Anda di halaman 1dari 126

UNIVERSITAS INDONESIA

MENINGKATKAN KOMUNIKASI KERJA TIM KELOMPOK


KADER POSYANDU MELALUI
PELATIHAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Improving Communication Teamwork Posyandu’s Cadre Group Through


Interpersonal Communication Training

TESIS

LINA MARTINA SARI


1406517065

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI TERAPAN
UNIVERISTAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2019

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

MENINGKATKAN KOMUNIKASI KERJA TIM KELOMPOK


KADER POSYANDU MELALUI
PELATIHAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Improving Communication Teamwork Posyandu’s Cadre Group Through


Interpersonal Communication Training

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Psikologi
Terapan

LINA MARTINA SARI


1406517065

FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI TERAPAN
PEMINATAN INTERVENSI SOSIAL
DEPOK
JANUARI 2019

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


HALAMAN PERNYATAAI\T ORISINALITAS

Tssis ini adalah hg$il karya saya sendiri, dan semua sumbor baik yang dikutip maryun

dirujuk telah saya nyatakm dengan benar.

Nama Lim Msrtina Sei

NPM 1406517065

Tanda Tangan

Taneeal 08 Jaruari 2019

Univorcitas ,ndonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


IIALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh i


Lina Martina Sari
Nama
t406517065
NPM
Intervensi Sosial
Program Studi
Meningkatkan Komunikasi Kerja Tim
Judul Tesis Kelompok Kader Posyandu Melalui
Pelatihan Komunikasi Interpersonal

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Terapan pada Program
Studi Psikologi Terapan dengan peminatan Intervensi Sosial, di Fakultas Psikologi,
Universitas Indonesia.

DEWAF{ PENGUJI

Pembimbing I Dra. Amarina Ashar Ariyanto- M.Psi.. Ph.D ,{vh' ,


Penguji 1
NrP l 953 03 t7 t97 9A2200 I
Dr. Dipl. Psvch. Ratna Djuwita
NIP19590204 I 985032006
,oY- ,
Penguji 2 Dra. Siti DharmayatiF. U.. M.A.. Ph.D.. Psikolog
]\IIP195r03271976032001
t fiifqlyvrzl

Dibuat di Depok
Pada tanggal 08 Januari 2019

VI Univercitas lndonesla

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Tidak henti-hentinya saya mengucapkan puji dan syukur atas segala
kemudahan, kelancaran, serta limpahan rahmat dan karunia yang diberikan Allah
kepada saya. Saya menyadari bahwa penulisan tesis ini tentunya tak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyelesaian tesis. Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Amarina Ashar Ariyanto, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing yang
penuh perhatian, kelembutan dan kesabaran dalam membimbing saya selama
menyelesaikan tesis ini. Tiada kata yang dapat terucap selain ucapan syukur
dan terimakasih atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya.
2. Mgr. Erita Narhetali, S.Psi selaku pembimbing akademis selama 4 semester
pertama masa perkuliahan yang selalu memberikan dukungan dan perhatian
penuh serta senantiasa menyemangati saya untuk berusaha keras
menyelesaikan pendidikan magister ini. Hanya doa yang mampu saya
panjatkan semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dan
kemurahan hati Mba Er.
3. Dicky Chresthover Pelupessy, M.DS., Ph.D selaku pembimbing yang sudah
membimbing untuk menyelesaikan tesis ini dengan penuh kesabaran.
4. Dr. Dipl. Psych. Ratna Djuwita dan Dra. Siti Dharmayati B. Utoyo, M.Psi,
Ph.D., Psikolog, selaku Penguji Sidang Tesis yang telah memberikan banyak
masukan untuk menyelesaikan tesis ini dengan baik.
5. Seluruh staf pengajar, pegawai, dan civitas akademik Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia yang telah memberikan pengetahuan, dan pengalaman
yang berharga bagi saya.
6. Kekasih hati yang tidak pernah marah, selalu tersenyum dan penuh kesabaran
menuntunku untuk menyelesaikan studi magister ini, Muhamad Gunawan,
Ak., M.Soc.Sc. Para buah hatiku my qurrota’ayyun; Haura Husniyyah,
Muhammad Al-Anthaki, Muhammad Moursi, Khaulah Kameelah (buah hati
yang tumbuh dalam kandungan sejak masa matrikulasi) yang selalu
mendoakan bunda serta memaklumi bunda ketika tidak bisa menemani

iv Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


belajar. Semoga Allah SWT limpahkan keberkahan untuk kekasih hatiku dan
para buah hatiku juga keponakanku tercinta yang selalu menghibur ditengah
kepenatan bude, Lashira Nafisya Shanum.
7. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Suroto dan Ibu Murwani, yang
kesederhanaan dan kasih sayangnya selalu menanungiku, memotivasiku
untuk selalu kuat dan bersabar untuk bertahan dalam kondisi sesulit apapun
menyelesaikan tesis ini. Bersedia dengan tulus ikhlas menggantikan menjaga
dan merawat para buah hatiku. Semoga Allah SWT memberkahi dan
memberikan pahala atas segala kebaikan dan keridhoanmu Bapak dan Mama.
8. Adik-adikku : Cahya Fitrian S, SKM, Riki Soesanto ST, Temu Sugiarto, SE,
dan Bu Maryam (Bu Sikin) atas dukungan serta doa-doanya yang tak ternilai.
9. Keluarga besar Drs. H. Maksum Habibie yang telah mendoakan dengan tulus
ikhlas serta mendukungku dalam menuntut ilmu hingga tesis ini bisa
diselesaikan dengan baik.
10. Teman-teman Terapan Intervensi Sosial 2015 yang sudah menghabiskan
waktu bersama selama masa studi magister dengan penuh suka dan duka,
terutama Sucipto Adhetama, Sri Gusni Febriasari, Praya, Reisha yang turut
menyemangati untuk menyelesaikan tesis ini.
11. Teman-teman Terapan Anak Usia Dini 2015, Uni Reno Intan, Siti Shaliha,
Mba Melva dan Mba Ika untuk dukungannya yang luar biasa. Tiada masa
seindah kebersamaan kita selama menempuh studi ini.
12. Teman-teman Sains Pendidikan 2015, Mba Ros Santi dan Citra Wahyuni
yang sudah bersedia meluangkan waktu serta perhatiannya untuk
mendengarkan keluh kesahku.
13. Mba Yuni (Ibu Rafif dan Fathan) dan Mba Laili (Bunda Mahya, Harits,
Hamam) teman seperjuangan yang mengantarkan anak-anak kita menjadi
hafidz dan hafizhah. Semoga Allah SWT limpahkan keberkahan dan balasan
pahala atas semua kebaikan yang diberikan kepada saya dan keluarga.
Jazakumullah khaiir
14. Ibu Marhayani, S.Sos., MM selaku pengurus PKK Propinsi DKI Jakarta, my
best partner, teman seperjuangan mendampingi posyandu dan pos PAUD
sejak tahun 2006. Ibu Jahrah dan tim Posyandu Kelurahan Warakas, Ibu

v Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


Linda, Ibu Nuni, Ibu Esther dan tim Posyandu Wijaya Kusuma RW 03,
Bapak Ketua RW 03, Ibu Yuni Kepala PAUD RW 03 Cipinang Melayu, yang
sudah mengijinkan juga mendampingi saya melakukan penelitian dalam
rangka menyelesaikan tesis ini.
15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, perhatiannya dan doanya
yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.
Terakhir dan yang paling utama, ucapan syukur yang tak terhingga kepada
Allah SWT atas nikmat iman dan ilmuNya yang diberikan kepada saya hingga
kelak ilmu ini menjadi ladang kebaikan dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Serta permohonan maaf saya apabila terdapat kekurangan dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini.

Depok, 2019
Penulis

vi Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


HALAMAN PERNYATAAI{ PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKITIR UNTUK KEPENTINGAFI AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama Lina Martina Sari

NPM u465fia65
Program Studi Psikologi Terapan

Fakultas Psikologi

Jenis karya Tesis

Demi pengembangan ihnu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif {Non-exclusive Royalty-


Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Kerja Kerja Tim Kelompok


Kader Posyandu MeIaIui Pelatihan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal

beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas lndonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database ), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 08 Januari 2019

vii Universitas lndonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


ABSTRAK

Nama : Lina Martina Sari


Program Studi : Psikologi Terapan-Peminatan Intervensi Sosial
Judul : Peningkatan Komunikasi Kerja Tim Kelompok Kader
Posyandu Melalui Pelatihan Komunikasi Interpersonal
Pembimbing : Amarina Ashar Ariyanto, M.Psi., Ph.D

Efektivitas kerja tim merupakan kunci utama dari kinerja kelompok, kohesi kelompok, efikasi
kolektif dan kepuasan anggota (Aguado dkk, 2014). Kerja tim yang tidak efektif dalam
sebuah kelompok terjadi karena kurangnya kemampuan komunikasi anggota secara efektif
(Steven & Campions, 1994). Permasalahan kerja tim yang tidak efektif karena kurangnya
kemampuan berkomunikasi dialami oleh salah satu kelompok kader posyandu di Jakarta
Timur. Tujuan studi intervensi ini adalah untuk meningkatkan komunikasi kerja tim pada
kelompok kader posyandu melalui pelatihan komunikasi interpersonal. Penelitian intervensi
ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan desain field experiment, after and before with
control design.. Sampel dipilih secara non-probability-purposive sampling. Variabel
penelitian ini yaitu komunikasi interpersonal dan kerja tim kelompok kader posyandu.
Pengukuran hasil intervensi menggunakan interpersonal communication competency scale
(ICCS) yang dikembangkan oleh Rubin dan Martin (1994) dan teamwork communication
competency test yang dikembangkan oleh Aguado dkk. (2014). Hasil analisis statistik
menunjukkan adanya peningkatan komunikasi kerja tim kelompok kader posyandu setelah
mengikuti pelatihan komunikasi interpersonal. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
terkait dengan komunikasi kerja tim diketahui bahwa kelompok sudah membuat jaringan
komunikasi formal, mampu berkomunikasi secara terbuka dan suportif, lebih banyak
mendengar dan merespon secara positif pendapat kader lainnya, mengenali komunikasi non
verbal yang sesama kader dan lebih konsisten melakukan tegur sapa serta percakapan ringan
saat berdiskusi.

Kata kunci :
Kelompok Kader Posyandu, Kerja tim, Komunikasi Interpersonal, Pelatihan Komunikasi

viii Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


ABSTRACT

Name : Lina Martina Sari


Study Programme : Applied Psychology-Social Intervention
Title : Improving Communication Teamwork Posyandu’s Cadre Group
Through Interpersonal Communication Training
Counsellor : Amarina Ashar Ariyanto, M.Psi., Ph.D

The effectiveness of teamwork is the main key of the group performance, group cohesion,
collective efficacy and member satisfaction (Aguado et al, 2014). Ineffective teamwork in a
group occurs because of the lack of effective communication skills of members (Steven &
Campions, 1994). The problem of ineffective teamwork due to lack of communication skills
is experienced by one group of Posyandu cadres in East Jakarta. The purpose of this
intervention study is to improve work communication in the posyandu cadre group through
training in interpersonal communication. Design of the intervention study is quantitative and
qualitative field experimental, after and before with control design. The sample was selected
by non-probability-purposive sampling. The variables of this study were interpersonal
communication and communication teamwork of the Posyandu cadre group. Measurement of
the intervention result using the interpersonal communication competency scale (ICCS)
developed by Rubin and Martin (1994) and the teamwork communication competency test
developed by Aguado et al. (2014). The results of the statistical analysis showed an increase
in the working communication of the Posyandu cadre team after attending interpersonal
communication training. Based on observations and interviews related to teamwork
communication, that are known to make formal communication, are able to communicate
openly and supportively, listen more and respond positively to other cadres' opinions,
increasingly recognize communicating non-verbally from other cadres, and reprimand also
talk lightly when discussing.

Keywords :
Communication Training, Interpersonal Communication, Teamwork, Posyandu’s Cadre
Groups

ix Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKADEMIS .... vii
ABSTRAK ............................................................................................................................. viii
ABSTRACT ..............................................................................................................................ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xiii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang Permasalahan .............................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................................. 7
1.3. Hipotesis Intervensi ............................................................................................................. 7
1.4. Tujuan Penelitian Intervensi ................................................................................................ 8
1.5. Manfaat Intervensi ............................................................................................................... 8
1.6. Ruang Lingkup Intervensi.................................................................................................... 8
1.7. Etika Intervensi .................................................................................................................... 9
1.8. Sistematika Penulisan .......................................................................................................... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 11


2.1. Kelompok Kader Posyandu .............................................................................................. 11
2.2. Kerja Tim ......................................................................................................................... 13
2.2.1. Definisi kerja tim ..................................................................................................... 13
2.2.2. Kerja tim yang Efektif ............................................................................................. 13
2.2.3. Keterampilan Komunikasi Kerja Tim ..................................................................... 14
2.3. Keterampilan Komunikasi Interpersonal .......................................................................... 17
2.4. Pelatihan Keterampilan Tim ............................................................................................. 19
2.4.1. Perspektif Belajar Orang Dewasa............................................................................ 20
2.4.2. Experential Learning Theory .................................................................................. 21
2.4.3. Fasilitator ................................................................................................................. 22
2.5. Kerangka Teoretik Program Intervensi.............................................................................. 24

BAB 3 STUDI PENDAHULUAN .......................................................................................... 25


3.1. Tujuan Studi Pendahuluan ................................................................................................. 25
3.2. Desain Studi Pendahuluan ................................................................................................. 25
3.2.1. Metode Pemilihan Partisipan................................................................................... 25
3.2.2. Gambaran Lokasi Studi Pendahuluan ..................................................................... 26
3.2.3. Gambaran Posyandu WK RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu ............................. 26
3.2.4. Gambaran Demografi Partisipan ............................................................................. 27
3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................................................ 28
3.4. Instrumen Studi Pendahuluan ............................................................................................ 30
3.4.1. Lembar Pengamatan Kinerja Kelompok ................................................................. 30
x Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


3.4.2. Kuesioner Kompetensi Kerja Tim ........................................................................... 31
3.5. Teknik Analisis Hasil Data ................................................................................................ 31
3.6. Pelaksanaan Studi Pendahuluan ......................................................................................... 32
3.7. Ringkasan Hasil Analisis Studi Pendahuluan .................................................................... 33
3.7.1. Hasil Analisis Data Kualitatif.................................................................................. 33
3.7.2. Hasil Analisis Data Kuantiatif................................................................................. 35

BAB 4 METODE INTERVENSI ............................................................................................. 37


4.1. Desain Intervensi ............................................................................................................... 38
4.2. Partisipan Intervensi........................................................................................................... 38
4.2.1. Kriteria Partisipan..................................................................................................... 38
4.2.2. Metode Pemilihan Partisipan.................................................................................... 38
4.3. Variabel Penelitian ............................................................................................................. 38
4.3.1. Variabel Independen................................................................................................. 39
4.3.2. Variabel Dependen ................................................................................................... 39
4.4. Prosedur Intervensi ............................................................................................................ 39
4.5. Rundown Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal ........................................... 41
4.6. Instrumen Intervensi .......................................................................................................... 42
4.7. Teknik Analisis Hasil Intervensi ........................................................................................ 43
4.8. Indikator Evaluasi Intervensi ............................................................................................. 44

BAB 5 HASIL INTERVENSI ................................................................................................ 45


5.1. Gambaran Partisipan Intervensi ......................................................................................... 45
5.2. Proses Pelaksanaan Intervensi ........................................................................................... 46
5.2.1. Orientasi Pelatihan ................................................................................................... 46
5.2.2. Sesi 1; Kerja tim yang efektif ................................................................................... 46
5.2.3. Sesi 2; Kompetensi Komunikasi Kerja tim .............................................................. 47
5.2.4. Sesi 3; Kompetensi Komunikasi Interpersonal ........................................................ 49
5.3. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Komunikasi Interpersonal berbasis Kompetensi ............ 50
5.3.1. Evaluasi oleh Observer ............................................................................................ 50
5.3.2. Evaluasi oleh Partisipan .......................................................................................... 51
5.3.3. Evaluasi oleh Fasilitator .......................................................................................... 53
5.3.4. Evaluasi Pemahaman Partisipan terhadap Materi Pelatihan ................................... 53
5.4. Ringkasan Hasil Analisis Data........................................................................................... 54
5.4.1. Analisis Data Kuantitatif ......................................................................................... 54
5.4.2. Analisis Data Kualitatif ........................................................................................... 58
5.4.3. Analisis Hubungan Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dengan
Keterampilan Komunikasi Kerja Tim .................................................................... 60

BAB 6 KESIMPULAN INTERVENSI, DISKUSI DAN SARAN ...................................... 61


6.1. Kesimpulan Intervensi ....................................................................................................... 61
6.2. Diskusi ............................................................................................................................... 62
6.3. Saran ................................................................................................................................. 63

DAFTAR REFERENSI .......................................................................................................... 65

xi Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran Partisipan berdasarkan Usia, Latarbelakang Pendidikan ........................ 27


Tabel 3.2 Gambaran Proses Pengambilan Data Studi Pendahuluan ........................................ 32
Tabel 4.1 Komposisi Partisipan Penelitian. .......... ....................................................................38
Tabel 4.2 Rundown Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal.................................. 41
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Partisipan. .......... ......................................................................45
Tabel 5.2 Perubahan Pelaksanaan Intervensi .......... ..................................................................46
Tabel 5.3 Skor Pemahaman Partisipan terhadap Materi Pelatihan ............ ...............................53
Tabel 5.4 Nilai Behavioral Checklist Komunikasi Interpersonal ........... ..................................58
Tabel 5.5 Nilai Behavioral Checklist Komunikasi Kerja Tim ........... .......................................60

xii Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teoritik Intervensi ....... .........................................................................24


Gambar 3.1 Peta RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu Makasar Jakarta Timur ....................... 26
Gambar 3.2 Jarak antara Posyandu Wijaya Kusuma 1 dan Posyandu Wijaya Kusuma 2 ........ 27
Gambar 4.1 Field Experimental After and Before with Control Design Scheme ..................... 37
Gambar 4.2 Kerangka Konseptual Intervensi ........................................................................... 39
Gambar 4.3 Skema Timeline Intervensi Pelatihan .................................................................... 41

xiii Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Gambaran Hasil Pengamatan Kinerja Kelompok Posyandu Wijaya Kusuma 1
dan Posyandu Wijaya Kusuma 2 ........................................................................... 35
Diagram 3.2 Gambaran Skor Kompetensi Kerja Tim kelompok Kader Posyandu Wijaya
Kusuma 1 dan Posyandu Wijaya Kusuma 2 .......................................................... 36
Diagram 5.1 Gambaran Peningkatan Pemahaman Partisipan terhadap Materi Pelatihan ........ 54
Diagram 5.2 Gambaran Perubahan ICCS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ..... 55
Diagram 5.3 Gambaran Perubahan TWCT Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 56
Diagram 5.4 Gambaran Keterampilan Komunikasi Kerja Tim Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................................. 57
Diagram 5.5 Gambaran Perubahan Keterampilan Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol menurut Observer ..................................................................................... 59
Diagram 5.6 Gambaran Peningkatan Keterampilan Komunikasi Kerja Tim berdasarkan
Pengamatan Observer ............................................................................................ 60
Diagram 5.7 Gambaran Korelasi Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal
dengan Peningkatan Keterampilan Komunkasi Kerja tim ..................................... 61

xiv Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Studi Pendahuluan ....................................................................................... 71


Lampiran 1.1 Lembar Informasi Penelitian .............................................................................. 71
Lampiran 1.2 Lembar Informasi Partisipan .............................................................................. 73
Lampiran 1.3 Lembar Informed Consent.................................................................................. 74
Lampiran 1.4 Kuesioner Pengetahuan Kinerja Kelompok dan Tugas Kader Posyandu .......... 75
Lampiran 1.5 Lembar Pengamatan Kinerja Kelompok ............................................................ 78
Lampiran 1.6 Panduan Wawancara .......................................................................................... 84
Lampiran 1.7 Penilaian Kompetensi Kerja Tim ....................................................................... 79
Lampiran 2 Rancangan Intervensi Pelatihan ........................................................................... 89
Lampiran Materi Pelatihan ....................................................................................................... 89
Lampiran 2.2 Rundown Pelatihan ............................................................................................. 94
Lampiran 2.3 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 105
Lampiran 2.4 Lembar Debrief ................................................................................................ 106
Lampiran 2.5 Lembar Informed Consent ................................................................................ 107
Lampiran 2.6 Lembar Pernyataam Kesediaan Partisipasi ...................................................... 108
Lampuran 3 Uji Statistik ........................................................................................................ 109
Lampiran 3.1 Analisis Data Kuantitatif Keterampilan Komunikasi Interpersonal................ 109
Lampiran 3.2 Analisis Data Kuantitatif Keterampilan Komunikasi Kerja Tim ..................... 110
Lampiran 3.3 Analisis Data Kuantitatif Korelasi Peningkatan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal dengan Keteramipilan Komunikasi Kerja Tim ................................................. 110

xv Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


BAB 1
PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan kerja tim


kelompok kader posyandu, perumusan masalah dalam kerja tim kelompok kader
posyandu, hipotesis intervensi pelatihan komunikasi interpersonal berbasis
kompetensi, tujuan penelitian intervensi, ruang lingkup intervensi, etika
intervensi, dan sistematika penulisan

1.1. Latar Belakang Permasalahan


Pos Pelayanan Terpadu atau disingkat Posyandu adalah salah satu bentuk
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang bertujuan untuk
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada 4 kelompok sasaran yakni,
bayi dan balita, ibu hamil dan ibu menyusui, pasangan usia subur, dan orang
lanjut usia dalam mengakses layanan kesehatan dasar. Fungsi Posyandu sebagai
wadah untuk alih informasi dan keterampilan dari pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas) kepada warga masyarakat. Masalah-masalah kesehatan yang terkait
dengan perilaku hidup bersih dan sehat ditatanan rumah tangga, akan
bersinggungan langsung dengan Posyandu. Dampak yang diharapkan dari
peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat adalah menurunnya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia (Kemenkes
RI, 2011).
Kinerja kelompok posyandu mulai menurun sejak terjadinya krisis ekonomi
pada tahun 1997 sehingga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mencanangkan Program Revitalisasi Posyandu untuk meningkatkan kinerja
posyandu pasca krisis. Namun ternyata program Revitalisasi Posyandu tersebut
belum optimal dijalankan oleh pemerintah daerah (Iswarawanti, 2010). Selain itu,
permasalahan penurunan kinerja Posyandu menurut Kemenkes RI (2011) juga
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan kader sebagai
penggerak dan agen peubah masyarakat serta mengelola kegiatan posyandu
(Iswarawati, 2010). Kinerja kader posyandu sangat penting untuk kualitas

1 Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


2

kesehatan ibu hamil dan anak-anak di bawah lima tahun. Efektivitas kinerja
kelompok kader posyandu menurut Bidayati (2017) dipengaruhi oleh komitmen,
motivasi, latar belakang pendidikan, usia, dan masa kerja sebagai kader. Selain itu
perhatian dari masyarakat dan pemerintah terhadap peran kader dalam
memberikan layanan kesehatan juga dapat meningkatkan komitmen dan motivasi
kader. Partisipasi ibu balita mengunjungi Posyandu merupakan salah satu
indikator penilaian kinerja kelompok kader. Menurut data Kemenkes RI (2015)
cakupan penimbangan balita dari tahun 2010 sampai tahun 2014 di Indonesia
cenderung meningkat, namun pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 73,0%
dari 85%. Di provinsi DKI Jakarta jumlah balita yang menimbang di posyandu
sama dengan persentase cakupan nasional. Alasan utama ibu balita mengunjungi
posyandu karena merasakan adanya manfaat yang diperoleh, misalnya status gizi
balita terpantau dengan baik. Selain itu, ada kepuasan dari para ibu balita terhadap
layanan kesehatan di posyandu sehingga kualitas layanan posyandu dan
penyediaan sumber daya perlu ditingkatkan untuk mendorong ibu balita
berkunjung ke posyandu (Nazri dkk, 2016).
Ali Akbar dkk. (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa kader
kurang memiliki pengetahuan karena tidak pernah mengikuti pelatihan dan
mendapatkan pembinaan sebagaimana mestinya, serta insentif dan penghargaan
yang diterima kader juga tidak rutin diberikan. Namun demikian, kelompok kader
posyandu tetap perlu untuk menunjukkan kinerja yang baik dalam pelaksanaan
posyandu. Penelitian yang dilakukan oleh Renate, Ilmi, dan Arifin (2016)
mengenai kinerja kelompok kader posyandu menunjukkan bahwa sikap positif
kader dalam menjalankan tugas, memiliki motivasi yang tinggi, memiliki konsep
kerja yang jelas, dan mendapatkan penghargaan berpengaruh terhadap kinerja
para kader. Selain itu, sarana dan prasarana Posyandu, dukungan dari masyarakat
dan penanggungjawab wilayah dimana posyandu berada juga berpengaruh
terhadap kinerja kelompok Posyandu.
Menurut Pedoman Pengelolaan Posyandu Kemenkes RI (2012) kelompok
kader posyandu setidaknya melakukan pertemuan dan berinteraksi 3 kali dalam
sebulan untuk kegiatan, sebagai berikut: pertemuan persiapan sebelum hari buka,
pelaksanaan hari buka layanan kesehatan, dan evaluasi sekaligus perencanaan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


3

kegiatan posyandu bulan berikutnya. Kelompok kader posyandu juga melakukan


kunjungan kerumah warga yang memiliki masalah kesehatan dan tidak datang ke
posyandu, mengidentifikasi masalah kesehatan serta menggerakkan masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat melalui pemberian edukasi kesehatan. Kelompok
kader posyandu bekerja dalam sebuah tim yang beranggotakan minimal 5 orang
dan memiliki struktur kepengurusan sederhana seperti, ketua, sekertaris,
bendahara. Keterbatasan pengetahuan, sikap dan keterampilan para kader
posyandu berdampak terhadap penyelenggaraan posyandu, karena untuk
pengembangan kegiatan posyandu dibutuhkan keterlibatan dan partisipasi aktif
para kader memberikan ide-ide kreatif, saling bergantung secara positif, dan
komitmen terhadap kesuksesan kelompok. Kerja tim merupakan proses yang
dibutuhkan kelompok kader posyandu untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka
melalui perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan secara rutin setiap bulan.
Masalah-masalah yang terjadi dalam kerja tim kelompok kader posyandu
tersebut berkaitan dengan keterampilan interpersonal para kadernya untuk bekerja
dalam sebuah tim. Selain itu, mereka juga harus memahami bagaimana proses
kerja tim itu terjadi. Andersson, Rankin, dan Diptee (2017) mengatakan bahwa
efektivitas kerja tim merupakan variabel yang paling penting untuk menentukan
kinerja kelompok. Untuk mencapai tujuan tim kerja diperlukan hubungan timbal
balik dan kerjasama yang efektif (Torricone & Luca, 2002). Kedekatan hubungan
dan kemampuan berkomunikasi sesama anggota kelompok merupakan bentuk
keterampilan interpersonal dan kompetensi yang mutlak diperlukan ketika akan
mencapai suatu kesimpulan kelompok dengan mempertimbangkan berbagai
gagasan dari para anggotanya (Aguado dkk., 2014). Komunikasi merupakan dasar
dalam proses interaksi kerja tim untuk berbagi pengetahuan, keterampilan dan
pekerjaan (Michailova & Sidorova, 2010) dengan menggunakan bahasa standar,
serta memastikan pesan diterima secara akurat (Lacerenza, N, C., Marlow, S, L.,
Tannenbaum, I, S., & Salas, E., 2018).
Aguado, Rico, Manzanares, dan Salas (2014) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa anggota tim memerlukan 5 kompetensi seperti, resolusi
konflik, pemecahan masalah kolaboratif komunikasi, goal-setting, dan koordinasi
perencanaan tugas. Kompetensi yang paling penting dimiliki oleh sebuah tim

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


4

menurut Lacerenza dkk. (2018) berkaitan dengan keterampilan berkomunikasi.


