Oleh:
ARIS ABADI
Q 100200045
i
ii
iii
iv
PENGELOLAAN ASESMEN SERTIFIKASI KOMPETENSI OLEH
LSP P1 DI SMK NEGERI 1 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
Abstrak
Asesmen Sertifikasi Kompetensi merupakan proses penilaian kepada siswa
terhadap pemenuhan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi dan
memberikan pengakuan kompetensi kepada siswa sekolah menengah kejuruan.
Kompetensi merupakan bagian pokok dari siswa SMK karena hal tersebut
menunjukkan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standardisasi yang
diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana: 1)
perencanaan asesmen sertifkasi kompetensi, 2) proses asesmen sertfikasi
kompetensi, 3) tindak lanjut asesmen sertifikasi kompetensi. Penelitian
menggunakan metode kualitatif yang digunakan untuk meneliti pada obyek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Menggunakan jenis
fenomenologi dimana penyelidikan peneliti dilakukan pada suatu program,
peristiwa, aktifitas, proses sekelompok individu. Peneliti menggunakan observasi,
wawancara, dan telaah data asesmen sertifikasi kompetensi oleh lembaga sertifikasi
profesi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Pengelolaan
Asesmen Sertifikasi Kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi SMK Negeri 1
Tengaran terdiri dari penetapan skema klaster, analisis kebutuhan asesor,
penjadwalan asesmen, pengisian APL 01 (Form Pendaftaran), penyiapan Materi Uji
Kompetensi, dan Verifikasi TUK, 2) Penerapan asesmen sertifikasi kompetensi di
SMK Negeri 1 Tengaran menggunakan Cicil klaster, Jumlah klaster yang harus
diselesaikan pada tiap tingkat/kelas berbeda-beda tergantung dari kompetensi
keahlian Asesi, 3) Tindak lanjut Asesmen Sertifikasi Kompetensi adalah penerbitan
sertifikat, dimana hanya peserta asesmen yang dinyatakan kompeten saja yang
mendapat sertifikat kompetensi, dan tindaklanjut yang terakhir adalah validasi
proses asesmen, Validasi asesmen memperhatikan aspek-aspek kritis, termasuk
proses asesmen, metode/perangkat, bukti yang dikumpulkan, dan keputusan
asesmen.
Kata Kunci: Asesmen Sertifikasi Kompetensi, Lembaga Sertifikasi Profesi, Uji
Kompetensi Kejuruan
Abstract
Competency Certification Assessment is a process of assessing students against the
fulfillment of the requirements set out in the certification scheme and providing
competency recognition to vocational high school students. Competence is a major
part of vocational students because it shows the work ability of each individual
which includes aspects of knowledge, skills, and work attitudes that are in
accordance with the expected standardization. The purpose of this research is to
find out how: 1) planning competency certification assessment, 2) competency
certification assessment process, 3) follow-up competency certification assessment.
1
The research uses qualitative methods that are used to examine natural objects,
where the researcher is the key instrument. Using the type of phenomenology where
the researcher's investigation is carried out on a program, event, activity, process of
a group of individuals. Researchers use observations, interviews, and review of
competency certification assessment data by professional certification bodies.
Based on the results of the study, it can be concluded that: 1) Management of the
Competency Certification Assessment by the Professional Certification Body of
Tengaran Vocational High School consists of establishing a cluster scheme,
analyzing assessor needs, scheduling assessments, filling out APL 01 (Registration
Form), preparing Competency Test Materials, and Verification of Competency Test
Place, 2) Implementation of competency certification assessment at Tengaran
Vocational High School using cluster installments, The number of clusters that
must be completed at each level/class varies depending on the competency of the
assessment participant’s majors, 3) Follow-up to the Competency Certification
Assessment is the issuance of certificates, where only the assessment participants
only those who are declared competent will receive a competency certificate, and
the last follow-up is the validation of the assessment process. Validation of the
assessment pays attention to critical aspects, including the assessment process,
methods/tools, evidence collected, and assessment decisions.
