Anda di halaman 1dari 4

SINOPSIS NOVEL “PULANG” KARYA TERE LIYE

Novel ini menceritakan tentang perjalanan pulang seorang bujang, pimpinan


ribuan anggota keluarga dan puluhan perusahaan yang tersebar di seluruh kawasan
Asia Pasifik. Seorang samurai sejati. Yang berhasil mencapai tujuannya, pulang.
Tidak mudah seorang bujang yang biasa dikenal si Babi Hutan menjadikan
dirinya sebagai orang yang kini paling dihormati. Dua puluh tahun lamanya Bujang
menjalani kehidupan menyesatkan, berteman dengan maut, berjuang untuk pulang.
Semua ini berawal ketika dia berusia 15 tahun, datang seorang pemburu Babi Hutan
dari kota untuk menjemput bujang agar ikut dengannya memperbaiki kehidupan di
kota provinsi. Tauke Besar, pemburu Babi Hutan ternyata ia pemimpin shadow
economy di kota provinsi. Pengalaman pertama yang membuat rasa takut pada
apapun hilang dari jiwa Bujang, ketika Bujang berhasil melawan Babi Hutan yang
begitu besar hingga kini Bujang mendapat julukan si Babi Hutan.
Perjalanan hidup Bujang penuh dengan suka duka, kebahagiaan dan
penderitaan. Kebahagiaan berawal ketika kopong berhasil membujuk Tauke Besar
untuk mengijinkan bujang berlatih. Malam untuk berlatih, siangnya untuk sekolah.
Berbulan-bulan Bujang hanya berlatih berlari bolak-balik sampai kakinya melepuh.
Enam bulan kemudian barulah ia dilatih tinju. Suatu hari Bujang berhasil
mengalahkan kopong yang berarti Bujang membutuhkan guru baru.
Seminggu kemudian, kopong membawakan guru baru untuk Bujang. Guru
Bushi namanya. Guru mengajarkan senjata tajam-pedang. Bujang belajar melempar
shuriken. Meskipun begitu, ia tidak pernah ikut satupun pertempuran. Setelah lama
tinggal bersama keluarga Tong, akhirnya Bujang menyadari betapa mahalnya
perebutan kekuasaan. Nyawa pun tidak jarang menjadi korban. Setiap nama yang
gugur akan diabadikan di dinding pualam sebagai penghormatan. Satu tahun tinggal
di kota, Bujang berhasil mendapatkan ijazah persamaan SD dan SMP dengan nilai
yang sempurna.
Kebahagiaan berikutnya, saat dirinya resmi menjadi tukang pukul seperti
bapak. Keberhasilan itu terjadi ketika Bujang menemani Tauke Besar untuk menjadi
pengawal dalam menyelesaikan suatu masalah dan dia berhasil melindungi Tauke
Besar dari serangan mendadak.
Selanjutnya ketika Bujang mendapat guru baru, salonga namanya. Bujang
belajar menembak. Tidak mudah untuk menjadi seorang penembak jitu. Tidak
terhitung berapa kali ia gagal dan dibodoh-bodohkan oleh salonga. Namun ia tidak
pernah putus asa. Lagi-lagi Bujang mengalahkan gurunya. Setelah lama berlatih dan
berusaha keras akhirnya Bujang berhasil menembak Salonga lebih dulu. Dan itu
berarti selesai sudah berguru dengan Salonga. Sebelum akhirnya Salonga pergi,
Bujang mendapat hadiah pistol colt dari Salonga.
Bujang berhasil lulus dari Universitas saat ia berumur 22 tahun. Namun,
sebuah pernyataan bahwa kebahagiaan dan kesedihan jaraknya hanya sebenang
saja ternyata benar, kebahagiaan itu hilang sekejap tak berbekas. Bujang mendapat
surat dari bapak. Surat duka yang memberitahukan bahwa mamak telah tiada.
Hatinya bagai diiris sembilu, menangis dalam senyap, terisak tanpa suara.
Kepergian mamak mengambil separuh semangat hidupnya. Suatu hari bujang
mendapat kabar bahwa Guru Bushi mengundang Bujang ke Tokyo untuk
menyelesaikan latihannya. Dengan perjanjian setelah selesai Bujang harus kembali
