TESIS
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI TERAPAN
UNIVERISTAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2019
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Psikologi
Terapan
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI TERAPAN
PEMINATAN INTERVENSI SOSIAL
DEPOK
JANUARI 2019
Tssis ini adalah hg$il karya saya sendiri, dan semua sumbor baik yang dikutip maryun
NPM 1406517065
Tanda Tangan
Univorcitas ,ndonesia
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Terapan pada Program
Studi Psikologi Terapan dengan peminatan Intervensi Sosial, di Fakultas Psikologi,
Universitas Indonesia.
DEWAF{ PENGUJI
Dibuat di Depok
Pada tanggal 08 Januari 2019
VI Univercitas lndonesla
Segala puji hanya untuk Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Tidak henti-hentinya saya mengucapkan puji dan syukur atas segala
kemudahan, kelancaran, serta limpahan rahmat dan karunia yang diberikan Allah
kepada saya. Saya menyadari bahwa penulisan tesis ini tentunya tak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyelesaian tesis. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Amarina Ashar Ariyanto, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing yang
penuh perhatian, kelembutan dan kesabaran dalam membimbing saya selama
menyelesaikan tesis ini. Tiada kata yang dapat terucap selain ucapan syukur
dan terimakasih atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya.
2. Mgr. Erita Narhetali, S.Psi selaku pembimbing akademis selama 4 semester
pertama masa perkuliahan yang selalu memberikan dukungan dan perhatian
penuh serta senantiasa menyemangati saya untuk berusaha keras
menyelesaikan pendidikan magister ini. Hanya doa yang mampu saya
panjatkan semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dan
kemurahan hati Mba Er.
3. Dicky Chresthover Pelupessy, M.DS., Ph.D selaku pembimbing yang sudah
membimbing untuk menyelesaikan tesis ini dengan penuh kesabaran.
4. Dr. Dipl. Psych. Ratna Djuwita dan Dra. Siti Dharmayati B. Utoyo, M.Psi,
Ph.D., Psikolog, selaku Penguji Sidang Tesis yang telah memberikan banyak
masukan untuk menyelesaikan tesis ini dengan baik.
5. Seluruh staf pengajar, pegawai, dan civitas akademik Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia yang telah memberikan pengetahuan, dan pengalaman
yang berharga bagi saya.
6. Kekasih hati yang tidak pernah marah, selalu tersenyum dan penuh kesabaran
menuntunku untuk menyelesaikan studi magister ini, Muhamad Gunawan,
Ak., M.Soc.Sc. Para buah hatiku my qurrota’ayyun; Haura Husniyyah,
Muhammad Al-Anthaki, Muhammad Moursi, Khaulah Kameelah (buah hati
yang tumbuh dalam kandungan sejak masa matrikulasi) yang selalu
mendoakan bunda serta memaklumi bunda ketika tidak bisa menemani
iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
Depok, 2019
Penulis
vi Universitas Indonesia
NPM u465fia65
Program Studi Psikologi Terapan
Fakultas Psikologi
beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas lndonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database ), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Efektivitas kerja tim merupakan kunci utama dari kinerja kelompok, kohesi kelompok, efikasi
kolektif dan kepuasan anggota (Aguado dkk, 2014). Kerja tim yang tidak efektif dalam
sebuah kelompok terjadi karena kurangnya kemampuan komunikasi anggota secara efektif
(Steven & Campions, 1994). Permasalahan kerja tim yang tidak efektif karena kurangnya
kemampuan berkomunikasi dialami oleh salah satu kelompok kader posyandu di Jakarta
Timur. Tujuan studi intervensi ini adalah untuk meningkatkan komunikasi kerja tim pada
kelompok kader posyandu melalui pelatihan komunikasi interpersonal. Penelitian intervensi
ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan desain field experiment, after and before with
control design.. Sampel dipilih secara non-probability-purposive sampling. Variabel
penelitian ini yaitu komunikasi interpersonal dan kerja tim kelompok kader posyandu.
Pengukuran hasil intervensi menggunakan interpersonal communication competency scale
(ICCS) yang dikembangkan oleh Rubin dan Martin (1994) dan teamwork communication
competency test yang dikembangkan oleh Aguado dkk. (2014). Hasil analisis statistik
menunjukkan adanya peningkatan komunikasi kerja tim kelompok kader posyandu setelah
mengikuti pelatihan komunikasi interpersonal. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
terkait dengan komunikasi kerja tim diketahui bahwa kelompok sudah membuat jaringan
komunikasi formal, mampu berkomunikasi secara terbuka dan suportif, lebih banyak
mendengar dan merespon secara positif pendapat kader lainnya, mengenali komunikasi non
verbal yang sesama kader dan lebih konsisten melakukan tegur sapa serta percakapan ringan
saat berdiskusi.
Kata kunci :
Kelompok Kader Posyandu, Kerja tim, Komunikasi Interpersonal, Pelatihan Komunikasi
The effectiveness of teamwork is the main key of the group performance, group cohesion,
collective efficacy and member satisfaction (Aguado et al, 2014). Ineffective teamwork in a
group occurs because of the lack of effective communication skills of members (Steven &
Campions, 1994). The problem of ineffective teamwork due to lack of communication skills
is experienced by one group of Posyandu cadres in East Jakarta. The purpose of this
intervention study is to improve work communication in the posyandu cadre group through
training in interpersonal communication. Design of the intervention study is quantitative and
qualitative field experimental, after and before with control design. The sample was selected
by non-probability-purposive sampling. The variables of this study were interpersonal
communication and communication teamwork of the Posyandu cadre group. Measurement of
the intervention result using the interpersonal communication competency scale (ICCS)
developed by Rubin and Martin (1994) and the teamwork communication competency test
developed by Aguado et al. (2014). The results of the statistical analysis showed an increase
in the working communication of the Posyandu cadre team after attending interpersonal
communication training. Based on observations and interviews related to teamwork
communication, that are known to make formal communication, are able to communicate
openly and supportively, listen more and respond positively to other cadres' opinions,
increasingly recognize communicating non-verbally from other cadres, and reprimand also
talk lightly when discussing.
Keywords :
Communication Training, Interpersonal Communication, Teamwork, Posyandu’s Cadre
Groups
ix Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Diagram 3.1 Gambaran Hasil Pengamatan Kinerja Kelompok Posyandu Wijaya Kusuma 1
dan Posyandu Wijaya Kusuma 2 ........................................................................... 35
Diagram 3.2 Gambaran Skor Kompetensi Kerja Tim kelompok Kader Posyandu Wijaya
Kusuma 1 dan Posyandu Wijaya Kusuma 2 .......................................................... 36
Diagram 5.1 Gambaran Peningkatan Pemahaman Partisipan terhadap Materi Pelatihan ........ 54
Diagram 5.2 Gambaran Perubahan ICCS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..... 55
Diagram 5.3 Gambaran Perubahan TWCT Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 56
Diagram 5.4 Gambaran Keterampilan Komunikasi Kerja Tim Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................................. 57
Diagram 5.5 Gambaran Perubahan Keterampilan Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol menurut Observer ..................................................................................... 59
Diagram 5.6 Gambaran Peningkatan Keterampilan Komunikasi Kerja Tim berdasarkan
Pengamatan Observer ............................................................................................ 60
Diagram 5.7 Gambaran Korelasi Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal
dengan Peningkatan Keterampilan Komunkasi Kerja tim ..................................... 61
xv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
kesehatan ibu hamil dan anak-anak di bawah lima tahun. Efektivitas kinerja
kelompok kader posyandu menurut Bidayati (2017) dipengaruhi oleh komitmen,
motivasi, latar belakang pendidikan, usia, dan masa kerja sebagai kader. Selain itu
perhatian dari masyarakat dan pemerintah terhadap peran kader dalam
memberikan layanan kesehatan juga dapat meningkatkan komitmen dan motivasi
kader. Partisipasi ibu balita mengunjungi Posyandu merupakan salah satu
indikator penilaian kinerja kelompok kader. Menurut data Kemenkes RI (2015)
cakupan penimbangan balita dari tahun 2010 sampai tahun 2014 di Indonesia
cenderung meningkat, namun pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 73,0%
dari 85%. Di provinsi DKI Jakarta jumlah balita yang menimbang di posyandu
sama dengan persentase cakupan nasional. Alasan utama ibu balita mengunjungi
posyandu karena merasakan adanya manfaat yang diperoleh, misalnya status gizi
balita terpantau dengan baik. Selain itu, ada kepuasan dari para ibu balita terhadap
layanan kesehatan di posyandu sehingga kualitas layanan posyandu dan
penyediaan sumber daya perlu ditingkatkan untuk mendorong ibu balita
berkunjung ke posyandu (Nazri dkk, 2016).
Ali Akbar dkk. (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa kader
kurang memiliki pengetahuan karena tidak pernah mengikuti pelatihan dan
mendapatkan pembinaan sebagaimana mestinya, serta insentif dan penghargaan
yang diterima kader juga tidak rutin diberikan. Namun demikian, kelompok kader
posyandu tetap perlu untuk menunjukkan kinerja yang baik dalam pelaksanaan
posyandu. Penelitian yang dilakukan oleh Renate, Ilmi, dan Arifin (2016)
mengenai kinerja kelompok kader posyandu menunjukkan bahwa sikap positif
kader dalam menjalankan tugas, memiliki motivasi yang tinggi, memiliki konsep
kerja yang jelas, dan mendapatkan penghargaan berpengaruh terhadap kinerja
para kader. Selain itu, sarana dan prasarana Posyandu, dukungan dari masyarakat
dan penanggungjawab wilayah dimana posyandu berada juga berpengaruh
terhadap kinerja kelompok Posyandu.
Menurut Pedoman Pengelolaan Posyandu Kemenkes RI (2012) kelompok
kader posyandu setidaknya melakukan pertemuan dan berinteraksi 3 kali dalam
sebulan untuk kegiatan, sebagai berikut: pertemuan persiapan sebelum hari buka,
pelaksanaan hari buka layanan kesehatan, dan evaluasi sekaligus perencanaan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
posyandu yang dibutuhkan untuk kerja tim. Peneliti selanjutnya memilih salah
satu kelompok kader posyandu yang berada di wilayah Jakarta Timur, tepatnya
Posyandu Wijaya Kusuma Kelurahan Cipinang Melayu sebagai sampel untuk
survei awal mengenali kerja tim kelompok kader posyandu dengan lebih tepat dan
akurat. Alasan pemilihan Posyandu Wijaya Kusuma sebagai sampel karena
kelompok kader posyandu ini merupakan representasi dari sebagian besar
posyandu diwilayah DKI Jakarta. Selain itu, peneliti memiliki kemudahan akses
kepada para kader posyandu, bidan pembina posyandu puskesmas, dan para ibu
bayi-balita.