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 yang berisi tentang
revitalisasi Sekolah Menen gah Kejuruan dalam rangka peningkatan kualitas dan
i g
daya saing sumber daya manusia Indonesia maka kemu dian mendorong pemerintah
n
mengambil tindakan yang disesuaikan dengan fungsi, tugas, serta kewenangan tiap-
tiap kementrian, lembaga, BUMN, pemerintah daerah untuk meningkatkan sumber
daya dan memiliki daya saing yang berkualitas. Imbas dari Inpres tersebut maka
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membuat Road Map pengembangan
SMK, selain itu juga sedang menyempur nakan dan mensinkronkan kurikulum
a
SMK dengan kompetensi yang sejalan dengan kebutuhan pasar kerja. Lulusan SMK
yang berdaya saing dan memiliki kemampuan kejuruan jelas merupakan tujuan
pokok dari Inpres tersebut. Apalagi ditengah gencarnya MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) yang memiliki pola untuk memadukan ekonomi pada negara
ASEAN dengan jalan membangun sistem perdagangan bebas atau free trade bagi
anggotanya dan juga bebasnya pekerja untuk keluar-masuk dan bekerja di lintas
2
negara ASEAN. Melalui lahirnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016
tersebut, pemerintah menegaskan bahwa perlu untuk merevitalisasi SMK agar
mampu menjadi sebagai suatu jenjang pendidikan yang mampu meningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia. Inpres tersebut mendorong Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat peta jalan sebagai pedoman dalam
pengembangan SMK sekaligus menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum
SMK dengan kompetensi sesuai industri, serta mendorong SMK untuk membentuk
Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1 (LSP P1) di tiap SMK agar lulusan SMK dapat
tersertifikasi dan mendapatkan pengakuan atas kompetensi yang dimiliki sehingga
mampu meningkatkan daya saing lulusan.
Dalam masyarakat saat ini, persaingan semakin ketat, dan terutama bagi
lulusan sekolah kejuruan, jumlah lowongan yang dibuka perusahaan tidak
sebanding dengan jumlah pencari kerja yang ada, yang pada akhirnya akan
menyulitkan pencari kerja mendapat pekerjaan. Lulusan sekolah kejuruan harus
disambut baik oleh industri, tetapi sebaliknya industri tidak mau merekrut lulusan
.
SMK karena kompetesi lulusan SMK tidak bisa memenuhi kebutuhan industri.
(Annisa Fauzi et al., 2020).
Berdasarkan survey Agustus 2021 bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) menurut kategori pendidikan, tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
menyumbang angka yang paling banyak dibanding tamatan jenjang pendidikan
yang lain, yaitu sejumlah 11,13 persen, untuk tamatan SMA sebesar 9,09 persen,
tamatan SMP sebesar 6,45 persen, tamatan Universitas 5,98 persen, tamatan
Diploma I/II/III sebesar 5,87 persen, sementara TPT yang paling kecil adalah pada
tamatan pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah, yaitu dengan angka 3,61 persen
(BPS, 2021).
Kemampuan yang dimiliki alumni SMK harus relevan dengan kebutuhan
yang diinginkan oleh industri, yang merupakan esensi dari fungsi link and match
antara SMK dan industri. Adanya keselarasan antara kebutuhan akan keterampilan
yang dibutuhkan oleh industri dengan ketersediaan lulusan SMK dengan
keterampilan yang tepat, sehingga dapat memenuhi tuntutan keterampilan di dunia
kerja (Disas, 2018). Pelatihan bagi karyawan baru seharusnya tidak diperlukan lagi
3
bagi perusahaan yang merekrut lulusan SMK manakala mereka mengisi posisi yang
selaras pada kompetensi dan jurusan yang diambil ketika menempuh jenjang SMK.
