Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN ASESMEN SERTIFIKASI KOMPETENSI

OLEH LSP P1 DI SMK NEGERI 1 TENGARAN


KABUPATEN SEMARANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II


pada Jurusan Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Oleh:
ARIS ABADI
Q 100200045

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2022

i
ii
iii
iv
PENGELOLAAN ASESMEN SERTIFIKASI KOMPETENSI OLEH
LSP P1 DI SMK NEGERI 1 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
Abstrak
Asesmen Sertifikasi Kompetensi merupakan proses penilaian kepada siswa
terhadap pemenuhan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi dan
memberikan pengakuan kompetensi kepada siswa sekolah menengah kejuruan.
Kompetensi merupakan bagian pokok dari siswa SMK karena hal tersebut
menunjukkan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standardisasi yang
diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana: 1)
perencanaan asesmen sertifkasi kompetensi, 2) proses asesmen sertfikasi
kompetensi, 3) tindak lanjut asesmen sertifikasi kompetensi. Penelitian
menggunakan metode kualitatif yang digunakan untuk meneliti pada obyek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Menggunakan jenis
fenomenologi dimana penyelidikan peneliti dilakukan pada suatu program,
peristiwa, aktifitas, proses sekelompok individu. Peneliti menggunakan observasi,
wawancara, dan telaah data asesmen sertifikasi kompetensi oleh lembaga sertifikasi
profesi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Pengelolaan
Asesmen Sertifikasi Kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi SMK Negeri 1
Tengaran terdiri dari penetapan skema klaster, analisis kebutuhan asesor,
penjadwalan asesmen, pengisian APL 01 (Form Pendaftaran), penyiapan Materi Uji
Kompetensi, dan Verifikasi TUK, 2) Penerapan asesmen sertifikasi kompetensi di
SMK Negeri 1 Tengaran menggunakan Cicil klaster, Jumlah klaster yang harus
diselesaikan pada tiap tingkat/kelas berbeda-beda tergantung dari kompetensi
keahlian Asesi, 3) Tindak lanjut Asesmen Sertifikasi Kompetensi adalah penerbitan
sertifikat, dimana hanya peserta asesmen yang dinyatakan kompeten saja yang
mendapat sertifikat kompetensi, dan tindaklanjut yang terakhir adalah validasi
proses asesmen, Validasi asesmen memperhatikan aspek-aspek kritis, termasuk
proses asesmen, metode/perangkat, bukti yang dikumpulkan, dan keputusan
asesmen.
Kata Kunci: Asesmen Sertifikasi Kompetensi, Lembaga Sertifikasi Profesi, Uji
Kompetensi Kejuruan

Abstract
Competency Certification Assessment is a process of assessing students against the
fulfillment of the requirements set out in the certification scheme and providing
competency recognition to vocational high school students. Competence is a major
part of vocational students because it shows the work ability of each individual
which includes aspects of knowledge, skills, and work attitudes that are in
accordance with the expected standardization. The purpose of this research is to
find out how: 1) planning competency certification assessment, 2) competency
certification assessment process, 3) follow-up competency certification assessment.

1
The research uses qualitative methods that are used to examine natural objects,
where the researcher is the key instrument. Using the type of phenomenology where
the researcher's investigation is carried out on a program, event, activity, process of
a group of individuals. Researchers use observations, interviews, and review of
competency certification assessment data by professional certification bodies.
Based on the results of the study, it can be concluded that: 1) Management of the
Competency Certification Assessment by the Professional Certification Body of
Tengaran Vocational High School consists of establishing a cluster scheme,
analyzing assessor needs, scheduling assessments, filling out APL 01 (Registration
Form), preparing Competency Test Materials, and Verification of Competency Test
Place, 2) Implementation of competency certification assessment at Tengaran
Vocational High School using cluster installments, The number of clusters that
must be completed at each level/class varies depending on the competency of the
assessment participant’s majors, 3) Follow-up to the Competency Certification
Assessment is the issuance of certificates, where only the assessment participants
only those who are declared competent will receive a competency certificate, and
the last follow-up is the validation of the assessment process. Validation of the
assessment pays attention to critical aspects, including the assessment process,
methods/tools, evidence collected, and assessment decisions.

Keywords: Competency Certification Assessment, Professional Certification


Body, Vocational Competency Test

1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 yang berisi tentang
revitalisasi Sekolah Menen gah Kejuruan dalam rangka peningkatan kualitas dan
i g

daya saing sumber daya manusia Indonesia maka kemu dian mendorong pemerintah
n

mengambil tindakan yang disesuaikan dengan fungsi, tugas, serta kewenangan tiap-
tiap kementrian, lembaga, BUMN, pemerintah daerah untuk meningkatkan sumber
daya dan memiliki daya saing yang berkualitas. Imbas dari Inpres tersebut maka
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membuat Road Map pengembangan
SMK, selain itu juga sedang menyempur nakan dan mensinkronkan kurikulum
a