Komunikasi dalam konteks interpersonal adalah komunikasi atau percakapan
antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang, yang menekankan pada
komunikasi secara pribadi, antara teman-teman akrab atau mereka yang terlibat
dalam hubungan dekat, saling bergantung dan saling mempengaruhi (DeVito,
2015). Kompetensi komunikasi interpersonal adalah penilaian terhadap
kemampuan seseorang untuk mengelola hubungan interpersonal dalam setting
komunikasi (Rubin & Martin, 1994).
Banerjee dkk. (2016) menyatakan bahwa kegagalan kerja tim dan
komunikasi interpersonal dalam bidang kesehatan menjadi penyebab utama
masalah keselamatan pasien, serta tingginya tingkat kesalahan medis berhubungan
dengan disfungsional kerja tim dan kegagalan komunikasi. Susilowati (2012)
melakukan studi intervensi pelatihan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi
interpersonal dan kinerja pilot di sebuah perusahan penerbangan. Hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kompetensi komunikasi
interpersonal dengan kinerja pilot. Kompetensi komunikasi interpersonal juga
berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja (Hynes, 2012) dan mampu
meningkatkan interaksi kolaboratif di dalam organisasi ataupun antar organisasi
(Purhonen, 2012). Sargent, MacLeod, & Murray (2011) mengatakan bahwa
terdapat penelitian yang menunjukkan efektivitas komunikasi dan kolaborasi
antarprofesional dapat mempengaruhi kepuasan dan hasil perawatan pasien
Keterampilan komunikasi profesional kesehatan dapat ditingkatkan melalui
pelatihan keterampilan komunikasi yang berorientasi praktik, presentasi lisan
mengenai keterampilan komunikasi, pemodelan, dan informasi tertulis yang
digunakan sebagai media pendukung (Berkhof dkk., 2010). Gilroy dan Winch
(2006) menggunakan intervensi team training dengan pendekatan competence-
based yang menekankan pada keterampilan dan kompetensi secara spesifik untuk
para community health worker’s. Materi serta aktivitas pelatihan difokuskan pada
keahlian pembelajar dan dinilai saat supervisi pasca pelatihan (WHO, 2006).
Berdasarkan fenomena kerja tim kelompok kader posyandu dan hasil
penelitian mengenai efektivitas kerja tim, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan intervensi berkaitan dengan keterampilan interpersonal kader

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


5

posyandu yang dibutuhkan untuk kerja tim. Peneliti selanjutnya memilih salah
satu kelompok kader posyandu yang berada di wilayah Jakarta Timur, tepatnya
Posyandu Wijaya Kusuma Kelurahan Cipinang Melayu sebagai sampel untuk
survei awal mengenali kerja tim kelompok kader posyandu dengan lebih tepat dan
akurat. Alasan pemilihan Posyandu Wijaya Kusuma sebagai sampel karena
kelompok kader posyandu ini merupakan representasi dari sebagian besar
posyandu diwilayah DKI Jakarta. Selain itu, peneliti memiliki kemudahan akses
kepada para kader posyandu, bidan pembina posyandu puskesmas, dan para ibu
bayi-balita.
Kotamadya Jakarta Timur secara geografis berbatasan dengan Kota
Administrasi Jakarta Utara dan Jakarta Pusat di sebelah utara, sebelah timur
dengan Kota Bekasi, sebelah selatan Kabupaten Bogor dan sebelah barat dengan
Kota Administrasi Jakarta Selatan. Wilayahnya terbagi dalam 10 Kecamatan,
yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar, Kramatjati, Jatinegara,
Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman dan terbagi lagi menjadi 65
kelurahan. Rata-rata tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi, yaitu sekitar
14.562 jiwa/km2, terdiri dari multi etnis, dimana hampir semua ragam suku di
Indonesia ada di wilayah ini dengan membawa serta agama, adat istiadat, seni
budaya dan kebiasaan dikampung halamannya (timur.jakarta.go.id., 2018).
Kelompok kader Posyandu Wijaya Kusuma berada di wilayah RW 03 dan
terdapat kurang lebih 275 balita. Satu Posyandu melayani maksimal 150 balita
berdasarkan standar yang ditentukan oleh pemerintah dalam Pedoman
Pengelolaan Posyandu Kemenkes RI (2011), sehingga di RW 03 Posyandu
Wijaya Kusuma dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok kader Posyandu
Wijaya Kusuma 1 dan kelompok kader Posyandu Wijaya Kusuma 2. Survei
diawali dengan melakukan wawancara mengenai kerja tim kelompok kader secara
singkat kepada ketua kelompok Posyandu Wijaya Kusuma 1 dan Posyandu
Wijaya Kusuma 2 setelah pelaksanaan hari buka layanan kesehatan.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa kelompok kader jarang berdiskusi
mengenai kegiatan posyandu terutama terkait dengan monitoring dan evaluasi
kegiatan. Mereka tidak memiliki rencana kerja yang jelas dan kurang fokus pada
tugas kelompok. Terdapat 3 kegiatan utama Posyandu selama 1 bulan yaitu,

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


6

kegiatan perencanaan hari buka layanan kesehatan, pelaksanaan hari buka layanan
dan evaluasi hasil hari buka layanan. Selama ini dari ketiga kegiatan tersebut
hanya kegiatan hari buka layanan kesehatan yang dilaksanakan setiap bulannya,
sementara perencanaan dan evaluasi hari buka layanan hanya dilakukan oleh
ketua posyandu. Kelompok kader hanya bertemu 1 kali dalam sebulan dan
terkesan kurang ada kesadaran untuk bekerjasama serta kurang komitmen untuk
menyelesaikan tugas kelompok. Orientasi kerja para kader lebih kepada melayani
bayi-balita yang hadir saat hari buka layanan posyandu. Sementara para ketua
posyandu merasa terbebani dengan banyaknya laporan kegiatan yang harus dibuat
untuk Puskesmas dan Kelurahan tapi merasa sungkan untuk meminta kader lain
membantu mengerjakan. Tidak ada pembagian tugas dan rencana kerja yang jelas
serta ketidakmampuan ketua untuk berkomunikasi secara terbuka dengan para
anggotanya menunjukkan indikasi kerja tim mereka tidak efektif. Selain itu,
kelompok kader juga tidak memiliki jaringan struktur komunikasi formal untuk
saling berbagi informasi, ide atau pendapat, dan semua informasi serta keputusan
terpusat pada ketua kelompok.
Untuk menggali lebih dalam fenomena yang ada, peneliti melakukan
wawancara kepada beberapa kader posyandu dari kedua kelompok terkait dengan
peran dan tugas serta kerja tim. Hasilnya diketahui bahwa, para kader belum
melakukan 2 kegiatan selain hari buka layanan kesehatan, karena mereka
menganggap tidak ada ketentuan yang mengharuskan mereka untuk bekerja selain
di hari buka layanan. Ketika terjadi konflik atau permasalahan antar kader mereka
cenderung menutup diri, karena mereka merasa tidak yakin mampu
menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu saat pembagian dan pelaksanaan tugas
hari buka layanan terkadang terjadi kesalahpahaman yang berakibat suasana kerja
menjadi tidak nyaman. Kemampuan kader untuk berkomunikasi dengan baik
diakui sangat kurang, mereka merasa kesulitan untuk menyampaikan saran atau
kritik kepada kelompoknya, karena khawatir akan berbalik kepada dirinya, dan
mereka juga tidak tahu cara menyampaikan informasi hasil pemeriksaan
kesehatan bayi-balita terutama yang kesehatannya bermasalah.
Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap kerja tim kelompok kader
saat hari buka layanan dan pertemuan di Puskesmas Kelurahan. Hasilnya terlihat

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


7

bahwa kelompok kader posyandu bekerja secara individu, tidak ada perbincangan
khusus mengenai hasil kegiatan posyandu, karena setelah pelaksanaan kegiatan
hari buka layanan semua kader pulang kerumah masing-masing. Hampir tidak ada
aktivitas bersama yang memperlihatkan kerja tim di kedua kelompok kader
posyandu, selain dari tugas memberikan layanan di meja masing-masing. Alur
kegiatan layanan kesehatan juga terlihat tidak teratur, baik para bayi-balita
maupun para kader sendiri merasa tidak nyaman dengan suasana layanan. Edukasi
kesehatan yang seharusnya diberikan kepada para ibu bayi-balita tidak dilakukan,
karena tidak ada waktu dan ruang khusus yang dipersiapkan untuk
dilaksanakannya kegiatan tersebut. Laporan kegiatan hari buka layanan dikerjakan
dirumah oleh ketua posyandu, dan dilaporkan pada akhir bulan ke Puskesmas dan
Kelurahan oleh ketua kelompok dengan format laporan yang sudah disediakan
oleh Puskemas dan Kelurahan.
Permasalahan-permasalahan individu dan kelompok yang terjadi dalam
kelompok kader posyandu tersebut diatas diduga karena kader belum memiliki
pengetahuan dan keterampilan interpersonal terkait dengan proses kerja tim.
Berdasarkan teori kompetensi interpersonal kerja tim, kelompok kader
membutuhkan peningkatan keterampilan komunikasi sebagai kompetensi yang
paling penting dan mendasar dalam kerja tim. Teknik yang dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi kerja tim tersebut adalah melalui
pelatihan. Keterampilan komunikasi interpersonal para kader diperlukan untuk
interaksi dalam kerja tim agar hubungan diantara mereka lebih kuat dan lebih
dekat. Dari hasil wawancara diketahui bahwa para kader belum pernah mengikuti
pelatihan terkait keterampilan berkomunikasi baik komunikasi antarpribadi
maupun komunikasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti memutuskan untuk
melakukan intervensi meningkatkan keterampilan komunikasi kerja tim melalui
pelatihan komunikasi interpersonal.

1.2. Perumusan Masalah


Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah kelompok kader posyandu
belum memiliki kemampuan berinteraksi dengan cara yang positif dan efektif,
sementara hal ini sangat dibutuhkan oleh sebuah tim kerja. Kemampuan interaksi

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


8

yang kurang efektif berpengaruh terhadap hasil kerja tim dan komunikasi
merupakan salah satu kompetensi interpersonal yang diperlukan dalam kerja tim
kelompok kader posyandu. Dari hasil wawancara dan pengamatan oleh peneliti
diketahui bahwa komunikasi kelompok mereka masih terlihat belum cukup
efektif. Hal tersebut yang diduga berdampak pada interaksi dan kedekatan
hubungan sesama kader dalam kerja tim. Untuk itu diperlukan intervensi
peningkatan keterampilan komunikasi kerja tim melalui peningkatan komunikasi
interpersonal kader melalui pelatihan.

1.3. Hipotesis Intervensi


Hipotesis dalam penelitian intervensi ini sebagai berikut :
- Adanya peningkatan komunikasi interpersonal pada kelompok kader Posyandu
Wijaya Kusuma setelah diberikan intervensi pelatihan
- Adanya peningkatan komunikasi kerja tim pada kelompok kader Posyandu
Wijaya Kusuma setelah diberikan intervensi pelatihan
- Adanya korelasi secara positif antara komunikasi interpersonal dengan
komunikasi kerja tim pada kelompok kader Posyandu WK setelah diberikan
intervensi pelatihan

1.4.Tujuan Penelitian Intervensi


Tujuan intervensi penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi kerja tim melalui pelatihan komunikasi interpersonal.

1.5. Manfaat Intervensi


Manfaat dari intervensi pelatihan komunikasi interpersonal berbasis
kompetensi pada kelompok kader Posyandu adalah :
- Bagi kelompok kader posyandu; meningkatkan hubungan interpersonal
yang lebih dekat dan lebih kuat antara para kader, serta lebih terampil
berkomunikasi, menyampaikan ide-ide dan pendapat dalam kerja tim
- Bagi peneliti; mengetahui efektivitas pelatihan komunikasi interpersonal
bagi kelompok kader posyandu untuk meningkatkan kompetensi
komunikasi kerja tim kelompok

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


9

- Bagi pemerintah; menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan


terkait dengan peningkatan kompetensi dan kerja tim kelompok kader
posyandu di Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya

1.6. Ruang Lingkup Intervensi


Keluaran dari intervensi pelatihan komunikasi interpersonal adalah
meningkatnya keterampilan komunikasi kerja tim kelompok kader Posyandu
Wijaya Kusuma. Indikator peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal
akan diukur dengan menggunakan Interpersonal Communication Competencies
Scale (ICCS) yang dikembangkan oleh Rubin dan Martin (1994) dan keterampilan
komunikasi kerja tim diukur dengan menggunakan Teamwork Competency Test
(TWCT) yang dikembangkan oleh Aguado dkk. (2014). Pelaksanaan intervensi
akan dilakukan selama 2 hari di ruang serbaguna kantor sekretariat RW dengan
tahapan proses intervensi sebagai berikut; Partisipan diberikan pre-test 5 hari
sebelum pelaksanaan intervensi, post-test pertama diberikan 1 hari setelah
intervensi tepatnya pada saaat pelaksanaan hari buka layanan kesehatan posyandu
dan post-test ketiga diberikan 2 minggu setelah intervensi. Post-test kedua
dilakukan pada saat pertemuan untuk membahas evaluasi kegiatan hari buka
posyandu dan persiapan kegiatan posyandu berikutnya bersama bidan pembina
posyandu dari Puskesmas. Tujuan dari dilakukannya post-test kedua adalah untuk
memastikan apakah partisipan sudah menunjukkan peningkatan keterampilan
komunikasi interpersonal dan keterampilan komunikasi kerja tim.

1.7. Etika Intervensi


Langkah-langkah dalam intervensi terhadap kerja tim kelompok kader
posyandu dilakukan dibawah pengawasan dan persetujuan dosen pembimbing dan
Komite Etik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan nomor surat kaji
etik: 333/Fpsi.Komite Etik/PDP.04.00/2018.

1.8. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan penelitian intervensi terdiri dari :

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


10

- Bab 1 Pendahuluan ; memuat latar belakang permasalahan kerja tim kelompok


kader posyandu, perumusan masalah dalam kerja tim kelompok kader
posyandu, hipotesis intervensi pelatihan komunikasi interpersonal berbasis
kompetensi, tujuan penelitian intervensi, ruang lingkup intervensi, etika
intervensi, dan sistematika penulisan
- Bab 2 Tinjauan Pustaka ; memuat teori-teori terkait kelompok kader
posyandu, kerja tim yang efektif, kompetensi komunikasi kerja tim,
kompetensi komunikasi interpersonal dan teori terkait metode intervensi
pelatihan berbasis kompetensi, serta model konseptual penelitian intervensi
pelatihan komunikasi interpesonal berbasis kompetensi untuk meningkatkan
kompetensi komunikasi kerja tim kelompok kader posyandu
- Bab 3 Studi Pendahuluan ; memuat tujuan studi pendahuluan, lokasi
pelaksanaan studi, pemilihan sampel, gambaran partisipan, metode
pengumpulan data mengumpulkan, proses pelaksanaan dan hasil studi
pendahuluan terkait kerja tim kelompok kader Posyandu WK
- Bab 4 Metode Intervensi ; memuat desain intervensi, pemilihan partisipan yang
akan diintervensi, definisi variabel penelitian intervensi, prosedur penelitian
intervensi pelatihan komunikasi interpersonal, rancangan intervensi, teknik
analisis hasil intervensi, dan indikator-indikator yang diukur dalam penelitian
intervensi
- Bab 5 Hasil Intervensi ; memuat proses pelaksanaan intervensi pelatihan,
ringkasan hasil intervensi pelatihan, dan evaluasi hasil intervensi berdasarkan
data pengukuran baik secara kuantitatif maupun kualitatif
- Bab 6 Kesimpulan, Diskusi, dan Saran ; memuat kesimpulan hasil intervensi,
diskusi mengenai hasil intervensi berdasarkan teori-teori yang digunakan, dan
saran bagi penelitian intervensi selanjutnya

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan teori-teori terkait kelompok kader posyandu, kerja tim
yang efektif, keterampilan komunikasi kerja tim, keterampilan komunikasi
interpersonal dan teori terkait metode intervensi pelatihan serta model konseptual
penelitian intervensi.

2.1. Kelompok Kader Posyandu


Kelompok kader posyandu merupakan bentuk Community Health Worker’s
(CHW) yang ada di Indonesia. Community health worker’s adalah istilah yang
ditujukan kepada kelompok masyarakat yang terlibat dan berpartisipasi aktif
dalam kegiatan kesehatan masyarakat, dipilih oleh anggota masyarakat lainnya
dan didukung oleh sistem kesehatan tapi bukan bagian dari institusi pemerintah,
serta mendapat pembekalan berupa pelatihan-pelatihan kesehatan untuk
menjalankan tugas dan perannya dimasyarakat (WHO, 2010). Pelatihan kepada
para community health workers lebih ditekankan pada keterampilan dalam
memberikan dukungan, edukasi dan membangun jaring kepedulian di masyarakat
salah satunya untuk meningkatkan hasil pengobatan bagi populasi beresiko (Cook
& Mueser, 2015) terutama di lingkungan yang terbatas sumber daya dan
berpenghasilan rendah (T. Mitsunaga dkk., 2013).
Peran utama kelompok kader posyandu adalah menjembatani masyarakat
dengan penyedia layanan kesehatan (puskesmas), mengidentifikasi masalah
kesehatan masyarakat, membantu memenuhi kebutuhan akan layanan kesehatan,
mencarikan solusi atas masalah kesehatan mereka, memberikan edukasi kesehatan
terkait pilihan perilaku sehat, dan menyediakan layanan kesehatan dasar promotif
dan preventif berbasis masyarakat (Kemenkes RI, 2010). Kelompok kader
posyandu terdiri dari minimal 5 orang kader yang disesuaikan dengan sistem
pelayanan 5 meja saat pelaksanaan hari buka layanan kesehatan dan
melaksanakan beberapa tugas kelompok menurut Kementerian Kesehatan RI
(2010) sebagai berikut :

11 Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


12

a. Menyusun, merencanakan kegiatan tahunan beserta sumber pembiayaannya,


dan mengelola dana operasional kegiatan Posyandu.Mengelola data
informasi kegiatan posyandu, menganalisa hasil kegiatan dan melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu
b. Mendokumentasikan dan melaporkan pelaksanaan kegiatan Posyandu
kepada RT/RW, PKK, Kelurahan dan Puskesmas
c. Menggerakkan dan mendorong partisipasi masyarakat untuk terlibat
kegiatan Posyandu, serta mengembangkan kegiatan tambahan yang
dibutuhkan oleh masyarakat
Setiap bulan kelompok kader Posyandu melaksanakan 4 rangkaian kegiatan yaitu
:
a. Sebelum hari buka posyandu; merencanakan kegiatan layanan, memastikan
kehadiran kader, menghubungi tenaga kesehatan, menghubungi puskesmas,
menghubungi ketua wilayah, mengundang para ibu balita, menyusun menu
contoh makanan tambahan, dan menyiapkan alat peraga edukasi.
b. Saat hari buka posyandu; melakukan pemeriksaan tumbuh kembang bayi-
balita dengan sistem layanan 5 meja, penyuluhan dan konseling, imunisasi
oleh petugas kesehatan dari Puskesmas/swasta, mendokumentasikan hasil
kegiatan layanan bersama petugas kesehatan.
c. Setelah hari buka posyandu; memperbaharui data sasaran Posyandu,
membuat laporan kegiatan dan menindaklanjuti temuan hasil kegiatan
misalnya merencanakan kunjungan rumah.
d. Kegiatan tambahan; pengembangan layanan kesehatan ibu dan anak, seperti
Kelas ibu hamil, deteksi dini dan pemantauan penyakit berpotensi menjadi
Kejadian Luar Biasa, Pos Pendidikan Anak Usia Dini, dsb.
Efektivitas kinerja kelompok kader posyandu untuk melaksanakan tugas
dalam 4 rangkaian kegiatan posyandu tersebut diatas sangat ditentukan oleh
adanya kerja tim yang efektif. Kelkar dan Mahapatro (2014) mengatakan bahwa
anggota tim perlu bekerja dengan solid, saling bersinergi, saling berkontribusi
serta berpartisipasi dalam menjaga lingkungan agar tetap kondusif dan efektif
untuk mencapai tujuan besar tim.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


13

2.2. Kerja Tim


2.2.1. Definisi kerja tim
Kerja tim adalah pekerjaan psikologis, perilaku, dan mental yang dilakukan
oleh anggota tim saat mereka berkolaborasi satu sama lain dalam berbagai tugas
dan sub tugas yang harus mereka selesaikan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Forsyth, 2010). Kerja tim terdiri dari satu, dua atau lebih individu
yang diharapkan dan diharuskan untuk berinteraksi secara dinamis, saling
tergantung, dan adaptif untuk mencapai tujuan mereka. Inti dari kerja tim adalah
setiap anggota menggunakan rangkaian proses, strategi, dan tindakan yang
memungkinkan mereka untuk bekerja secara efektif dan efisien untuk mengatur
kinerja dan menjaga keutuhan kelompok (Stout, Salas & Fowlkes, 1997; McEwan
dkk., 2016), melalui upaya integrasi individu-individu untuk mencapai tujuan
bersama yang dalam prosesnya akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis
mereka baik secara individu maupun kolektif (Mathieu dkk., 2017).
Proses kunci dalam kerja tim sebagai berikut: (1) Transisi (2) Bertindak (3)
Mengelola hubungan interpersonal antara anggota dengan mengembangkan
hubungan timbal balik yang efektif (4) Bekerja bersama dan berbagi pengetahuan
serta keterampilan untuk mencapai tujuan tim (Tarricone dan Luca, 2002). Proses
pembelajaran dalam kerja tim terjadi melalui interaksi, dialog penyelesaian
masalah, dan kolaborasi memecahkan masalah tersebut (Kerrin & Oliver, 2002;
Johnson & Johnson, 2005).

2.2.2. Kerja tim yang Efektif


Menurut Johnson dan Johnson (2014), tim akan efektif apabila anggotanya
berkomitmen untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya dan anggota lainnya,
senang bekerja bersama dan meyakini kesuksesan tim tergantung pada upaya
semua anggota. Tim yang efektif sebagai berikut :
a. Adanya interdependensi positif dalam pelaksanaan tugas
b. Membangun komunikasi dua arah anggota grup yang efektif mengenai ide
dan perasaan mereka secara akurat dan jelas.
c. Kepemimpinannya melibatkan seluruh anggota dan penentuan kewenangan
berdasarkan keahlian

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


14

d. Proses pengambilan keputusan berjalan dinamis, dimana semua anggota


terlibat secara aktif menyampaikan pendapat, dan menyelesaikan konflik
secara terbuka serta saling memberi feedback yang positif
e. Anggota saling bertanggung jawab untuk melakukan bagian pekerjaan yang
adil dan mempromosikan keberhasilan satu sama lain.
Aguado, Rico, Sánchez-Manzanares dan Salas (2014) mengatakan bahwa
terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan efektivitas tim kerja akan terlihat
pada kinerja kelompok, kohesi kelompok, efikasi kolektif, dan kepuasan anggota.
Tim yang terbentuk dari orang-orang dengan kompetensi kerja tim yang kuat akan
menampilkan berbagai perilaku spesifik, termasuk penggunaan strategi negosiasi
ketika menghadapi konflik interpersonal dan kerjasama yang tidak tepat.

2.2.3. Keterampilan Komunikasi Kerja Tim


Komunikasi yang efektif sangat mempengaruhi kinerja kelompok. Steven
dan Campions (1994) dan Aguado dkk. (2014) beberapa keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk berkomunikasi efektif dalam kerja tim
sebagai berikut:
a. Memahami perlunya jaringan komunikasi atau saluran antar anggota yang
berpengaruh kuat terhadap kinerja tim. Jaringan komunikasi memastikan
kecepatan dan keakuratan penyampaian informasi yang didistribusikan
kepada para anggota. Dengan saluran yang terdesentralisasi memungkinkan
terjadinya pertukaran informasi tentang pekerjaan secara terbuka, tepat
waktu, dan efisien. Apabila di dalam kelompok tidak ada jaringan
komunikasi akan menimbulkan kesenjangan dalam pembagian informasi
dan sulit untuk menyelesaikan masalah dengan segera. Jaringan komunikasi
merupakan sistem komunikasi yang digunakan kelompok untuk
mengirimkan pesan dari satu anggota ke anggota lainnya dan sarana
komunikasi formal organisasi.
b. Menggunakan gaya komunikasi yang terbuka dan suportif. Anggota harus
terbuka dan mudah menerima informasi, ide, serta ungkapan perasaan
anggota lainnya. Mengajukan pertanyaan dan mempertimbangkan masalah
dari perspektif anggota yang lain. Memastikan bahwa semua masalah yang

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


15

relevan dan penting bagi kinerja tim didiskusikan dan tidak diabaikan.
Keterampilan gaya komunikasi yang terbuka merupakan modal dasar dalam
meningkatkan hubungan pribadi dengan menyusun isi pesan yang sesuai
untuk hubungan mereka. Proses komunikasi berlangsung dalam suasana
informal, santai, nyaman, dan menghindari ketegangan. Prinsip dasar
penerapan gaya komunikasi terbuka dan mendukung dijelaskan sebagai
berikut : (1) Orientasi pada perilaku atau peristiwa bukan pada individu (2)
Pesan yang disampaikan harus sesuai antara verbal dan non verbal, antara
apa yang dirasakan dan yang dikatakan (3) Menghindari penyampaian pesan
yang membangkitkan perasaan negatif tentang harga diri, identitas diri, dan
privasi orang lain seperti menunjukkan superioritas atau ketidakpedulian
terhadap komunikan (3) Memastikan bahwa setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk berbicara, menggunakan waktu yang tepat
dalam percakapan, dan memastikan bahwa topik tidak terputus atau
dimonopoli (5) Mengakui komunikasi yang dilakukan dengan
mempertanggungjawabkan dan membenarkan pernyataan yang telah
disampaikan.
c. Terampil mendengarkan sebagai bentuk umpan balik dalam proses
komunikasi sehingga dapat mengurangi distorsi antara apa yang dikatakan
dan apa yang dipahami, menghasilkan keakuratan dan informasi tugas yang
relevan. Tidak memberikan penilaian dan tidak evaluatif merupakan
komponen utama dari terampil mendengar. Orang cenderung mengevaluasi
apa yang mereka dengar dengan sangat cepat, terkadang juga menambahkan
komentar mental pada pesan (misalnya, apakah komunikator bicara jujur,
apakah informasi yang diberikan akurat dll). Seorang pendengar aktif dapat
: (1) Meningkatkan pemahaman mereka tentang pesan dengan menggali
informasi dari komunikator, misalnya dengan meminta untuk menguraikan,
memberikan informasi tambahan atau memperjelas maknanya (2)
Merefleksikan isi pesan dengan mengarahkan kembali pesan yang didengar
kepada komunikator untuk menunjukkan kepadanya bahwa pendengar
memperhatikan, memahami, dan ingin mendengar lebih banyak pesan yang
disampaikan (3) Membantu komunikator untuk lebih memahami masalah

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


16

melalui analogi dan contoh, membandingkan untuk memastikan isi pesan,


menunjukkan empati, serta menghindari situasi yang tidak nyaman saat
berkomunikasi.
d. Memahami dan menggunakan komunikasi nonverbal seperti gerakan,
ekspresi wajah, dan postur tubuh (sentuhan, jabat tangan, tepukan di
belakang dan lengan di sekitar bahu atau pakaian dan penampilan fisik).
Pesan nonverbal dapat memperkuat atau merusak pesan verbal. Mengirim
pesan nonverbal dapat menjadi sulit karena sering berada pada tingkat
bawah sadar. Anggota tim harus berusaha untuk menyelaraskan antara
perasaan yang mendasarinya dan pengungkapan secara terbuka untuk
memastikan bahwa pesan nonverbal akan meningkatkan komunikasi.
Anggota juga perlu menyadari pesan nonverbal yang disampaikan oleh
anggota lain seperti mengatakan isi pikiran anggota lain yang tidak mampu
untuk diungkapkan secara verbal serta tidak memiliki pilihan selain
menggunakan komunikasi nonverbal. Selain itu, komunikasi nonverbal
dapat membantu anggota tim untuk menilai keadaan emosi orang lain.
e. Melakukan percakapan ringan dan salam ritual untuk memperkuat hubungan
interpersonal di antara anggota tim. Salam ritual mungkin tampak tidak
penting, akan tetapi ini merupakan bentuk pengakuan terhadap keberadaan
dan nilai orang lain sehingga akan memperkuat hubungan diantara anggota
tim. Kegagalan melakukan percapakan ringan dan salam ritual dapat
menghambat fungsi tim.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada tahun 2002, menyoroti
pentingnya kerja tim dan komunikasi sebagai kompetensi inti bagi para
profesional perawatan kesehatan, namun pelatihan kerja tim formal masih jarang
dilakukan. Efektivitas komunikasi tim berkaitan dengan kompetensi komunikasi
interpersonal anggota tim, karena saat berbagi informasi, pendapat, ide, bahkan
keterampilan dalam kerja tim harus didasari adanya hubungan interpersonal yang
baik.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


17

2.3. Keterampilan Komunikasi Interpersonal


McClough dan Rogelberg (2003) mengatakan bahwa keterampilan
interpersonal adalah keterampilan yang dibutuhkan untuk menjaga hubungan
kerja yang sehat, seperti merespon ide, emosi serta perbedaan sudut pandang
kader lain secara hormat. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dalam
bentuk percakapan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang,
ditekankan pada komunikasi yang sifatnya pribadi, antara teman-teman akrab,
atau mereka yang terlibat dalam hubungan dekat, saling bergantung dan saling
mempengaruhi (DeVito, 2015). Kompetensi komunikasi interpersonal adalah
penilaian yang terbentuk tentang keterampilan-keterampilan seseorang untuk
mengelola hubungan interpersonal dalam setting komunikasi (Rubin & Martin,
1994). Keterampilan-keterampilan komunikasi interpersonal terdiri dari:
a. Keterbukaan/pengungkapan diri (self-disclosure) yaitu kemampuan untuk
menghadirkan diri dengan membagi perasaan dan informasi pada orang lain,
membuka atau mengungkapkan unsur kepribadian diri yang belum
diketahui oleh orang lain, dan mengungkapkan perasaan pribadi terhadap
sesuatu yang disukai dan tidak disukai. Pengungkapan akan efektif apabila
lawan bicara menyenangkan dan menimbulkan rasa aman serta semangat
untuk lebih membuka diri serta situasi yang dihadapi.
b. Berempati; yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan atau
perasaan yang sama dengan orang lain. Empati merupakan reaksi emosional
terhadap keadaan internal orang lain dan menempatkan diri dalam posisi
orang lain.
c. Relaksasi sosial; yaitu kemampuan untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan dalam berkomunikasi saat melakukan interaksi sehari-hari dan
kemampuan untuk mengatasi reaksi negatif atau kritik orang lain tanpa rasa
tertekan.
d. Asertif; yaitu kemampuan untuk mengekspresikan keinginan, ide-ide dan
perasaan secara langsung kepada orang lain dengan cara yang sesuai dan
tetap menghormati serta menjaga perasaan orang tersebut. Seseorang yang
berkomunikasi secara asertif merasa percaya diri dan lawan bicaranya
merasa dihargai serta dihormati.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


18

e. Manajemen interaksi; yaitu kemampuan seseorang untuk berbicara dan


berinisiatif menghentikan percakapan dengan tepat, seperti menentukan
topik yang akan dibicarakan, memulai dan mengakhiri percakapan,
mengembangkan topik pembicaraan, serta mempertahankan percakapan
secara bergantian.
f. Altercentrism; yaitu kemampuan untuk menunjukkan ketertarikan terhadap
topik yang diungkapkan orang lain, perhatian terhadap apa yang orang lain
katakan dan cara mereka mengatakannya serta mampu beradaptasi selama
percakapan.. Persepsi yang muncul bukan hanya dari apa yang dikatakan
tetapi juga apa yang tidak dikatakan.
g. Ekspresif; yaitu kemampuan untuk mengkomunikasikan perasaan melalui
perilaku verbal dan nonverbal. Ekspresi verbal adalah menunjukkan dan
menggunakan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan diri seseorang.
Ekspresi non verbal adalah ekspresi wajah yang jelas, bahasa tubuh,
intonasi/vokal yang tepat, dan perubahan postur.
h. Suportif; yaitu kemampuan memberi tanggapan yang menunjukkan
solidaritas, spontanitas, empatik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
Tujuannya untuk menimbulkan situasi kesetaraan yang dapat mengurangi
ketidakseimbangan kekuatan dalam banyak situasi, sehingga kedua orang
yang melakukan percakapan merasa seolah-olah mereka sama dan
komunikasi menjadi lebih mudah.
i. Immediacy; yaitu kemamampuan untuk menunjukkan bahwa mereka
bersedia untuk didekati dan siap untuk berkomunikasi. Indikasi perilaku
nonverbal menunjukkan perasaan hangat secara interpersonal, kedekatan,
dan afiliasi. Kedekatan sering dikomunikasikan melalui perilaku nonverbal
seperti berhadapan secara langsung, bersikap terbuka. Menunjukkan
ekspresi wajah yang menyenangkan dan menggunakan kontak mata
langsung. Indikasi perilaku verbal terlihat dari menjawab pertanyaan secara
langsung, memberi tanggapan dan memfokuskan perhatian.
j. Environmental control; yaitu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang ditentukan dan memenuhi kebutuhan. Kemampuan untuk menangani
pengaturan konflik dan memecahkan masalah dalam suasana kooperatif

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


19

(seperti dalam negosiasi win-win solution) dan kemampuan untuk


mendapatkan kepatuhan dari orang lain.