Dalam rangka melakukan evaluasi sejauh mana kompetensi yang telah
dipegang oleh calon lulusan SMK yang akan menyelesaikan studinya, maka wajib
bagi SMK untuk melaksanakan asesmen sertifikasi. Uji kompetensi merupakan
sekumpulan proses yang dijalankan untuk mengumpulkan bukti yang relevan dan
dibandingkan dengan standar acuan yang telah ditentukan (Watson, 1994).
Asesmen sertfikasi kompetensi oleh pada level SMK dilakukan pengujian tentang
sejauh mana kemampu an indivusi melalui sisi keterampilan dan pengetahuan
a
sertfikasi kompetensi SMK dengan KKNI maka lulusan SMK diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dunia kerja.
Penilaian asesmen sertifikasi kompetensi memakai instrumen yang t
sebelumnya sudah dibuat oleh tim as esor SMK Negeri 1 Tengaran, dan telah
s
4
keahlian dan telah dipadukan dengan SKKNI yang diterbitkan oleh Badan Nasional
Sertfikasi Profesi (BNSP).
Sertifikasi siswa SMK salah satu titik penting dalam rangka memberikan
pengakuan terhadap kompetensi siswa dan juga diharapkan mampu menyelesaikan
masalah tingginya angka pengangguran dari lulusan SMK. Selain itu sertifikasi
siswa SMK dianggap perlu sebagai peningkatan kualitas dan daya saing dalam
rangka menghadapi tantangan kerja global pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
Dengan berdasar latar belakang yang telah diuraikan, maka pene liti e
2. METODE
5
sertifikasi kompetensi. Analisis data dilakukan melalui penyajian data dan
penarikan kesimpulan dari data asesmen sertifikasi kompetensi di SMK Negeri 1
Tengaran.
6
lulusannya juga terkaitnya sekolah dengan dunia kerja secara langsung, hal tersebut
membuat kurikulum bagi sekolah kejuruan tidak pernah bisa lepas dari
berkembangan kondisi dan situasi dunia kerja. Penyelarasan kurikulum dengan
dunia industri harus selalu berlandaskan pada minat serta kebutuhan peserta didik,
sehingga kurikulum pada sekolah kejuruan mempunyai kesulitan tertentu, baik
pada proses penyusunan maupun penerapannya (Santiyadnya, 2011).
Lembaga Sertifikasi profesi (LSP) adalah lembaga mandiri yang memiliki
peran untuk melakukan sertifikasi profesi dan telah mendapatkan lisensi yang
diperoleh dari BNSP (Kismiyati, 2011).
Asesor kompetensi merupakan orang yang mempunyai kompetensi
sekaligus memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan asesmen kompetensi pada
kualifikasi dan jenis tertentu. Jenjang asesor kompetensi meliputi Calon Asesor,
Asesor Kompetensi dan Asesor Kompetensi Kepala (Lead Assessor). Semua asesor
harus telah menunjukkan kompetensinya masing-masing dalam standar kompetensi
tertentu yang dinilai.
Asesi/Peserta sertifikasi merupakan angkatan kerja, tenaga kerja, atau
peserta lembaga diklat yang sudah telah latar belakang pendidikan dan/atau
pelatihan dan/atau pengalaman kerja yang sesuai dengan standar kompetensi kerja
yang akan disertifikasi.
Tempat Uji Kompetensi (TUK) adalah tempat kerja atau tempat lainnya
yang telah memenuhi syarat untuk dipakai sebagai tempat pelaksanaan uji
kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi SMK Negeri 1 Tengaran.
7
Perencanaan uji kompetensi diawali dengan penetapan klaster yang sesuai
dengan acuan pada skema SKKNI yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Klaster adalah pecahan dari Skema SKKNI yang ketika
seluruh klaster itu digabungkan utuh maka akan menjadi Kualifikasi SKKNI (dalam
hal ini di SMK adalah Skema Sertifikasi Kualifikasi Level II). Skema tersebut tidak
dapat ditawar karena LSP Pihak I harus mengikuti Skema tersebut dan tidak boleh
membuat skema sendiri.
