Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU BAHASA INDONESIA

PULANG “TERE LIYE”

DISUSUN OLEH :

ANDI NAILAH AZZAHRA AWARU


VIII.7

SMP NEGERI 14 PEKANBARU


TAHUN 2023
PULANG
Karya Tere Liye

Novel ini menceritakan tentang perjalanan pulang seorang Bujang, pimpinan ribuan
anggota keluarga dan puluhan perusahaan yang tersebar di seluruh kawasan Asia Pasifik.
Seorang samurai sejati yang berhasil mencapai tujuannya. Pulang.
Tidak mudah seorang Bujang yang biasanya dikenal di babi hutan menjadikan
dirinya sebagai seorang yang kini paling dihormati. 20 tahun lamanya Bujang menjalani
kehidupan menyesatkan, bertemu dengan maut, berjuang untuk pulang. Semua ini berawal
ketika dia berusia 15 tahun, datang seorang pemburu babi hutan dari kota untuk
menjemput Bujang agar ikut dengannya memperbaiki kehidupan di kota provinsi.
Pengalaman pertama yang membuat rasa takut pada apapun hilang dari jiwa Bujang, ketika
bujang berhasil melawan babi hutan yang begitu besar hingga kini bujang mendapat
julukan si babi hutan.
Perjalanan hidup Bujang penuh dengan suka duka, kebahagiaan dan penderitaan.
Kebahagiaan berawal ketika Kopong berhasil membujuk Tauke Besar untuk mengizinkan
bujang berlatih. Malam untuk berlatih, siangnya untuk sekolah. Berbulan-bulan Bujang
hanya berlatih, berlari bolak-balik sampai kakinya melepuh. Enam bulan kemudian barulah
ia dilatih tinju. Suatu hari Bujang berhasil mengalahkan Kopong yang berarti Bujang
membutuhkan guru baru.
Seminggu kemudian, Kopong membawakan guru baru untuk Bujang. Guru Bushi
namanya. Guru mengajarkan senjata tajam-pedang. Bujang belajar melempar shuriken.
Meskipun begitu, ia tidak pernah ikut satupun pertempuran. Setelah lama tinggal dengan
keluarga Tom, akhirnya bujang menyadari betapa mahalnya perebutan kekuasaan.
Nyawapun tidak heran menjadi korban. Setiap nama yang gugur akan diabadikan didinding
Pualang sebagai penghormatan. Satu tahun tinggal di kota, bujang berhasil mendapatkan
ijazah persamaan SD dan SMP dengan nilai yang sempurna.
Kebahagiaan berikutnya, saat dirinya resmi menjadi tukang pukul seperti bapak.
Keberhasilan itu terjadi ketika Bujang menemani Tauke Besar untuk menjadi pengawal dan
menyelesaikan suatu masalah dan dia berhasil melindungi Tauke Besar dari serangan
mendadak.
Selanjutnya ketika Bujang mendapat guru baru, Salonga namanya. Bujang belajar
menembak, tidak mudah untuk menjadi seorang penembak jitu, tidak terhitung berapa kali
ia gagal dan dibodoh-bodohkan oleh Salonga. Namun ia tidak pernah berputus asa. Lagi-
lagi Bujang mengalahkan gurunya. Setelah lama berlatih dan berusaha keras akhirnya
Bujang berhasil menembak Salonga lebih dulu dan itu berarti selesai sudah berburu
dengan Salonga. Sebelum akhirnya Salonga pergi, Bujang mendapat hadiah pistol colt dari
Salonga.
Bujang berhasil lulus dari Universitas saat ia berumur 22 tahun. Namun, sebuah
pernyataan bahwa kebahagiaan dan kesedihan jaraknya hanya sebenang saja benar
adanya, kebahagiaan itu hilang sekejap tak berbekas. Bujang mendapat surat dari bapak.
Surat duka yang memberitahukan bahwa mamak telah tiada. Hatinya bagai diiris sembilu,
menangis dalam senyap, terisak tanpa suara. Kepergian mamak mengambil separuh nyawa
hidupnya.
