Anda di halaman 1dari 71

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia
2020

Belajar
di Komunitas
Praktisi
Panduan Membangun
Komunitas Praktisi bagi Guru Penggerak

Diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Tim Penulis:
Kasiman
Anik Puspowati
Usman Jabar
Patrya Pratama
Putri Rizki Dian Lestari
Wanti Silasakti

Editor
Hildegard Stefanie
Ditha Cahya

Diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
KATA
PENGANTAR
Guru sebagai pendidik profesional memiliki peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang bermuara pada peningkatan
mutu lulusan. Efektifitas penyelenggaraan pendidikan sangat terkait erat dengan
keberhasilan guru dalam melakukan pendampingan terhadap peserta didik.
Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) merupakan salah satu langkah
strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK)dalam upaya
menggerakkan ekosistem pendidikan serta stimulator dan mediator berbagai
praktik baik yang dilakukan guru.

Buku panduan/buku saku komunitas praktik guru penggerak memuat


rambu-rambu dan informasi praktis bagi guru untuk menggerakkan jaringan di
komunitasnya. Buku panduan/ buku saku ini menjadi referensi penyelenggaraan
program pendidikan guru penggerak, agar guru penggerak dapat melakukan
pengimbasan atau berbagi praktik baik dalam mengembangkan kompetensi
kepemimpinan dan pedagogi guru.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih serta penghargaan


atas dedikasi tinggi para tim penyusun buku saku/panduan praktik dan berbagai
pihak yang telah membantu dan berkontribusi mewujudkan penyelesaian
panduan ini.

Semoga buku saku/panduan praktik bisa dimanfaatkan dan digunakan


untuk mendukung program pendidikan guru penggerak, agar program berjalan
dengan baik dan efektif.

Jakarta, Agustus 2020


Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Iwan Syahril, S.IP., M.A., Ed.M., Ph.D.

2
DAFTAR ISI

BAB 01 BAB 03
“Komunitas Praktisi sebagai “Budaya Positif di
Strategi Pengembangan Komunitas Praktisi”
Profesional Guru”
Pembelajaran yang Relevan bagi
Definisi, Tujuan dan Manfaat 6 Anggota Komunitas 33
Karakteristik Komunitas Praktisi 11 Membangun Nilai-nilai Bersama 33
Melibatkan Anggota dalam
Pengambilan Keputusan 34
Membangun Relasi yang Positif
BAB 02 Antar Anggota 34
Menjadikan Refleksi dan Umpan
“Peran Guru Penggerak Balik Menjadi Bagian dari Proses
dalam Mengembangkan Rutin 34
Komunitas Praktisi”

Menganalisis Kebutuhan Belajar


BAB 04
Anggota 16
Memfasilitasi Rencana Kegiatan “Kolaborasi dalam
Belajar berdasarkan Hasil Komunitas Praktisi”
Analisis Kebutuhan 20
Mencari Narasumber yang
Manfaat Kolaborasi dalam
Relevan Sesuai Kebutuhan
Komunitas Praktisi 37
Belajar 22
Tahapan Kolaborasi 38
Menyelenggarakan Kegiatan
Dengan Siapa Saja Bisa
Belajar di Komunitas 24
Berkolaborasi 40
Mendokumentasikan dan
Mempublikasikan Hasil Kegiatan 27
Mendampingi Rekan Sejawat
dalam Mempraktikkan Hasil
Belajar di Komunitas 29
Memfasilitasi Evaluasi dan
Refleksi Pembelajaran dan
Penerapan Kegiatan 30

3
BAB 05
“Tahapan Pengembangan Komunitas
Praktisi”

Tahap Merintis 42
Tahap Menumbuhkan 44
Tahap Merawat Keberlanjutan 46
Tantangan Guru Penggerak dalam
mengembangkan komunitas 48

BAB 06
“Peran Pemangku Kepentingan dalam
49
Pengembangan Komunitas Praktisi”

52
DAFTAR ISI
PENUTUP

LAMPIRAN
Strategi Refleksi Anggota
Komunitas Praktisi 53
Cerita Komunitas Praktisi 63

DAFTAR PUSTAKA 68

4
1
KOMUNITAS PRAKTISI
SEBAGAI
STRATEGI PENGEMBANGAN
PROFESIONAL GURU

5
DEFINISI, TUJUAN DAN MANFAAT

Komunitas praktisi merupakan strategi pelengkap bagi


pengembangan profesi yang berkelanjutan. Konsep
Komunitas Praktisi sudah banyak diterapkan oleh berbagai
profesi dan penting pula diterapkan oleh para aktor utama
dalam pendidikan yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas
sekolah.

Istilah Komunitas Praktisi diperkenalkan oleh Etienne


Wenger dalam bukunya Community of Practice. Ia
mengatakan bahwa Komunitas Praktisi adalah
“Sekelompok individu yang memiliki semangat dan
kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka
lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik
dengan berinteraksi secara rutin” (Wenger, 2012). Praktik
yang dimaksud bergantung pada konteks peran sehari-hari
anggota komunitas praktisi. Praktik dalam Komunitas
Praktisi Guru dapat berupa praktik mengajar dan interaksi
dengan murid atau orang tua.

6
KOMUNITAS PRAKTISI MEMILIKI
LIMA TUJUAN YAITU:

1 Mengedukasi anggota dengan mengumpulkan


dan berbagi informasi yang berkaitan dengan
masalah dan per tanyaan tentang praktik
pengajaran dan pembelajaran

2
Memberi dukungan pada anggota melalui
interaksi dan kolaborasi sesama anggota

3
Mendampingi anggota untuk memulai dan
mempertahankan pembelajaran mereka

4
Mendorong anggota untuk menyebarkan
capaian anggota melalui diskusi dan berbagi

Mengintegrasikan pembelajaran yang


didapatkan dengan pekerjaan sehari-hari

7
2
Komunitas praktisi memberikan wadah bagi para guru
untuk belajar dan berpartisipasi dalam pengembangan diri
mereka. Interaksi dan dialog antara anggota komunitas
dapat berupa berbagi kekhawatiran, masalah, dan praktik
baik untuk direfleksikan bersama-sama. Dengan begitu,
anggota komunitas dapat saling dukung untuk mandiri dan
berdaya memenuhi kebutuhan profesionalismenya. Maka,
penting bagi semua anggota komunitas untuk
berkontribusi dan memanfaatkan semua aktivitas di dalam
komunitas.

Saat ini, pelatihan Guru selalu menjadi strategi utama untuk


pengembangan profesional, padahal berbagai riset
membuktikan bahwa pelatihan tidak cukup untuk
memberikan perubahan pada praktik mengajar guru.
Pelatihan memiliki banyak keterbatasan untuk bisa
kontekstual menyasar langsung kebutuhan guru.

Saat pelatihan, Guru mendapat pengetahuan dan


keterampilan baru yang dapat diimplementasikan di kelas,
namun biasanya setelah penerapan, tantangan-tantangan
baru terhadap praktik baru juga akan muncul dan
tantangan tersebut belum pernah dibahas sebelumnya di
kelas pelatihan. Komunitas Praktisi memberikan ruang bagi
guru untuk mendiskusikan dan mencari solusi atas
tantangan tersebut sehingga semangat guru untuk
menerapkan hasil pelatihan tidak luntur.

8
KOMUNITAS PRAKTIK
PENTING SEBAGAI
STRATEGI PEMBELAJARAN
PROFESIONAL, KARENA
MEMILIKI POTENSI UNTUK:

Membangun jejaring antar guru, kepala


sekolah dan pengawas sekolah dan rekan

1 sejawatnya untuk memiliki kesempatan


berinteraksi secara rutin. Para anggota
yang datang dari latar belakang berbeda
dapat bermanfaat bagi anggota yang lain

Memberikan ruang berbagi informasi, isu


kontekstual, pengalaman pribadi yang
2 dapat membangun pemahaman dan
wawasan atas sebuah isu bersama

Membangun dialog atau diskusi antar


rekan sejawat yang dapat mengeksplorasi

3 strategi dan solusi baru atas tantangan


yang dihadapi dan saling mendukung
dalam proses pengembangan diri

Menstimulasi pembelajaran melalui

4 komunikasi, mentoring, coaching dan


refleksi diri

9
Membagikan pengetahuan yang ada
untuk membantu anggota dalam
meningkatkan praktik mereka dengan

5 menyediakan forum untuk


mengidentifikasi solusi untuk masalah
umum dan proses untuk mengumpulkan
dan mengevaluasi praktik terbaik

Memperkenalkan proses kolaboratif

6 kepada kelompok dan organisasi untuk


mendorong gagasan dan pertukaran
informasi

Mendorong anggota komunitas untuk

7 mengembangkan aksi nyata dengan hasil


yang terukur

Menghasilkan pengetahuan baru untuk


membantu anggota mengubah praktik
8 mereka untuk mengakomodasi
perubahan kebutuhan dan teknologi

10
KARAKTERISTIK KOMUNITAS PRAKTISI
Tidak semua komunitas dapat dikategorikan sebagai komunitas
praktisi. Ada tiga karakteristik yang membedakan komunitas
praktisi dengan komunitas lain:

Domain

1
Adanya kesamaan atas hal yang dianggap penting
oleh anggota komunitas.

Contohnya: Tujuan, identitas, minat, latar belakang,


nilai yang dipercaya, keresahan tentang sesuatu isu
atau persoalan bersama.