Menurut Duffy dkk. (2004) keterampilan komunikasi dan keterampilan


interpersonal membentuk kompetensi terintegrasi dengan dua bagian yang
berbeda. Keterampilan komunikasi adalah kinerja tugas dan keterampilan
interpersonal secara inheren bersifat relasional dan berorientasi pada proses,
seperti menghilangkan kecemasan atau membangun hubungan saling percaya.
Menurut Thompson dkk. (2009) sebuah tim yang efektif dapat menumbuhkan
keterampilan komunikasi interpersonal yang baik dan begitu pula sebaliknya.

2.4. Pelatihan Keterampilan Tim


Masalah yang sering muncul dalam sebuah tim adalah kompleksitas tugas
yang harus diselesaikan, kesulitan untuk mengatur pembagian tugas dan
pemenuhan tanggungjawab untuk menyelesaikan tugas sehingga mengakibatkan
terjadinya konflik serta kesenjangan hubungan interpersonal antara anggota tim.
Upaya untuk meningkatkan keterampilan anggota tim kerja dapat dimulai dengan
mempertimbangkan keterampilan yang dibutuhkan anggota tim. Memberikan
pengalaman pembelajaran formal yang terstruktur dengan tujuan dan kurikulum
yang menargetkan keterampilan tim khusus disebut sebagai team training (Salas
dkk., 2008). Team training adalah pengalaman belajar formal dan terstruktur
dengan tujuan dan kurikulum yang telah ditetapkan dengan menargetkan
keterampilan tim tertentu. Selain itu, intervensi ini dapat meningkatkan proses tim
melalui peningkatan keterampilan dan mendorong peningkatan kerja tim dengan
mempromosikan peningkatan keterampilan kerja tim spesifik yang terkait dengan
kinerja tim.
Team training banyak diterapkan pada program-program perawatan
kesehatan untuk mengurangi jumlah kesalahan medis yang disebabkan oleh
kegagalan kerja tim dan dalam program pendidikan untuk membantu siswa belajar
dalam sebuah tim. Intervensi team training untuk meningkatkan kerja tim
menggunakan pendekatan pelatihan simulasi diketahui cukup efektif, dimana tim
secara eksperimental menerapkan berbagai keterampilan kerja tim seperti
komunikasi dan koordinasi antarpribadi dalam lingkungan yang menirukan tugas

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


20

tim sebenarnya (McEwan dkk., 2017). Teori pembelajaran yang digunakan dalam
intervensi team training menerapkan prinsip pembelajaran dalam perspektif
pembelajaran orang dewasa dan experiential learning.

2.4.1. Perspektif Belajar Orang Dewasa


Perspektif belajar orang dewasa yang dikenal dengan istilah andragogi
mulai diperkenalkan oleh Malcolm Knowles pada awal tahun 1970. Prinsip dalam
pembelajaran bagi orang dewasa menurut Knowles, Houston dan Swanson (2005)
yakni sebagai berikut:
a. Membutuhkan pengetahuan dan mempelajari sesuatu yang membawa
manfaat untuk dirinya (learner’s need to know).
b. Menyesuakan konsep pembelajaran dengan kepribadian pembelajar (self
concept of the learner).
c. Mendapatkan pengalaman utama pembelajar (prior experience of the
learner) melalui guru, buku, tayangan audio visual, dan lain-lain.
d. Memiliki kesiapan untuk mempelajari segala sesuatu yang ingin diketahui
dan ingin dikuasainya, apalagi jika dapat membantunya menyelesaikan
masalah dalam kesehariannya secara efektif (readiness to learn).
e. Orientasi pembelajaran pada tugas atau masalah yang mereka hadapi saat
mengikuti proses pembelajaran (orientation to learn). Orang dewasa
biasanya termotivasi mempelajari sesuatu yang dapat membantu
meringankan tugas atau memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi,
apalagi jika semua hal tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
f. Secara umum motivasi pembelajaran yang paling kuat adalah motivasi yang
berasal dari dalam diri, seperti keinginan untuk meningkatkan kepuasan
kerja, self esteem, dan kualitas hidup. Selain itu, terdapat juga motivasi
eksternal seperti kenaikan pangkat, tekanan orang tua, atau arahan dari
atasan (motivation to learn).
Dalam pembelajaran andragogi guru berperan sebagai fasilitator. Prosedur
yang harus dilakukan oleh fasilitator sebelum kegiatan pembelajaran yaitu sebagai
berikut: (1) Mempersiapkan pelajar; (2) Membangun iklim yang kondusif untuk

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


21

pembelajaran; (3) Menciptakan mekanisme untuk perencanaan bersama; (4)


Menetapkan kebutuhan untuk belajar; (5) Merumuskan tujuan program; (6)
Merancang pola pengalaman belajar; (7) Melakukan pengalaman belajar dengan
teknik dan bahan yang sesuai; (8) Mengevaluasi hasil pembelajaran dan
menentukan kembali kebutuhan belajar. Tujuan dari pembelajaran andragogi
adalah membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Orang dewasa sangat menghargai pengalaman hidupnya dan senantiasa
memanfaatkan hal tersebut dalam proses belajar (Knowles dkk., 2005).

2.4.2. Experential Learning Theory


Experential Learning Theory yang dikemukakan oleh David Kolb (1984)
memandang pembelajaran secara terintegrasi sebagai sebuah proses yang
melibatkan pengalaman, persepsi, kognisi, dan perilaku (Sharlanova, 2004).
Experiential Learning Theory memberikan model holistik dari proses
pembelajaran dan model perkembangan orang dewasa yang multilinear, tentang
bagaimana orang belajar, tumbuh, dan berkembang. Teori ini disebut
"Experiential Learning" untuk menekankan peran sentral yang dimainkan
pengalaman dalam proses pembelajaran (Sternberg & Zhang, 2000). Proses
experiential leraning terdiri dari 4 tahapan, yakni: (1) Concrete Experience;(2)
Reflective observation; (3) Abstract Conceptualization, dan (4) Active
Experimentation. Berikut ini penjelasan mengenai 4 tahapan dalam siklus Kolb’s :
a. Concrete Experience; pada tahapan ini partisipan merasakan pengalaman
atau situasi baru yang membuat mereka melakukan interpretasi ulang
terhadap persepsi mereka selama ini. Partisipan mendapatkan pengalaman
nyata melalui berbagai praktek, observasi, demonstrasi. Hal ini sesuai
dengan prinsip bahwa orang dewasa belajar melalui sesuatu yang konkrit.
b. Reflective Observation; merupakan proses merefleksikan, menceritakan,
atau mengungkapkan kembali pengalaman nyata yang diperoleh oleh
masing-masing partisipan. Setelah mereka mengalami pengalaman baru
mereka melakukan observasi reflektif terhadap inkonsistensi yang mereka
rasakan antara pengalaman dan pemahaman.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


22

c. Abstract Conceptualization; pada tahapan ini partisipan membentuk kembali


ide-ide baru dan membentuk konseptualisasi abstrak baru, partisipan diajak
untuk menyimpulkan pembelajaran yang diperoleh untuk perbaikan atau
penyempurnaan tindakan di masa depan.
d. Active Experimentation; pada tahapan ini partisipan diberikan kesempatan
untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah mereka dapatkan di tugas-tugas
mereka, partisipan belajar menerapkan pengetahuan baru, sikap baru atau
perilaku baru.
Teori Kolb merupakan teori belajar yang menegaskan semua aspek utama
pembelajaran aktif tentang belajar mandiri, belajar sambil bekerja, pembelajaran
berbasis kerja, dan pembelajaran berbasis masalah. Teori ini dapat digunakan oleh
individu, oleh tim, atau oleh seluruh organisasi. Memiliki berbagai macam bentuk
penerapan seperti membantu pembelajar menyadari kemampuan diri, membantu
guru menjadi guru refleksif, dan mengembangkan keterampilan guru. Dalam
proses pembelajaran experiential learning partisipan dipandu oleh fasilitator yang
berfungsi untuk mengarahkan proses pembelajaran dan memberikan feedback dari
setiap tahapan pembelajaran.

2.4.3. Fasilitator
Seorang fasilitator harus memiliki keterampilan presentasi yang baik, dapat
memberikan inspirasi kepada peserta disiknya, dapat memberikan bimbingan yang
mengajari cara belajar, dan memberikan pengalaman pelatihan untuk mengelola
pembelajaran mereka sendiri (Worsnop, 1993). Berikut adalah panduan bagi
fasilitator :
a. Menjelaskan tujuan dan hasil pelatihan kepada peserta yang dilatih, mereka
harus tahu ke mana mereka akan dibawa dan apa hasil yang akan diperoleh.
Sehingga,mereka akan lebih memahami relevansi kegiatan dalam
pengalaman belajar dan termotivasi untuk mau belajar.
b. Menjelaskan proses pembelajaran dan penilaian kepada para peserta
pelatihan, tujuannya agar mereka dapat berpartisipasi penuh dalam
pengalaman belajar bersama fasilitator. Selain itu, adult learner memiliki

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


23

hak untuk mendapat penjelasan proses pembelajaran dan penilaian kepada


mereka.
c. Memastikan metode presentasi dan aktivitas proses pembelajaran sesuai
dengan latar belakang dan potensi peserta. Gaya presentasi dan metode yang
tidak sesuai akan menghambat pembelajaran.
d. Menggunakan peralatan dan media pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
agar menambah nilai dan efisiensi pengalaman belajar.
e. Memberikan saran dan umpan balik secara rutin untuk memfasilitasi proses
pembelajaran, karena peserta didik memerlukan kontak rutin dan sering
dengan fasilitator untuk memperkuat pembelajaran mereka.
f. Memberikan banyak peluang praktik belajar, sehingga peserta mengetahui
apa yang harus dilakukan, bagaimana dan mengapa harus dilakukan. Praktik
harus sesuai dngan kompetensi yang diinginkan, dan fasilitator memberikan
umpan balik hingga muncul kepercayaan diri dan kompetensi yang
diharapkan.
g. Memantau kesiapan peserta pelatihan untuk penilaian kompetensi
h. Menindaklanjuti kinerja peserta di tempat kerja untuk mengetahui
bagaimana hasil pembelajaran yang telah diperoleh dapat diterapkan pada
pekerjaannya.
Fasilitator juga harus mengumpulkan informasi untuk menganalisis
pengalaman intervensi dengan menggunakan beberapa pendekatan evaluasi ini :
a. Menilai kepuasan partisipan terhadap proses intervensi, secara lisan dan
tertulis dalam skala atau dalam bentuk komentar.
b. Menilai keberhasilan intervensi dengan kriteria subjektif yakni tanggapan
dari para partisipan, serta interaksi antar peserta dan dengan dirinya sendiri
c. Menilai keberhasilan intervensi secara obyektif, misalnya dengan
pengamatan pihak kedua.

2.5. Kerangka Teoretik Program Intervensi


Penelitian intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
komunikasi kerja tim kelompok kader posyandu melalui peningkatan kompetensi
komunikasi interpersonal. Secara teori dikatakan bahwa kompetensi interpersonal

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


24

dapat ditingkatkan melalui pelatihan berbasis kompetensi. Kerangka teoritik


intervensi kerja tim kelompok kader posyandu, digambarkan dalam skema berikut
ini :

Keterampilan Komunikasi Keterampilan Komunikasi


Interpersonal Kerja Tim Meningkat

Pelatihan Komunikasi
Interpersonal

Gambar 2.1 Kerangka Teoritik Intervensi

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


BAB 3
STUDI PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tujuan studi pendahuluan, lokasi pelaksanaan studi,


pemilihan sampel, gambaran partisipan, metode pengumpulan data
mengumpulkan, proses pelaksanaan dan hasil analisis studi pendahuluan terkait
kerja tim kelompok kader Posyandu Wijaya Kusuma.

3.1. Tujuan Studi Pendahuluan


Tujuan dari dilakukannya studi pendahuluan ini adalah mendapatkan
gambaran situasi kerja tim kelompok kader posyandu dan mendapatkan informasi
yang menjadi dasar untuk menentukan penelitian intervensi yang dibutuhkan,
serta menjadi pembanding setelah dilakukan intervensi untuk melihat efektivitas
intervensi yang dilakukan.

3.2. Desain Studi Pendahuluan


Studi pendahuluan dilakukan dengan desain penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan menganalisis hasil data survei.

3.2.1. Metode Pemilihan Partisipan


Metode sampling yang digunakan dalam studi pendahuluan ini adalah non-
random-purposive sampling, dimana sampel sudah ditentukan oleh peneliti sesuai
dengan karakteristik tertentu sebagai berikut : (1) Key informan sebagai individu
yang mengetahui kerja tim kelompok kader posyandu dan terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan Posyandu WK RW 03, yaitu 1
Bidan Pembina Posyandu Puskesmas, 1 Ketua Pokja Posyandu Kelurahan
Cipinang Melayu, 1 Ketua RW 03, 1 ibu balita yang mengunjungi Posyandu dan 1
ibu balita yang tidak mengunjungi posyandu; (2) Kelompok kader posyandu yang
berlokasi di RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu, minimal memiliki 5 orang kader
dan diakui oleh penanggungjawab wilayah RW sebagai kader posyandu RW 03,
masa kerja sebagai kader lebih dari setahun dan bersedia untuk menjadi partisipan
studi serta mengisi lembar informed consent partisipan. Jumlah partisipan dari

25 Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


26

kelompok kader Posyandu Wijaya Kusuma adalah 12 orang kader Posyandu


Wijaya Kusma 1 dan 8 orang kader Posyandu Wijaya Kusuma 2.

3.2.2. Gambaran Lokasi Studi Pendahuluan


Secara geografis kedua Posyandu Wijaya Kusuma terletak di wilayah RW
03 Kelurahan Cipinang Melayu Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Kegiatan
Posyandu Wijaya Kusuma 1 dilaksanakan di ruang serbaguna kantor sekretariat
RW 03 dan Posyandu Wijaya Kusuma 2 dilaksanakan di Pos Rt 13 Rw 03.

Gambar 3.1 Peta RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu Makasar Jakarta TimurGambar


Sumber : Google Maps (2018)

3.2.3. Gambaran Posyandu WK RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu


Posyandu Wijaya Kusuma (WK) 1 dan Posyandu Wijaya Kusuma (WK) 2
menyelenggarakan hari buka layanan kesehatan pada waktu yang bersamaan
dengan lokasi yang berbeda. Cakupan balita secara keseluruhan di masing-masing
posyandu adalah 220 balita untuk posyandu WK 1 dan 105 balita untuk posyandu
WK 2. Rata-rata kunjungan balita di Posyandu WK 1 adalah 70% dan Posyandu
WK 2 adalah 60%. Total bayi balita secara keseluruhan di wilayah RW 03 adalah
325 bayi-balita. Kader yang berpartisipasi aktif setiap hari buka layanan di
Posyandu WK 1 adalah 90% kehadiran dan di Posyandu WK 2 adalah 80%
kehadiran. Partisipasi aktif kader pada saat perencanaan dan evaluasi kegiatan
kurang dari 50% di kedua Posyandu tersebut. Latar belakang sosial ekonomi para
kader adalah kelas bawah, pekerjaan mereka ibu rumahtangga, dan pendidikan
terakhir para kader sebagian besar SMA. Kedua kelompok kader posyandu

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


27

melaporkan hasil penyelenggaraan kegiatan kepada ketua RW 03 Cipinang


Melayu, Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu dan Kelurahan Cipinang
Melayu.

Posyandu WK 1 Posyandu WK2

Gambar 3.2 Jarak antara Posyandu Wijaya Kusuma 1 dan Posyandu Wijaya Kusuma 2

3.2.4. Gambaran Demografi Partisipan


Partisipan adalah key informan Posyandu Kelurahan Cipinang Melayu dan
Kelompok Kader Posyandu WK 1 serta Kelompok Posyandu WK 2. Key
informan terdiri dari: (a) Bidan Pembina Posyandu Puskesmas Kelurahan
Cipinang Melayu, (b) Ketua Pokja Posyandu Kelurahan Cipinang Melayu, (c)
Ketua RW 03, (d) Ibu balita yang berkunjung ke posyandu, dan (e) ibu balita yang
tidak berkunjung ke posyandu. Kelompok Kader Posyandu WK 1 terdiri dari 8
kader dan Kelompok Kader Posyandu WK 2 terdiri dari 8 orang kader. Total
partisipan adalah 21 orang. Berikut tabel gambaran demografi partisipan studi :

Tabel 3.1 Gambaran Partisipan berdasarkan Usia, Latarbelakang Pendidikan dan Masa
Kerja

Data Demografi Key informan Posyandu WK 1 Posyandu WK 2


Rentang Usia :
31 – 40 tahun 3 1 0
41 – 50 tahun 0 5 4
> 50 tahun 2 2 4

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


28

Jenjang Pendidikan:
SMP 0 2 3
SMA 4 6 5
Perguruan Tinggi 1 0 0
Pekerjaan :
Wiraswasta 1 0 0
PNS 1 0 0
Ibu rumah tangga 3 8 8
Masa Kerja sebagai kader :
< 1 tahun 2 1
1 – 5 tahun 2 2
6 – 10 tahun 0 1
11 – 15 tahun 3 2
15 – 20 tahun 0 2
> 21 tahun 1 0

3.3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengambilan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif melalui
wawancara individu dan wawancara kelompok Focuss Group Discussion (FGD),
observasi langsung terhadap perilaku kerja tim kelompok kader posyandu, dan
pengisian kuesioner. Setelah mendapatkan informasi awal secara kualitatif,
selanjutnya dilakukan pengumpulan data secara kuantitatif untuk membuat
rumusan permasalahan yang terjadi dan indikator-indikator yang dapat
mendukung perubahan perilaku kelompok tersebut. Berikut penjelasan metode
dalam pengambilan data studi pendahuluan kerja tim Kelompok Kader Posyandu
WK RW 03 Cipinang Melayu :
a. Observasi: merupakan metode pengukuran yang melibatkan aktivitas
memperhatikan dan merekam tindakan individu maupun kelompok
(Forsyth, 2010). Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data
awal mengenai perilaku kerja tim kader Posyandu WK 1 dan Posyandu WK
2. Peneliti melakukan non-participant observation dengan mengikuti
aktivitas kegiatan pada saat hari buka posyandu dan pada saat pertemuan
rutin Ikatan Kader Kesehatan (Ikakes) Kelurahan Cipinang Melayu, hasil
observasi dicatat dalam bentuk narasi dan skala mengenai kinerja tim yang
diadaptasi dari Thompson dkk. (2009). Panduan observasi terlampir pada
Lampiran 1.5
b. Wawancara: yakni melakukan percakapan atau tanya jawab yang diarahkan
untuk mencapai suatu tujuan (Poerwandari, 2005). Peneliti melakukan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


29

wawancara untuk mendapatkan pengetahuan yang dipahami mengenai kerja


tim di Posyandu WK 1 dan Posyandu WK 2. Wawancara secara individu
dilakukan dengan menggunakan acuan daftar pertanyaan terlampir pada
Lampiran 1.6 untuk mengingatkan peneliti mengenai aktivitas posyandu di
Kelurahan Cipinang Melayu, cara kerja kelompok kader posyandu, bentuk
pengembangan potensi kader-kader posyandu, pendampingan, bentuk
monitoring evaluasi kegiatan posyandu, dan dukungan pemerintah serta
partisipasi masyarakat pada kegiatan posyandu. Wawancara dilakukan
terhadap key informan dilaksanakan pada waktu yang berbeda-beda untuk
masing-masing partisipan. Hasil wawancara berupa transkrip yang
digunakan oleh peneliti sebagai data sekunder.
c. Focuss Group Discussions (FGD): adalah tek3nik pengumpulan data
melalui wawancara secara berkelompok, yang dipilih membahas topik atau
isu tertentu secara mendalam, difasilitasi oleh moderator, profesional
eksternal. Metode ini berfungsi untuk menyampaikan sikap dan persepsi,
pengetahuan, pengalaman, dan praktik peserta, dibagikan dalam interaksi
dengan orang-orang yang berbeda (Kumar, 2005). Peneliti melaksanakan
FGD untuk melengkapi informasi mengenai kerja tim pada kelompok kader
Posyandu WK 1 dan Posyandu WK 2 dengan menggunakan Panduan
Pertanyaan untuk diskusi kelompok dan hasil diskusi berupa transkrip
terlampir pada Lampiran 3.
d. Kuesioner self-report: pengukuran dengan self report adalah untuk
mengetahui apa yang dipikirkan anggota kelompok (atau individu), apa
yang dirasakan, atau apa yang direncanakan (Forsyth, 2010). Peneliti
menggunakan kuesioner self-report yang diadaptasi dari Aguado dkk.
(2014) untuk mendapatkan pelaporan langsung mengenai persepsi dan kader
sebagai anggota kelompok Posyandu mengenai kerja tim terlampir pada
Lampiran 1.7. Untuk mengetahui pemahaman kader mengenai tugas dan
kinerja kelompok kader posyandu, peneliti menggunakan kuesioner self-
report dalam bentuk pertanyaan terbuka dan tertutup. Kuesioner
menggunakan media kertas dan dibagikan kepada para kader di Posyandu

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


30

WK 1 dan Posyandu WK 2, di lokasi masing-masing dengan bantuan


asisten peneliti.

3.4. Instrumen Studi Pendahuluan


Dalam studi pendahuluan, peneliti menggunakan alat ukur penilaian kinerja
tim untuk menentukan apakah kelompok yang akan diintervensi memerlukan
perbaikan kinerja atau tidak. Kinerja tim dinilai berdasarkan kerja tim, sehingga
peneliti menilai lebih lanjut kerja tim kelompok kader posyandu dengan
menggunakan alat ukur kompetensi kerja tim untuk mengetahui dengan lebih
tepat dan akurat, permasalahan utama yang terjadi dalam kelompok kader
posyandu.

3.4.1. Lembar Pengamatan Kinerja Kelompok


Untuk menguatkan hasil pengamatan peneliti dan wawancara mengenai
kinerja kelompok Posyandu, peneliti menggunakan alat ukur team performance
scale yakni lembar pengamatan perilaku kelompok yang diadaptasi dari
Thompson dkk. (2009), terdiri dari 18 item pernyataan. Skor TPS tim dihitung
berdasarkan skor rata-rata semua anggota tim dengan menjumlahkan 18 item team
performance scale. Penilaian menggunakan skala Likert, diisi dengan memberi
tanda checklist (√) pada kolom yang sudah disediakan, rentang 1 (Tidak Pernah)
sampai dengan 4 (Selalu). Data yang diterima dakan diinterpretasikan dengan
ketentuan sebagai berikut : (a) Skor rata-rata 1- 2=Perlu perbaikan, maknanya
kelompok perlu membangun efektivitas tim; (b) Skor rata-rata 3=Bekerja dengan
baik, maknanya kelompok terus bekerja dalam kerja tim; (c) Skor rata-rata
4=Kerja bagus, maknanyan kelompok sudah bekerja dalam tim dengan baik. Item-
item yang sudah diadaptasi terlampir pada lampiran 6.
Sebelum digunakan lembar pengamatan di uji terlebih dahulu melalui uji
keterbacaan pada 3 orang mahasiswi pasca sarjana Psikologi Terapan dan Sains
Universitas Indonesia. Reliabilitas lembar pengamatan antar penilai diuji dengan
Interrater reliability untuk menetapkan skor yang sama pada variabel yang sama
dari para pengumpul data (McHugh, 2012). Metode pengukuran yang digunakan
berdasarkan rumus Shaugnessy, Zechmeister dan Zechmeister (2000), yakni

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


31

jumlah item yang sesuai antar observer dibagi jumlah seluruh item kemudian
dikalikan 100%. Apabila hasil observasi yang dihitung dengan rumus tersebut
menunjukkan 85% kesesuaian hasil observasi antar-observer maka instrumen
tersebut dapat dikatakan reliabel. Apabila kurang dari 85%, maka alat ukur
tersebut tidak dapat dikatakan reliabel. Hasilnya menunjukkan kesesuaian antara
observer 1 dan observer 2 sebesar 90%, sehingga lembar pengamatan tersebut
dapat dikatakan reliabel karena telah melebihi batas minimal 85%. Uji validitas
alat ukur menggunakan tehnik statistic corrected item-total correlation didapatkan
koefisien reabilitas cronbach’s alpha sebesar 0.911, terdapat dua (2) item yang
tidak valid namun masih tetap digunakan yakni item nomor 2 dan 13. Alasan tetap
digunakannya kedua item tersebut, dikarenakan nilainya mendekati 0.541.

3.4.2. Kuesioner Kompetensi Kerja Tim


Penilaian kompetensi komunikasi kerja tim menggunakan kuesioner
Teamwork Competency Test. Cara pengisian kuesioner dengan memberi tanda
checklist (√) pada kolom item pernyataan, skala 1-4 yang bermakna: 1=tidak
pernah; 2=hampir tidak pernah; 3=pernah; 4=selalu. Skor minimal yang
kemungkinan diperoleh adalah 10 dan skor maksimal yang kemungkinan
diperoleh adalah 40. Item-item kuesioner kompetensi komunikasi kerja tim yang
sudah diadaptasi terlampir pada Lampiran 1.7. Pengamatan terhadap keterampilan
komunikasi kerja tim menggunakan 17 indikator pengamatan yang diadaptasi
dari teamwork competency test terlampir pada Lampiran 1.8. Hasil uji reliabilitas
menunjukkan koefisien cronbach’s alpha sebesar 0.938 dan terdapat 8 item yang
tidak valid yakni item nomor 11, 20, 21, 29, 30, 31, 32, 34, 36, namun tetap
digunakan karena nilainya masih mendekati nilai batas signifikansi sebesar 0.541.
Uji reliabilitas lembar pengamatan keterampilan komunikasi interpersonal
menunjukkan kesesuaian antara observer 1 dan observer 2 sebesar 90%.

3.5. Teknik Analisis Hasil Data


Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif untuk
mengeskplorasi permasalahan lebih tepat dan akurat dalam kelompok kader
Posyandu Wijaya Kusuma.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


32

3.6. Pelaksanaan Studi Pendahuluan


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada studi
pendahuluan terbagi dalam 4 metode yang dilaksanakan secara bertahap. Berikut
gambaran proses pengambilan data kerja tim Kelompok Kader Posyandu WK RW
03 Cipinang Melayu :

Tabel 3.2 Gambaran Proses Pengambilan Data Studi Pendahuluan

Metode Tempat Tanggal Partisipan

Saat pertemuan rutin seluruh Ketua posyandu WK 1 dan WK 2,


28 Maret 2018
Posyandu Kelurahan Cipinang Ketua Pokja Posyandu Kelurahan,
28 April 2018
Observasi Melayu Bidan Pembina Posyandu
15 Februari 2018
Saat hari buka layanan Kelompok kader Posyandu WK 1
15 Maret 2018
kesehatan dan Posyandu WK 2
19 April 2018
Di Posyandu WK 1 3 Mei 2018 Ketua Posyandu WK 1

Di Posyandu WK 2 4 Mei 2018 Ketua Posyandu WK 2


Di Puskesmas Kelurahan
16 Mei 2018 Bidan Pembina Posyandu
Cipinang Melayu
Wawancara Di kantor PKK Kelurahan
16 Mei 2018 Ketua Pokja Posyandu Kelurahan
Cipinang Melayu
Ibu balita yang berkunjung ke
Di Posyandu WK 1 17 Mei 2018
Posyandu
Ibu balita yang tidak mengunjungi
Saat kunjungan rumah 17 Mei 2018
Posyandu

FGD Di ruang serbaguna kantor - 5 kader Pos WK 1


26 Juni 2018
RW 03 - 3 kader Pos WK 2

Kuesioner Saat hari buka layanan Kelompok kader Posyandu WK 1


19 Juli 2018
kesehatan dan Posyandu WK 2

Hasil observasi saat pertemuan rutin seluruh kader posyandu di Puskesmas


dan Kelurahan Cipinang Melayu didokumentasikan dalam bentuk catatan singkat.
Observasi saat buka layanan kesehatan peneliti menggunakan lembar pengamatan
kinerja tim yang terdiri dari 18 indikator pengamatan dibantu oleh 2 mahasiswi
Pascasarjana Psikologi Terapan dan 1 Bidan Puskesmas. Pengamatan kinerja tim
kelompok kader Posyandu WK 1 dilakukan oleh Peneliti dan 1 Mahasiswi
Psikologi. Pengamatan terhadap kelompok kader Posyandu WK 2 dilakukan oleh
Bidan Puskesmas dan 1 Mahasiswi Psikologi.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


33

Wawancara kepada key informan dilakukan sendiri oleh peneliti dengan


membuat janji pertemuan terlebih dahulu secara bergantian. Wawancara pertama
dilakukan kepada Bidan Pembina Posyandu, dengan mengacu pada 9 pertanyaan.
Wawancara kepada ketua Pokja Posyandu Kelurahan mengacu pada 6 pertanyaan.
Wawancara kepada ketua Posyandu WK 1 dan Posyandu WK 2 secara terpisah
mengacu pada 15 pertanyaan. Wawancara kepada para ibu balita yang
mengunjungi serta tidak mengunjungi posyandu mengacu pada 7 pertanyaan.
Wawancara kepada para kader kelompok Posyandu WK dilakukan melalui
kegiatan FGD selama 2 jam. Diskusi berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan
posyandu dimulai dari kegiatan pertemuan rutin untuk perencanaan dan evaluasi
kegiatan posyandu, termasuk pengembangan kegiatan dan pengembangan
keterampilan para kader.
Kuesioner mengenai pemahaman kader terhadap tugas dan kinerja
kelompok posyandu serta mengenai kerja tim diberikan kepada kelompok
Posyandu WK 1 dan Posyandu WK 2, setiap kader kelompok mengisi kuesioner
pemahaman kinerja kelompok posyandu yang terdiri dari 9 pertanyaan terbuka
dan 27 pertanyaan tertutup, sedangkan untuk kuesioner mengenai kerja tim yang
terdiri dari 36 item pernyataan diisi dengan terlebih dahulu dibacakan setiap
itemnya oleh peneliti. Pengisian kuesioner di Posyandu WK 2 dibantu oleh asisten
peneliti yang sudah mendapatkan arahan sebelumnya. Setiap kuesioner diberi
nama dan dimasukkan dalam amplop yang disediakan untuk setiap partisipan
disertakan dengan lembar informed consent yang sudah ditandatangani.