Materi uji divaliasi antara asesor kompetensi secara silang sehingga ketika
materi uji kompetensi sudah dinyatakan valid, maka akan disahkan oleh LSP
sebagai Materi Uji Kompetensi yang dipakai dalam Uji kompetensi pada tahap
selanjutnya. Proses selanjutnya adalah verifikasi Tempat Uji Kompetensi (TUK).
TUK yang dimaksud adalah tempat yang akan digunakan untuk melaksanakan uji
kompetensi. Yang bertanggung jawab melaksanakan verifikasi TUK adalah Kepala
Bagian Sertifikasi LSP dan prosesnya secara langsung didelegasikan oleh Asesor
kompetensi. Verifikasi menggunakan check list yang dibuat sesuai kebutuhan alat
dan bahan pada Materi Uji Kompetensi. TUK harus memenuhi seluruh check list
verifikasi agar dapat digunakan untuk pelaksanaan Uji Komptensi. TUK yang tidak
memenuhi verifikasi tidak boleh digunakan untuk Uji Kompetensi. Selanjutnya
akan ditetapkan jadwal uji kompetensi oleh LSP.
8
Cara melakukan penilaian terhadap hasil belajar pada sistem pembelajaran
berbasis kompetensi pada intinya merupakan proses untuk mengkonfirmasi apakah
peserta didik telah kompeten atau belum kompeten. Bukti hasil belajar (learning
evidence) yang berasal dari peserta didik dikomparasikan dengan kriteria kinerja
(performance criteria) yang telah ditetapkan melalui standar kompetensi
(Budiyono, 2011).
9
dari tes tertulis dan lisan. Bukti digunakan oleh asesor untuk membuat penilaian
apakah kandidat tersebut kompeten. Adalah tanggung jawab asesor untuk
menentukan apa dan berapa banyak bukti yang diperlukan untuk memutuskan hasil
asesmen. Lembaga Sertifikasi Profesi SMK Negeri 1 Tengaran memberikan
panduan tentang jenis bukti yang diperlukan berdasarkan masukan yang diperoleh
dari industri.
10
Selanjutnya pada saat asesmen, ada beberapa asesmen yang menganggap proses
sertifikasi menjadi sesuatu yang tidak begitu penting sehingga terkesan peserta
asesmen belum terlalu siap untuk melaksanakan asesmen. Kemudian kendala
selanjutnya adalah regulasi yang sangat dinamis dari Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP), termasuk beberapa regulasi yang berdampak langsung pada
perubahan format pada Materi Uji Kompetensi (MUK), misalnya pada tahun 2018
hingga 2021 Lembaga Sertifikasi Profesi SMK Negeri 1 Tengaran telah mengalami
tiga kali perubahan format terkait Materi Uji Kompetensi, yang tentunya
berdampak pada asesor itu sendiri dalam mempelajari dan memahami format yang
sering berubah.
11
Empat prinsip asesmen tersebut meliputi; Valid artinya; Asesmen disebut
valid apabila asesmen tersebut melakukan penilaian dari yang seharusnya dinilai
(merujuk standar kompetensi), Reliabel (Dapat dipercaya) artinya; Asesmen
disebut bisa dipercaya apabila hasilnya ditafsirkan secara tetap/konstan dari suatu
kondisi ke kondisi lainnya, dan dari individu ke individu lainnya, Fleksibel artinya;
Asemen disebut fleksibel apabila mampu memberikan pemenuhan kebutuhan dari
serangkaian konteks. Asesmen disebut tidak fleksibel manakala menolak hasil
belajar sebelumnya atau tidak dapat memberikan kesempatan seorang peserta untuk
dilakukan asesmen, Adil/Fair artinya; asesmen disebut adil apabila tidak merugikan
peserta tertentu, terbuka, bebas dari penyimpangan.
Aspek kunci asesmen adalah adanya bukti yang bermutu untuk membuat
asesmen berkualitas. Bukti merupakan sebuah bahan yang dikumpulkan yang dapat
membuktikan pencapaian kompetensi asesi yang dipersyaratkan oleh unit/sejumlah
unit standar kompetensi.