Kotamadya Jakarta Timur secara geografis berbatasan dengan Kota
Administrasi Jakarta Utara dan Jakarta Pusat di sebelah utara, sebelah timur
dengan Kota Bekasi, sebelah selatan Kabupaten Bogor dan sebelah barat dengan
Kota Administrasi Jakarta Selatan. Wilayahnya terbagi dalam 10 Kecamatan,
yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar, Kramatjati, Jatinegara,
Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman dan terbagi lagi menjadi 65
kelurahan. Rata-rata tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi, yaitu sekitar
14.562 jiwa/km2, terdiri dari multi etnis, dimana hampir semua ragam suku di
Indonesia ada di wilayah ini dengan membawa serta agama, adat istiadat, seni
budaya dan kebiasaan dikampung halamannya (timur.jakarta.go.id., 2018).
Kelompok kader Posyandu Wijaya Kusuma berada di wilayah RW 03 dan
terdapat kurang lebih 275 balita. Satu Posyandu melayani maksimal 150 balita
berdasarkan standar yang ditentukan oleh pemerintah dalam Pedoman
Pengelolaan Posyandu Kemenkes RI (2011), sehingga di RW 03 Posyandu
Wijaya Kusuma dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok kader Posyandu
Wijaya Kusuma 1 dan kelompok kader Posyandu Wijaya Kusuma 2. Survei
diawali dengan melakukan wawancara mengenai kerja tim kelompok kader secara
singkat kepada ketua kelompok Posyandu Wijaya Kusuma 1 dan Posyandu
Wijaya Kusuma 2 setelah pelaksanaan hari buka layanan kesehatan.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa kelompok kader jarang berdiskusi
mengenai kegiatan posyandu terutama terkait dengan monitoring dan evaluasi
kegiatan. Mereka tidak memiliki rencana kerja yang jelas dan kurang fokus pada
tugas kelompok. Terdapat 3 kegiatan utama Posyandu selama 1 bulan yaitu,
Universitas Indonesia
kegiatan perencanaan hari buka layanan kesehatan, pelaksanaan hari buka layanan
dan evaluasi hasil hari buka layanan. Selama ini dari ketiga kegiatan tersebut
hanya kegiatan hari buka layanan kesehatan yang dilaksanakan setiap bulannya,
sementara perencanaan dan evaluasi hari buka layanan hanya dilakukan oleh
ketua posyandu. Kelompok kader hanya bertemu 1 kali dalam sebulan dan
terkesan kurang ada kesadaran untuk bekerjasama serta kurang komitmen untuk
menyelesaikan tugas kelompok. Orientasi kerja para kader lebih kepada melayani
bayi-balita yang hadir saat hari buka layanan posyandu. Sementara para ketua
posyandu merasa terbebani dengan banyaknya laporan kegiatan yang harus dibuat
untuk Puskesmas dan Kelurahan tapi merasa sungkan untuk meminta kader lain
membantu mengerjakan. Tidak ada pembagian tugas dan rencana kerja yang jelas
serta ketidakmampuan ketua untuk berkomunikasi secara terbuka dengan para
anggotanya menunjukkan indikasi kerja tim mereka tidak efektif. Selain itu,
kelompok kader juga tidak memiliki jaringan struktur komunikasi formal untuk
saling berbagi informasi, ide atau pendapat, dan semua informasi serta keputusan
terpusat pada ketua kelompok.
Untuk menggali lebih dalam fenomena yang ada, peneliti melakukan
wawancara kepada beberapa kader posyandu dari kedua kelompok terkait dengan
peran dan tugas serta kerja tim. Hasilnya diketahui bahwa, para kader belum
melakukan 2 kegiatan selain hari buka layanan kesehatan, karena mereka
menganggap tidak ada ketentuan yang mengharuskan mereka untuk bekerja selain
di hari buka layanan. Ketika terjadi konflik atau permasalahan antar kader mereka
cenderung menutup diri, karena mereka merasa tidak yakin mampu
menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu saat pembagian dan pelaksanaan tugas
hari buka layanan terkadang terjadi kesalahpahaman yang berakibat suasana kerja
menjadi tidak nyaman. Kemampuan kader untuk berkomunikasi dengan baik
diakui sangat kurang, mereka merasa kesulitan untuk menyampaikan saran atau
kritik kepada kelompoknya, karena khawatir akan berbalik kepada dirinya, dan
mereka juga tidak tahu cara menyampaikan informasi hasil pemeriksaan
kesehatan bayi-balita terutama yang kesehatannya bermasalah.
Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap kerja tim kelompok kader
saat hari buka layanan dan pertemuan di Puskesmas Kelurahan. Hasilnya terlihat
Universitas Indonesia
bahwa kelompok kader posyandu bekerja secara individu, tidak ada perbincangan
khusus mengenai hasil kegiatan posyandu, karena setelah pelaksanaan kegiatan
hari buka layanan semua kader pulang kerumah masing-masing. Hampir tidak ada
aktivitas bersama yang memperlihatkan kerja tim di kedua kelompok kader
posyandu, selain dari tugas memberikan layanan di meja masing-masing. Alur
kegiatan layanan kesehatan juga terlihat tidak teratur, baik para bayi-balita
maupun para kader sendiri merasa tidak nyaman dengan suasana layanan. Edukasi
kesehatan yang seharusnya diberikan kepada para ibu bayi-balita tidak dilakukan,
karena tidak ada waktu dan ruang khusus yang dipersiapkan untuk
dilaksanakannya kegiatan tersebut. Laporan kegiatan hari buka layanan dikerjakan
dirumah oleh ketua posyandu, dan dilaporkan pada akhir bulan ke Puskesmas dan
Kelurahan oleh ketua kelompok dengan format laporan yang sudah disediakan
oleh Puskemas dan Kelurahan.
Permasalahan-permasalahan individu dan kelompok yang terjadi dalam
kelompok kader posyandu tersebut diatas diduga karena kader belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan interpersonal terkait dengan proses kerja tim.
Berdasarkan teori kompetensi interpersonal kerja tim, kelompok kader
membutuhkan peningkatan keterampilan komunikasi sebagai kompetensi yang
paling penting dan mendasar dalam kerja tim. Teknik yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi kerja tim tersebut adalah melalui
pelatihan. Keterampilan komunikasi interpersonal para kader diperlukan untuk
interaksi dalam kerja tim agar hubungan diantara mereka lebih kuat dan lebih
dekat. Dari hasil wawancara diketahui bahwa para kader belum pernah mengikuti
pelatihan terkait keterampilan berkomunikasi baik komunikasi antarpribadi
maupun komunikasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti memutuskan untuk
melakukan intervensi meningkatkan keterampilan komunikasi kerja tim melalui
pelatihan komunikasi interpersonal.
Universitas Indonesia
yang kurang efektif berpengaruh terhadap hasil kerja tim dan komunikasi
merupakan salah satu kompetensi interpersonal yang diperlukan dalam kerja tim
kelompok kader posyandu. Dari hasil wawancara dan pengamatan oleh peneliti
diketahui bahwa komunikasi kelompok mereka masih terlihat belum cukup
efektif. Hal tersebut yang diduga berdampak pada interaksi dan kedekatan
hubungan sesama kader dalam kerja tim. Untuk itu diperlukan intervensi
peningkatan keterampilan komunikasi kerja tim melalui peningkatan komunikasi
interpersonal kader melalui pelatihan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini menjelaskan teori-teori terkait kelompok kader posyandu, kerja tim
yang efektif, keterampilan komunikasi kerja tim, keterampilan komunikasi
interpersonal dan teori terkait metode intervensi pelatihan serta model konseptual
penelitian intervensi.
11 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
relevan dan penting bagi kinerja tim didiskusikan dan tidak diabaikan.
Keterampilan gaya komunikasi yang terbuka merupakan modal dasar dalam
meningkatkan hubungan pribadi dengan menyusun isi pesan yang sesuai
untuk hubungan mereka. Proses komunikasi berlangsung dalam suasana
informal, santai, nyaman, dan menghindari ketegangan. Prinsip dasar
penerapan gaya komunikasi terbuka dan mendukung dijelaskan sebagai
berikut : (1) Orientasi pada perilaku atau peristiwa bukan pada individu (2)
Pesan yang disampaikan harus sesuai antara verbal dan non verbal, antara
apa yang dirasakan dan yang dikatakan (3) Menghindari penyampaian pesan
yang membangkitkan perasaan negatif tentang harga diri, identitas diri, dan
privasi orang lain seperti menunjukkan superioritas atau ketidakpedulian
terhadap komunikan (3) Memastikan bahwa setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk berbicara, menggunakan waktu yang tepat
dalam percakapan, dan memastikan bahwa topik tidak terputus atau
dimonopoli (5) Mengakui komunikasi yang dilakukan dengan
mempertanggungjawabkan dan membenarkan pernyataan yang telah
disampaikan.
c. Terampil mendengarkan sebagai bentuk umpan balik dalam proses
komunikasi sehingga dapat mengurangi distorsi antara apa yang dikatakan
dan apa yang dipahami, menghasilkan keakuratan dan informasi tugas yang
relevan. Tidak memberikan penilaian dan tidak evaluatif merupakan
komponen utama dari terampil mendengar. Orang cenderung mengevaluasi
apa yang mereka dengar dengan sangat cepat, terkadang juga menambahkan
komentar mental pada pesan (misalnya, apakah komunikator bicara jujur,
apakah informasi yang diberikan akurat dll). Seorang pendengar aktif dapat
: (1) Meningkatkan pemahaman mereka tentang pesan dengan menggali
informasi dari komunikator, misalnya dengan meminta untuk menguraikan,
memberikan informasi tambahan atau memperjelas maknanya (2)
Merefleksikan isi pesan dengan mengarahkan kembali pesan yang didengar
kepada komunikator untuk menunjukkan kepadanya bahwa pendengar
memperhatikan, memahami, dan ingin mendengar lebih banyak pesan yang
disampaikan (3) Membantu komunikator untuk lebih memahami masalah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tim sebenarnya (McEwan dkk., 2017). Teori pembelajaran yang digunakan dalam
intervensi team training menerapkan prinsip pembelajaran dalam perspektif
pembelajaran orang dewasa dan experiential learning.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4.3. Fasilitator
Seorang fasilitator harus memiliki keterampilan presentasi yang baik, dapat
memberikan inspirasi kepada peserta disiknya, dapat memberikan bimbingan yang
mengajari cara belajar, dan memberikan pengalaman pelatihan untuk mengelola
pembelajaran mereka sendiri (Worsnop, 1993). Berikut adalah panduan bagi
fasilitator :
a. Menjelaskan tujuan dan hasil pelatihan kepada peserta yang dilatih, mereka
harus tahu ke mana mereka akan dibawa dan apa hasil yang akan diperoleh.