3.7. Ringkasan Hasil Analisis Studi Pendahuluan


3.7.1. Hasil Analisis Data Kualitatif
Dari hasil observasi pada Kelompok Posyandu WK 1 dan Posyandu WK 2
saat pertemuan seluruh posyandu di Kelurahan dan Puskesmas Cipinang Melayu
diketahui bahwa para kader memiliki tugas yang harus diselesaikan, namun tidak
merasa memiliki tanggungjawab atas hasil kader yang lain. Mereka juga tidak
terlibat dalam tugas secara berkelompok dan hanya fokus pada performa individu.
Berdasarkan hasil pengamatan menggunakan lembar pengamatan diketahui
bahwa, rata-rata skor performa tim kelompok kader Posyandu WK 1 adalah 2.17,

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


34

dan Posyandu WK 2 adalah 2.10. Skala penilaian 1-4 dengan total skor 18, dan
dikategorikan dalam 3 penilaian sebagai berikut: (a) rata-rata skor 1-2=perlu
perbaikan, (b) rata-rata skor 3= bekerja dengan baik, (c) rata-rata skor 4=kerja
bagus. Kesimpulan dari hasil penilaian oleh para observer menunjukkan rata-rata
skor 2, yang artinya, kedua kelompok kader posyandu tersebut memerlukan
intervensi untuk perbaikan kinerja tim. Kesesuaian pengamatan antara observer 1
dan observer 2 pada Pos WK 1 sebesar 94% dan pada Pos WK 2 sebesar 89%.
Kemudian dari hasil wawancara dengan Bidan Pembina Posyandu
Puskesmas Kelurahan dan Ketua Pokja Posyandu Kelurahan diketahui bahwa,
kinerja posyandu yang selama ini menjadi penilaian hanya terbatas pada hasil
cakupan kunjungan bayi/balita pada saat hari buka, kenaikan berat badan
bayi/balita pada saat kunjungan, bayi/balita yang tidak hadir ke posyandu,
cakupan imunisasi, kehadiran para kader dan tenaga kesehatan. Tidak ada
penilaian khusus mengenai pengetahuan, keahlian dan keterampilan kader yang
dibutuhkan untuk kerja tim. Penilaian kerja tim dalam kinerja posyandu belum
menjadi perhatian dari para pengelola posyandu, karena target penyelenggaraan
posyandu lebih kepada angka kunjungan dan cakupan layanan. Para kader tidak
mengetahui sepenuhnya kerja mereka sebagai sebuah tim dan tidak memahami
pentingnya kerja tim untuk efektivitas kinerja kelompok mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para ketua kelompok Posyandu WK
diketahui bahwa, penyelenggaraan posyandu hanya fokus pada pelaksanaan hari
buka posyandu, belum ada pertemuan sebelum dan sesudah pelaksanaan hari
buka, untuk monitoring dan evaluasi setiap bulannya. Bentuk pelaporan dan
evaluasi yang ada berupa dokumen pencatatan yang disediakan oleh puskesmas
dan penanggungjawab posyandu kelurahan. Pertemaun koordinasi bulanan
seluruh posyandu se-kelurahan, dilaksanakan setiap bulan di puskesmas atau di
kelurahan dengan didampingi oleh pembina dan penanggungajwab posyandu
kelurahan. Hasil FGD menunjukkan bahwa, kader-kader posyandu belum terlibat
banyak dalam program posyandu karena merasa belum memiliki cukup
kemampuan untuk memberikan informasi-informasi kesehatan kepada
masyarakat, khususnya para ibu balita. Mereka juga belum memahami cara
berbicara dengan masyarakat mengenai info tersebut, baik ketika hari buka

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


35

posyandu maupun diluar hari buka posyandu. Sebagai tim, mereka tidak memiliki
jadwal pertemuan rutin untuk merencanakan, memantau dan mengevaluasi hasil
kegiatan posyandu setiap bulannya. Persiapan sebelum dan sesudah pelaksanaan
hari buka diserahkan pada ketua dan mantan ketua posyandu. Kegiatan tambahan
lainnya seperti, BKB-PAUD dilaksanakan oleh kader lain diluar Posyandu.
Pembekalan bagi para kader posyandu dalam bentuk pelatihan atau workshop
jarang diperoleh. Ketika ada pelatihan, biasanyahanya perwakilan kader saja yang
diikutsertakan.

3.7.2. Hasil Analisis Data Kualitatif


Analisis data kuantitatif berdasarkan data kuesioner team performance scale
dan teamwork competency test. Hasil dari team performance scale diketahui
bahwa, skor rata-rata kinerja kelompok adalah 2.17 untuk Posyandu Wk 1 dan
2.10 untuk Posyandu WK 2. Mengacu pada kriteria penilaian skor rata-rata team
performance scale, maknanya kedua kelompok tersebut membutuhkan perbaikan
kinerja tim. Gambaran skor rata-rata kinerja kelompok Posyandu WK 1 dan
Posyandu WK 2 dapat dilihat pada diagram 3.1 berikut ini.

Hasil Pengamatan Kinerja Tim


Posyandu Wijaya Kusuma 1 Posyandu Wijaya Kusuma 2
1,78

1,72 1,72

1,67

Observer 1 Observer 2

Diagram 3.1 Gambaran Hasil Pengamatan Kinerja Kelompok Posyandu Wijaya Kusuma 1
dan Posyandu Wijaya Kusuma 2

Dari hasil penilaian kinerja kelompok diketahui ada kebutuhan bagi


kelompok kader posyandu untuk memperbaiki kinerja tim mereka, dengan melihat
bagaimana cara kerja tim mereka bekerja. Untuk itu peneliti berusaha memperoleh
gambaran kerja tim kelompok kader posyandu dengan menggunakan teamwork

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


36

competency test. Hasilnya diketahui, dari 3 kompetensi interpersonal kerja tim,


kompetensi komunikasi sebagai kompetensi utama interaksi dan kerjasama
anggota tim mendapat skor terendah, 2.89 pada Posyandu WK 1 dan 2.08 pada
Posyandu WK 2. Gambaran skor kompetensi kerja tim kelompok kader Posyandu
WK 1 dan Posyandu WK 2 dapat dilihat pada diagram 3.2 berikut ini.

3,50
3,00
2,50
2,00
1,50 Posyandu WK 1
1,00
0,50 Posyandu WK 2
0,00
Rsolusi Komunikasi Colaborative
Konflik Problem
Solving

Diagram 3.2 Gambaran Skor Kompetensi Kerja Tim kelompok Kader Posyandu Wijaya
Kusuma 1 dan Posyandu Wijaya Kusuma 2

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


BAB 4
METODE INTERVENSI

Bab ini menjelaslan desain penelitian intervensi, pemilihan partisipan yang


akan diintervensi, definisi variabel penelitian intervensi, prosedur pelaksanaan
intervensi pelatihan komunikasi interpersonal berbasis kompetensi, rancangan
intervensi, teknik analisis hasil intervensi, dan indikator-indikator yang diukur
dalam penelitian intervensi.

4.1. Desain Intervensi


Desain intervensi ini adalah field experimental design, tujuannya adalah
untuk melihat hubungan sebab akibat dengan mengamati fenomena dan mencoba
menetapkan penyebabnya. Intervensi dilakukan pada setting natural environment,
after and before with control design, tujuannya untuk melihat pengaruh intervensi
dengan membandingkan perubahan skor hasil pada kelompok eksperimen dengan
perubahan skor pada kelompok kontrol (Kumar, 2005).

Kelompok Kelompok
Eksperimen Intervensi Eksperimen
Sebelum Sesudah

Bandingkan

Kelompok Kelompok
Kontrol Kontrol
Sebelum Sesudah

Gambar 4.1 Field Experimental After and Before with Control Design Scheme

37 Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


38

4.2. Partisipan Intervensi


4.2.1. Kriteria Partisipan
Populasi dari penelitian ini adalah kelompok kader posyandu yang belum
pernah mengikuti pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal di Kelurahan
Cipinang Melayu, rentang usia para kader adalah 30 hingga 55 tahun, latar
belakang pendidikan terakhir SMP atau SMA, dan masa kerja lebih dari setahun.
Diakui oleh Kelurahan dan Puskesmas sebagai kader posyandu, menyatakan
kesediaannya untuk berpartisipasi dan menandatangani lembar informed consent.

4.2.2. Metode Pemilihan Partisipan


Sampel dalam penelitian ini diambil secara non-probability sampling
dengan tipe purposive sampling. Sampel ini sebelumnya sudah direncanakan oleh
peneliti dan sudah mendapatkan ijin dari pimpinan wilayah sebagai penanggung
jawab program posyandu. Partisipan dalam penelitian ini adalah Kelompok Kader
Posyandu WK 1, berjumlah 8 orang kader dan Kelompok Kader Posyandu WK 2,
berjumlah 8 orang kader. Posyandu WK 1 dipilih sebagai kelompok eksperimen
dan Posyandu WK 2 dipilih sebagai kelompok kontrol. Berikut komposisi
partisipan penelitian:

Tabel 4.1 Komposisi Partisipan Penelitian

Posisi Posyandu WK I Posyandu WK II


Ketua 1 orang 1 orang
Sekertaris 1 orang 1 orang
Bendahara 1 orang 1 orang
Anggota 5 orang 5 orang

4.3. Variabel Penelitian


Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah keterampilan
komunikasi interpersonal kader posyandu dan keterampilan komunikasi kerja tim
kelompok kader posyandu.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


39

4.3.1. Variabel Independen


Variabel independen yang diukur dalam penelitian ini adalah keterampilan
komunikasi interpersonal kader posyandu. Definisi operasionalnya adalah
keterampilan komunikasi antara dua orang kader atau diantara kelompok kader
yang sifatnya pribadi dan terlibat dalam hubungan dekat, saling bergantung serta
saling mempengaruhi dalam berinteraksi.

4.3.2. Variabel Dependen


Variabel dependen yang diukur dalam penelitian ini adalah keterampilan
komunikasi kerja tim kelompok kader posyandu. Definisi operasionalnya adalah
keterampilan komunikasi dalam kerja tim kelompok kader posyandu.

Pre-Test Post-Test

Keterampilan Keterampilan
Intervensi
Komunikasi Komunikasi Kerja
Pelatihan
Interpersonal Tim

Gambar 4.2 Kerangka Konseptual Intervensi

4.4. Prosedur Intervensi


Setelah menentukan teknik intervensi yang akan digunakan, peneliti
menyusun rundown dan materi pelatihan komunikasi interpersonal berbasis
kompetensi bagi para kader posyandu, dan mengajukan kaji etik kepada Komite
Etik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia untuk dilaksanakannya intervensi
tersebut. Waktu pelaksanaan intervensi direncanakan pada tanggal 13-14
November 2018 bertempat di ruang serbaguna Kantor Sekertariat RW 03
Cipinang Melayu-Makasar Jakarta Timur. Berikut tahapan pelaksanaan intervensi:
a. Meminta ijin kepada Ketua RW 03 Cipinang Melayu dan Bidan Pembina
Posyandu untuk melaksanakan intervensi, sekaligus meminta kesediaan
mereka untuk memberikan sambutan pada saat hari pelaksanaan pelatihan.
b. Menghubungi pihak-pihak terkait yang akan dilibatkan dalam proses
pelatihan, seperti para fasilitator, asisten fasilitator dan para observer, serta

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


40

menyusun persiapan briefing secara tatap muka dan online via whatsapp
group.
c. Menyusun form checklist perlengkapan dan peralatan pelatihan.
d. Memberikan lembar Informed consent kepada para partisipan dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
e. Memberikan lembar kuesioner pre-test kompetensi komunikasi
interpersonal di lokasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara
bersamaan. Peneliti dibantu oleh 3 orang pendamping peneliti untuk
melakukan pre-test.
f. Melaksanakan intervensi mengacu pada rundown dan materi pelatihan.
g. Melakukan debriefing kepada partisipan diakhir sesi pelatihan.
h. Melakukan post-test 1 dengan meminta partisipan dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol mengisi kuesioner kompetensi
komunikasi interpersonal serta kuesioner pemahaman kinerja kelompok
posyandu. Pengamatan perilaku komunikasi interpersonal terhadap
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh 2 orang
observer menggunakan behavioral checklist, sehari setelah pelaksanaan
pelatihan.
i. Memberikan sertifikat penghargaan kepada peserta atas kesediaannya
berpartisipasi dalam pelatihan setelah pelaksanaan post-test 1.
j. Melakukan post-test 2 hanya pada kelompok eksperimen dan meminta
partisipan mengisi kuesioner kompetensi komunikasi interpersonal serta
kompetensi komunikasi kerja tim. Pengamatan terhadap kompetensi
komunikasi interpersonal dan kompetensi komunikasi kerja tim dengan
menggunakan behavioral checklist, yang diisi oleh 2 observer.
k. Data yang diperoleh lalu dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan
membandingkan hasil pre-test dengan post-test 1, dan post-test 1 dengan
post-test 2, untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor. Uji statistik
dilakukan untuk mengetahui signifikansi peningkatan skor tersebut.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


41

Kelompok 8 13-14 15 28
November November November November
Eksperimen 2018 2018 2018 2018
• Pre-test • Intervensi • Pos-test 1 • Post-test 2
Pelatihan
8 15
Kelompok Non
November Intervention November
Kontrol 2018 2018
• Pre-test • Post-test 1

Gambar 4.3 Skema Timeline Intervensi Pelatihan

4.5. Rundown Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal


Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal menggunakan 4 siklus
experiential learning dengan tipe classroom-based, sebagai berikut : (a) Concrete
experience, yaitu partisipan mendapatkan pengalaman nyata melalui berbagai
diskusi mengenai dimensi komunikasi interpersonal dan komunikasi kerja tim, (b)
Reflective observation, yaitu partisipan merefleksikan, menceritakan, atau
mengungkapkan kembali pengalaman nyata yang dimiliki masing-masing
partisipan mengenai dimensi komunikasi interpersonal dan komunikasi dalam
kerja tim, (c) Abstract conceptualization, yaitu partisipan diajak untuk
mendiskusikan dimensi kompetensi komunikasi interpersonal dan kompetensi
komunikasi kerja tim secara lebih spesifik, jelas, dan mudah untuk dilaksanakan,
(d) Active experimentation, yaitu partisipan melatih kompetensi mereka dalam
dalam bentuk simulasi. Total waktu pembelajaran 12 jam, terbagi dalam 5 sesi,
dan dilaksanakan selama dua hari. Berikut rundown rancangan pembelajaran
Pelatihan Komunikasi Interpersonal berbasis Kompetensi.

Tabel 4.2 Rundown Pelatihan Komunikasi Interpersonal

Hari ke 1 : 13 November 2018


Waktu Kegiatan Materi Metode
Pkl.08.30-09.00 Sambutan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


42

Pkl.09.00-09.50 Orientasi 1. Perkenalan peserta dan fasilitator Games, presentasi,


Pelatihan 2. Pembentukan kelompok mengisi kuesioner
3. Kesepakatan tata tertib pelatihan selama 2
hari kedepan
4. Penyampaian tujuan pembelajaran
5. Pre-test pertanyaan pemahaman mengenai
kerja tim dan kompetensi komunikasi

Pkl.09.50-10.00 Coffee break


Brainstorming,
1. Definisi kerja tim diskusi, bermain
Kompetensi
Pkl.10.00-12.00 2. Efektivitas kerja tim peran, presentasi,
kerja tim
3. Keterampilan komunikasi kerja tim menonton video,
games, simulasi
Pkl.12.00-13.00 ISHOMA
Brainstorming,
Kinerja
diskusi, bermain
kelompok dan 1. 3 kegiatan utama posyandu
Pkl.13.00-14.40 peran, presentasi,
tugas kader 2. Tugas kader posyandu
menonton video,
Posyandu
simulasi
1. Evaluasi pembelajaran
Pkl.14.40-15.10 Penutupan 2. Penyampaian rencana pelathan hari ke 2 Presentasi, diskusi
3. Doa penutup

Pelatihan hari ke 2 : 14 November 2018

Review Rangkuman kerja tim dan keterampilan


Pkl.08.30-09.00 Presentasi, diskusi
Pembelajaran komunikasi kerja tim

Pkl.09.00-09.10 Coffee break

Brainstorming,
Keterampilan 1. Keterampilan interpersonal
diskusi, bermain peran,
Pkl.09.10-11.10 Komunikasi 2. 5 keterampilan komunikasi
presentasi, studi kasus,
Interpersonal interpersonal
simulasi

Pkl.11.10-12.10 ISHOMA

Lanjutan
Keterampilan 5 dimensi keterampilan komunikasi Bermain peran, studi
Pkl.12.10-14.30
Komunikasi interpersonal kasus, simulasi
Interpersonal
1. Post-test pertanyaan pemahaman kerja
tim dan komunikasi kerja tim
2. Evaluasi hasil kegiatan pelatihan
Presentasi, diskusi,
Pkl.14.30-15.00 Penutup selama 2 hari
pengisian kuesioner
3. Penyampaian rencana tindaklanjut
pasca pelatihan
4. Doa penutup

4.6. Instrumen Intervensi


Penilaian keterampilan komunikasi interpersonal kader posyandu
menggunakan kuesioner Interpersonal Communication Competency Scale (ICCS)

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


43

yang diadaptasi dari Rubin dan Martin (1994) dan disesuaikan dengan
latarbelakang partisipan. ICCS merupakan alat ukur laporan diri yang singkat dan
menyeluruh dari 10 keterampilan komunikasi interpersonal yang menekankan
pada hubungan antara perilaku secara tepat dan efektif untuk mencapai tujuan
komunikasi dengan cara prososial. ICCS menggunakan respon skala Likert 1–4,
dengan pemaknaannya adalah, 1=tidak pernah; 2=hampir tidak pernah; 3=pernah;
dan 4=selalu. Cara pengisiannya dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom
pernyataan. Skor minimal yang kemungkinan diperoleh adalah 30 dan skor
maksimal yang kemungkinan diperoleh adalah 120. Semakin tinggi skor ICCS
pada tiap dimensinya, maka semakin tinggi pula skor dimensi tersebut. Item-item
kuesioner ICCS yang sudah diadaptasi terlampir pada Lampiran 2.3 Bagian 1.
Pengamatan terhadap perilaku komunikasi interpersonal kader posyandu
juga dilakukan oleh peneliti sendiri dan salah seorang mahasiswa pascasarjana
psikologi intervensi sosial, dengan tujuan untuk menguatkan hasil skoring
kuesioner ICCS yang diisi oleh partisipan Lembar pengamatan diisi dengan
memberi tanda checklist (√) pada kolom pilihan skor, skala 0-2 yang bermakna:
0=tidak dilakukan; 1=jarang dilakukan; 2=selalu dilakukan. Jumlah item
pengamatan sebanyak 10 item, terlampir pada Lampiran 2.3 Bagian 2. Kuesioner
ICCS yang akan digunakan diuji terlebih dahulu reliabilitas dan validitasnya
melalui uji coba pada 13 orang kader yang memiliki kemiripan karakteristik
dengan para partisipan. Waktu yang diperlukan untuk melakukan uji coba ini
adalah sekitar dua hari. Hasil uji coba didapatkan koefisien reliabilitas cronbach’s
alpha sebesar 0.939. Terdapat 6 item yang tidak valid yakni item nomor 5, 8, 9,
24, 27, dan 28, namun item ini tetap digunakan karena nilainya masih mendekati
nilai batas signifikansi sebesar 0,541. Uji reliabilitas lembar pengamatan
menunjukkan kesesuaian antara observer 1 dan observer 2 sebesar 90%.
Penilaian keterampilan komunikasi kerja tim diukur dengan menggunakan
kuesioner Teamwork Competency Test yang digunakan pada studi pendahuluan.

4.7. Teknik Analisis Hasil Intervensi


Data hasil intervensi kuantitatif di analisis untuk melihat ada atau tidaknya
peninnngkatan skor Interpersonal Communication Competency Scale dan skor

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


44

Teamwork Competency Test sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan


keterampilan komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen. Hasilnya
dibandingnkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat intervensi
pelatihan. Uji signifikansi hasil skor pre-test dan post-test keterampilan
komunikasi interpersonal dengan menggunakan uji Paired Sample T-test dan uji
signifikansi hasil skor pre-test dan post-test keterampilan komunikasi kerja tim
dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Hubungan antara skor
keterampilan komunikasi interpersonal dengan skor keterampilan komunikasi
kerja tim dianalisis dengan menggunakan uji Pearson Correlation.

4.8. Indikator Evaluasi Intervensi


Indikator evaluasi hasil intervensi dengan melihat adanya peningkatan skor
pre-test dan post-test keterampilan komunikasi interpersonal dan hasil skor
keterampilan komunikasi kerja tim, sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Hasil skor kelompok eksperimen
dibandingkan dengan hasil skor kelompok kontrol sebagai penguat hasil skor dari
kelompok eksperimen. Peningkatan skor pada keterampilan komunikasi
interpersonal pada partisipan lebih dikuatkan dengan hasil observasi oleh para
observer dan wawancara oleh peneliti untuk mengetahui pendapat partisipan
mengenai perubahan yang dirasakan sebelum dan sesudah mendapat intervensi
pelatihan.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


BAB 5
HASIL INTERVENSI

Bab ini menjelaskan proses pelaksanaan intervensi pelatihan, deskripsi


demografis partisipan, ringkasan hasil intervensi pelatihan, hasil pengujian
hipotesis intervensi, dan evaluasi hasil intervensi berdasarkan data pengukuran
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

5.1. Gambaran Partisipan Intervensi


Partisipan intervensi berjumlah 8 orang kader posyandu pada hari pertama,
dan berkurang menjadi 7 orang pada hari kedua, dikarenakan salah satu patisipan
tersebut sakit sehingga tidak bisa melanjutkan pelatihan. Para kader berdomsili di
wilayah RW 03 Cipinang Melayu, pekerjaan mereka adalah ibu rumahtangga
status sosial ekonomi rata-rata menengah kebawah. Berikut tabel gambaran
partisipan intervensi.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Partisipan

Data Demografi Frekuensi

Rentang Usia :
31 – 40 tahun 1
41 – 50 tahun 4
> 50 tahun 2

Jenjang Pendidikan :
SMP 3
SMA 4

Masa Kerja :
< 1 tahun 2
1 – 5 tahun 2
11 – 15 tahun 2
> 21 tahun 1

45 Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


46

5.2. Proses Pelaksanaan Intervensi


Pada saat pelaksanaan intervensi terjadi beberapa perubahan dari rancangan
yang telah dibuat sebelumnya. Berikut gambaran perubahan pelaksanaan
intervensi tersebut.

Tabel 5.2 Perubahan Pelaksanaan Intervensi

Perubahan Rancangan Pelaksanaan


Di rumah tokoh masyarakat,
Di ruang serbaguna Kantor Sekretariat RW
Lokasi pelaksanaan Rt.009 Rw.03 Cipinang
03 Cipinang Melayu
Melayu
Durasi waktu
12 jam efektif pembelajaran 6 jam efektif pembelajaran
Pelatihan
Ketua RW 03 dan Bidan Pembina
Sambutan Berhalangan hadir
Posyandu
Terdiri dari 5 materi, yakni : Terdiri dari 3 materi, yakni :
1. Kerja tim yang efektif dan 1. Kerja Tim yang efektif
Kompetensi Komunikasi Kerja Tim 2. Kompetensi Komunikasi
Materi Pelatihan
2. Tugas kader dan kinerja tim posyandu Kerja Tim
3. Komponen Interpersonal Komunikator 3. Kompetensi Komunikasi
4. Kompetensi Komunikasi Interpersonal Interpersonal
Jumlah peserta
8 orang selama dua hari 7 orang pada hari kedua
yang hadir

Perubahan tempat dikarenakan ruang serbaguna kantor sekretariat RW 03


akan digunakan untuk kegiatan Pos PAUD, waktu pelaksanaan berkurang menjadi
6 jam dikarenakan partisipan tidak mendapatkan ijin dari suami untuk mengikuti
pelatihan hingga sore hari. Berkurangnya waktu pembelajaran menyebabkan
materi pelatihan disesuaikan dengan ketersediaan waktu.

5.2.1. Orientasi Pelatihan


Saat sesi orientasi, partisipan dan fasiliatator saling memperkenalkan diri
melalui permainan perkenalan “nama dan gerakan”. Fasilitator kemudian
menyampaikan kontrak belajar dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan
selama 2 hari kedepan. Partisipan dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis
angka, ganjil atau genap dan membuat yel-yel penyemangat kelompok.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


47

5.2.2. Sesi 1; Kerja tim yang efektif


Fasilitator mengawali sesi kedua dengan mengajak peserta melakukan ice
breaking “Bola Estafet”, dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
dan hasil yang diharapkan setelah mengkuti pembelajaran. Tahapan pembelajaran
experiential learning sesi 1 sebagai berikut :
a. Tahap pertama : concrete experience
Pada tahap ini, fasilitator memberikan materi mengenai kerja tim dan
meminta partisipan untuk bermain peran mengenai kerja tim kegiatan hari
buka layanan kesehatan posyandu dalam kelompok kecil. Para paritisipan
kemudian diminta untuk melakukan brainstorming mengenai pengalaman
kerja tim di kelompok posyandu dan mendiskusikan hasil bermain peran
yang baru saja dilakukan dan menceritakan pengalaman yang dirasakan
kepada fasilitator serta semua partisipan.
b. Tahap kedua : reflective observation
Pada tahap ini, partisipan merefleksikan pengalaman kerja tim kelompok
posyandu selama ini hingga partisipan memperoleh suatu makna dari
pengalamannya, kemudian fasilitator memberikan feedback.
c. Tahap ketiga : abstract conceptualization
Pada tahap ini, partisipan menyimpulkan dan mengkonsep kerja tim yang
berasal dari pengamatan video mengenai kerja tim, memberi umpan balik
kepada dirinya sendiri dan paritisipan lain, memberikan penjelasan kerja tim
yang efektif, mencari solusi terhadap masalah dalam kerja tim kelompok
posyandu.
d. Tahap keempat : active experimenting
Pada tahap ini, partisipan menerapkan konsep kerja tim ke dalam sebuah
simulasi kerja tim untuk melaksanakan kegiatan hari buka layanan
posyandu.

5.2.3. Sesi 2; Kompetensi Komunikasi Kerja tim


Setelah partisipan mendapatkan pengalaman pembelajaran kerja tim yang
efektif, fasilitator menjelaskan kompetensi utama dan paling mendasar dibutuhkan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


48

dalam kerja tim, yaitu kompetensi komunikasi. Tahapan pembelajaran


pengalaman pada sesi 2 sebagai berikut :
a. Tahap pertama : concrete experience
Pada tahap ini, fasilitator memberikan materi mengenai kompetensi
komunikasi kerja tim dan mencontohkan kompetensi komunikasi kepada
peserta, misalnya bagaimana penggunaan grup whatsapp untuk
mempermudah komunikasi antar kader, dimana semua anggota terlibat
komunikasi pembahasan hasil temuan kegiatan layanan kesehatan di
posyandu, dan menggunakan sarana komunikasi ini secara tepat dan bijak;
menunjukkan gaya komunikasi yang santai, nyaman, terbuka dan suportif;
bentuk komunikasi non verbal berupa ekspresi, sentuhan, intonasi suara
yang mendukung komunikasi verbal; dan melakukan percakapan ringan dan
salam sapa setiap kali bertemu tatap muka, ataupun secara online. Fasilitator
selanjutnya meminta partisipan untuk melakukan brainstorming mengenai
proses komunikasi kelompok kader posyandu yang sudah berjalan.
Partisipan kemudian bermain peran mengenai: pertemuan untuk membahas
perencanaan dan evaluasi hari buka layanan kesehatan posyandu. Partisipan
kemudian mendiskusikan hasil bermain peran yang baru saja dilakukan dan
menceritakan pengalaman yang dirasakan kepada fasilitator serta semua
partisipan.
b. Tahap kedua : reflective observation
Pada tahap ini, merefleksikan, menceritakan, atau mengungkapkan kembali
pengalaman nyata komunikasi dalam kelompok posyandu, kemudian
fasilitator memberikan feedback.
c. Tahap ketiga : abstract conceptualization
Pada tahap ini, partisipan menyimpulkan, menyusun konsep kompetensi
komunikasi kerja tim yang berasal dari pengamatan sebelumnya mengenai
komunikasi kerja tim, memberi umpan balik kepada dirinya sendiri dan
paritisipan lain, memberikan penjelasan kerja tim yang efektif, mencari
solusi terhadap masalah dalam komunikasi kerja tim kelompok posyandu.
d. Tahap keempat : active experimenting

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


49

Pada tahap ini, partisipan menerapkan komunikasi kerja tim ke dalam


sebuah simulasi komunikasi kelompok untuk melaksanakan kegiatan
pertemuan membahas perencanaan dan evaluasi hari buka layanan
kesehatan posyandu.

5.2.4. Sesi 3; Kompetensi Komunikasi Interpersonal


Sebelum masuk materi inti, fasilitator mengajak peserta melakukan ice
breaking untuk melalui permainan “Angka dan Energi Positif”. Berikut tahapan
pembelajaran pengalaman pada sesi 3 :
a. Tahap pertama : concrete experience
Pada tahap ini, fasilitator memberi materi mengenai kompetensi komunikasi
interpersonal yang terbagi dalam 10 dimensi, dan mencontohkan masing-
masing dimensi tersebut. Fasilitator meminta peserta melakukan
brainstorming mengenai pengalaman komunikasi interpersonal partisipan
dan mendiskusikan kompetensi komunikasi interpersonal yang mereka
lakukan dalam kerja tim kelompok posyandu. Partisipan kemudian bermain
peran secara berpasangan melakukan komunikasi interpersonal sesuai kasus
yang diberikan oleh fasilitator, seperti : mengajak kader lain untuk hadir di
pertemuan rutin bulanan posyandu di puskesmas; membuat perencanaan
PMT untuk hari buka layanan berikutnya; dan membuat laporan evaluasi
kegiatan bulanan posyandu.
b. Tahap kedua : reflective observation
Pada tahap ini, merefleksikan, menceritakan, atau mengungkapkan kembali
pengalaman nyata komunikasi interpersonal dalam kelompok posyandu,
kemudian fasilitator memberikan feedback.
c. Tahap ketiga : abstract conceptualization
Pada tahap ini, partisipan menyusun konsep kompetensi komunikasi
interpersonal yang berasal dari pengamatan mengenai komunikasi
interpersonal, memberi umpan balik kepada dirinya sendiri dan paritisipan
lain, memberikan penjelasan kompetensi komunikasi interpersonal.
d. Tahap keempat : active experimenting

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


50

Pada tahap ini, partisipan menerapkan komunikasi interpersonal ke dalam


sebuah simulasi berdasarkan studi kasus tiap dimensi komunikasi
interpersonal secara berpasanga dan bergantian.