Komunitas

2
Adanya norma/aturan sosial yang disepakati
oleh anggota.

Contohnya: Saling menghormati antar anggota,


keinginan untuk berbagi, niat baik saling
mendukung, interaksi yang rutin, terbuka untuk
saling bertanya dan niat baik untuk saling
mendukung dan berkontribusi.

Praktik

3
Adanya pengetahuan yang dikembangkan,
dibagikan dan dipelihara sebagai hasil dari
kegiatan komunitas praktisi.

Contohnya: Informasi, hasil pembelajaran,


pengetahuan yang dibagikan, alat dan bahan
untuk pembelajaran atau hasil pembelajaran,
dokumen-dokumen dan video.

11
BERIKUT ADALAH CONTOH SEBUAH KOMUNITAS
PRAKTIK GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
MERDEKA DENGAN KARAKTERISTIK

Domain:
Guru-guru dari Sekolah Menengah Pertama
Merdeka yang memiliki tujuan untuk menjadi
guru yang berpusat pada murid

Komunitas:
Adanya kesepakatan pertemuan dua minggu
sekali di sekolah untuk belajar bersama dan
berbagi praktik baik

Praktik:
Adanya catatan ringkasan pembelajaran, foto dan
video kegiatan, dan kumpulan dokumen hasil
kegiatan peserta

12
DENGAN KARAKTER YANG TELAH DIJELASKAN, MAKA SEBUAH
KOMUNITAS PRAKTISI SETIDAKNYA MEMILIKI AKTIVITAS YANG
MELIPUTI:

1 2
Berbagi masalah dan Merumuskan tindakan untuk
mengembangkan proses menyelesaikan masalah
untuk mencari penyelesaian
masalah

3 4
Berbagi pengalaman Merefleksikan tindakan-tindakan
menjalankan praktik yang sudah diambil untuk
melakukan perbaikan

5
Mendokumentasikan kegiatan dan produk
para anggotanya untuk bahan belajar

13
2
PERAN GURU PENGGERAK
DALAM MENGEMBANGKAN
KOMUNITAS PRAKTISI

14
Guru Penggerak diharapkan menjadi motor dalam pengembangan
komunitas praktisi baik di sekolah atau di luar lingkungan sekolah. Guru
Penggerak dapat mengajak rekan guru lain untuk menjadi tim untuk
menggerakkan komunitas praktisi.

Memfasilitasi rencana Mencari narasumber


Menganalisis kebutuhan kegiatan belajar yang relevan terkait
belajar anggota berdasarkan hasil kebutuhan belajar
analisis kebutuhan

Menyelenggarakan
kegiatan belajar di
komunitas

Mendampingi rekan
Evaluasi dan Refleksi Mendokumentasikan
sejawat dalam
pembelajaran dan dan mempublikasikan
mempraktikkan hasil
penerapan kegiatan hasil kegiatan
belajar di komunitas

15
1 Menganalisis kebutuhan belajar anggota

Menganalisis kebutuhan belajar anggota adalah tahap


pertama dalam peran Guru Penggerak dalam
mengembangkan komunitas praktisi, karena segala
kegiatan belajar komunitas haruslah berdasarkan
kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi, untuk
kemudian dicari solusinya bersama-sama. Semakin
kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan, semakin
berkembang dan bermanfaat Komunitas Praktisinya kelak.

16
GURU PENGGERAK DAPAT MENGANALISIS KEBUTUHAN
BELAJAR PARA ANGGOTA KOMUNITAS PRAKTISI DENGAN
BERBAGAI CARA, ANTARA LAIN:

Survey sederhana
1
Survey sederhana dapat dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan terkait praktik
pembelajaran di kelas atau kebutuhan belajar para anggota
(guru). Survei dapat ditujukan kepada para anggota, atasan
anggota (kepala sekolah) bahkan kepada para murid.

Rembuk diskusi
2 Sebagai permulaan rembuk diskusi dapat dilakukan pada
forum-forum yang sudah ada. Contohnya forum rapat
bulanan guru atau jadwal MGMP/KKG, atau forum pertemuan
lainnya. Jika Komunitas Praktisi sudah berjalan secara rutin,
rembuk diskusi dapat pula dijadwalkan secara reguler.

Bincang santai
3 Guru Penggerak juga dapat menganalisis kebutuhan belajar
rekan sejawatnya melalui bincang-bincang santai di berbagai
kesempatan seperti saat istirahat di ruang guru atau sepulang
sekolah. Bincang santai dengan beberapa rekan guru dapat
menggali informasi yang lebih dalam terkait masalah sehari-
hari rekan guru terkait pembelajaran.

17
Observasi kelas rekan sejawat
5
Guru Penggerak dapat mengobservasi kelas rekan sejawat
untuk melihat bagaimana rekan guru melakukan
pembelajaran di dalam kelas. Untuk melakukan observasi,
pastikan hal-hal berikut ini:

Mendapatkan persetujuan guru yang akan


diobservasi. Pastikan rekan anda memahami tujuan
a dan manfaat proses observasi ini. Ceritakan hal-hal
yang akan diobservasi dan bagaimana Anda akan
mengolah data hasil observasi

b Siapkan jadwal untuk observasi

S i a p ka n i n s t r u m e n o b s e r va s i ya n g m e l i p u t i
c perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran
dan penilaian pembelajaran

Berikan umpan balik dari hasil observasi Anda kepada


d rekan sejawat yang diobservasi dan refleksikan
bersama hasil observasi tersebut

Berdasarkan hasil observasi rekan-rekan guru,


biasanya terhimpun persoalan dan tantangan yang
e umum dihadapi, sehingga menjadi ide untuk menjadi
fokus isu yang dicari solusinya bersama.

18
Strategi analisis di atas dapat dilakukan dengan

1
memetakan tantangan dan
persoalan yang dihadapi oleh
mayoritas rekan-rekan sejawat
dalam komunitas, disertakan
4
dengan contoh, data atau bukti
yang mengkonfirmasi bahwa bila ada rekan sejawat yang
(Tema-tema diskusi ini dapat

p e r s o a l a n te r s e b u t a d a l a h sudah berhasil, apa “resep”nya?


dikembangkan lebih lanjut)

nyata; Mengapa rekan sejawat lain tidak


atau belum mencoba hal serupa?

