Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Spektran Vol.3, No.

1 ,Januari 2015

ANALISIS SISTEM PENGADAAN PROYEK KONSTRUKSI TERHADAP PENYERAPAN


ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
N. Gita Astadi1, I N. Sutarja2, dan Mayun Nadiasa2

Abstrak : Tingkat penyerapan anggaran suatu pemerintahan khususnya pada proyek konstruksi,
menentukan optimal atau tidaknya pembangunan suatu daerah. Semakin cepat penyerapan anggaran
proyek konstruksi, maka semakin cepat dirasakan manfaatnya. Tujuan penelitian dilakukan adalah
untuk mengetahui tingkat penyerapan anggaran, mengetahui faktor-faktor pada sistem pengadaan
proyek konstruksi yang mempengaruhi lambatnya penyerapan anggaran Pemerintah Kabupaten
Badung serta upaya-upaya meminimalisir keterlambatan tersebut. Data diperoleh dari pihak-pihak yang
terlibat dalam pengadaan proyek konstruksi melalui kuesioner sebagai instrumen penelitian. Selain itu
data juga diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Variabel penelitian yang
digunakan sebanyak 38 variabel dan 60 orang sebagai responden. Analisis data yang dilakukan antara
lain analisis deskriptif, analisis penyerapan anggaran dan analisis faktor. Sistem penilaian
menggunakan skala likert, serta pengolahan data dengan SPSS. Dari hasil penelitian diperoleh tingkat
penyerapan anggaran proyek konstruksi Pemerintah Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2012 – 2013
masih belum sesuai dengan rencana tetapi sudah lebih meningkat dibandingkan tahun anggaran
sebelumnya. Sedangkan dari hasil analisis faktor menggunakan SPSS, teridentifikasi faktor-faktor pada
sistem pengadaan proyek konstruksi yang paling mempengaruhi lambatnya penyerapan anggaran yaitu
ketakutan dan kehati-hatian para pihak dalam melaksanakan kegiatan pengadaan, adanya perubahan
paket kegiatan, lambatnya penyusunan HPS, kurang lengkapnya dokumen pengadaan, kesalahan
penafsiran peraturan pengadaan dan lambatnya proses pengadaan. Dan upaya yang paling efektif untuk
meningkatkan penyerapan anggaran adalah menetapkan standar komunikasi, koordinasi dan
sinkronisasi dalam pengadaan proyek konstruksi dengan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Kata kunci: sistem pengadaan, proyek konstruksi, penyerapan anggaran, analisis faktor.

ANALYSIS ON THE PROCUREMENT SYSTEMS OF THE CONSTRUCTION PROJECTS


TOWARDS THE BUDGET ABSORPTION OF THE LOCAL GOVERNMENT OF THE
BADUNG REGENCY

Abstract : The rate of absorption of a government budget, especially on the construction projects,
determine whether or not the optimal development of a region. The faster the budget absorption of the
construction projects, the faster the perceived benefits. The purpose of the study was to determine the
rate of the budget absorption, to find out the factors in the construction project procurement systems
that affect the slow budget absorption of the Local Government of the Badung Regency as well as the
efforts to minimize such delays. The data were obtained from the parties involved in the procurement
of the construction projects through questionnaires as the research instruments. In addition, the data
were also obtained through interviews, observations and documentations. The variables used in the
study were 38 variables and 60 persons as the respondents. The data analysis was conducted through
descriptive analysis, absorption analysis and factor analysis. The scoring system used a Likert scale,
and data processing was conducted by SPSS. The findings of the study show that the rate of absorption
of the Badung Regency Government’s construction projects for Fiscal Year 2012 - 2013 was not in
accordance with the plan, but the increase was more than that of the previous fiscal year. While the
results of the factor analysis by using SPSS indicate that the factors that affecting the slow absorption
budget in the procurement system of most construction projects are: the fear and caution of the parties
in carrying out procurement activities, the change in the activity package, the slow preparation of the
Owner's Estimate (OE), the incomplete procurement documents, the misrepresentation of the
procurement regulations and the slow process of procurements. And the most effective effort to
enhance the budget absorption are the determination of the communication standards, the coordination
and the synchronization in the procurement of construction projects with all parties involved in the
procurement systems.
Keywords: the procurement systems, the construction projects, the budget absorption, the factor
analysis.

