Anda di halaman 1dari 6

Nama : Riafatin Ulfi Ilyasa

NIM : 04011181621010

Ruang MKDU :1

TUGAS RESENSI NOVEL

“ Pulang “

Identitas buku

Judul buku : Pulang

Penulis : Tere Liye

Editor : Triana Rahmawati

Penerbit : Republika

Tahun terbit : 2015

Tebal buku : 400 halaman

Ukuran dimensi buku : 13,5 x 20,5 cm

Harga buku : Rp 99.000,00

Sinopsis

Namaku Bujang. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik,
dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut.

Suatu hari keluarga Samad kedatangan tamu istimewa dari kota. Begitu istimewanya tamu
tersebut hingga membawa beberapa rombongan mobil ke desa Talang di lereng perbukitan
Bukit Barisan yang jarang disinggahi kendaraan. Tamu tersebut adalah Tauke Besar yang
ternyata merupakan seseorang yang dekat dengan kehidupan Samad di masa lalu, hendak
datang berburu babi. Bujang, putra Samad, yang tengah beranjak remaja diajak Tauke Besar
ikut berburu babi. Bujang yang selalu dilarang Mamak masuk hutan, langsung setuju karena
biasanya Bujang masuk hutan sambil sembunyi-sembunyi.
Awalnya perburuan berlangsung seru. Satu per satu babi hutan rubuh oleh rombongan Tauke
Besar. Hingga datang suatu petaka, kemunculan seekor babi hutan raksasa. Dan pertarungan
malam itu menyisakan Bujang seorang yang masih berdiri sehat, tepat di hadapan babi
raksasa yang menatapnya marah. Sejak malam itu, rasa takut sudah dikeluarkan dari dada
Bujang. Dia berhasil mengalahkan babi raksasa tersebut. Titisan darah dari leluhur telah
memanggilnya menjadi seorang jagal. Orang-orang memanggilnya sebagai Si Babi Hutan.

Di bab – bab awal cerita berlangsung datar berupa pengolahan informasi dan karakter dari
beberapa tokoh yang terlibat dan tema cerita, yakni shadow economy. Bujang remaja yang
dibawa oleh Tauke Besar ke Ibukota Provinsi dan dianggap sebagai anak angkatnya.
Berbagai potensi yang dimiliki oleh Bujang yang terdeteksi oleh melalui serangkaian Tes
Psikologi yang dilakukan oleh Frans-si Guru Amerika. Namun itu semua tidak membuat
Bujang menginginkan sekolah. Bujang tetap ingin menjadi seorang tukang jagal. Lalu oleh
sebuah peristiwa Amok, Bujang takluk ditangan Baasyir yang membuatnya mesti tetap
sekolah. Berkat gemblengan Frans melalui setumpuk buku yang harus dibaca Bujang setiap
hari, akhirnya Bujang berhasil menyelesaikan ujian persamaan sekolah menengah.

Sementara bisnis Tauke Besar yang berkedok pencucian uang semakin menggurita di Ibukota
Provinsi. Satu per satu lahan dan daerah territorial dikuasainya. Tauke Besar berkeyakinan
kelansungan bisnis dan nama besar keluarga Tong di masa depan tidak hanya bsa diandalkan
kepada otot namun juga harus dilandasi atas kepintaran otak untuk menjalaninya. Untuk
itulah Tauke Besar menyetujui ide Kopong. Bahwa Bujang memiliki talenta yang tidak biasa,
yakni Bujang berkelahi dengan mempergunakan otak. Sehingga setiap malam Bujang dilatih
secara fisik dan mendatangkan Guru Bushi untuk belajar teknik Bushido dan Salonga untuk
belajar menembak.

Kelebihan dari novel Pulang

1. Setting Cerita.

Dalam novel Pulang ini Tere Liye menggunakan tiga setting cerita utama yakni Desa Talang
di suatu Provinsi di Pulau Sumatera, Ibukota Propinsi dan Ibukota Negara. Sedangkan
Hongkong, Manila, Jepang dan Amerika merupakan setting yang membantu pengolahan
konflik dan cerita.
2. Tokoh dan karakternya.

