Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS NOVEL

DISUSUN OLEH:
 R.A. Mutiara Nurul Puspita Sari
 Titi Kurnia Palupi

SMK BUDI MULIA


I. Identitas buku

Judul buku : PULANG


Tahun terbit : cetakan VII, November 2015
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Jumlah halaman : 405
Bahasa : Indonesia

II. Pendahuluan
“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis Indonesia yang diambil
dari bahasa India dengan arti: untukmu. Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei
1979 dan telah menghasilkan 14 buah novel. Nama asli dari pengarang ini
adalah Darwis ,yang beristrikan Riski Amelia, dan seorang ayah dari Abdullah
Pasai. Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga petani,
anak keenam dari tujuh bersaudara. Riwayat pendidikannya antara lain, SDN 2
Kikim Timur Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel, SMUN 9
Bandar Lampung, Fakultas Ekonomi UI. Profesinya sekarang sebagai penulis
dan sebagai pemateri dalam forum diskusi. Berkat dari kerja kerasnya itu
membuat novel nya itu sampai ke pasaran Internasional, oleh sebab itu ia
dijuluki sebagai novelis terbaik Indonesia. Novelnya ada yang sampai ke
mancanegara yang diterjemahkan dalam bahasa inggris. Karya-karyanya yang
telah dipublikasikan antara lain berjudul Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin, Pukat, Burlian, Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah,
Ayahku bukan Pembohong,The Gogons Series: James & Incridible, Bidadari-
Bidadari Surga, Sang Penandai, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, Mimpi-
Mimpi Si Patah Hati, Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur, Senja Bersama
Rosie, dan ELIANA serial anak-anak mamak. Semua dari karya-karyanya itu
mendapatkan tanggapan positif dari setiap pembaca. Hampir semua dari novel-
novelnya itu menjadi best seller.