1
Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar
2
Staf Pengajar Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar

82
Jurnal Spektran Vol.3, No.1 ,Januari 2015

PENDAHULUAN penyerapan anggaran Pemerintah


Kabupaten Badung.
Latar Belakang 3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja
Ukuran keberhasilan pelaksanaan yang dapat dilakukan terhadap sistem
pengadaan proyek konstruksi adalah perolehan pengadaan proyek konstruksi untuk
barang dan jasa yang tepat sesuai dengan mengurangi terjadinya keterlambatan
kebutuhan dan waktu yang telah ditentukan. penyerapan anggaran di Pemerintah
Sedangkan cara untuk merealisasi dana Kabupaten Badung.
anggaran, acuannya adalah peraturan
perundangan yang berlaku tentang sistem KAJIAN PUSTAKA
pencairan anggaran, sehingga ukuran
keberhasilannya adalah tingkat penyerapan Pengertian Proyek Konstruksi
dana anggaran. Proyek merupakan suatu usaha dengan
Jika melihat perjalanan penyerapan tujuan tertentu dengan waktu dan sumber daya
anggaran dari tahun ke tahun, bukanlah hal terbatas. Sedangkan konstruksi merupakan
yang aneh lagi dimana setiap penyelenggara susunan atau model suatu bangunan yang
pemerintahan selalu mengebut penyerapannya merupakan hasil dari suatu kegiatan proyek.
pada setiap akhir tahun anggaran. Lambatnya Jadi proyek konstruksi adalah mendirikan
penyerapan anggaran, baik APBN maupun suatu bentuk bangunan dengan waktu tertentu
APBD, bukanlah masalah baru dalam dunia dengan menggunakan sumber daya proyek
keuangan pemerintahan. Disetiap tahunnya, yang terbatas.
penyerapan anggaran biasanya menumpuk Tahapan Proyek Konstruksi
pada akhir tahun. Penelitian ini akan meninjau Kegiatan proyek secara umum terdiri dari
pada bidang pengadaan, karena pengadaan tahapan: (Ervianto, 2005)
merupakan salah satu tahapan yang memakan 1. Tahap studi kelayakan (feasibility study)
waktu paling banyak dalam merealisasikan 2. Tahap penjelasan (briefing)
suatu proyek konstruksi. Sistem pengadaan 3. Tahap perancangan (design)
khususnya proyek konstruksi pemerintah telah 4. Tahap pengadaan (procurement)
mengalami perkembangan. Dimulai dari sistem 5. Tahap pelaksanaan (construction)
konvensional sampai dengan sistem e- 6. Tahap pemeliharaan dan persiapan
procurement.
Pada sistem pengadaan, tentunya terdapat Pengertian Pengadaan
faktor-faktor yang mempengaruhi lambatnya Pengadaan barang/jasa berdasarkan
penyerapan anggaran. Hal ini perlu dikaji lebih Perpres No. 70 Tahun 2012 adalah “kegiatan
lanjut sebab penyerapan anggaran proyek untuk memperoleh barang/jasa oleh
konstruksi menjadi faktor penting karena Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
merupakan urat nadi bagi suatu daerah dalam Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari
menjalankan pemerintahan dan roda perencanaan kebutuhan sampai
perekonomian. diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
Setelah diketahui faktor-faktor pada memperoleh barang/jasa”.
sistem pegadaan proyek konstruksi yang
mempengaruhi lambatnya penyerapan Sistem Pengadaan
anggaran, maka harus segera diupayakan Sistem pengadaan adalah suatu cara
solusi-solusi untuk mengatasi keterlambatan untuk mendapatkan barang dan jasa yang
penyerapan anggaran sehingga selanjutnya dibutuhkan dengan menggunakan metode dan
keterlambatan penyerapan anggaran dapat proses tertentu. Ada dua macam sistem
diminimalisir. pengadaan yang umum digunakan, yaitu
sistem konvensional dan sistem e-
Tujuan Penelitian procurement.
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat penyerapan Pihak - Pihak yang Terlibat dalam
anggaran proyek konstruksi Tahun Pengadaan
Anggaran 2012 – 2013 di Pemerintah Menurut Perpres nomor 70 tahun 2012,
Kabupaten Badung. menerangkan bahwa ada beberapa pihak yang
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja terlibat diantaranya:
pada sistem pengadaan proyek konstruksi a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
yang mempengaruhi lambatnya Anggaran (PA/KPA).
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