SMK dengan kompetensi yang sejalan dengan kebutuhan pasar kerja. Lulusan SMK
yang berdaya saing dan memiliki kemampuan kejuruan jelas merupakan tujuan
pokok dari Inpres tersebut. Apalagi ditengah gencarnya MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) yang memiliki pola untuk memadukan ekonomi pada negara
ASEAN dengan jalan membangun sistem perdagangan bebas atau free trade bagi
anggotanya dan juga bebasnya pekerja untuk keluar-masuk dan bekerja di lintas

2
negara ASEAN. Melalui lahirnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016
tersebut, pemerintah menegaskan bahwa perlu untuk merevitalisasi SMK agar
mampu menjadi sebagai suatu jenjang pendidikan yang mampu meningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia. Inpres tersebut mendorong Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat peta jalan sebagai pedoman dalam
pengembangan SMK sekaligus menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum
SMK dengan kompetensi sesuai industri, serta mendorong SMK untuk membentuk
Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1 (LSP P1) di tiap SMK agar lulusan SMK dapat
tersertifikasi dan mendapatkan pengakuan atas kompetensi yang dimiliki sehingga
mampu meningkatkan daya saing lulusan.
Dalam masyarakat saat ini, persaingan semakin ketat, dan terutama bagi
lulusan sekolah kejuruan, jumlah lowongan yang dibuka perusahaan tidak
sebanding dengan jumlah pencari kerja yang ada, yang pada akhirnya akan
menyulitkan pencari kerja mendapat pekerjaan. Lulusan sekolah kejuruan harus
disambut baik oleh industri, tetapi sebaliknya industri tidak mau merekrut lulusan
.

SMK karena kompetesi lulusan SMK tidak bisa memenuhi kebutuhan industri.
(Annisa Fauzi et al., 2020).
Berdasarkan survey Agustus 2021 bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) menurut kategori pendidikan, tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
menyumbang angka yang paling banyak dibanding tamatan jenjang pendidikan
yang lain, yaitu sejumlah 11,13 persen, untuk tamatan SMA sebesar 9,09 persen,
tamatan SMP sebesar 6,45 persen, tamatan Universitas 5,98 persen, tamatan
Diploma I/II/III sebesar 5,87 persen, sementara TPT yang paling kecil adalah pada
tamatan pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah, yaitu dengan angka 3,61 persen
(BPS, 2021).
Kemampuan yang dimiliki alumni SMK harus relevan dengan kebutuhan
yang diinginkan oleh industri, yang merupakan esensi dari fungsi link and match
antara SMK dan industri. Adanya keselarasan antara kebutuhan akan keterampilan
yang dibutuhkan oleh industri dengan ketersediaan lulusan SMK dengan
keterampilan yang tepat, sehingga dapat memenuhi tuntutan keterampilan di dunia
kerja (Disas, 2018). Pelatihan bagi karyawan baru seharusnya tidak diperlukan lagi

3
bagi perusahaan yang merekrut lulusan SMK manakala mereka mengisi posisi yang
selaras pada kompetensi dan jurusan yang diambil ketika menempuh jenjang SMK.
Dalam rangka melakukan evaluasi sejauh mana kompetensi yang telah
dipegang oleh calon lulusan SMK yang akan menyelesaikan studinya, maka wajib
bagi SMK untuk melaksanakan asesmen sertifikasi. Uji kompetensi merupakan
sekumpulan proses yang dijalankan untuk mengumpulkan bukti yang relevan dan
dibandingkan dengan standar acuan yang telah ditentukan (Watson, 1994).
Asesmen sertfikasi kompetensi oleh pada level SMK dilakukan pengujian tentang
sejauh mana kemampu an indivusi melalui sisi keterampilan dan pengetahuan
a

dengan menggunakan suatu metode observasi praktek oleh asesi/peserta asesmen


secara langsung berdasarkan jurusan yang ditempuh oleh siswa tersebut. Asesmen
kompetensi merupakan tuntutan bagi siswa SMK yang ingin lulus, hal tersebut
disebabkan karena kompetensi adalah sebuah karakter unik yang bersifat istimewa
i

dari pendidikan kejuruan yaitu keterampilan yang sesuai dengan kompetensi


ataupun jurusannnya. Penilaian asesmen sertifikasi kompetensi disesuaikan
menurut SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) merupakan i

sebuah rumusan keterampilan kerja yang meliputi ranah pengetahuan,


keterampilan, keahlian dan sikap kerja yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan dan persyaratan kerja tertentu. Dalam rangka mewujudkan kualifikasi
tersebut, maka diperlukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang
menjadi referensi untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta asesmen
dalam kerangka sertifikasi kompetensi pada sektor/bidang pekerjaan yang spesifik
(Suwarno & Ismanto, 2020). Bagi siswa lulusan SMK level jabatan yang sesuai
jenjang dikemas dalam KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) level II
untuk jabatan operator. Dengan disejajarkannya kualitas instrumen asesmen
t

sertfikasi kompetensi SMK dengan KKNI maka lulusan SMK diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dunia kerja.
Penilaian asesmen sertifikasi kompetensi memakai instrumen yang t

sebelumnya sudah dibuat oleh tim as esor SMK Negeri 1 Tengaran, dan telah
s

diverifikasi oleh industri pasangan yang selaras dengan masing-masing kompetensi

4
keahlian dan telah dipadukan dengan SKKNI yang diterbitkan oleh Badan Nasional
Sertfikasi Profesi (BNSP).
Sertifikasi siswa SMK salah satu titik penting dalam rangka memberikan
pengakuan terhadap kompetensi siswa dan juga diharapkan mampu menyelesaikan
masalah tingginya angka pengangguran dari lulusan SMK. Selain itu sertifikasi
siswa SMK dianggap perlu sebagai peningkatan kualitas dan daya saing dalam
rangka menghadapi tantangan kerja global pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
Dengan berdasar latar belakang yang telah diuraikan, maka pene liti e

bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengelolaan Asesmen Sertifikasi


