kamar-kamar yang benar-benar lepas dari hubungan antara dua tokoh (tokoh Dimas dan Pak
kos miliknya untuk memantau kedisiplinan para penyewa yang rata-rata Muh). Secara tiba-tiba, lima penghuni kos ditangkap polisi karena pesta narkoba.
adalah mahasiswa, selalu menyempatkan mampir ke kamar Dimas.) Pak Muh yang memantau kamar-kamar kos setiap hari, tampaknya tidak cukup
Mereka berdua sering ngobrol, bahkan Dimas sudah menganggap Pak perkasa untuk menjaga para penghuninya. Kos Pak Muh kemudian ditinggalkan
Muh adalah ayahnya, tempat ia curhat (menceritakan persoalan-persoalan para penghuninya. Persewaan kamar kos tempat usaha Pak Muh satu- satunya,
pribadinya). Begitupun Pak Muh, ia telah menganggap Dimas adalah anak yang merupakan sumber rezeki untuk menghidupi keluarga, kemudian bangkrut.
lelakinya. Pak Muh menjadi pendiam, dan tak lagi ramah pada semua orang.
Pak Muh
Oleh : Joni Ariadinata

Untuk yang kesekian kali, cerpen Natasya Atmim Maulida dipilih redaksi Sampai pada titik ini, cerpen Natasya sangat menarik. Natasya bisa menggambar-
Kakilangit, dengan judul "Kos Pak Muh". Sebuah cerpen dengan gaya kan kisahnya dengan cukup memikat. Karakter kedua tokoh tergambar dengan
realis yang cukup menarik, terutama pada bagaimana cara penulis jelas, dengan didukung oleh pelukisan latar yang hidup, dan bahasa yang
memperkenalkan tokoh di awal pembuka cerita. mengalir. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apa yang akan terjadi
dengan kedua tokoh itu? Apa kira-kira peristiwa yang akan menjadi daya pikat
Ada seorang tokoh laki-laki bernama Pak Muh, dengan karakter yang utama, dalam kaitan dengan kedua tokoh utama yang digambarkan dengan jelas
lembut, baik hati, ramah, dan akrab pada semua orang, la disukai, dan sejak awal? Memang ada beberapa tokoh lain, yakni para penghuni kos yang rata-
dicintai seluruh warga, dan karena itulah ia dipercaya menjadi ketua RT. rata adalah orang- orang muda. Tapi tokoh-tokoh itu hanyalah tokoh bawahan
Di lain sisi, ada tokoh bernama Dimas, yang digambarkan kurang lebih yang tidak penting, yang sejak awal memang tidak diceritakan secara khusus.
sama, yaitu ramah dan baik hati. Pak Muh adalah bapak kos (pemilik 15 Anggaplah mereka adalah tokoh pelengkap yang membantu menghidupkan latar.
kamar kos untuk mahasiswa). sedangkan Dimas adalah mahasiswa yang
menjadi salah satu penghuni kamar kos. Inilah pertanyaan penting yang semesti- nya dijawab oleh penulis, jika ingin me-
nyelesaikan cerpen ini secara utuh. Sayangnya, pergerakan kisah selanjutnya
Hubungan antara Pak Muh dan Dimas terjalin sangat akrab. Saking menjadi kabur karena Natasya tiba-tiba mengarahkan fokus kepada peristiwa lain
akrabnya, hampir setiap hari Pak Muh yang rajin mengontrol kamar-kamar yang benar-benar lepas dari hubungan antara dua tokoh (tokoh Dimas dan Pak
kos miliknya untuk memantau kedisiplinan para penyewa yang rata-rata Muh). Secara tiba-tiba, lima penghuni kos ditangkap polisi karena pesta narkoba.
adalah mahasiswa, selalu menyempatkan mampir ke kamar Dimas.) Pak Muh yang memantau kamar-kamar kos setiap hari, tampaknya tidak cukup
Mereka berdua sering ngobrol, bahkan Dimas sudah menganggap Pak perkasa untuk menjaga para penghuninya. Kos Pak Muh kemudian ditinggalkan
Muh adalah ayahnya, tempat ia curhat (menceritakan persoalan-persoalan para penghuninya. Persewaan kamar kos tempat usaha Pak Muh satu- satunya,
pribadinya). Begitupun Pak Muh, ia telah menganggap Dimas adalah anak yang merupakan sumber rezeki untuk menghidupi keluarga, kemudian bangkrut.
lelakinya. Pak Muh menjadi pendiam, dan tak lagi ramah pada semua orang.
Mengidentifikasi Unsur-Unsur Kritik Sastra
Unsur-Unsur
Kritik Sastra “Pak
Muh”