5.3. Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Komunikasi Interpersonal berbasis


Kompetensi
Secara umum pelaksanaan pelatihan berjalan baik dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan modul pelatihan, namun fasilitator masih dominan
untuk memberikan penjelasan serta mengarahkan partisipan agar lebih aktif
mengutarakan pengalaman, pendapat, ide, pemikiran terutama pada hari pertama
pelatihan. Pada hari kedua pelatihan, peserta terlihat lebih percaya diri untuk
menunjukkan pengalaman –pengalaman terbaiknya selama mengelola kegiatan
posyandu. Sejak tahapan persiapan hingga pelaksanaan dapat dikatakan tidak ada
kendala yang cukup berarti, seperti perijinan, kelengkapan media pendukung
pembelajaran dan peralatan penunjang lainnya. Pada hari pertama, para fasilitator
dan observer hadir tepat waktu, sementara para partisipan sebagian ada yang
datang terlambat, namun tidak sampai mengganggu rundown kegiatan pelatihan.
Berikut ini hasil evaluasi pelaksanaan Pelatihan Komunikasi Interpersonal
Berbasis Kompetensi dilakukan berdasarkan penilaian oleh observer, partisipan
dan fasilitator.

5.3.1. Evaluasi oleh Observer


Evaluasi oleh para observer dilakukan terhadap partisipan, fasilitator dan
materi yang disampaikan menggunakan 2 lembar pengamatan yang berisi item
penilaian mengenai rangkaian proses pembelajaran berdasarkan tahapan
experiential learning, sikap dan gaya penyampaian fasilitator, keaktifan partisipan
dalam rangkaian kegiatan, dan iklim pembelajaran selama 2 hari berturut-turut.
Berikut hasil pengamatan di setiap sesi oleh observer.
a. Pengamatan sesi 1; Pelatihan hari pertama dimulai pkl.09.00 WIB, diawali
dengan sesi orientasi pelatihan oleh fasilitator 1. Kegiatan selama sesi 1
berdasarkan pengamatan observer, terlihat bahwa para partisipan dan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


51

fasilitator dapat membangun interaksi awal yang positif serta


menyenangkan, sehingga proses orientasi pelatihan berjalan tanpa kendala.
b. Pengamatan pada sesi 2; Fasilitasi pembelajaran kerja tim dan kompetensi
kerja tim dilakukan oleh fasilitator 2. Selama sesi 2, terdapat 2 orang
partisipan yang masih belum terlihat interaktif namun menunjukkan
ekspresi menikmati dan memahami kegiatan pembelajaran yang sedang
berjalan. Sesekali fasilitator meminta 2 orang partisipan tersebut untuk
memulai diskusi atau menjadi pemeran utama saat sesi bermain peran.
c. Pengamatan pada sesi 3; Pelatihan hari kedua dilaksanakan pkl.08.30 WIB,
diawali dengan kegiatan review pembelajaran hari sebelumnya mengenai
kerja tim yang efektif dan kompetensi komunikasi kerja tim. Fasilitasi
pembelajaran mengenai kompetensi komunikasi interpersonal dilakukan
oleh fasiliator 1 dibantu oleh fasilitator 3, dimulai dengan perkenalan
singkat dan penyampaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil
pengamatan observer, partisipan membutuhkan beberapa kali pengulangan
contoh 10 dimensi komunikasi interpersonal oleh para fasiliatator, seperti,
altercenterism, immediacy dan kontrol lingkungan. Durasi waktu simulasi
10 dimensi komunikasi interpersonal masing-masing adalah 7 menit untuk
setiap pasangan dan dilakukan secara bergantian. Setelah melakukan
simulasi, peserta menyepakati hasil pembelajaran yang diperoleh bahwa
komunikasi interpersonal dapat mendekatkan hubungan antarpribadi dalam
kelompok.
Setiap proses experiential learning per sesi memakan waktu kurang lebih
10-15 menit, berdasarkan timer yang digunakan observer. Para partisipan
memiliki pengalaman yang cukup banyak selama menyelenggarakan kegiatan
posyandu, sehingga partisipan mudah untuk menyesuaikan diri dengan setiap
aktivitas pembelajaran walau masih ada beberapa partisipan yang kurang percaya
diri. Interaksi antara peserta dan fasilitator masih didominasi oleh fasilitator, akan
tetapi partisipan mudah memahami feedback yang diberikan oleh fasilitator
diketahui dari bagaimana cara partisipan menyusun konsep materi, misalnya saat
sesi materi kompetensi komunikasi kerja tim.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


52

5.3.2. Evaluasi oleh Partisipan


Evaluasi pelatihan tidak hanya berdasarkan pengamatan observer, tetapi
juga berdasarkan pendapat partisipan selama mengikuti pelatihan. Partisipan
menyampaikan pendapatnya melalui lisan dan tertulis di akhir sesi 3. Berikut ini
pendapat partisipan secara lisan:
a. Partisipan mengungkapkan bahwa, kegiatan pembelajaran menyenangkan,
para fasilitator juga sabar dan semangat mendampingi setiap proses yang
dilalui para partisipan, namun waktu pembelajaran dirasakan masih kurang,
sehingga para partisipan berharap akan ada pelatihan lanjutan untuk melatih
keterampilan kader dalam kerja tim kelompok posyandu.
b. Para partisipan mengatakan masih perlu banyak latihan kompetensi
komunikasi kerja tim terutama komunikasi terbuka dan suportif yang agak
sulit dilakukan karena belum terbiasa.
c. Para partisipan juga berharap bisa lebih dekat satu sama lain dengan
membuat pertemuan rutin diluar hari buka layanan kesehatan posyandu
yang belum mereka laksanakan.
Pendapat secara tertulis disampaikan pada lembaran penilaian mengenai
iklim pembelajaran dalam bentuk ekspresi ikon yang bermakna: (a) Tidak
memuaskan=0; kurang memuaskan=1; memuaskan=2, berikut item pernyataan
penilaian:
a. Penataan fisik seperti ruangan yang nyaman, udara yang segar, cahaya yang
cukup
b. Suasana atau rasa aman, saling menghargai, dan saling bekerjasama antara
fasilitator dan peserta
c. Pendampingan dan gaya penyampaian materi oleh fasilitator
d. Penggunaan alat bantu belajar, slide presentasi, lembar kerja, dll
e. Materi yang disampaikan dan pilihan kata-kata yang digunakan
f. Ketepatan dan durasi waktu yang digunakan untuk pembelajaran
g. Kedisiplinan fasilitator dalam pemanfaatan waktu
Penilaian dilakukan dengan menghitung skor total yang diperoleh, dengan
kemungkinan hasil skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 14. Hasil
penilaian oleh peserta pada hari pertama dan kedua, diketahui skor total keduanya

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


53

bernilai 14, maknanya peserta merasa puas terhadap pelaksanaan pelatihan


komunikasi interpersonal berbasis kompetensi.

5.3.3. Evaluasi oleh Fasilitator


Para fasilitator turut memberikan penilaian terhadap proses pelaksanaan
pelatihan. Mereka mengatakan bahwa para partisipan walaupun latarbelakang
pendidikan mereka rata-rata sekolah menengah atas, ternyata tidak terlalu sulit
bagi mereka untuk memahami dan mempraktekkan keterampilan komunikasi
interpersonal saat kegiatan pembelajaran, karena banyaknya pengalaman yang
mereka miliki dan secara tidak sadar sudah melakukannya ketika berinteraksi
dalam kegiatan kelompok posyandu. Hal ini terlihat saat mereka menceritakan
pengalamannya ketika brainstorming dan diskusi. Para fasilitator beranggapan
bahwa, pelatihan kompetensi komunikasi kerja tim bagi kader lebih membantu
untuk menuntun para partisipan kader posyandu menerapkannya secara lebih
spesifk dalam lingkungan pekerjaan mereka, dan pengetahuan mengenai
pentingnya kompetensi komunikasi dalam kerja tim juga makin meningkatkan
semangat mereka untuk melakukan perbaikan di kegiatan posyandu berikutnya.

5.3.4. Evaluasi Pemahaman Partisipan terhadap Materi Pelatihan


Evaluasi terhadap materi pelatihan berdasarkan penilaian skor partisipan
saat pre-test sebelum sesi 2 pelatihan dan post-test sesudah sesi 3 pelatihan. Item
pertanyaan pemahaman terdiri dari 5 pertanyaan terbuka dan 10 pertanyaan
tertutup. Total keseluruhan skor penilaian adalah 15. Rentang penilaian skor
pengetahuan partisipan penelitian mengenai Posyandu adalah, 0-5=Kurang; 6-
10=Cukup; 10-15=Baik.

Tabel 5.3 Skor Pemahaman Partisipan terhadap Materi Kerja Tim, Keterampilan
Komunikai Interpersonal dan Komunikasi Kerja Tim

Partisipan Pre-test Post-test


1 3 10
2 4 9
3 2 6
4 2 6
5 2 7
6 3 8
7 2 7
Mean 2.58 7.58

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


54

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor pemahaman


materi kerja tim, kompetensi komuikasi kerja tim dan kompetensi komunikasi
interpesonal saat Skor pre-test (M=2.58, SD=0.79) dan saat post-test (M=7.58,
SD=1.06). Untuk melihat signifikansi peningkatan skor pemahaman antara saat
pre-test dengan post-test, peneliti melakukan uji menggunakan paired sample t-
test. Uji ini dilakukan setelah masing-masing dinyatakan berdistribusi normal
berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, hasilnya diketahui angka signifikansi >
0.05, yaitu 0.057 (pre-test), dan 0.200 (post-test). Hasil Uji paired sample t test
menunjukkan ada kenaikan yang signifikan antara saat pre-test (M= 2.57, SD=
0.787) dengan saat post-test (M=32.28, SD= 3.75) dengan menunjukan t (6)
=13,229>1.94, p = 0.000 < 0.05. Gambaran peningkatan pemahaman partisipan
terhadap materi pelatihan dapat dilihat pada diagram 5.1. berikut ini :

Skor Pemahaman Partisipan terhadap


Materi Pelatihan
8,0
Skor rata-rata

6,0
4,0
2,0
0,0
Pre test Post test
KE 2,6 7,6

Diagram 5.1 Gambaran Peningkatan Skor Pemahaman Partisipan terhadap Materi


Pelatihan

5.4. Ringkasan Hasil Analisis Data


5.4.1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif berdasarkan data skor keterampilan komunikasi
interpersonal dan data skor keterampilan komunikasi kerja tim sebelum dan
sesudah mendapatkan intervensi pelatihan. Data kuantitatif berasal dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.

5.4.1.1. Hasil Analisis Skor Interpersonal Communication Competencies Scale


Analisis skor keterampilan komunikasi interpersonal partisipan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan data kuesioner interpersonal

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


55

communication competency scale sebelum dan sesudah intervensi pelatihan


keterampilan komunikasi interpersonal. Hasilnya diketahui bahwa, pada
kelompok eksperimen terdapat peningkatan skor yang signifikan, skor pre-test
(M=56.86, SD=8.36), post-test 1 (M=68.71, SD=8.54) dan post-test 2 (M=78.29,
SD=8.28). Sementara pada kelompok kontrol pengukuran hanya dilakukan pre-
test dan post-test 1, yakni pre-test dan post-test 1 hasilnya diketahui terdapat
sedikit perubahan, skor pre-test (M=76.38, SD=7.48) dan post-test (M=77.25,
SD=7.74). Gambaran perubahan dapat dilihat pada diagram 5.2 berikut ini :

Perubahan Skor ICCS Kelompok Eksperimen dan


Kelompok Kontrol
100
Skor Rata-Rata

80
60
40
20
0
Pre-test Post-test 1 Post-test 2
KE 56,86 68,71 78,29
KK 76,38 77,25

Diagram 5.2 Gambaran Perubahan Skor ICCS Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol

Untuk melihat signifikansi perubahan yang terjadi antara skor pre-test dan
post-test keterampilan komunikasi intepersonal tersebut, dilakukan Uji Paired
sample T-Test. Uji ini dilakukan setelah masing-masing dinyatakan berdistribusi
nornal menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil pada kelompok eksperimen
menunjukan angka signifikansi > dari 0.05, yaitu 0.10 (pre-test), 0.200 (post-test
1), dan 0.135 (post-test 2). Dan, kelompok kontrol menunjukkan angka
signifikansi > 0.05, yaitu 0.200 (pre-test), 0.200 (post-test 1). Uji paired sample t
test dilakukan sebanyak 2 kali, yakni membandingkan pre-test dengan post-test 1,
dan post-test 1 dengan post-test 2 pada kelompok eksperimen, sementara pada
kelompok kontrol hanya pre-test dan post-test 1 yang diuji.
Hasil uji Paired Sample T-Test pada kelompok eksperimen diketahui ada
kenaikan namun belum cukup signifikan antara skor ICCS pada tahap pre-test

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


56

(M= 65.13, SD= 24.63) dan post-test 1 (M= 73.5, SD= 15.67) dengan
menunjukan t (6) =2.292, p = 0.056> 0.05. Pada kelompok kontrol hasilnya
diketahui bahwa, terjadi penurunan skor ICCS pre-test (M= 77.25, SD= 8.12) dan
post-test 1 (M=76.38, SD=7.48) dengan t (7) = 0.38 , p= 0.715 > 0.05. Hasil uji
paired sample t-test post-test 1 dan post-test 2 pada kelompok eksperimen
diketahui ada hubungan yang signifikan antara skor ICCS pada tahap post-test 1
(M= 73.50, SD= 15.67) dan post-test 2 (M= 81.63, SD= 12.16) dengan
menunjukan t (6) = -4,187, p = 0.004 < 0.005.

5.4.1.2. Hasil Analisis Skor Teamwork Competency Test


Penilaian keterampilan komunikasi kerja tim partisipan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dinilai berdasarkan data kuesioner TWCT
sebelum dan sesudah intervensi pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal.
Pada kelompok eksperimen diketahui hasilnya terdapat peningkatan skor rata-rata
pre-test (M=45.43, SD= 7.2) dan post-test (M=69.43, SD=11.1). Sementara pada
kelompok kontrol hasil justru diketahui terjadi penurunan, dengan skor rata-rata
saat pre-test (M=97.38, SD=15.5) dan post-test (M=93.5, SD=9). Gambaran
perubahan skor dapat dilihat pada diagram 5.3 berikut ini :

Perubahan Skor TWCT Kelompok Eksperimen dan


Kelompok Kontrol
120
Skor Rata-rata

100
80
60
40
20
0
Pre-test Post-test
KE 45,43 69,43
KK 97,38 93,5

Diagram 5.3 Gambaran Perubahan Skor TWCT Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol

Untuk melihat signifikansi perubahan yang terjadi antara skor pre-test dan
post-test kompetensi kerja tim tersebut, dilakukan Uji Paired sample T-Test. Uji
ini dilakukan setelah masing-masing dinyatakan berdistribusi nornal berdasarkan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


57

uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil pada kelompok eksperimen menunjukan angka


signifikansi > dari 0.05, yaitu 0,200 (pre-test) dan 0,131 (post-test). Dan,
kelompok kontrol menunjukkan angka signifikansi > 0.05, yaitu 0.200 (pre-test),
0.200 (post-test ).
Hasil uji paired sample t test pada kelompok eksperimen menunjukkan
bahwa terdapat kenaikan yang signifikan antara skor TWCT saat pre-test
(M=45.43, SD=7.21) dan post-test (M=69.43, SD=11.12) dengan menunjukan t
(6) =5.845, p=0.001<0.005. Sementara pada kelompok kontrol hasilnya diketahui
terjadi penurunan skor TWCT antara saat pre-test (M=97.38, SD=15.45) dan saat
post-test 1 (M=93.50, SD=8.99) dengan t (7) = 0.805 , p= 0.448> 0.05.

5.4.1.3. Hasil Analisis Skor Keterampilan Komunikasi Kerja Tim


Penilaian keterampilan komunikasi kerja tim partisipan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dinilai berdasarkan data kuesioner TWCT
sebelum dan sesudah intervensi pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal.
Pada kelompok eksperimen hasilnya diketahui terjadi peningkatan skor rata-rata
pre-test (M=1.3, SD=0.3) dan post-test (M=1.9, SD=0.1). Sementara di kelompok
kontrol hasil diketahui terjadi penurunan, dengan skor rata-rata saat pre-test
(M=2.6, SD=0.5) dan post-test (M=2.5, SD=0.4). Gambaran perubahan skor dapat
dilihat pada diagram 5.4 berikut ini :

Skor Keterampilan Komunikasi


KE KK

2,6 2,5
1,9
1,3

Pre-test Post-test

Diagram 5.4 Gambaran Skor Keterampilan Komunikasi Kerja Tim Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


58

Untuk melihat signifikansi perubahan yang terjadi antara skor pre-test dan
post-test keterampilan komunikasi kerja tim tersebut, dilakukan Uji Wilcoxon
Signed Ranks Test, dan hasilnya diketahui terdapat peningkatan yang kurang
signifikan pada skor keterampilan komunikasi kerja tim kelompok eksperimen
antara pre-test dan post-test (z=-2.388, p=0,17 > 0.00), sementara pada
kelompok kontrol hasilnya diketahui tidak terdapat peningkatan antara pre-test
dan post-test (Z=0.674, p=0.5 > 0.00).

5.4.2. Hasil dan Analisis Data Kualitatif


Data kualitatif diperoleh berdasarkan hasil dari pengamatan langsung
observer pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing
berjumlah 2 orang. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar
pengamatan perilaku komunikasi interpersonal dan perilaku komunikasi kerja tim
dalam bentuk behavioral checklist.

5.4.2.1. Analisis Pengamatan Perilaku Komunikasi Interpersonal


Analisis pengamatan perilaku komunikasi interpersonal berdasarkan data
behavioral checklist hasil pengamatan 2 observer yang sudah dilakukan Interrater
Reliability. Berikut ini tabel hasil pengamatan para observer.

Tabel 5.4 Nilai Behavioral Checklist Komunikasi Interpersonal

Pre-Test Post-Test 1 Post-Test 2


ICC Behavioral Checklist Observer 1 Observer 2 Observer 1 Observer 2 Observer 1 Observer 2
Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD
Kelompok Eksperimen 1,4 0,2 1,4 0,2 1,8 0,2 1,8 0,2 2,2 0,2 2,2 0,2
Kelompok Kontrol 1,6 0,2 1,6 0,2 1,6 0,2 1,6 0,2

Tabel 5.4 menunjukkan hasil pengamatan para observer pada kelompok


eksperimen terjadi peningkatan antara saat pre-test (M=1.4, SD=0.2), post-test 1
(M=1.8, SD=0.2) dan post-test 2 (M=2.2, SD=0.2). Sedangkan pada kelompok
kontrol tidak terjadi peningkatan, dimana skor rata-rata saat pre-test (M=1.6,
SD=0.2), post-test 1 (M=1.6, SD=0.2). Hasil ini sekaligus memastikan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


59

peningkatan skor berdasarkan hasil kuesioner keterampilan komunikasi


interpersonal yang diisi oleh partisipan. Gambaran perbedaan hasil pengamatan
kompetensi komunikasi interpersonal antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada diagram 5.5 berikut ini :

Skor ICC Behavioral Checklist


2,5
Skor Rata-rata

2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Pre-test Post-test 1 Post-test 2
KE 1,4 1,8 2,2
KK 1,6 1,6

Diagram 5.5 Gambaran Perubahan Keterampilan Kelompok Eksperimen dan Kelompok


Kontrol menurut Observer

5.4.2.1. Analisis Pengamatan Perilaku Komunikasi Kerja Tim


Penilaian perilaku komunikasi berdasarkan pengamatan para observer pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan lembar
pengamatan yang diisi oleh 2 observer. Hasil penilaian kedua observer
digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 5.5 Nilai Behavioral Checklist Komunikasi Kerja Tim


TWC-C P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Skor Mean SD Kategori
Pre-test
KE 11 10 7 9 7 10 6 60
Total 8.6 1.9 Sedang
Post-test 14 14 10 10 11 14 10 83 11.9 2 Sedang
TWC-C P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Skor Mean SD Kategori
Pre-test 11 12 8 8 7 7 11 9 Total
73 9.1 2 Sedang
KK
Post-test 11 12 6 9 6 8 11 9 72 9 2.3 Sedang

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan para obsever


diketahui terjadi perubahan perilaku komunikasi kerja tim pada kelompok
eksperimen, dengan skor saat pre-test (M=8.6, SD=1.9), post-test (M=11.9,
SD=2). Sedangkan pada kelompok kontrol justru terjadi penurunan kompetensi
komunikasi kerja tim, dengan skor pre-test (M=9.1, SD=2) dan post-test (M=9,

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


60

SD=2.3). Hasil ini menguatkan hasil analisis kuantitatif, yang menyatakan adanya
peningkatan keterampilan pada kelompok ekpserimen yang mungkin diakibatkan
oleh adanya pemberian intervensi. Gambaran peningkatan perilaku komunikasi
kelompok eksperimen berdasarkan hasil pengamatan observer dapat dilihat pada
diagram 5.6 berikut ini :

KE KK

11,9
8,6 9,1 9

Pre-test Post-test

Diagram 5.6 Gambaran Peningkatan Keterampilan Komunikasi Kerja Tim berdasarkan Pengamatan
Observer

5.4.3. Analisis Hubungan Peningkatan Keterampilan Komunikasi


Interpersonal dengan Keterampilan Komunikasi Kerja Tim
Hasil analisis hubungan antara Peningkatan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal dengan Peningkatan Keterampilan Komunikasi Kerja Tim, diketahui
terdapat korelasi positif antara ICCS dan TWCT sebesar 0.596 dengan
signifikansi p=0.004 < 0.05, artinya ICCS (M=73.42, SD=18.76) dan TWCT
(M=57.48, SD=13.19), maknanya Peningkatan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal dengan Peningkatan Kompetensi Komunikasi Kerja Tim berkorelasi
secara positif. Gambaran korelasi peningkatan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal dengan Peningkatan Keterampilan Komunikasi Kerja Tim pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada diagram 5.7
berikut ini :

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


61

200
180
160
140
120
100
80 TWCT
60 ICCS
40
20
0
Pre-test Post-test 1 Post-test 2 Pre-test Post-test 1
KE KE KE KK KK

Diagram 5.7 Gambaran Korelasi Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dengan


Peningkatan Keterampilan Komunkasi Kerja tim

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


BAB 6
KESIMPULAN INTERVENSI, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil intervensi pelatihan
keterampilan komunikasi interpersonal, diskusi mengenai hasil intervensi
berdasarkan teori-teori yang digunakan, dan saran bagi penelitian intervensi
selanjutnya

6.1. Kesimpulan Intervensi


Secara statistik, pengukuran keterampilan kerja tim kelompok Posyandu
Wijaya Kusuma 1 dengan menggunakan TWCT menunjukkan adanya
peningkatan. Partisipasi aktif para kader Posyandu Wijaya Kusuma 1 dalam
pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal mempengaruhi peningkatan
keterampilan komunikasi kerja tim mereka. Dengan peningkatan keterampilan
komunikasi ini diharapkan kinerja tim posyandu akan lebih baik lagi salah
satunya ditandai dengan menetapkan jadwal pertemuan rutin diluar hari buka
layanan kesehatan posyandu. Pertemuan untuk melaksanakan evaluasi kegiatan
hari buka dan perencanaan kegiatan hari buka dan tindaklanjut hasil temuan hari
buka layanan kesehatan posyandu.
Pada saat pelaksanaan post-test 2, terlihat perubahan komunikasi
interpersonal terutama dalam gaya komunikasi. Ketua kelompok terlihat lebih
terbuka ketika berkomunikasi dengan anggotanya dibandingkan saat sebelum
mengikuti pelatihan, para kader yang lain juga lebih ekspresif, dan kelompok
sudah membentuk jaringan komunikasi melalui whatsapp group. Para kader
mengatakan bahwa kini mereka bisa merasakan kedekatan yang sebelumnya tidak
terlalu dirasakan karena mulai lebih sering berinteraksi dalam 2 kegiatan
posyandu. Bidan Pembina Posyandu yang menggagas pertemuan ini, juga bisa
melihat perbedaan yang terjadi dalam kelompok Posyandu WK, sehingga Beliau
berharap kegiatan pelatihan kompetensi kerja tim dapat dikembangkan dan
diperluas untuk kelompok kader posyandu yang lain. Pelatihan keterampilan

62 Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


63

komunikasi interpersonal kelompok kader posyandu, membawa sedikit perubahan


yang bemakna bagi para kader untuk lebih efektif berkomunikasi dalam kerja tim.

6.2. Diskusi
Para kader Posyandu sebagai kelompok pemberdayaan masayarakat
dibidang kesehatan memerlukan keterampilan kerja secara berkelompok yang
efektif untuk meningkatkan kinerja kelompok. Pada saat studi pendahuluan
diketahui bahwa para kader posyandu merasa kesulitan untuk menyampaikan
informasi yang dibutuhkan oleh para ibu bayi-balita, sehingga sering terjadi
kesalahpahaman dan respon negatif antara ibu bayi-balita dan para kader. Kinerja
tim posyandu juga cenderung belum cukup baik, hal ini terlihat pada saat
pelaksanaan kegiatan hari buka posyandu yang kurang inovatif dan suasana
pelayanannya terkesan tidak teratur serta teras kurang nyaman, baik menurut para
kader maupun para pengunjung posyandu. Selain itu, perencanaan, pemantauan
dan evaluasi kegiatan hari buka posyandu ataupun kegiatan tambahan lainnya
seperti kunjungan rumah belum terlaksana sebagaimana mestinya.
Keterampilan kerja tim adalah pondasi utama kerja tim yang efektif.
Aguado dkk. (2014) menyatakan terdapat beberapa bukti empiris yang
menunjukkan bahwa ukuran pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan
dengan tugas tertentu akan memprediksi kinerja individu dan mendukung kinerja
tim. Lebih lanjut dikatakan bahwa tim yang terbentuk dari orang-orang dengan
keterampilan kerja tim yang kuat akan menampilkan berbagai perilaku spesifik
yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja suatu kelompok. Kelompok kader
posyandu dapat meningkatkan efektivitas kerja tim dengan meningkatkan
keterampilan setiap kader, khususnya melalui pendekatan hubungan interpersonal
agar hubungan kerja selalu sehat, mampu merespon ide sesama anggota secara
positif, mampu mengendalikan emosi, dan menerima dengan hormat perbedaan
sudut pandang diantara kader. McClough dan Rogelberg (2003) menyatakan
bahwa kerja tim dapat memprediksi kinerja individu.
Berdasarkan hasil pelaksanaan intervensi pelatihan keterampilan
komunikasi interpersonal kelompok kader posyandu menunjukkan adanya
pengaruh antara peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal dengan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


64

keterampilan komunikasi kerja tim. Seperti yang dinyatakan oleh Hynes (2012)
dan Purhonen (2012) bahwa keterampilan komunikasi interpersonal
mempengaruhi produktivitas dan keterlibatan tenaga kerja serta dapat
meningkatkan interaksi kolaboratif didalam organisasi ataupun antar organisasi.
Pendekatan team training dalam team develompment intervention menurut
Lacerenza dkk. (2018) dapat meningkatkan keterampilan anggota tim, hal ini juga
terbukti pada intervensi pelatihan keterampilan komunikasi interpersonal pada
kelompok kader Posyandu Wijaya Kusuma 1. Sejalan dengan WHO (2007) yang
menyatakan bahwa konsep materi dan aktivitas pelatihan untuk para community
health workers menitikberatkan pada keterampilan tertentu. Peningkatan
keterampilan komunikasi interpersonal kelompok kader posyandu berdasarkan 10
keterampilan komunikasi interpersonal Rubin dan Martin (1994), secara bertahap
mulai diterapkan oleh para kader antar kader terutama pada keterampilan self-
disclosure, empathy, supportiveness, dan expressiveness.