III. Sinopsis

Novel ini menceritakan tentang perjalanan pulang seorang bujang, pimpinan ribuan
anggota keluarga dan puluhan perusahaan yang tersebar di seluruh kawasan Asia Pasifik.
Seorang samurai sejati. Yang berhasil mencapai tujuannya, pulang.
Tidak mudah seorang bujang yang biasa dikenal si Babi Hutan menjadikan dirinya
sebagai orang yang kini paling dihormati. Dua puluh tahun lamanya Bujang menjalani
kehidupan menyesatkan, berteman dengan maut, berjuang untuk pulang. Semua ini berawal
ketika dia berusia 15 tahun, datang seorang pemburu Babi Hutan dari kota untuk
menjemput bujang agar ikut dengannya memperbaiki kehidupan di kota provinsi. Tauke
Besar, pemburu Babi Hutan ternyata ia pemimpin shadow economy di kota provinsi.
Pengalaman pertama yang membuat rasa takut pada apapun hilang dari jiwa Bujang, ketika
Bujang berhasil melawan Babi Hutan yang begitu besar hingga kini Bujang mendapat
julukan si Babi Hutan.
Perjalanan hidup Bujang penuh dengan suka duka, kebahagiaan dan penderitaan.
Kebahagiaan berawal ketika kopong berhasil membujuk Tauke Besar untuk mengijinkan
bujang berlatih. Malam untuk berlatih, siangnya untuk sekolah. Berbulan-bulan Bujang
hanya berlatih berlari bolak-balik sampai kakinya melepuh. Enam bulan kemudian barulah
ia dilatih tinju. Suatu hari Bujang berhasil mengalahkan kopong yang berarti Bujang
membutuhkan guru baru.
Seminggu kemudian, kopong membawakan guru baru untuk Bujang. Guru Bushi
namanya. Guru mengajarkan senjata tajam-pedang. Bujang belajar melempar shuriken.
Meskipun begitu, ia tidak pernah ikut satupun pertempuran. Setelah lama tinggal bersama
keluarga Tong, akhirnya Bujang menyadari betapa mahalnya perebutan kekuasaan. Nyawa
pun tidak jarang menjadi korban. Setiap nama yang gugur akan diabadikan di dinding
pualam sebagai penghormatan. Satu tahun tinggal di kota, Bujang berhasil mendapatkan
ijazah persamaan SD dan SMP dengan nilai yang sempurna.
Kebahagiaan berikutnya, saat dirinya resmi menjadi tukang pukul seperti bapak.
Keberhasilan itu terjadi ketika Bujang menemani Tauke Besar untuk menjadi pengawal
dalam menyelesaikan suatu masalah dan dia berhasil melindungi Tauke Besar dari serangan
mendadak.
Selanjutnya ketika Bujang mendapat guru baru, salonga namanya. Bujang belajar
menembak. Tidak mudah untuk menjadi seorang penembak jitu. Tidak terhitung berapa
kali ia gagal dan dibodoh-bodohkan oleh salonga. Namun ia tidak pernah putus asa. Lagi-
lagi Bujang mengalahkan gurunya. Setelah lama berlatih dan berusaha keras akhirnya
Bujang berhasil menembak Salonga lebih dulu. Dan itu berarti selesai sudah berguru
dengan Salonga. Sebelum akhirnya Salonga pergi, Bujang mendapat hadiah pistol coltdari
Salonga.
Bujang berhasil lulus dari Universitas saat ia berumur 22 tahun. Namun, sebuah
pernyataan bahwa kebahagiaan dan kesedihan jaraknya hanya sebenang saja ternyata benar,
kebahagiaan itu hilang sekejap tak berbekas. Bujang mendapat surat dari bapak. Surat duka
yang memberitahukan bahwa mamak telah tiada. Hatinya bagai diiris sembilu, menangis
dalam senyap, terisak tanpa suara.
Kepergian mamak mengambil separuh semangat hidupnya. Suatu hari bujang
mendapat kabar bahwa Guru Bushi mengundang Bujang ke Tokyo untuk menyelesaikan
latihannya. Dengan perjanjian setelah selesai Bujang harus kembali dan berangkat ke
Amerika untuk melanjutkan sekolahnya. Kabar itu cukup membuat Bujang mendapat
semangatnya kembali.
Peristiwa yang sama terjadi ketika Bujang berhasil menyelesaikan pendidikannya
dan memperoleh gelar master. Kepulangan Bujang disambut bahagia dan bangga oleh
Tauke Besar. Tauke Besar mengadakan jamuan makan malam untuk merayakan
keberhasilan. Namun kabar duka lagi-lagi menghampiri kebahagiaannya. Kabar duka
datang dari bapak. Isi suratnya memeberi tahu Bujang bahwasannya bapak telah tiada,
bapak sudah pulang ke pangkuan Tuhan. Sepuluh Tahun Bujang telah meninggalkan talang
di rimba Sumatra. Tidak pernah sekalipun ia pulang menjenguk mamak dan bapak.
Lagi-lagi kabar kematian bapak menghilangkan semangat Bujang. Setiap kali
Bujang mendapat adzan shubuh, hatinya gelisah. Semakin lama fisiknya semakin lemah,
Bujang sakit parah, segera mendapatkan pertolongan dan berangsur sembuh. Semangatnya
menjadi tukang pukul kembali. Beberapa tahun kemudian, Bujang sedang melanglang
buana kebanyak tempat. Berkat Kopong yang dengan senang hati menceritakan apapun
tentang bapak dan mamak, Bujang semakin tahu masa lalu kedua orang tuanya.
Banyak peristiwa-peristiwa menegangkan yang dialami Bujang seperti, saat
kegiatan belajar dan mengajar saja menjadi bahan olokan Basyir. Bujang semakin panas
hingga suatu hari ia memutuskan menemui Tauke dan memaksa berhenti belajar. Bujang
ingin menjadi tukang pukul seperti ayahnya. Meskipun keinginan itu ditolak mentah-
mentah oleh Tauke, Bujang tetap bersikeras. Akhirnya Tauke Besar yang mengalah dan