Kompetensi oleh LSP P1 di SMK Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang”.

2. METODE

Pendekatan penelitian yang dipakai pada proses penelitian ini


menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian untuk mempelajari objek-objek alami, yaitu objek-objek yang tidak .

dilakukan manipulasi oleh peneliti, bahwa dengan peneliti hadir di tempat


penelitian tidak memiliki dampak terhadap dinamika objek, dan yang berkembang
sebagaimana adanya (Sutama, 2019). Dalam penelitian jenis kualitatif, dimana
peneliti memegang peran sebagai instrumen kunci, bersifat deskriptif, proses dilihat
lebih utama dibandingkan dengan melihat hasil, memiliki sifat induktif, serta
pemaknaan adalah suatu hal yang dianggap sebagai sesuatu yang bersifat esensial.
Peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Informan atau orang/subjek yang bisa memberikan informasi yang
bermakna dalam penelitian meliputi Kepala Sekolah, Ketua Lembaga Sertifikasi
Profesi, Kepala Bagian Sertifikasi LSP, Kabag Administrasi LSP, Asesor
Kompetensi, Ketua Kompetensi Keahlian dan Siswa. Informan kunci pada
penelitian ini yaitu Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi, Kepala Bagian Sertifikasi,
Kepala Bagian Administrasi, dan Asesor Kompetensi. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi hasil asesmen

5
sertifikasi kompetensi. Analisis data dilakukan melalui penyajian data dan
penarikan kesimpulan dari data asesmen sertifikasi kompetensi di SMK Negeri 1
Tengaran.

Pada penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan instrumen utama.


Untuk membantu peneliti sehingga dapat berperan sebagai instrumen penelitian,
maka seorang peneliti harus mempunyai seperangkat orientasi teoritis, sehingga
dapat mengajukan pertanyaan, melakukan kegiatan Analisa mendalam, mengambil
gambaran, serta melakukan konstruksi subjek yang diteliti sehingga memiliki
makna dan luas (Sugiyono, 2020). Karena hal tersebut peneliti telah membekali
pengalamannya dibidang penelitian yang akan diteliti.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan berikut akan dipaparkan analisis deskripsi data yang


telah diperoleh melalui penelitian dengan sumber utama adalah data dari Asesmen
Sertifikasi Kompetensi di SMK Negeri 1 Tengaran. Deskripsi data dimaksudkan
bahwa dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang hasil
penelitian.
SMK menjadi lembaga pendidikan tingkat menengah yang mampu
menciptakan peserta didik yang memiliki kompetensi yang memadai, maka
kurikulum SMK mulai diselaraskan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Selain itu dengan menggunakan kurikulum paradigma baru,
pembelajaran SMK menyentuh pada tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan maupun
ketrampilan. Pembelajaran di SMK yang bersifat kejuruan harus menuntut
pemahaman baik dari segi teori/pengetahuan dan praktek/ketrampilan, karena
pemahaman teori harus dibekali kemampuan praktek begitu pula sebaliknya
kemampuan praktek harus diimbangi dengan pemahaman teori.
Sekolah kejuruan merupakan salah satu institusi pendidikan formal yang
ada di Indonesia, diharapkan juga untuk terus menerapkan dan mengikuti
bermacam perubahan kurikulum pada masa tertentu sesuai dengan kebijakan
pemerintah dalam sistem pendidikan nasional. Sekolah kejuruan memiliki
perbedaan dengan sekolah umum/non-kejuruan, utamanya pada kompetensi

6
lulusannya juga terkaitnya sekolah dengan dunia kerja secara langsung, hal tersebut
membuat kurikulum bagi sekolah kejuruan tidak pernah bisa lepas dari
berkembangan kondisi dan situasi dunia kerja. Penyelarasan kurikulum dengan
dunia industri harus selalu berlandaskan pada minat serta kebutuhan peserta didik,
sehingga kurikulum pada sekolah kejuruan mempunyai kesulitan tertentu, baik
pada proses penyusunan maupun penerapannya (Santiyadnya, 2011).
Lembaga Sertifikasi profesi (LSP) adalah lembaga mandiri yang memiliki
peran untuk melakukan sertifikasi profesi dan telah mendapatkan lisensi yang
diperoleh dari BNSP (Kismiyati, 2011).
Asesor kompetensi merupakan orang yang mempunyai kompetensi
sekaligus memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan asesmen kompetensi pada
kualifikasi dan jenis tertentu. Jenjang asesor kompetensi meliputi Calon Asesor,
Asesor Kompetensi dan Asesor Kompetensi Kepala (Lead Assessor). Semua asesor
harus telah menunjukkan kompetensinya masing-masing dalam standar kompetensi
tertentu yang dinilai.
Asesi/Peserta sertifikasi merupakan angkatan kerja, tenaga kerja, atau
peserta lembaga diklat yang sudah telah latar belakang pendidikan dan/atau
pelatihan dan/atau pengalaman kerja yang sesuai dengan standar kompetensi kerja
yang akan disertifikasi.