dan berangkat ke Amerika untuk melanjutkan sekolahnya. Kabar itu cukup membuat
Bujang mendapat semangatnya kembali.
Peristiwa yang sama terjadi ketika Bujang berhasil menyelesaikan
pendidikannya dan memperoleh gelar master. Kepulangan Bujang disambut bahagia
dan bangga oleh Tauke Besar. Tauke Besar mengadakan jamuan makan malam
untuk merayakan keberhasilan. Namun kabar duka lagi-lagi menghampiri
kebahagiaannya. Kabar duka datang dari bapak. Isi suratnya memeberi tahu Bujang
bahwasannya bapak telah tiada, bapak sudah pulang ke pangkuan Tuhan. Sepuluh
Tahun Bujang telah meninggalkan talang di rimba Sumatra. Tidak pernah sekalipun
ia pulang menjenguk mamak dan bapak.
Lagi-lagi kabar kematian bapak menghilangkan semangat Bujang. Setiap kali
Bujang mendapat adzan shubuh, hatinya gelisah. Semakin lama fisiknya semakin
lemah, Bujang sakit parah, segera mendapatkan pertolongan dan berangsur
sembuh. Semangatnya menjadi tukang pukul kembali. Beberapa tahun kemudian,
Bujang sedang melanglang buana kebanyak tempat. Berkat Kopong yang dengan
senang hati menceritakan apapun tentang bapak dan mamak, Bujang semakin tahu
masa lalu kedua orang tuanya.
Banyak peristiwa-peristiwa menegangkan yang dialami Bujang seperti, saat
kegiatan belajar dan mengajar saja menjadi bahan olokan Basyir. Bujang semakin
panas hingga suatu hari ia memutuskan menemui Tauke dan memaksa berhenti
belajar. Bujang ingin menjadi tukang pukul seperti ayahnya. Meskipun keinginan itu
ditolak mentah-mentah oleh Tauke, Bujang tetap bersikeras. Akhirnya Tauke Besar
yang mengalah dan membawa Bujang untuk melaksanakan ritual Amok. Amok
adalah perkelahian bebas keluarga Tong untuk memilih Kepala tukang pukul. Bujang
diberi waktu 20 menit untuk bertahan dari amukan masa tapi dia hanya mampu
bertahan 19 menit dikalahkan oleh Basyir. Bujang gagal menjadi Kepala tukang
pukul dan berarti ia harus tetap sekolah.
Kedua, suatu hari sebelum keluarga Tong pindah ke ibu kota, keluarga Tong
mendapat serangan mendadak oleh kelompok Arab dari pabrik tekstil. Tak ada
satupun tukang pukul di rumah. Pertahanan Tauke besar terkalahkan. Tauke besar
kehabisan amunisi ketika menyerang mereka, terdesak. Namun kesempatan itu
digunakan Bujang untuk membuktikan bahwa ia pantas menjadi tukang pukul dan
peristiwa itu sekaligus pengalaman pertama merasakan bagaimana rasanya
membunuh.
Ketiga, sewaktu Bujang telah berlatih tiba-tiba Tauke mengajaknya ke Hong
Kong untuk menemui kepala keluarga penguasa China daratan, Master Dragon,
Shang namanya. Ketika Tauke sedang menjelaskan masalah sebenarnya, tiba-tiba
tukang pukul Shang menyerang Tauke Besar. Bujang lah yang maju, dia sudah siap
sejak awal. Bujang berhasil mengalahkan mereka.
Peristiwa terakhir yang paling menegangkan yaitu ketika pengkhianatan
datang dari anggota keluarga Tong sendiri. Basyir selama ini ternyata telah
merencanakan serangan besar untuk merebut kekuasaan keluarga Tong. Peristiwa
ini berawal ketika Basyir bilang kepada Bujang bahwa Tauke Besar yang sedang
sakit-sakitan meminta bujang segera pulang. Sesampainya di rumah, ternyata Tauke
tidak sedang menunggu Bujang ataupun meminta ia segera pulang. Tauke Besar
bahkan tidak tahu kalau Bujang menyadari yang terjadi saat ini bukan ancaman
serangan, tapi ini adalah pengkhianatan. Langsung saja Bujang memberitahukan