2 Setelah mendapatkan cukup


memetakan sebab dan akar data tentang kebutuhan belajar
masalah yang terjadi rekan sejawat, Guru Penggerak
bisa menyampaikan hasil
analisisnya dan mengajak
a n g g o t a ko m u n i t a s l a i n nya
untuk membuat rencana
3 kegiatan belajar.
memetakan hal-hal yang sudah
dicoba dilakukan selama ini
untuk mengatasi persoalan atau
tantangan tersebut. Identifikasi
seluruh upaya, baik yang telah
berhasil maupun belum berhasil;

19
Memfasilitasi penyusunan rencana kegiatan belajar
2
berdasarkan hasil analisis kebutuhan
Rencana kegiatan belajar di komunitas praktisi perlu dilakukan bersama-sama
oleh anggota komunitas agar seluruh anggota bertanggung jawab dan terlibat
aktif dalam proses pengembangan dirinya dan rekan komunitas. Guru Penggerak
dapat mengikuti tips berikut untuk memfasilitasi rencana kegiatan belajar:

1 3
Diskusikan dengan rekan Diskusikan bagaimana kegiatan
Komunitas Belajar mengenai isu belajar yang dapat dilakukan
p e m b e l a j a r a n s p e s i fi k ya n g untuk mengatasi permasalahan
paling menjadi tantangan dalam pembelajaran tersebut. Misal:
praktik proses pembelajaran kegiatan belajar dapat
sehari-hari. berbentuk pelatihan mandiri di
sekolah, kegiatan saling
mengobservasi proses
pembelajaran antara guru (peer

2 Tetapkan tujuan secara SMART.


SMART singkatan dari Specific
(spesifik), Measurable (terukur),
obseravation), kegiatan berbagi
di KKG/ kegiatan gugus, atau
MGMP, dan lainnya.
Achievable (dapat tercapai),
Realistic (dapat direalisasikan),
Timely (ada jangka waktu). Misal:

4
tujuan yang terlalu umum seperti Bagi peran dan tanggung jawab
“meningkatkan praktik belajar kepa da rekan guru sesama
guru”, dapat dispesifikkan komunitas praktisi. Peran yang
menjadi “mempraktikkan satu dapat dibagi sesuai kebutuhan
teknik penilaian formatif dalam komunitas praktisi antara lain:
pembelajaran tematik untuk satu
bulan ke depan”. Semakin spesifik a. Koordinator
d a n te r u ku r, s e m a ki n b e s a r b. Tim dokumentasi
kemungkinan kegiatan belajar
c. Tim Logistik
akan tepat sasaran.
d. Tim Acara/Konten

e. P e r a n l a i n
sesuai kebutuhan

20
5 6
Bila memerlukan biaya, tentukan Menyepakati jadwal untuk
bagaimana biaya tersebut dapat memastikan komitmen anggota
dipenuhi secara realistis. Contoh,
bila kebutuhan konsumsi dapat Rencana kerja harus dievaluasi secara
disediakan urunan, atau bawa berkala, dapat perbaiki mengikuti
sendiri, tidak perlu membeli dari hasil evaluasi, dan berdasarkan
luar. kesepakatan bersama.

21
Mencari narasumber yang relevan sesuai
3
kebutuhan belajar

Pada prinsipnya, narasumber untuk


pertemuan di dalam Komunitas Praktisi bisa
siapa saja baik berasal dari dalam komunitas
maupun luar komunitas. Dari dalam
komunitas, dapat ditawarkan atau diminta
kepada rekan guru yang memiliki praktik baik
untuk disebarkan. Rekan guru yang bisa
diminta untuk menjadi narasumber juga bisa
berasal dari komunitas praktisi guru yang lain
dari sekolah yang berbeda atau dari kelompok
mata pelajaran yang berbeda (jika komunitas
praktisi berbasis mata pelajaran).

Selain itu, kepala sekolah, pengawas sekolah,


orang tua murid dan dinas pendidikan juga
dapat berbagi pengetahuan dan keterampilan
yang relevan dan dibutuhkan untuk guru.
Koordinator komunitas praktisi dapat secara
spesifik meminta narasumber memberikan
materi atau pembelajaran yang dibutuhkan
oleh guru.

22
Komunitas profesi lain juga dapat menjadi sumber belajar
guru di komunitas praktisi. Contohnya profesi wartawan atau
blogger dapat memberikan materi menulis kepada para
anggota. Profesi psikolog dapat diajak berdiskusi tentang
penanganan Anak Berkebutuhan Khusus dan profesi lainnya.

Komunitas lain yang relevan seperti komunitas hobi juga bisa


menjadi mitra Komunitas Praktisi dalam pengembangan diri
anggota. Misalnya komunitas pendongeng, komunitas board
game, komunitas sains, dan lain sebagainya.

Setiap narasumber perlu diberitahukan kebutuhan materi


yang perlu dipersiapkan dan ekspektasi hasil pembelajaran
setelah selesai pertemuan. Jika mengundang narasumber di
luar anggota komunitas ceritakanlah juga nilai-nilai yang
dipegang oleh anggota komunitas.

23
Pelibatan anggota dalam penyelenggaraan
Menyelenggarakan kegiatan Komunitas Praktisi dapat meningkatkan
4 semangat anggota dalam belajar di
belajar di komunitas komunitas. Berikut peran-peran yang dapat
dilakukan oleh Anggota di Komunitas
Praktisi:

Narasumber
Orang yang memberikan materi atau
menceritakan praktik baik kepada
anggota

Reporter
M e n d o ku m e n t a s i ka n ke g i a t a n
belajar Komunitas, mengunggah
dan mendistribusikan materi belajar
untuk rekan Komunitas lainnya

Koordinator
Orang yang bertugas untuk
memastikan narasumber dan
reporter siap, mengingatkan
anggota lain untuk hadir, dan
aktivitas lain yang menunjang
kelancaran pertemuan komunitas

Peserta
Rekan sejawat Komunitas yang
mengikuti kegiatan belajar.

24
Tahap Penyelenggaraan
Komunitas Praktisi:
1
TAHAP PERSIAPAN
a. Memastikan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
b. Menyepakati pembagian peran
c. Memastikan media publikasi dan sosialisasi kegiatan

2
PELAKSANAAN
a. Pemimpin sekolah atau pihak yang disepakati membuka
kegiatan secara resmi sebagai bentuk dukungan pada
komunitas
b. Koordinator menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan
c. Narasumber melakukan presentasi selama 10-15 menit tentang
praktik cerdas yang sudah dilakukan
d. Disarankan presentasi dilakukan dengan gaya bercerita, dimulai
dari tahap awal, tantangan yang dihadapi, aksi yang dilakukan,
perubahan yang terjadi, dan pelajaran apa saja yang telah
didapatkan
e. Koordinator mempersilahkan peserta untuk bertanya hasil
praktik cerdas sesuai dengan topik. Bila memungkinkan, beri
kesempatan kepada peserta rekan komunitas untuk
mencoba/mensimulasikan praktik yang diajarkan, agar
pembelajaran maksimal.
f. Koordinator mengajak peserta merefleksikan hasil belajar

25
3
PASCA PELAKSANAAN
a. Evaluasi kegiatan komunitas mulai dari tahap pelaksanaan
sampai tahap evaluasi
b. Publikasikan hasil dokumentasi kegiatan agar anggota yang
tidak hadir juga mendapatkan manfaat
c. Dampingi rekan sejawat dalam menerapkan pembelajaran
dalam kegiatan belajar mengajar sesungguhnya yang dijalankan.
Pada saat guru penggerak mengobservasi kelas rekan sejawat,
penting untuk juga merefleksikan hal-hal apa yang dapat
dipelajari dari rekan sejawat yang diobservasi yang bisa
diterapkan di kelas guru penggerak.

Penyelenggaraan Komunitas Praktisi memiliki tiga prinsip fleksibilitas yaitu


fleksibel waktu, cara dan lokasinya. Waktu dan durasi kegiatan komunitas
bisa menyesuaikan kebutuhan anggota dan ketersediaan waktu mereka.
Selanjutnya, pertemuan komunitas praktisi bisa dilakukan dengan cara
tatap muka atau pun dalam jaringan (online) dengan memanfaatkan media
sosial seperti Facebook grup, aplikasi Whatsapp grup, aplikasi telegram dan
mailing list. Untuk kegiatan tatap muka, bentuk kegiatan juga bisa dibuat
santai sehingga pemilihan lokasi kegiatan tidak harus selalu di sekolah tapi
juga bisa di rumah salah satu anggota, kedai kopi atau warung makan dan
tempat lainnya yang masih menunjang proses pembelajaran dan disepakati
oleh anggota komunitas.

26
Mendokumentasikan dan
5 mempublikasikan hasil kegiatan

Kegiatan dokumentasi dan publikasi pengetahuan penting dilakukan


sebagai bagian dari manajemen pengetahuan. Selain itu, dokumentasi
dan publikasi adalah merupakan sumber belajar bagi anggota komunitas
dan dapat juga digunakan sebagai media refleksi bagi anggota. Media
refleksi artinya, anggota komunitas dapat mengidentifikasi hal-hal baik
apa yang harus dipertahankan dan aspek-aspek apa saja yang harus
diperbaiki pada periode kegiatan berikutnya.