Tempat Uji Kompetensi (TUK) adalah tempat kerja atau tempat lainnya
yang telah memenuhi syarat untuk dipakai sebagai tempat pelaksanaan uji
kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi SMK Negeri 1 Tengaran.

3.1 Perencanaan Asesmen Sertifikasi Kompetensi di SMK N 1 Tengaran

Tahap persiapan merupakan tahapan vital dalam perencanaan uji


kompetensi kejuruan. Perencanaan yang cermat akan menghasilkan implementasi
yang berkualitas. Uji kompetensi kejuruan yang dirancang dengan baik akan
memperoleh pula hasil yang baik. Pada SMK uji kompetensi kejuruan memiliki arti
yang penting, hal tersebut karena syarat lulusan SMK memiliki kompetensi sesuai
jurusan yang diambil dan dibuktikan dengan adanya sertifikat. Sertifikat tersebut
diperoleh oleh siswa dengan jalur uji kompetensi kejuruan (Saputro et al., 2017).

7
Perencanaan uji kompetensi diawali dengan penetapan klaster yang sesuai
dengan acuan pada skema SKKNI yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Klaster adalah pecahan dari Skema SKKNI yang ketika
seluruh klaster itu digabungkan utuh maka akan menjadi Kualifikasi SKKNI (dalam
hal ini di SMK adalah Skema Sertifikasi Kualifikasi Level II). Skema tersebut tidak
dapat ditawar karena LSP Pihak I harus mengikuti Skema tersebut dan tidak boleh
membuat skema sendiri.

Perencanaan termasuk mengidentifikasi unit kompetensi apa yang akan


diuji. Peralatan yang direncanakan membutuhkan kuantitas dan kualitas, mesin
verifikasi, dan alat pendukung sesuai dengan kompetensi yang akan diuji dan
peralatan keselamatan serta guru yang diusulkan sebagai penilai akan ditugaskan
ke LSP (Kuntoro et al., 2019).

Selanjutnnya membuat perangkat asesmen, dalam tahap ini dilakukan oleh


asesor kompetensi. Pembuatan perangkat asesmen harus sesuai dengan acuan yang
dikeluarkan BNSP namun asesor diberikan keleluasaan untuk membuat materi uji
sesuai dengan kerangka skema yang telah dikeluarkan Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan.

Materi uji divaliasi antara asesor kompetensi secara silang sehingga ketika
materi uji kompetensi sudah dinyatakan valid, maka akan disahkan oleh LSP
sebagai Materi Uji Kompetensi yang dipakai dalam Uji kompetensi pada tahap
selanjutnya. Proses selanjutnya adalah verifikasi Tempat Uji Kompetensi (TUK).
TUK yang dimaksud adalah tempat yang akan digunakan untuk melaksanakan uji
kompetensi. Yang bertanggung jawab melaksanakan verifikasi TUK adalah Kepala
Bagian Sertifikasi LSP dan prosesnya secara langsung didelegasikan oleh Asesor
kompetensi. Verifikasi menggunakan check list yang dibuat sesuai kebutuhan alat
dan bahan pada Materi Uji Kompetensi. TUK harus memenuhi seluruh check list
verifikasi agar dapat digunakan untuk pelaksanaan Uji Komptensi. TUK yang tidak
memenuhi verifikasi tidak boleh digunakan untuk Uji Kompetensi. Selanjutnya
akan ditetapkan jadwal uji kompetensi oleh LSP.

3.2 Penerapan Asesmen Sertifikasi Kompetensi di SMK N 1 Tengaran

8
Cara melakukan penilaian terhadap hasil belajar pada sistem pembelajaran
berbasis kompetensi pada intinya merupakan proses untuk mengkonfirmasi apakah
peserta didik telah kompeten atau belum kompeten. Bukti hasil belajar (learning
evidence) yang berasal dari peserta didik dikomparasikan dengan kriteria kinerja
(performance criteria) yang telah ditetapkan melalui standar kompetensi
(Budiyono, 2011).

Asesi (peserta asesmen) didaftarkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang


Kurikulum pada Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1 SMK Negeri 1 Tengaran.
Asesi (siswa yang diuji) yang akan diuji mengisi formulir APL 01 dan APL 02.
Bagian administrasi LSP merekap hasil isian asesi dan asesi yang memenuhi syarat
dapat dilakukan Uji Kompetensi. Lama durasi pelaksaan uji kompetensi tiap asesi
tergantung pada durasi waktu yang telah ditetapkan pada MUK. Pelaksaan uji
kompetensi dilakukan di workshop, bengkel, atau tempat praktek yang sebelumya
sudah diverifikasi. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh BNSP bahwa seluruh kegiatan memiliki ruang lingkup
persyaratan umum, termasuk persyaratan untuk LSP, struktur organisasi, sumber
daya, catatan dan informasi, skema sertifikasi, proses sertifikasi, dan sistem
manajemen.