Joni untuk segera menekan tombol darurat, mengaktifkan pertahanan bangunan
utama. Basyir berkhianat, dia sengaja membuang Bujang, Perwez, dan Tauke
berada dirumah.
Tidak butuh waktu lama setelah alarm darurat berbunyi, tanda-tanda
serangan mulai terdengar. Anggota Brigade Tong berusaha menyerang terlebih
dahulu sebelum Basyir tiba di markas. Prinsip Bujang hanya satu, bertahan selama
mungkin. Saat anggota Brigade Tong mulai terdesak, tiba-tiba Basyir muncul dari
balik dinding. Ternyata Basyir bekerja sama dengan putra tertua keluarga Lin.
Awalnya Basyir mampu mengalahkan Bujang, menawarkan agar Bujang menyerah
saja tapi Bujang tetap bersikeras sampai akhirnya Basyir menyerang kembali
dengan khanjar-nya. Serangan itu membuat tubuh Bujang terpelanting mendarat di
ranjang Tauke Besar. Saat itu juga Tauke besar menekan tombol darurat terakhir.
Lantai dibawah tempat tidur merekah, ranjang pun meluncur. Itu jalur darurat yang
disiapkan kopong. Hanya tauke besar yang tahu. Sedetik kemudian lantai merapat
kembali menyisakan Basyir yang berteriak kalap.
Bujang, Tauke, dan Perwez melewati lorong evakuasi yang tersambung di
halaman sebuah rumah, itu adalah rumah tuanku Imam, kakak tertua dari mamak
Bujang. Beliau membawa rombongan ke tempatnya. Tauke Besar gugur saat itu
juga dan di kebumikan dengan nama alias. Seperti yang sudah-sudah Bujang
kembali terpuruk karena kematian. Kini ia tidak punya siap-siapa lagi. Semenjak
selama itu Bujang semakin benci dengan suara Adzan, ia akan resah setiap ada
adzan shubuh. Suatu ketika Tuanku Imam melihatnya. Tuanku Imam mengajak
Bujang ke sebuah menara tinggi melihat pemandangan dari atas. Di tempat itulah
Bujang mendapat jawaban dari pertanyaannya selama ini. Tuanku imam banyak
menjelaskan sesuatu membuat semangat bujang kembali lagi dan segera menyusun
serangan balik kepada Basyir. Bujang mengumpulkan orang-orang yang masih setia
kepadanya.
Rencana Bujang berjalan mulus sampai hari yang sudah ditentukan. Perang
berjalan menegangkan. Bujang kualahan karena dia kalah jumlah dengan orang-
orang yang mengabdi pada Basyir. Saat Bujang mulai terdesak, Bujang merasakan
tubuhnya bertransformasi. Dua khanjar milik Basyir melesat, sekejap tubuh Bujang
seperti menghilang. Basyir semakin geram. Pasukan salonga yang sudah ditunggu-
tunggu muncul dengan kekuatan penuh. Meskipun Basyir tidak mau mengalah, dia
tetap kalah. Saat itu juga pertarungan selesai. Basyir dan Tuan Muda Lin dibiarkan
pergi dengan aman. Keluarga Tong menang.
Akhirnya, empat minggu setelah perang Bujang memutuskan menjenguk
pusara mamak dan bapak di Talang. Mengunjungi bekas rumahnya. Bujang pulang,
tapi tidak pulang ke pangkuan mamak, bersimpuh. Bujang pulang kepada panggilan
Tuhan. Panggilan Tuhan untuk hidup kembali ke jalan-Nya.
Dua puluh tahun lamanya Bujang hidup berteman kekerasan, jauh dari Tuhan
tetapi, ia selalu menjalankan pesan mamak. Tidak pernah sekalipun Bujang
melanggar pesan mamak untuk tidak memakan daging babi atau daging anjing
bahkan tidak pernah setetes pun Bujang menyentuh tuak dan segala minuman
haram.
TUGAS
SINOPSIS NOVEL “PULANG” KARYA TERE LIYE

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
IX E
Nikita Azzahra
Sintia Kusmayanti
Rena Mardiana
Oka Nurul Huda
Roy Saefulloh
Sunanto

SMP NEGERI 1 UJUNGJAYA


SUMEDANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai