Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KURANGNYA KUANTITAS DAN KUALITAS GURU PRODUKTIF


YANG BERPENGARUH PADA MUTU LULUSAN SMK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Vokasi


Dosen Pengampu: Dr. Widiyanti M.Pd

Disusun oleh:

Fajar Bayu Pambudi (180511625547)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
APRIL 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru memegang peranan sentral dalam pengendalian kegiatan belajar
mengajar dan merupakan ujung tombak yang sangat menentukan bagaimana
proses pembelajaran dilangsungkan. Ditangan gurulah, kurikulum, sumber
belajar, sarana dan prasarana serta iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang
berarti bagi peserta didik. Oleh karenanya, kerap kali guru menjadi pihak yang
dipersalahkan ketika pendidikan menunjukkan hasil yang mengecewakan, dan
kualitas guru pun menjadi dipertanyakan. Pada kenyataannya memang masih
terdapat beberapa sekolah yang mempekerjakan guru yang belum memenuhi
standar kualifikasi maupun kompetensi yang memadahi, sehingga proses dan hasil
belajar dirasa belum maksimal, padahal guru adalah penentu keberhasilan
kegiatan pembelajaran. Meski sejumlah pakar kurikulum berpendapat bahwa,
“Jantung pendidikan berada pada kurikulum, baik buruknya hasil pendidikan
ditentukan oleh kurikulum”,4 namun bagaimanapun baiknya kurikulum yang
disusun oleh pemerintah apabila guru sebagai penggeraknya tidak memiliki
kemampuan yang memadai untuk menerapkan kurikulum tersebut, tentu hasil
pendidikan pun dimungkinkan tidak akan tercapai secara maksimal dan
memuaskan. Atas dasar pemikiran di atas, maka upaya menyiapkan tenaga
guru dan meningkatkan mutu guru merupakan langkah utama dan pertama yang
harus dilakukan. Pengorganisasian pemrograman sekolah perlu diperbaiki dan
disesuaikan dengan 8 standar dan kriteria pencapaian penyelenggaraan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat diidentifikasi
masalah yang ada sebagai berikut:
1) Bagaimana pencapaian standar dan kriteria pencapaian penyelenggaraan
pendidikan di SMK ?
2) Bagaimana mutu lulusan smk saat ini ?
3) Bagaimana upaya peningkatan kuantitas dan kualitas guru di SMK ?
C. Tujuan
Selaras dengan rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai melalui
pembentukan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pencapaian standar dan kriteria pencapaian
penyelenggaraan pendidikan di SMK.
2) Untuk mengetahui mutu lulusan smk saat ini.
3) Untuk mengetahui upaya peningkatan kuantitas dan kualitas guru di SMK.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Standar dan Kriteria Pencapaian
Standar dan kriteria pencapaian penyelenggaraan pembelajaran nasional
SMK/MAK diatur pada Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018. Standar Nasional
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SNP
SMK/MAK) merupakan kriteria minimal mengenai sistem pendidikan pada
tingkat Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia agar tercapai kompetensi
lulusan sesuai kebutuhan di masa tersebut. SNP SMK/MAK terdiri 8 standar
dengan dikelompokkan dalam 5 aspek yaitu :