Asesmen pada LSP dilaksanakan berdasarkan pada kriteria kelulusan yang


termuat pada Materi Uji Kompetensi (MUK) yang tersusun pada Perangkat
Asesmen. Proses asesmen pada ujian tulis dilaksanakan langsung oleh asesor
dengan cara mencocokan pada pedoman penilaian di MUK. Proses penilaian uji
kompetensi pada dasarnya adalah mengumpulkan bukti kesesuaian kompetensi
asesi sesuai dengan Check List observasi pada Materi Uji Kompetensi (MUK).
Asesi melaksanakan kegiatan praktek sesuai soal pada MUK dan asesor tinggal
mencetang kolom K (kompeten) pada check list. Apabila terdapat Unit Kompetensi
yang tidak confirm dengan kompetensi pada MUK maka asesor harus mencentang
BK (Belum Kompeten) pada check list.

Bukti yang dikumpulkan dapat bersifat langsung seperti pengamatan


kinerja, tidak langsung seperti pengujian formal, atau tambahan seperti referensi

9
dari tes tertulis dan lisan. Bukti digunakan oleh asesor untuk membuat penilaian
apakah kandidat tersebut kompeten. Adalah tanggung jawab asesor untuk
menentukan apa dan berapa banyak bukti yang diperlukan untuk memutuskan hasil
asesmen. Lembaga Sertifikasi Profesi SMK Negeri 1 Tengaran memberikan
panduan tentang jenis bukti yang diperlukan berdasarkan masukan yang diperoleh
dari industri.

Apabila diperlukan untuk menggali lebih jauh dan mengkonfirmasi


kompetensi asesi, asesor boleh membuat pertanyaan yang mendukung observasi
dengan merujuk pada unit kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada SKKNI.

Tahap selanjutnya adalah pengambilan keputusan oleh asesor, tahap ini


adalah menentukan apakah asesi dapat disebut “Kompeten” atau “Belum
Kompeten”. Asesi dinyatakan kompeten apabila seluruh kolom pada check list
observasi MUK tercetang ‘K” dan asesi dinyatakan belum kompeten apabila ada
minimal salah satu kolom pada checklist observasi terdapat centang “BK”.

Model penilaian berbasis kompetensi mensyaratkan hasil biner,


“Kompeten” dan “Belum Kompeten”, penilaian dapat digunakan bersamaan
dengan penetapan kompetensi dan harus diterapkan setelah seseorang dianggap
kompeten. Skema penilaian digunakan untuk meminimalkan kebingungan dan
salah tafsir, sehingga tidak boleh menyertakan rubrik yang rumit dan sulit
ditafsirkan oleh siswa, asesor, dan industri (Skiba, 2020).

Prinsip-prinsip dasar asesmen diharapkan menyajikan bukti; valid (valid)


– contoh realistis dari kompetensi kandidat; asli (authentic) – karya kandidat
sendiri; terkini (current) - kandidat kompeten pada saat ini; memadai (sufficient) –
cukup untuk memberikan penilai kepercayaan diri untuk membuat keputusan
asesmen (Bedward & Rexworthy, 1999).

Ada beberapa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan asesmen di


Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak I SMK Negeri 1 Tengaran, yang pertama kendala
dari asesi/peserta asesmen, yaitu peserta tidak memberikan data dengan benar saat
menulis APL 01, sehingga mengakibatkan kesalahan dalam penulisan identitas.

10
Selanjutnya pada saat asesmen, ada beberapa asesmen yang menganggap proses
sertifikasi menjadi sesuatu yang tidak begitu penting sehingga terkesan peserta
asesmen belum terlalu siap untuk melaksanakan asesmen. Kemudian kendala
selanjutnya adalah regulasi yang sangat dinamis dari Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP), termasuk beberapa regulasi yang berdampak langsung pada
perubahan format pada Materi Uji Kompetensi (MUK), misalnya pada tahun 2018
hingga 2021 Lembaga Sertifikasi Profesi SMK Negeri 1 Tengaran telah mengalami
tiga kali perubahan format terkait Materi Uji Kompetensi, yang tentunya
berdampak pada asesor itu sendiri dalam mempelajari dan memahami format yang
sering berubah.

3.3 Tindak Lanjut Asesmen Sertifikasi Kompetensi di SMK N 1 Tengaran

Sertifikat Kompetensi merupakan produk hukum yang menjadi bukti


pengakuan akan tercapainya kemampuan individu dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang memiliki kewenangan, berdasarkan
kepada standar kompetensi yang sebelumnya telah disepakati dan
ditetapkan(BNSP, 2020).