6.3. Saran
Berikut ini beberapa saran bagi penelitian dan intervensi ke depan
berdasarkan pembelajararan yang peneliti peroleh.
1. Dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk dapat menggali pengalaman
partisipan dan meningkatkan kompetensi mereka. Mengingat kebanyakan
dari mereka adalah ibu rumahtangga biasa, namun mempunyai semangat
yang positif untuk berkontribusi dalam program kesehatan berbasis
masyarakat.
2. Kemampuan para fasilitator dalam menjaga iklim pembelajaran sangat
penting, agar tujuan pelatihan pengembangan kompetensi ini menjadi
efektif. selain itu fasilitator harus memiliki pengalaman yang cukup
mengenai kelompok pemberdayaan masyarakat dan bagaiman cara
menyesuaikan pembelajaran untuk mereka. Selain itu fasilitator juga harus
mampu memahami perasaan-perasaan terdalam dari setiap pengalaman
konkrit partisipan sehingga hubungan antara keduanya menjadi interaktif.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


65

3. Peneliti masih perlu banyak mempelajari detail pelaksanaan intervensi ini,


karena efektivitasnya dapat membantu peningkatan kompetensi mereka
dengan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan penuh interaksi.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


DAFTAR REFERENSI

Aguado, D., Rico, R., Manzanares, M., & Salas, E. (2014). Teamwork
Competency Test: A step forward on measuring teamwork competencies.
Group Dynamic: Theory, Research and Practice, American Psychological
Association, 18 (2), 101-121. Doi: 10.1037/a0036098
Ali Akbar, M., Kandarina, I., & Gunawan, I. (2016). Studi ketidakaktifan kader
posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Paramasan, Banjar, Kalimantan
Selatan. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition
and Dietetics), 3 (1), 60-67. Doi: 10.21927/ijnd.2015
Banarjee, A., Slagle, J, M., Mercaldo, N, D., Booker, R., ..., & Weinger, M, B.
(2016). A simulation-based curriculum to introduce key teamwork
principles to entering medical students. BMC Medical Education, 16, 295.
Doi: 10.1186/s12909-016-0808-9
Bidayati, U. (2017). Commitment, motivation, and performance of cadre
posyandu. Advances in Intelligent System Research, 131.
Buunk, A, P., & Van Vugt, M. (2013). Applying Social Psychology. London, UK :
SAGE Publication
Creswell, J, W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches (4th ed). CA, USA: SAGE Publications
Creswell, J, W. (2010). Educational Research: Planning, Conducting and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston, USA: Pearson
Cozby, P, C., & Bates, S, C. (2011). Methods in Behavioral Research (8th ed).
NY, USA: The Mcgraw-Hill Companies
DeVito, J, A. (2015). Human Communication: The Basic Course (13th ed). NY,
USA: Pearson Education
Duffy, D, F., Gordon, G, H., Whelan, G., Cole-kelly, K., frankel, R. (2004).
Assessing Competence in Communication and Interpersonal Skills: The
Kalamazoo II Report. Academic Medicine, 79 (6), 495-507.
Forsyth, D, R. (2010). Group Dynamics (5th ed). CA, USA: Wadsworth Cengage
Learning

66 Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


67

Gilroy, K, E., & Winch, P. (2006). Management of sick children by community


health workers. Intervention models and programme examples. Geneva,
Swiss: WHO-UNICEF
Husniyawati, R, Y, & Wulandari, R, D. (2016). Analisis motivasi tehadap kinerja
kader posyandu berdasarkan teori Victor Room. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, 4, 126-135
Hynes, G, E. (2012). Improving employee’s interpersonal communication
competencies: A qualitative study. Business Communication Quarterly, 75
(4), 466-475. Doi: 10.1177/1080569912458965
Iswarawati, N, D. (2010). Kader Posyandu: Peranan dan tantangan
pemberdayaannya dalam usaha peningkatan gizi anak di Indonesia. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 13 (4), 169-173
Johnson, D., & Johnson, F. (20). Joining Together (11th ed). London, UK:
Pearson New International Edition
Kementerian Kesehatan. (2011). Pedoman Pengelolaan Posyandu. Jakarta,
Indonesia: Penerbit
Kok, M, C., Dieleman, M., Taegtmeyer, M., Broerse, J, E, W., Kane, S, S., ..... , &
AM de Koning, K. (2014). Which intervention design factors influence
performance of community health workers in low- and middle-income
countries? A systematic review. Health Policy and Planning Advance, 1-21.
Doi:10.1093/heapol/czu126
Kumar, R. (2005). Research Methodology (2nd edition): A step-by-step guide for
beginners. London, UK: SAGE Publication
Knowles, S. M., Holton III, E, F., & Swanson, A, R. (2005). The adult learner
(6th ed). CA, USA: Elsevier
Lacerenza, N, C., Marlow, S, L., Tannenbaum, I, S., Salas, E. (2018). Team
development interventions: Evidence-based approaches for improving
teamwork. American Psychological Association, 73 (4), 517-531. Doi:
10.1037/amp0000295
Mathieu, E, J., Hollenbeck, R, J,. Van Knippenberg, D., & Ilgena, R, D. (2017).
Century of Work Teams in the Journal of Applied Psychology. Journal of

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


68

Applied Psychology, American Psychologist Associations, Vol. 102, No. 3,


452–467. Doi: 10.1037/apl0000128
McClough, A, C., dan Rogelberg, S, G. (2003). Selection in Teams: An
exploration of the teamwork knowledge, skills, and ability test. International
Journal of Selection and Assessment, 11 (1), 56-66
McEwan, D., Rulsssen, G, R., Eys, M, A., Zumbo, B, D., Beauchamp, M, R.
(2016). The effectiveness of teamwork training on teamwork behaviors and
team performance: A systematic review and meta-analysis of controlled
interventions. PloS ONE, 12 (1), 1-23. Doi: 10.1371/journal.pone.0169604
Michailova, S., dan Sidorova, E. (2011). From group-based work to
organisational learning: The role of communication forms and knowledge
sharing. Knowledge Management Research & Practice, 9, 78-73. Doi:
10.1057/kmrp.2011
Mitsunaga, T., Hedt-Gauthier, B., Ngizwenayo, E., Farmer, D, B., Karamaga, A.,
... , Mugeni, C. (2013). Utilizing community health worker data for program
management and evaluation: Systems for data quality assessments and
baseline results from Rwanda. Social Science & Medicine, 85, 87-92. Doi:
10.1016/j.socscimed.2013.02.033
Nazri, C., Yamazaki, C., Kameo, S., Herawati, D., ..., Hiroshi, K. (2016). Factors
influencing mother’s participation for improving nutritional status of
children under-five in Aceh Utara district, Aceh Province, Indonesia. BMC
Public Health, 16 (69). Doi: 10.1186/s12889-016-2732-7
Pemerintahan Kota Admininstrasi Jakarta Timur. (2018). Profil Wilayah Jakarta
Timur. Jakarta, DKI: Penulis. Diakses dari https://timur.jakarta.go.id/v11/
Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Depok, Indonesia : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Purhonen, P. (2012). Interpersonal communication competence and collaborative
interaction un SME internalization (doktoral disertasi). Tersedia di
perpustakaan database disertasi, University of Jyväskylä, Finlandia.
(Väitöskirjat [2052]). Diunduh dari:
https://jyx.jyu.fi/handle/123456789/37688

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


69

Renate., Ilmi, B., Arifin, S. (2016). Factor’s associated with performance of


Posbindu PTM cadres. EPRA International Journal of Multidisciplinary
Research, 2(7), 2455-3662
Rosnow, R, L., & Rosnow, M. (2009). Writin Papers in Psychology (8th edition).
California, USA: Wadsworth Cengage Learning
Rubin, R, B., & Martin, M, M. (1994). Development of a measure of
interpersonal communication competence. Communication Research
Reports, 11 (1), 33-44. Doi: 10.1080/08824099409359938
Salas, E., DiazGranados, D., Klein, C., Burke, C, S., Stagl, K, C., Goodwin, G, F.,
& Halpin, S, M. (2008). Does team training improve team performance? A
meta-analysis. Human Factors, 50, 903-933. Doi:
10.1518/001872008X375009
Salas, E., Tannenbaum, S. I., Kozlowski, S. W., Miller, C. A., Mathieu, J. E., &
Vessey, W. B. (2015). Teams in space exploration: A new frontier for the
science of team effectiveness. Current Directions in Psychological Science,
24, 200–207. Doi: 10.1177/0963
Sargent, J., MacLeod, A., & Murray, A. (2011). An interprofessional approach to
teaching communication skills. Journal of Continuing Education in The
Health Professionals, 31 (4), 265-267
Sharlanova, V. (2004). Experiential Learning. Trakia Journal of Sciences, 2 (4),
36-39. Diakses dari: http://www.uni-sz.bg
Shaugnessy, J.J., Zechmeister, E.B., & Zechmeister, J.S. (2000). Research
methods in
psychology. (5th ed). New York: McGraw-Hill
Sternberg, R, J., & Zhang, L, F. (2000). Perspectives on cognitive, learning, and
thinking styles. New Jersey, USA: Lawrence Erlbaum
Steven, M, J., & Campions, M, A. (1994). The Knowledge, Skill, and Ability
Requirements for Teamwork: lmplications for Human Resource
Management. Journal of Management, 20 (2), 503-530.
Susilowati, M. (2012). Peningkatan kompetensi komunikasi interpersonal dan
kinerja pre-ops pilot selama masa percobaan di PT. X dengan memberikan
pelatihan komunikasi interpersonal yang efektif (magister thesis). Tersedia

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


70

dari perpustakaan database tesis, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.


(UI-ANA No. T 31227)
Tarricone, P., dan Luca, J,. (2002). Succesful teamwork; A case study. HERDSA
and Educational non-proft Institutions. Australia : Edith Cowan University
Thompson, B, M., Levine, E, R., Kennedy, F., Naik, D, A., ...., Haidet, P. (2009).
Evaluating the Quality of Learning in Medical Education: Development and
Validation of New Measure. Academic Medicine, 84 (10), 125-127
World Health Organization. (2006). The World Health Report 2006: Working
together for health. Geneva, Swiss: Penerbit
World Health Organization (2010). Global Experience of Community Health
Workers for Delivery of Health Related Millennium Development Goals: A
Systematic Review. Country Case Studies, and Recommendations for
Integration into National Health Systems. Geneva, Swiss: Global Health
Workforce Alliance
Worsnop, P, J. (1993). Competency Based Training: How To Do It-For Trainers.
Canberra, Australia: Educational Resources Information Center (ERIC)

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


71

LAMPIRAN

Lampiran 1 Studi Pendahuluan

Lampiran 1.1 Lembar Informasi Penelitian

Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
mengenai pengelolaan dan pelaksanaan posyandu balita. Fokus pengamatan adalah pada
keterampilan kader di Kelompok Kegiatan Posyandu Wijaya Kusuma I dan II RW 03
Cipinang Melayu. Lalu, kendala apa yang dihadapi dan sarana pendukung yang dimiliki
sebagai upaya meningkatkan keterampilan kader tersebut.

Desain dan Metode Survey


Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara, obersvasi dan diskusi kelompok
terarah (FGD).

Lokasi Penelitian
Lokasi target penelitian adalah 2 (dua) Kelompok Kegiatan Posyandu Wijaya
Kusuma di RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu Makasar Jakarta Timur.

Sampel Penelitian
Partisipan dalam penelitian adalah pengelola Posyandu Wijaya Kusuma RW 03
yang terdiri dari 13 orang kader posyandu, 1 orang bidan puskesmas, 1 orang anggota
pokja (kelompok kerja) kelurahan, 1 orang ibu balita pengunjung posyandu, dan 1 orang
ibu balita yang tidak berkunjung ke posyandu.

Legalitas perijinan dan persetujuan penelitian


Selain persetujuan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, persetujuan dan
perijinan diberikan oleh Ketua Kelompok Kerja Posyandu Kelurahan Cipinang Melayu
Makasar Jakarta Timur, Pembina Posyandu Puskesmas Cipinang Melayu, Ketua RW 03
Cipinang Melayu, Ketua Posyandu Wijaya Kusuma I dan II.
Semua partisipan diberitahu bahwa keterlibatan mereka dalam survey ini bersifat
sukarela dan dinyatakan secara tertulis dalam informed consent (lembar persetujuan) pada
saat sebelum pelaksanaan pengambilan data. Kerahasiaan mereka terjaga karena tidak ada
identitas diri yang dituliskan di kuesioner.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


72

Kriteria Partisipan
Kriteria yang dicantumkan untuk menjadi partisipan adalah kader yang berstatus
aktif di Posyandu Wijaya Kusuma 1 dan 2, anggota Kelompok Kerja Posyandu Kelurahan
Cipinang Melayu, Pembina Posyandu Puskesmas Kelurahan dan ibu-ibu balita yang
berada dalam wilayah kerja Posyandu Wijaya Kusuma.

Metode Pengumpulan Data


- Wawancara
Dilakukan kepada Pembina Posyandu dari Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu,
Ketua Kelompok Kerja Posyandu Kelurahan Cipinang Melayu, Ketua Posyandu
Wijaya Kusuma I dan II, ibu-ibu balita di wilayah RW 03 Kelurahan Cipinang
Melayu.
- Fokus Grup Diskusi
Melibatkan para kader Posyandu Wijaya Kusuma I dan II dan diarahkan oleh
peneliti sebagai fasilitator
- Kuesioner
Kuesioner terdiri dari (1) data diri partisipan, (2) pengetahuan umum tentang
posyandu, (3) pengetahuan tentang peran kader posyandu, (4) sikap dan perilaku
kader dalam tim kerja (teamwork) posyandu, (5) hambatan dan kemudahan yang
dihadapi dalam pengelolaan posyandu, dan (6) pengalaman dalam hal perilaku
yang bermasalah berkaitan dengan tim kerja (teamwork).

Alasan Pemilihan Lokasi


Posyandu Wijaya Kusuma RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu Kecamatan
Makasar Jakarta Timur berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dapat
menjadi representasi kondisi posyandu lain yang ada di Jakarta, selain itu, peneliti mudah
untuk mengakses kegiatan-kegiatan posyandu yang sudah dijalankan oleh para kader,
sehingga peneliti memilih Posyandu Wijaya Kusuma sebagai target penelitian. Setiap
pengelola posyandu yang terlibat dalam penelitian ini akan dimintai persetujuan
mengenai kesediaannya untuk berpartisipasi.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


73

Lampiran 1.2 Lembar Informasi Partisipan

Kepada Yth,

Pengelola Kegiatan Posyandu Wijaya Kusuma RW 03


Cipinang Melayu Makasar Jakarta Timur
Di Jakarta

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


dan Salam Sejahtera,

Perkenalkan nama saya, Lina Martina Sari Mahasiswa S2, Magister Psikologi
Intervensi Sosial, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Saat ini Saya sedang
melakukan penelitian (Tesis) mengenai keterampilan para kader posyandu dalam
tim kerja (teamwork). Bersama surat ini, Saya bermaskud meminta kesediaan dan
bantuan Bapak/Ibu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.

Keikutsertaan Bapak/Ibu pada penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada
paksaan. Data dan jawaban yang Bapak/Ibu berikan dijamin kerahasiaannya dan
hanya akan digunakan demi kepentingan penelitian ini saja. Saya tidak akan
mencantumkan nama Bapak/Ibu pada laporan penelitian ini. Apabila ada hal-hal
yang ingin disampaikan berkaitan dengan penelitian ini, Bapak/Ibu dapat
menghubungi Saya di nomor 08176546583. Atas kesediaan dan partisipasi
Bapak/Ibu dalam penelitia ini, Saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hormat Saya,

Lina Martina Sari

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


74

Lampiran 1.3 Lembar Informed Consent

Survey pengetahuan, keterampilan Kader dalam tim kerja Posyandu Wijaya


Kusuma RW 03 Cipinang Melayu Makasar Jakarta Timur.

Pengawas Peneliti : Dra. Amarina Ashar Ariyanto, M.Psi., Ph.D


Peneliti : Lina MartinaSari

Beri

checkli
st (√)
1. Saya menyatakan bahwa Saya sudah membaca dan
memahami lembar informasi mengenai penelitian tersebut
diatas. Saya diberi kesempatan untuk mempertimbangkan dan
menanyakan informasi secara jelas serta mendapat jawaban
yang memuaskan.
2. Saya memahami bahwa bentuk partisipasi ini bersifat
sukarela. Saya bebas untuk mengundurkan diri kapan pun
tanpa sanksi.
3. Saya memahami bahwa informasi dan data yang Saya berikan
bersifat rahasia serta digunakan untuk ilmu pengetahuan.
Mempercayai sepenuhnya bahwa informasi data ini tidak
akan disalahgunakan diluar dari kepentingan penelitian
4. Saya setuju untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian tersebut
diatas.

____________________ ___________________ __________________


Nama kader (partisipan) Tanggal Tanda Tangan

___________________ _________________ __________________


Nama pengambil consent Tanggal Tanda Tangan

__________________ ___________________ _________________


Peneliti Tanggal Tanda Tangan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


75

Lampiran 1.4 Kuesioner Pengetahuan Kinerja Kelompok dan Tugas Kader


Posyandu

Hanya untuk penelitian pendidikan

Pengumpul data : ____________________ NO :


Tanggal pengumpulan : ____________________ Informed
consent diterima
Alamat Lokasi : ____________________ Ya/Tidak
(lingkari)

Kuesioner dilengkapi tanpa nama (anonim). Kami sangat berharap Bpak/Ibu akan
menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan bertanggungjawab.

Bagian 1. Pertanyaan umum dan demografis

Silahkan beri tanda checklist (√) dalam kotak jawaban yang sesuai menurut Ibu.
Sebisa mungkin hanya 1 pilihan jawaban yang ditandai kecuali atas instruksi.

1. Apa jenis kelamin Ibu :


 Laki-laki  Perempuan
2. Berapa usia Ibu :
 Dibawah 30 tahun  31-40 tahun  41-50 tahun  Diatas 50
tahun
3. Apa pendidikan terakhir Ibu :
 SD  SMP  SMA  S1  S2  lain-
lain.............
4. Apa jenis pekerjaan Ibu saat ini :
 Ibu rumah tangga saja  Wiraswasta  Karyawan 
Menganggur
 lain-lain ................................
5. Dimana Ibu bertugas?
 Hanya di RW  Hanya di kelurahan  Di RW dan kelurahan

 Di RW, Kelurahan dan Kecamatan


6. Ibu berperan sebagai apa di Posyandu?
 Ketua  Sekertaris  Bendahara  Anggota
7. Berapa lama Ibu menjadi kader kesehatan :
 Kurang dari 1 tahun  1-5 tahun  6-10 tahun  11-15
tahun
 15-20 tahun  lebih dari 21 tahun
8. Berapa kali Ibu terlibat dalam aktivitas Posyandu dalam sebulan (misal Posyandu
balita/ibu hamil/lansia)?
 1x  2x  3x  4x  lebih dari 4x
 Tidak rutin
9. Selama setahun terakhir ini, apakah Ibu pernah mengikuti pelatihan posyandu?
 Ya  Tidak
10. Berapa kali dalam sebulan Ibu mengikuti pertemuan rutin persiapan posyandu?

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


76

 1x  2x  Jarang  Tidak Pernah


11. Berapa kali dalam sebulan Ibu mengikuti pertemuan pembahasan evaluasi
pelaksanaan posyandu?

12. Berapa kali dalam sebulan Ibu bertemu dengan warga/kunjungan rumah?
 1x  2x  3x  Tidak rutin
13. Apa yang menjadi motivasi Ibu bekerja sebagai kader posyandu?

Tuliskan secara singkat jawaban dari pertanyaan berikut ini :


1. Apa yang Ibu ketahui tentang posyandu?
2. Apa pentingnya peran Ibu sebagai kader posyandu?
3. Apa saja kegiatan dalam posyandu yang Ibu kerjakan?
4. Apakah Ibu mengetahui apa saja keterampilan yang harus dimiliki sebagai kader
posyandu? Sebutkan apa saja yang Ibu ketahui
5. Menurut Ibu, apakah sebagai kader posyandu penting untuk mengerjakan tugas-tugas
secara ber kelompok atau sendiri-sendiri? Tolong disertakan alasannya
6. Apakah ada penilaian khusus terkait dengan kemampuan kader dalam mengelola
posyandu, seperti keterampilan dalam berkomunikasi?
7. Apa saja yang dinilai oleh puskesmas dan kelurahan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan posyandu?
8. Apa saja laporan kegiatan posyandu yang dibuat setiap bulannya?
9. Kepada siapa saja Ibu melaporkan hasil kegiatan posyandu?

Bagian 2. Pengetahuan tentang Posyandu

Petunjuk pengerjaan :
Berikut ini terdapat 27 item pernyataan. Ibu diminta untuk menjawab BENAR (B) atau
SALAH (S). Tulis jawaban Anda di kolom B atau S disebelah kanan
Benar (B)/
No Pernyataan
Salah (S)
Posyandu adalah salah satu program kesehatan berbasis masyarakat B
1 yang dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memperoleh
layanan kesehatan dasar
Kelompok sasaran posyandu adalah bayi/balita, ibu hamil, ibu B
2
menyusui, orang lanjut usia, pasangan usia subur
3 Posyandu hanya melayani bayi/balita S
4 Posyandu di Indonesia hanya ada posyandu bayi/balita S
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan B
5
pengembangan/pilihan
Peran kader posyandu sebagai pemberi informasi kesehatan dan B
6
penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu
Peran kader posyandu hanya pada saat pelaksanaan hari buka S
7
posyandu
Ada 3 (tiga) peran yang harus dilaksanakan oleh kader dalam B
8
penyelenggaraan posyandu

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


77

9 Hari buka posyandu dilaksanakan setiap 1 bulan sekali B


10 Dalam 1 posyandu maksimal melayani 150 balita B
Penyelenggaran layanan hari buka posyandu dilaksanakan dengan B
11
sistem 5 (lima) meja
Kader bertugas merencanakan kegiatan hari buka posyandu dan B
12
melakukan evaluasi penyelenggaraan kegiatan hari buka posyandu
13 Dalam 1 posyandu minimal harus memiliki 7 orang kader S
Kader bertugas malakukan kunjungan rumah ketika ada bayi/balita B
14
yang bermasalah
Kader bertugas menyebarluaskan informasi pelaksanaan hari buka B
15
posyandu
Setiap kader diharapkan untuk berganti meja pelayanan pada saat B
16
hari buka posyandu
Pencatatan, pelaporan hasil pelaksanaan dan temuan hasil layanan S
17
hari buka posyandu dikerjakan oleh ketua posyandu
Penyuluhan atau pemberian informasi kesehatan dilaksanakan S
18
hanya pada saat hari buka posyandu
19 Tugas kader posyandu hanya pada saat hari buka posyandu S
Kader tidak perlu untuk memiliki keterampilan khusus dalam S
20 penyelenggaraan posyandu seperti berkomunikasi yang baik dan
benar
Kelompok kegiatan posyandu tidak memerlukan tim kerja yang S
21
baik dan efektif
Kelompok kegiatan cukup berkumpul dan bekerja bersama pada S
22
saat hari buka posyandu
Kader posyandu disyaratkan memiliki pengetahuan, keterampilan B
23
dan kemampuan untuk menjadi tim kerja
Pengelolaan dan penyelenggaraan posyandu tergantung dari biaya S
24
operasional yang disediakan pemerintah
Insentif atau gaji sangat diperlukan para kader sebagai upah bekerja S
25
mengelola posyandu
Masyarakat sebaiknya memberikan uang jasa saat mendapat S
26
pelayanan di posyandu
27 Posyandu adalah kegiatan layanan kesehatan milik pemerintah S

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


78

Lampiran 1.5 Lembar Pengamatan Kinerja Kelompok

Team Performance Scale


Skala ini digunakan untuk mengukur kualitas interaksi dan kinerja tim yang terdiri dari 18
item tentang seberapa baik kinerja tim Kelompok Kegiatan Posyandu dengan bentuk hasil
penilaiannya berupa skor rata-rata.

Pada kuesioner ini terdapat 18 pernyataan tentang kinerja kelompok kader posyandu.
Mulailah dengan membaca baik-baik dan perlahan setiap pernyataan, lalu beri tanda
ceklist (√) pada salah satu kolom angka yang paling sesuai dengan pengamatan saudara.

Contoh cara merespon:


Ceklist (√) kolom 1, jika kader tidak pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 2, jika kader hampir tidak pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 3, jika kader pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 4, jika kader selalu melakukan

HAMPIR
TIDAK
TIDAK PERNAH SELALU
NO PERNYATAAN PERNAH
PERNAH
1 2 3 4
1 Kader dalam kelompok selalu
menyampaikan pendapat atau
idenya ketika diskusi kelompok √

Hampir
Tidak
Tidak Pernah Selalu
No Item Pernah
Pernah
1 2 3 4
1 Semua anggota kader berpartisipasi dalam
diskusi
2 Ketika kader memiliki pendapat yang
berbeda, masing-masing kader
menjelaskan sudut pandangnya.
3 Kader mendorong satu sama lain untuk
mengekspresikan pendapat dan pemikiran
mereka.
4 Kader berbagi dan menerima kritik tanpa
menjadikannya masalah pribadi.
5 Sudut pandang yang berbeda dihormati
oleh semua kader.
6 Seringkali kader membantu sesama kader
untuk memberikan pemahaman dengan
memparafrasakan apa yang dia katakan.
7 Tim menggunakan beberapa teknik untuk
pemecahan masalah (seperti
brainstorming) dengan masing-masing
kader yang mempresentasikan ide-ide
terbaiknya.
8 Kader bekerja untuk menghasilkan solusi
yang memuaskan semua anggota

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


79

9 Semua kader secara konsisten


memperhatikan selama diskusi kelompok.
10 Tim secara aktif mengumpulkan banyak
sudut pandang sebelum memutuskan
jawaban akhir.
11 Kader mendengarkan satu sama lain
ketika seseorang menyatakan keprihatinan
tentang kinerja individu atau tim.
12 Kader bersedia berpartisipasi dalam
semua aspek yang relevan dengan tugas
kelompok
13 Kader menyelesaikan perbedaan pendapat
secara terbuka dengan mengutarakan
ide/pemikiran mereka.
14 Kader menggunakan umpan balik tentang
kinerja individu atau kelompok untuk
membantu tim menjadi lebih efektif.
15 Kader tampak memperhatikan apa yang
dikatakan kader lainnya ketika mereka
berbicara.
16 Kader menyelesaikan banyak konflik
dengan berkompromi di antara kader dan
masing-masing menyampaikan sedikit
pendapatnya.
17 Kader yang memiliki pendapat berbeda
menjelaskan sudut pandang mereka
kepada kelompok
18 Mengakui kader yang mengatakan hal
yang membantu kelompok mencapai
keputusan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


80

Lampiran 1.6 Panduan Wawancara

Wawancara dilakukan dalam rentang waktu yang berbeda dan dilaksanakan secara
terpisah dengan 2 metode yaitu wawancara individu pada key informan dan wawancara
kelompok melalui FGD. Daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada para partisipan
adalah sebagai berikut.
Bagian 1. Wawancara Key Informan

Panduan wawancara kepada Ketua Posyandu Wijaya Kusuma I dan II


No Pertanyaan
1 Posyandu Wijaya Kusuma masuk kategori strata apa? Pratama, Madya, Purnama atau
Mandiri?
2 Apa saja indikator dari setiap strata yang ibu ketahui?
3 Setiap berapa tahun sekali kepengurusan posyandu diganti (ketua, sekertaris, bendahara,
dll)?
4 Ada berapa jenis kegiatan yang harus ada di posyandu?
5 Apa saja tugas-tugas kader posyandu yang Ibu ketahui?
6 Adakah penilaian khusus terkait tim kerja (teamwork) di kelompok kegiatan posyandu
selama ini? Misalnya tentang kemampuan untuk mengatasi konflik di kelompok, cara
menyelesaikan masalah, kemampuan kader dalam berkomunikasi
7 Apabila penilaian khusus tersebut diatas belum ada, lalu apakah cara penilaian yang
dilakukan selama ini, dan siapa yang biasanya memberikan penilaian?
8 Apakah menurut Ibu, para kader sudah memiliki inisiatif yang cukup, kepercayaan yang
cukup, keterbukaan, tolong menolong, dan dukungan antara satu sama lain?
9 Apa saja pelatihan yang didapatkan dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini?
10 Bagaimana keterlibatan Puskesmas, RW dan tokoh masyarakat lainnya dalam
pengelolaan posyandu?
11 Berapa banyak kader dan balita di masing-masing posyandu?
12 Adakah biaya operasional kegiatan untuk pengelolaan posyandu? Apabila ada, bisakah
tolong disebutkan untuk apa saja biaya tersebut
13 Darimana saja sumber pembiayaan operasional tersebut?
14 Siapa yang bertanggungjawab terhadap laporan kegiatan posyandu dan kepada siapa
saja laporan tersebut diberikan?
15 Adakah pertemuan rutin bagi para kader posyandu setiap bulannya? Dan apa saja yang
dibahas dalam pertemuan tersebut? Bila tidak ada mohon disampaikan apa alasan
ketiadaan pertemuan rutin tersebut?
16 Bagaimana dengan keterlibatan kader dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu?
17 Seberapa aktif mereka berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan posyandu bila dilihat dari
tingkat kehadiran, sumbang ide dan saran, respon terhadap instruksi-instruksi?
18 Biasanya apa saja bentuk penghargaan yang diberikan oleh pemerintah terkait dengan
pengelolaan posyandu? Sudah berapa kali Posyandu Wijaya Kusuma mendapat
penghargaan?
19 Bagaimana tanggapan secara umum dari masyarakat dan puskesmas mengenai cara
kerja kader Posyandu Wijaya Kusuma?

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


81

Panduan wawancara kepada Ketua Kelompok Kerja Posyandu Kelurahan


Cipinang Melayu
No Pertanyaan
1 Berapa periode Ibu memegang jabatan sebagai Ketua Kelomppok Kerja Posyandu
Kelurahan
2 Secara umum, tingkatan posyandu di wilayah Kelurahan Cipinang Melayu masuk dalam
kategori apa?
3 Berapa banyak posyandu dan kader yang dimiliki oleh Kelurahan Cipinang Melayu dari
masing-masing RW?
4 Adakah penilaian yang diberikan kepada kelompok kegiatan posyandu, dari sisi
pelaksanaan kegiatan? Misalnya keterlibatan dan partisipasi kader, inovasi kegiatan,
efektivitas tim kerja (teamwork)
5 Adakah waktu yang ditentukan untuk melakukan penilaian, misalnya setahun sekali atau 2
(dua) tahun sekali?
6 Bagaimana cara penilaian kinerja tersebut dilakukan, berdasarkan apa? Misalnya laporan
lisan, tertulis, atau pengamatan langsung?
7 Berapa banyak pelatihan yang sudah didapat dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini?
8 Apa saja pelatihan yang sudah didapat, dan diselenggarakan oleh siapa?
9 Sebagai Ketua Kelompok Kerja Posyandu Kelurahan, bisakah Ibu memberikan sedikit
gambaran mengenai Kelompok Kegiatan Posyandu Wijaya Kusuma RW 03? Khususnya
mengenai kerja tim mereka (teamwork), misalnya kemampuan mereka dalam mengatasi
konflik, kemampuan mereka dalam memecahkan masalah, dan kemampuan komunikasi
mereka baik dengan sesama kader, dengan para ibu balita, atau dengan bidan puskesmas

Panduan wawancara kepada Pembina Posyandu Kelurahan Cipinang Melayu


No Pertanyaan
1 Apa saja pembinaan yang dilakukan oleh Kelurahan terhadap pelaksanaan program
kegiatan posyandu?
2 Adakah alokasi pembiayaan khusus bagi pengelolaan posyandu setiap bulannya?
3 Apa yang Ibu ketahui mengenai kinerja kelompok kegiatan posyandu?
4 Seberapa efektif kinerja posyandu-posyandu yang ada di Kelurahan Cipinang Melayu
sejauh pengamatan Ibu? Apakah sudah sesuai dengan pedoman penyelenggaraan
Revitalisasi yang digaungkan sejak tahun 2007?
5 Menurut Ibu, apa saja keterampilan interpersonal yang harus dimiliki oleh para kader-
kader posyandu untuk menjalankan perannya sebagai pemberi informasi kesehatan,
penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu, dan mengelola posyandu?
Keterampilan itu misalnya yang berkaitan dengan komunikasi diantara para kader,
kemampuan mengatasi konflik di internal kelompok, dan kemampuan memecahkan
masalah bersama-sama?
6 Apa saja pelatihan yang sudah dan akan mereka dapatkan untuk meningkatkan kinerja
kelompok kegiatan posyandu? Apakah ada jadwal tertentu untuk menyelenggarakan
pelatihan tersebut?

