Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338390682

BAHASA RAHASIA PADA KALANGAN PENGGUNA NAPZA DI


KOTA/KABUPATEN BANDUNG (SECRET LANGUAGE AMONG NARCOTIC
DRUGS AND PSYCHOTROPIC SUBSTANCES USERS IN BANDUNG CITY/ RE....

Article · January 2020


DOI: 10.26499/metalingua.v17i2.285

CITATIONS READS

0 5,422

9 authors, including:

Rengganis Citra Cenderamata Dadang Suganda


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
4 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    46 PUBLICATIONS   27 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Nani Darmayanti
Universitas Padjadjaran
33 PUBLICATIONS   37 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Article for Dissertation View project

Tuturan Hipnoterapi dalam Bahasa Indonesia: Kajian Pragmastilistika View project

All content following this page was uploaded by Rengganis Citra Cenderamata on 04 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Rengganis Citra et al.: Bahasa Rahasia pada Kalangan ...

BAHASA RAHASIA PADA KALANGAN PENGGUNA NAPZA


DI KOTA/KABUPATEN BANDUNG

(SECRET LANGUAGE AMONG NARCOTIC DRUGS AND


PSYCHOTROPIC SUBSTANCES USERS IN BANDUNG CITY/
REGENCY)

Rengganis Citra
Program Studi Pascasarjana Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung--Sumedang km 21, Jatinangor, Sumedang, Indonesia
Ponsel: 082312179695
Pos-el: crengganiscitra@gmail.com

Dadang Suganda
Program Studi Pascasarjana Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung--Sumedang km 21, Jatinangor, Sumedang, Indonesia

Nani Darmayanti
Program Studi Pascasarjana Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung--Sumedang km 21, Jatinangor, Sumedang, Indonesia

Abstrak
Bahasa rahasia, yaitu argot digunakan secara terbatas pada kalangan tertentu dan
memiliki variasi pemakaian yang berbeda dari bahasa sehari-hari. Salah satu tujuan
pemakaian bahasa rahasia adalah untuk merahasiakan percakapan mereka agar
tidak dapat dipahami oleh orang yang bukan komunitasnya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan proses pembentukan kosakata, mendeskripsikan
makna acuan, dan fungsi pemakaian kosakata yang digunakan oleh pengguna
napza di Kota/Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara kepada pengguna napza di
Kota/Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan tiga hal, yaitu (1) proses
pembentukan kosakata meliputi penggabungan (blending), pemendekan (clipping),
singkatan (initialism), pemajemukan (compounding), infleksi (inflection), derivasi
(derivation), dialek dan penyerapan (borrowing), metatesis, ikonitas, asosiasi, dan
nonprediktif /arbitrer, (2) acuan makna yang terkandung dalam kosakata pengguna
napza bervariasi, bergantung pada makna leksikal dan gramatikal, dan (3) terdapat
dua fungsi penggunaan bahasa rahasia pada kalangan pengguna napza di Kota/
Kabupaten Bandung, yaitu sebagai alat komunikasi dan pelindung kelompok.
Kata kunci: bahasa rahasia, pembentukan kata, makna, fungsi

Abstarct
A secret language, or argot, has a variety of uses that is different from everyday
language. It is used limitedly to particular groups that prevents outsiders from
understanding their conversations. This article aims to describe the word formation
process, the references of meaning, and the functions of the vocabularies used by
the narcotic drugs and psychotropic substances users in Bandung City/Regency.
The method used in this study is a qualitative method by interviewing the research
participants, namely the drug users. The result of the study shows that; (1) the word
formation process includes blending, clipping, initialism, compounding, inflection,
derivation, dialect and borrowing, metathesis, iconicity, association, and non-

177
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2019:177–190

predictive/arbitrariness, (2) the references of the vocabularies vary depending on


the lexical and grammatical meanings, and (3) there are two functions in varieties
of languages among narcotic drugs and psychotropic substances users in Bandung
City/Regency, namely as a communication tool and a protection of the group.
Keywords: secret language, word formation, meaning, functions

1. Pendahuluan the members. The special code is a variety of an


Pada dasaranya manusia adalah makhluk ordinary language and because the purpose of
sosial yang harus berinteraksi dengan orang its creation and use is usually for a secret one,
lain untuk menyatakan ide, gagasan/pikiran, dan it is classified as a secret language variety”.
pe­rasaan. Dalam berinteraksi dengan sesama, Pendapat tersebut dapat diterjemahkan ‘dalam
manusia memerlukan suatu alat, yaitu bahasa sebuah komunitas yang di dalamnya terdapat
yang digunakan untuk menjalin komunikasi dengan orang-orang yang mengatur kelompok dan
baik dan benar. Secara sederhana, bahasa dapat menggunakan kode spesial (variasi bahasa)
diartikan sebagai media untuk menyampaikan ketika berkomunikasi dengan sesama anggotanya.
sesuatu yang terlintas di dalam pikiran atau Kode spesial merupakan variasi bahasa yang
perasaan. Dalam pemakaiannya, bahasa menjadi diciptakan untuk merahasiakan sesuatu sehingga
sangat beragam. Keragaman bahasa dapat berupa kode spesial tersebut dikategorikan sebagai bahasa
lisan, tulis, atau bahkan gerak tubuh bergantung rahasia (secret language)’.
pada kebutuhan dan tujuan komunikasi. Bahasa rahasia, seperti jargon, argot, atau
Bahasa erat kaitannya dengan masyarakat ken memiliki tujuan agar bahasa komunitasnya
karena untuk mengkaji bahasa tertentu pasti tidak bisa dipahami oleh orang lain dan hanya
berkaitan dengan penggunanya. Masyarakat In­ bisa dipahami oleh komunitas itu sendiri. Dengan
donesia merupakan masyarakat yang majemuk. kata lain, informasi yang disampaikan itu bersifat
Kemajemukan tersebut ditandai oleh adanya rahasia. Dalam proses berkomunikasi sehari-
kelompok-kelompok sosial pada wilayah tertentu hari kelompok sosial (pengguna napza) acapkali
yang menggunakan bahasa tertentu pula. menggunakan terminologi (istilah-istilah) tersendiri
Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh
yang digunakan berdasarkan kebutuhan perse­ sesama anggotanya (sesama pengguna napza).
orangan atau kelompok, yaitu (i) sebagai alat Hal tersebut dilakukan untuk mengelabui ang­
untuk mengekspresikan diri, (ii) sebagai alat gota kelompok selain pengguna napza, terutama
untuk berkomunikasi, (iii) sebagai alat untuk aparat kepolisian. Dengan demikian, bahasa
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial yang digunakan pada kalangan pengguna napza
dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan dikategorikan sebagai bahasa rahasia (secret
(iv) sebagai alat untuk melakukan kontrol language), yaitu argot.
sosial (Keraf, 1997: 3). Dari pengertian fungsi Argot adalah variasi bahasa yang bersifat
bahasa tersebut, jelaslah bahwa bahasa memiliki khusus dan rahasia; bahasa yang maknanya
peranan penting dalam kehidupan manusia. Dari hanya diketahui oleh penggunanya. Melalui ilmu
keempat fungsi bahasa tersebut, yang menarik bahasa (linguistik), makna dari kosakata argot
untuk dikaji adalah fungsi bahasa nomor (ii) dan juga dapat diketahui melalui pembentukannya.
(iii). Kedua fungsi bahasa ini berkaitan dengan Boyer (dalam Utami (2008:2) mengemukakan
perkembangan dan variasi pemakaian bahasa, bahwa pembentukan kosakata bahasa argot
misalnya, bahasa gaul (slang) dan bahasa rahasia dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan
(secret language). pemenggalan kata, pengulangan, pembalikan,
Dalam kajian sosiolinguistik, dikenal metafora, dan metonimia. Alwasilah (1993:51)
istilah bahasa rahasia (secret language). Hal membatasi pengertian argot, yaitu bahasa rahasia
tersebut sejalan dengan pendapat Iwan (2010: atau bahasa khas para pencuri; dipakai juga untuk
6),“In a community there are sometimes people kosakata teknis atau khusus, dalam perdagangan,
who arrange a group and use a special code profesi, atau kegiatan lain. Lebih lanjut, Chaer dan
(language variety) when communicate among Agustina (2010:68) mengemukakan bahwa argot
178
Rengganis Citra et al.: Bahasa Rahasia pada Kalangan ...

adalah variasi bahasa sosial yang digunakan da harga narkoba yang saat ini beragam.
secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan Menurut narasumber (responden) yang peneliti
bersifat rahasia. Letak kekhususan argot adalah wawancarai, ia menyatakan bahwa harga narkoba
dalam bidang kosakata. Contohnya, dalam saat ini beragam dari jutaan rupiah hingga ribuan
dunia kejahatan, misalnya, barang ‘mangsa’, rupiah. Menurut pemberitaan, pengguna narkoba
kacamata ‘polisi’, daun ‘uang’, gemuk ‘mangsa di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 3,5 juta
besar’, dan tape ‘mangsa yang empuk’ yang orang dan 40 persen dari pengguna tersebut
digunakan oleh pencuri atau pencopet dalam adalah pelajar dan mahasiswa. Berkaitan dengan
beraksi melakukan kejahatan. lokasi objek penelitian ini, dapat diungkapkan
Kosakata-kosakata argot yang sudah bahwa data dari BNN mencatat, prevalensi
diungkapkan tersebut tampak tersebar di seluruh penyalahgunaan narkoba di Kota Bandung pada
kelompok sosial di Indonesia, satu di antaranya tahun 2015 mencapai 1,49%, atau sebanyak
pada kalangan pengguna napza (narkoba). 25.427 orang (tribunnews.com, 28 Juli 2018).
Hal ini sejalan dengan Mulyana (2004:280) Berdasarkan alasan-alasan tersebut, judul
yang menyatakan bahwa argot merujuk pada dalam penelitian ini adalah “Bahasa Rahasia
bahasa khas yang digunakan setiap komunitas pada Kalangan Pengguna Napza di Kota/
atau subkultur apa saja. Argot lebih sering Kabupaten Bandung”.
merujuk pada bahasa rahasia yang digunakan Adapun latar belakang masalah penelitian
kelompok menyimpang (deviant group), seperti ini, dapat dirumuskan sebagai berikut.
kelompok preman, kelompok penjual narkoba, 1. Pembentukan kata apa sajakah yang ada
kaum homoseks dan lesbian, kaum pelacur, dalam bahasa rahasia pada kalangan pengguna
dan sebagainya. Suhubungan dengan napza napza di Kota/Kabupaten Bandung?
(narkoba), BNN (Badan Narkotika Nasional) 2. Makna apa sajakah yang terkandung dalam
menyatakan bahwa Indonesia kini menjadi bahasa rahasia pada kalangan pengguna
negara dengan tingkat kedaruratan pengguna napza di Kota/Kabupaten Bandung?
narkoba (narkotika, psikotropika, dan obat 3. Fungsi apa sajakah yang menyebabkan pe­
terlarang) yang cukup tinggi. Selain istilah makaian bahasa rahasia pada kalangan
narkoba, Kementerian Kesehatan Republik pengguna napza di Kota/Kabupaten Bandung?
Indonesia pun memperkenalkan istilah napza Tujuan penelitian ini adalah untuk
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Napza mendeskripsikan pembentukan kata, makna, dan
adalah zat yang apabila masuk ke dalam tubuh fungsi pemakaian bahasa rahasia pada kalangan
manusia akan memengaruhi tubuh, terutama pengguna napza di Kota/Kabupaten Bandung.
susunan syaraf pusat/otak sehingga jika Metode yang digunakan dalam penelitian
disalahgunakan akan menyebabkan gangguan ini adalah metode deskriptif kualitatif, yakni
fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial (Septiningsih, pro­sedur penelitian yang menghasilkan data
2014:3). Semua istilah ini, baik narkoba atau deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
napza mengacu pada kelompok senyawa yang dari orang dan perilaku. Sudaryanto (2015:9)
umumnya memiliki risiko kecanduan bagi mengemukakan bahwa metode dan teknik adalah
penggunanya. dua hal yang berhubungan; metode adalah cara
Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran yang digunakan dalam penelitian dan teknik
gelap narkoba (napza) yang melanda dunia adalah cara untuk melaksanakan metode.
juga berimbas ke tanah air. Narkotika, zat-zat Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
psikotropika, dan zat adiktif sudah merambah metode simak dan cakap. Metode simak menurut
ke seluruh wilayah tanah air dan menyasar Sudaryanto (2015:203) adalah penggunaan
ke berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. bahasa yang dijabarkan dalam berbagai wujud
Kini sasaran peredaran narkoba bukan lagi teknik sesuai dengan alatnya. Metode cakap
tempat tertutup, seperti tempat-tempat hiburan sejajar dengan metode wawancara (interview),
malam, melainkan sudah merambah ke daerah yaitu adanya percakapan antara peneliti de­
permukiman, kampus, sekolah-sekolah, rumah ngan penutur selaku narasumber (Sudaryanto,
kosan, bahkan lingkungan keluarga. Mewabahnya 2015:208). Sehubungan dengan metode simak
sasaran peredaran narkoba berakibat pula pa­ dan cakap yang dikemukakan Sudaryanto pe­
179
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2019:177–190

nelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu study of words structure”. Penjelasan tersebut
(1) penyediaan data, (2) analisis data, dan (3) menyatakan bahwa morfologi merupakan ilmu
penyajian hasil analisis. yang mempelajari struktur kata. Dulu, morfologi
Adapun teknik penyediaan data dalam lebih dikenal dengan sebutan morphemics, yaitu
penelitian dapat dibedakan atas dua bagian, studi tentang morfem. Namun, seiring dengan
yaitu teknik dasar dan lanjutan. Teknik dasar perkembangan dan dinamika bahasa, istilah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang kemudian lebih populer adalah morfologi.
teknik pancing. Peneliti melakukan percakapan Secara struktural objek pembicaraan dalam
dengan satu di antara pengguna napza untuk morfologi adalah morfem pada tingkat terendah
mendapatkan data yang diteliti. Dalam hal ini, dan kata pada tingkat tertinggi. Kata juga dapat
peneliti memancing narasumber (pengguna/ didefinisikan sebagai satuan kebahasaan terkecil
mantan pengguna napza) untuk menceritakan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem
kesehariannya saat menggunakan narkoba. tunggal atau dari gabungan morfem. Umumnya
Teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian kata tediri atas satu akar kata tanpa atau dengan
ini adalah teknik cakap semuka, yaitu peneliti beberapa afiks. Adapun gabungan kata dapat
melakukan percakapan langsung (wawancara) berupa frasa, klausa, atau kalimat. O’Grady dan
dengan beberapa orang yang memiliki peranan Guzman (2010:115-–141) yang menyatakan
penting dalam kasus napza sebagai narasumber. macam-macam proses pembentukan kata yang
Narasumber (language helpers) dalam penelitian meliputi derivation, compounding, conversion,
ini sebanyak 7 orang, yaitu 2 orang pengguna clipping, blending, backformation, acronyms,
dan 5 orang mantan pengguna napza dengan coinage, inflection, dan borrowing dijabarkan
memegang prinsip kerahasiaan dan menjaga sebagai berikut.
data pribadi informan. a. O’Grady dan Guzman (2010:122) mengemu-
Sumber data dalam penelitian ini diambil kakan, “Derivation are forms a word with a
dari beberapa institusi, yaitu Rumah Sakit Jiwa meaning and/or category distinct from that of
Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan its base.” Maksudnya, derivasi (derivation)
Kolonel Masturi Nomor 7, Cisarua, Bandung. adalah proses pembentukan kata dengan cara
Rumah sakit tersebut tidak hanya mengobati memberi afiks atau imbuhan pada kata terse-
orang dengan gangguan jiwa, tetapi memberikan but sehingga pembentukan kata baru yang di-
pelayanan rehabilitasi bagi pengguna napza hasilkan akan menghasilkan perubahan kelas
serta Rumah Cemara, yaitu tempat rehabilitasi kata dan perubahan makna.
di bawah naungan Dinas Sosial Kota Bandung.
Rumah Cemara berlokasi di dalam Gegerkalong b. O’Grady dan Guzman (2010:127) mengemu-
Girang Nomor 52, Gegerkalong, Sukasari, Kota kakan, compounding adalah “The combina-
Bandung. tion of two already existent word”. Dengan
kata lain, compounding adalah proses pem-
2. Kerangka Teori bentukan kata dengan cara menggabungkan
dua kelas kata atau lebih menjadi satu bentuk
Dalam penelitian ini akan digunakan pen­
baru.
dapat-pendapat yang relevan dengan masalah-
masalah tersebut. Data dikaji berdasarkan tataran c. Yule (2010:57) berpendapat bahwa conver-
morfologi mengenai pembentukan kata dan sion (konversi) adalah “A change in the func-
tataran semantik, yaitu jenis makna. Morfologi tion of a word, as for example when a noun
adalah salah satu cabang linguistik (ilmu bahasa). comes to be used as a verb (without any re-
Secara etimologi kata morfologi berasal dari duction)”. Konversi adalah proses pemben-
dua buah morfem, yaitu morph ‘bentuk’ dan tukan kata yang mengubah kelas kata dari
ology ‘ilmu’ sehingga dalam kaitannya dengan sebuah morfem tanpa mengubah morfem
kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi tersebut.
adalah bentuk-bentuk dan pembentukan ka­
ta (Fromkin, 2003:7). Lebih lanjut,Katamba d. Yule (2010:56) mengemukakan, “Clipping is
(1993:19) mengemukakan, “Morphology is the the element of reduction that is noticeable in
180
Rengganis Citra et al.: Bahasa Rahasia pada Kalangan ...

blending is event more apparent in the pro- j. “Borrowing is the taking over other words
cess described as clipping.” Maksudnya, from other language” (Yule, 2010:55).
pemendekkan (clipping) adalah proses pem- Makudnya, borrowing adalah proses pem-
bentukan kata dengan cara memotong bagian bentukan kata dengan mengambil bahasa lain
dari kata itu sendiri. untuk digunakan ke dalam bahasa Indonesia.

e. Yule (2010:55) mengemukakan, “Blending Selain mengkaji tataran morfologi, peneliti