Suatu hari Bujang mendapat kabar bahwa guru Bushi mengundang Bujang ke Tokyo
untuk menyelesaikan latihannya. Dengan perjanjian setelah selesai Bujang harus kembali
dan berangkat ke Amerika untuk melanjutkan sekolahnya. Kabar itu cukup membuat
Bujang mendapat semangatnya kembali.
Peristiwa yang sama terjadi ketika Bujang berhasil menyelesaikan pendidikannya
dan memperoleh gelar master. Kepulangan Bujang disambut bahagia dan bangga oleh
Tauke Besar. Tauke Besar mengadakan jamuan makan malam untuk merayakan
keberhasilan. Namun kabar duka lagi-lagi menghampiri kebahagiaannya. Kabar duka
datang dari bapak, isi suratnya memberitahu Bujang bahwasanya bapak telah tiada. 10
tahun Bujang telah meninggalkan talang di rimba Sumatra. Tidak pernah sekalipun ia
pulang menjenguk mamak dan bapak.
Lagi-lagi kabar kematian bapak menghilangkan semangat Bujang. Setiap kali Bujang
mendapat adzan shubuh, hatinya gelisah. Semakin lama fisiknya semakin lemah, Bujang
sakit parah, segera mendapatkan pertolongan dan berangsur sembuh. Semangatnya
menjadi tukang pukul kembali. Beberapa tahun kemudian, Bujang sedang melanglang
buana kebanyak tempat. Berkat Kopong yang dengan senang hati menceritakan apapun
tentang bapak dan mamak, Bujang semakin tau masa lalu kedua orang tuanya.
Banyak peristiwa-peristiwa menengangkan yang dialami Bujang seperti, saat
kegiatan belajar dan mengajar saja menjadi bahan olokan Basyir. Bujang semakin panas
hingga suatu hari ia memutuskan menemui Tauke dan memaksa berhenti belajar. Bujang
ingin menjadi tukang pukul seperti ayahnya. Meskipun keinginan itu ditolak mentah-
mentah oleh Tauke, Bujang tetap bersikeras. Akhirnya Tauke Besar yang mengalah dan
membawa Bujang untuk melaksanakan ritual Amok. Amok adalah perkelahian bebas
keluarga Tong untuk memilih kepala tulang pukul. Bujang diberi waktu 20 menit untuk
bertahan dari amukan massa tapi dia hanya bertahan 19 menit dikalahkan oleh Basyir.
Bujang gagal menjadi kepala tukang pukul dan berarti harus tetap sekolah.
Kedua, suatu hari sebelum keluarga Tong pindah ke ibukota, keluarga Tong
mendapat serangan mendadak oleh kelompok Arab dari pabrik tekstil. Tidak ada satupun
tukang pukul di rumah. Pertahanan Tauke Besar terkalahkan. Tauke Besar kehabisan
amunisi ketika menyerang mereka, terdesak. Namun kesempatan itu digunakan Bujang
untuk membuktikan bahwa ia pantas menjadi tukang pukul dan peristiwa itu sekaligus
pengalaman pertama merasakan bagaimana rasanya membunuh.
Ketika, sewaktu Bujang telah berlatih tiba-tiba Tauke mengajaknya ke Hongkong
untuk menemui kepala keluarga pengusaha China daratan, Master Dragon, Sang namanya.
Ketika Tauke sedang menjelaskan masalah sebenarnya, tiba-tiba tukang pukul Sang
menyerang Tauke Besar. Bujanglah yang maju, dia sudah siap sejak awal. Bujang berhasil
mengalahkan mereka.
Peristiwa terakhir yang paling menengangkan yaitu ketika pengkhianatan datang
dari anggota keluarga Tong sendiri. Basyir selama ini ternyata telah merencanakan
serangan besar untuk merebut kekuasaan keluarga Tong. Peristiwa ini berawal ketika
Basyir bilang kepada Bujang bahwa Tauke Besar yang sedang sakit-sakitan meminta
Bujang segera pulang. Sesampainya dirumah, ternyata Tauke tidak sedang menunggu
Bujang ataupun meminta ia segera pulang. Tauke Besar bahkan tidak tau kalau Bujang