83
Jurnal Spektran Vol.3, No.1 ,Januari 2015

c. Unit Layanan Pengadaan/Pejabat NO VARIABEL ATRIBUT


Pengadaan (ULP/PP). pengadaan
d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan 2 Kurangnya sosialisasi tata cara X2
(PPHP). pengadaan berdasarkan peraturan yang
berlaku kepada PA/KPA
3 SDM sebagai pejabat PA/KPA kurang X3
Pengertian Anggaran kompeten
Menurut Mardiasmo (2002), anggaran 4 Adanya perubahan paket kegiatan oleh X4
PA/KPA
adalah sebagai sebuah proses yang dilakukan 5 DIPA terlambat diterima oleh X5
oleh organisasi sektor publik untuk PA/KPA
6 Keterlambatan dalam penetapan PPK X6
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya oleh PA/KPA
pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. 7 Kesulitan PPK dalam menentukan X7
Selain itu anggaran berfungsi sebagai alat HPS karena kurangnya keahlian
8 Lambatnya proses penyusunan HPS X8
kontrol atau pengawasan, baik terhadap oleh PPK
pendapatan maupun pengeluaran pada masa 9 Kurang lengkapnya dokumen yang X9
dimiliki PPK untuk keperluan
yang akan datang. pengadaan
10 Kurangnya sosialisasi tata cara X10
pengadaan berdasarkan peraturan yang
Penyerapan Anggaran berlaku kepada PPK/PPTK
Penyerapan anggaran merupakan salah 11 Ketakutan dan kehati-hatian X11
satu indikator yang dapat menunjukkan PPK/PPTK dalam melaksanakan
kegiatan pengadaan
berhasilnya program atau kebijakan yang 12 SDM sebagai PPK/PPTK kurang X12
dilakukan pemerintah. Rasio realisasi terhadap kompeten
13 Keterlambatan dalam X13
anggaran mencerminkan terserapnya anggaran penandatanganan kontrak oleh PPK
dalam melakukan berbagai program yang telah 14 Keterlambatan dalam penyusunan X14
laporan kegiatan oleh PPK/PPTK
ditetapkan. Dengan pertimbangan ini maka 15 Adanya perubahan paket kegiatan oleh X15
kemampuan menyerap anggaran oleh PPK
pemerintah daerah dapat menjadi indikator 16 Adanya perubahan jadwal kegiatan X16
oleh PPK
kinerja pemerintah kota/kabupaten. 17 Keterlambatan penyusunan Kerangka X17
Acuan Kerja oleh PPK
18 Keterbatasan pejabat yang bersertifikat X18
METODE PENELITIAN untuk PPK/PPTK
19 Keterbatasan panitia pengadaan/ULP X19
yang bersertifikat
Penelitian dirancang dengan 20 Keengganan untuk menjabat panitia X20
mengggunakan pendekatan penelitian kualitatif pengadaan/ULP
yang dimana lebih bersifat deskriptif. Data 21 Tidak seimbangnya risiko pekerjaan X21
dengan imbalan yang diterima oleh
yang terkumpul berbentuk kata-kata atau panitia pengadaan/ULP
gambar sehingga tidak menekankan pada 22 Lamanya proses penyiapan dokumen X22
pengadaan oleh ULP
angka. Data yang digunakan merupakan data 23 Lambatnya proses pengadaan di ULP X23
kuantitatif dan kualitatif. Menurut sumbernya, akibat adanya gagal lelang/tender
ulang
data penelitian berupa data primer maupun 24 Lambatnya proses pengadaan di ULP X24
data sekunder. akibat lelang masih dalam masa
sanggah dan proses hukum
25 Kurangnya sosialisasi tata cara X25
Lokasi pengadaan berdasarkan peraturan yang
Sesuai dengan dasar-dasar pemikiran berlaku kepada panitia
pengadaan/ULP
pada latar belakang masalah, maka lokasi 26 Adanya rangkap tugas panitia X26
penelitian adalah di Pemerintahan Kabupaten pengadaan/ULP dengan tugas
kedinasan
Badung dan meninjau proyek konstruksi 27 Kesalahan penafsiran terhadap isi X27
Tahun Anggaran 2012 – Tahun Anggaran peraturan pengadaan yang berlaku
2013. Hal ini dengan pertimbangan Pemerintah oleh panitia pengadaan/ULP
28 Ketakutan dan kehati-hatian panitia X28
Kabupaten Badung merupakan satu-satunya pengadaan/ULP dalam melaksanakan
kabupaten di Provinsi Bali dengan APBD kegiatan pengadaan
29 SDM sebagai panitia pengadaan/ULP X29
tertinggi. kurang kompeten
30 Keterlambatan dalam penyusunan X30
laporan kegiatan oleh ULP
Variabel Penelitian 31 Lambatnya proses pengadaan karena X31
Variabel yang digunakan dalam jumlah SDM di ULP kurang memadai
penelitian ini adalah: 32 Adanya perubahan paket kegiatan X32
ketika dalam proses pengadaan di ULP
Tabel 1 Variabel – Variabel Penelitian 33 Adanya perubahan jadwal kegiatan X33
NO VARIABEL ATRIBUT pengadaan oleh panitia
pengadaan/ULP
1 Ketakutan dan kehati-hatian PA/KPA X1 34 Terlambatnya penyusunan jadwal X34
dalam melaksanakan kegiatan pelaksanaan pengadaan oleh panitia