Sehingga,mereka akan lebih memahami relevansi kegiatan dalam
pengalaman belajar dan termotivasi untuk mau belajar.
b. Menjelaskan proses pembelajaran dan penilaian kepada para peserta
pelatihan, tujuannya agar mereka dapat berpartisipasi penuh dalam
pengalaman belajar bersama fasilitator. Selain itu, adult learner memiliki
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pelatihan Komunikasi
Interpersonal
Universitas Indonesia
25 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 Jarak antara Posyandu Wijaya Kusuma 1 dan Posyandu Wijaya Kusuma 2
Tabel 3.1 Gambaran Partisipan berdasarkan Usia, Latarbelakang Pendidikan dan Masa
Kerja
Universitas Indonesia
Jenjang Pendidikan:
SMP 0 2 3
SMA 4 6 5
Perguruan Tinggi 1 0 0
Pekerjaan :
Wiraswasta 1 0 0
PNS 1 0 0
Ibu rumah tangga 3 8 8
Masa Kerja sebagai kader :
< 1 tahun 2 1
1 – 5 tahun 2 2
6 – 10 tahun 0 1
11 – 15 tahun 3 2
15 – 20 tahun 0 2
> 21 tahun 1 0
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
jumlah item yang sesuai antar observer dibagi jumlah seluruh item kemudian
dikalikan 100%. Apabila hasil observasi yang dihitung dengan rumus tersebut
menunjukkan 85% kesesuaian hasil observasi antar-observer maka instrumen
tersebut dapat dikatakan reliabel. Apabila kurang dari 85%, maka alat ukur
tersebut tidak dapat dikatakan reliabel. Hasilnya menunjukkan kesesuaian antara
observer 1 dan observer 2 sebesar 90%, sehingga lembar pengamatan tersebut
dapat dikatakan reliabel karena telah melebihi batas minimal 85%. Uji validitas
alat ukur menggunakan tehnik statistic corrected item-total correlation didapatkan
koefisien reabilitas cronbach’s alpha sebesar 0.911, terdapat dua (2) item yang
tidak valid namun masih tetap digunakan yakni item nomor 2 dan 13. Alasan tetap
digunakannya kedua item tersebut, dikarenakan nilainya mendekati 0.541.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan Posyandu WK 2 adalah 2.10. Skala penilaian 1-4 dengan total skor 18, dan
dikategorikan dalam 3 penilaian sebagai berikut: (a) rata-rata skor 1-2=perlu
perbaikan, (b) rata-rata skor 3= bekerja dengan baik, (c) rata-rata skor 4=kerja
bagus. Kesimpulan dari hasil penilaian oleh para observer menunjukkan rata-rata
skor 2, yang artinya, kedua kelompok kader posyandu tersebut memerlukan
intervensi untuk perbaikan kinerja tim. Kesesuaian pengamatan antara observer 1
dan observer 2 pada Pos WK 1 sebesar 94% dan pada Pos WK 2 sebesar 89%.
Kemudian dari hasil wawancara dengan Bidan Pembina Posyandu
Puskesmas Kelurahan dan Ketua Pokja Posyandu Kelurahan diketahui bahwa,
kinerja posyandu yang selama ini menjadi penilaian hanya terbatas pada hasil
cakupan kunjungan bayi/balita pada saat hari buka, kenaikan berat badan
bayi/balita pada saat kunjungan, bayi/balita yang tidak hadir ke posyandu,
cakupan imunisasi, kehadiran para kader dan tenaga kesehatan. Tidak ada
penilaian khusus mengenai pengetahuan, keahlian dan keterampilan kader yang
dibutuhkan untuk kerja tim. Penilaian kerja tim dalam kinerja posyandu belum
menjadi perhatian dari para pengelola posyandu, karena target penyelenggaraan
posyandu lebih kepada angka kunjungan dan cakupan layanan. Para kader tidak
mengetahui sepenuhnya kerja mereka sebagai sebuah tim dan tidak memahami
pentingnya kerja tim untuk efektivitas kinerja kelompok mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para ketua kelompok Posyandu WK
diketahui bahwa, penyelenggaraan posyandu hanya fokus pada pelaksanaan hari
buka posyandu, belum ada pertemuan sebelum dan sesudah pelaksanaan hari
buka, untuk monitoring dan evaluasi setiap bulannya. Bentuk pelaporan dan
evaluasi yang ada berupa dokumen pencatatan yang disediakan oleh puskesmas
dan penanggungjawab posyandu kelurahan. Pertemaun koordinasi bulanan
seluruh posyandu se-kelurahan, dilaksanakan setiap bulan di puskesmas atau di
kelurahan dengan didampingi oleh pembina dan penanggungajwab posyandu
kelurahan. Hasil FGD menunjukkan bahwa, kader-kader posyandu belum terlibat
banyak dalam program posyandu karena merasa belum memiliki cukup
kemampuan untuk memberikan informasi-informasi kesehatan kepada
masyarakat, khususnya para ibu balita. Mereka juga belum memahami cara
berbicara dengan masyarakat mengenai info tersebut, baik ketika hari buka
Universitas Indonesia
posyandu maupun diluar hari buka posyandu. Sebagai tim, mereka tidak memiliki
jadwal pertemuan rutin untuk merencanakan, memantau dan mengevaluasi hasil
kegiatan posyandu setiap bulannya. Persiapan sebelum dan sesudah pelaksanaan
hari buka diserahkan pada ketua dan mantan ketua posyandu. Kegiatan tambahan
lainnya seperti, BKB-PAUD dilaksanakan oleh kader lain diluar Posyandu.
Pembekalan bagi para kader posyandu dalam bentuk pelatihan atau workshop
jarang diperoleh. Ketika ada pelatihan, biasanyahanya perwakilan kader saja yang
diikutsertakan.
1,72 1,72
1,67
Observer 1 Observer 2
Diagram 3.1 Gambaran Hasil Pengamatan Kinerja Kelompok Posyandu Wijaya Kusuma 1
dan Posyandu Wijaya Kusuma 2
Universitas Indonesia
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50 Posyandu WK 1
1,00
0,50 Posyandu WK 2
0,00
Rsolusi Komunikasi Colaborative
Konflik Problem
Solving
Diagram 3.2 Gambaran Skor Kompetensi Kerja Tim kelompok Kader Posyandu Wijaya
Kusuma 1 dan Posyandu Wijaya Kusuma 2
Universitas Indonesia
Kelompok Kelompok
Eksperimen Intervensi Eksperimen
Sebelum Sesudah
Bandingkan
Kelompok Kelompok
Kontrol Kontrol
Sebelum Sesudah
Gambar 4.1 Field Experimental After and Before with Control Design Scheme
37 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pre-Test Post-Test
Keterampilan Keterampilan
Intervensi
Komunikasi Komunikasi Kerja
Pelatihan
Interpersonal Tim
Universitas Indonesia
menyusun persiapan briefing secara tatap muka dan online via whatsapp
group.
c. Menyusun form checklist perlengkapan dan peralatan pelatihan.
d. Memberikan lembar Informed consent kepada para partisipan dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
e. Memberikan lembar kuesioner pre-test kompetensi komunikasi
interpersonal di lokasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara
bersamaan. Peneliti dibantu oleh 3 orang pendamping peneliti untuk
melakukan pre-test.
f. Melaksanakan intervensi mengacu pada rundown dan materi pelatihan.
g. Melakukan debriefing kepada partisipan diakhir sesi pelatihan.
h. Melakukan post-test 1 dengan meminta partisipan dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol mengisi kuesioner kompetensi
komunikasi interpersonal serta kuesioner pemahaman kinerja kelompok
posyandu. Pengamatan perilaku komunikasi interpersonal terhadap
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh 2 orang
observer menggunakan behavioral checklist, sehari setelah pelaksanaan
pelatihan.
i. Memberikan sertifikat penghargaan kepada peserta atas kesediaannya
berpartisipasi dalam pelatihan setelah pelaksanaan post-test 1.
j. Melakukan post-test 2 hanya pada kelompok eksperimen dan meminta
partisipan mengisi kuesioner kompetensi komunikasi interpersonal serta
kompetensi komunikasi kerja tim. Pengamatan terhadap kompetensi
komunikasi interpersonal dan kompetensi komunikasi kerja tim dengan
menggunakan behavioral checklist, yang diisi oleh 2 observer.
k. Data yang diperoleh lalu dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan
membandingkan hasil pre-test dengan post-test 1, dan post-test 1 dengan
post-test 2, untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor. Uji statistik
dilakukan untuk mengetahui signifikansi peningkatan skor tersebut.