1. Aspek Kurikulum Pendidikan , dimana didalam kurikulum terdapat beberapa


standar isi, standar (proses) penilaian, standar proses (pembelajaran) dan standar
kompetensi lulusan yang diukur dengan hal-hal sebagai berikut.
a. Standar Isi
Struktur standar isi terdiri atas area kompetensi, standar kompetensi lulusan, sub
standar kompetensi lulusan, dan ruang lingkup materi.
Standar ini diukur dengan hal-hal sebagai berikut.
1) Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan kejuruan saat ini sudah
sangat sesuai dan menjawab tantangan masa depan.
2) Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara luas sangat diperlukan
dalam pengembangan kurikulum dalam pendidikan kejuruan.
b. Standar Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran SMK/MAK mencakup 3 (tiga) dimensi, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
disusun dalam bentuk RPP dan/atau perangkat pembelajaran lain yang mengacu
kepada silabus dan kurikulum berdasarkan standar isi dan standar kompetensi
lulusan. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Penilaian pembelajaran dilakukan untuk perbaikan proses
pembelajaran Standar ini diukur dengan hal-hal sebagai berikut.
1) Proses pembelajaran pada sekolah kejuruan sebaiknya terpusat pada siswa
dengan banyaknya peran siswa dalam pembelajaran dan guru hanya
sebagai fasilitator.
2) Ada keterlibatan peran orang tua siswa dalam merancang proses
pembelajaran.
c. Standar Proses Penilaian
Penilaian Hasil Belajar peserta didik oleh pendidik merupakan penilaian proses
pembelajaran (assessment for learning), penilaian capaian pembelajaran
(assessment of learning), dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as
learning).
Standar ini diukur dengan hal-hal sebagai berikut.
1) Menilai kemampuan siswa pada pendidikan kejuruan hanya dilihat dari
hasil pembelajaran siswa.
2) Menilai kemampuan siswa pada pendidikan kejuruan hanya dilihat dari
ketrampilan dan perilaku siswa.
3) Menilai kemampuan siswa pada pendidikan kejuruan merupakan
gabugan antara nilai pembelajaran, ketrampilan, dan perilaku siswa.
1. Prosedur Penilaian
Prosedur penilaian meliputi penilaian aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
a. Prosedur penilaian aspek sikap
Tahapan untuk memberikan penilaian aspek sikap adalah sebagai berikut.
 Pendidik mengamati perilaku peserta didik pada saat berlangsungnya
pembelajaran.
 Setiap perilaku peserta didik dicatat pada lembar observasi.
 Mengadakan tindak lanjut hasil pengamatan perilaku.
 Menulis deskripsi perilaku peserta didik di laporan akhir pembelajaran.
b. Prosedur penilaian aspek pengetahuan
Tahapan untuk memberikan penilaian aspek pengetahuan adalah sebagai berikut.
 Menyusun rencana penilaian secara sistematis.
 Mengembangkan instrumen penilaian.
 Mengadakan penilaian.
 Menyampaikan hasil penilaian dalam bentuk  laporan berupa angka,
mulai 0 – 100 dan disertai deskripsi.
c. Prosedur penilaian aspek keterampilan
Tahapan untuk memberikan penilaian aspek keterampilan adalah sebagai berikut.
 Menyusun rancangan penilaian secara sistematis.
 Mengembangkan instrumen penilaian.
 Mengadakan penilaian.
 Menyampaikan hasil penilaian dalam bentuk laporan berupa angka 0 –
100 dan disertai deskripsi.

d. Standar Kompetensi Lulusan


Standar ini diukur dengan hal-hal sebagai berikut.
1) Sistem kelulusan tingkat pendidikan kejuruan tidak hanya melihat nilai
akhir berdasarkan sisi pengetahuan dan ketrampilan. Sistem kelulusan
pendidikan harus mempertimbangkan sisi sikap dan perilaku siswa.
2) Hasil lulusan sekolah pada jenjang pendidikan kejuruan saat ini sudah
mampu mencerminkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.

2. Aspek Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dimana didalam aspek


ini terdapat hal yang penting seperti peningkatan kualifikasi dan sertifikasi,
pembayaran tunjangan sertifikasi, dan uji kompetensi dan pengukuran kinerja.
a. Standar Kualifikasi Guru
 Kualifikasi akademik guru SMK/MAK melalui pendidikan formal Standar
kualifikasi akademik guru SMK/MAK adalah jenjang pendidikan
sedikitnya yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan dengan
ijazah sarjana (S1) atau sarjana terapan (D-IV) yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan memiliki sertifikat
pendidik yang diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).
 Kualifikasi kompetensi profesional guru kejuruan SMK/MAK mengacu
pada kompetensi sebagai guru dan kompetensi kerja yang berlaku di dunia
usaha dan industri.
 Kualifikasi kompetensi kerja guru kejuruan SMK/MAK yang dimaksud
pada butir 2 memiliki jenjang 4 (empat) pada Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI).
b. Standar Kualifikasi Instruktur Kejuruan
 Standar kualifikasi akademik instruktur kejuruan minimal memiliki ijazah
SMK/MAK sesuai bidang kejuruan dan memiliki pengalaman kerja pada
dunia usaha/industri yang relevan sekurang kurangnya 3 (tiga) tahun.
 Kualifikasi instruktur kejuruan dapat juga diperoleh melalui mekanisme
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) pada Jenjang IV Kualifikasi Kerja
Nasional Indonesia (KKNI) yang dibuktikan dengan sertifikat keahlian.
 Sertifikat keahlian instruktur kejuruan berasal dari Lembaga Sertifikasi
yang diakui secara nasional dan/atau internasional.