are typically accomplished by taking only the juga mengkaji tataran semantik, yaitu mengkaji
beginning of one word and joining to the end makna yang terkandung dalam bahasa rahasia
of the other word”. Penggabungan (blending) pengguna napza dengan menggunakan teori
adalah proses pembentukan kata dengan cara pemaknaan Chaer (2013), yaitu makna leksikal
menggabungkan dua kata atau lebih dengan dan makna gramatikal. “Makna leksikal adalah
cara menggabungkan unsur awal suatu kata makna yang sesuai dengan referennya, makna
dengan unsur akhir kata lain sehingga men- yang sesuai dengan hasil observasi alat indra,
atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam
jadi kata baru.
kehidupan kita (Chaer, 2013:60)”. Senada dengan
f. Yule (2010:56--57) mengemukakan, “Back- Chaer, Djajasudarma (1993:11) lebih jauh
formation, typically a word of one type (us- mengemukakan bahwa makna leksikal adalah
ally a noun) is reduced to form a word of makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang
another type (usually a verb)”. Secara seder- benda peristiwa dan lain-lain serta makna leksikal
hana pembalikkan (backformation) adalah ini dimiliki unsur-unsur bahasa secara tersendiri
proses pembentukan kata dengan cara me- dan lepas dari konteks. Menurut Djajasudarma,
misahkan imbuhan atau yang merupakan kata makna leksikal merupakan makna yang terdapat
dasar dari sebuah kata dan biasanya memben- dalam kamus yang berisi unsur- unsur bahasa
tuk kelas kata baru. sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain-lain.
“Makna gramatikal adalah makna yang
g. Yule (2010:58) mengemukakan, “Acronyms hadir sebagai akibat adanya proses gramatika
are formed from initial letters of a set of oth- seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan
er words”. Singkatan atau acronyms adalah proses komposisi (Chaer, 2013:62)”. Selain
proses pembentukan dengan cara mengambil pendapat Chaer (2013), ada pula pendapat
huruf awal pada tiap suku kata yang disusun Pateda (1996:103) yang mengemukakan bahwa,
untuk menyebutkan singkatan atau kepanjan- “Makna gramatikal yang di dalamnya berisi
gan dari suatu istilah dan hasilnya bisa di- (functional meaning; structural meaning;
ucapkan atau dilafalkan sebagai sebuah kata. internal meaning) adalah makna yang
menyangkut hubungan intrabahasa, atau makna
h. Yule (2010:53) mengemukakan, “Coinage yang muncul sebagai akibat berfungsinya
as the invention of totally new terms, which sebuah kata di dalam kalimat”. Makna sebuah
can possibly come from the old uses to the kata, baik kata dasar maupun kata jadian, sering
new uses”. Dengan kata lain, coinage adalah tergantung pada konteks kalimat sehingga makna
proses pembentukan kata yang berasal dari gramatikal sering disebut makna kontekstual,
nama produk yang digunakan dalam bahasa makna situasional, atau makna struktural.
sehari-hari untuk mewakili produk lain yang
mirip atau serupa dengan produk tersebut. 3. Hasil dan Pembahasan
i. O’Grady dan Guzman (2010:131) mengemu- Dalam penelitian ini terdapat 124 data.
kakan, “Inflection is virtually all languages Data dikaji berdasarkan pembentukan bahasa
(kosakata), makna, dan fungsi pemakaian bahasa
have contrasts such as singular versus plural,
rahasia yang dijabarkan sebagai berikut.
and present versus non-past”. Dapat disim-
pulkan bahwa inflection adalah pembentukan
kata yang mempertahankan identitas leksikal 3.1 Pembentukan Bahasa (Kosakata)
kata yang bersangkutan. Pembentukan bahasa ini meliputi blending,
181
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2019:177–190

clipping, initialism, compounding, inflection, de­ penggabungan tiga kata paket /pa+ket/, goceng
rivation, dialek dan borrowing, metatesis, ikonitas, /go+ceng/, dan menggoda /meng+go+da/.
asosiasi, dan nonprediktif /arbitrer. Berikut adalah Pagoda adalah hasil penggabungan suku kata
pembahasan pembentukan kosakata bahasa pengguna pertama pada komponen pertama (pa) diikuti
napza di Kota/Kabupaten Bandung. suku kata pertama pada komponen kedua (go)
digabungkan dengan suku kata terakhir pada
3.1.1 Pembentukan Kosakata Pengguna komponen ketiga (da) sehingga membentuk kata
pagoda.
Napza Berdasarkan Pembentukan
Data (5) dan (7), misalnya, kata cakung
Blending merupakan penggabungan dua kata cuaca /
cu+a+ca/ dan mendukung /men+du+kung/.
(1) afo : aluminium foil Cakung adalah hasil penggabungan suku
(2) barcon : barang contoh (gratis) kata terakhir pada komponen pertama (ca)
(3) barbuk : barang bukti digabungkan dengan suku kata terakhir pada
(4) pagoda : paket goceng menggoda, yaitu komponen kedua (kung) sehingga membentuk
paket ganja 2 linting dan lexotan 3 buah kata cakung.
(5) cakung : cuaca mendukung (untuk Data (6), yaitu kata gitber merupakan
ngeganja) penggabungan dua kata ginting /gin+ting/
(6) gitber : ginting berat (mabuk berat) dan berat /be+rat/. Gitber adalah hasil
(7) kurus : kurang terus penggabungan suku kata pertama pada komponen
(8) kentang : kena tanggung pertama (gin) yang kemudian dihilangkan huruf
(9) kartim : kertas timah (n) menjadi (gi) diikuti huruf pertama dari suku
(10) mupeng : muka pengen kata kedua pada komponen pertama (t) menjadi
(11) pahe : paket hemat, yaitu (git) digabungkan dengan suku kata pertama
paketan plastik kecil berisi ganja pada komponen kedua (be) diikuti huruf pertama
atau sabu dari suku kata kedua pada komponen kedua (r)
menjadi (ber) sehingga membentuk kata gitber.
Data (1) sampai dengan (11) menunjukkan
Data (10 dan 11), misalnya, kata mupeng
bahwa pembentukan blending, yaitu proses
merupakan penggabungan dua kata muka /
menggabungkan dua kata atau lebih sehingga
mu+ka/ dan pengen /pe+ngen/. Mupeng adalah
membentuk kata baru, tetapi tidak mengubah hasil penggabungan suku kata pertama pada
maknanya. Dalam kategori data ini, kosakata komponen pertama (mu) digabungkan dengan
dihasilkan dari penggabungan unsur (silabel) suku kata pertama (pe) dan bunyi /ng/ pada
awal atau unsur (silabel) akhir kata. Data (1), komponen kedua sehingga membentuk kata
misalnya, kata afo merupakan penggabungan mupeng
dua kata aluminium /a+lu+mi+ni+um/ dan foil
/fo+il/. Kata afo adalah hasil penggabungan
3.1.2 Pembentukan Kosakata Pengguna
suku kata pertama pada komponen pertama (a)
digabungkan dengan suku kata pertama pada Napza Berdasarkan Pembentukan
komponen kedua (fo) sehingga membentuk kata Clipping
afo. (12) amp : amplop, yaitu kemasan untuk
Data (2), (3), (8), dan (9), misalnya, kata
barcon merupakan penggabungan dua kata membungkus ganja
barang /ba+rang/ dan contoh /con+toh/. Kata (13) camps : campuran
barcon adalah hasil penggabungan suku kata
(14) dum : dumolid (merek obat daftar ‘G’)
pertama pada komponen pertama (ba) diikuti
huruf pertama dari suku kata kedua pada (15) gori : gorila (jenis ganja)
komponen pertama (r) digabungkan dengan (16) lexo : lexotan (merek obat daftar ‘G’)
suku kata pertama pada komponen kedua (con)
sehingga membentuk kata barcon. (17) teu : henteu, menyatakan barang
Data (4), yaitu kata pagoda merupakan sedang kosong (tidak ada)
182
Rengganis Citra et al.: Bahasa Rahasia pada Kalangan ...