Universitas Indonesia
Kelompok 8 13-14 15 28
November November November November
Eksperimen 2018 2018 2018 2018
• Pre-test • Intervensi • Pos-test 1 • Post-test 2
Pelatihan
8 15
Kelompok Non
November Intervention November
Kontrol 2018 2018
• Pre-test • Post-test 1
Universitas Indonesia
Brainstorming,
Keterampilan 1. Keterampilan interpersonal
diskusi, bermain peran,
Pkl.09.10-11.10 Komunikasi 2. 5 keterampilan komunikasi
presentasi, studi kasus,
Interpersonal interpersonal
simulasi
Pkl.11.10-12.10 ISHOMA
Lanjutan
Keterampilan 5 dimensi keterampilan komunikasi Bermain peran, studi
Pkl.12.10-14.30
Komunikasi interpersonal kasus, simulasi
Interpersonal
1. Post-test pertanyaan pemahaman kerja
tim dan komunikasi kerja tim
2. Evaluasi hasil kegiatan pelatihan
Presentasi, diskusi,
Pkl.14.30-15.00 Penutup selama 2 hari
pengisian kuesioner
3. Penyampaian rencana tindaklanjut
pasca pelatihan
4. Doa penutup
Universitas Indonesia
yang diadaptasi dari Rubin dan Martin (1994) dan disesuaikan dengan
latarbelakang partisipan. ICCS merupakan alat ukur laporan diri yang singkat dan
menyeluruh dari 10 keterampilan komunikasi interpersonal yang menekankan
pada hubungan antara perilaku secara tepat dan efektif untuk mencapai tujuan
komunikasi dengan cara prososial. ICCS menggunakan respon skala Likert 1–4,
dengan pemaknaannya adalah, 1=tidak pernah; 2=hampir tidak pernah; 3=pernah;
dan 4=selalu. Cara pengisiannya dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom
pernyataan. Skor minimal yang kemungkinan diperoleh adalah 30 dan skor
maksimal yang kemungkinan diperoleh adalah 120. Semakin tinggi skor ICCS
pada tiap dimensinya, maka semakin tinggi pula skor dimensi tersebut. Item-item
kuesioner ICCS yang sudah diadaptasi terlampir pada Lampiran 2.3 Bagian 1.
Pengamatan terhadap perilaku komunikasi interpersonal kader posyandu
juga dilakukan oleh peneliti sendiri dan salah seorang mahasiswa pascasarjana
psikologi intervensi sosial, dengan tujuan untuk menguatkan hasil skoring
kuesioner ICCS yang diisi oleh partisipan Lembar pengamatan diisi dengan
memberi tanda checklist (√) pada kolom pilihan skor, skala 0-2 yang bermakna:
0=tidak dilakukan; 1=jarang dilakukan; 2=selalu dilakukan. Jumlah item
pengamatan sebanyak 10 item, terlampir pada Lampiran 2.3 Bagian 2. Kuesioner
ICCS yang akan digunakan diuji terlebih dahulu reliabilitas dan validitasnya
melalui uji coba pada 13 orang kader yang memiliki kemiripan karakteristik
dengan para partisipan. Waktu yang diperlukan untuk melakukan uji coba ini
adalah sekitar dua hari. Hasil uji coba didapatkan koefisien reliabilitas cronbach’s
alpha sebesar 0.939. Terdapat 6 item yang tidak valid yakni item nomor 5, 8, 9,
24, 27, dan 28, namun item ini tetap digunakan karena nilainya masih mendekati
nilai batas signifikansi sebesar 0,541. Uji reliabilitas lembar pengamatan
menunjukkan kesesuaian antara observer 1 dan observer 2 sebesar 90%.
Penilaian keterampilan komunikasi kerja tim diukur dengan menggunakan
kuesioner Teamwork Competency Test yang digunakan pada studi pendahuluan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rentang Usia :
31 – 40 tahun 1
41 – 50 tahun 4
> 50 tahun 2
Jenjang Pendidikan :
SMP 3
SMA 4
Masa Kerja :
< 1 tahun 2
1 – 5 tahun 2
11 – 15 tahun 2
> 21 tahun 1
45 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 5.3 Skor Pemahaman Partisipan terhadap Materi Kerja Tim, Keterampilan
Komunikai Interpersonal dan Komunikasi Kerja Tim
Universitas Indonesia
6,0
4,0
2,0
0,0
Pre test Post test
KE 2,6 7,6
Universitas Indonesia
80
60
40
20
0
Pre-test Post-test 1 Post-test 2
KE 56,86 68,71 78,29
KK 76,38 77,25
Diagram 5.2 Gambaran Perubahan Skor ICCS Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Untuk melihat signifikansi perubahan yang terjadi antara skor pre-test dan
post-test keterampilan komunikasi intepersonal tersebut, dilakukan Uji Paired
sample T-Test. Uji ini dilakukan setelah masing-masing dinyatakan berdistribusi
nornal menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil pada kelompok eksperimen
menunjukan angka signifikansi > dari 0.05, yaitu 0.10 (pre-test), 0.200 (post-test
1), dan 0.135 (post-test 2). Dan, kelompok kontrol menunjukkan angka
signifikansi > 0.05, yaitu 0.200 (pre-test), 0.200 (post-test 1). Uji paired sample t
test dilakukan sebanyak 2 kali, yakni membandingkan pre-test dengan post-test 1,
dan post-test 1 dengan post-test 2 pada kelompok eksperimen, sementara pada
kelompok kontrol hanya pre-test dan post-test 1 yang diuji.
Hasil uji Paired Sample T-Test pada kelompok eksperimen diketahui ada
kenaikan namun belum cukup signifikan antara skor ICCS pada tahap pre-test
Universitas Indonesia
(M= 65.13, SD= 24.63) dan post-test 1 (M= 73.5, SD= 15.67) dengan
menunjukan t (6) =2.292, p = 0.056> 0.05. Pada kelompok kontrol hasilnya
diketahui bahwa, terjadi penurunan skor ICCS pre-test (M= 77.25, SD= 8.12) dan
post-test 1 (M=76.38, SD=7.48) dengan t (7) = 0.38 , p= 0.715 > 0.05. Hasil uji
paired sample t-test post-test 1 dan post-test 2 pada kelompok eksperimen
diketahui ada hubungan yang signifikan antara skor ICCS pada tahap post-test 1
(M= 73.50, SD= 15.67) dan post-test 2 (M= 81.63, SD= 12.16) dengan
menunjukan t (6) = -4,187, p = 0.004 < 0.005.
100
80
60
40
20
0
Pre-test Post-test
KE 45,43 69,43
KK 97,38 93,5
Diagram 5.3 Gambaran Perubahan Skor TWCT Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Untuk melihat signifikansi perubahan yang terjadi antara skor pre-test dan
post-test kompetensi kerja tim tersebut, dilakukan Uji Paired sample T-Test. Uji
ini dilakukan setelah masing-masing dinyatakan berdistribusi nornal berdasarkan
Universitas Indonesia
2,6 2,5
1,9
1,3
Pre-test Post-test
Diagram 5.4 Gambaran Skor Keterampilan Komunikasi Kerja Tim Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Universitas Indonesia
Untuk melihat signifikansi perubahan yang terjadi antara skor pre-test dan
post-test keterampilan komunikasi kerja tim tersebut, dilakukan Uji Wilcoxon
Signed Ranks Test, dan hasilnya diketahui terdapat peningkatan yang kurang
signifikan pada skor keterampilan komunikasi kerja tim kelompok eksperimen
antara pre-test dan post-test (z=-2.388, p=0,17 > 0.00), sementara pada
kelompok kontrol hasilnya diketahui tidak terdapat peningkatan antara pre-test
dan post-test (Z=0.674, p=0.5 > 0.00).
Universitas Indonesia
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Pre-test Post-test 1 Post-test 2
KE 1,4 1,8 2,2
KK 1,6 1,6
Universitas Indonesia
SD=2.3). Hasil ini menguatkan hasil analisis kuantitatif, yang menyatakan adanya
peningkatan keterampilan pada kelompok ekpserimen yang mungkin diakibatkan
oleh adanya pemberian intervensi. Gambaran peningkatan perilaku komunikasi
kelompok eksperimen berdasarkan hasil pengamatan observer dapat dilihat pada
diagram 5.6 berikut ini :
KE KK
11,9
8,6 9,1 9
Pre-test Post-test
Diagram 5.6 Gambaran Peningkatan Keterampilan Komunikasi Kerja Tim berdasarkan Pengamatan
Observer
Universitas Indonesia
200
180
160
140
120
100
80 TWCT
60 ICCS
40
20
0
Pre-test Post-test 1 Post-test 2 Pre-test Post-test 1
KE KE KE KK KK
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil intervensi pelatihan
keterampilan komunikasi interpersonal, diskusi mengenai hasil intervensi
berdasarkan teori-teori yang digunakan, dan saran bagi penelitian intervensi
selanjutnya
62 Universitas Indonesia
6.2. Diskusi
Para kader Posyandu sebagai kelompok pemberdayaan masayarakat
dibidang kesehatan memerlukan keterampilan kerja secara berkelompok yang
efektif untuk meningkatkan kinerja kelompok. Pada saat studi pendahuluan
diketahui bahwa para kader posyandu merasa kesulitan untuk menyampaikan
informasi yang dibutuhkan oleh para ibu bayi-balita, sehingga sering terjadi
kesalahpahaman dan respon negatif antara ibu bayi-balita dan para kader. Kinerja
tim posyandu juga cenderung belum cukup baik, hal ini terlihat pada saat
pelaksanaan kegiatan hari buka posyandu yang kurang inovatif dan suasana
pelayanannya terkesan tidak teratur serta teras kurang nyaman, baik menurut para
kader maupun para pengunjung posyandu. Selain itu, perencanaan, pemantauan
dan evaluasi kegiatan hari buka posyandu ataupun kegiatan tambahan lainnya
seperti kunjungan rumah belum terlaksana sebagaimana mestinya.
Keterampilan kerja tim adalah pondasi utama kerja tim yang efektif.
Aguado dkk. (2014) menyatakan terdapat beberapa bukti empiris yang
menunjukkan bahwa ukuran pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan
dengan tugas tertentu akan memprediksi kinerja individu dan mendukung kinerja
tim. Lebih lanjut dikatakan bahwa tim yang terbentuk dari orang-orang dengan
keterampilan kerja tim yang kuat akan menampilkan berbagai perilaku spesifik
yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja suatu kelompok. Kelompok kader
posyandu dapat meningkatkan efektivitas kerja tim dengan meningkatkan
keterampilan setiap kader, khususnya melalui pendekatan hubungan interpersonal
agar hubungan kerja selalu sehat, mampu merespon ide sesama anggota secara
positif, mampu mengendalikan emosi, dan menerima dengan hormat perbedaan
sudut pandang diantara kader. McClough dan Rogelberg (2003) menyatakan
bahwa kerja tim dapat memprediksi kinerja individu.