Semua tokoh yang ada dalam cerita ini dengan karakter masing-masing terasa saling
melengkapi dan mengisi peran dalam kesatuan cerita. Baasyir, Kopong, Parwez, Mansur, si
kembar Yuki, Kiko, Frans dan anaknya White, Guru Bushi dan Salonga dihadirkan secara
natural dan semuanya memiliki peran penting dalam perjalanan hidup Tauke Besar dan
Bujang serta ekspansi bisnis keluarga Tong.

Melalui eksplorasi tokoh dan karakter, Tere Liye dengan kemampuannya yang selalu
mengejutkan pembaca saat menampilkan sisi pecundang dalam novel Pulang ini. Pecundang
tersebut adalah Baasyir, ia menjadi duri dalam daging yang menggerogoti bisnis Keluarga
Tong secara diam-diam. Dan ini sama sekali tidak akan tertebak oleh pembaca apabila jika
tidak secara seksama memperhatikan daftar isi dalam novel ini. Hanyalah Baasyir dan
Salonga, dua tokoh yang dihadirkan secara khusus dalam penceritaaan antar bab. Jika ini
diperhatikan sedari awal, tentulah pembaca dengan cepat bisa menyimpulkan siapa yang
menjadi pahlawan dan siapa pecundangnya.

3. Menggambarkan Tema Shadow Economy

Sebagai seorang yang berlatar belakang Ekonom, Tere Liye menghadirkan tema yang tidak
biasa. Ekonomi Bayangan, ekonomi tak kasat mata yang dijalankan dari belakang meja,
begitu Tere Liye menggambarkan deskripsi dari Shadow Economy.

Apakah karena tema ini Tere Liye membuat keputusan menggunakan menolak penyebutan
nama propinsi dan nama negara dalam penceritaannya? Patut diduga keputusan tersebut
dilatarbelakangi kekhawatiran adanya aspek politis yang bisa mengganggu di kemudian hari.

4. Time Frame

Dalam novel Pulang ini Tere Liye sama sekali tidak menyebutkan kisaran waktu dari cerita
novel ini. Penyebutan waktu hanya berdasarkan umur dari tokoh utama Bujang. Namun
karena telah adanya penggunaan Teknologi Informasi seperti pemindai, teknologi computer
tablet, email seperti yang disebutkan pada halaman 71, pembaca dapat menarik kesimpulan
bahwa konflik antara keluarga Tong dan keluarga Lin sebagai konflik yang dihadirkan dalam
cerita ini terjadi pada masa sekarang.
Kekurangan dalam novel Pulang

1. Alamat dalam setiap surat Bapak

…..Kutitipkan surat ini kepada tetangga kita di Talang, dengan pesan, jika aku sudah
dikuburkan, dia akan segera mengirimkan surat ini ke alamat Tauke Muda di Kota Provinsi.
Dan dari sana, entah bagaimana caranya, pastilah akan tiba kepadamu. (Hal.237)

Kutipan diatas merupakan penggalan dari surat Bapak yang mengabarkan kematiannya
sendiri. Dari surat tersebut secara jelas dinyatakan bahwa Bapak hanya tahu alamat Tauke
Muda (sudah menjadi Tauke Besar sekarang) adalah di ibukota Provinsi. Paahal secara jelas
Tuanku Imam menceritakan bahwa Kopong setiap bulan berkirim surat kepada Mamak untuk
menceritakan tentang Bujang, sejak Bujang dibawa ke Ibukota Provinsi. Logikanya pasti saat
keluarga Tong telah pindah ke Ibukota, Kopong mempergunakan alamat keluarga Tong di
Ibukota. Dan pastinya Bapak akan tahu alamat tersebut.