Sertifikat Kompetensi diberikan kepada peserta asesmen yang dinyatakan


atau direkomendasikan kompeten oleh asesor kompetensi melalui formulir AK 05
dan rekaman proses asesmen. Rekomendasi ini juga harus sudah melalui rapat
pleno untuk mengesahkan apakah rekomendasi dari asesor itu valid atau tidak.
Sertifikat hanya diberikan bagi yang direkomendasikan kompeten, bagi yang tidak
kompeten diberikan Skill Passport atau Surat Keterangan telah mengikuti Asesmen
sertifikasi kompetensi.

Pengawasan asesmen dilakukan untuk memastikan bahwa proses asesmen


sesuai dengan prinsip asesmen. Prinsip-prinsip asesmen yang dimaksud adalah
meliputi valid, reliabel, fleksibel dan adil. Prinsip asesmen wajib
diimplementasikan dalam usaha utuk menjamin kualitas hasil asesmen. Prinsip
asesmen diatas sangat krusial untuk mendapatkan efektifitas pada sistem sertifikasi
kompetensi dan pelatihan dengan pola berbasis kompetensi.

11
Empat prinsip asesmen tersebut meliputi; Valid artinya; Asesmen disebut
valid apabila asesmen tersebut melakukan penilaian dari yang seharusnya dinilai
(merujuk standar kompetensi), Reliabel (Dapat dipercaya) artinya; Asesmen
disebut bisa dipercaya apabila hasilnya ditafsirkan secara tetap/konstan dari suatu
kondisi ke kondisi lainnya, dan dari individu ke individu lainnya, Fleksibel artinya;
Asemen disebut fleksibel apabila mampu memberikan pemenuhan kebutuhan dari
serangkaian konteks. Asesmen disebut tidak fleksibel manakala menolak hasil
belajar sebelumnya atau tidak dapat memberikan kesempatan seorang peserta untuk
dilakukan asesmen, Adil/Fair artinya; asesmen disebut adil apabila tidak merugikan
peserta tertentu, terbuka, bebas dari penyimpangan.

Aspek kunci asesmen adalah adanya bukti yang bermutu untuk membuat
asesmen berkualitas. Bukti merupakan sebuah bahan yang dikumpulkan yang dapat
membuktikan pencapaian kompetensi asesi yang dipersyaratkan oleh unit/sejumlah
unit standar kompetensi.

Macam bukti meliputi; Bukti Langsung; adalah bukti yang memberi


informasi yang jelas mengenai kinerja orang yang dinilai. Bentuk bukti ini
contohnya produk kinerja aktual, hasil observasi kinerja pada kondisi yang
sebenarnya atau pada kondisi yang disimulasikan, Bukti Tidak Langsung; adalah
informasi dari bukti yang diambil dari bentuk; surat keterangan kerja, foto
pekerjaan yang telah diselesaikan, piala atau piagam, referensi, surat dari
pelanggan/rekan kerja, catatan produksi, rekaman audio, dan catatan pelatihan,
Bukti Tambahan; merupakan bukti yang dapat memberikan tambahan kepada bukti
langsung. Contoh bukti ini adalah; tanya-jawab, rekaman pelatihan, rekaman kerja.

Terkait manajemen ketidakberpihakan maka LSP harus dapat membuat


dokumentasi kebijakan, struktur, dan prosedur untuk mengelola ketidakberpihakan
serta untuk memastikan bahwa kegiatan sertifikasi dilaksanakan secara tidak
berpihak. Pimpinan LSP harus memiliki komitmen untuk menjamin ketidak-
berpihakan pada pelaksanaan sertifikasi. LSP diwajibkan membuat pernyataan,
yang tanpa diminta, dapat diakses oleh publik, bahwa LSP sadar pentingnya

12
ketidak-berpihakan pada pelaksanaan asesmen sertifikasi, pengelolaan benturan
kepentingan dan menjamin objektifitas sertifikasi LSP P1 SMK N 1 Tengaran.

Pengawasan asesmen dilakukan dengan cara validasi oleh asesor


kompetensi. Validasi merupakan sebuah proses yang melibatkan asesor yang untuk
melakukan perbandingan, peninjaun, serta melakukan evaluasi terhadap proses
asesmen dan hasil asesmen yang berhubungan dengan unit kompetensi atau unit-
unit kompetensi yang digunakan sebagai rujukan pada melaksanakan asesmen. Hal
tersebut diatas meliputi validasi metode atau perangkat asesmen, bukti yang
dikumpulkan memakai metode asesmen atau perangkat, dan penafsiran bukti untuk
membuat sebuah keputusan asesmen.

Dalam pelaksanakan Validasi Asemen, asesor tidak hanya bekerja sesuai


langkah-langkah sesuai standar atau SOP, namun juga harus mampu bekerja dalam
situasi nyata terkiat pada lima dimensi kompetensi, yakni ketrampilan menjalankan
tugas sesuai dengan standar prosedur operasi (task skills), ketrampilan mengelola
tugas-tugas terkait (task management skills), ketrampilan menyelesaikan suatu
permasalahan dalam pekerjaan (contingency skills), ketrampilan mengikuti
lingkungan tempat kerja yang terkait dengan kondisi atau aturan (job/role
environment skills), dan ketrampilan mengadaptasi pada kondisi tempat kerja sesuai
konteks (transfer skills).