(18) parno : paranoid, yaitu efek samping (31) ut/tu : utang


berupa rasa takut berlebihan Data (19) sampai dengan (31) menunjukkan
pembentukan initialism. Dalam tataran ilmu
karena pemakaian sabu yang
linguistik, initialism termasuk ke dalam kategori
sangat banyak abreviasi. Initialism dan acronyms hampir sama,
Data (12) sampai dengan (18) menunjukkan tetapi jika acronyms adalah proses pemendekkan
pembentukan clipping atau dalam bahasa Indonesia yang menggabungkan huruf atau suku kata
disebut dengan penggalan. Penggalan adalah atau bagian lain ditulis dan dilafalkan sebagai
proses memendekkan dengan mengekalkan sebuah kata, sedangkan initialism adalah proses
satu di antara bagian leksem (Kridalaksana, pemendekan yang menggabungkan huruf atau
2007:159). Saat berkomunikasi, pengguna nap­za suku kata atau bagian lain ditulis dan dieja
kerap memenggal satu di antara bagian kata dan huruf demi huruf. Denning et al. (1995:59)
biasanya pemenggalan silabel depan, pemenggalan mengemukakan, “Initialisms are created because
silabel belakang, dan pe­menggalan kombinasi. people want to “reduce potentially long names to
Adapun pemenggalan silabel depan dengan something manageable”. Menurutnya, initialism
menambahkan konsonan huruf pertama dari diciptakan atas dasar keinginan manusia untuk
silabel kedua, yaitu data (12) dan (14,), misalnya, memendekkan sebuah nama yang panjang menjadi
data (12) amplop = /am+plop/ → amp. lebih singkat.
Pemenggalan silabel belakang, yaitu Data-data tersebut menunjukkan bahwa peng­
data (17) henteu = /hen+teu/→ teu. guna napza memendekkan sebuah kata dengan
Pemenggalan kombinasi, yaitu (13), (15), cara menggabungkan huruf awal pada setiap
(16), dan (18), misalnya data (15) gorila = / suku kata (silabel), contohnya data (19) bandar /
go+ri+la/ → gori. ban+dar/ menjadi (bd). Selain itu, untuk singkatan
yang berasal dari dua kata atau lebih, mereka
3.1.3 Pembentukan Kosakata Pengguna pendekkan dengan cara menggabungkan huruf
Napza Berdasarkan Pembentukan awal setiap kata, contohnya data (20) buddha stick
= /bud+dha/ dan /sti+ck/ menjadi (bs).
Initialism
(19) bd : bandar (narkoba) 3.1.4 Pembentukan Kosakata Pengguna
(20) bs : buddha stick (ganja) Napza Berdasarkan Pembentukan
(21) bt : bad trip, yaitu halusinasi yang Compounding
menyeramkan efek dari (32) abah botak : minuman (arak)
penggunaan obat yang (33) ada kali : barangnya ada kali
terlalu banyak (34) kencing kuda : jenis heroin dengan
(22) cmd : cuaca mendukung (untuk kualitas bagus berupa air
ngeganja) berwarna kuning
(23) gmpp : gejala mati perlahan-lahan (35) kuda jingkrak : minuman yang setelah
(24) mg : megadon (merek obat daftar ‘G’) meminumnya membuat
(25) od : overdosis otak seperti berjingkrak
(26) kd : kodein (merek obat daftar ‘G’) (36) lapang gede : ganja
(27) ps : pasien (pembeli narkoba) (37) pasang badan : menahan sakaw tanpa
(28) pt : putaw obat sebagai pengobatan
(29) tp-tp : patungan medis (dokter)
(30) tm : tramadol (38) pelek racing : jenis obat-obatan,
183
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2019:177–190

yaitu lexotan, alpazolam, konci (N) + (-an) → koncian (N)


dan xanax yang campur (V) + (nge-) → gecampur (V)
menyebabkan paisan (N) + (-an) → paisan (N)
penggunanya Afiks -in dan nge- berfungsi membentuk
kategori verba, sedangkan afiks -an berfungsi
menjadi temperamen membentuk kategori nomina. Dengan kata
(39) mata enak : mata kelihatan sudah lain, dibaju dan campur menjadi dibajuin dan
ngecampur tetap berkategori verba serta konci
memakai ganja
dan pais menjadi koncian dan paisan tetap
(40) pil gedek : merek ekstasi yang berkategori nomina. Keduanya tidak mengalami
menyebabkan geleng- perubahan kategori kata (infleksi).

geleng kepala hingga


3.1.6 Pembentukan Kosakata Pengguna
pengguna dehidrasi Napza Berdasarkan Pembentukan
(41) pil koplo : obat-obatan daftar ‘G’ Derivation
(42) pulsa cepe : 1 gram (47) ngalenyap : dunia serasa berhenti
Data (32) sampai dengan (39) menunjukkan sejenak
pembentukan compounding. Dalam bahasa
(48) ngecak : memecah ganja menjadi
Indonesia compounding disebut dengan pe­
ma­jemukan yang memiliki ciri tidak dapat paketan kecil seberat 1
dipertukarkan urutannya, tidak disisipi unsur atau 2 gram
lain, dan menimbulkan arti baru. Para pengguna
napza tersebut menciptakan kata majemuk (49) ngedrag : mengisap putaw dengan
bertujuan untuk merahasiakan maksud dengan cara dibakar
menggabungkan kata-kata menjadi frasa yang (50) ngedrop : gejala berakhirnya rasa
memiliki makna baru.
nikmatnya mabuk
3.1.5 Pembentukan Kosakata Pengguna narkoba (tidak kuat)
Napza Berdasarkan Pembentukan (51) ngeblank : overdosis
Inflection (52) ngejel : keadaan darah mengeras
(43) dibajuin : dilintingin (seperti jel) pada
(44) koncian : stok barang saat ngepam/memompa
(45) ngecam(campur) : mencampur daun ganja (53) ngepam : memompa insulin secara
tembakau lalu dilinting berkali-kali
seperti rokok (54) ngubas : memakai sabu
(46) paisan : paketan ganja (55) ngive : menyuntik atau
Data (43) sampai dengan (46) menunjukkan memasukkan obat ke urat
pembentukan inflection. Dalam menciptakan darah (vena).
kosakata, mereka, para pengguna napza masih
Data (47) sampai dengan (55) menunjukkan
menciptakan kata yang mempertahankan identitas
pembentukan derivation. Untuk mengungkapkan
leksikal kata yang bersangkutan (infleksi). Pem­
pernyataan yang menggambarkan proses,
bentukan infleksi tersebut tampak pada kosakata
perbuatan, atau keadaan, para pengguna napza
berikut:
menciptakan kosakata dengan pembentukan
dibaju (V) + (-in) → dibajuin (V) derivation (derivasi). Data tersebut berkategori
184
Rengganis Citra et al.: Bahasa Rahasia pada Kalangan ...