27
Berikut bentuk-bentuk hasil dokumentasi dan proses pendokumentasian pengetahuan
di dalam Komunitas Praktisi

Bentuk Dokumentasi Publikasi Pengetahuan

a. Ringkasan kegiatan yang a. Memilih anggota yang


meliputi materi esensial, paparan bersedia menjadi Reporter
narasumber dan hasil refleksi atau orang yang bertugas
peserta untuk menyusun dokumentasi
b. Foto kegiatan dan hasil belajar kegiatan
c. Video kegiatan b. Reporter menuliskan dan
mempublikasikan refleksi
pembelajaran pada kanal
belajar yang disepakati. Kanal
belajar dalam bentuk media
daring atau luring.
c. Anggota komunitas
membagikan ulang hasil
praktik atau materi yang
didapatkan
d. Untuk mendorong
keberlanjutan program, guru
penggerak bersama pemimpin
sekolah dapat memediasi
menerbitkan hasil publikasi
menjadi karya guru
e. Anggota komunitas praktisi
menyepakati tata cara
penulisan publikasi praktik
baik. Kerangka refleksi dapat
menggunakan berbagai
metode yang terlampir.

28
Mendampingi rekan sejawat dalam
6 mempraktikkan hasil belajar di komunitas

Pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan di komunitas tidak


boleh berhenti di pertemuan. Setiap pengetahuan dan keterampilan
harus membawa dampak pada proses pembelajaran di kelas. Guru
Penggerak berperan mendampingi rekan-rekan sejawat untuk
mengimplementasikannya. Berikut langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh Guru Penggerak:

Menyemangati rekan sejawat Menanyakan pengalaman


untuk mengaplikasikan praktik menjalankan praktik baru di
baru di kelas masing-masing kelas

Memberikan waktu kepada


Menanyakan kesulitan dan anggota untuk
tantangan saat mengaplikasikan mengimplementasikan praktik
praktik baru. Idealnya sekitar 2-4
minggu.

Mendorong anggota untuk mendokumentasikan kegiatan saat


mengimplementasikan praktik baru. Baik praktik yang berhasil maupun
yang belum berhasil.

29
Evaluasi adalah proses untuk memahami apakah 7
tujuan kegiatan belajar komunitas telah tercapai atau Memfasilitasi
tidak, dan bermanfaat untuk menilai apakah kegiatan evaluasi dan
belajar komunitas telah mencapai tujuannya. Guru refleksi
Penggerak perlu mengingat dan meninjau kembali
pembelajaran
tujuan kegiatan belajar komunitas pada saat langkah
dan
kedua (memfasilitasi rencana kegiatan belajar
berdasarkan kebutuhan), dan melihat apakah rekan penerapan
sejawat telah berhasil mempraktekkan hasil belajar kegiatan
dalam kegiatan belajar mengajarnya masing-masing.

Misal: Bila tujuan kegiatan belajar Komunitas adalah


“menerapkan disiplin positif dalam kelas”, maka
evaluasi dilakukan apakah rekan-rekan Komunitas
telah mampu menerapkan disiplin positif kelas dalam
ke l a s m a s i n g - m a s i n g . D o ku m e n t a s i ka n d a n
identifikasi rekan yang sudah mampu dan belum.

Evaluasi adalah bagian yang penting dalam


menjalankan Komunitas Praktisi karena kita dapat
mengetahui perkembangan kemampuan dan
kompetensi diri dan rekan sejawat komunitas.
Ingatlah, bahwa bila ada rekan sejawat belum berhasil
mempraktekkan hasil belajar, hal tersebut bukanlah
hal yang memalukan, namun sebuah pelecut untuk
mencoba strategi dan cara belajar lain untuk
berkembang ke depan.

30
Refleksi adalah memikir ulang proses apa yang membuat kegiatan belajar
yang telah dilakukan Komunitas telah berhasil atau belum berhasil dan
bermanfaat untuk bahan pembelajaran rekan Komunitas mengenai apa yang
berhasil dan yang tidak dalam mengaplikasikan pembelajaran yang
dilakukan.

Misal: Bila evaluasi disimpulkan bahwa ada beberapa rekan Komunitas belum
mampu menerapkan disiplin positif dalam kelas, refleksikan tantangan yang
mungkin muncul yang membuat tidak tercapainya hal tersebut.

Refleksi penting untuk dilakukan agar rekan sejawat yang belum berhasil
dapat mencoba cara dari rekannya yang sudah berhasil, dan rekan yang telah
berhasil dapat semakin mengembangkan praktik baik yang telah berhasil ia
lakukan.

Untuk melakukan evaluasi dan refleksi, lakukan rembuk bersama-sama rekan


komunitas untuk berdiskusi. Berikut beberapa pertanyaan kunci yang dapat
menjadi pemantik diskusi:

Apakah rekan sejawat berhasil mengaplikasikan hal yang


dipelajari saat kegiatan belajar komunitas?

Apa hal-hal yang membuat kegiatan belajar tersebut berhasil


diaplikasikan?

Bila belum berhasil, apa kendalanya sehingga kegiatan belajar


komunitas berikutnya dapat lebih baik?

Catatan: Apa yang berhasil sama pentingnya dengan apa yang tidak berhasil
sehingga komunitas belajar Anda dapat selalu lebih baik selanjutnya

Strategi melakukan refleksi dapat dilihat pada lampiran.

31
3 Budaya Positif
di Komunitas Praktisi

32
Lingkungan yang positif adalah aspek penting dalam belajar tidak hanya bagi murid,
tapi juga bagi orang dewasa karena dapat menimbulkan aman dan nyaman saat
belajar. Lingkungan belajar yang positif akan mendorong anggota komunitas untuk
dapat terbuka menunjukkan rasa ingin tahunya dan nyaman mengemukakan
pemikiran yang berbeda dari anggota komunitas yang lain. Selain itu, berada dalam
lingkungan belajar yang positif membuat anggota terbuka terhadap kegagalan dan
tantangan yang dialami sehingga memungkinkan bagi komunitas praktisi bersama-
sama mencari solusi yang tepat. Apa saja strategi yang dapat dilakukan oleh Guru
Penggerak dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif?

1 Pembelajaran yang relevan bagi anggota Komunitas

Motivasi belajar orang dewasa akan meningkat jika topik pembelajaran relevan bagi
kebutuhan profesionalnya sehari-hari. Anggota komunitas praktisi perlu
mengidentifikasi tujuan dan alasan belajarnya dengan jelas sehingga dapat
tergambarkan dampak hasil belajarnya bagi dirinya sendiri dan hal-hal yang
dianggap penting.

2 Membangun nilai-nilai bersama

Anggota Komunitas Praktisi perlu menyepakati nilai-nilai bersama agar interaksi


antara anggota dapat berjalan dengan nyaman. Menentukan nilai dan kode etik
yang perlu ada di dalam Komunitas, bisa dengan menanyakan kepada para anggota
bagaimana mereka ingin diperlakukan satu sama lain atau bagaimana suasana
yang mereka ingin rasakan saat belajar di dalam komunitas. Contohnya: Setiap
anggota memiliki kesempatan belajar dan berkontribusi yang setara, setiap
anggota terbuka pada ide-ide yang berbeda, dan setiap anggota harus
memperlakukan anggota lain dengan hormat dan santun. Nilai dan kode etik dalam
komunitas perlu dibangun melalui dialog yang positif agar dapat dijalankan dengan
nyaman oleh seluruh anggota komunitas.

33
3 4
Melibatkan anggota dalam Membangun relasi yang
pengambilan keputusan positif antar anggota

Orang dewasa adalah pembelajar Hubungan anggota di dalam


yang mandiri yang ingin turut komunitas praktisi perlu dibangun
mengelola proses belajarnya. Oleh secara positif. Guru Penggerak dapat
karena itu, anggota komunitas juga memfasilitasi aktivitas-aktivitas yang
perlu dilibatkan dalam pengambilan memberi kesempatan kepada
keputusan-keputusan dalam anggota untuk saling mengenal
Komunitas Praktisi. Menentukan lebih dekat satu sama lain. Relasi
topik pertemuan komunitas atau yang positif antara anggota juga
cara belajar di komunitas bahkan meningkatkan rasa percaya dan
menentukan pembagian peran di aman saat belajar di dalam
komunitas dengan dialog adalah komunitas. Relasi yang positif juga
contoh proses pengambilan dapat diciptakan dengan
keputusan yang dapat dilakukan membangun sikap saling
bersama anggota. mendukung dan mengapresiasi
setiap capaian kecil yang terjadi di
antara anggota komunitas.