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengelolaan


asemen sertifikasi kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak I SMK
Negeri 1 Tengaran melalui beberapa tahapan.

4.1 Perencanaan asesmen sertifikasi kompetensi dibagi menjadi dua jenis


perencanaan, yaitu perencanaan administrasi atau dokumen dan perencanaan
sarana/prasarana.
Perencanaan dokumen didahului dengan melakukan analisis terhadap jumlah
peserta asesmen kompetensi dan penetapan skema KKNI Level II atau klister
yang akan diujikan. Setelah ditetapkan skema atau klaster yang akan digunakan

13
maka Ketua LSP SMK N 1 Tengaran akan melakukan analisis kebutuhan
asesor, yang kemudian akan dituangkan dalam jadwal asesmen sertifikasi
kompetensi.
Perencanaan dokumen ini merupakan rangkaian awal yang membutuhkan
ketelitian administrasi yang tinggi, dalam penyiapan dokumen administrasi ini
Ketua LSP akan mendelegasikan Kepala Bagian Administrasi untuk
menyiapakan Form APL 01 (Permohonan Sertifikasi Kompetensi) yang akan
diisi oleh calon peserta asesmen, setelah calon peserta asesmen kompetensi
dianggap memenuhi persyaratan dasar, maka calon peserta asesmen mengisi
APL 02 atau asesmen mandiri.
Disisi lain, Ketua LSP akan berkoordinasi dengan asesor untuk menyiapan
materi uji kompetensi sesuai dengan skema atau klater yang akan digunakan,
serta diperbanyak sesuai dengan jumlah peserta asesmen kompetensi. Selain
dokumen diatas juga terdapat serangkaian dokumen yang harus dipersiapkan
untuk mendukung proses pelaksanaan asesemen sertifikasi kompetensi di SMK
Negeri 1 Tengaran.
Perencanaan sarana/prasarana yang diawali dengan verifikasi Tempat Uji
Kompetensi (TUK) oleh LSP, tempat uji kompetensi yang digunakan oleh LSP
SMK N 1 Tengaran adalah TUK sewaktu, yaitu TUK yang diverifikasi dan
ditetapkan sebagai TUK terverifikasi secara berkala, setiap kali akan
digunakan. TUK sewaktu harus memenuhi daftar periksa saat verifikasi dan
memelihara sistem manajemen mutu sesuai dengan ketentuan Pedoman BNSP.
Dokumen verifikasi TUK meliputi persyaratan kebutuhan alat, bahan, dan
tempat uji. TUK wajib memenuhi kriteria yang disebutkan dalam lembar
verifikasi, TUK yang tidak memenuhi verifikasi tidak boleh digunakan dalam
proses asesmen sertfikasi kompetensi.
4.2 Pelaksananan asesmen sertifikasi kompetensi oleh LSP P1 SMK N 1 Tengaran
menggunakan model “cicil klaster”, dimana peserta asesmen akan mencicil
klaster selama menjadi siswa SMK N 1 Tengaran sampai menyelesaikan dan
menempuh seluruh klaster pada skema KKNI Level II yang sesuai dengan
kompetensi keahlian asesi. Asesmen sertifikasi kompetensi yang dilaksanakan

14
di LSP SMK 1 Tengaran dilakukan dengan proses unjuk kerja, artinya nanti
asesi harus menunjukkan kompetensinya melalui praktek langsung yang akan
diverifikasi oleh asesor kompetensi, juga ditambah beberapa bukti tambahan di
antaranya ada daftar pertanyaan tulis dan daftar pertanyaan lisan, kemudian
selanjutnya proses asesmen akan dilakukan oleh asesor kompetensi
berdasarkan APL 02. Asesor akan memverifikasi atau membuktikan apakah
asesi benar-benar kompeten melalui proses unjuk kerja, asesor diberi
kewenangan untuk penuh untuk memutuskan apakah asesi ini “Kompeten” (K)
atau “Belum kompeten” (BK) yang kemudian dituliskan atau dituangkan di
dalam laporan asesmen atau form AK 05, berita acara asesmen dan rekaman
asesmen. Rekomendasi asesor ini harus ditulis secara detail oleh asesor
kompetensi, termasuk jika asesi direkomendasi “BK” oleh asesor maka harus
ditulis unit kompetensi mana saja yang belum kompeten kemudian dilaporkan
kepada LSP melalui Bagian Sertifikasi. Tidak seperti pada uji kompetensi
dalam ujian sekolah yang akan menilai ketrampilan peserta uji dengan angka,
asesmen sertifikasi kompetensi hanya melakukan konfirmasi kompetensi asesi
terhadap kriteria unjuk kerja dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI), karena sifatnya konfirmasi maka asesmen sertifikasi
kompetensi tidak menghasilkan angka, yang ada adalah asesi dinyatakan
“Kompeten” atau “Belum Kompeten” terhadap pemenuhan bukti.
Kendala yang terjadi pada pelaksanaan asemen di LSP SMK N 1 Tengaran ada
beberapa hal, yang pertama ini kendala dari adminstratif dari unsur asesi, yaitu
asesi memberikan data diri yang kurang akurat pada saat menuliskan APL 01
(Pendaftaran Asesmen) dengan benar sehingga terjadi kesalahan penulisan
identitas. Kemudian kendala yang selanjutnya adalah kendala administratif
bersifat eksternal yaitu peraturan yang sangat dinamis dari BNSP, diantaranya
ada beberapa peraturan yang berdampak langsung terhadap berubahnya
format-format dalam Materi Uji Kompetensi. Selanjutnya kendala non-
administratif pada saat pelaksanaan asesmen terdapat beberapa asesi yang
menganggap uji sertifikasi ini sebagai sesuatu hal yang tidak begitu penting,
sehingga asesi ini tidak menyiapkan kompetensi dirinya dengan baik.