membawa Bujang untuk melaksanakan ritual Amok. Amok adalah perkelahian bebas
keluarga Tong untuk memilih Kepala tukang pukul. Bujang diberi waktu 20 menit untuk
bertahan dari amukan masa tapi dia hanya mampu bertahan 19 menit dikalahkan oleh
Basyir. Bujang gagal menjadi Kepala tukang pukul dan berarti ia harus tetap sekolah.
Kedua, suatu hari sebelum keluarga Tong pindah ke ibu kota, keluarga Tong
mendapat serangan mendadak oleh kelompok Arab dari pabrik tekstil. Tak ada satupun
tukang pukul di rumah. Pertahanan Tauke besar terkalahkan. Tauke besar kehabisan
amunisi ketika menyerang mereka, terdesak. Namun kesempatan itu digunakan Bujang
untuk membuktikan bahwa ia pantas menjadi tukang pukul dan peristiwa itu sekaligus
pengalaman pertama merasakan bagaimana rasanya membunuh.
Ketiga, sewaktu Bujang telah berlatih tiba-tiba Tauke mengajaknya ke Hong Kong
untuk menemui kepala keluarga penguasa China daratan, Master Dragon, Shang namanya.
Ketika Tauke sedang menjelaskan masalah sebenarnya, tiba-tiba tukang pukul Shang
menyerang Tauke Besar. Bujang lah yang maju, dia sudah siap sejak awal. Bujang berhasil
mengalahkan mereka.
Peristiwa terakhir yang paling menegangkan yaitu ketika pengkhianatan datang dari
anggota keluarga Tong sendiri. Basyir selama ini ternyata telah merencanakan serangan
besar untuk merebut kekuasaan keluarga Tong. Peristiwa ini berawal ketika Basyir bilang
kepada Bujang bahwa Tauke Besar yang sedang sakit-sakitan meminta bujang segera
pulang. Sesampainya di rumah, ternyata Tauke tidak sedang menunggu Bujang ataupun
meminta ia segera pulang. Tauke Besar bahkan tidak tahu kalau Bujang menyadari yang
terjadi saat ini bukan ancaman serangan, tapi ini adalah pengkhianatan. Langsung saja
Bujang memberitahukan Joni untuk segera menekan tombol darurat, mengaktifkan
pertahanan bangunan utama. Basyir berkhianat, dia sengaja membuang Bujang, Perwez,
dan Tauke berada dirumah.
Tidak butuh waktu lama setelah alarm darurat berbunyi, tanda-tanda serangan mulai
terdengar. Anggota Brigade Tong berusaha menyerang terlebih dahulu sebelum Basyir tiba
di markas. Prinsip Bujang hanya satu, bertahan selama mungkin. Saat anggota Brigade
Tong mulai terdesak, tiba-tiba Basyir muncul dari balik dinding. Ternyata Basyir bekerja
sama dengan putra tertua keluarga Lin. Awalnya Basyir mampu mengalahkan Bujang,
menawarkan agar Bujang menyerah saja tapi Bujang tetap bersikeras sampai akhirnya
Basyir menyerang kembali dengan khanjar-nya. Serangan itu membuat tubuh Bujang
terpelanting mendarat di ranjang Tauke Besar. Saat itu juga Tauke besar menekan tombol
darurat terakhir. Lantai dibawah tempat tidur merekah, ranjang pun meluncur. Itu jalur
darurat yang disiapkan kopong. Hanya tauke besar yang tahu. Sedetik kemudian lantai
merapat kembali menyisakan Basyir yang berteriak kalap.
Bujang, Tauke, dan Perwez melewati lorong evakuasi yang tersambung di halaman
sebuah rumah, itu adalah rumah tuanku Imam, kakak tertua dari mamak Bujang. Beliau
membawa rombongan ke tempatnya. Tauke Besar gugur saat itu juga dan di kebumikan
dengan nama alias. Seperti yang sudah-sudah Bujang kembali terpuruk karena kematian.
Kini ia tidak punya siap-siapa lagi. Semenjak selama itu Bujang semakin benci dengan
suara Adzan, ia akan resah setiap ada adzan shubuh. Suatu ketika Tuanku Imam
melihatnya. Tuanku Imam mengajak Bujang ke sebuah menara tinggi melihat
pemandangan dari atas. Di tempat itulah Bujang mendapat jawaban dari pertanyaannya
selama ini. Tuanku imam banyak menjelaskan sesuatu membuat semangat bujang kembali
lagi dan segera menyusun serangan balik kepada Basyir. Bujang mengumpulkan orang-
orang yang masih setia kepadanya.
Rencana Bujang berjalan mulus sampai hari yang sudah ditentukan. Perang berjalan
menegangkan. Bujang kualahan karena dia kalah jumlah dengan orang-orang yang
mengabdi pada Basyir. Saat Bujang mulai terdesak, Bujang merasakan tubuhnya
bertransformasi. Dua khanjar milik Basyir melesat, sekejap tubuh Bujang seperti
menghilang. Basyir semakin geram. Pasukan salonga yang sudah ditunggu-tunggu muncul
dengan kekuatan penuh. Meskipun Basyir tidak mau mengalah, dia tetap kalah. Saat itu
juga pertarungan selesai. Basyir dan Tuan Muda Lin dibiarkan pergi dengan aman.
Keluarga Tong menang.
Akhirnya, empat minggu setelah perang Bujang memutuskan menjenguk pusara
mamak dan bapak di Talang. Mengunjungi bekas rumahnya. Bujang pulang, tapi tidak
pulang ke pangkuan mamak, bersimpuh. Bujang pulang kepada panggilan Tuhan.
Panggilan Tuhan untuk hidup kembali ke jalan-Nya.
Dua puluh tahun lamanya Bujang hidup berteman kekerasan, jauh dari Tuhan tetapi,
ia selalu menjalankan pesan mamak. Tidak pernah sekalipun Bujang melanggar pesan
mamak untuk tidak memakan daging babi atau daging anjing bahkan tidak pernah setetes
pun Bujang menyentuh tuak dan segala minuman haram.  
IV. Unsur Intrinsik