Berdasarkan hasil pelaksanaan intervensi pelatihan keterampilan
komunikasi interpersonal kelompok kader posyandu menunjukkan adanya
pengaruh antara peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal dengan
Universitas Indonesia
keterampilan komunikasi kerja tim. Seperti yang dinyatakan oleh Hynes (2012)
dan Purhonen (2012) bahwa keterampilan komunikasi interpersonal
mempengaruhi produktivitas dan keterlibatan tenaga kerja serta dapat
meningkatkan interaksi kolaboratif didalam organisasi ataupun antar organisasi.
Pendekatan team training dalam team develompment intervention menurut
Lacerenza dkk. (2018) dapat meningkatkan keterampilan anggota tim, hal ini juga
terbukti pada intervensi pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal pada
kelompok kader Posyandu Wijaya Kusuma 1. Sejalan dengan WHO (2007) yang
menyatakan bahwa konsep materi dan aktivitas pelatihan untuk para community
health workers menitikberatkan pada keterampilan tertentu. Peningkatan
keterampilan komunikasi interpersonal kelompok kader posyandu berdasarkan 10
keterampilan komunikasi interpersonal Rubin dan Martin (1994), secara bertahap
mulai diterapkan oleh para kader antar kader terutama pada keterampilan self-
disclosure, empathy, supportiveness, dan expressiveness.
6.3. Saran
Berikut ini beberapa saran bagi penelitian dan intervensi ke depan
berdasarkan pembelajararan yang peneliti peroleh.
1. Dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk dapat menggali pengalaman
partisipan dan meningkatkan kompetensi mereka. Mengingat kebanyakan
dari mereka adalah ibu rumahtangga biasa, namun mempunyai semangat
yang positif untuk berkontribusi dalam program kesehatan berbasis
masyarakat.
2. Kemampuan para fasilitator dalam menjaga iklim pembelajaran sangat
penting, agar tujuan pelatihan pengembangan kompetensi ini menjadi
efektif. selain itu fasilitator harus memiliki pengalaman yang cukup
mengenai kelompok pemberdayaan masyarakat dan bagaiman cara
menyesuaikan pembelajaran untuk mereka. Selain itu fasilitator juga harus
mampu memahami perasaan-perasaan terdalam dari setiap pengalaman
konkrit partisipan sehingga hubungan antara keduanya menjadi interaktif.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Aguado, D., Rico, R., Manzanares, M., & Salas, E. (2014). Teamwork
Competency Test: A step forward on measuring teamwork competencies.
Group Dynamic: Theory, Research and Practice, American Psychological
Association, 18 (2), 101-121. Doi: 10.1037/a0036098
Ali Akbar, M., Kandarina, I., & Gunawan, I. (2016). Studi ketidakaktifan kader
posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Paramasan, Banjar, Kalimantan
Selatan. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition
and Dietetics), 3 (1), 60-67. Doi: 10.21927/ijnd.2015
Banarjee, A., Slagle, J, M., Mercaldo, N, D., Booker, R., ..., & Weinger, M, B.
(2016). A simulation-based curriculum to introduce key teamwork
principles to entering medical students. BMC Medical Education, 16, 295.
Doi: 10.1186/s12909-016-0808-9
Bidayati, U. (2017). Commitment, motivation, and performance of cadre
posyandu. Advances in Intelligent System Research, 131.
Buunk, A, P., & Van Vugt, M. (2013). Applying Social Psychology. London, UK :
SAGE Publication
Creswell, J, W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches (4th ed). CA, USA: SAGE Publications
Creswell, J, W. (2010). Educational Research: Planning, Conducting and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston, USA: Pearson
Cozby, P, C., & Bates, S, C. (2011). Methods in Behavioral Research (8th ed).
NY, USA: The Mcgraw-Hill Companies
DeVito, J, A. (2015). Human Communication: The Basic Course (13th ed). NY,
USA: Pearson Education
Duffy, D, F., Gordon, G, H., Whelan, G., Cole-kelly, K., frankel, R. (2004).
Assessing Competence in Communication and Interpersonal Skills: The
Kalamazoo II Report. Academic Medicine, 79 (6), 495-507.
Forsyth, D, R. (2010). Group Dynamics (5th ed). CA, USA: Wadsworth Cengage
Learning
66 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
mengenai pengelolaan dan pelaksanaan posyandu balita. Fokus pengamatan adalah pada
keterampilan kader di Kelompok Kegiatan Posyandu Wijaya Kusuma I dan II RW 03
Cipinang Melayu. Lalu, kendala apa yang dihadapi dan sarana pendukung yang dimiliki
sebagai upaya meningkatkan keterampilan kader tersebut.
Lokasi Penelitian
Lokasi target penelitian adalah 2 (dua) Kelompok Kegiatan Posyandu Wijaya
Kusuma di RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu Makasar Jakarta Timur.
Sampel Penelitian
Partisipan dalam penelitian adalah pengelola Posyandu Wijaya Kusuma RW 03
yang terdiri dari 13 orang kader posyandu, 1 orang bidan puskesmas, 1 orang anggota
pokja (kelompok kerja) kelurahan, 1 orang ibu balita pengunjung posyandu, dan 1 orang
ibu balita yang tidak berkunjung ke posyandu.
Universitas Indonesia
Kriteria Partisipan
Kriteria yang dicantumkan untuk menjadi partisipan adalah kader yang berstatus
aktif di Posyandu Wijaya Kusuma 1 dan 2, anggota Kelompok Kerja Posyandu Kelurahan
Cipinang Melayu, Pembina Posyandu Puskesmas Kelurahan dan ibu-ibu balita yang
berada dalam wilayah kerja Posyandu Wijaya Kusuma.
Universitas Indonesia
Kepada Yth,
Perkenalkan nama saya, Lina Martina Sari Mahasiswa S2, Magister Psikologi
Intervensi Sosial, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Saat ini Saya sedang
melakukan penelitian (Tesis) mengenai keterampilan para kader posyandu dalam
tim kerja (teamwork). Bersama surat ini, Saya bermaskud meminta kesediaan dan
bantuan Bapak/Ibu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
Keikutsertaan Bapak/Ibu pada penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada
paksaan. Data dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan dijamin kerahasiaannya dan
hanya akan digunakan demi kepentingan penelitian ini saja. Saya tidak akan
mencantumkan nama Bapak/Ibu pada laporan penelitian ini. Apabila ada hal-hal
yang ingin disampaikan berkaitan dengan penelitian ini, Bapak/Ibu dapat
menghubungi Saya di nomor 08176546583. Atas kesediaan dan partisipasi
Bapak/Ibu dalam penelitia ini, Saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Universitas Indonesia
Beri
checkli
st (√)
1. Saya menyatakan bahwa Saya sudah membaca dan
memahami lembar informasi mengenai penelitian tersebut
diatas. Saya diberi kesempatan untuk mempertimbangkan dan
menanyakan informasi secara jelas serta mendapat jawaban
yang memuaskan.
2. Saya memahami bahwa bentuk partisipasi ini bersifat
sukarela. Saya bebas untuk mengundurkan diri kapan pun
tanpa sanksi.
3. Saya memahami bahwa informasi dan data yang Saya berikan
bersifat rahasia serta digunakan untuk ilmu pengetahuan.
Mempercayai sepenuhnya bahwa informasi data ini tidak
akan disalahgunakan diluar dari kepentingan penelitian
4. Saya setuju untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian tersebut
diatas.
Universitas Indonesia
Kuesioner dilengkapi tanpa nama (anonim). Kami sangat berharap Bpak/Ibu akan
menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan bertanggungjawab.
Silahkan beri tanda checklist (√) dalam kotak jawaban yang sesuai menurut Ibu.
Sebisa mungkin hanya 1 pilihan jawaban yang ditandai kecuali atas instruksi.
Universitas Indonesia
12. Berapa kali dalam sebulan Ibu bertemu dengan warga/kunjungan rumah?
1x 2x 3x Tidak rutin
13. Apa yang menjadi motivasi Ibu bekerja sebagai kader posyandu?
Petunjuk pengerjaan :
Berikut ini terdapat 27 item pernyataan. Ibu diminta untuk menjawab BENAR (B) atau
SALAH (S). Tulis jawaban Anda di kolom B atau S disebelah kanan
Benar (B)/
No Pernyataan
Salah (S)
Posyandu adalah salah satu program kesehatan berbasis masyarakat B
1 yang dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperoleh
layanan kesehatan dasar
Kelompok sasaran posyandu adalah bayi/balita, ibu hamil, ibu B
2
menyusui, orang lanjut usia, pasangan usia subur
3 Posyandu hanya melayani bayi/balita S
4 Posyandu di Indonesia hanya ada posyandu bayi/balita S
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan B
5
pengembangan/pilihan
Peran kader posyandu sebagai pemberi informasi kesehatan dan B
6
penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu
Peran kader posyandu hanya pada saat pelaksanaan hari buka S
7
posyandu
Ada 3 (tiga) peran yang harus dilaksanakan oleh kader dalam B
8
penyelenggaraan posyandu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada kuesioner ini terdapat 18 pernyataan tentang kinerja kelompok kader posyandu.
Mulailah dengan membaca baik-baik dan perlahan setiap pernyataan, lalu beri tanda
ceklist (√) pada salah satu kolom angka yang paling sesuai dengan pengamatan saudara.
HAMPIR
TIDAK
TIDAK PERNAH SELALU
NO PERNYATAAN PERNAH
PERNAH
1 2 3 4
1 Kader dalam kelompok selalu
menyampaikan pendapat atau
idenya ketika diskusi kelompok √
Hampir
Tidak
Tidak Pernah Selalu
No Item Pernah
Pernah
1 2 3 4
1 Semua anggota kader berpartisipasi dalam
diskusi
2 Ketika kader memiliki pendapat yang
berbeda, masing-masing kader
menjelaskan sudut pandangnya.
3 Kader mendorong satu sama lain untuk
mengekspresikan pendapat dan pemikiran
mereka.
4 Kader berbagi dan menerima kritik tanpa
menjadikannya masalah pribadi.
5 Sudut pandang yang berbeda dihormati
oleh semua kader.
6 Seringkali kader membantu sesama kader
untuk memberikan pemahaman dengan
memparafrasakan apa yang dia katakan.
7 Tim menggunakan beberapa teknik untuk
pemecahan masalah (seperti
brainstorming) dengan masing-masing
kader yang mempresentasikan ide-ide
terbaiknya.