84
Jurnal Spektran Vol.3, No.1 ,Januari 2015

NO VARIABEL ATRIBUT Analisis Deskriptif


pengadaan/ULP Dari kuesioner yang disebar, diperoleh:
35 Kurangnya sosialisasi tata cara X35
pengadaan berdasarkan peraturan yang
berlaku kepada PPHP PPHP PA/KPA
36 SDM sebagai PPHP kurang kompeten X36 3 2
PA/KPA ULP (5%) (3%)
37 Keterlambatan dalam penyusunan X37 20
laporan kegiatan oleh PPHP PPK/PPTK (33%)
38 Keterlambatan penyampaian laporan X38 ULP
karena jumlah SDM sebagai PPHP
kurang memadai PPHP PPK/PPTK
Sumber: Data primer dan data sekunder diolah, 2013 35
(59%)
Metode dan Teknik Pengumpulan Data Gambar 1 Gambaran Umum Responden
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang didahului Dari hasil analisis dengan SPSS diperoleh
dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas gambaran secara menyeluruh mengenai data
instrumen penelitian sebelum disebarkan pada penelitian yang diperoleh berupa jenis variabel
responden. Juga dengan melakukan in-depth dengan ringkasan statistiknya seperti mean,
interview terhadap informan ahli (judgment median, modus, standar deviasi, dan
expert) mengenai hal-hal yang akan diteliti. frequencies.
Selain itu dilakukan teknik observasi serta
dokumentasi. Analisis Penyerapan Anggaran
Hasil olah data yang diperoleh dari
Metode dan Teknik Analisis Data laporan belanja modal kegiatan proyek
Teknik analisis data menggunakan
analisis statistik deskriptif, analisis tingkat APBD INDUK APBD PERUBAHAN TOTAL
penyerapan anggaran untuk mengetahui
gambaran penyerapan anggaran proyek 206 248 286 289
konstruksi Pemerintah Kabupaten Badung 42
Tahun Anggaran 2012 – Tahun Anggaran 3

2013. Serta dilakukan analisis faktor untuk


TAHUN 2012
mengetahui faktor-faktor pada sistem TAHUN 2013
pengadaan proyek konstruksi yang
mempengaruhi lambatnya penyerapan Gambar 2 Jumlah Kegiatan Proyek Konstruksi
anggaran. konstruksi Pemerintah Kabupaten Badung TA
Analisis faktor dilakukan dengan 2012 – TA 2013 diperoleh:
melakukan penilaian hasil kuesioner
menggunakan skala likert, kemudian dilakukan Kegiatan proyek konstruksi di Kabupaten
analisis faktor dengan bantuan program Badung TA 2012 – TA 2013 didominasi oleh
Statistical Package for Social Science (SPSS) Dinas Bina Marga & Pengairan sebanyak 197
for Windows versi 15.0 untuk mempermudah, paket (36,69 %), kemudian Dinas Cipta Karya
mempercepat dan keakuratan analisis yang sebanyak 171 paket (31,84 %) dan Dinas
diperoleh sehingga dapat menjawab Pendidikan, Pemuda & Olah Raga sebanyak
permasalahan yang telah dirumuskan dalam 118 paket (21,97 %).
penelitian. Sedangkan untuk penyerapan anggaran,
dengan membandingkan nilai kontrak dan
HASIL DAN PEMBAHASAN realisasinya. Karena tidak adanya aturan yang
baku dalam mengukur tingkat penyerapan
Dari hasil uji validitas instrumen anggaran, maka sebagai acuan dalam
penelitian terhadap 30 sampel dengan 38 menganalisis penyerapan anggaran proyek
variabel pertanyaan menggunakan Corrected konstruksi, diperoleh berdasarkan dari hasil
Item-Total Correlation, diperoleh r(hitung) > pengamatan, in-depth interview serta kajian
r(tabel) dengan tingkat signifikansi 5% sehingga pustaka yang dilakukan. Maka acuan
instrumen dikatakan valid. Sedangkan hasil penyerapan yang baik serta digunakan sebagai
pengujian dengan SPSS diperoleh koefisien rencana penyerapan anggaran.
Alpha Cronbach sebesar 0,995. Ini berarti
instrumen dikatakan sudah reliabel karena
koefisien Alpha Cronbach > 0,6