15
4.3 Tindak Lanjut Asesmen Sertifikasi Kompetensi yang pertama adalah
penerbitan sertifikat, dimana hanya asesi yang dinyatakan kompeten dan dapat
menyelesaikan seluruh klaster pada skema KKNI Level II saja yang mendapat
sertifikat kompetensi berlogo burung garuda. Peserta asesmen yang tidak dapat
menyelesaikan seluruh klaster dalam skema KKNI Level II hanya
mendapatkan surat keterangan atau skill passport yang berisi unit kompetensi
mana saja yang telah ditempuh.
Tindak lanjut selanjutnya adalah proses pengawasan asesmen, pengawasan
asesmen dilakukan oleh asesor kompetensi melalui FR.VA (Memberikan
Kontribusi dalam Validasi Asesmen), validasi dilakukan baik pada saat
sebelum, selama, dan setelah asesmen. Validasi asesmen memperhatikan
aspek-aspek kritis, termasuk proses asesmen, metode/perangkat, bukti yang
dikumpulkan, dan keputusan asesmen. Asesmen sertifikasi kompetensi oleh
LSP P1 SMK N 1 Tengaran harus memegang prinsip-prinsip asesmen yaitu
valid, reliable, flexible, dan fair serta asesmen harus memenuhi prinsip aturan
bukti yaitu valid, asli, terkini, dan memadai.

DAFTAR PUSTAKA
Annisa Fauzi, J., Suswanto, H., & Prasetya Wibawa, A. (2020). Pengaruh Aspek-
Aspek Tuntutan Industri terhadap Uji Kompetensi Keahlian di Sekolah
Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 5(1), 88–93. http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/

Bedward, D., & Rexworthy, C. (1999). Assessing Competence: A Year into the
Revised Management Standards. Journal of Vocational Education and
Training, 51(3), 401–419. https://doi.org/10.1080/13636829900200089

BNSP. (2020). Kebijakan Sistem Sertifikasi Kompetensi Kerja Nasional.

BPS. (2021). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2021. In Berita Resmi


Statistik (Vol. 11, Issue 84).

16
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/11/05/1816/-revisi-per-09-11-2021-
-agustus-2021--tingkat-pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-6-49-persen.html

Budiyono, A. (2011). Uji Kompetensi Keahlian Siswa Sekolah Menengah


Kejuruan. Lembaran Ilmu Kependidikan, 40(1), 11–18.
https://doi.org/10.15294/lik.v40i1.2242

Disas, E. P. (2018). Link and Match sebagai Kebijakan Pendidikan Kejuruan.


Jurnal Penelitian Pendidikan, 18(2), 231–242.
https://doi.org/10.17509/jpp.v18i2.12965

Kismiyati, T. (2011). Kesiapan Sertifikasi Pustakawan. Media Pustakawan, 18(3),


9–14. https://doi.org/10.37014/MEDPUS.V18I3.825

Kuntoro, T., Sudana, I. M., & Anis, S. (2019). The Implementation of


Competency Certification Test for Vocational Students of Light Vehicle
Engineering Program by LSP-P3 in Banyumas. Journal of Vocational and
Career Education, 4(2), 74–82. https://doi.org/10.15294/JVCE.V4I2.23053

Saputro, D. A., Yoto, & Suharmanto. (2017). Implementasi Pelaksanaan Uji


Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMK Negeri 1 Singosari. Jurnal
Teknik Mesin, 1(1), 41–50. http://journal2.um.ac.id/index.php/jurnal-teknik-
mesin/article/view/1100

Skiba, R. (2020). Graded Assessment Models for Competency-Based Training in


Vocational Education and Training. World Journal of Education, 10(3), 106.
https://doi.org/10.5430/wje.v10n3p106

Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif (3rd ed.). Alfabeta.

Sutama. (2019). Metode Penelitian Pendidikan (1st ed.). CV. Jasmine.

Suwarno, S. M., & Ismanto, B. (2020). Evaluasi Tempat Uji Kompetensi Teknisi
Otomotif dalam Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, 7(1), 98–109.
https://doi.org/10.24246/j.jk.2020.v7.i1.p98-109

17
Watson, A. (1994). Strategies for the assessment of competence. Vocational
Aspect of Education, 46(2), 155–165.
https://doi.org/10.1080/0305787940460205

18

Anda mungkin juga menyukai