8 Kader bekerja untuk menghasilkan solusi
yang memuaskan semua anggota
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Wawancara dilakukan dalam rentang waktu yang berbeda dan dilaksanakan secara
terpisah dengan 2 metode yaitu wawancara individu pada key informan dan wawancara
kelompok melalui FGD. Daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada para partisipan
adalah sebagai berikut.
Bagian 1. Wawancara Key Informan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kader tersebut dalam membahas permasalahan kesehatan yang ada di wilayah mereka
masing-masing?
4 Adakah penilaian yang diberikan kepada kelompok kegiatan posyandu, dari sisi
pelaksanaan kegiatan? Misalnya keterlibatan dan partisipasi kader, inovasi kegiatan,
efektivitas tim kerja (teamwork)
5 Adakah waktu yang ditentukan untuk melakukan penilaian, misalnya setahun sekali atau
2 (dua) tahun sekali?
6 Bagaimana cara penilaian kinerja tersebut dilakukan, berdasarkan apa? Misalnya
laporan lisan, tertulis, atau pengamatan langsung?
7 Seberapa efektif kinerja posyandu-posyandu yang ada di Kelurahan Cipinang Melayu
sejauh pengamatan Ibu? Apakah sudah sesuai dengan pedoman penyelenggaraan
Revitalisasi yang digaungkan sejak tahun 2007?
8 Sebagai Pembina Posyandu, bisakah Ibu memberikan sedikit gambaran mengenai
Kelompok Kegiatan Posyandu Wijaya Kusuma RW 03? Khususnya mengenai kerja tim
mereka (teamwork), misalnya kemampuan mereka dalam mengatasi konflik,
kemampuan mereka dalam memecahkan masalah, dan kemampuan komunikasi mereka
baik dengan sesama kader, dengan para ibu balita, atau dengan bidan puskesmas
9 Menurut Ibu, apa saja pelatihan yang diperlukan oleh para kader posyandu selain dari
keterampilan teknis pelayanan dan manjerial pengelolaan posyandu?
Panduan wawancara kepada Ibu balita yang tidak berkunjung atau tidak
berkunjung rutin ke posyandu
No Pertanyaan
1 Berapa usia bayi/balita Ibu sekarang? Dimana Ibu bersalin?
2 Apakah Ibu tahu tentang posyandu? Bila Ibu mengetahui, apa yang membuat Ibu
tidak/jarang berkunjung ke posyandu?
3 Apakah Ibu tahu pelaksanaan hari buka posyandu setiap bulannya? Bila Ibu mengetahui,
darimana Ibu mendapat informasi tersebut?
4 Apakah Ibu memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA (pink)? Apakah Ibu
mengetahui fungsi kartu atau buku tersebut?
5 Apakah Ibu mengenal kader-kader yang mengelola posyandu? Bila Ibu mengenal
mereka, pernahkah Ibu mendapat kunjungan rumah dari mereka?
6 Kapan terakhir Ibu berkunjung ke posyandu? Bisakah Ibu memberikan gambaran sedikit
mengenai pelaksanaan posyandu dan para kader yang bekerja?
Universitas Indonesia
7 Bila Ibu belum pernah berkunjung ke posyandu, apakah Ibu berminat untuk datang ke
posyandu suatu waktu nanti? Bila tidak, bisakah Ibu sampaikan alasannya?
Konsep FGD yang digunakan adalah Mini FGD yaitu grup diskusi yang terdiri dari
empat hingga lima orang. Desainnya adalah Exploratory Focus Group Task yang
bertujuan untuk menciptakan, mengumpulkan, mengidentifikasi, menemukan,
menjelaskan, dan mengeneralisasi dugaan, perasaan dan tingkah laku. Daftar panduan
pertanyaan yang didiskusikan adalah sebagai berikut :
a. Menanyakan pemahaman mengenai konsep dasar posyandu, seperti : apa kepanjangan
posyandu, manfaat posyandu, pengelola posyandu, kelompok sasaran posyandu,
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di posyandu
c. Sebagai kelompok kegiatan, apakah mereka memahami bagaimana cara kerja dalam
kelompok/tim
h. Apa kesulitan yang sering dihadapi selama mengelola posyandu, bagaimana cara
mereka menyelesaikan permasalahan atau konflik yang terjadi dalam kelompok
i. Pelatihan apa saja yang sudah pernah didapat, kapan terakhir kali mengikuti pelatihan,
siapa yang menyelenggarakan, siapa saja yang diikutsertakan, dan bagaimana
tanggapan kader mengenai pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti
j. Sebagai kader, apa saja keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola posyandu
selain dari pelatihan-pelatihan yang sudah pernah diterima
Universitas Indonesia
Pada kuesioner ini terdapat 36 pernyataan tentang pendapat Ibu terhadap kondisi
kelompok kerja posyandu. Mulailah dengan membaca baik-baik setiap pernyataan, lalu
beri tanda ceklist (√) jawaban Ibu pada salah satu kolom angka yang menggambarkan
pendapat Ibu.
HAMPIR
TIDAK
TIDAK PERNAH SELALU
NO PERNYATAAN PERNAH
PERNAH
1 2 3 4
1 Saya selalu
menyampaikan
pendapat atau ide saya
√
ketika ada dalam suatu
pertemuan
Universitas Indonesia
Saya merasa peduli dan berusaha untuk membuat konflik yang terjadi di
16
kelompok terlihat nyata sehingga dapat dicari penyelesaiannya
Saya ingin memberi tahu anggota kelompok yang lain tentang apa yang
20
mereka lakukan dan menilai serta menghargai pekerjaan mereka.
Jika ada sesuatu yang membuat saya marah pada kelompok, saya tidak
21
suka bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Saya mencoba menetapkan standar-standar pencapaian dalam tim kerja
22 saya sehingga kami dapat memantau pencapaian tugas yang kami sedang
kami kerjakan.
Ketika saya terlibat dalam tugas kelompok, saya peduli terhadap kejelasan
23
rencana mengenai tugas dan batas waktu penyelesaiannya.
Selama pertemuan kelompok, peraturan diperlukan untuk memastikan
24 bahwa semua anggota memberikan pendapat mereka dan untuk
menghindari hanya sedikit anggota yang berpartisipasi aktif.
Universitas Indonesia
Ketika melakukan tugas di mana ada anggota kelompok yang paling ahli
25 maka kontribusi yang dibuat oleh anggota lain menjadi tidak begitu
penting.
Dalam rapat-rapat kelompok, kami lebih sering untuk menampilkan
26 kedekatan antar anggota kelompok dan mencapai kesepakatan mayoritas
daripada memperhatikan pendapat anggota kelompok yang berbeda.
Saya mencoba mendengarkan pendapat teman-teman saya tanpa menilai
27
posisi mereka sebagai baik atau buruk.
Ketika bekerja dalam kelompok, saya mengatakan apa yang saya pikirkan
28
secara terbuka dan tulus.
Saya berharap rekan-rekan saya cukup percaya untuk mengatakan kepada
29
saya aspek-aspek pekerjaan saya yang paling tidak mereka sukai.
Saya terkadang berbicara dengan teman-teman saya tanpa tujuan
30
tertentu, saya hanya ingin berbagi waktu bersama
Penting bagi saya untuk memantau tugas yang diberikan kepada setiap
31
anggota tim
Saya memberikan saran kepada anggota yang lain mengenai seberapa
32
sukses berjalannya program yang kita lakukan bersama
Ketika melakukan tugas saya, saya mendahulukan pekerjaan yang paling
33 dibutuhkan anggota kelompok saya untuk menyelesaikan keseluruhan
tugas
Saya berusaha memastikan bahwa hasil pekerjaan saya dapat membantu
34
anggota kelompok yang lain untuk mengerjakan tugasnya
Bagian 2. Item-item kuesioner hasil adaptasi dari kuisioner Teamwork Competency Test
(TWCT) Aguado et al. (2014)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
provide their opinions and to avoid dapat memantau pencapaian tugas yang kami
that only a few participate actively. sedang kami kerjakan.
25. When performing tasks in which one 23. Ketika saya terlibat dalam tugas kelompok, saya
is an expert, the contributions made by peduli terhadap kejelasan rencana mengenai
other members are not that important. tugas dan batas waktu penyelesaiannya.
26. In group decision meetings, it is more 24. Selama pertemuan kelompok, peraturan
usual to promote cohesion and reach a diperlukan untuk memastikan bahwa semua
majority agreement than to pay anggota memberikan pendapat mereka dan
attention to divergent opinions. untuk menghindari hanya sedikit anggota yang
27. I try listening to my peers’ opinions berpartisipasi aktif.
without evaluating their positions as 25. Ketika melakukan tugas di mana ada anggota
good or bad. kelompok yang paling ahli maka kontribusi
28. When working in a group, I say what I yang dibuat oleh anggota lain menjadi tidak
think in an open and sincere way. begitu penting.
29. I expect my peers trust enough to tell 26. Dalam rapat-rapat kelompok, kami lebih sering
me the aspects of my work that they untuk menampilkan kedekatan antar anggota
most dislike. kelompok dan mencapai kesepakatan mayoritas
30. I sometimes talk with my peers without daripada memperhatikan pendapat anggota
an objective, just for sharing a while kelompok yang berbeda.
together. 27. Saya mencoba mendengarkan pendapat teman-
31. It is important for me to monitor the teman saya tanpa menilai posisi mereka sebagai
tasks assigned to each team member. baik atau buruk.
32. I provide my peers with relevant 28. Ketika bekerja dalam kelompok, saya
information on how well I think the mengatakan apa yang saya pikirkan secara
team tasks are progressing. terbuka dan tulus.
33. When doing my job, I prioritize the 29. Saya berharap rekan-rekan saya cukup percaya
tasks most necessary for my untuk mengatakan kepada saya aspek-aspek
teammates to complete their work. pekerjaan saya yang paling tidak mereka sukai.
34. I try to ensure that my outputs match 30. Saya terkadang berbicara dengan teman-teman
the inputs needed by my peers to saya tanpa tujuan tertentu, saya hanya ingin
perform their tasks. berbagi waktu bersama.