adjektiva dan nomina dasar asalnya, yaitu (71) weed: daun ganja
lenyap, cak, drag, drop, blank, jel, pump, sabu,
dan intervena, kemudian dilekati afiks me(N)- b. Dialek (Bahasa Sunda)
yang mengalami simulfiks menjadi nge-(nga-).
Afiks nge- (nga-) merupakan afiks ragam lisan (72) gilinding: obat-obatan
tidak baku yang berfungsi membentuk kategori (73) hanoman: gorila (nama obat)
verba. Oleh karena itu, hasil bentukannya
(74) jeprut: efek ganja karena budha stick
bersifat derivatif, yaitu ngalenyap, ngecak,
ngedrag, ngedrop, ngeblank, ngejel, ngepam, (75) jegag: keadaan kaku setelah mengonsumsi
ngubas, dan ngive. dextro
(76) mayeng/manteng: sedang mabuk
3.1.7 Pembentukan Kosakata Pengguna (77)
melenoy: keadaan lemas dan melayang
Napza Berdasarkan Pembentukan setelah menggunakan narkoba
Borrowing dan Dialek (78) olab: muntah karena kelebihan dosis
a. Pembentukan Borrowing (Bahasa
(79) paisan: paketan ganja
Inggris)
(80) pelek racing: jenis obat-obatan, yaitu lexotan,
(56) addict: pecandu
alpazolam, xanax yang menyebabkan
(57) chasing the dragon: herion/sabu dibakar di penggunanya menjadi temperamen.
kertas timah lalu asapnya dihirup melalui Data (56) sampai dengan (80) menunjukkan
hidung (bentuk asap disamakan dengan pembentukan borrowing, yaitu pembentukan
bentuk naga) kata dengan meminjam bahasa lain untuk
(58) ice: sabu-sabu digunakan ke dalam bahasa Indonesia. Selain
bahasa Indonesia, pengguna napza juga kerap
(59) jackpot: muntah atau tumbang
menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi
(60) on/high: efek samping, yaitu keadaan fly sehari-harinya. Hal tersebut dilatarbelakangi
(mabuk) akibat pemakaian ekstasi/sabu karena satu di antara responden menyatakan
(61) papir(paper): kertas bahwa ganja atau narkoba merupakan budaya
luar yang masuk ke Indonesia sehingga
(62) pothead: pengguna ganja (yang sudah lama) masih ada beberapa istilah (kosakata) yang
(63) pyur (pure): murni menggunakan bahasa asalnya (bahasa Inggris)
karena tidak menemukan padanannya dalam
(64) snip(sniff): memakai kokain memalui hidung
bahasa Indonesia atau karena mereka sudah
(diisap)
terbiasa menggunakan istilah-istilah tersebut,
(65) snow: heroin yang dihirup melalui hidung dan yaitu data nomor (56) sampai dengan (71).
memberi efek rasa sejuk Selain itu, terdapat kosakata yang berasal
(66) speedball: campuran heroin dan kokain, dari bahasa asli penutur (dialek). Dialek
keadaan ketika pengguna merasa seperti ada adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur
peluru melesat di dalam tubuh yang kemudian yang memiliki jumlahnya relatif, pada suatu
menyebabkan tubuhnya kesemutan wilayah tertentu (Chaer dan Agustina 2010:63).
Jika membahas pemakaian bahasa pada suatu
(67) stone: mabuk ganja yang menyebabkan kelompok sosial, tentu berkaitan dengan subculture.
penggunanya menjadi diam tidak bergerak Pengguna napza merupakan satu di antara
(membatu) kelompok sosial yang ada di Indonesia yang
(68) racing: barangnya kuat memiliki lifestyle (gaya hidup) tersendiri, misalnya,
pemakaian bahasa tersendiri. Oleh karena itu,
(69) tester: barang contoh (gratis)
kosakata yang digunakan pun memiliki kekhasan
(70) trigger: pemicu untuk kembali mengonsusmsi tersendiri tergantung pada domisili masing-
ganja masing pengguna. Pengguna napza yang penulis
185
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2019:177–190