5
Menjadikan refleksi dan umpan balik menjadi
bagian dari proses rutin

Lingkungan belajar yang positif dapat dibangun dengan menjadikan


refleksi sebagai bagian dari proses rutin di Komunitas Praktisi sehingga
anggota komunitas terbiasa melakukan refleksi secara mandiri, begitu
pula dengan memberikan dan menerima umpan balik. Terbuka
terhadap umpan balik adalah karakteristik guru-guru yang dapat terus
berkembang.

Lingkungan belajar yang positif akan mendukung proses belajar guru.


Ceritakan kelima strategi di atas kepada rekan sejawat anda di dalam
Komunitas Praktisi sehingga seluruh anggota bersemangat dan
berkomitmen mewujudkan lingkungan belajar yang positif.

34
4 Kolaborasi dalam
Komunitas Praktisi

35

“Kompetisi membuat kita (bekerja) lebih cepat,
kolaborasi membuat kita (bekerja) lebih baik”
-unknown-

Kolaborasi adalah keterampilan bekerja sama secara


koperatif untuk mencapai tujuan bersama. Keterampilan
ini adalah salah satu keterampilan abad 21 yang harus
dimiliki semua orang termasuk Guru dan Kepala Sekolah.
Kolaborasi akan membuat pekerjaan lebih efektif dan
efisien untuk sampai ke tujuan karena pengetahuan,
keterampilan dan sumber daya dibagi bersama para
kolaborator.

36
Manfaat Kolaborasi
dalam Komunitas Praktisi
1 Menciptakan 2
Membangun relasi yang
ketergantungan sosial
positif dengan antar anggota
yang positif

Ketergantungan sosial yang positif Berkolaborasi dengan orang-orang


adalah ketika seseorang percaya ya n g b e rb e d a l a t a r b e l a ka n g ,
bahwa mereka dapat mencapai pengetahuan dan keterampilan
tujuan mereka jika orang lain juga akan memunculkan ide-ide baru
dapat mencapai tujuannya. untuk pemecahan masalah.
Kemampuan berkolaborasi akan
mengurangi adanya kompetisi
n e g a t i f a t a u ke i n g i n a n u n t u k
Berbagai riset telah
melihat orang lain gagal. Kolaborasi
membuktikan bahwa
menciptakan suasana saling
kolaborasi adalah faktor utama
m e n d u ku n g d a l a m e ko s i s te m
yang secara konsisten
pendidikan.
m e n u n j u k k a n ke t e r k a i t a n
dengan peningkatan performa
3 Berbagi sekolah dan orang-orang di
sumber daya dalamnya, yaitu murid, guru
dan kepala sekolah.
Kolaborasi memaksa pihak-pihak
Kolaborasi antara guru dalam
yang terlibat dalam proses
praktik pembelajaran mampu
kolaborasi membagikan sumber
meningkatkan hasil belajar
daya sehingga pekerjaan dapat
murid di sekolah.
dilakukan dengan lebih efisien dan
efektif

37
Tahapan Kolaborasi dalam mengembangkan Komunitas Praktisi
oleh Guru Penggerak

Contoh kolaborasi yang dapat


Tahap-tahap peranan
dilakukan dalam
Guru Penggerak
setiap tahapan peran

Menganalisis kebutuhan belajar B e r s a m a r e k a n - r e k a n s e j a wa t


anggota komunitas rembuk bersama
mendiskusikan permasalahan yang
dihadapi.

1
Memfasilitasi penyusunan Selain rekan sejawat, meminta
rencana kegiatan belajar masukan pengawas dan kepala
berdasarkan hasil analisis sekolah mengenai rencana kegiatan
kebutuhan belajar yang akan dilakukan.

2
Mencari narasumber yang relevan Bila sesuai dengan kebutuhan,
sesuai kebutuhan belajar melibatkan pihak-pihak di luar
lingkungan pendidikan untuk
menjadi narasumber. Misal,
melibatkan psikolog untuk berbicara
mengenai penanganan psikologis
murid.

3
M e n ye l e n g g a r a k a n ke g i a t a n Berbagi peran dengan rekan sejawat
belajar di komunitas dalam kegiatan belajar komunitas.
Setiap anggota dapat secara
bergiliran menjadi koordinator
komunitas, reporter, pembicara dan
peran lain yang dibutuhkan.
4

38
Contoh kolaborasi yang dapat
Tahap-tahap peranan
dilakukan dalam
Guru Penggerak
setiap tahapan peran

Mendokumentasikan dan Melibatkan rekan-rekan media,


mempublikasikan hasil kegiatan penerbit, dan lainnya untuk
mendiseminasikan hasil-hasil
kegiatan belajar kepada publik lebih
luas.
5
Mendampingi rekan sejawat dalam Kolaborasi bukan berarti
mempraktikkan hasil belajar di menggurui, namun mendampingi
komunitas
dan berjuang bersama untuk
mengembangkan diri dalam
mempraktikkan hasil belajar dalam
praktik mengajar sehari-hari.
6
Memfasilitasi evaluasi dan refleksi Meminta umpan balik kepada para
pembelajaran dan penerapan pemangku kepentingan
kegiatan lingkungan sekolah, seperti kepala
sekolah, oran gtua murid dan
murid, serta pengawas, selain dari
rekan sejawat tentang
ketercapaian kegiatan belajar.
7

39
Dengan siapa saja Sesama anggota komunitas (guru mata
guru bisa pelajaran yang sama, lintas mata
pelajaran atau lintas jenjang)
berkolaborasi?

Komunitas praktik lain


dalam satu sekolah

Orang tua murid, kepala


sekolah dan pengawas

Guru atau kepala sekolah


dari komunitas lain yang berbeda
sekolah, jenjang dan
ekosistem lainnya

Profesi lain atau dengan


komunitas lintas profesi

Komunitas literasi, seni budaya


dan kearifan lokal yang tersedia
di sekitar sekolah

40
5 Tahapan Pengembangan
Komunitas Praktisi

41
1 Tahap Merintis
Tahap merintis adalah tahapan
memulai sebuah komunitas, Guru
Penggerak dapat mengawali
membangun Komunitas Praktisi
dengan strategi berikut.
1 Membangun percakapan awal
Guru penggerak melakukan percakapan
awal dengan pemimpin sekolah, wakil
kepala sekolah, koordinator urusan, wali
kelas atau dengan guru mata pelajaran
terkait dengan tujuan dan perubahan-
perubahan yang ingin dicapai sekolah
serta pengembangan kompetensi guru.
Percakapan awal sebaiknya dilakukan
secara individu agar diskusi bisa lebih
dalam.

2 Menemukan pengikut pertama


Pengikut pertama adalah rekan guru
yang bersemangat dan bersedia turut
menggerakkan komunitas belajar
bersama Guru Penggerak. Para
pengikut pertama biasanya memiliki
keresahan yang sama dengan guru
penggerak serta berkomitmen untuk
turut menggerakkan komunitas praktisi,
memiliki kemauan belajar yang kuat
atau sudah menerapkan pembelajaran
yang berpusat pada murid.

42
3 Membangun percakapan
bermakna
Percakapan bermakna dimulai dengan
pemetaan masalah-masalah dan
rencana solusi yang bisa dilakukan
bersama. Percakapan berakhir dengan
kesepakatan membentuk komunitas
praktisi sebagai tempat belajar,
berdiskusi dan m en gemban gkan
praktik baik.

Jika guru sudah memiliki komunitas namun


belum menjadi komunitas praktisi, tiga
langkah di atas bisa tetap dilakukan untuk
meyakinkan orang-orang yang berpengaruh
dalam komunitas untuk menerapkan
konsep Komunitas Praktisi.

43
2 Tahap Menumbuhkan
Pada tahap menumbuhkan,
komunitas praktisi diharapkan
dapat menyebarluaskan
pengetahuan dan praktik baik
secara lebih luas. Apa saja yang bisa
dilakukan oleh penggerak dan 1 Menyelenggarakan pertemuan
anggota komunitas? belajar secara rutin
Pertemuan rutin akan memperkuat
proses belajar anggota di komunitas.
Jadwal dan lamanya pertemuan rutin
perlu disepakati oleh anggota komunitas
agar anggota berkomitmen menghadiri
pertemuan baik dalam bentuk tatap
muka ataupun dalam jaringan.
Pertemuan rutin juga memfasilitasi
anggota komunitas untuk saling berbagi
praktik baik yang dilakukan di ruang
kelas dan dampaknya pada murid.
Selanjutnya, pertemuan rutin harus
sesuai den gan kebutuhan belajar
anggota atau menyesuaikan dengan
konteks masalah yang ingin dipecahkan.