Ikhtisar Isi Cerpen Penokohan Gaya Bahasa

Cerpen tersebut menceritakan tentang 1. Lugas


a. Pak Muh (sebelum peristiwa)
jatuhnya tokoh kita, Pak Muh, dari 2. Bahasa yang Tepat
Lembut, Baik hati, Ramah
karakter yang sangat dicintai 3. Disampaikan secara langsung
- Ada seorang tokoh laki-laki bernama Pak Muh, dengan
dikarenakan peristiwa yang sungguh tanpa diputar-putar
karakter yang lembut, baik hati, ramah, dan akrab pada
sial. 4. Porsi yang pas
semua orang, la disukai, dan dicintai seluruh warga, dan
karena itulah ia dipercaya menjadi ketua RT.

b. Pak Muh (setelah peristiwa)


Pendiam, Kaku
- Pak Muh yang awalnya digambarkan sangat lembut
dan ramah, menjadi pendiam dan kaku karena usahanya
bangkrut.

c. Dimas
Ramah, Baik hati
- Ada tokoh bernama Dimas, yang digambarkan kurang
lebih sama, yaitu ramah dan baik hati.
Mengidentifikasi Unsur-Unsur Kritik Sastra
Unsur-Unsur
Kritik Sastra “Pak
Muh”

Kelemahan Kelebihan Simpulan

a. Perubahan karakter tokoh a. Gambaran hubungan antar Cerita tersebut memiliki awalan
penting yang terlalu frontal. tokoh yang sangat baik. yang kuat serta penggambaran
b. Kurang baik dalam b. Pelukisan latar sangat baik. tokoh yang indah. Namun, sangat
mempergunakan tokoh c. Bahasa yang digunakan disayangkan arahan cerita serta
penting lainnya. tepat, jelas, dan mengalir. perubahan karakternya terlalu
c. Pergerakan kisah yang drastis dan sulit dipahami.
kurang jelas.
Apa itu Esai Sastra?
● Esai sastra adalah teks yang bertujuan untuk
mengungkapkan pendapat seseorang berkaitan dengan
masalah (umumnya yang aktual) dalam kesusastraan.

● Esai diartikan sebagai karangan singkat yang membahas


suatu masalah dari sudut pandang pribadi penulisnya.
Para Priyayi dalam Para Priyayi
Oleh : Fahrizal

"Jangan hanya puas jadi petani, Le. Kalian harus berusaha menjadi Tulisan ini akan mencoba memahami berbagai makna yang dirangkai dengan
priyayi. Kalian harus sekolah" begitu pesan Martodikromo kepada anak- begitu apik oleh Umar Kayam dalam novelnya, Para Priyayi (1992). Sebagai
anaknya. Pesan itu melekat kuat dalam kalbu Mas Atmokasan. Oleh sebuah fenomena kebudayaan, priyayi telah menjadi status kelas, world view, dan
karena itulah, dengan segala upaya ia ber- usaha mewariskan obsesi dan bahkan life style. Benarkah begitu? Lalu, siapa dan apa itu priyayi? Apa makna
kegelisahan orang tuanya itu kepada anak tunggal-nya, Soedarsono. hidup yang mereka perjuangkan dan mereka yakini sebagai legitimasi
Hasilnya? Sungguh membanggakan! Karena pada suatu hari, nya, kepriyayian? Betulkah makna itu semakin terdistorsi di zaman yang berubah
Soedarsono kembali dari belajarnya dan di tangannya tergenggam beslit cepat sekarang ini?
guru bantu di Ploso. Itu berarti, ia adalah orang pertama dari keluarga
besar Martodikromo yang berhasil menjadi priyayi. Tentang Priyayi