menyadari yang terjadi saat ini bukan ancaman serangan, tapi ini adalah pengkhianatan.
Langsung saja Bujang memberitahukan Joni untuk segera menekan tombol darurat,
mengaktifkan pertahanan bangunan utama. Basyir berkhianat, dia sengaja membuang
Bujang, Perwez, dan Tauke tidak berada dirumah.
Tidak butuh waktu lama setelah alarm berbunyi tanda-tanda serangan mulai
terdengar. Anggota Brigadir Tong berusaha menyerang terlebih dahulu sebelum Basyir tiba
di markas. Prinsip Bujang hanya satu, bertahan selama mungkin. Saat anggota Brigadir
Tong mulai terdesak, tiba-tiba Basyir muncul dari balik dinding. Ternyata Basyir bekerja
sama dengan putra tertua keluarga Lin. Awalnya Basyir mampu mengalahkan Bujang,
menawarkan agar Bujang menyerah saja tapi bujang tetap bersikeras sampai akhirnya
Basyir menyerang kembali dengan khanjarnya. Serangan itu membuat tubuh Bujang
terpelanting diranjang Tauke Besar. Saat itu juga Tauke Besar menekan tombol darurat
terakhir. Lantai dibawah tempat tidur merekah, ranjang pun meluncur. Itu jalur darurat
yang disiapkan Kopong. Hanya Tauke Besar yang tau. Sedetik kemudian lantai merapat
kembali menyisakan Basyir yang berteriak kalap.
Bujang, Tauke, dan Perwez melewati lorong evakuasi yang tersambung dihalaman
sebuah rumah, itu adalah rumah tuanku Imam, kakak tertua dari mamak Bujang. Beliau
membawa rombongan ke tempatnya. Tauke Besar gugur saat itu juga dan dikebumikan
dengan nama alias. Seperti yang sudah-sudah Bujang kembali terpuruk karena kematian.
Kini ia tidak punya siapa-siapa. Semenjak selama itu Bujang semakin benci dengan suara
Adzan, ia akan resah setiap ada adzan shubuh. Suatu ketika Tuanku Imam melihatnya.
Tuanku Imam mengajak Bujang ke sebuah menara tinggi melihat pemandangan dari atas.
Di tempat itulah Bujang mendapat jawaban dari pertanyaannya selama ini. Tuanku Imam
banyak menjelaskan sesuatu membuat semangat Bujang kembali lagi dan segera menyusun
serangan balik kepada Basyir. Bujang mengumpulkan orang-orang yang masih setia
kepadanya.
Rencana Bujang berjalan mulus sampai hari yang sudah ditentukan. Perang berjalan
menegangkan. Bujang kualahan karena dia kalah jumlah dengan orang-orang yang
mengabdi kepada Basyir. Saat Bujang mulai terdesak, Bujang merasakan tubuhnya
bertransformasi. Dua khanjar milik Basyir melesat, sekejap tubuh Bujang seperti
menghilang. Basyir semakin geram. Pasukan Salonga yang sudah ditunggu-tunggu muncul
dengan kekuatan penuh. Meskipun Basyir tidak mau mengalah, dia tetap kalah. Saat itu
juga pertarungan selesai. Basyir dan Tuan Muda Lin dibiarkan pergi dengan aman.
Keluarga Tong menang.
Akhirnya, empat minggu setelah perang Bujang memutuskan menjenguk pusara
mamak dan bapak di Talang. Mengunjungi bekas rumahnya, Bujang pulang, tapi tidak
pulang ke pangkuan mamak, bersimpuh. Bujang pulang kepada panggilan Tuhan. Panggilan
Tuhan untuk hidup kembali ke jalan-Nya.
Dua puluh tahun lamanya Bujang hidup berteman kekerasan, jauh dari Tuhan, tetapi
ia selalu menjalankan pesan mamak. Tidak pernah sekalipun Bujang melanggar pesan
mamak untuk tidak memakan daging babi atau daging anjing bahkan tidak pernah setetes
pun Bujang menyentuh tuak dan segala minuman haram.

Anda mungkin juga menyukai