44
3 Mendokumentasikan dan
membagikan hasil belajar
Guru Penggerak dan anggota
Komunitas Praktisi bisa
mendokumentasikan hasil kegiatan
komunitas dan praktik baik yang telah
2 Mendorong dan mendampingi dibagikan di komunitas dalam bentuk
anggota komunitas tulisan, rekaman audio atau video.
menerapkan hasil belajar Proses dokumentasi ini bermanfaat
sebagai sumber belajar bagi anggota
G u r u p e n g g e r a k m e n d o ro n g d a n
komunitas secara lebih luas.
mendampingi anggota untuk
mempraktikkan hasil belajar di
Selanjutnya, hasil dokumentasi dapat
Komunitas. Langkah-langkah
membagikan hasil pertemuan belajar
mendorong dan mendampingi
atau liputan kegiatan pada kanal belajar
komunitas dapat dilihat lebih lengkap
yang sudah disepakati sebelumnya baik
pada Bab 2 bagian mendampingi rekan
di WhatsApp grup, Telegram, halaman
sejawat.
F a c e b o o k a t a u w e b s i t e s e ko l a h .
Publikasi konten pembelajaran atau
praktik baik dapat menjadi bagian dari
percakapan bermakna yang dapat
dilakukan di Komunitas.

Hasil dokumentasi juga dapat menjadi


bagian dari cerita perubahan yang
bermanfaat untuk proses monitoring
dan evaluasi ketercapaian tujuan belajar
anggota komunitas sehingga perlu
dikelola dengan baik.

45
3 Tahap Merawat
Keberlanjutan
Pada tahap merawat keberlanjutan
Komunitas Praktisi adalah tahap
untuk memastikan proses baik yang
sudah berjalan di dalam komunitas 1 Mengembangkan anggota
akan terus memberi dampak positif
menjadi Penggerak
bagi anggota komunitas dan murid
walaupun terjadi perubahan-
Komunitas Praktisi
perubahan situasi yang berkaitan Dalam periode waktu tertentu, Guru
dengan Komunitas Praktisi. Penggerak perlu mengidentifikasi
Co n to h nya , a d a nya p e rg a n t i a n anggota-anggota yang berpotensi
kepala sekolah, guru penggerak untuk menjadi penggerak untuk
pindah ke sekolah lain, atau kemudian diberikan tanggung jawab
b e r t a m ba h a t a u b e rku ra n g nya sebagai pengelola kegiatan dengan
anggota. Langkah merawat peran yang berbeda-beda sehingga
keberlanjutan antara lain: dapat memahami tantangan di setiap
peran. Dengan demikian, anggota akan
terbiasa menjadi penggerak dan bisa
memastikan aktivitas Komunitas Praktisi
sesuai tujuan dan kebutuhan anggota.

46
2 Menginisiasi kolaborasi 3 Menyelenggarakan
Komunitas Praktisi dapat mulai proyek kegiatan murid
menginisiasi kolaborasi dengan pihak- Proyek kegiatan murid memberikan
pihak di luar komunitas yang dapat manfaat bagi guru dan murid secara
memperkaya pembelajaran anggota langsung. Proses pengelolaan kegiatan
dan dapat membantu anggota yang kompleks melatih dan menguji
mencapai tujuan atau menyelesaikan anggota komunitas dalam hal
masalah. Guru Penggerak dapat komunikasi, kreativitas dan kolaborasi.
mendorong anggota komunitas untuk Proyek kegiatan murid juga dapat
terlibat dalam proyek-proyek kolaborasi memberikan dampak langsung yang
tersebut. terukur bagi capaian hasil belajar murid.
Langkah-langkah menyelenggarakan
proyek kegiatan murid dapat mengikuti
materi yang sudah diajarkan di
Pendidikan Guru Penggerak.

47
Tantangan Guru Penggerak dalam
Mengembangkan Komunitas

1 Tantangan
2
Tantangan
Mengelola Waktu Mengelola Energi

Dalam mengembangkan B u ka n h a nya p e n g o rba n a n


komunitas, keterampilan wa k t u . S e l a i n m e n j a l a n ka n
mengatur waktu sangat tugas pokok memimpin
dibutuhkan oleh seorang guru pembelajaran, menjadi guru
penggerak. Program hendaknya penggerak berarti berkomitmen
d i s u s u n s e s u a i u rg e n s i d a n untuk memberi tenaga
sifatnya mulai dari yang mengurus komunitas.
mendesak, penting kemudian Disarankan senantiasa
rutin. berkolaborasi dengan anggota
untuk menghemat tenaga.

3 Tantangan
4
Tantangan
dalam Berkomunikasi Mengelola Emosi

Komunikasi dengan rekan satu Berkomunitas berarti terlibat


tim atau yang rekan yang ada bersama dengan individu lain
dalam komunitas sangatlah yang berbeda karakter,
menantang. Kemampuan kebiasaan atau cara bekerja.
komunikasi efektif menjadi kunci Perbedaan ini akan
membangun percakapan mempengaruhi emosi
bermakna. Harapannya supaya penggerak. Kemampuan
setiap orang yang ada dalam mengelola emosi dan resolusi
komunitas saling memahami konflik sangat diperlukan.
d a n m a u m e n g a m b i l p e ra n
mengembangkan komunitas..

48
Peran Pemangku

6 Kepentingan
dalam Pengembangan
Komunitas Praktisi

49
Dalam menjalankan peran sebagai penggerak komunitas, guru penggerak
menjalin kemitraan dengan beberapa pihak terkait, antara lain:

Kepala Dinas
Pengawas
Pendidikan kab/kota:

Ÿ Memastikan terbentuknya Ÿ Menjadi mitra bagi anggota


komunitas praktik di komunitas melakukan riset
masing-masing satuan praktik kemitraan.
pendidikan. Ÿ Melakukan refleksi
Ÿ Memfasilitasi terbentuknya keberhasilan dampak
forum konsultasi guru praktik baik komunitas
penggerak di tingkat secara berkala.
kabupaten/kota. Ÿ Memfasilitasi kolaborasi
Ÿ Memfasilitasi penyebaran berbagi praktik baik antar
dan publikasi karya bagi guru di semua tingkatan.
anggota komunitas praktik.

50
Kepala Sekolah

Ÿ M e m a s t i ka n te rs e d i a nya s a ra n a d a n
prasarana belajar bagi pengembangan
komunitas praktik.
Ÿ Mendorong guru mengambil peran dalam
pertemuan belajar yang diselenggarakan
komunitas praktik.
Ÿ Memastikan terselenggaranya pertemuan
pendidik berbagi praktik baik di sekolah.
Ÿ Menyebarluaskan cerita praktik baik yang
dilakukan anggota komunitas sekolah pada
forum pertemuan para kepala sekolah.

51
PENUTUP


“Guru belajar paling baik dari guru lain,


saat saling mengajar seni mengajar”

Pada buku ini Anda sudah


(Schmoker, 2005b)

Selanjutnya, kolaborasi menjadi


mempelajari tentang Komunitas tahapan yang esensial dalam
Praktisi dan pentingnya pengembangan komunitas yang
membangun Komunitas Praktisi dapat memenuhi kebutuhan guru.
bagi pengembangan diri guru. Guru Penggerak dapat mencari
Membangun komunitas praktisi tahu individu-individu dan
bukan berarti harus membuat organisasi yang dapat diajak untuk
organisasi yang baru, bisa saja berkolaborasi. Ide-ide kolaborasi
konsep ini diterapkan pada dapat datang kebutuhan atau cita-
komunitas atau organisasi profesi cita para anggota
guru yang sudah ada.
Membangun Komunitas Praktisi
Buku ini juga telah menjelaskan adalah sebuah proses yang panjang
peran Guru Penggerak dalam dan tidak mudah.
membangun Komunitas Praktisi Namun, ingat bahwa Anda adalah
yang bermanfaat bagi anggotanya bagian dari komunitas praktisi guru
serta membangun budaya positif di penggerak yang terhubung
Komunitas Praktisi. Guru dengan rekan sejawat dari seluruh
Penggerak juga bisa membagi Indonesia. Jangan ragu untuk
ketujuh peran tersebut dengan berbagi dan belajar bersama agar
rekan sejawat yang bersemangat guru penggerak bisa menjadi
mengembangkan komunitas pembelajar sepanjang hayat dan
praktisi di sekolah. pemimpin pendidikan Indonesia.