85
Jurnal Spektran Vol.3, No.1 ,Januari 2015

120,00%
2) Ekstraksi variabel menjadi kelompok
100,00%
faktor
Penyerapan Anggaran 80,00% Jumlah faktor yang terbentuk ditentukan dari
60,00% eigen value. Eigen value harus lebih besar atau
40,00% sama dengan 1. Eigen value dibawah 1 tidak
20,00% dapat digunakan dalam menghitung jumlah
0,00% faktor yang terbentuk.
TW I TW II TW III TW IV
Dengan menggunakan metode Principal
TA 2012 0,00% 15,35% 45,88% 96,79%
Component Analysis (PCA) diperoleh 5 (lima)
TA 2013 0,00% 20,71% 49,40% 97,99% faktor yang mempengaruhi lambatnya
Rencana 25% 50% 75% 100% penyerapan anggaran Pemerintah Kabupaten
Badung. Kelima faktor tersebut dapat
menjelaskan semua varian yang ada dalam
Gambar 3 Penyerapan Anggaran Proyek data, yaitu sebesar 78,764 %.
Konstruksi TA 2012 – TA 2013 Tabel 4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi
Penyerapan Anggaran Pemkab. Badung
Secara keseluruhan seperti pada grafik,
terlihat penyerapan anggaran proyek Eigen % of
Commulative of
konstruksi Pemerintah Kabupaten Badung Faktor Variance
Value Variance
(%)
pada Tahun Anggaran 2012 – Tahun Anggaran
1 9,957 26,202 26,202
2013 masih kurang optimal dari rencana yang
2 7,924 20,852 47,054
telah ditentukan. Ini terlihat dari lambatnya
3 5,183 13,640 60,694
penyerapan anggaran dan menumpuknya
4 4,205 11,067 71,760
penyerapan anggaran pada akhir tahun. Ini
5 2,661 7,003 78,764
menandakan bahwa proyek konstruksi tetap Sumber: Hasil analisis dengan SPSS
masih banyak yang dikebut pekerjaannya
mendekati akhir tahun. Tentunya ini akan 3) Rotasi faktor
berdampak bagi kualitas proyek konstruksi Kemudian dilanjutkan penyederhanaan dengan
menjadi kurang memadai. rotasi kelompok faktor yang menghasilkan
Tetapi jika dibandingkan dengan matriks komponen rotasi (Rotated Component
penyerapan anggaran tahun sebelumnya yang Matrix) untuk mempermudah interprestasi
menggunakan sistem pengadaan konvensional, faktor. Rotasi faktor menggunakan rotasi
penyerapan anggaran TA 2012 – 2013 dengan Varimax karena memberikan hasil yang lebih
menggunakan sistem e-procurement telah baik dibandingkan dengan teknik rotasi yang
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. lain. Hasil dari rotasi faktor diperoleh:
(a) Faktor Pertama
Analisis Faktor Memiliki eigen value 9,957 dan variance
Dari jawaban responden dilakukan 26,202 %. Faktor dibentuk oleh 12 variabel,
analisis faktor menggunakan SPSS versi 15.0 yaitu: (1) Ketakutan dan kehati-hatian
yaitu: PA/KPA dalam melaksanakan kegiatan
1) Memilih variabel yang layak untuk pengadaan (loading factor 0,915); (2) Adanya
analisis faktor perubahan paket pekerjaan oleh PA/KPA
Nilai besaran Bartlett’s Test of Sphericity (0,899); (3) Lambatnya proses penyusunan
adalah dengan Significance yang lebih kecil HPS oleh PPK (0,883); (4) Kurang
dari 0,05, nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) > lengkapnya dokumen yang dimiliki PPK untuk
0,5 dan uji Measures of Sampling Adequacy pengadaan (0,873); (5) Ketakutan dan kehati-
(MSA) dengan nilai ≥ 0,5. Dari hasil analisa hatian PPK/PPTK dalam melaksanakan
diperoleh: Nilai besaran Bartlett’s Test of kegiatan pengadaan (0,855); (6) Adanya
Sphericty adalah Significance sebesar 0,000 perubahan paket pekerjaan oleh PPK (0,854);
dan Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) adalah (7) Lamanya proses penyi apan dokumen
sebesar 0,676. pengadaan oleh ULP (0,850); (8)
Nilai Measures of Sampling Adequacy (MSA) Lambatnya proses pengadaan di ULP
dari analisis diperoleh seluruh variabel telah akibat adanya gagal lelang/tender ulang
memenuhi syarat kelayakan varibel untuk (0,834); (9) Adanya rangkap tugas panitia
dapat dianalisis lebih lanjut. Dengan nilai pengadaan/ULP dengan tugas kedinasan
MSA ≥ 0,5, menunjukkan tidak ada variabel (0,826); (10) Kesalahan penafsiran
yang dibuang. terhadap isi peraturan pengadaan yang
berlaku oleh panitia pengadaan/ULP