wawancarai adalah orang Bandung yang bahasa nama berdasarkan ikon (logo atau gambar)
asli daerah penuturnya adalah bahasa Sunda yang tertera pada acuan. Sudaryanto (1989:114)
sehingga terdapat campuran kosakata bahasa mengemukakan bahwa ikonitas (iconicity) digunakan
Sunda dalam tindak komunikasi mereka, yaitu untuk menyebutkan tanda yang bentuk fisiknya
data nomor (72) sampai dengan (80). memiliki kaitan erat dengan sifat khas dari apa
yang diacunya.
3.1.8 Pembentukan Kosakata Pengguna Menurut responden, yaitu para pengguna
napza, acapkali mereka memberikan sebuah
Napza Berdasarkan Metatesis
nama obat-obatan napza secara spontanitas
(81) boat/tabo: obat-obatan daftar ‘G’ dari ikon (logo atau gambar) yang tertera pada
(82) ngarab sugab: barang bagus obat atau kemasan, misalnya terdapat sebuah
obat yang dinamai (90) mercy karena pada
(83) rakab: bakar obat tersebut terdapat logo seperti logo merek
(84) usab/ubas: sabu kendaraan ternama, Mercedes-Benz.
(85) kobam: mabok
3.1.10 Beberapa Kosakata Pengguna
(86) takis: sikat
Napza Didasari atas Keserupaan
(87) wakas: sakaw
atau Kesamaan Sifat (Asosiasi)
(88) bokul: beli (95) batu: 10 gram sabu dalam keadaan utuh
(89) jokul: jual belum dipecah menjadi kecil
Data (81) sampai dengan (89) menunjukkan
(96) bonek: mercy berwarna hijau
gejala metatesis, yaitu pergeseran letak huruf,
bunyi, atau suku kata dalam kata (Kridalaksana, (97) buddha stick : getah ganja dicampur
2008:153). Pengguna napza kerap membalik tembakau berbentuk seperti tongkat
urutan huruf atau fonem sebuah kata dari
belakang ke depan, misalnya kata (83) bakar Buddha
/b/a/k/a/r/ urutan hurufnya dibalik dari belakang (98) cece: jenis obat-obatan yang
ke depan menjadi rakab /r/a/k/a/b/. menyebabkan penggunanya berhasrat pada
Selain itu, terdapat juga proses morfologis
yang disebut perubahan intern, yaitu perubahan wanita
fonem pada suatu kata (morfem dasar) yang (99) futsal: ganja sintetis
masih memperlihatkan adanya fonem asal.
(100) garis: bentuk/ukuran
Hal itu tampak pada data nomor (88) dan (89),
misalnya kata jual dimodifikasi menjadi jokul, (101) ijo: ganja
yaitu dengan mengganti bunyi /ual/ menjadi / (102) kaca: sabu-sabu
okul/, jual = ju + al → j + (o + kul) → jokul.
(103) kancing: obat-obatan daftar ‘G’
(104) kompor : alat untuk membakar sabu di
3.1.9 Pembentukan Kosakata Pengguna
Napza Berdasarkan Ikonitas aluminium foil
(105) pocong : 1 linting atau 1 batang rokok yang
(90) mercy : merek ekstasi
berisikan ganja
(91)
LL : artan
(106) prangko: LCD
(92) spongebob : merek ekstasi
(107) toko: bandar narkoba
(93) butterfly : merek ekstasi
(108) sendok: alat penggerus/meracik
(94) dolphin : merek ekstasi
Data (90) sampai dengan (94) menunjukkan /melarutkan heroin atau putaw yang
fenomena ikonitas, maksudnya pemberian kemudian dimasukkan ke dalam insulin
186
Rengganis Citra et al.: Bahasa Rahasia pada Kalangan ...

(suntikan) yang utama, yaitu arbitrer (manasuka) dan


(109) rehe: keadaan setengah sadar (melantur) konvensi (disepakati bersama). Dengan kata
lain, data (-data) tersebut tidak dapat dikaji
(110) sepapan: satu strip obat secara morfologis, yaitu proses morfologis
(111) sinte: bako/ganja sintetis (pembentukan kata).
Selain itu, bahasa rahasia pada kalangan
(112) tempelan: cara transaksi, misalnya,
pengguna napza tidak memiliki bahasa tulis (bahasa
menyimpan barang (sabu atau ganja) di paten) sehingga para penggunanya acapkali
pohon, di tembok, atau di bawah batu meng­gunakan suatu istilah dengan makna yang
sama, tetapi dengan ejaan yang berbeda,
(113) spidol: alat suntik misalnya, data (116) chimeng dan cimeng, atau
Data (95) sampai dengan (113) menunjukkan menggunakan suatu istilah yang berbeda, tetapi
pergeseran makna yang disebut asosiasi, yaitu memiliki makna yang sama, misalnya, chimeng/
perubahan makna yang terjadi karena memiliki cimeng dan gele ‘ganja’.
persamaan sifat. Makna asosiasi berhubungan
dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup 3.2 Makna
yang berlaku dalam suatu masyarakat bahasa Bahasa argotik biasanya dalam bentuk
yang berarti juga berurusan dengan nilai rasa verbal dan dapat dipahami maknanya melalui
bahasa (Chaer, 2013:73). Sebagai contoh adalah interaksi pribadi (percakapan) dengan sesama
data nomor (102), yaitu kaca. Kosakata kaca pengguna. Pengkajian secara maknawi (semantis)
diasosiasikan dengan sabu-sabu karena adanya melibatkan makna leksikal dan makna gramatikal.
kemiripan sifat antara kaca dan sabu-sabu. Berdasarkan kedua jenis makna (makna leksikal
Kaca diasosiasikan sebagai benda mudah pecah dan makna gramatikal), kosakata-kosakata napza
dan transparan (bening). Menurut responden, tersebut dapat dikelompokkan/diklasifikasikan
bentuk sabu-sabu seperti serpihan kaca (kaca ke dalam kedua makna itu.
yang pecah) dan trnasparan sehingga sabu-sabu Pertama, kosakata napza yang bermakna
diasosiasikan sebagai kaca. leksikal, yaitu afo, barcon, barbuk, pagoda,
cakung, gitber, kurus, kentang, kartim, mupeng,
3.1.11 Beberapa Kosakata Pengguna pahe, amp, camps, dum, gori, lexo, nteu, parno,
Napza yang Rumusannya Tidak bd, bs, bt, cmd, gmpp, mg, od, kd, pt, tp-tp, tm,
Diketahui (Nonprediktif/Arbitrer) ut/tu, ngalenyap, ngecam, ngecak, ngedrag,
ngedrop, ngeblank, ngejel, ngepam, ngubas,
(114) badai: teler atau mabuk ngive, hanoman, olab, addict, chasing the
(115) bong: alat isap dragon, ice, jackpot, on/high, papir, pothead,
pyur, racing, tester, trigger, weed, boat/tabo,
(116) cimeng/chimeng/gele: ganja
ngarab sugab, rakab, usab/ubas, kobam, takis,
(117) cucaw: menyuntik wakas, bokul, jokul, dan sendok.
(118) dados: obat-obatan daftar ‘G’ Kedua, kosakata napza yang bermakna
gramatikal, yaitu ps, abah botak, ada kali,
(119) ginting: mabuk kencing kuda, kuda jingkrak, lapang gede,
(120) kipean: insulin, suntikan pasang badan, pelek racing, mata enak, pil gedek,
pil koplo, pulsa cepe, dibajuin, paisan, koncian,
(121) segaw: 1 gram
gilinding, jeprut, jegag, mayeng/manteng, melenoy,
(122) setengki: setengah gram butir snow, speedball, stone, mercy, LL, spongebob,
(123) segaris: 1 gram butterfly, dolphin, batu, bonek, buddha stick,
cece, futsal, garis, ijo, kaca, kancing, kompor,
(124) 4.20: sedang menggunakan ganja pocong, prangko, toko, sendok, snip, rehe,
Data (114) sampai dengan (124) sepapan, sinte, tempelan, spidol, badai, bong,
menunjukkan ketiadaan hubungan antara bentuk cimeng/gele, cucaw, dados, ginting, kipean,
dan makna. Hal ini sejalan dengan sifat bahasa segaw, setengki, segaris, dan 4.20.
187
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2019:177–190