Mari kita mempersatukan diri demi


Indonesia yang lebih baik!

52
Strategi Refleksi
Anggota Komunitas
Praktisi

53
Refleksi Harian Pembekalan Pendamping Guru Penggerak

Refleksi Hari ke-1


(4F: Fact, Feeling, Finding, Future)

Pertanyaan Jawaban

Ce ri t a ka n p e n g a l a m a n A n d a
mengikuti pembekalan pada hari
ini? Ceritakan juga hambatan atau
kesulitan Anda selama proses
pembekalan pada hari ini?
1
Bagaimana perasaan Anda
selama pembelajaran
berlangsung? Ceritakan hal yang
membuat Anda memiliki
perasaan tersebut
2
Ceritakan yang anda pelajari pada
hari ini? Elaborasi cerita Anda
dengan pembelajaran yang paling
berkesan?

3
Ceritakan manfaat pembelajaran
pada hari ini untuk peran Anda
sebagai Pendamping Guru
Penggerak?

54
Refleksi Hari ke-2
(Model DEAL)

Lanjutkan pernyataan ini…


1
Hari ini saya belajar ...

2
Hal yang paling membuat tertarik pada hari ini ketika ...

3
Hal tersulit yang terjadi pada saya hari ini ketika ...

4
Saya bangga kepada diri saya hari ini ketika ...

5
Saya ingin tahu lebih banyak tentang ...

6
Satu hal yang ingin saya coba adalah ...

55
Refleksi hari ke-3
(Teknik 6 Topi)

Pertanyaan Jawaban

Ce ri t a ka n p e n g a l a m a n A n d a
mengikuti pembekalan pada hari
ini?

1
Bagaimana perasaan Anda
selama mengikuti proses
pembelajaran hari ini?

2
Ceritakan hal-hal positif yang
terjadi dari pembelajaran hari ini?

3
Ceritakan hal-hal yang
menghambat pembelajaran Anda
pada hari ini?

4
Ceritakan ide-ide yang muncul
setelah Anda mengikuti
pembelajaran hari ini?

5
Ceritakan kesimpulan-kesimpulan
yang Anda dapatkan setelah
mengikuti pembelajaran hari ini?
6

56
Refleksi hari ke-4
(Papan Cerita Reflektif - Reflective Storyboard)

Anda boleh menggambarkannya di sebuah kertas


kemudian memfoto dan menguploadnya di LMS.

Buatlah 4 gambar bersambung yang


mengilustrasikan refleksi Anda tentang hari ini

1 2

3 4

57
Refleksi Hari ke-5
( 4C: Connection, Challenge, Concept, Change)

Pertanyaan Jawaban

Ceritakan keterkaitan materi


d e n g a n p e ra n A n d a s e ba g a i
pendamping Calon Guru
Penggerak?

1
Adakah ide, materi atau pendapat
dari narasumber yang berbeda
dari praktik yang Anda jalankan
selama ini?

2
Ceritakan konsep-konsep utama
yang Anda pelajari dan menurut
Anda penting untuk terus dibawa
selama menjadi Pendamping
Calon Guru Penggerak?

3
Ceritakan sebuah perubahan
dalam diri Anda yang ingin Anda
lakukan setelah mendapatkan
materi pada hari ini?

58
Refleksi Hari ke-6
(Model Segitiga)

Silakan identifikasi pada segitiga di bawah ini mengenai apa yang Anda
pelajari dari pembelajaran hari ini. Anda boleh membuatnya dalam bentuk
Ms. Word, Ms. PowerPoint, atau menggambarkannya kemudian memfoto
dan menguploadnya di LMS.

Setelah pembelajaran hari


ini, akhirnya saya mampu....

Setelah pembelajaran
hari ini, akhirnya saya
memahami bahwa... Perasaan saya
setelah melakukan
pembelajaran hari
ini adalah...

Setelah melakukan
pembelajaran hari ini, target
saya berikutnya adalah...

59
Refleksi Hari ke-7
(Teknik Model Driscoll)

Pertanyaan Jawaban

Apa pengalaman paling


menantang selama pembelajaran
Anda hari ini?

1
Ceritakan apa hal yang berubah
dari pendapat, pemikiran, atau
apapun yang Anda yakini
sebelumnya, setelah Anda
mengikuti pembelajaran hari ini?
2
Setelah Anda melakukan
pembelajaran hari ini, apa yang
ingin Anda bagikan kepada rekan
atau lingkungan Anda yang Anda
yakini hal tersebut merupakan hal
baru atau bermanfaat untuk
mereka?

60
Refleksi Hari ke-8
(Model 4MAT)

Pertanyaan Jawaban

Silakan Anda memilih salah satu


hal menarik yang Anda dapatkan
selama pembelajaran hari ini.
Kemudian ceritakan apa yang
membuat hal tersebut menarik
menurut Anda.

1
Apa hal yang ingin Anda ketahui
lebih banyak lagi berkaitan
pembelajaran yang Anda alami
hari ini?

2
Bagaimana caranya agar hasil
pembelajaran hari ini optimal
sesuai dengan yang Anda
harapkan?

3
Bayangkan Anda sudah berada
dalam situasi pendampingan
Calon Guru Penggerak, pada
situasi apa hasil pembelajaran ini
bisa Anda terapkan dan
bagaimana hasilnya?
4

61
Refleksi Hari ke-9
(Gaya Round Robin)

Pertanyaan Jawaban

Apa hal yang paling Anda kuasai


setelah pembelajaran hari ini?
Mengapa Anda merasa hal
tersebut bisa membuat Anda
sangat menguasainya?

1
Apa hal yang belum Anda kuasai
setelah pembelajaran hari ini?
Apa yang akan Anda lakukan
untuk mengatasi hal tersebut?

2
A p a h a l y a n g m a s i h
membingungkan Anda dari
pembelajaran hari ini? Ceritakan
hal-hal apa saja yang membuat hal
tersebut membingungkan.

62
Cerita Kolaborasi
Komunitas Praktisi

63
Cerita Kolaborasi Antar Komunitas

Ibu Titis Kartikawati dari SD Negeri 09 Jika murid SDN 09 lebih dominan pada
Sanggau dan Ibu Juliawati dari SD kegiatan baca tulis, maka murid Bu
Negeri 08 Sanggau. Pada akhir Juliawati mengusung literasi budaya.
semester keduanya sepakat untuk Murid-muridnya menampilkan kesenian
membuat pameran karya anak. tari daerah Kalimantan, pementasan
Mengusung semangat yang sama yakni drama dan membuat proyek video
merdeka belajar. Kolaborasinya bukan kesenian lokal.
hanya melibatkan guru, tapi juga murid-
murid dari sekolah yang berbeda. Bagaimana dampaknya? Murid sangat
antusias. Mereka mendapatkan ruang
Pada hari yang sudah ditentukan, kedua untuk mengembangkan diri pada
peserta dari sekolah yang berbeda ekosistem yang lebih luas, pada orang
berkumpul di lapangan Sanggau. yang berbeda. Tidak ada perlombaan.
Murid-murid memperkenalkan dirinya Semua murid hanya menampilkan karya
dan bercerita tentang karya yang yang mereka suka dan kuasai. Murid juga
mereka tampilkan. Ibu Titis mengusung tidak dipaksa untuk menjadi lebih baik
tema literasi baca tulis yg isinya melatih dari peserta yang lain karena minat dan
siswa untuk berbicara dan membuat kegemarannya yang berbeda. Ibu Titis
produk buku sesuai kegemarannya. dan Ibu Juli berhasil mengantar pesan
Bagi murid yang gemar makan, maka yang kuat bahwa anak boleh belajar apa
mereka membuat buku resep makanan. yang saja mereka suka, semua pelajaran
Bagi yang gemar dengan sains maka sama pentingnya.
menampilkan buku sains yang didesain. Proyek-proyek kolaborasi seperti ini
Kar ya-kar ya tersebut kemudian memberi kesempatan bagi para guru
diceritakan dari awal proses untuk menggabungkan kegemaran
pembuatannya sampai akhirnya mereka ke dalam pekerjaan dan juga
menjadi karya buku. mendukung para guru untuk melihat
masa depan profesi mereka melebihi
lingkungan sekolah. Melihat banyaknya
ke m u n g ki n a n u n t u k m e l a n j u t ka n
profesi mereka di luar lingkungan
sekolah, dapat mendorong motivasi
mereka untuk terus belajar dan
beradaptasi dengan perubahan.