86
Jurnal Spektran Vol.3, No.1 ,Januari 2015

(0,811); (11) Ketakutan dan kehati-hatian Tidak seimbangnya risiko pekerjaan dengan
panitia pengadaan/ULP dalam imbalan yang diterima oleh panitia
melaksanakan kegiatan pengadaan (0,811); pengadaan/ULP (0,854); (7) Terlambatnya
dan (12) Adanya perubahan paket pekerjaan penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan
ketika dalam proses pengadaan di ULP oleh panitia pengadaan/ULP (0,847).
(0,791). Kelompok faktor III pengaruhnya sedang
Ini berarti kelompok faktor I pengaruhnya terhadap lambatnya penyerapan anggaran.
sangat tinggi terhadap lambatnya penyerapan Dengan faktor dominan pada kelompok ini
anggaran. Faktor dominan pada kelompok adalah keterlambatan para pihak yang terlibat
faktor I adalah ketakutan dan kehati-hatian dalam melaksanakan proses pengadaan.
para pihak yang terlibat dalam melaksanakan Kelompok ini dinamakan Faktor Pelaksanaan
kegiatan pengadaan. Hal ini lebih menjelaskan Pengadaan.
lambatnya penyerapan anggaran yang terjadi.
Sikap ketakutan dan kehati-hatian ini (d) Faktor Keempat
menjadikan proyek konstruksi menjadi Faktor ini memiliki eigen value 4,205 dan
terlambat untuk dimulai pengerjaannya. variance sebesar 11,067 %. Faktor ini dibentuk
Kelompok faktor ini dinamakan Faktor oleh 5 variabel, yaitu: (1) Kurangnya
Internal Pelaksana Pengadaan. sosialisasi tata cara pengadaan berdasarkan
peraturan yang berlaku kepada PA/KPA
(b) Faktor Kedua (0,903); (2) Kurangnya sosialisasi tata cara
Memiliki eigen value 7,924 dan variance pengadaan berdasarkan peraturan yang berlaku
20,852 %. Dibentuk oleh 10 variabel, yaitu: (1) kepada PPK/PPTK (0,895); (3) Keterbatasan
SDM sebagai pejabat PA/KPA kurang pejabat yang bersertifikat untuk PPK/PPTK
kompeten (0,939); (2) Kesulitan PPK dalam (0,892); (4) Kurangnya sosialisasi tata cara
menentukan HPS karena kurangnya keahlian pengadaan berdasarkan peraturan yang berlaku
(0,913); (3) SDM sebagai PPK/PPTK kurang kepada panitia pengadaan/ULP (0,877); dan
kompeten (0,895); (4) Adanya perubahan (5) Kurangnya sosialisasi tata cara pengadaan
jadwal kegiatan oleh PPK (0,890); (5) berdasarkan peraturan yang berlaku kepada
Lambatnya proses pengadaan di ULP akibat PPHP (0,862).
lelang masih dalam masa sanggah dan proses Sedangkan kelompok faktor IV kurang
hukum (0,889); (6) SDM sebagai panitia berpengaruh terhadap lambatnya penyerapan
pengadaan/ULP kurang kompeten (0,876); (7) anggaran. Faktor dominannya adalah
Lambatnya proses pengadaan karena jumlah kurangnya sosialisasi tata cara pengadaan
SDM di ULP kurang memadai (0,875); (8) terhadap para pihak yang terlibat dalam
Adanya perubahan jadwal kegiatan oleh melaksanakan kegiatan proyek konstruksi.
panitia pengadaan/ULP (0,865); (9) SDM Untuk selanjutnya dinamakan Faktor
sebagai PPHP kurang kompeten (0,839); dan Sosialisasi Pelaksanaan Pengadaan.
(10) Keterlambatan penyampaian laporan
karena jumlah SDM sebagai PPHP kurang (e) Faktor Kelima
memadai (0,766). Faktor ini memiliki eigen value sebesar
Kelompok faktor II pengaruhnya tinggi 2,661 dan variance sebesar 7,003 %. Dibentuk
terhadap lambatnya penyerapan anggaran. oleh 4 variabel, yaitu: (1) Keterlambatan dalam
Faktor dominan pada kelompok faktor ini penyusunan laporan kegiatan oleh PPK/PPTK
adalah kurang kompetennya SDM para pihak (0,889); (2) Keterlambatan penyusunan
yang terlibat dalam melaksanakan kegiatan Kerangka Acuan Kerja oleh PPK (0,887); (3)
pengadaan. Selanjutnya dinamakan Faktor Keterlambatan dalam penyusunan laporan
Kompetensi Pelaksana Pengadaan. kegiatan oleh ULP (0,851); (4) Keterlambatan
dalam penyusunan laporan kegiatan oleh PPHP
(c) Faktor Ketiga (0,818).
Eigen value 5,183 dan variance 13,640 Kelompok faktor terakhir, pengaruhnya sangat
%. Terbentuk dari 7 variabel, yaitu: (1) DIPA kecil terhadap lambatnya penyerapan anggaran
terlambat diterima oleh PA/KPA (0,909); (2) dengan faktor dominan pada kelompok faktor
Keterlambatan dalam penetapan PPK oleh V adalah keterlambatan penyusunan laporan
PA/KPA (0,903); (3) Keterlambatan dalam oleh para pihak yang terlibat dalam kegiatan
penandatanganan kontrak oleh PPK (0,898); proyek konstruksi. Yang terakhir, kelompok
(4) Keterbatasan panitia pengadaan/ULP yang faktor ini dinamakan Faktor Evaluasi
bersertifikat (0,889); (5) Keengganan untuk Pelaksanaan Pengadaan.
menjabat panitia pengadaan/ULP (0,865); (6)