12
ketidak-berpihakan pada pelaksanaan asesmen sertifikasi, pengelolaan benturan
kepentingan dan menjamin objektifitas sertifikasi LSP P1 SMK N 1 Tengaran.
4. PENUTUP
13
maka Ketua LSP SMK N 1 Tengaran akan melakukan analisis kebutuhan
asesor, yang kemudian akan dituangkan dalam jadwal asesmen sertifikasi
kompetensi.
Perencanaan dokumen ini merupakan rangkaian awal yang membutuhkan
ketelitian administrasi yang tinggi, dalam penyiapan dokumen administrasi ini
Ketua LSP akan mendelegasikan Kepala Bagian Administrasi untuk
menyiapakan Form APL 01 (Permohonan Sertifikasi Kompetensi) yang akan
diisi oleh calon peserta asesmen, setelah calon peserta asesmen kompetensi
dianggap memenuhi persyaratan dasar, maka calon peserta asesmen mengisi
APL 02 atau asesmen mandiri.
Disisi lain, Ketua LSP akan berkoordinasi dengan asesor untuk menyiapan
materi uji kompetensi sesuai dengan skema atau klater yang akan digunakan,
serta diperbanyak sesuai dengan jumlah peserta asesmen kompetensi. Selain
dokumen diatas juga terdapat serangkaian dokumen yang harus dipersiapkan
untuk mendukung proses pelaksanaan asesemen sertifikasi kompetensi di SMK
Negeri 1 Tengaran.
Perencanaan sarana/prasarana yang diawali dengan verifikasi Tempat Uji
Kompetensi (TUK) oleh LSP, tempat uji kompetensi yang digunakan oleh LSP
SMK N 1 Tengaran adalah TUK sewaktu, yaitu TUK yang diverifikasi dan
ditetapkan sebagai TUK terverifikasi secara berkala, setiap kali akan
digunakan. TUK sewaktu harus memenuhi daftar periksa saat verifikasi dan
memelihara sistem manajemen mutu sesuai dengan ketentuan Pedoman BNSP.
Dokumen verifikasi TUK meliputi persyaratan kebutuhan alat, bahan, dan
tempat uji. TUK wajib memenuhi kriteria yang disebutkan dalam lembar
verifikasi, TUK yang tidak memenuhi verifikasi tidak boleh digunakan dalam
proses asesmen sertfikasi kompetensi.
4.2 Pelaksananan asesmen sertifikasi kompetensi oleh LSP P1 SMK N 1 Tengaran
menggunakan model “cicil klaster”, dimana peserta asesmen akan mencicil
klaster selama menjadi siswa SMK N 1 Tengaran sampai menyelesaikan dan
menempuh seluruh klaster pada skema KKNI Level II yang sesuai dengan
kompetensi keahlian asesi. Asesmen sertifikasi kompetensi yang dilaksanakan
14
di LSP SMK 1 Tengaran dilakukan dengan proses unjuk kerja, artinya nanti
asesi harus menunjukkan kompetensinya melalui praktek langsung yang akan
diverifikasi oleh asesor kompetensi, juga ditambah beberapa bukti tambahan di
antaranya ada daftar pertanyaan tulis dan daftar pertanyaan lisan, kemudian
selanjutnya proses asesmen akan dilakukan oleh asesor kompetensi
berdasarkan APL 02. Asesor akan memverifikasi atau membuktikan apakah
asesi benar-benar kompeten melalui proses unjuk kerja, asesor diberi
kewenangan untuk penuh untuk memutuskan apakah asesi ini “Kompeten” (K)
atau “Belum kompeten” (BK) yang kemudian dituliskan atau dituangkan di
dalam laporan asesmen atau form AK 05, berita acara asesmen dan rekaman
asesmen. Rekomendasi asesor ini harus ditulis secara detail oleh asesor
kompetensi, termasuk jika asesi direkomendasi “BK” oleh asesor maka harus
ditulis unit kompetensi mana saja yang belum kompeten kemudian dilaporkan
kepada LSP melalui Bagian Sertifikasi. Tidak seperti pada uji kompetensi
dalam ujian sekolah yang akan menilai ketrampilan peserta uji dengan angka,
asesmen sertifikasi kompetensi hanya melakukan konfirmasi kompetensi asesi
terhadap kriteria unjuk kerja dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI), karena sifatnya konfirmasi maka asesmen sertifikasi
kompetensi tidak menghasilkan angka, yang ada adalah asesi dinyatakan
“Kompeten” atau “Belum Kompeten” terhadap pemenuhan bukti.