64
Cerita Kolaborasi Antar Penggerak.

Dalam menyiapkan sebuah acara Temu Pendidik Daerah, para


pendidik dalam komunitas praktisi di Semarang saling berbagi
peran. Ada yang menjadi koordinator, narasumber dan reporter.
Biasanya peran-peran yang diperlukan disesuaikan dengan jumlah
penggerak. Koordinator bertugas untuk mengkoordinir seluruh
kegiatan, dari rapat persiapan hingga selesai acara. Narasumber
biasanya penggerak yang bertugas untuk berbagi praktik baik
pengajaran kepada peserta Temu Pendidik Daerah. Sedangkan
reporter adalah penggerak yang meliputi keseluruhan acara dan
mengunggahnya ke kanal-kanal media sosial yang dimiliki. Peran-
peran tersebut bergantian setiap kegiatan. Sehingga semua
penggerak juga belajar untuk mengenal dan berkontribusi dalam
berbagai peran di komunitasnya. Kolaborasi antar penggerak
seperti itu sangat efektif untuk menumbuhkan dan kebersamaan
dan menguatkan semangat berbagi di dalam sebuah komunitas
belajar.

Cerita Kolaborasi dengan Dinas Pendidikan


dan Pengawas Sekolah

Dukungan dinas pendidikan sangat dibutuhkan


dalam melibatkan lebih banyak guru lain. Komunitas
praktisi di Surakarta rajin mengadakan audiensi
dengan dinas pendidikan untuk mengenalkan diri dan
kegiatan mereka. Berkolaborasi dengan inspektorat,
termasuk koordinasi dan pengawasan pelaksanaan
program yang akan dijalankan, komunitas praktisi
diamanahi menyampaikan materi dan menjadi
fasilitator sesuai dengan draft hasil audiensi. Para
penggerak komunitas praktisi Surakarta terlibat
kerjasama pula dengan Radio Republik Indonesia
untuk menyiarkan praktik baik para guru penggerak
ini. Setiap hari dari pukul 10-11 pagi para guru
menyampaikan materi dan berbagi praktik baik
mereka secara terjadwal dan bergantian.

65
Cerita Pak Haerun -
“Meramu Obat Tradisional untuk Mempelajari Jenis-jenis Daun”

Pak Haerun, guru kelas V SD membawa muridnya ke kebun warga di


belakang sekolah. Sesuai tujuan belajar, muridnya diharapkan mampu
mengidentifikasi jenis-jenis daun seperti yang tertera di instruksional
kurikulum. Tapi apa sesederhana itu?

Keresahan kemudian diceritakan ke rekan sejawatnya di SD Negeri


Tindangkeke. Oleh pak Very Fadly diberi usulan. Bagaimana jika topik
tersebut dilakukan dengan pendekatan proyek? Kegiatan pembelajaran
tidak sekadar mengantar murid menghafal atau mengidentifikasi jenis-jenis
daun seperti biasanya. Tapi juga mampu membuat karya dari materi yang
telah dipelajari. Dari berbagai sumber yang bisa diakses murid,
mengidentifikasi jenis-jenis daun kemudian meramunya menjadi obat
tradisional yang telah terbukti manjur mengobati berbagai penyakit. Dari
karya murid, akan didapatkan obat penurun panas, obat kolesterol, asam
urat, obat jerawat, obat batuk, saluran pernapasan atau untuk kesehatan
pencernaan.

66
Cerita Pak Saing -
“Belajar Sejarah melalui Cerita dan Gambar”

Pak Saing, guru Sejarah di salah Atau membuat animasi tapi


satu SMA Negeri. Mengalami sesun gguhnya belajar tentan g
kesulitan mendesain pembelajaran sejarah. Muridnya diberikan
Sejarah di kelasnya. Masalah yang kebebasan memilih dan
berlarut dan berulang. Nampaknya, menggunakan aplikasi yang mudah
p e l a j a ra n S e j a ra h s u l i t u n t u k dikuasai dan sesuai dengan
dipisahkan dengan hafalan tentang kemampuannya, sesuai jenis gawai
peristiwa, tentang nama-nama yang dimilikinya. Murid yang tidak
tokoh, tentang waktu dan tempat memiliki gawai pun tetap bisa
ke j a d i a n . Ti d a k s e m u a m u r i d m e n g i ku t i d e n g a n m e l u ki s nya
memiliki kesiapan belajar seperti secara langsung.
yang diharapkan.
Tujuan belajar sejarah bisa
Oleh rekan sejawatnya, bercerita tersampaikan dengan baik,
pengalamannya menggunakan kebutuhan dan minat belajar murid
aplikasi komik dalam pun terpenuhi. Masing-masing
menyampaikan materinya. Tiba- murid membuat cerita dan gambar
tiba Pak Saing mendapatkan ide tersendiri sesuai perspektif terhadap
mengantar pelajaran Sejarah bahan bacaan sejarah yang telah
dengan menggunakan media yang disiapkan lebih awal. Tak hanya itu,
sama. Murid belajar Sejarah dengan setiap murid diberi kesempatan
membuat komik. untuk memamerkan hasil karyanya
m e l a l u i p e n e r b i t a n b u ku a t a u
pameran tahunan sekolah.

67
Cambridge, D., Kaplan, S. & Suter, V. (2005). Community of

DAFTAR PUSTAKA
practice design guide. Louisville, CO: Educause.

Wenger-Traynor, E. & Wenger-Traynor, B. (2015).


Introduction to communities of practice: A brief overview
of the concept and its uses. http://wenger-
trayner.com/introduction-to-communities- of-practice/

Wenger, E., McDermott, R., & Snyder, W. (2002). Cultivating


communities of practice. Boston, MA: Harvard Business
School Press.

Mostafa, A.R.A. (2017). Creating a positive learning


environment for adults. International Journal of Learning
and Teaching. 9(3), 378-387.

Bryan, R. L., Kreuter, M. W., & Brownson, C. R. (2009).


Integrating Adult Learning Principles into Training for
Public Health Practice. Health Promotion Practice, 10(4),
557–563. https://doi.org/10.1177/1524839907308117

Chinnasamy, J. (2012). International Journal of


Management Research and Review Mentoring and Adult
Learning: Andragogy in Action, 3(5), 2835–2844. Retrieved
from www.ijmrr.com

Knowles, M. S. (1984). Andragogy in Action. San Fransisco,


Calif, London: Jossey-Bass.

Kunter, M., Baumert, J., Blum, W., Klusmann, U., Krauss, S.,
& Neubrand, M. (2013). Cognitive Activation in the
Mathematics Classroom and Professional Competence of
Teachers. In International Encyclopedia of Education
(eBook, pp. 1–439). New York: Springer.
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-044894-7.00680-1

Lestari, P. R. D. (2019). Community of Practice in Indonesia


and Its Impact on Teachers' Professional Development:
Study Case of Komunitas Guru Belajar [Unpublished
Master's Dissertation]. University of Glasgow.

68
Rahman, M. S. (2019). Teachers' peer support: difference

DAFTAR PUSTAKA
between perception and practice. Teacher Development,
23(1), 121–138. https://doi.org/10.1080/13664530.2018.1488765

Sari, E. R. (2012). Online learning community: A case study


of teacher professional development in Indonesia.
Intercultural Education, 23(1), 63–72.
https://doi.org/10.1080/14675986.2012.664755

Vella, J. (2002). Learning to Listen, Learning to Teach.


Journal of Pastoral Care & Counseling: Advancing theory
and professional practice through scholarly and reflective
publications (Revised Ed). San Francisco: Jossey-Bass.
https://doi.org/10.1177/002234099905300315

Wallen, M., & Tormey, R. (2019). Developing teacher agency


through dialogue. Teaching and Teacher Education, 82,
129–139. https://doi.org/10.1016/j.tate.2019.03.014

Wenger-Trayner, E., Fenton-O'Creevy, M., Hutchinson, S.,


Kubiak, C., & Wenger-Trayner, B. (2015). Learning in
Landscapes of Practice, Boundaries, Identity, and
Knowledgeability in Practice-based learning. Oxon:
Routledge.

69

Anda mungkin juga menyukai