Panduan wawancara kepada Pembina Posyandu Puskesmas Cipinang Melayu


No Pertanyaan
1 Apa bentuk pembinaan yang dilakukan oleh Puskesmas terhadap pengelolaan posyandu
selama ini?
2 Adakah jadwal rutin pertemuan antara Puskesmas dan para Kader Posyandu?
3 Biasanya apa saja isi dari pertemuan tersebut? Dan bagaimana interaksi diantara para

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


82

kader tersebut dalam membahas permasalahan kesehatan yang ada di wilayah mereka
masing-masing?
4 Adakah penilaian yang diberikan kepada kelompok kegiatan posyandu, dari sisi
pelaksanaan kegiatan? Misalnya keterlibatan dan partisipasi kader, inovasi kegiatan,
efektivitas tim kerja (teamwork)
5 Adakah waktu yang ditentukan untuk melakukan penilaian, misalnya setahun sekali atau
2 (dua) tahun sekali?
6 Bagaimana cara penilaian kinerja tersebut dilakukan, berdasarkan apa? Misalnya
laporan lisan, tertulis, atau pengamatan langsung?
7 Seberapa efektif kinerja posyandu-posyandu yang ada di Kelurahan Cipinang Melayu
sejauh pengamatan Ibu? Apakah sudah sesuai dengan pedoman penyelenggaraan
Revitalisasi yang digaungkan sejak tahun 2007?
8 Sebagai Pembina Posyandu, bisakah Ibu memberikan sedikit gambaran mengenai
Kelompok Kegiatan Posyandu Wijaya Kusuma RW 03? Khususnya mengenai kerja tim
mereka (teamwork), misalnya kemampuan mereka dalam mengatasi konflik,
kemampuan mereka dalam memecahkan masalah, dan kemampuan komunikasi mereka
baik dengan sesama kader, dengan para ibu balita, atau dengan bidan puskesmas
9 Menurut Ibu, apa saja pelatihan yang diperlukan oleh para kader posyandu selain dari
keterampilan teknis pelayanan dan manjerial pengelolaan posyandu?

Panduan wawancara kepada Ibu balita yang rutin berkunjung ke posyandu


No Pertanyaan
1 Darimana Ibu tahu tentang posyandu?
2 Siapa yang memberitahu Ibu tentang pelaksanaan hari buka posyandu setiap bulannya?
3 Usia berapa bayi/balita Ibu saat ini? Sejak usia berapa bayi/balita Ibu dibawa ke
posyandu?
4 Siapa yang biasanya mengantarkan anak Ibu ke posyandu? Apakah selalu membawa
KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA (pink)?
5 Apa yang membuat Ibu tertarik datang ke posyandu?
6 Bisakah Ibu menyampaikan manfaat yang Ibu dapat dengan rutin datang ke posyandu?
7 Apakah Ibu sering bertanya tentang kesehatan anak Ibu kepada salah satu diantara
kadernya? Di meja yang mana biasanya Ibu mendapat informasi tentang kesehatan?
8 Apa yang Ibu amati setiap datang ke posyandu terkait dengan pelayanan yang diberikan
kadernya? Dan apa yang Ibu rasakan terkait dengan kenyamanan dan alur pelaksanaan?
9 Apakah Ibu pernah mendapat kunjungan rumah dari kader posyandu?

Panduan wawancara kepada Ibu balita yang tidak berkunjung atau tidak
berkunjung rutin ke posyandu
No Pertanyaan
1 Berapa usia bayi/balita Ibu sekarang? Dimana Ibu bersalin?
2 Apakah Ibu tahu tentang posyandu? Bila Ibu mengetahui, apa yang membuat Ibu
tidak/jarang berkunjung ke posyandu?
3 Apakah Ibu tahu pelaksanaan hari buka posyandu setiap bulannya? Bila Ibu mengetahui,
darimana Ibu mendapat informasi tersebut?
4 Apakah Ibu memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA (pink)? Apakah Ibu
mengetahui fungsi kartu atau buku tersebut?
5 Apakah Ibu mengenal kader-kader yang mengelola posyandu? Bila Ibu mengenal
mereka, pernahkah Ibu mendapat kunjungan rumah dari mereka?
6 Kapan terakhir Ibu berkunjung ke posyandu? Bisakah Ibu memberikan gambaran sedikit
mengenai pelaksanaan posyandu dan para kader yang bekerja?

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


83

7 Bila Ibu belum pernah berkunjung ke posyandu, apakah Ibu berminat untuk datang ke
posyandu suatu waktu nanti? Bila tidak, bisakah Ibu sampaikan alasannya?

Bagian 2. Focus Group Discussion (FGD)

Konsep FGD yang digunakan adalah Mini FGD yaitu grup diskusi yang terdiri dari
empat hingga lima orang. Desainnya adalah Exploratory Focus Group Task yang
bertujuan untuk menciptakan, mengumpulkan, mengidentifikasi, menemukan,
menjelaskan, dan mengeneralisasi dugaan, perasaan dan tingkah laku. Daftar panduan
pertanyaan yang didiskusikan adalah sebagai berikut :
a. Menanyakan pemahaman mengenai konsep dasar posyandu, seperti : apa kepanjangan
posyandu, manfaat posyandu, pengelola posyandu, kelompok sasaran posyandu,
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di posyandu

b. Menanyakan pemahaman dan pengetahuan kader mengenai struktur pengelola


posyandu, dari tingkat kelurahan sampai RW. Dan para kader posyandu di tingkat RW
ini disebut sebagai kelompok apa

c. Sebagai kelompok kegiatan, apakah mereka memahami bagaimana cara kerja dalam
kelompok/tim

d. Bagaimana pendapat mereka mengenai cara mereka bekerja selama ini

e. Apakah selama menjadi kader, mereka mengetahui pedoman pengelolaan posyandu

f. Apakah kelompok kegiatan posyandu ini memiliki agenda kerja, menyusun,


merancang, mengevaluasi kegiatan posyandu yang diadakan setiap bulan

g. Bagaimana cara kader berkomunikasi diantara mereka selama mengelola posyandu,


misal apa sarana yang mereka gunakan untuk saling terhubung, seberapa sering
mereka berdiskusi tentang hasil temuan posyandu, dll

h. Apa kesulitan yang sering dihadapi selama mengelola posyandu, bagaimana cara
mereka menyelesaikan permasalahan atau konflik yang terjadi dalam kelompok

i. Pelatihan apa saja yang sudah pernah didapat, kapan terakhir kali mengikuti pelatihan,
siapa yang menyelenggarakan, siapa saja yang diikutsertakan, dan bagaimana
tanggapan kader mengenai pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti

j. Sebagai kader, apa saja keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola posyandu
selain dari pelatihan-pelatihan yang sudah pernah diterima

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


84

Lampiran 1.7 Penilaian Kompetensi Kerja Tim

Bagian 1. Teamwork Competency Test Self-report

Pada kuesioner ini terdapat 36 pernyataan tentang pendapat Ibu terhadap kondisi
kelompok kerja posyandu. Mulailah dengan membaca baik-baik setiap pernyataan, lalu
beri tanda ceklist (√) jawaban Ibu pada salah satu kolom angka yang menggambarkan
pendapat Ibu.

Contoh cara merespon:


Ceklist (√) kolom 1, jika Ibu tidak pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 2, jika Ibu hampir tidak pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 3, jika Ibu pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 4, jika Ibu selalu melakukan

HAMPIR
TIDAK
TIDAK PERNAH SELALU
NO PERNYATAAN PERNAH
PERNAH
1 2 3 4
1 Saya selalu
menyampaikan
pendapat atau ide saya

ketika ada dalam suatu
pertemuan

------------------------------------------- Selamat Mengerjakan -----------------------------------


----

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


85

Saya dapat dengan mudah mengenali keadaan emosi orang-orang dengan


9 mengamati bahasa tubuh/ekspresi mereka meskipun mereka tidak
mengatakan secara langsung
Jika seseorang di tim saya bertindak tidak tepat, saya berbicara secara
10 pribadi dengannya dan mendorong anggota kelompok lain untuk
melakukan hal yang sama
Untuk mengatasi masalah yang terkait dengan tugas yang sepele, saya
11 tidak perlu berbicara terlebih dahulu dengan semua anggota kelompok
untuk mencapai keputusan.
Saya berusaha untuk membicarakan hal-hal yang kurang penting dengan
12 anggota kelompok demi menimbulkan semangat kelompok dan
komunikasi kelompok yang lebih baik.
Memiliki pengetahuan tentang keahlian dan kondisi anggota kelompok
13 sangat penting untuk membagikan tugas-tugas ke anggota kelompok
tersebut

Diskusi tanpa arahan atau panduan dapat membuat anggota kelompok


14
mengambil keputusan/hasil diskusi yang tidak akan mereka jalankan

Ketika kepentingan pribadi saya bertentangan dengan kepentingan


15 anggota lain, saya cenderung jujur dalam bernegosiasi sehingga mereka
bisa memahami kebutuhan saya

Saya merasa peduli dan berusaha untuk membuat konflik yang terjadi di
16
kelompok terlihat nyata sehingga dapat dicari penyelesaiannya

Saya berperan aktif dalam rapat kelompok dengan memberikan pendapat,


17 mengajukan pertanyaan, dan mengatakan pemikiran dan ide saya dengan
cara yang tulus dan terbuka

Saya sering membantu anggota lain di kelompok saya untuk memperjelas


18
peran dan tugas yang harus mereka lakukan

Ketika saya marah tentang sesuatu, saya mengungkapkan


19 ketidaknyamanan saya kepada kelompok dengan cara yang membangun
dan meminta alternatif solusi.

Saya ingin memberi tahu anggota kelompok yang lain tentang apa yang
20
mereka lakukan dan menilai serta menghargai pekerjaan mereka.

Jika ada sesuatu yang membuat saya marah pada kelompok, saya tidak
21
suka bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Saya mencoba menetapkan standar-standar pencapaian dalam tim kerja
22 saya sehingga kami dapat memantau pencapaian tugas yang kami sedang
kami kerjakan.
Ketika saya terlibat dalam tugas kelompok, saya peduli terhadap kejelasan
23
rencana mengenai tugas dan batas waktu penyelesaiannya.
Selama pertemuan kelompok, peraturan diperlukan untuk memastikan
24 bahwa semua anggota memberikan pendapat mereka dan untuk
menghindari hanya sedikit anggota yang berpartisipasi aktif.

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


86

Ketika melakukan tugas di mana ada anggota kelompok yang paling ahli
25 maka kontribusi yang dibuat oleh anggota lain menjadi tidak begitu
penting.
Dalam rapat-rapat kelompok, kami lebih sering untuk menampilkan
26 kedekatan antar anggota kelompok dan mencapai kesepakatan mayoritas
daripada memperhatikan pendapat anggota kelompok yang berbeda.
Saya mencoba mendengarkan pendapat teman-teman saya tanpa menilai
27
posisi mereka sebagai baik atau buruk.
Ketika bekerja dalam kelompok, saya mengatakan apa yang saya pikirkan
28
secara terbuka dan tulus.
Saya berharap rekan-rekan saya cukup percaya untuk mengatakan kepada
29
saya aspek-aspek pekerjaan saya yang paling tidak mereka sukai.
Saya terkadang berbicara dengan teman-teman saya tanpa tujuan
30
tertentu, saya hanya ingin berbagi waktu bersama
Penting bagi saya untuk memantau tugas yang diberikan kepada setiap
31
anggota tim
Saya memberikan saran kepada anggota yang lain mengenai seberapa
32
sukses berjalannya program yang kita lakukan bersama
Ketika melakukan tugas saya, saya mendahulukan pekerjaan yang paling
33 dibutuhkan anggota kelompok saya untuk menyelesaikan keseluruhan
tugas
Saya berusaha memastikan bahwa hasil pekerjaan saya dapat membantu
34
anggota kelompok yang lain untuk mengerjakan tugasnya

Demi kelompok, saya memberikan standar pekerjaan yang tingkat


35 kesulitan yang cukup sehingga memang diperlukan usaha anggota untuk
melakukannya
Saya sering memberikan penilaian atas pekerjaan yang telah dilakukan
36
anggota lain

---------------------------------------------- Terima Kasih ---------------------------------

Bagian 2. Item-item kuesioner hasil adaptasi dari kuisioner Teamwork Competency Test
(TWCT) Aguado et al. (2014)

Item Kuesioner Asli Item Hasil Adaptasi


1. When my work team is in conflict, I 1. Ketika kelompok kerja saya mengalami
try to make it explicit to find solution masalah, saya akan betul-betul berusaha untuk
pathways. mencarikan solusi terbaik
2. When I interact with my team mates, I 2. Ketika saya berbicara dengan teman-teman
ask questions to better understand kelompok saya, saya mengajukan pertanyaan
what they say. agar saya dapat memahami pembicaraan
3. When I disagree with others, I make tersebut lebih baik
an effort to focus on what we have in 3. Ketika saya tidak setuju dengan teman
common instead of centering on what kelompok, saya berusaha untuk fokus pada
separates us. kesamaan yang kami miliki dibandingkan fokus
4. I plan my tasks effectively pada hal-hal yang membuat kami berbeda
5. When my work team is in conflict, I 4. Saya merencanakan tugas-tugas saya secara
try to make it explicit to find solution efekti
pathways 5. Saya berusaha untuk menggunakan komunikasi
6. When I interact with my teammates, I yang sesuai untuk menyampaikan berbagai jenis
ask questions to better understand informasi yang berbeda dan menghindari cara
what they say formal yang sama
7. When we face an internal conflict 6. Saya sering ikut untuk memonitor performa
because of a communication problem kerja anggota kelompok
or misunderstanding, I try to solve it 7. Ketika kami mengalami konflik antar anggota
by asking questions and listening to karena masalah komunikasi atau
the people involved. kesalahpahaman, saya mencoba

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


87

8. I look at people when they talk to me menyelesaikannya dengan bertanya mengenai


and I modify my body language to masalah tersebut dan mendengarkan pendapat
show real interest in what they tell me. anggota kelompok yang terlibat
9. I can easily recognize people’s 8. Saya melihat orang lain ketika mereka berbicara
emotional states by observing their dengan saya dan saya menyesuaikan bahasa
nonverbal messages. tubuh saya untuk menunjukkan ketertarikan
10. If someone in my team acts pada apa yang mereka katakan
inappropriately, I talk privately with 9. Saya dapat dengan mudah mengenali keadaan
her/him, encouraging the rest of the emosi orang-orang dengan mengamati bahasa
team to do the same. tubuh/ekspresi mereka meskipun mereka tidak
11. To address the trivial task-related mengatakan secara langsung
issues, I do not need to talk first with 10. Jika seseorang di tim saya bertindak tidak tepat,
all team members so we reach a saya berbicara secara pribadi dengannya dan
decision. mendorong anggota kelompok lain untuk
12. I make an effort to talk about less melakukan hal yang sama
important things with my peers for the 11. Untuk mengatasi masalah yang terkait dengan
sake of team spirit and better internal tugas yang sepele, saya tidak perlu berbicara
communication. terlebih dahulu dengan semua anggota
13. Having knowledge about people’s kelompok untuk mencapai keputusan.
skills and situation requirements is 12. Saya berusaha untuk membicarakan hal-hal
critical to assign tasks properly. yang kurang penting dengan anggota kelompok
14. Discussions without directions or demi menimbulkan semangat kelompok dan
guides can lead group members to komunikasi kelompok yang lebih baik.
make decisions that they would not 13. Memiliki pengetahuan tentang keahlian dan
make on their own. kondisi anggota kelompok sangat penting untuk
15. When my personal interests are in membagikan tugas-tugas ke anggota kelompok
conflict with others’ interests, I tend to tersebut
be honest in the negotiation so that 14. Diskusi tanpa arahan atau panduan dapat
others understand my needs membuat anggota kelompok mengambil
16. I care and act to make team conflicts keputusan/hasil diskusi yang tidak akan mereka
explicit in a way that they can be jalankan
solved. 15. Ketika kepentingan pribadi saya bertentangan
17. I play an active role in team meetings dengan kepentingan anggota lain, saya
by offering my opinions, asking cenderung jujur dalam bernegosiasi sehingga
questions, and expressing my thoughts mereka bisa memahami kebutuhan saya
and ideas in a sincere and open way. 16. Saya merasa peduli dan berusaha untuk
18. I often help others in my team to membuat konflik yang terjadi di kelompok
make clear the roles and tasks they terlihat nyata sehingga dapat dicari
have to perform. penyelesaiannya
19. When I am upset about something, I 17. Saya berperan aktif dalam rapat kelompok
express my discomfort to the group in dengan memberikan pendapat, mengajukan
a constructive way, asking for solution pertanyaan, dan mengatakan pemikiran dan ide
alternatives. saya dengan cara yang tulus dan terbuka
20. I like to provide my peers with 18. Saya sering membantu anggota lain di
feedback about what they do and to kelompok saya untuk memperjelas peran dan
assess and value their work. tugas yang harus mereka lakukan
21. If something upsets me in my team, I 19. Ketika saya marah tentang sesuatu, saya
do not like to act as if nothing has mengungkapkan ketidaknyamanan saya kepada
happened. kelompok dengan cara yang membangun dan
22. I try to establish milestones in my meminta alternatif solusi.
work team so that we can monitor our 20. Saya ingin memberi tahu anggota kelompok
assigned tasks. yang lain tentang apa yang mereka lakukan dan
23. When I am involved in a team project, menilai serta menghargai pekerjaan mereka.
I care about having clear plans 21. Jika ada sesuatu yang membuat saya marah
concerning the tasks and the timing to pada kelompok, saya tidak suka bertindak
accomplish them. seolah-olah tidak ada yang terjadi.
24. During group meetings, regulation is 22. Saya mencoba menetapkan standar-standar
necessary to ensure that all members pencapaian dalam tim kerja saya sehingga kami

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


88

provide their opinions and to avoid dapat memantau pencapaian tugas yang kami
that only a few participate actively. sedang kami kerjakan.
25. When performing tasks in which one 23. Ketika saya terlibat dalam tugas kelompok, saya
is an expert, the contributions made by peduli terhadap kejelasan rencana mengenai
other members are not that important. tugas dan batas waktu penyelesaiannya.
26. In group decision meetings, it is more 24. Selama pertemuan kelompok, peraturan
usual to promote cohesion and reach a diperlukan untuk memastikan bahwa semua
majority agreement than to pay anggota memberikan pendapat mereka dan
attention to divergent opinions. untuk menghindari hanya sedikit anggota yang
27. I try listening to my peers’ opinions berpartisipasi aktif.
without evaluating their positions as 25. Ketika melakukan tugas di mana ada anggota
good or bad. kelompok yang paling ahli maka kontribusi
28. When working in a group, I say what I yang dibuat oleh anggota lain menjadi tidak
think in an open and sincere way. begitu penting.
29. I expect my peers trust enough to tell 26. Dalam rapat-rapat kelompok, kami lebih sering
me the aspects of my work that they untuk menampilkan kedekatan antar anggota
most dislike. kelompok dan mencapai kesepakatan mayoritas
30. I sometimes talk with my peers without daripada memperhatikan pendapat anggota
an objective, just for sharing a while kelompok yang berbeda.
together. 27. Saya mencoba mendengarkan pendapat teman-
31. It is important for me to monitor the teman saya tanpa menilai posisi mereka sebagai
tasks assigned to each team member. baik atau buruk.
32. I provide my peers with relevant 28. Ketika bekerja dalam kelompok, saya
information on how well I think the mengatakan apa yang saya pikirkan secara
team tasks are progressing. terbuka dan tulus.
33. When doing my job, I prioritize the 29. Saya berharap rekan-rekan saya cukup percaya
tasks most necessary for my untuk mengatakan kepada saya aspek-aspek
teammates to complete their work. pekerjaan saya yang paling tidak mereka sukai.
34. I try to ensure that my outputs match 30. Saya terkadang berbicara dengan teman-teman
the inputs needed by my peers to saya tanpa tujuan tertentu, saya hanya ingin
perform their tasks. berbagi waktu bersama.
35. For the sake of team work, I set 31. Penting bagi saya untuk memantau tugas yang
objectives with moderate difficulty so diberikan kepada setiap anggota tim
that effort is needed to accomplish 32. Saya memberikan saran kepada anggota yang
them. lain mengenai seberapa sukses berjalannya
36. I often provide my peers with feedback program yang kita lakukan bersama
on their task performance. 33. Ketika melakukan tugas saya, saya
mendahulukan pekerjaan yang paling
dibutuhkan anggota kelompok saya untuk
menyelesaikan keseluruhan tugas
34. Saya berusaha memastikan bahwa hasil
pekerjaan saya dapat membantu anggota
kelompok yang lain untuk mengerjakan
tugasnya
35. Demi kelompok, saya memberikan standar
pekerjaan yang tingkat kesulitan yang cukup
sehingga memang diperlukan usaha anggota
untuk melakukannya
36. Saya sering memberikan penilaian atas
pekerjaan yang telah dilakukan anggota lain

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


89

Lampiran 2 Rancangan Intervensi Pelatihan

Lampiran 2.1 Materi Pelatihan

Topik Materi
Kerja tim yang Menurut Johnson dan Johnson (2014), tim akan efektif apabila anggotanya berkomitmen untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya dan anggota
efektif dalam lainnya, senang bekerja bersama dan meyakini kesuksesan tim tergantung pada upaya semua anggota. Tim yang efektif sebagai berikut :
1. Adanya interdependensi positif dalam pelaksanaan tugas
2. Membangun komunikasi dua arah anggota grup yang efektif mengenai ide dan perasaan mereka secara akurat dan jelas.
3. Kepemimpinannya melibatkan seluruh anggota dan penentuan kewenangan berdasarkan keahlian
4. Proses pengambilan keputusan berjalan dinamis, dimana semua anggota terlibat secara aktif menyampaikan pendapat, dan menyelesaikan
konflik secara terbuka serta saling memberi feedback yang positif
5. Anggota saling bertanggung jawab untuk melakukan bagian pekerjaan yang adil dan mempromosikan keberhasilan satu sama lain.
Kompetensi 1. Memahami perlunya jaringan komunikasi atau saluran antar anggota yang berpengaruh kuat terhadap kinerja tim
Komunikasi Kerja 2. Menggunakan gaya komunikasi yang terbuka dan suportif
Tim 3. Terampil mendengarkan
4. Memahami dan menggunakan komunikasi non verbal
5. Melakukan percakapan ringan dan salam ritual
Kompetensi Studi Kasus 10 dimensi Kompetensi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
Interpersonal Keterbukaan/pengungkapan diri (self-disclosure)
Studi 1 :
Ibu A berperan menjadi kader yang ditugasi untuk menyiapkan lomba makanan sehat bagi balita
Ibu B berperan menjadi kader yang terpilih sebagai juru masak makanan sehat

Skenario :
Ibu A ditugasi sebagai penanggungjawab pelaksanaan lomba makanan sehat berdasarkan hasil musyawarah tim posyandu wijaya kusuma.
Sementara Ibu B, dipilih oleh Ibu A karena dianggap cocok menjadi juru masak makanan sehat. Ibu B merasa keberatan dengan penunjukkan
tersebut, dan hubungan antara Ibu A dan Ibu B bisa dikatakan tidak terlalu dekat. Ibu A berusaha menjalin hubungan awal yang baik dengan Ibu B,

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


90

dengan berusaha membuka diri dan mengungkapkan karakter pribadinya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lawan bicaranya

Empati
Studi 2 :
Ibu C berperan menjadi ketua posyandu wijaya kusuma
Ibu D berperan sebagai sekertaris posyandu wijaya kusuma

Skenario :
Ibu D sedang dalam kondisi kurang sehat dan butuh cukup istirahat. Namun, banyak laporan kegiatan penyelenggaraan posyandu yang harus
dirapihkan dan dilengkapi. Selain itu, dia juga harus menghadiri pertemuan rutin untuk sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan posyandu. Hal ini
ia sampaikan kepada Ibu C, saat dijenguk oleh beliau. Ibu C berusaha memahami dan mengerti kondisi Ibu D, dan menempatkan diri sendiri dalam
posisi Ibu D.

Relaksasi sosial
Studi 3 :
Ibu E berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Ibu F berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma

Skenario
Ibu E cemas dan khawatir terhadap tugas yang tidak mampu dia selesaikan dengan baik, dan menceritakan kekhwatirannya tersebut kepada ibu F.
Ibu F berusaha menanggapi dengan penuh empati dan berusaha memenangkan diri Ibu E. Lalu Ibu E mengatakan kalau ia tidak mau di
kritik/dibully karena kelalaiannya dalam menjalan tugas. Walaupun dia sudah berusaha maksimal. Ialu Ibu F menyatakan bahwa tidak perlu terlalu
memperhatikan pendapat orang lain, terutama kalau kita sudah berusaha maksimal

Asertif
Studi 4 :
Ibu G berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Ibu H berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


91

Skenario :
Ibu H diminta untuk menggantikan Ibu G di meja 3 Pencatatan. Biasanya Ibu H berada di meja 5 bagian PMT. Ibu H merasa tidak mampu untuk
bertugas di meja 3. Namun Ibu G berusaha meyakinkan Ibu H dengan memberikan pendapat yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki Ibu
H. Dan, meyakinkan bahwa bertugas di meja 3 itu tidak terlalu sulit. Hingga akhirnya Ibu H bersedia untuk bertugas di meja 3 dengan penuh
keyakinan dan percaya diri

Manajemen interaksi
Studi 5 :
Ibu I berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Ibu J berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma

Skenario :
Ibu I mendapat giliran menyusun laporan kegiatan hari buka posyandu bulan ini. Ibu J menawarkan diri untuk membantu Ibu I menyelesaikan
laporan, dan memulai percakapan dengan menanyakan apakah Ibu I membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan laporannya. Ibu I menyatakan
bersedia untuk dibantu. Lalu, Ibu J menawarkan untuk dikerjakan sama-sama esok hari dirumah Ibu I sambil santai menikmati cemilan yang akan
Ia bawa. Ibu I menyambut hangat tawaran tersebut. Ibu J mengakhiri percakapan dan memastikan rencana mereka berdua pada esok hari.

Altercentrism
Studi 6 :
Ibu K berperan menjadi bendahara posyandu wijaya kusuma
Ibu L berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma

Skenario :
Ibu K dan Ibu L baru saja selesai mengikuti rapat bulanan kader posyandu. Rapat itu dihadiri oleh perwakilan kader-kader dari seluruh posyandu
kelurahan. Ibu K merasa tertarik dengan sumber pembiayaan yang diperoleh salah satu posyandu lain di pertemuan itu, dan menyampaikannya
kepada Ibu L. Ibu L mendengarkan penjelasan Ibu K dengan seksama, dan bisa melihat betapa semangatnya Ibu K menceritakan inovasi-inovasi
yang bisa dilakukan agar sumber pembiayaan penyelenggaraan posyandu menjadi efektif dan efisien.

Ekspresif

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


92

Studi 7 :
Ibu M berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma
Ibu N berperan menjadi ketua posyandu wijaya kusuma

Skenario :
Ibu M datang ke rapat persiapan hari buka posyandu. Ia datang terlambat 1 jam dari jadwal yang ditentukan. Anggota kader lain sudah berkumpul
lebih awal. Ibu N menanyakan kabar Ibu M dengan penuh sukacita karena akhirnya yang ditunggu datang juga. Mengingat Ibu M adalah orang
yang aktif dan ceria, sehingga suasana rapat biasanya menyenangkan kalau ada Ibu N. Tanpa panjang lebar, Ibu M langsung menanyakan alasan
keterlambatan Ibu M. Namun Ibu M hanya menjawab kabarnya baik, dan alasan keterlambatan ia jawab dengan permohonan maaf tanpa bicara
lagi. Selama rapat pembahasan Ibu N memperhatikan Ibu M secara diam-diam, karena ia merasa ada sesuatu
yang menjadi ganjalan, atau lebih tepatnya ia melihat ada kesedihan dan kegelisahan. Ibu N masih berusaha mendekati dan memancing jawaban Ibu
M

Suportif
Studi 8 :
Ibu O berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma yang bertugas di Pokja IV Kelurahan
Ibu P berperan menjadi ketua posyandu wijaya kusuma

Skenario :
Ibu P mendapat kabar bahwa akan diadakan “gebyar posyandu” bulan depan. Ibu P merasa gelisah karena, beberapa perlengkapan pemeriksaan
balita rusak semua, hanya tersisa timbangan berdiri. Kas posyandu tidak mencukupi untuk membeli perlengkapan tersebut. Ibu O menanyakan
bagaimana persiapan untuk gebyar posyandu? Ibu P hanya tersenyum simpul karena tidak ingin Ibu O mengetahui kesulitan yang ia hadapi, karena
selama ini Ibu O lebih sering berada di kelurahan ketimbang di posyandu. Sehingga ia tidak tahu kondisi posyandu. Ibu O sebenarnya diam-diam
memperhatikan kondisi posyandu, lalu Ibu O memberanikan diri untuk menyampaikan kepada Ibu P, bahwa selama ini ia sudah membicarakan
kepada teman-teman kader di kelurahan untuk membantu sarana posyandu WK. Dan ternyata sarana yang dibutuhkan sudah tersedia hari, sehingga
kita bisa langsung ambil sama-sama ke kelurahan.