35. For the sake of team work, I set 31. Penting bagi saya untuk memantau tugas yang
objectives with moderate difficulty so diberikan kepada setiap anggota tim
that effort is needed to accomplish 32. Saya memberikan saran kepada anggota yang
them. lain mengenai seberapa sukses berjalannya
36. I often provide my peers with feedback program yang kita lakukan bersama
on their task performance. 33. Ketika melakukan tugas saya, saya
mendahulukan pekerjaan yang paling
dibutuhkan anggota kelompok saya untuk
menyelesaikan keseluruhan tugas
34. Saya berusaha memastikan bahwa hasil
pekerjaan saya dapat membantu anggota
kelompok yang lain untuk mengerjakan
tugasnya
35. Demi kelompok, saya memberikan standar
pekerjaan yang tingkat kesulitan yang cukup
sehingga memang diperlukan usaha anggota
untuk melakukannya
36. Saya sering memberikan penilaian atas
pekerjaan yang telah dilakukan anggota lain
Universitas Indonesia
Topik Materi
Kerja tim yang Menurut Johnson dan Johnson (2014), tim akan efektif apabila anggotanya berkomitmen untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya dan anggota
efektif dalam lainnya, senang bekerja bersama dan meyakini kesuksesan tim tergantung pada upaya semua anggota. Tim yang efektif sebagai berikut :
1. Adanya interdependensi positif dalam pelaksanaan tugas
2. Membangun komunikasi dua arah anggota grup yang efektif mengenai ide dan perasaan mereka secara akurat dan jelas.
3. Kepemimpinannya melibatkan seluruh anggota dan penentuan kewenangan berdasarkan keahlian
4. Proses pengambilan keputusan berjalan dinamis, dimana semua anggota terlibat secara aktif menyampaikan pendapat, dan menyelesaikan
konflik secara terbuka serta saling memberi feedback yang positif
5. Anggota saling bertanggung jawab untuk melakukan bagian pekerjaan yang adil dan mempromosikan keberhasilan satu sama lain.
Kompetensi 1. Memahami perlunya jaringan komunikasi atau saluran antar anggota yang berpengaruh kuat terhadap kinerja tim
Komunikasi Kerja 2. Menggunakan gaya komunikasi yang terbuka dan suportif
Tim 3. Terampil mendengarkan
4. Memahami dan menggunakan komunikasi non verbal
5. Melakukan percakapan ringan dan salam ritual
Kompetensi Studi Kasus 10 dimensi Kompetensi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
Interpersonal Keterbukaan/pengungkapan diri (self-disclosure)
Studi 1 :
Ibu A berperan menjadi kader yang ditugasi untuk menyiapkan lomba makanan sehat bagi balita
Ibu B berperan menjadi kader yang terpilih sebagai juru masak makanan sehat
Skenario :
Ibu A ditugasi sebagai penanggungjawab pelaksanaan lomba makanan sehat berdasarkan hasil musyawarah tim posyandu wijaya kusuma.
Sementara Ibu B, dipilih oleh Ibu A karena dianggap cocok menjadi juru masak makanan sehat. Ibu B merasa keberatan dengan penunjukkan
tersebut, dan hubungan antara Ibu A dan Ibu B bisa dikatakan tidak terlalu dekat. Ibu A berusaha menjalin hubungan awal yang baik dengan Ibu B,
Universitas Indonesia
dengan berusaha membuka diri dan mengungkapkan karakter pribadinya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lawan bicaranya
Empati
Studi 2 :
Ibu C berperan menjadi ketua posyandu wijaya kusuma
Ibu D berperan sebagai sekertaris posyandu wijaya kusuma
Skenario :
Ibu D sedang dalam kondisi kurang sehat dan butuh cukup istirahat. Namun, banyak laporan kegiatan penyelenggaraan posyandu yang harus
dirapihkan dan dilengkapi. Selain itu, dia juga harus menghadiri pertemuan rutin untuk sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan posyandu. Hal ini
ia sampaikan kepada Ibu C, saat dijenguk oleh beliau. Ibu C berusaha memahami dan mengerti kondisi Ibu D, dan menempatkan diri sendiri dalam
posisi Ibu D.
Relaksasi sosial
Studi 3 :
Ibu E berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Ibu F berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Skenario
Ibu E cemas dan khawatir terhadap tugas yang tidak mampu dia selesaikan dengan baik, dan menceritakan kekhwatirannya tersebut kepada ibu F.
Ibu F berusaha menanggapi dengan penuh empati dan berusaha memenangkan diri Ibu E. Lalu Ibu E mengatakan kalau ia tidak mau di
kritik/dibully karena kelalaiannya dalam menjalan tugas. Walaupun dia sudah berusaha maksimal. Ialu Ibu F menyatakan bahwa tidak perlu terlalu
memperhatikan pendapat orang lain, terutama kalau kita sudah berusaha maksimal
Asertif
Studi 4 :
Ibu G berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Ibu H berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Universitas Indonesia
Skenario :
Ibu H diminta untuk menggantikan Ibu G di meja 3 Pencatatan. Biasanya Ibu H berada di meja 5 bagian PMT. Ibu H merasa tidak mampu untuk
bertugas di meja 3. Namun Ibu G berusaha meyakinkan Ibu H dengan memberikan pendapat yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki Ibu
H. Dan, meyakinkan bahwa bertugas di meja 3 itu tidak terlalu sulit. Hingga akhirnya Ibu H bersedia untuk bertugas di meja 3 dengan penuh
keyakinan dan percaya diri
Manajemen interaksi
Studi 5 :
Ibu I berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Ibu J berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Skenario :
Ibu I mendapat giliran menyusun laporan kegiatan hari buka posyandu bulan ini. Ibu J menawarkan diri untuk membantu Ibu I menyelesaikan
laporan, dan memulai percakapan dengan menanyakan apakah Ibu I membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan laporannya. Ibu I menyatakan
bersedia untuk dibantu. Lalu, Ibu J menawarkan untuk dikerjakan sama-sama esok hari dirumah Ibu I sambil santai menikmati cemilan yang akan
Ia bawa. Ibu I menyambut hangat tawaran tersebut. Ibu J mengakhiri percakapan dan memastikan rencana mereka berdua pada esok hari.
Altercentrism
Studi 6 :
Ibu K berperan menjadi bendahara posyandu wijaya kusuma
Ibu L berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Skenario :
Ibu K dan Ibu L baru saja selesai mengikuti rapat bulanan kader posyandu. Rapat itu dihadiri oleh perwakilan kader-kader dari seluruh posyandu
kelurahan. Ibu K merasa tertarik dengan sumber pembiayaan yang diperoleh salah satu posyandu lain di pertemuan itu, dan menyampaikannya
kepada Ibu L. Ibu L mendengarkan penjelasan Ibu K dengan seksama, dan bisa melihat betapa semangatnya Ibu K menceritakan inovasi-inovasi
yang bisa dilakukan agar sumber pembiayaan penyelenggaraan posyandu menjadi efektif dan efisien.
Ekspresif
Universitas Indonesia
Studi 7 :
Ibu M berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Ibu N berperan menjadi ketua posyandu wijaya kusuma
Skenario :
Ibu M datang ke rapat persiapan hari buka posyandu. Ia datang terlambat 1 jam dari jadwal yang ditentukan. Anggota kader lain sudah berkumpul
lebih awal. Ibu N menanyakan kabar Ibu M dengan penuh sukacita karena akhirnya yang ditunggu datang juga. Mengingat Ibu M adalah orang
yang aktif dan ceria, sehingga suasana rapat biasanya menyenangkan kalau ada Ibu N. Tanpa panjang lebar, Ibu M langsung menanyakan alasan
keterlambatan Ibu M. Namun Ibu M hanya menjawab kabarnya baik, dan alasan keterlambatan ia jawab dengan permohonan maaf tanpa bicara
lagi. Selama rapat pembahasan Ibu N memperhatikan Ibu M secara diam-diam, karena ia merasa ada sesuatu
yang menjadi ganjalan, atau lebih tepatnya ia melihat ada kesedihan dan kegelisahan. Ibu N masih berusaha mendekati dan memancing jawaban Ibu
M
Suportif
Studi 8 :
Ibu O berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma yang bertugas di Pokja IV Kelurahan
Ibu P berperan menjadi ketua posyandu wijaya kusuma
Skenario :
Ibu P mendapat kabar bahwa akan diadakan “gebyar posyandu” bulan depan. Ibu P merasa gelisah karena, beberapa perlengkapan pemeriksaan
balita rusak semua, hanya tersisa timbangan berdiri. Kas posyandu tidak mencukupi untuk membeli perlengkapan tersebut. Ibu O menanyakan
bagaimana persiapan untuk gebyar posyandu? Ibu P hanya tersenyum simpul karena tidak ingin Ibu O mengetahui kesulitan yang ia hadapi, karena
selama ini Ibu O lebih sering berada di kelurahan ketimbang di posyandu. Sehingga ia tidak tahu kondisi posyandu. Ibu O sebenarnya diam-diam
memperhatikan kondisi posyandu, lalu Ibu O memberanikan diri untuk menyampaikan kepada Ibu P, bahwa selama ini ia sudah membicarakan
kepada teman-teman kader di kelurahan untuk membantu sarana posyandu WK. Dan ternyata sarana yang dibutuhkan sudah tersedia hari, sehingga
kita bisa langsung ambil sama-sama ke kelurahan.
Immediacy
Studi 9 :
Universitas Indonesia
Skenario :
Ibu R mendekati Ibu Q yang sedang asyik mencatat nama-nama balita yang baru mengunjungi posyandu bulan ini. Ibu Q langsung beralih
pandangan dengan menunjukkan wajah cerianya ke Ibu R krn menyadari Ibu R berada disebelahnya. Dan menghadapkan tubuhnya ke Ibu R sambil
mejaga kontak mata, lalu menanyakan, apakah ada yang mau Ibu R tanyakan ke Ibu Q. Ibu R menjawab, tidak ada yang penting sebenarnya, hanya
ingin berbincang dengan Ibu Q, tapi kelihatannya Ibu Q sedang sibuk. Ibu Q lalu menjawab bahwa ia sudah hampir selesai mencatat, dan meminta
Ibu R untuk menunggu sebentar lagi setelah itu mereka akan berbincang
Kontrol Lingkungan
Studi 10 :
Ibu S berperan menjadi ketua posyandu wijaya kusuma
Ibu T berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Skenario :
Ibu S menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan posyandu bulan ini. Dari hasil evaluasi diketahui ada kendala dalam pemberian konseling
kesehatan kepada ibu balita yang bermasalah, sehingga Ibu S meminta salah satu kader yakni Ibu T yang pernah mengikuti pelatihan komunikasi
bagi kader posyandu untuk melatih para kader dalam keterampilan berkomunikasi. Namun dikarenakan Ibu T, sudah lama berlalu pelatihan
tersebut, jadi ia tidak langsung menyanggupi permintaan Ibu S. Ibu S menanyakan kapan Ibu T siap untuk memberikan pelatihan kepada kader
yang lain, dan juga perlengkapan apa saja yan dibutuhkan. Ibu S mengharapkan kader yang lain turut membantu menyiapkan pelatihan tersebut.