Begitulah, pada gilirannya, Soedarsono -yang setelah menjadi guru Siapakah priyayi itu? Kayam mendefinisikan priyayi sebagai orang Jawa yang
berganti nama menjadi Sastrodarsono- memasuki gerbang kepriyayian berhasil duduk dalam satu jenjang pemerintahan, tidak peduli apakah
sebagai guru bantu lalu menjadi Guru Desa Karangdompol berkat bantuan pemerintahan itu guper- men atau kerajaan Jawa. Pada galibnya, bagi wong cilik,
Asisten Wedana Ndoro Seten, Sastrodarsono, kemudian berusaha berdiri di balik sebutan priyayi itu ada sejumlah obsesi dan ambisi, di samping sebuah
tegak di atas kakinya untuk membangun dinasti keluarga priyayi kecil. kata kunci: pencapaian.
Bersama Dik Ngaisah (Siti Aisah) ia mengarungi samudera kehidupan
priyayi dengan segala gelombang dan ombaknya, dengan kedamaian dan Sastrodarsono mendapatkan predikat priyayi sebagai achieved status, sedangkan
kegelisah- an. Masa lalunya adalah sesuatu, masa kini dan masa depannya anak-anaknya, Noegroho, Hardoyo, dan Soemini, mendapatkannya sebagai
menjadi sesuatu yang lain. Sastrodarsono mengejawantah menjadi pelita ascribed status. Lewat novelnya ini, Umar Kayam nampaknya ingin
dan semangat bagi ketiga putranya, para kemenakan, dan cucunya.ini. memperlihatkan bagai- mana bentuk-bentuk "pergulatan" itu dilakoni oleh para
tokoh novelnya sebagai upaya untuk tetap dapat disebut sebagai priyayi yang
baik. Justru lewat inilah, kualitas kepriyayian menjadi sesuatu yang tidak mudah
diraih.
Para Priyayi dalam Para Priyayi
Oleh : Fahrizal

Barangkali, bukan tanpa alasan Kayam memilih Sastro, yang mengawali Ketika memandang priyayi sebagai sebuah fenomena, maka ada sejumlah ciri
debut ke- priyayiannya sebagai guru bantu. Dalam kisah ini, dialah tokoh yang mesti diwujudkan atau paling tidak di- yakini oleh seorang priyayi sebagai
yang seluruh hidup- nya merupakan rangkaian adegan dalam skenario atribut kepriyayiannya. Oleh karena itulah, Kayam merasa hal ini penting untuk
besar dunia priyayi sebagai konsekuensi logis sebuah pilihan sadar. diartikulasikan kembali lewat cerita yang diciptakannya.

Pintu gerbang itu adalah guru. Demikianlah adanya. Pemberian beslit guru Pertama, priyayi adalah soko guru keluarga besar yang berkewajiban menam-
bantu kepada Sastro telah menjadi inisiasi untuk memasuki dunia priyayi. pung sebanyak mungkin anggota keluarga- jarinagan ke dalam rumah tangganya.
Mengapa guru? Karena priyayi orang terpandang yang dilihat dari Itu berarti, rezeki dan pangkat tidak boleh dinikmati sendiri. Adalah saru bila ada
kepintarannya. se- orang anggota keluarga besar priyayi sampai kleleran.