Standar ini diukur dengan hal-hal sebagai berikut.


1) Kualitas guru pada pendidikan kejuruan saat ini sudah dapat dikatakan
berkompeten dalam mengelola pendidikan.
2) Kuantitas atau jumlah guru pada suatu SMK/MAK saat ini sudah
dinilai cukup dan memadai.
3) Untuk menciptakan suatu kualitas pendidikan kejuruan yang sempurna
harus ada keterlibatan antara pemerintah, sekolah, orang tua dan
masyarakat.

3. Aspek Sarana dan Prasarana, dimana didalam aspek ini terdapat beberapa
hal penting yang berupa Standar Lahan, Standar Bangunan, Standar Ruang
Pembelajaran Umum, Standar Ruang Praktik/Laboratorium Umum, Standar
Ruang Praktik/Laboratorium Keahlian, Standar Ruang Pimpinan dan
Administrasi, dan Standar Ruang Penunjang. Standar ini diukur dengan hal-hal
sebagai berikut.
1) Sarana dan prasarana sekolah pada jenjang pendidikan kejuruan selama
ini sudah mampu mendukung sistem pembelajaran siswa di sekolah.
2) Keterlibatan orang tua dan masyarakat sangat diperlukan dalam
pemenuhan dan pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah selain
tanggung jawab sekolah dan pemerintah
4. Aspek Pembiayaan, dimana didalam aspek ini terdapat hal yang berkaitan
dalam aspek pembiayaan BOS, Bantuan Siswa Miskin dan BOPTN/Bidik Misi
(di PT). Standar ini diukur dengan hal-hal sebagai berikut.
1) Sekolah saat ini telah melakukan standar pembiayaan yang baik,
transparan dan akuntabel.
2) Sekolah pada jenjang pendidikan kejuruan telah berhasil mengelola biaya
operasional dengan baik dan transparan serta akuntabel sehingga
memudahkan siswa dalam menjalani pendidikan.
3) Keterlibatan orang tua dan masyarakat luas sangat diperlukan dalam
pengawasan dan audit keuangan di sekolah termasuk dana BOS.
4) Dalam pelaksanaannya Dana BOS telah tepat pada sasarannya sehingga
saat membantu kelompok sasaran tersebut dalam menjalani pendidikan
kejuruan.

5. Aspek Pengelolaan, didalam aspek ini bagaimana mengatur manajemen


berbasis sekolah sehingga tercipta sekolah yang mampu menciptakan SDM yang
baik. Standar ini diukur dengan hal-hal sebagai berikut.
1) Sekolah telah mampu mengelola dan mengembangkan pendidikan
kejuruan dengan baik.
2) Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pengelolaan sekolah pada jenjang pendidikan kejuruan
adalah sangat diperlukan.

B. Mutu/Kualitas Lulusan SMK


Kualitas lulusann SMK masih tergolong rendah hal tersebut dibuktikan dengan
adanya pengangguran yang jumlahnya didominasi oleh lulusan SMK. Pada
tanggal 05 November 2020, BPS merilis Berita Statistik tentang Keadaan
Ketenagakerjaan Indonesia yang dirilis berbagai media daring menyatakan lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mendominasi jumlah pengangguran di
Indonesia. Dilihat secara rinci, tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari lulusan
SMK sebesar 13,55%, sementara yang paling rendah merupakan lulusan sekolah
dasar (SD) yaitu 3,61%. Sedangkan sisanya seperti sekolah menengah pertama
(SMP) sebesar 6,46%, sekolah menengah atas (SMA) sebesar 9,86%. Lalu untuk
lulusan diploma I-III sebesar 8,08% dan untuk lulusan universitas atau strata 1
sebesar 7,35%.
Kondisi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan saat ini mendapat perhatian
khusus dari pemerintah terutama terkait beberapa masalah yang dapat
menghambat upaya pemerintah dalam memperbanyak lulusan SMK
berkompetensi tinggi dan berkarakter untuk menyiapkan ketenagakerjaan yang
siap bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya dan era
global umumnya. Adapun permasalahan dan tantangan yang terjadi di Sekolah
Menengah Kejuruan saat ini salah satunya kurangnya jumlah guru produktif SMK
dan kurangnya kualitas guru produktif SMK. Saat ini SMK masih membutuhkan
guru bidang hingga 91.000 orang. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) yang ada selama ini belum bisa mencetak calon guru sesuai bidang,
seperti pertanian, kelautan, atau industri kreatif.
LPTK lebih banyak mencetak guru yang menguasai ilmu murni. Banyak guru
yang tidak menguasai bidang ajaran, terutama untuk mengajar ketrampilan bagi
siswa. Akibat hal ini banyak SMK yang lebih banyak mencetak lulusan tapi tidak
mencetak tenaga kerja siap pakai. Jika tak segera diselesaikan akar penyebabnya,
SMK yang seharusnya mencetak tenaga terampil justru akan terus menghasilkan
pengangguran.