87
Jurnal Spektran Vol.3, No.1 ,Januari 2015

Upaya – Upaya untuk Meningkatkan pihak dalam melaksanakan kegiatan


Penyerapan Anggaran pengadaan, adanya perubahan paket
Dari 6 upaya pada sistem pengadaan kegiatan, lambatnya penyusunan HPS,
proyek konstruksi untuk meningkatkan kurang lengkapnya dokumen pengadaan,
penyerapan anggaran yang diajukan pada kesalahan penafsiran peraturan
responden untuk dipilih sebagai cara paling pengadaan dan lambatnya proses
efektif, diperoleh tiga upaya dengan pemilih pengadaan.
terbanyak. Pertama, upaya kedua yaitu 3) Upaya yang paling efektif pada sistem
menetapkan standar komunikasi, koordinasi pengadaan proyek konstruksi untuk
dan sinkronisasi dalam pengadaan proyek meningkatkan penyerapan anggaran
konstruksi dengan semua pihak yang terlibat di Pemerintah Kabupaten Badung
dalamnya, dari 60 orang responden, 23 orang berdasarkan jawaban responden adalah
(38,33 %) memilih upaya 2 menjadi cara yang menetapkan standar komunikasi,
paling efektif pertama. koordinasi dan sinkronisasi dalam
Sebagai cara efektif kedua, dari 60 orang pengadaan proyek konstruksi dengan
responden yang dimintai keterangan, sebanyak semua pihak yang terlibat didalamnya.
19 orang (31,67 %) memilih upaya 1 menjadi Dengan ini diharapkan dapat memberikan
cara yang paling efektif kedua untuk efek positif pada semua pihak yang
meningkatkan penyerapan anggaran yaitu terlibat, sehingga dapat melakukan proses
perencanaan pengadaan yang sistematis dan pengadaan dengan baik dan tidak ada
membuat SOP yang baku sesuai dengan keragu-raguan dalam mengambil
peraturan yang berlaku. keputusan sehingga proyek dapat berjalan
Dan upaya kelima dari yang diajukan sesuai dengan waktu yang telah
yaitu mengadakan sosialisasi peraturan direncanakan dan penyerapan anggaran
perundangan mengenai pengadaan bagi semua dapat berjalan optimal.
pihak yang melakukan kegiatan pengadaan
proyek konstruksi, menjadi cara paling efektif Saran
ketiga dengan jumlah pemilih sebanyak 20 Dari hasil penelitian dan pembahasan
orang (33,33 %). yang telah dianalisis, maka dapat diberikan
beberapa saran sebagai berikut:
SIMPULAN DAN SARAN 1) Untuk meningkatkan penyerapan
anggaran proyek konstruksi pada tahun-
Simpulan tahun anggaran berikutnya, disarankan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah pada pihak-pihak yang terlibat dalam
dilakukan mengenai analisis sistem pengadaan pengadaan proyek konstruksi agar
proyek konstruksi terhadap penyerapan kegiatan pengadaan khususnya proyek
anggaran Pemerintah Kabupaten Badung, konstruksi dapat dilakukan lebih awal
maka kesimpulan yang diperoleh untuk (pada awal tahun) agar kegiatan proyek
menjawab pokok permasalahan adalah: konstruksi dapat segera terealisasikan
1) Tingkat penyerapan anggaran proyek sehingga tidak adanya lagi penumpukkan