Memang, pada zaman Belanda guru adalah profesi prestisius, karena bisa Untuk memberi contoh, maka Sastro ngemong anak sepupu-sepupunya, seperti
meng- antarkan orang ke dunia kepriyayian. Gaji- nya saja seratus sepuluh Ngadiman, Soenandar, Sri, dan Darmin. Mereka menjadi bagian tak terpisahkan
gulden. Jumlah itu, menurut empu pendidikan Indonesia, Slamet Iman dalam keluarganya. Ia pun bertindak sebagai pengganti orang tua mereka untuk
Santoso, lebih besar daripada gaji dokter. Bisa dibayangkan, dengan gaji mem- persiapkan masa depan yang lebih baik. Upaya untuk mempertahankan trab
sebesar itu, seorang guru adalah orang sangat berkecukupan di zamannya. pun tetap berlanjut, ketika misalnya, Noegroho- yang pensiunan kolonel itu-
Apalagi Sastro menuruti nasihat bapaknya untuk tidak tergantung pada berusaha mem- bebaskan Harimurti yang dipenjara akibat aktivitasnya di
gaji saja. Ia masih bertani sedikit-sedikit. Paling tidak, untuk keperluan organisasi Underbouw PKI.
dapur dan perut, ia tidak perlu berpikir lagi. Oleh karena itu, ia
memanfaatkan tegalan belakang rumah sebagai sarana bercocok tanam
keluarganya.
Para Priyayi dalam Para Priyayi
Oleh : Fahrizal
Kedua, priyayi utama sesungguhnya adalah kesatria. Karena itu, priyayi Lewat yang pertama, Sastro ingin anak-cucunya memahami, bahwa ngelmu itu hanya
utama harus tetap tabah dan gagah menanggung malu. Ia tidak hanya dapat diperoleh dengan laku, usaha yang keras penuh prihatin. Agar tetap terpandang
gagah dalam ke- menangan, tetapi juga dalam kekalahan. di masyarakat, maka menimba ngelmu lewat laku. Sedangkan dari yang kedua, Sastro
ingin mengingatkan anak- cucunya untuk mengurangi makan dan tidur. Hal ini
Nasihat ini dibisikkan Kayam lewat Asisten Wedana Ndoro Seten diperlukan agar anak-cucunya dapat melatih batin dan menangkap sasmita. Dengan
Kedungsimo kepada Sastro. Kemudian, Sastro membisik- kan kembali kata lain, prihatin menjadi kunci untuk mencapai derajat kemuliaan.
kepada seluruh anggota keluarga besarnya. Karena itulah, mereka selalu
berusaha tegar dalam segala badai kehidupan, misalnya ketika istri Sastro Akan halnya yang terakhir, Sastro ingin anak-cucunya mengerti, bahwa hidup se bagai
harus mengalami pa geti kejatuhan syys dengan tidak hormat, ketika priyayi adalah mengabdi dan setia tanpa syarat kepada raja dan negara. Sastro
Sastro send menghadapi ulah kemenkannys. mengibaratkan, pengabdian priyayi ita haruslah seperti kesetiaan Sumantri kepada
Prabu Arjuna Sasrabahu, kesetiaan Kama kepada Prabu Sayudana, atau kesetiaan
Ketiga, priyayi yang baik yang h sadar akan mo rikuh, Priyayi yang s Kumbakarna kepada Kerajaan Alengka. Meskipun sifatnya berbeda, tetapi intinya
punya rasa rikuh akan tampil sebag priyayi yang tidak peka terhadap per sama, yaitu kesetiaan sebagai tanda tahu membalas budi kepada raja dan negara.
dan penderitaan orang lain, serakah, das menang sendiri. Sebaliknys,
priyay yang punya rasa rikuh akan tahu kapan harus bertindak. Priyayi dan Agama

Keempat, priyayi yang baik hans memiliki nilai moral yang lain yang juga Pada Tahun 1952, Clifford Geertz mem- populerkan tipologi sastra, abangan, dan
hans dijewantahkan dalam kehidupannya sehari-hari. Sastro memilihkan priyayi sebagai kategori-kategori sosial yang ada dalam masyarakat Jawa. Menurut
cerita-cerits wayang untuk anak-anaknya sebagai sarana untuk Parsudi Suparlan, pengkategorian tersebut dibuat bukan sebagai sesuatu yang saling
mengajarkan budi pekerti. Selain itu, ada sejumlah serat yang senantiasa bertentangan, tetapi justru untuk mem- perlihatkan ada saling ketergantungan di antara
ditembangkan secara kontekstual, yaitu serat Wedhatama, Wulangreb, dan ketiganya. Ketergantungan tersebut terwujud dalam kehidupan birokrasi kota.
Tripama Meskipun demikian, harus diinsafi benar, bahwa sampai kini polemik di antara para
ilmuwan tentang tipologi itu belum juga selesai.
Para Priyayi dalam Para Priyayi
Oleh : Fahrizal