C. Upaya Peningkatan Kuantias dan Kualitas Guru Produktif SMK


Untuk mengatasi masalah kurangnya jumlah guru produktif SMK dan
kurangnya kualitas guru produktif SMK tindakan yang dilakukan adalah :

1) Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan oleh sekolah


melalui seminar, workshop, diklat dan magang guru di dunia industri.
2) Mendatangkan guru tamu dari dunia usaha/dunia industri.
3) Pemerintah melaksanakan Program keahlian ganda guru dengan cara
merekrut guru normatif-adaptif untuk dilatih menjadi guru bidang
kejuruan.
4) Pemerintah diharapkan tidak hanya merekrut guru dari Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) saja tetapi melakukan
rekrutmen guru dari Politeknik dan dari lulusan sarjana murni dari bidang
yang relevan. Kemendikbud akan melakukan flash program kepada
guru sarjana murni untuk diberi bekal teori pembelajaran dan pendidikan
plus metodologi mengajar satu hingga tiga semester, sedangkan calon
guru lulusan LPTK yang lulus tidak langsung menjadi pengajar di
SMK. Calon guru harus menjalani magang di industri yang menjalin
kerjasama dengan SMK. Masa magang akan berlangsung minimum
satu tahun. Setelah itu akan diadakan seleksi untuk mengetahui
kompetensi guru agar bisa mengajar di SMK.
5) Mempercepat Program Sertifikasi bagi pendidik dan tenaga
kependidikan.
6) Menristek dan pendidikan tinggi telah mendapat tugas untuk
mempercepat penyediaan guru kejuruan SMK melalui pendidikan,
penyetaraan, dan pengakuan serta mengembangkan program studi di
perguruan tinggi untuk menghasilkan guru kejuruan yang dibutuhkan
SMK
7) Menyiapkan lulusan vokasi di politeknik sebagai guru produktif karena
pendidikan di politeknik menerapkan praktek 70%.
8) Meningkatkan peran lembaga Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) dalam menciptakan tenaga
pendidik yang lebih profesional.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8 standar dan kriteria pencapaian proses pembelajaran dapat dijadikan
alternatif untuk membentuk lulusan atau alumni SMK yang berkualitas dan
mampu bersaing di dunia kerja. Lulusan SMK belakangan tahun terakhir
memiliki kualitas yang rendah sehingga banyak pengangguran didominasi oleh
lulusan SMK hal tersebut dikarenakan 8 standar yang sesuai pada BSNP tidak
dapat terpenuhi dengan baik yang salah satunya yaitu kurangnya kualitas dan
kuantitas guru produktif SMK.

B. Saran
Agar menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja, pemerintah
saat ini melakukan harmonisasi dengan industri, agar nantinya SMK bisa
membuka jurusan dan kurikulum seperti yang dibutuhkan oleh Industri serta
menerapkan 8 standar dan kriteria pencapaian.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang - Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Kompas Online. 2016. Hingga 2020, Pemerintah Berencana Membangun 400
SMK. Jakarta: Kompas.com
Mu’in, Fatchul. 2012. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik & Praktik,
Urgensi Pendidikan Progresif dan Revitalisasi Peran Guru dan
Orangtua. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Netralnews. 2016. Kemendikbud akan Sesuaikan Kurikulum SMK.Jakarta:
Netralnews.com
Nugraha, M., Kuswana, W. S., & Komaro, M. (2016). Studi Eksplorasi Peralatan
Praktikum Program Keahlian Otomotif Ditinjau Dari Standar Nasional
Pendidikan. Journal Of Mechanical Engineering Education.
Https://Doi.Org/10.17509/Jmee.V3i2.4551

Anda mungkin juga menyukai