3.3 Fungsi sinilah terlihat bahwa bahasa rahasia pengguna


Fungsi pemakaian bahasa rahasia pada napza ini memang jelas untuk melindungi
kalangan pengguna napza ada dua, yaitu sebagai kelompok sosialnya dari akses orang lain karena
alat komunikasi dan pelindung kelompok sosial jika akses tersebut bisa dijangkau oleh orang
yang dijabarkan sebagai berikut. lain yang bukan termasuk anggota kelompok
sosialnya, kelompok sosial ini (pengguna nazpa)
akan terancam.
3.3.1 Alat Komunikasi
Adanya kosakata-kosakata tersebut menan­ 4. Penutup
dakan bahwa kelompok sosial, yaitu pengguna 4.1 Simpulan
napza memiliki bahasa rahasia sendiri yang Berdasarkan hasil penelitian dan
berfungsi sebagai penanda identitas mereka. pembahasan, dapatlah peneliti simpulkan
Sebagai kaum minoritas, para pengguna napza bahwa pengguna napza sangatlah terampil
berusaha memperjuangkan harkat dan martabat dan kreatif dalam menciptakan bahasa mereka
mereka, satu di antaranya dengan membuat dan sehingga terdapat kasus-kasus bahasa, seperti
mengembangkan bahasa mereka sendiri. Dalam dialek, metatesis, ikonitas, dan asosiasi. Oleh
suatu kelompok sosial, biasanya terdapat hal-hal karena itu, pembentukan bahasa rahasia pada
yang dirahasiakan dari khalayak umum. Tentu kalangan pengguna napza di Kota/Kabupaten
dengan kerahasiaan tersebut suatu kelompok Bandung meliputi blending, clipping, initialism,
sosial harus mencari cara agar mereka bisa compounding, inflection, derivation, dialek dan
tetap berkomunikasi tanpa harus diketahui borrowing, metatesis, ikonitas, asosiasi, dan
esensinya oleh orang lain. Oleh karena itu, nonprediktif /arbitrer.
pembentukan kata ini juga berfungsi untuk Makna yang terkandung dalam kosakata
mempermudah mereka ketika berkomunikasi bahasa mereka diklasifikasikan menjadi dua,
antarpengguna, pengedar, dan sebagainya. Namun, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal.
seiring berjalannya waktu dan semakin be­ Adapun fungsi pemakaian bahasa rahasia
rtambahnya jumlah anggota (pengguna napza), pada kalangan pengguna napza di Kota/
sedikit demi sedikit bahasa rahasia ini menyebar Kabupaten Bandung adalah sebagai alat untuk
dengan sendirinya sehingga terdapat beberapa mempermudah komunikasi dan melindungi
kosakata yang sudah diketahui khalayak umum, kelompok.
misalnya, cimeng/gele, kobam, dan sinte. Selain
itu, kosakata bahasa rahasia ini juga acapkali 4.2 Saran
mengalami pertambahan atau pengurangan kosakata
karena variasi bahasa, argotik (bahasa rahasia) Ada beberapa saran yang diberikan kepada
bersifat temporal. pembaca/peneliti yang lain, yaitu peneliti
berikutnya diharapkan melakukan penelitian
yang lebih mendalam terhadap pemakaian
3.3.2 Pelindung Kelompok Sosial bahasa rahasia pada kalangan pengguna napza
Fungsi pemakaian bahasa rahasia yang dengan data yang lebih akurat menggunakan
kedua adalah untuk melindungi kelompok sosial teknik rekam (sadap) sehingga penelitian ini
(pengguna napza) dari kelompok sosial lain dapat dikaji dari sudut yang lain, seperti sintaksis
(yang bukan pengguna napza). Tujuan pengguna kalimat karena data yang terkumpul lebih
napza memakai bahasa argotik adalah untuk lengkap, tidak hanya dalam bentuk kosakata,
menyembunyikan makna kata sesungguhnya. Di tetapi juga dalam bentuk dialog atau percakapan.

Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaer. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Denning, K., et al. 1995. English Vocabulary Elements. New York: Oxford University Press.

188
Rengganis Citra et al.: Bahasa Rahasia pada Kalangan ...

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2. Pemahaman Ilmu Makna. Bandung : PT. Refika Aditama.

Fromkin, et al. 2003. An Introduction to Language. USA: Thomson Heinle.

Iwan, Made. 2010. Sociolinguistics the Study of Societies’ Language. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Katamba, Francais. 1993. Modern Linguistics Morphology. London: The Macmillan Press LTD.

Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

O’Grady, William dan Guzman. 2010. Contemporary Linguistics: An Introduction. (3rd ed.) New
York, NY: St. Martin’s Press.

Pateda, Mansoer. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudaryanto. (1989). Pemanfaatan Potensi Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University
Press.

Yule, George. 2010. The Study of Language. Cambridge: Cambridge University Press.

Daftar Laman
Septiningsih. (2014) “Bahaya Narkoba di Kalangan Pelajar dan Upaya Penanggulangannya”, diakses
dari http://ejournal.unsa.ac.id/index.php/prosedingunsa/article/view/119/96. diunduh pada
tanggal tanggal 5 Januari 2019, pukul 20.38.

Tribunews.com. (2018) “Penyalahgunaan Narkoba di Bandung Meningkat, BNN dan Pemkot Bandung
Nyatakan ‘Perang’ ”, diakses dari http://jabar.tribunnews.com/2018/07/28/penyalahgunaan-
narkotika-di-bandung-meningkat-bnn-dan-pemkot-bandung-nyatakan-perang. diunduh
pada tanggal tanggal 9 Desember 2018, pukul 13.05 WIB.

Utami, N. (2008) “Variasi Bahasa Perancis Anak Muda dalam Pembelajaran Bahasa Perancis”,
diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131764500/PEMAKAIAN%20%20%20
BAHASA%20%20REMAJA%20-%20Copy.pdf. diunduh pada tanggal 1 Januari 2019,
pukul 10.15 WIB.

189
Metalingua, Vol. 18 No. 2, Desember 2019:177–190

190

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai