Disusun Oleh :
Naskah Drama Jawa ini ditulis oleh M Ahmad Jalidu di Yogyakarta tahun 2006.
Pernah dipentaskan oleh Pimpinan gamblank Musikal Teater (GMT) Yogyakarta yang
bertempat di Jogja Teater Space beberapa tahun lalu. Cerita ini diperankan oleh beberapa
tokoh. Antara lain Somat (tegas), Ibu Somat (penyanyang dan gengsian), ayah
somat(keras) , mas bambang (baik), Pak Madi (Intelektual namun mudah berburuk
sangka), Sukirno (gila karena jatuh cinta), Paijo (plonga-plongo), Pak Dhukuh
(bertanggung jawab dan amanah), Bu Dukuh (positif thingking), Pak Kaji (bijaksana),
supri ( kepo).
Latar belakang yang menginspirasi penngarang dalam menulis naskah ini ialah
fenomena yag terjadi di masyarakat terhadap pandangan seseorang yang diaggap buruk.
Ketika orang baik banyak melakukan kebaikan maka itu sudah biasa, aka tetapi jika ada
orang baik dan pernah tercatat melakukan satu keburukan hal itu akan menjadi
justifisikasi dalam mindset atau pandangan orang lain adalah keburukan yang dilakukan.
Adapula digaitmbarkan sosok-sosok manusia dan sifat baik buruknya dalam cerita ini.
Ending dalam certa ini terhitung masih menggantung, yakni tidak ada keterangan secara
tersurat masalah apa yang disoroti dan bagaimana titik akhirnya.
Pada babak dua setting tempat pindah di cakruk (tempat nokrong) . dengan dialog
antara Bambang, Pak madi, dan Sukirno. Dengan topik permasalahan yakni dana untuk
pembangunan renovasi masjid yang masih kurang. Bukan hanya itu, dalam babak ini juga
memberikan pengenalan bagaimana watak-watak tokoh digambarkan seperti Bambang
yang respect dan humble, Sukirno yang tergila-gila karena cintanya kepada retno, Pak
Madi yang intelektual dengan segala pertimbangan caran berpikirnya dan Paijo yang
suka melawak.
Pada tahap terakhir menceritakan Bapak Somat yang dianggap sebagai maling
kotak amal di masjid dan dihakimi massa seketika hingga babak belur. Akan tetapi
ternyata Pak Somat hanya berkeinginan untuk menyumbangkan uang guna renovasi
masjid yang kemarin sempat ditolak oleh Pak Madi lantaran dikira uang tidak halal.
Analisis struktur dalam naskah drama Becik Nitik Ala Pilara ini meliuputi unsur
tema, penokohan, alur, setting, dialog, konflik, petunjuk teknis, dan amanat. adapun
penjelasan mengenai analisis naskah drama Becik Nitik Ala Pilara karya M Ahmad Jalidu
sebagai berikut :
a. Tema
Tema yang diangkat dalam naskah ini yakni sorotan terhadap perilaku masyarakat
yang sudah mendarah daging yaitu sikap berburuk sangka. Seseorang yang
dianggap buruk memang tidak pernah dinilai kebaikanya, sedangkan orang yang
dianggap baik tidak akan dinilai keburukanya., akan tetapi jika orang yang baik
melakukan satu keburukuan maka keburukan tersebut akan seluruh kebaikanya
tertutupi oleh satu keburukuan. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kejadian
dalam adegan naskah. Seperti contoh dalam babak 4 yakni percakapan yang
terjadi di rumah Pak Kaji, topic yang disoroti yakni argumentasi dari Pak Madi
dan sangkaanya terhadap Pak Somat yang dianggap menyumbangkan uang tidak
halal dalam rangka renovasi masjid kampung hanya saja karena dulunya, Pak
Somat telah mengalami kasus tindak criminal maka uang yang disumbangkan
kepada pihak masjid akhirnya dikembalikan. Padahal pak somat berniat baik
walau pada akhir cerita Pak Somat melakukan sesuatu yang kurang tepat untuk
menyalurkan niat bainya itu yakni dengan sembunyi-sembunyi memasukkan uang
ke dalam kotak amal dan berpaikan seperti maling.
b. Tokoh dan Penokohan
Waluyo (2002: 17) secara tegas mengatakan bahwa watak tokoh protagonis dan
antagonis harus memungkinkan keduanya menjalin pertikaian dan pertikaian itu
berkemungkinan untuk berkembang mencapai klimaks. Dalam analisis Penokohan
ini, kami menggunakan dasar teori yang dikemukakan oleh Waluyo tersebut.
Berikut analisisnya : Cerita ini diperankan oleh beberapa tokoh. Antara lain Somat
(tegas), Ibu Somat (penyanyang dan gengsian), ayah somat(keras) , mas bambang
(baik), Pak Madi (Intelektual namun mudah berburuk sangka), Sukirno (gila
karena jatuh cinta), Paijo (plonga-plongo), Pak Dhukuh (bertanggung jawab dan
amanah), Bu Dukuh (positif thingking), Pak Kaji (bijaksana), supri ( kepo).
Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis dalam naskah ini yakni Pak Somat dan Bambang. Kedua
tokoh ini yang menjadi pokok cerita dan sering muncul dalam setiap
adegan. Pak Somat srndiri memerankan sebagai orang yang pernah
menjalani keburukan dan ingin berubah ke arah kebaikan akan tetapi
mendapat beberapa kecaman tidak enak dari masyarakat setempat.
Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis dalam naskah ini diperankan oleh Pak Madi. Pak Madi
digambarkan sebagai seorang takmir masjid yang intelektual akan tetapi
suka berburuk sangka. Pak Madi mengungkapkan kecurigaan terhadap
uang Pak Somat yang digunakan untuk meunyumbang renovasi masjid
karena dianggap uang tidak halal.
Tokoh Tritagonis
c. Alur
Bisa diamati bahwa dari rangkaian cerita dari awal dalam naskah ini bisa
dikatakan alur maju. Jalan cerita runtut dan teratur. Mulai dari pengenalan tokoh-
tokoh dalam cerita, pengenalan konflik dari beberapa tokoh, kemudian puncak
konflik yang diperankan oleh tokoh utama yakni Pak Somat serta ending yang
digambarkan tersirat oleh pengarang.
d. Setting
e. Dialog
f. Petunjuk Teknis
Bagaiamana cara pembaca bisa mengetahui maksud dari sebuah naskah memang
perlu diketahui dari petunjuk taknisny. Petunjuk teknis yakni bagaiamana cara
pengarang mencantumkan tuntunan senbagai penafsiran agar bosa dipahami oleh
pembaca, atau mudah dipelajari jika naskah ingin dipentaskan. Petunjuk teknis
bisa berupa paparan per adegan, profil tokoh, latar cerita, tata lampu, tata music
dan tata panggung. Contoh :
g. Amanat
Amanat dari naskah drama Becik Nitik Ala Pilara yaitu sebagai manusia kita tidak
berhak untuk menghakimi seseorang dengan pandangan atau spekulasi subjektif
yang kita ambil dari masa lalu buruk yang orang lain pernah lakukan. Setiap
manusia pasti mengalami fase hidupnya masing-masing. Jangan memandang
buruknya orang lain sebagai penutup kebaikan-kebaikan lain yang jelas lebih
banyak dan bisa dihargai.
Daftar Pustaka