Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku : Pergi

Pengarang : Darwis Tere Liye


Kategori : Novel
Genre : Action
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2018
Cetakan ke : IV, Juni 2018
Tebal Buku : (iv + 455) Halaman
Harga Buku : Rp84.000,00

Pergi merupakan sebuah kisah tentang menemukan tujuan, kemana hendak pergi, melalui
kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana
langkah kaki akan dibawa pergi.

Tokoh utama dari novel ini yaitu Bujang alias Agam, dengan julukan Si Babi Hutan, seorang
tukang pukul yang kemudian diangkat menjadi pemimpin atau tauke besar salah satu dari
delapan penguasa shadow economy yaitu keluarga Tong.

Cerita di novel ini dimulai ketika salah satu prototype hasil penemuan riset teknologi
miliknya dicuri El Pacho di Meksiko. Di sana, Bujang bertemu dengan seorang lelaki yang
berhasil mengalahkannya dalam duel 1 lawan 1. Setelah bertemu dengannya, perlahan
Bujang menemukan fakta bahwa lelaki itu adalah anak dari ayahnya sebelum menikah
dengan ibunya.

Pencurian prototype oleh El Pacho ternyata bagian dari rencana Master Dragon (Penguasa
kedelapan shadow economy) untuk meruntuhkan penguasa shadow economy yang lain.
Keberadaan Keluarga Tong semakin terancam dengan ulah Master Dragon. Sebagai
pemimpin keluarga, mempertahankan nama baik keluarga adalah sebuah kewajiban bagi
Bujang.

Berbagai cara dilakukan untuk mengalahkan Master Dragon yang memiliki pengaruh dan
kekuatan cukup besar serta menjadi rival terberat Keluarga Tong. Dibutuhkan gabungan
kekuatan antar shadow economy lainnya dan strategi matang untuk menumbangkan kekuatan
aliansi Master Dragon sebelum akhirnya berhadapan dengan Master Dragon.
Bujang berusaha mencari aliansi dari berbagai keluarga shadow economy di seluruh dunia
sebagai langkah konkret untuk menumbangkan Master Dragon yang suka bermain licik.
Dengan perjuangan dan upaya diplomasi kesana kemari akhirnya dua keluarga bersedia
bergabung dengan Keluarga Tong. Mereka adalah Keluarga Yamaguchi yang dipimpin Hiro
Yamaguchi di Jepang dan Keluarga Bratva yang dipimpin Otets di Rusia.

Master Dragon benar-benar berbuat seenaknya. Sebutan picik dan licik tidak salah
disandangkan kepadanya. Berbagai kelicikan yang diperbuat Master Dragon seperti
menembak Rambang, putra bungsu Lubai (tukang pukul kepercayaan Keluarga Tong).
Rambang yang baru bergabung dengan Keluarga Tong tewas ketika hendak melindungi
Bujang dari tembakan jarak jauh suruhan Master Dragon. Tak sampai disitu, Master Dragon
juga melancarkan aksi pengeboman terhadap Keluarga Yamaguchi saat upacara pernikahan
putrinya sedang berlangsung di Kuil Meiji. Bom itu tak terduga tersimpan di kue pernikahan
sehingga menewaskan pasangan pegantin.

Di sela-sela menghadapi ganasnya Master Dragon. Bujang dihadapkan pada pertanyaan-


pertanyaan yang selalu mengganggunya. Seperti, akan dibawa kemana Keluarga Tong
nantinya? Saat ini memang Keluarga Tong sudah tidak mencari keuntungan dengan
membunuh ataupun melukai orang lain. Bujang berusaha membuat bisnis Keluarga Tong
menjadi lebih terbuka. Tapi, sebagai salah satu penguasa shadow economy, tentunya hal
seperti itu akan sulit dihindari. Apakah itu yang benar-benar diharapkan Bujang?