Sebaiknya, kita menghindar dahulu dari perdebatan intelektual semacam Seting "Para Priyayi" adalah permulaan abad ke-20. Di masa itu, pemerintah
itu. Bukan karena hal itu tidak penting, tetapi yang ingin dibahas dalam Hindia Belanda masih menjadi gurita raksasa dengan berjuta tangan atributnya.
tulisan ini adalah teks dan konteks fiksi Kayam yang juga menghadirkan Atribut- atribut itu terejewantahkan dalam sosok para birokrat pribumi-dengan
sisi-sisi hidup ketiga kategori tersebut. Berangkat dari teks fiksi inilah kita sedikit pilihan atau tanpa pilihan sama sekali-yang dengan setia" menjadi
mencoba meneropong bagaimana Kayam mempergunakan tipologi pengawal dan begundal kekuasaan kolonial. Semua itu terjadi, karena Belanda
tersebut untuk membangun sebuah teks fiksi dan realitas - kurang- lebih di sukses memainkan simbol- simbol prestise imajinatif yang terjustifikasi dalam
dunia pembaca. Bagaimana tipologi itu hadir sebagai pusat imajinasi rangka aktualisasi diri dari setiap Individu yang dijadikan kaki tangannya. Karena
Kayam tentang salah satu sisi kehidupan para tokoh cerita yang itu, kelahiran priyayi sebagai sebuah kategori sosial adalah reason dan result dari
"dipriyayikan"-nya. Bagaimana pula realitas priyayi sebagai- mana kondisi sosial budaya, ekonomi, dan politik yang memang berkembang dan
dirumuskan Geertz bertemu dan bermain dalam realitas priyayi pada novel mengkristal dalam masyarakat. Untuk itu, segala pen- capaian menjadi sah di
Para Priyayi Kayam? hadapan sang cita- cita: menjadi priyayi. Tak peduli priyayi yang selalu manut-
miturut pada kekuasaan gupermen dan kepingin raja kecil yang sewenang-
wenang terhadap wong cilik atau priyayi berpikiran maju yang melihat wong cilik
sebagai bagian integral kehidupan yang juga harus diperjuangkan nasibnya.
Para Priyayi dalam Para Priyayi
Oleh : Fahrizal