Immediacy
Studi 9 :

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


93

Ibu Q berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma


Ibu R berperan menjadi sekertaris posyandu wijaya kusuma

Skenario :
Ibu R mendekati Ibu Q yang sedang asyik mencatat nama-nama balita yang baru mengunjungi posyandu bulan ini. Ibu Q langsung beralih
pandangan dengan menunjukkan wajah cerianya ke Ibu R krn menyadari Ibu R berada disebelahnya. Dan menghadapkan tubuhnya ke Ibu R sambil
mejaga kontak mata, lalu menanyakan, apakah ada yang mau Ibu R tanyakan ke Ibu Q. Ibu R menjawab, tidak ada yang penting sebenarnya, hanya
ingin berbincang dengan Ibu Q, tapi kelihatannya Ibu Q sedang sibuk. Ibu Q lalu menjawab bahwa ia sudah hampir selesai mencatat, dan meminta
Ibu R untuk menunggu sebentar lagi setelah itu mereka akan berbincang

Kontrol Lingkungan
Studi 10 :
Ibu S berperan menjadi ketua posyandu wijaya kusuma
Ibu T berperan menjadi kader posyandu wijaya kusuma

Skenario :
Ibu S menyampaikan hasil evaluasi pelaksanaan posyandu bulan ini. Dari hasil evaluasi diketahui ada kendala dalam pemberian konseling
kesehatan kepada ibu balita yang bermasalah, sehingga Ibu S meminta salah satu kader yakni Ibu T yang pernah mengikuti pelatihan komunikasi
bagi kader posyandu untuk melatih para kader dalam keterampilan berkomunikasi. Namun dikarenakan Ibu T, sudah lama berlalu pelatihan
tersebut, jadi ia tidak langsung menyanggupi permintaan Ibu S. Ibu S menanyakan kapan Ibu T siap untuk memberikan pelatihan kepada kader
yang lain, dan juga perlengkapan apa saja yan dibutuhkan. Ibu S mengharapkan kader yang lain turut membantu menyiapkan pelatihan tersebut.
Setelah mendengar arahan Ibu S, Ibu T menjawab butuh waktu 1 minggu untuk persiapan. Mendengar jawaban Ibu T, Ibu S langsung menanyakan
kepada kader yang lain tentang kesiapannya untuk turut mempersiapkan dan mengikuti pelatihan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


94

Lampiran 2.2 Rundown Pelatihan

Bagian 1. Rancangan Rundown Pelatihan hari Pertama : 13 November 2018


MEDIA
DUR KEGIATA KOMPETENSI
WAKTU INDIKATOR MATERI KEGIATAN PEMBELAJARAN ALAT PIC
ASI N DASAR
BANTU
08.00-
30' Pendaftaran Peserta
08.30
Pembukaan
08.30- 10' Sambutan 1 Ketua RW 03 Cipinang Melayu : Bapak Muchtar Usman
09.00 10' Sambutan 2 Ketua Kelompok Kerja Posyandu Kelurahan : Ibu Barkat
10' Sambutan 3 Bidan Puskesmas Kelurahan Pembina Posyandu : Bidan Nur Farida
Kontrak belajar
Menciptakan Peserta dan fasilitator berdiri melingkar bersama-sama.
interaksi awal Ketika musik dinyalakan semua berjalan memutar, dan Sticky
dengan peserta ketika musik dihentikan, peserta atau fasilitator yang notes,
dan berdiri di titik yang telah ditentukan diminta untuk Spidol
membangun Peserta dan menyebutkan nama dengan disertai gerakan khasnya. permanen,
Perkenalan
suasana fasilitator saling Nama dan begitu seterusnya sampai semua memperkenalkan diri. plester
10' fasilitator dan fasilitator 1
sehingga mengenal satu Gerakan Lalu, peserta menuliskan nama mereka dalam sticky notes kertas,
09.00- peserta
peserta merasa sama lain laptop,
09.50 nyaman dan speaker,
leluasa lagu, pin
menyampaikan point
pendapatnya
Berhitung Semua peserta masih dalam lingkaran kecil, berhitung
Menciptakan
Terbentuk dua Bersama dan secara berurutan. Peserta yang menyebut angka ganjil
Pembentukkan metode Hadiah
10' kelompok secara membuat yel- berkumpul dalam 1 kelompok, dan peserta yang fasilitator 1
kelompok pembelajaran Kelompok
random yel menyebutkan angka genap berkumpul dalam 1 kelompok.
yang efektif
penyemangat Selanjutnya setiap kelompok membuat yel-yel

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


95

Menciptakan Kesepakatan
setting Peserta tata tertib kelas
Menjelaskan Fasilitator menyebutkan beberapa tata tertib yang akan
pembelajaran menyepakati dan yang akan Lembar
5' tata tertib disepakati, dan peserta menyatakan kesiapannya mengikuti fasilitator 1
yang nyaman, melaksanakan tata diberlakukan Tata Tertib
pelatihan tata tertib yang berlaku secara lisan
kondusif, dan tertib selama masa
menyenangkan pelatihan
Memperkuat
komitmen Tujuan
mengikuti pembelajaran,
Peserta
proses latar belakang
menyebutkan
pembelajaran penyelenggaraa
tujuan
Menjelaskan dan n pelatihan, dan Fasilitator menyebutkan tujuan pembelajaran secara umum
pembelajaran dan Laptop,
10' tujuan menanamkan beberapa dan khusus, latar belakang, dan rangkaian kegiatan melalui fasilitator 1
menyatakan LCD
pembelajaran tanggungjawab rangkaian tampilan slide presentasi
kesediaan untuk
atas hasil kegiatan yang
menrapkan hasil
pembelajaran akan diikuti
pembelajaran
untuk selama 2 hari
diterapkan dan kedepan
dikembangkan
Pre test Mengukur Kuesioner
pengetahuan tingkat pengetahuan
Teamwork, pengetahuan Peserta teamwork,
partisipan Fasiliator membagikan lembar kuesioner berisi 15 Lembar
Teamwork mengerjakan isian teamwork
15' sebelum pernyataan pilihan Benar atau Salah/BS kepada peserta, kusioner fasilitator 1
Communication, kuesioner secara communication
mengikuti lalu diisi secara individu dan timer
dan individu dan
Interpersonal pelatihan interpersonal
Communication communication
09.50-
10' Coffee break
10.00
Materi 1 : Kompetensi Komunikasi Teamwork
Fasilitator membagikan bola pingpong, kelereng, kertas
Mencairkan Karton 1/2
10.00- karton yang dibentuk 1/2 pipa dengan panjang 10cm
suasana dan Peserta mengikuti pipa, bola
12.00 sebanyak peserta dalam tiap kelompok. Lalu peserta
10' Ice breaking menciptakan permainan dengan Bola Esafet pingong fasilitator 2
diinstruksikan untuk menggiring bola pingpong dalam 1/2
kenyamanan bagi antusias dan
pipa secara estafet sebanyak 1 putaran. Selanjutnya bola
para peserta kelereng
ditukar dengan kelereng dan digiring secara estafet

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


96

sebanyak 1 putaran.

Para peserta melakukan brainstorming, mendiskusikan


pengalaman teamwork dalam kelompok posyandu,
LCD,
Peserta mempresentasikan hasil diskusi, bermain peran 3 tahapan
laptop,
Mengetahui dan menjelaskan penyelenggaraan posyandu, fasilitator memberikan
Definisi pulpen,
memahami pengertian Teamwork feedback, menonton tayangan video 'teamwork semut' dan
teamwork timer, slide
definisi teamwork teamwork dan kelompok 'teamwork pendayung'. Lalu peserta merefleksikan
100' dan presentasi, fasilitator 2
dan karakteristik menyebutkan posyandu yang pengalaman hasil bermain peran dan pengamatan video.
efektivitas kertas A4
teamwork yang karakteristik efektif Fasilitator memberikan permainan simulasi teamwork
teamwork kosong,
efektif teamwork yang 'gambar berantai'. Setelah itu peserta menyusun konsep
video
efektif teamwork posyandu yang efektif dan melakukan simulasi.
teamwork
Terakhir, peserta menyepakati hasil pembelajaran dan
merencanakan tindaklanjut hasil pembelajaran.
1. Jaringan Semua peserta melakukan brainstorming, mendiskusikan
komunikasi pengalaman komunikasi tim kelompok posyandu,
2. Gaya mempresentasikan hasil diskusi, bermain peran
Mengetahui dan Peserta
Komunikasi komunikasi tim, lalu fasilitator memberikan feedback. Laptop,
memahami menyebutkan 5
3. Mendengar Peserta menyusun konsep komunikasi tim yang efektif dan LCD, tali
Kompetensi kompetensi dimensi
aktif merefleksikan hasil pengalaman belajarnya. Peserta rafia, kertas
50' komunikasi komunikasi kompetensi Fasilitator 2
bermain permainan 'blind-square' dan merefleksikan A4 kosong,
teamwork dibutuhkan dalam komunikasi yang 4. Komunikasi pengalaman permainan. fasilitator memberikan feedback slide
tim kerja harus dimiliki non verbal melalui slide presentasi. Selanjutnya peserta melakukan presentasi
(teamwork) teamwork 5. Percakapan simulasi. Dan terakhir, peserta menyepakati hasil
ringan dan pembelajaran dan merencanakan tindaklanjut hasil
ritual salam pembelajaran.
12.00-
60' ISHOMA
13.00
Mencairkan
Permainan sambung akhir kata, dimana setiap peserta
suasana dan Peserta mengikuti
13.00- Sambung Akhir secara random menyebutkan sebuah kata, disambung oleh
10' Ice breaking menciptakan permainan dengan fasilitator 1
14.40 Kata peserta yang lainnya dengan kata yang berawalan huruf
kenyamanan bagi antusias
akhir kata yang disebutkan peserta sebelumnya
para peserta

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


97

Peserta melakukan brainstorming untuk mengenali tugas


Tugas dan dan peran mereka, lalu mendiskusinya dalam kelompok
Memahami dan
peran kader kecil dan mempresentasikan hasil diskusi. Fasilitator Laptop,
mengetahui
posyandu memberikan feedback dalam tampilan slide presentasi, lalu LCD, slide
definisi dan tugas Peserta dapat
Tugas Kader sesuai dengan peserta diminta bermain peran berdasarkan sebuah studi presentasi,
40' sebagai kader menyebutkan fasilitator 1
Posyandu Pedoman kasus 3 rangkaian kegiatan posyandu dalam sebulan. kertas A4
secara individu tugas kader secara Pengelolaan setelah itu peserta menyusun konsep mengenai tugas dan kosong,
maupun dalam individu dan Posyandu peran mereka, dilanjutkan mempresentasikan hasil refleksi alat tulis
kelompok kelompok dalam Kemenkes RI dari pengalaman belajar dan menyepakati hasil
kegiatan pembelajaran lalu merencanakan tindaklanjutnya
posyandu
Peserta melakukan brainstorming untuk mngenali 3
Memahami dan rangkaian kegiatan penyelenggaraan kegiatan posyandu,
mengetahui 3 Peserta Kegiatan lalu mendiskusinya dalam kelompok kecil dan Laptop,
rangkaian menyebutkan Sebelum hari mempresentasikan hasil diskusi. Fasilitator memberikan LCD, slide
3 Rangkaian
kegiatan yang secara 3 rangkaian buka, saat hari feedback dalam tampilan slide presentasi, lalu peserta presentasi,
50' Kegiatan fasilitator 1
harus kegiatan buka dan diminta melakukan simulasi 3 rangkaian kegiatan posyandu kertas A4
Posyandu
dilaksanakan oleh penyelenggaraan sesudah hari dalam sebulan. setelah itu peserta menyusun konsep 3 kosong,
kader dalam posyandu buka posyandu angkaian penting kegiatan yang harus dilakukan, alat tulis
kelompok dilanjutkan mempresentasikan hasil refleksi dari
pengalaman belajar dan menyepakati hasil pembelajaran
Penutupan
Review proses
pembelajaran Lembar
Menilai Peserta teamwork Fasilitator mengajak peserta mendiskusikan dan penilaian
Evaluasi
pelaksanaan memberikan kelompok merangkum hasil pengalaman belajar hari ini, dan self
20' hasil fasilitator 1
kegiatan pelatihan penilaian proses posyandu, dan memberikan feedback. Dan membagikan lembar penilaian assessment,
kegiatan
14.40- hari pertama pembelajaran kompetensi kegiatan IC-CbT kepada peserta kartu
15.10 komunikasi emoticon
teamwork
Peserta
Mempersiapkan menyatakan
Pemberitahu
para peserta untuk kesiapannya Fasilitator mempresentasikan secara singkat rancangan Slide
5' an pelatihan fasilitator 1
memasuki sesi-2 mengikuti Rancangan pembelajaran IC-CbT sesi-2 presentasi
hari kedua
pelatihan, esok pelatihan esok pembelajaran
hari hari sesi-2 pelatihan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


98

5' Doa penutup


Media
Ajar
Laptop, LCD, sound system, flip chart, kertas A4, spidol papan tulis, spidol permanen, sticky notes, alat tulis
(Alat dan
Bahan)

Referensi Steven dan Campions (1994); Aguado et al. (2014); Pedoman Pengelolaan Posyandu (2012)

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


99

Bagian 2. Rancangan Rundown Pelatihan Hari Kedua : 14 November 2018

DU
MEDIA
WAKTU RA KEGIATAN KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI KEGIATAN PEMBELAJARAN PIC
BANTU
SI
08.00-
15' Pendaftaran ulang peserta
08.30
Peserta Ringkasan materi
Memunculkan ingatan menyimpulkan teamwork kelompok
Fasilitator mengajak peserta melakukan LCD,
mengenai kembali inti dari posyandu,
08.30- Review brainstorming dan diskusi pengalaman Laptop, Fasiltator
30' teamworkkelompok setiap materi yang kompetensi
09.00 Pembelajaran pembelajaran dan memberikan feedback slide 1
posyandu dan tugas dan disampaikan teamwork, tugas dan
melalui slide presentasi presentasi
kinerja tim posyandu sebelumnya dengan kinerja tim
bahasanya sendiri posyandu.
09.00-
Istirahat/Coffee break
09.10
09.10-
Materi 3 : Komponen Interpersonal Komunikator
11.10
Menciptakan interaksi awal Fasilitator menyapa peserta dengan 'hello'
dengan suasana keakraban, Peserta mengikuti lalu peserta menjawab 'hai' dan sebaliknya.
Say Hello-Hai dan Fasiltator
10' Ice breaking penuh semangat dan fokus dengan penuh Setelah itu peserta membentuk lingkaran
Tangkap Jari 1
terhadap apa yang harus semangat dan melakukan permainan tangkap jari
dicapai melalui aba-aba fasilitator

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


100

Semua peserta melakukan brainstorming,


LCD,
mendiskusikan pengalaman komunikasi
laptop,
antar kader kelompok posyandu,
pulpen,
mempresentasikan hasil diskusi, bermain
timer,
peran komunikasi antar kader, fasilitator
Menjelaskan slide
memberikan feedback, menonton tayangan
pengertian, Mengetahui dan memahami Peserta mampu presentasi
video komunikasi efektif dan tidak efektif.
proses dan definisi komunikasi efektif, mempraktekkan komunikasi efektif , kertas Fasilitator
60' Lalu peserta merefleksikan pengalaman
kriteria prinsip komunikasi efektif proses komunikasi 'REACH' A4 2
hasil bermain peran dan pengamatan video.
komunikasi dan proses komunikasi yang efektif kosong,
Fasilitator memberikan permainan 'pesan
efektif video
berantai'. Setelah itu peserta menyusun
komunika
konsep komunikasi efektif dan melakukan
si efektif
simulasi. Terakhir, peserta menyepakati
dan tidak
hasil pembelajaran dan merencanakan
efektif
tindaklanjut hasil pembelajaran.

Semua peserta melakukan brainstorming,


mendiskusikan pengalaman komunikasi tim
kelompok posyandu, mempresentasikan Laptop,
Peserta hasil diskusi, bermain peran interpersonal LCD, tali
Mengetahui dan memahami
Membentuk mempraktekkan 5 komponen komunikator, fasilitator memberikan rafia,
komponen interpersonal Fasilitator
50' interpersonal interpersonal interpersonal feedback. Fasilitator memberikan feedback kertas A4
yang penting bagi 2
komunikator komunikator dengan komunikator melalui slide presentasi. Selanjutnya peserta kosong,
komunikator
baik melakukan simulasi. Dan terakhir, peserta slide
menyepakati hasil pembelajaran serta presentasi
merencanakan tindaklanjut hasil
pembelajaran.

11.10-
Materi 4 : Kompetensi Komunikasi Interpersonal
14.30

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


101

Menyegarkan fisik dan


Peserta penuh
psikologis, penguatan Peserta berdiri berpasangan, fasiltator
semangat dan
konsentrasi, kesigapan, Angka dan Energi menginstruksikan beberapa gerakan yang Fasilitator
10' Ice breaking bergembira
kekompakan, dan Positif dilakukan, ketika fasilitator menyebutkan 2
mengikuti
kemampuan mendengarkan angka 1-4
permainan
instruksi
Semua peserta melakukan brainstorming, Laptop,
mendiskusikan pengalaman hubungan LCD,
Peserta mampu
Pengertian Mengetahui dan memahami Komunikasi dalam interaksi secara interpersonal dalam kertas A4
mempraktekkan Fasilitator
30' Komunikasi pengertian komunikasi setting hubungan kelompok posyandu, mempresentasikan kosong,
komunikasi 2
Interpersonal interpersonal yang efektif interpersonal hasil diskusi, bermain peran komunikasi alat tulis,
interpersonal
interpersonal secara berpasangan, lalu slide
fasilitator memberikan feedback. presentasi
60' ISHOMA
Peserta menyusun konsep komunikasi
interpersonal yang efektif berdasarkan hasil
refleksi pengalaman belajarnya. fasilitator
Laptop,
memberikan contoh 10 dimensi komunikasi
Melatih 10 10 dimensi LCD,
Peserta mampu interpersonal dan meminta peserta untuk
dimensi Mempraktekkan komunikasi kertas A4
mempraktekkan melakukan simulasi komunikasi Fasilitator
100' kompetensi komunikasi interpersonal interpersonal kosong,
komunikasi interpersonal berdasarkan pengalaman 1 dan 2
komunikasi yang efektif menurut Rubin dan alat tulis,
interpersonal mereka mengelola posyandu. Lalu peserta
interpersonal Martin (1994) slide
mempresentasikan pengalaman belajarnya
presentasi
dan menyepakati hasil pembelajaran serta
merencanakan tindaklanjut hasil
pembelajaran dalam teamwork mereka
Penutup
Mengetahui dan tertulis :
14.30- Peserta menjawab setiap lembar
Menilai perubahan Intrumen
15.00 mengerjakan isian pertanyaan yang Fasilitator memberikan kuesioner observasi
15' Post test pengetahuan tentang ICCS dan
kuesioner secara tertulis mengenai komunikasi interpersonal dan
komunikasi interpersonal TPS
individu komunikasi lembar
interpersonal instrumen

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


102

Fasilitator menampilkan slide item-item


Peserta memberikan Mereview proses Lembar
penilaian kegiatan pelatihan hari kedua
Menilai pelaksanaan penilaian proses pembelajaran penilaian self Lembar
Evaluasi hasil dan meminta peserta untuk memberi
10' kegiatan pelatihan hari pembelajaran dan komunikasi assessment, evaluasi
kegiatan tanggapan dengan menempelkan kartu
kedua menuliskan pesan interpersonal yang kartu individu
emticon pada kertas penilaianyang
dan kesan efektif emoticon
disediakan
Pemberitahua Peserta bersama
Menyusun rencana Media
n rencana fasilitator Fasilitator menyusun rencana
pendampingan komunikasi
tindak lanjut Membuat jadwal pertemuan menentukan waktu pendampingan bersama para peserta
untuk menyiapkan whatsapp
observasi bersama fasilitator sebelum pelaksanaan yakni 1 (satu ) pekan setelah pelatihan
perencanaan hari group dan
5' pasca hari buka posyandu bulan pertemuan sebelum untuk menyiapkan rencana kegiatan
buka posyandu surat
pelatihan dan November 2018 hari buka posyandu hari buka posyandu bulan November
bulan November undangan
pemberian bulan November 2018
2018 pertemuan
sertifikat 2018
Doa penutup

Referensi Rubin dan Martin (1994), Steven dan Campions (1994)

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


103

Lampiran 2.3 Instrumen Penelitian

Bagian 1. Kuesioner Kompetensi Komunikasi Interpersonal

Interpersonal Communication Competency Scale (ICCS)


Berikut ini beberapa pernyataan mengenai bagaimana Ibu berinteraksi dengan Kader lain. Untuk
setiap pernyataan, beri tanda ceklist (√) pada salah satu kolom angka yang paling mencerminkan
komunikasi Ibu dengan dengan Kader lain. Mohon bersikap jujur dalam memberikan respons dan
menggambarkan perilaku komunikasi Ibu dengan sangat hati-hati.

Contoh cara merespon:


Ceklist (√) kolom 1, jika Ibu tidak pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 2, jika Ibu hampir tidak pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 3, jika Ibu pernah melakukan
Ceklist (√) kolom 4, jika Ibu selalu melakukan

HAMPIR
TIDAK
TIDAK PERNAH SELALU
NO PERNYATAAN PERNAH
PERNAH
1 2 3 4
1 Saya selalu menyampaikan pendapat
atau ide saya ketika ada dalam suatu
pertemuan

Hampir
Tidak
Tidak Pernah Selalu
No Item Pernah
Pernah
1 2 3 4
Keterbukaan diri
1 Saya mengijinkan kader lain untuk
mengenal diri saya sebenarnya (sifat-
sifat buruk dan baik)
2 Kader lain tahu apa yang Saya pikirkan
3 Saya mengungkapkan perasaan Saya
kepada kader lain
Empati
4 Saya bisa menempatkan diri Saya
terhadap Kader lain
5 Saya tidak tahu persis apa yang
dirasakan oleh Kader lain
6 Kader lain berpikir bahwa Saya bisa
memahami dirinya
Relaksasi Sosial
7 Saya merasa nyaman dalam
berhubungan dengan para Kader lain
8 Saya merasa santai dalam pertemuan
kelompok kecil
9 Saya merasa tidak aman dalam
kelompok yang berisi orang-orang baru

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


104

atau tak dikenal


Ketegasan (Assertiveness)
10 Ketika Saya disalahkan, Saya akan
menghadapi siapa yang menyalahkan
Saya
11 Saya merasa sulit membela diri Saya
sendiri
12 Saya berani membela hak Saya
Kemampuan mengontrol pembicaraan yang
mendominasi (Altercentrism)
13 Saya terbiasa berbincang satu sisi saja
14 Saya memberitahu orang lain bahwa
Saya mengerti apa yang mereka
katakan
15 Pikiran Saya berkelana kemanan-mana
selama berbincang
Manajemen Interaksi
16 Perbincangan Saya biasanya bergeser
perlahan dari satu topik ke topik
berikutnya
17 Saya mengambil alih perbincangan dan
Saya merundingkan topik apa yang
akan dibicarakan
18 Dalam perbincangan dengan para
Kader, Saya bisa melihat apa yang
dikatakan dan tidak dikatakan mereka
Menunjukkan Ekspresi (Expressiveness)
19 Para Kader lain bisa mengetahui kapan
Saya bahagia atau sedih
20 Saya sulit menemukan kata-kata untuk
mengekspresikan diri
21 Saya mudah mengekspresikan diri
melalui kata-kata
Memberikan simpati atau dorongan
(Supportiveness)
22 Komunikasi Saya biasanya bersifat
menjabarkan/menggambarkan saja,
tidak berdasarkan penilaian untuk
membentuk gagasan tentang nilai
sesuatu (evaluatif).
23 Saya berkomunikasi dengan Kader lain
seakan mereka sama
24 Kader lain menggambarkan Saya
adalah orang yang
hangat/menyenangkan
Kedekatan (Immediacy)
25 Para kader percaya bahwa Saya peduli
dengan mereka
26 Saya berusaha menatap mereka ketika
Kader lain berbicara dengan Saya
27 Saya memberi tahu para Kader ketika
merasa dekat dengan mereka
Kontrol Lingkungan
28 Saya dapat mencapai tujuan

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


105

komunikasi Saya
29 Saya bisa mengajak Kader lain untuk
berpihak pada Saya
30 Saya kesulitan meyakinkan Kader lain
untuk melakukan apa yang Saya mau
mereka lakukan

Bagian 2. Lembar Pengamatan Kompetensi Komunikasi Interpersonal

Bagian 3. Lembar Pengamatan Kompetensi Komunikasi Kerja Tim

Tidak Selalu
Kode Pengamatan Komunikasi Tim Dilakukan
dilakukan Dilakukan
1. Kader menghasilkan pesan yang lengkap dan
spesifik.
2. Kader meminta umpan balik tentang pemahaman
pesan
3. Kader membuat ringkasan sepanjang interaksi
komunikasi untuk menunjukkan pemahaman.
4. Kader berkomunikasi secara terbuka dan
mendukung sehingga dia mengenali yang lain

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


106

Lampiran 2.4 Lembar Debrief

LEMBAR DEBRIEF

Judul Penelitian: Meningkatkan Keterampilan Interpersonal kader dalam Teamwork


Posyandu melalui Pelatihan Keterampilan Interpersonal yang Efektif di Posyandu Wijaya
Kusuma RW 03 Cipinang Melayu-Makasar Jakarta Timur

Nama Peneliti : Lina Martina Sari


E-mail : lina.martina@ui.ac.id/bidannina2011@gmail.com

Terima kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitan ini. Lembar debrief ini akan
memberikan informasi detail mengenai penelitian yang telah dilaksanakan.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek dari Pelatihan Komunikasi


Interpersonal yang Efektif terhadap Peningkatan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal para kader dalam teamwork posyandu. Apabila intervensi pelatihan
dalam penelitian ini berhasil, harapannya dapat menjadi salah satu keterampilan yang bisa
dipelajari oleh semua kelompok kegiatan posyandu, sehingga kinerja tim menjadi lebih
efektif dan keberadaan program posyandu makin memberikan dampak yang postif
terhadap kesehatan bayi/balita di Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Penelitian ini membagi partisipan ke dalam 2 (dua) kelompok dimana 1 (satu)
kelompok menjadi kelompok eksperimen yang diberikan intervensi pelatihan, dan 1
(satu) kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi. Hal ini bertujuan untuk melihat
perbedaan dari pemberian intervensi pelatihan Komunikasi Interpersonal yang Efektif
terhadap kelompok eksperimen. Semua data, rekaman, wawancara, dan informasi lainnya
yang didapat serta Ibu berikan selama penelitian ini bersifat rahasia serta murni
dipergunakan untuk tujuan penelitian dan tidak untuk hal lain.
Jika tedapat hal-hal yang hendak Ibu diskusikan terkait penelitian ini, silahkan
hubungi peneliti di nomor atau email yang tersedia. Jika Ibu ingin menarik kembali data
Ibu, silahkan informasikan kepada eksperimenter sekarang atau menghubungi peneliti
pada lain waktu.

Peneliti,

Lina Martina Sari

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


107

Lampiran 2.5 Lembar Informed Consent

INFORMED CONSENT

Assalamualaikum Warrahmatullohi Wabarokatuh

Selamat pagi/ siang/ malam,

Perkenalkan nama saya, Lina Martina Sari Mahasiswa S2, Magister Psikologi Intervensi
Sosial, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Saat ini sedang melakukan penelitian
(Tesis) mengenai Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Kader
dalam Tim Kerja (teamwork) Posyandu melalui Pelatihan Komunikasi
Interpersonal yang Efektif. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melihat efektivitas
dari program pelatihan komunikasi interpersonal yang efektif dalam peningkatan
keterampilan komunikasi interpersonal kader. Pelatihan dilaksanakan selama 2 (dua) hari,
ketetapan waktunya berdasarkan kesepakatan bersama.

Bersama surat ini, Saya bermaksud meminta kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang berisi beberapa pernyataan mengenai
kinerja kelompok kegiatan posyandu serta mengikuti pelatihan keterampilan komunikasi
tersebut diatas. Hasil dari Data dan jawaban yang Ibu berikan dijamin kerahasiaannya
dan hanya digunakan demi kepentingan penelitian ini saja. Peneliti tidak akan
mencantumkan nama Ibu pada laporan penelitian ini. Keikutsertaan pada penelitian ini
bersifat sukarela dan tidak ada paksaan. Ibu berhak menolak atau berhenti untuk
mengikuti penelitian ini kapan saja tanpa ada konsekuensi apa pun.

Jika Ibu bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitiaan ini, silahkan untuk mengisi
nama atau inisial dan tanda tangan Ibu pada halaman berikut. Apabila ada hal-hal yang
ingin disampaikan berkaitan dengan penelitian ini, Ibu dapat menghubungi Saya di nomor
08176546583 atau dapat melalui email : bidannina2011@gmail.com. Atas kesediaan dan
partisipasi Ibu dalam penelitian ini, Saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullohi Wabarokatuh

Peneliti

Lina Martina Sari

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


108

Lampiran 2.6 Lembar Pernyataan Kesediaan Partisipan

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN PARTISIPASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini tanpa paksaan dari pihak mana pun dan dalam
keadaan sadar,

Nama/Inisial : ........................................................................................

Usia : ............................................................................. tahun

Jenis kelamin : L/P (*lingkari yang sesuai)

Posisi di posyandu : pengurus inti/anggota (*lingkari yang sesuai)

Pendidikan terakhir : ........................................................................................

Lama menjadi kader : .............................................................................. tahun

Nomor telp/hp : ........................................................................................

Seperti yang telah disampaikan, Saya memahami bahwa Saya sebagai kader posyandu
bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Dengan demikian Saya memahami apa
yang diharapkan dan menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Mengizinkan dilakukan intervensi terhadap Saya
2. Mengisi lembar kuesioner yang diberikan
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, ............................................. 2018

Partisipan

......................................................................
(Nama/Inisial Kader dan tanda tangan)

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


109

Lampiran 3 Uji Statistik

Lampiran 3.1 Analisis Data Kuantitatif Keterampilan Komunikasi


Interpersonal

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ICSSPreTot ICCSPost1Tot

N 8 8
a,b
Normal Parameters Mean 77,2500 76,3750
Std. Deviation 8,11964 7,48212
Most Extreme Differences Absolute ,176 ,149
Positive ,165 ,096
Negative -,176 -,149
Test Statistic ,176 ,149
c,d c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200 ,200

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Uji Paired Sample T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Ipre_tot 70,2857 7 9,75900 3,68856

Ipost_tot 81,1429 7 11,62510 4,39387

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Ipre_tot & Ipost_tot 7 ,542 ,209

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019


110

Lampiran 3.2 Analisis Data Kuantitatif Keterampilan Komunikasi Kerja


Tim

Uji Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
KE_Post_C - KE_Pre_C Negative Ranks 0 ,00 ,00
b
Positive Ranks 7 4,00 28,00
c
Ties 0

Total 7

a. KE_Post_C < KE_Pre_C


b. KE_Post_C > KE_Pre_C
c. KE_Post_C = KE_Pre_C

a
Test Statistics

KE_Post_C -
KE_Pre_C
b
Z -2,388
Asymp. Sig. (2-tailed) ,017

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Lampiran 3.3 Analisis Data Kuantitatif Korelasi Peningkatan Keterampilan


Komunikakasi Interpersonal dengan Keteramipilan Komunikasi Kerja Tim

Uji Pearson Correlation

Correlations
ICCS TWCT
**
ICCS Pearson Correlation 1 ,596
Sig. (2-tailed) ,004
N 24 21
**
TWCT Pearson Correlation ,596 1
Sig. (2-tailed) ,004
N 21 21
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Indonesia

Meningkatkan komunikasi..., Lina Martina Sari, FPsi UI, 2019

Anda mungkin juga menyukai