Setelah mendengar arahan Ibu S, Ibu T menjawab butuh waktu 1 minggu untuk persiapan. Mendengar jawaban Ibu T, Ibu S langsung menanyakan
kepada kader yang lain tentang kesiapannya untuk turut mempersiapkan dan mengikuti pelatihan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Menciptakan Kesepakatan
setting Peserta tata tertib kelas
Menjelaskan Fasilitator menyebutkan beberapa tata tertib yang akan
pembelajaran menyepakati dan yang akan Lembar
5' tata tertib disepakati, dan peserta menyatakan kesiapannya mengikuti fasilitator 1
yang nyaman, melaksanakan tata diberlakukan Tata Tertib
pelatihan tata tertib yang berlaku secara lisan
kondusif, dan tertib selama masa
menyenangkan pelatihan
Memperkuat
komitmen Tujuan
mengikuti pembelajaran,
Peserta
proses latar belakang
menyebutkan
pembelajaran penyelenggaraa
tujuan
Menjelaskan dan n pelatihan, dan Fasilitator menyebutkan tujuan pembelajaran secara umum
pembelajaran dan Laptop,
10' tujuan menanamkan beberapa dan khusus, latar belakang, dan rangkaian kegiatan melalui fasilitator 1
menyatakan LCD
pembelajaran tanggungjawab rangkaian tampilan slide presentasi
kesediaan untuk
atas hasil kegiatan yang
menrapkan hasil
pembelajaran akan diikuti
pembelajaran
untuk selama 2 hari
diterapkan dan kedepan
dikembangkan
Pre test Mengukur Kuesioner
pengetahuan tingkat pengetahuan
Teamwork, pengetahuan Peserta teamwork,
partisipan Fasiliator membagikan lembar kuesioner berisi 15 Lembar
Teamwork mengerjakan isian teamwork
15' sebelum pernyataan pilihan Benar atau Salah/BS kepada peserta, kusioner fasilitator 1
Communication, kuesioner secara communication
mengikuti lalu diisi secara individu dan timer
dan individu dan
Interpersonal pelatihan interpersonal
Communication communication
09.50-
10' Coffee break
10.00
Materi 1 : Kompetensi Komunikasi Teamwork
Fasilitator membagikan bola pingpong, kelereng, kertas
Mencairkan Karton 1/2
10.00- karton yang dibentuk 1/2 pipa dengan panjang 10cm
suasana dan Peserta mengikuti pipa, bola
12.00 sebanyak peserta dalam tiap kelompok. Lalu peserta
10' Ice breaking menciptakan permainan dengan Bola Esafet pingong fasilitator 2
diinstruksikan untuk menggiring bola pingpong dalam 1/2
kenyamanan bagi antusias dan
pipa secara estafet sebanyak 1 putaran. Selanjutnya bola
para peserta kelereng
ditukar dengan kelereng dan digiring secara estafet
Universitas Indonesia
sebanyak 1 putaran.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Referensi Steven dan Campions (1994); Aguado et al. (2014); Pedoman Pengelolaan Posyandu (2012)
Universitas Indonesia
DU
MEDIA
WAKTU RA KEGIATAN KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI KEGIATAN PEMBELAJARAN PIC
BANTU
SI
08.00-
15' Pendaftaran ulang peserta
08.30
Peserta Ringkasan materi
Memunculkan ingatan menyimpulkan teamwork kelompok
Fasilitator mengajak peserta melakukan LCD,
mengenai kembali inti dari posyandu,
08.30- Review brainstorming dan diskusi pengalaman Laptop, Fasiltator
30' teamworkkelompok setiap materi yang kompetensi
09.00 Pembelajaran pembelajaran dan memberikan feedback slide 1
posyandu dan tugas dan disampaikan teamwork, tugas dan
melalui slide presentasi presentasi
kinerja tim posyandu sebelumnya dengan kinerja tim
bahasanya sendiri posyandu.
09.00-
Istirahat/Coffee break
09.10
09.10-
Materi 3 : Komponen Interpersonal Komunikator
11.10
Menciptakan interaksi awal Fasilitator menyapa peserta dengan 'hello'
dengan suasana keakraban, Peserta mengikuti lalu peserta menjawab 'hai' dan sebaliknya.
Say Hello-Hai dan Fasiltator
10' Ice breaking penuh semangat dan fokus dengan penuh Setelah itu peserta membentuk lingkaran
Tangkap Jari 1
terhadap apa yang harus semangat dan melakukan permainan tangkap jari
dicapai melalui aba-aba fasilitator
Universitas Indonesia
11.10-
Materi 4 : Kompetensi Komunikasi Interpersonal
14.30
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
HAMPIR
TIDAK
TIDAK PERNAH SELALU
NO PERNYATAAN PERNAH
PERNAH
1 2 3 4
1 Saya selalu menyampaikan pendapat
atau ide saya ketika ada dalam suatu
pertemuan
√
Hampir
Tidak
Tidak Pernah Selalu
No Item Pernah
Pernah
1 2 3 4
Keterbukaan diri
1 Saya mengijinkan kader lain untuk
mengenal diri saya sebenarnya (sifat-
sifat buruk dan baik)
2 Kader lain tahu apa yang Saya pikirkan
3 Saya mengungkapkan perasaan Saya
kepada kader lain
Empati
4 Saya bisa menempatkan diri Saya
terhadap Kader lain
5 Saya tidak tahu persis apa yang
dirasakan oleh Kader lain
6 Kader lain berpikir bahwa Saya bisa
memahami dirinya
Relaksasi Sosial
7 Saya merasa nyaman dalam
berhubungan dengan para Kader lain
8 Saya merasa santai dalam pertemuan
kelompok kecil
9 Saya merasa tidak aman dalam
kelompok yang berisi orang-orang baru
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
komunikasi Saya
29 Saya bisa mengajak Kader lain untuk
berpihak pada Saya
30 Saya kesulitan meyakinkan Kader lain
untuk melakukan apa yang Saya mau
mereka lakukan
Tidak Selalu
Kode Pengamatan Komunikasi Tim Dilakukan
dilakukan Dilakukan
1. Kader menghasilkan pesan yang lengkap dan
spesifik.
2. Kader meminta umpan balik tentang pemahaman
pesan
3. Kader membuat ringkasan sepanjang interaksi
komunikasi untuk menunjukkan pemahaman.
4. Kader berkomunikasi secara terbuka dan
mendukung sehingga dia mengenali yang lain
Universitas Indonesia
LEMBAR DEBRIEF
Terima kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitan ini. Lembar debrief ini akan
memberikan informasi detail mengenai penelitian yang telah dilaksanakan.
Peneliti,
Universitas Indonesia
INFORMED CONSENT
Perkenalkan nama saya, Lina Martina Sari Mahasiswa S2, Magister Psikologi Intervensi
Sosial, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Saat ini sedang melakukan penelitian
(Tesis) mengenai Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Kader
dalam Tim Kerja (teamwork) Posyandu melalui Pelatihan Komunikasi
Interpersonal yang Efektif. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melihat efektivitas
dari program pelatihan komunikasi interpersonal yang efektif dalam peningkatan
keterampilan komunikasi interpersonal kader. Pelatihan dilaksanakan selama 2 (dua) hari,
ketetapan waktunya berdasarkan kesepakatan bersama.
Bersama surat ini, Saya bermaksud meminta kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang berisi beberapa pernyataan mengenai
kinerja kelompok kegiatan posyandu serta mengikuti pelatihan keterampilan komunikasi
tersebut diatas. Hasil dari Data dan jawaban yang Ibu berikan dijamin kerahasiaannya
dan hanya digunakan demi kepentingan penelitian ini saja. Peneliti tidak akan
mencantumkan nama Ibu pada laporan penelitian ini. Keikutsertaan pada penelitian ini
bersifat sukarela dan tidak ada paksaan. Ibu berhak menolak atau berhenti untuk
mengikuti penelitian ini kapan saja tanpa ada konsekuensi apa pun.
Jika Ibu bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitiaan ini, silahkan untuk mengisi
nama atau inisial dan tanda tangan Ibu pada halaman berikut. Apabila ada hal-hal yang
ingin disampaikan berkaitan dengan penelitian ini, Ibu dapat menghubungi Saya di nomor
08176546583 atau dapat melalui email : bidannina2011@gmail.com. Atas kesediaan dan
partisipasi Ibu dalam penelitian ini, Saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Universitas Indonesia
Saya yang bertanda tangan di bawah ini tanpa paksaan dari pihak mana pun dan dalam
keadaan sadar,
Nama/Inisial : ........................................................................................
Seperti yang telah disampaikan, Saya memahami bahwa Saya sebagai kader posyandu
bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Dengan demikian Saya memahami apa
yang diharapkan dan menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Mengizinkan dilakukan intervensi terhadap Saya
2. Mengisi lembar kuesioner yang diberikan
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenar-benarnya.
Partisipan
......................................................................
(Nama/Inisial Kader dan tanda tangan)
Universitas Indonesia
ICSSPreTot ICCSPost1Tot
N 8 8
a,b
Normal Parameters Mean 77,2500 76,3750
Std. Deviation 8,11964 7,48212
Most Extreme Differences Absolute ,176 ,149
Positive ,165 ,096
Negative -,176 -,149
Test Statistic ,176 ,149
c,d c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200 ,200
N Correlation Sig.
Universitas Indonesia
Total 7
a
Test Statistics
KE_Post_C -
KE_Pre_C
b
Z -2,388
Asymp. Sig. (2-tailed) ,017
Correlations
ICCS TWCT
**
ICCS Pearson Correlation 1 ,596
Sig. (2-tailed) ,004
N 24 21
**
TWCT Pearson Correlation ,596 1
Sig. (2-tailed) ,004
N 21 21
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Universitas Indonesia