Sejatinya, isu sentral perdebatan tentang keberadaan tipologi Greertz Agama mereka memang Islam. Tetapi, Sastro berasal dari keluarga petani
adalah persoalan keberagamaan. Dalam konteks ini, menurut Azyumardi abangan yang tidak pernah sembahyang dan puasa di bulan Ramadhan. Puasa
Azra, hanya dimungkinkan munculnya kategori santri dan abangan. Ramadhan, menurut bapaknya, terlalu enteng, kurang ngkakoni dan tidak
Meskipun demikian, menjadi menarik manakala kita simak penjelasan mengantar mereka manunggal.
Parsudi Suparlan tentang mengapa hadir kategori priyayi dalam konteks
tersebut. Begitulah pada gilirannya kita pun mengenal tipologi "priyayi- Pertama, meskipun mereka tidak sembahyang, namun jauh dalam lubuk hati,
santri" atau "priyayi- abangan". Realitas kurang-lebih inilah yang mereka ingin sekali menghampiri simbol- simbol Islam yang ada dalam
nampaknya ingin dihadirkan Kayam lewat novelnya. keseharian mereka. Misalnya, ketika Sastro lahir, sebenarnya emboknya ingin ia
diberi nama Islam, mungkin Ngali atau Ngusman, seperti nama bapaknya, Kasan.
Dalam "Para Priyayi", Kayam nampak- nya berusaha menampilkan
kompleksitas kategori- kategori sosial tersebut dalam kehidupan sehari- Kedua, meskipun Sastro hanya mem- percayakan pendidikan moral anak-anak-
hari. Keluarga Sastro yang priyayi itu ditampilkan sebagai potret nya lewat cerita-cerita wayang, tapi ia masih tetap ingin agar anak-anaknya dapat
kehidupan sebuah keluarga Jawa dalam perjalanan keberagamaan atau bersentuhan lebih dekat dengan Islam. Oleh sebab itu, ia senang sekali ketika Sri
semangat religius mereka yang abangan. dan Darmin anak-anak sepupunya dari keluarga petani santri- ikut tinggal
bersama mereka. Keduanya rajin sembahyang, patuh, dan rajin belajar. la yang
Apakah penyebutan memang mewakili local knowledge masyarakat dibesarkan dalam dunia petani dan priyayi-abangan, berharap agar kedatangan
Wana- galih tentang inti pengkategorian Geertz? Ataukah itu sekedar mereka dapat memberi keseimbangan wawasan kepada anak-anak- nya.
kesempatan Kayam untuk memberikan ruang bagi pemahaman dan Sayangnya, setelah sekian lama tinggal bersama mereka, keduanya justru ikut-
persetujuannya terhadap trikotonomi Geertz? Entahlah, yang jelas, ikutan malas sembahyang. Selain itu, ia pun pada suatu hari mengizinkan
keluarga Sastro adalah keluarga priyayi-abangan dengan segala Noegroho dan Hardojo untuk mengaji dan belajar silat. kepada Haji Mansoer.
kompleksitasnya.
Para Priyayi dalam Para Priyayi
Oleh : Fahrizal

Ketiga, mereka masih sangat berpegang teguh pada sikap bahwa dalam Perubahan Kebudayaan
memilih jodoh harus seiman. Misalnya, Hardojo yang selama ini tidak
mendapatkan pendidikan Islam yang memadai, tetapi ketika memilih Hari berganti. Setiap zaman punya kebudayaanya sendiri-sendiri. Konsep itu pun
jodoh ia masih berusaha mengedepankan Islam. mengalami definisi baik sebagai a set of value atau a set of knowledge maupun
sebagai a rule of behavior. Pada gilirannya, masyarakatlah yang paling berhak
Keempat, kebanggaan Keluarga Sastro pada gilirannya telah menjadi satu menyeleksi, mana nilai dan pengetahuan yang relevan dipergunakan untuk
lukisan mozaik penuh warna dengan Islam sebagai background-nya. mengapresiasi lingkungan alam dan sosial yang dihadapi dalam upaya
Berbagai isme atau ajaran spiritual yang menjadi atmosfir pergulatan pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu, wajar saja bila ada sebuah
hidup menjadi fenomena dan "kekayaan" tersendiri. Betapa tidak! konsep yang dahulunya sakral kini menjadi profan. Wajar saja bila banyak konsep
Bagaimana kita bisa menjelaskan bila seorang anggota Lekra tulen seperti mengalami pergeseran makna dan fungsi dalam masyarakat, seperti konsep
Harimurti ternyata masih "sanggup" melafalkan Al-Fatihah ketika Lantip priyayi.
dan Halimah bertunangan. Padahal, justru simbol-simbol formal seperti
itulah yang menjadi sasaran tembak empuk organisasinya kepada Islam Sebagai sebuah kategori sosial, priyayi adalah kelompok yang terpandang di
tentang kesalehan formal dan kesalehan sosial yang selama ini jarang masyarakatnya. Kini konsep itu mengalami pergeseran. Bila makna konsep itu
sekali mesra dalam tataran praksis. masih merujuk pada tingkat keningratan atau kedarahbiruan seseorang, itu tidak
populis dan tidak penting lagi sekarang. Bila merujuk pada status sosial yang
ukurannya adalah kepandaian atau tingkat pendidikan, hal itu pun kini telah
tergugat.
Para Priyayi dalam Para Priyayi
Oleh : Fahrizal

Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan tersebut, baik secara


simultan maupun terpisah. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat pesat selama Orde
Baru ternyata melahirkan kelompok-kelompok orang kaya baru dalam
masyarakat. Tak pelak lagi, merekalah yang kemudian banyak
memberikan warna dalam perubahan kebudayaan, terutama di kota- kota
besar.