a. Tema
Perjuangan, novel ini menemakan sebuah perjalanan hidup seorang anak
pedesaan yang merantau dan tak pernah lupa untuk kembali pulang dan
memegang teguh pesan kedua orang tuanya.

b. Alur / Plot
Alur gabungan

c. Latar / seting
Pedesaan, kota provinsi, ibu kota, luar negeri

d. Penokohan / perwatakan
·         Bujang, tokoh utama.
·         Samad, bapak Bujang.
·         Midah, mamak Bujang.
·         Tauke Muda/ Tauke Besar, Pimpinan keluarga Tong.
·         Kopong, kepala tukang pukul keluarga Tong.
·         Mansyur, kepala keuangan/ logistik keluarga Tong.
·         Basyir, sahabat Bujang.
·         Guru Bushi, guru berlatih kedua Bujang, mengajarkan shuriken.
·         Salonga, guru berlatih keluarga ketiga Bujang, mengajak menembak.  
·         Frans si Amerika, mantan diploma, guru, penerjemah pribadi
·         Master Dragon, kepala keluarga penguasa China daratan.
·         White, putra Frans si Amerika.
·         Yuki dan Kiko, cucu guru Bushi.
·         Edwin, supir pesawat pribadi milik keluarga Tong.
·         Shang, putra Master Dragon.
·         Perwez, direktur utama group perusahaan milik keluarga Tong.
·         Joni, kepala tukang pukul pengganti kopong.
·         Tuanku imam, kakak tertua mamak Bujang.
e. Sudut pandang
Sudut pandang orang pertama “aku” (Bujang) serba tau

f. Amanat
Senakal-nakalnya kita, tetaplah ingat pesan orang tua tentang apapun
terutama larangan-larangan yang masuk akal. Jangan terlalu larut dalam
kesedihan. Serta harus mempunyai tujuan hidup yang jelas dan kuat, selalu
berusaha semaksimal mungkin. sejauh apapun kita melangkah, segelap
apapun jalan hidup kita, sekeras apapun perjalanan hidup kita, hakikatnya
kita akan tetap pulang. Cepat atau lambat semua akan kembali ke Tuhan,
apapun yang kita miliki hanyalah titipan Tuhan, milik Tuhan, yang suatu
saat akan diminta kembali untuk pulang ke pemiliknya.

V. Unsur Ekstrinsik

Sosial masyarakat : hubungan manusia dengan manusia lain, yakni hubungan


saling interaksi dan membutuhkan serta melengkapi dan saling bergantung satu
sama lainnya.

Agama : hubungan manusia dengan Tuhan, yakni suatu hubungan yang tidak
mungkin dipisahkan. Hubungan itu ditandai dengan adanya rasa cinta yang
tinggi kepada Tuhan

Budaya : hubungan antara manusia dengan kebudayaan asli sumatra yang masih
melekat di cerita ini

Ekonomi : menggambarkan cara berbisnis yang melenceng dari seharusnya

Pendidikan : mengajarkan kepada kita bagaimana perjuangan seseorang dalam


meraih cita citanya setelah melewati suka dan duka selama hidupnya. Tak
pernaah mengingkari janji dan pesan orang tua selalu menghormati orang tua.

Anda mungkin juga menyukai