Kendala yang terjadi pada pelaksanaan asemen di LSP SMK N 1 Tengaran ada
beberapa hal, yang pertama ini kendala dari adminstratif dari unsur asesi, yaitu
asesi memberikan data diri yang kurang akurat pada saat menuliskan APL 01
(Pendaftaran Asesmen) dengan benar sehingga terjadi kesalahan penulisan
identitas. Kemudian kendala yang selanjutnya adalah kendala administratif
bersifat eksternal yaitu peraturan yang sangat dinamis dari BNSP, diantaranya
ada beberapa peraturan yang berdampak langsung terhadap berubahnya
format-format dalam Materi Uji Kompetensi. Selanjutnya kendala non-
administratif pada saat pelaksanaan asesmen terdapat beberapa asesi yang
menganggap uji sertifikasi ini sebagai sesuatu hal yang tidak begitu penting,
sehingga asesi ini tidak menyiapkan kompetensi dirinya dengan baik.
15
4.3 Tindak Lanjut Asesmen Sertifikasi Kompetensi yang pertama adalah
penerbitan sertifikat, dimana hanya asesi yang dinyatakan kompeten dan dapat
menyelesaikan seluruh klaster pada skema KKNI Level II saja yang mendapat
sertifikat kompetensi berlogo burung garuda. Peserta asesmen yang tidak dapat
menyelesaikan seluruh klaster dalam skema KKNI Level II hanya
mendapatkan surat keterangan atau skill passport yang berisi unit kompetensi
mana saja yang telah ditempuh.
Tindak lanjut selanjutnya adalah proses pengawasan asesmen, pengawasan
asesmen dilakukan oleh asesor kompetensi melalui FR.VA (Memberikan
Kontribusi dalam Validasi Asesmen), validasi dilakukan baik pada saat
sebelum, selama, dan setelah asesmen. Validasi asesmen memperhatikan
aspek-aspek kritis, termasuk proses asesmen, metode/perangkat, bukti yang
dikumpulkan, dan keputusan asesmen. Asesmen sertifikasi kompetensi oleh
LSP P1 SMK N 1 Tengaran harus memegang prinsip-prinsip asesmen yaitu
valid, reliable, flexible, dan fair serta asesmen harus memenuhi prinsip aturan
bukti yaitu valid, asli, terkini, dan memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Fauzi, J., Suswanto, H., & Prasetya Wibawa, A. (2020). Pengaruh Aspek-
Aspek Tuntutan Industri terhadap Uji Kompetensi Keahlian di Sekolah
Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 5(1), 88–93. http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/
Bedward, D., & Rexworthy, C. (1999). Assessing Competence: A Year into the
Revised Management Standards. Journal of Vocational Education and
Training, 51(3), 401–419. https://doi.org/10.1080/13636829900200089
16
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/11/05/1816/-revisi-per-09-11-2021-
-agustus-2021--tingkat-pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-6-49-persen.html
Suwarno, S. M., & Ismanto, B. (2020). Evaluasi Tempat Uji Kompetensi Teknisi
Otomotif dalam Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, 7(1), 98–109.
https://doi.org/10.24246/j.jk.2020.v7.i1.p98-109
17
Watson, A. (1994). Strategies for the assessment of competence. Vocational
Aspect of Education, 46(2), 155–165.
https://doi.org/10.1080/0305787940460205
18