Pada akhirnya, inilah penafsiran. Kayam telah memberikan kesempatan


kepada kita untuk ikut memberikan apresiasi dan tafsir sesuai dengan
kemampuan kita. Sosok dan makna priyayi bagi kita barangkali tidak sama
persis seperti apa yang digambarkan Kayam. Oleh karena itu, marilah kita
beri ruang bagi segala tafsir tersebut. Pada giliran nanti, makna itu akan
mengalami proses konstruksi, dekonstruksi, dan rekonstruksi berulang-
ulang sesuai dengan pemaknaan zaman yang kita alami. Bukankah karya
sastra yang baik akan mampu mendorong lahirnya berbagai tafsir dan
makna baru?
Mengidentifikasi Unsur-Unsur Esai
No. Unsur-Unsur Deskripsi
1. Fakta 1. Kayam mendefinisikan priyayi sebagai orang Jawa yang berhasil duduk dalam satu
jenjang pemerintahan, tidak peduli apakah pemerintahan itu gupermen atau kerajaan
Jawa.
2. Pada Tahun 1952, Clifford Geertz mem- populerkan tipologi sastra, abangan, dan
priyayi sebagai kategori-kategori sosial yang ada dalam masyarakat Jawa.
3. Sebagai sebuah kategori sosial, priyayi adalah kelompok yang terpandang di
masyarakatnya.

Dalam Esai tersebut terdapat fakta-fakta yang sudah sesuai dengan data yang terdapat
pada buku-buku sastra.

2. Permasalahan Perbedaan dalam makna Priyayi yang telah dijelaskan oleh Kayam.
3. Analisis Permasalahan Sosok dan makna priyayi bagi kita barangkali tidak sama persis seperti apa yang
digambarkan Kayam, yang pada akhirnya menuju kepada penafsiran.
4. Simpulan Oleh karena itu, marilah kita beri ruang bagi segala tafsir tersebut. Pada giliran nanti,
makna itu akan mengalami proses konstruksi, dekonstruksi, dan rekonstruksi berulang-
ulang sesuai dengan pemaknaan zaman yang kita alami.
Perbedaan Esai dan Kritik
● Dalam Kritik Sastra, ditujuankan penulis untuk menilai isi suatu karya sastra
tanpa adanya pendapatan yang pribadi, disertakan unsur-unsur ekstrinsik
serta intrinsik. Tidak hanya itu, kritik sastra juga dapat disebut sebagai
sebuah kegiatan evaluasi yang diwujudkan dalam karya atau teks sastra.

● Namun, dalam Esai Sastra, sang penulis lebih menuangkan ide-ide


pribadinya sehingga bersifat sangat obyektif. Esai sastra juga dapat disebut
karangan singkat yang membahas suatu masalah dari sudut pandang pribadi
penulisnya. Unsur-unsur pada esai sastra jauh lebih singkat serta lebih
menonjol terhadap argument.
Informasi Tambahan
● Esai dapat dibagi ke dalam empat jenis berdasarkan cara mengupas sesuatu fakta, yaitu sebagai berikut.

1. Esai deskripsi, yaitu esai yang hanya terdapat gambaran sesuatu fakta seperti apa adanya, tanpa ada penjelasan atau
penafsiran atau komentar.
2. Esai eksposisi, yaitu esai yang tidak hanya menggambarkan fakta, tetapi juga menjelas- kan rangkaian sebab akibat,
kegunaannya, dan kelemahannya.
3. Esai argumentasi, yaitu esai yang hanya menunjukkan fakta, tetapi juga menunjukkan permasalahannya dan
kemudian menganalisis- nya dan mengambil kesimpulan.
4. Esai narasi, yaitu esai yang menggambarkan sesuatu fakta dalam bentuk urutan yang kronologis dalam bentuk cerita.
Misalnya Esai tentang pertemuan seorang sastrawan Indonesia derngan sastrawan dunia.

Anda mungkin juga menyukai