konstruksi Pemerintah Kabupaten pada akhir tahun. Dengan pengerjaan
Badung Tahun Anggaran 2012 – Tahun proyek konstruksi yang baik tentunya
Anggaran 2013 masih belum sesuai kualitas yang dihasilkan akan sesuai
dengan rencana tetapi sudah lebih dengan yang diharapkan.
meningkat dibandingkan tahun anggaran 2) Karena ketakutan dan kehati-hatian
sebelumnya. Setelah penggunaan sistem dalam melaksanakan kegiatan pengadaan
pengadaan e-procurement, terjadi yang terjadi pada hampir disemua pihak
peningkatan penyerapan anggaran antara yang terlibat pada pengadaan proyek
10 % sampai dengan 20 % dibandingkan konstruksi menjadi faktor utama dalam
dengan tahun anggaran sebelumnya yang lambatnya penyerapan anggaran, maka
menggunakan sistem pengadaan disarankan agar para pelaksana kegiatan
konvensional. pengadaan proyek konstruksi selalu
2) Berdasarkan analisis faktor, maka berpedoman pada peraturan perundangan-
diperoleh faktor-faktor pada sistem undangan yang berlaku dalam
pengadaan proyek konstruksi yang paling melaksanakan kegiatan pengadaan.
mempengaruhi lambatnya penyerapan 3) Pimpinan sebaiknya mempertimbangkan
anggaran Pemerintah Kabupaten Badung kompetensi pihak-pihak yang terlibat
yaitu ketakutan dan kehati-hatian para langsung dalam proses pengadaan proyek

88
Jurnal Spektran Vol.3, No.1 ,Januari 2015

konstruksi sehingga dapat melaksanakan


kegiatan proyek konstruksi secara
optimal.
4) Pemerintah agar segera menerbitkan e-
catalog (catalog elektronik) untuk
mempermudah dalam penentuan
spesifikasi teknis dan standar harga yang
digunakan dalam penyusunan HPS.
5) Meningkatkan standar komunikasi,
koordinasi dan sinkronisasi dalam
pengadaan proyek konstruksi oleh semua
pihak yang terlibat didalamnya agar
semua permasalahan internal pelaksana
pengadaan dapat diatasi dan kegiatan
proyek konstruksi dapat berjalan optimal
sehingga keterlambatan penyerapan
anggaran dapat diminimalisir serta sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Peraturan Presiden No.70


Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden No.54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Anonim. 2012. Perka LKPP No.14 Tahun
2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Arikunto, S. 2006. Manajemen Penelitian.
Cetakan ketujuh. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Ervianto, W.I. 2005. Manajemen Proyek
Konstruksi. Edisi Revisi. Yogyakarta:
Andi.
Hair, J.F. Anderson, R.E., Tantham, R.L.,
Black, W.C. 1998. Multivariate Data
Analysis. Edisi Kelima. Prentice Hall
International, Inc.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Andi.
Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik
Data dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis.
Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta.

89

Anda mungkin juga menyukai