…Kau mungkin tidak tahu bahwa setiap bulan, Kopong selalu mengirim surat ke Mamak
kau…. Dia telah berjanji kepada Mamak kau untuk mengabarkan apapun tentang Bujang,
anak satu-satunya. (hal 320)

2. Pemilihan waktu kematian antara Mamak dan Bapak

Sehabis pesta perayaan kelulusan Bujang di Universitas, datanglah sepucuk surat yang
mengabarkan kematian Mamak. Alur cerita yang sama juga terjadi saat kematian Bapak
yakni setelah Bujang kembali pulang sehabis menamatkan kuliah Masternya di Amerika.
Persamaan tersebut membuat cerita terasa dipaksakan dan tidak natural.

3. Kemunculan Tokoh Tuanku Imam

Memang benar dalam novel Pulang ini membutuhkan tokoh bijak yang sebagai sosok tua
yang meberi nasehat. Namun kepindahannya ke Ibukota dan bagaimana kedekatan antara
Tuanku Imam dengan Kopong dan Tauke Besar tercipta, sehingga Kopong bisa menciptakan
lorong penghubung – lorong penyelamat antara ruang kerja Tauke dengan rumah Tuanku
Imam menjadi sesuatu hal yang tidak realistis lagi.

4. Keberadaan Putra Tertua Keluarga Lin

Dijelaskan pada akhir konflik bahwa pengkhianatan Baasyir terhadap Tauke Muda juga
diperkuat oleh putra tertua keluarga Lin yang dendam terhadap Bujang. Setelah keberhasilan
serangan pengkhianatan tersebut, rupanya Tere Liye tetap menghadirkan tokoh putra tertua
keluarga Lin tersebut hingga serangan balasan dari Bujang yang merebut kembali tahta
kerajaan bisnis keluarga Tong yang membuat mereka bertemu di ruang kerja Parwez. Padahal
sudah terjadi jarak waktu antara serangan dari Baasyir terhadap Bujang dan Tauke Besar dan
serangan balasan dari Bujang sehingga terasa janggal. Apakah tidak seharusnya putra tertua
Lin segera kembali ke Makau untuk pemakaman ayahnya begitu Tauke Besar sudah
ditaklukkan? Apa yang membuatnya masih bertahan di Ibukota?

5. Pemanggilan Nama Agam

“Agam, kau sudah siuman, Nak?”

“ Siapa kau? Bagaimana kau tahu namaku?” Aku bertanya, menatap orang tua itu.

Dialog yang terjadi antara Bujang yang telah siuman pasca penyerangan Baasyir pada
halaman 316 juga patut dipertanyakan. Apa maksud dari Tere Liye menampilkan nama kecil
dari Bujang sebagaimana Agam yang disebutkan oleh Tuanku Imam. Padahal sejak dari
semula baik Bapak maupun Mamak tak pernah sekalipun memanggilnya sebagai Agam. Hal
itu menjadi sesuatu yang sia-sia karena tidak berhubungan dengan inti cerita.

6. Apakah Bujang benci dengan Bapaknya?

Hal ini patut dipertanyakan karena dalam narasi ketika Bujang kembali Pulang ke desa
Talang untuk menziarahi makam Bapak dan Mamak, tak sekalipun disebutkan penggambaran
kerinduannya terhadap Samad sang bapak.

Walaupun diawal-awal memang sosok Samad digambarkan sebagai Bapak yang keras
terhadap Bujang, namun sesungguhnya kehadiran tokoh Samad sebagai tukang jagal yang
darah titisannya juga mengaliri jiwa Bujang sebagai tukang jagal, sehingga pada akhir cerita
harusnya tetap menyertakan keterkaitannya dengan sosok bapak tersebut berupa penyebutan
narasi terhadap Bapak.

Bahasa yang digunakan

Bahasa Indonesia yang mudah dipahami.


Kesimpulan

Pulang merupakan wujud bahwa sebuah perjalanan panjang telah usai. Sejauh mana kaki
melangkah, sejauh apa kepak sayap terkembang, pada akhirnya akan kembali pulang. Pulang
tidak hanya kembali ke titik awal, namun pulang juga merupakan manifestasi kembali suci.
Maka janganlah ragu. Ketika semua kepenatan hidup sudah menghampiri, maka pulanglah.
Niscaya engkau akan mendapatkan kedamaian.

Anda mungkin juga menyukai