Melalui nasehat-nasehat yang diberikan Tuanku Imam (kakak dari ibu Bujang yang sekaligus
pemuka agama) dan juga Salonga (guru menembak Bujang) membuat pikiran Bujang
semakin dipenuhi pertanyaan-pertanyaan mengenai apasebenarnya yang tujuannya.

Di akhir cerita ketika aliansi Bujang dkk sedang terdesak melawan Master Dragon, Diego
(kakak Bujang) datang memberi pertolongan. Setelah semuanya kembali normal, Bujang
akhirnya menemukan kemana ia akan pergi, kemana tujuannya. Dan pada akhirnya, dia
berhenti sebagai Tauke Besar Keluarga Tong.

Kelebihan novel Tere Liye ini sangat banyak, terutama terkait tema, di mana sangat jarang
novel Indonesia bertema laga plus drama. Selain itu detail pendeskripsian dalam setiap bab
membuat kita serasa nonton film Hollywood versi novel. Alur yang disajikan juga sangat rapi
sehingga cerita yang disajikan tidak terasa monoton. Ada saja hal yang membuat pembaca
deg-degan dan rasa penasaran ingin bergegas menamatkan novel.

Seperti novel Tere Liye pada umumnya, setiap kisah selalu memiliki makna yang dapat
diterapkan ke kehidupan pembaca. Seperti pertanyaan-pertanyaan mengenai kemana kita
akan pergi, apa tujuan kita hidup, sejatinya itulah juga pertanyaan para pembaca yang harus
dicari jawabannya.

Selain itu, banyak istilah-istilah asing, sajian budaya dan pengenalan singkat mengenai
ekonomi politik internasional akan menambah khazanah keilmuan kita. Hampir di setiap
novel karya Tere Liye selalu menyelipkannya. Tentu saja, hal tersebut membutuhkan riset
yang mendalam agar tidak melenceng dari kenyataanya.

Sayangnya, novel ini banyak sekali menyuguhkan tokoh. Ada tokoh yang jarang
diperlihatkan dan ada pula tokoh yang sering diperlihatkan. Kita akan sulit jika menyebutkan
semua tokoh yang ada di novel namun hal ini bisa ditutupi dengan karakter setiap tokoh yang
cukup kuat. Latar kejadian juga sama banyaknya, ada Indonesia, Singapura, Meksiko,
Spanyol, Macau, Hongkong, Jepang, dan Rusia. Kita akan sulit menjawab mana latar utama
dari novel ini.

Ending yang cukup menggantung menjadi selera masing-masing pembaca, ada yang suka
namun ada pula yang tidak. Pada sesi akhir, Bujang telah mengundurkan diri dari jabatan bos
atau pemimpin tertinggi Keluarga Tong lalu Diego mengajaknya untuk menghancurkan
semua keluarga shadow economy tak terkecuali Keluarga Tong. Tapi tawaran Diego tidak
dibalas dalam novel, seperti akan ada lanjutan dari novel ini. Namun belum ada informasi
terkait kelanjutan dari novel atau kita bisa menebaknya sendiri versi kita melalui percakapan
di bawah ini:

“Kehidupanmu ada dipersimpangan berikutnya, Agam. Dulu kamu bertanya tentang definisi
pulang, dan kamu berhasil menemukannya, bahwa siapapun pasti akan pulang ke hakikat
kehidupan. Kamu akhirnya pulang menjenguk pusara bapak dan mamakmu, berdamai
dengan masa lalu yang menyakitkan. Tapi lebih dari itu, ada pertanyaan penting berikutnya
yang menunggu dijawab. Pergi. Sejatinya, ke mana kita akan pergi setelah tahu definisi
pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa
‘kendaraannya’? Dan kemana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Itulah
persimpangan hidupmu, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. ‘Kamu akan pergi ke mana?'
, Nak.” (Nasihat Tuanku Imam kepada Agam di halaman 86).

Anda mungkin juga menyukai